implementasi PERATURAN PEMERINTAH NOMOR. doc
IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN
2005 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
DALAM PENYUSUNAN NERACA DESA DI KABUPATEN KUTAI
KERTANEGARA
Muhammad Kadafi
Politeknik Negeri Samarinda
Marwanto
Politeknik Negeri Samarinda
Amiruddin
Politeknik Negeri Samarinda
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk pertama, mengidentifikasi pemahaman Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK Desa) dan Petugas Aset dalam pengakuan, pengukuran, penyajian
dan pengungkapan aset desa berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) PP 24 Tahun
2005. Kedua, mendesain formulir inventarisasi aset desa. Ketiga menyusun neraca desa dengan
mengadopsi Standar Akuntansi Pemerintahan PP 24 Tahun 2005.
Metode analisis data pada penelitian ini dilakukan FGD (Focus Discussion Group) dengan cara sebagai berikut: pertama, melakukan tanya jawab kepada Petugas Penatusahaan
Keuangan Desa (PPK Desa) dan Petugas Aset tentang pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan aset desa. Kedua, mempelajari dokumentasi pelaporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa, termasuk identifikasi aset-aset desa. Ketiga, mempelajari dokumentasi
pada buku kas umum, buku kas pembantu pengeluaran, dan laporan lainnya, berkaitan dengan
transaksi-transaksi penambahan dan pengurangan aset desa. Keempat menyusun neraca desa
yang meliputi kelompok aset dengan golongan aset lancar dan aset tetap, kelompok pasiva dengan golongan ekuitas dana lancar, investasi dan dana cadangan, serta golongan kewajiban
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan. Objek penelitian ini adalah 8 desa di Kabupaten
Kutai Kertanegara.
Kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut : pertama, pemahaman yang masih relatif kurang Petugas Penatusahaan Keuangan Desa (PPK Desa) dan Petugas Aset terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan, Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK Desa) serta Petugas
Aset hampir keseluruhan tidak memiliki latar belakang pendidikan akuntansi. Kedua, formulirformulir untuk inventarisasi aset desa meliputi formulir inventarisasi persediaan, formulir tanah,
formulir peralatan dan mesin, formulir gedung dan bangunan, formulir jalan, jaringan dan irigasi, serta formulir kontruksi dalam pengerjaan. Ketiga, neraca desa sebagai salah satu bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa menjadi sebuah kebutuhan yang urgent dengan
mengadopsi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Kata Kunci : Standar Akuntansi Pemerintahan, Desa, Neraca Desa
Abstract
This research aims to identify first, Officer Administering the financial understanding of
village (the village of PPK) and officers of the Asset in the recognition, measurement,
presentation and disclosure of the assets of the village based on Government Accounting
Standards (SAP) PP 24 2005. Second, designing form an inventory of the assets of the village.
Third, draw up the balance sheet of the village Governmental accounting standards by adopting
PP 24 in 2005.
A method of data analysis in this research done FGD (Focus Discussion Group) in the
following way: first, doing the questioning the officer Financial Officer Village (the village of
PPK) and Asset Officer about the recognition, measurement, presentation, and disclosure of the
assets of the village. Second, studied the documentation reporting accountability financial
management of the village, including the identification of the assets of the village. Third, studied
the documentation on public cash book, cash book maid spending, and other reports , relating to
those transactions the addition and subtraction of assets of the village. Fourth, draw up the
balance sheet of the village that includes the Group's assets by the assets smoothly and fixed
assets, group liability with the equity funds smoothly, investment and reserve fund, as well as the
obligations under Government accounting standards. Object of the research is eight village at
Kutai Kertanegara regency.
The conclusions of the research are as follows, first, understanding is still relatively less
officer financial village (the village of PPK) and the clerk assets against government accounting
standards, the officer administering the finances of the village (the village of PPK) as well as the
Clerk's assets almost the whole has no educational background in accounting. Second, forms for
an inventory of the assets of the village include the form an inventory of supplies, land forms,
form tools and machinery, building and building form, form networks and roads, irrigation, as
well as the form of the construction of the work. Third, balance sheet of the village as one form of
accountability for financial management of the village became an urgent need by adopting
Governmental Accounting Standards (SAP).
Key Words: Governmental Accounting Standards, The Village, Balance Sheet Of The Village
Pendahuluan
Latar Belakang Penelitian
Pemerintahan Desa merupakan pemerintahan yang menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri. Kewenangan tersebut diatur oleh negara melalui peraturan perundangundangan. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa desa
merupakan kesatuan hukum yang berwenang untuk mengurus rumah tangganya sendiri.
Kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri tersebut termasuk
didalamnya pengelolaan keuangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Hal
tersebut dipertegas dengan adanya kewajiban bagi pemerintah desa untuk menyusun
Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa) yang dijelaskan dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa. Dengan adanya kewenangan pengelolaan keuangan di pemerintah desa,
maka secara hukum pemerintah desa wajib untuk melaporkan kinerjanya kepada pemerintah
dan masyarakat.
Pengelolaan
perencanaan,
keuangan
penganggaran,
desa
meliputi
penatausahaan,
keseluruhan
pelaporan,
kegiatan
yang
meliputi
pertanggungjawaban
dan
pengawasan keuangan desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 35
Tahun 2007 dijelaskan bahwa bahwa pemerintah desa berkewajiban untuk membuat
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu
Penerimaan, Buku Kas Pembantu Pengeluaran, dan Buku Kas Pembantu Harian.
Kewajiban pemerintah desa bertambah dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 26 ayat 4 dijelaskan bahwa kepala desa
berkewajiban untuk mengelola keuangan dan aset desa. Permendagri 113 Tahun 2014
menambahkan bahwa pelaporan tersebut harus dilampiri dengan salah satunya dengan
Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran.
Hasil observasi awal peneliti di Desa Batuah Kabupaten Kutai Kertanegara
menunjukkan bahwa aparatur desa belum memiliki pengetahuan tentang pengakuan,
pengukuran, pencatatan dan pelaporan atas transaksi yang berkaitan dengan aset desa.
Sedangkan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa mewajibkan pemerintah desa untuk melaporkan pengelolaan keuangan yang
berkaitan dengan aset desa.
Hal yang sangat urgent lainnya adalah besarnya dana yang diterima oleh desa melalui
Dana Desa. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Yang Bersumber Dari
APBN menjelaskan bahwa alokasi anggaran dana desa yang bersumber dari APBN
ditetapkan 10% dari total dana transfer yang diserahkan kepada daerah. Selain itu,
Permendagri 113 Tahun 2014 mengenai pengelolaan keuangan desa menjelaskan pemerintah
desa mendapatkan Dana Alokasi Desa (ADD) yang dananya bersumber dari APBD
Kabupaten/Kota yaitu dana perimbangan setelah dikurangi dana alokasi khusus.
Ditambahkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa Pasal 97 menjelaskan
bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota mengalokasikan paling sedikit 10% dari realisasi pajak
dan retribusi. Dilanjutkan pada pasal 98 bahwa Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dapat memberikan bantuan keuangan yang bersifat khusus dan umum.
Besarnya Alokasi Dana Desa menjadi hal yang urgent untuk pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan desa dalam bentuk laporan berupa neraca desa.
Penyusunan neraca haruslah tunduk kepada peraturan perundang-undangan yaitu
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP), yang kemudian diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun
2010 yang berbasiskan accrual. Penelitian ini adalah penelitian applied research, peneliti
mengadopsi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 untuk menyusun neraca dan
laporan realisasi anggaran dan pendapatan desa di pemerintah desa di Kabupaten Kutai
Kertanegara.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas maka rumusan masalah adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pemahaman Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK Desa) dan
Petugas Aset dalam pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan aset desa
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan ?
2. Bagaimana bentuk formulir inventarisasi aset desa ?
3. Bagaimanakah implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan berkaitan dengan
transaksi-transaksi penambahan dan pengurangan aset desa guna menyusun neraca desa.
Tinjauan Pustaka
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang telah dilakukan oleh Yuliani dkk (2010) tentang pengaruh
pemahaman akuntansi, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah dan peran
internal audit terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, menyimpulkan bahwa
pemahaman akuntansi, pemanfaatan sistem akuntansi keuangan daerah dan peran internal
audit secara simultan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah. Sejalan
dengan penelitian di atas, Permana (2011) meneliti tentang pengaruh penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dan
implikasinya pada akuntabilitas. Hasil penelitiannya menyimpulkan terdapat pengaruh
sigifikan Standar Akuntansi Pemerintahan dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah dan implikasinya terhadap akuntabilitas.
Juwita (2013) meneliti pengaruh implementasi standar akuntansi pemerintahan dan
sistem informasi akuntansi terhadap kualitas laporan keuangan. Juwita menyimpulkan bahwa
secara simultan dengan uji F dan secara parsial dengan uji t, implementasi standar akuntansi
pemerintahan dan implementasi sistem informasi akuntansi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan. Hal yang sama disimpulkan oleh Lestari dkk (2014) meneliti
tentang pengaruh pemahaman standar akuntansi pemerintahan pendidikan dan pelatihan
terhadap penyajian laporan keuangan di 15 dinas dikabupaten badung. Hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pendidikan dan
pelatihan secara parsial dan simultan berpengaruh secara signifikan terhadap penyajian
laporan keuangan di 15 dinas di kabupaten badung.
Setiawati dan Sari (2014) meneliti tentang kualitas pelaporan keuangan pemerintah
daerah ditinjau dari sumber daya manusia, pengendalian intern, pemanfaatan teknologi
informasi dan pemahaman akuntansi. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa sumber
daya manusia, pengendalian intern, pemanfaatan teknologi informasi dan pemahaman
akuntansi berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas Yuliani dkk (2010), Permana (2011), Juwita
(2013), Lestari dkk (2014) dan Sari dan Setiawati (2014), dapat disimpulkan bahwa
pemahaman akuntansi (Standar Akuntansi Pemerintahan) sangat berpengaruh terhadap
penyajian dan kualitas pelaporan keuangan pemerintah.
Laporan Keuangan
Kondisi dan keadaan sebuah organisasi dapat diukur dan dilihat dari laporan
keuangannya. Karena laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
terjadi dalam organisasi tersebut, sehingga pembahasannya menjadi penting. Mardiasmo
(2002:159) mendefinisikan Laporan keuangan organisasi sektor publik merupakan
komponen penting untuk menciptakan akuntabilias sektor publik. Adanya tuntutan yang
semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik menimbulkan implikasi bagi
manajemen sektor publik untuk memberikan informasi kepada publik, salah satunya adalah
informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan. Bastian (2006:247)
mengartikan
Laporan keuangan sektor publik merupakan “respresentasi posisi keuangan dari transaksitransaksi yang dilakukan oleh suatu entitas sektor publik.” Nordiawan (2007:131)
menambahkan “Laporan Keuangan dalam lingkungan sektor publik memegang peranan
penting dalam rangka menciptakan akuntabilitas sektor publik, semakin besarnya tuntutan
terhadap pelaksanaan akuntabilitas sektor publik memperbesar kebutuhan akan transparansi
infomasi keuangan sektor publik.”
Undang-undang
nomor
17
tahun
2003,
dijelaskan
bahwa
laporan
per-
tanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa laporan keuangan yang
setidak-tidaknya terdiri atas: (1) laporan realisasi anggaran, (2) neraca, (3) laporan arus kas,
(4) catatan atas laporan keuangan.
Afiah (2009:10) mendefinisikan Laporan realisasi
anggaran “menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang
dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan
realisasinya dalam satu periode pelaporan, pelaporan mencerminkan kegiatan keuangan
pemerintah daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap pelaksanaan APBD.”
Mardiasmo (2002:62) menuliskan Anggaran publik merupakan “suatu dokumen yang
menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai
pendapatan, belanja, dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan
dilakukan organisasi di masa yang akan datang.” Jones and Pendlebury (2000) sebagaimana
dikutip dalam Halim (2007:218), anggaran merupakan “penghubung antara perencanaan dan
pengendalian, dimana merupakan perwujudan komitmen untuk mengimplementasikan
berbagai perencanaan jangka pendek dan jangka menengah yang secara jelas memuat apa
yang harus dikerjakan dan alokasi sumberdaya yang diperlukan selama satu tahun.”
Bastian (2006:247) mangartikan laporan posisi keuangan, atau disebut juga dengan
neraca ataupun laporan aktiva dan kewajiban, adalah “laporan keuangan yang menyajikan
posisi aktiva, hutang, dan modal pemilik pada satu saat tertentu.” Afiah (2009:11)
mendefinisikan Neraca adalah “Laporan keuangan yang menyajikan posisi keuangan entitas
ekonomi pada saat (tanggal) tertentu. Laporan ini dibuat untuk menyajikan informasi
keuangan yang dapat dipercaya mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana.”
Afiah (2009:12) memaparkan “Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara
sistematis sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.” Setiap pos dalam Laporan
realisasi anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan
informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Hal yang sama diungkapkan oleh
Halim (2007:107) mendefinisikan Catatan atas Laporan Keuangan merupakan “rangkuman
yang berisikan tentang maksud dan tujuan, landasan hukum maupun tentang kebijakan
ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD. Dalam hal ini
menyajikan penjelasan secara naratif, analisis atau daftar terperinci atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas.”
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Untuk memenuhi syarat-syarat dalam menyajikan laporan keuangan yang
berkualitas, pemerintah mengeluarkan peraturan yang dapat mengatur dan mengelola
penyajian laporan keuangan. Peraturan itu yaitu peraturan pemerintah No 24 Tahun 2005
yang kemudian diperbaharui dengan PP No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Tujuannya adalah sebagai acuan bagi pemerintahan pusat dan daerah dalam
melaksanakan tugasnya menyusun laporan keuangan.
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah akan digunakan oleh
beberapa pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Informasi
akuntansi yang terdapat di dalam laporan keuangan pemerintah daerah harus memenuhi
beberapa karakteristik kualitatif yang sebagaimana disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah
No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, yakni relevan, andal, dapat
dibandingkan, dan dapat dipahami.
Belum tertibnya pengelolaan keuangan daerah dipengaruhi oleh masih terbatasnya
sumber daya manusia yang menguasai dan memahami tentang ilmu akuntansi dalam
pengelolaan keuangan daerah. Dengan kata lain, unsur pemahaman akuntansi berperan
penting dalam pengelolaan keuangan daerah. Menurut Nasrudin (2008), sumber daya
manusia merupakan kunci dari keberhasilan suatu instansi atau perusahaan karena sumber
daya manusia pada suatu instansi memiliki nilai yang tinggi disebabkan oleh kemampuan,
pengetahuan, dan keterampilan. Terkait dengan penyusunan laporan keuangan daerah yang
sesuai dengan SAP, maka perlu diperhatikan kualitas sumber daya manusia yang terlibat
dengan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah, seperti pemahaman akan SAP.
Pemahaman terhadap SAP ini diperlukan agar hasil laporan keuangan daerah lebih
berkualitas (relevan, andal, dapat dipahami, dan dapat diperbandingkan).
Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui pemahaman Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK Desa) dan
Petugas Aset dalam pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan aset desa
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan ?
2.
Mendesain formulir inventarisasi aset desa ?
3.
Mengimplementasi Standar Akuntansi Pemerintahan guna menyusun Neraca dan
Laporan Realisasi Anggaran .
Metode Penelitian
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
Focus Discussion Group (FGD) untuk mengidentifikasi pamahaman Petugas Penatusahaan
Desa (PPK desa dan Petugas Aset) berkaitan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan aset desa. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah berikut :
Gambar 1 : Metode Analisis
Berikut ini merupakan penjelasan dari urutan metode analisis :
1. Mengidentifikasi pemahaman PPK Desa dan Petugas Aset dengan tanya jawab syarat
pengakuan aset, menghitung nilai aset, menjurnal, penyajian dilaporan keuangan dan
pengungkapan detail aset desa. Pada tahapan ini peneliti memberikan pertanyaan kepada
informan tentang :
a. Jenis-jenis (klasifikasi) aset yang dimiliki oleh pemerintah desa, seperti tanah desa,
balai desa, kendaraan, mesin dan peralatan, dan lain-lain termasuk bukti-bukti
kepemilikan seperti SHM, BPKB, faktur, berita acara, dan lain-lain.
b. Nilai aset yang dicantumkan di daftar inventaris desa beserta dasar perhitungannya
c. Pencatatan yang dilakukan oleh PPK desa
d. Laporan yang dibuat oleh PPK Desa berkaitan dengan aset desa
e. Rincian aset desa seperti jenis aset, nilainya, dan lain-lainnya.
2. Mempelajari dokumentasi pelaporan pertanggungjawaban keuangan desa yang meliputi
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, Buku Kas Umum, Buku Kas
Pembantu Penerimaan, Buku Kas Pembantu Pengeluaran, dan Buku Kas Pembantu Harian
3. Mempelajari transaksi-transaksi berkaitan dengan penambahan dan pengurangan aset
desa, seperti pembelian aset desa, pemakaian bahan habis pakai, penjualan aset desa, dan
lain-lainnya.
4. Menyusun neraca berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Tahapan-tahapan
yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
a. Merancang formulir-formulir yang dibutuhkan untuk inventarisasi asset, formulir-formulir tersebut adalah formulir inventarisasi persediaan, formulir tanah, formulir per-
alatan dan mesin, formulir gedung dan bangunan, formulir jalan, jaringan dan irigasi,
serta formulir kontruksi dalam pengerjaan.
b. Peneliti memberikan petunjuk kepada petugas aset desa untuk pengisian formulir-formulir tersebut.
c. Menyusun neraca desa sekaligus laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja
desa. Adapun langkah-langkahnya : (1) menyiapkan formulir neraca awal berikut
petunjuk pengisiaannya, (2) melaksanakan kegiatan pengumpulan data hasil inventarisasi aset oleh petugas aset di desa, (3) melakukan pengolahan data dan klasifikasi
aset dan kewajiban sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), (4) mencantumkan akun-akun aset, kewajiban dan ekuitas dalam format neraca.
Hasil
Pemahaman Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK Desa) dan Petugas Aset
Terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Penelitian ini dilakukan di 8 (delapan) desa-desa yang berada di Kabupaten Kutai
Kertanegara. Desa-desa tersebut adalah Desa Loa Duri Ulu, Desa Batuah, Desa Bakungan,
Desa Tani Harapan, Desa Tani Bhakti, Desa Purwajaya, Desa Loa Janan Ulu, dan Desa Loa
Duri Ilir. Adapun informannya adalah 1 (satu) Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK)
Desa dan 1 (satu) Petugas Aset untuk masing-masing desa. Total jumlah informan adalah
sebanyak 16 (enam belas) petugas desa.
Adapun profil pendidikan dari informan adalah sebagai berikut :
Tabel 1 : Profil Pendidikan PPK Desa dan Petugas Aset
No
1.
2.
Pendidikan Terakhir
Keterangan
SMA/SMK
SMK
Diploma/S1
Non Akuntansi Akuntansi Akuntansi
PPK Desa
8
6
1
1
D3 Akuntansi
Petugas Aset
8
8
Jumlah
16
14
1
1
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari total 16 informan PPK Desa dan Petugas
Petugas
Jumlah
Aset hanya 2 orang (12,5%) yang memiliki latar pendidikan akuntansi. Sedangkan sisanya
sebanyak 14 orang (87,5%) berlatar belakang pendidikan SMA. Petugas aset secara keseluruhan (100%) memiliki latar belakang pendidikan SMA/SMK Non Akuntansi.
Berdasarkan hasil tanya jawab dengan informan berkaitan dengan pemahaman terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), nampak pada tabel di bawah ini :
Tabel 2 : Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan Petugas Penatausahaan
Keuangan Desa dan Petugas Aset
No
Kriteria Pemahaman SAP
Ya
Tidak
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Klasifikasi aset desa
Dokumentasi bukti-bukti kepemilikan
seperti SHM, BPKB, faktur, berita acara
Kriteria pengakuan aset tetap
Dasar pengukuran nilai asset tetap termasuk penyusutannya
Komponen harga perolehan
Jurnal pengakuan aset tetap yang dilakukan oleh PPK desa
Pencatatan aset lancar berdasarkan SAP
Penghitungan fisik persediaan di akhir
periode
Penyusunan neraca awal
Pertukaran asset
Aset donasi
Metode penyusutan
Penetapan masa manfaat
Laporan yang dibuat oleh PPK Desa
berkaitan dengan aset desa seperti neraca
Rincian aset desa seperti jenis aset, nilai
aset, dan lain-lainnya
V
V
V
V
V
v
Sebagai belanja modal, tidak
terdapat jurnal ikutan
V
V
V
V
V
V
V
V
Laporan yang dibuat hanya
daftar inventaris desa
V
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari seluruh kriteria pemahaman SAP
sebanyak 15 kriteria, hanya 1 kriteria yang menjadi pemahaman informan dari PPK desa
maupun Petugas Aset. Terdapat 14 kriteria yang masih belum menjadi pemahaman informan.
Pencatatan yang dilakukan hanya pengakuan belanja modal, tidak terdapat jurnal ikutan
(kolorari) pengakuan di neraca.
Mempelajari Dokumentasi Pelaporan Pertanggungjawaban Keuangan Desa Dan
Transaksi Penambahan Dan Pengurangan Aset Desa.
Pelaporan pertanggungjawaban keuangan desa meliputi Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Penerimaan, Buku
Kas Pembantu Pengeluaran, dan Buku Kas Pembantu Harian. Laporan-laporan tersebut
dipelajari untuk mengidentifikasi laporan-laporan yang dihasilkan dari sistem akuntansi desa
yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 35 Tahun
2007.
Mempelajari transaksi-transaksi berkaitan dengan penambahan dan pengurangan aset
desa, seperti pembelian aset desa, pemakaian bahan habis pakai, penjualan aset desa, dan
lain-lainnya. Tujuan mempelajari transaksi-transaksi di atas adalah untuk mengetahui karak-
teristik transaksi yang terjadi di pemerintah desa, sehingga nantinya dapat ditetapkan jurnal
standar yang digunakan sebagai dasar pencatatan.
Menyusun Neraca Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Pada tahapan ini langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Merancang Formulir-Formulir Inventarisasi Aset
1. Formulir Buku Persediaan
2. Formulir Buku Tanah
3. Formulir buku peralatan dan mesin
4. Formulir Gedung dan Bangunan
5. Formulir Jalan, Jaringan, Irigasi
6. Formulir Aset Tetap Lainnya
Menjurnal Transaksi-Transaksi Keuangan Pemerintah Desa
Saldo awal neraca dan anggaran pendapatan dan belanja desa sebagai berikut :
NO
AKU
N
111
1
111
2
111
3
112
1
113
1
113
2
131
1
131
2
131
3
131
4
141
1
NAMA AKUN
Kas di Bendahara
Kas di Bank
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Persediaan
Bagian Lancar
Bagian Lancar
Lainnya
Bagian Lancar
Kabupaten
Bagian Lancar
Daerah
Pinjaman Kepada Perusahaan Desa
Pinjaman Kepada Pemerintah Desa
DEBET/KRE
DIT
KELOMPO
K
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
-
DEBET
NERACA
-
DEBET
NERACA
SALDO AWAL
5,000,0
00
150,000,0
00
50,000,0
00
25,000,0
00
10,000,0
00
7,000,0
00
-
Pinjaman Kepada Pemerintah
Pinjaman Kepada Perusahaan
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
141
2
141
3
142
1
151
1
151
2
151
3
151
4
151
5
151
6
151
7
153
1
154
1
211
1
211
2
211
3
211
4
211
5
211
6
221
1
221
2
221
3
221
4
311
1
311
2
311
3
311
4
321
1
321
2
321
3
321
4
331
1
410
1
410
2
410
3
410
4
420
1
420
2
Pinjaman Kepada Desa Lainnya
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
KREDIT
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
KREDIT
NERACA
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Kepada Pemerintah
Kabupaten
Bagian Lancar Utang Kepada Pemerintah Desa
Lainnya
Bagian Lancar Utang Kepada Lembaga Keuangan Bank dan Non
Bank
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
Utang Jangka Pendek Lainnya
KREDIT
NERACA
Utang Kepada Pemerintah Kabupaten
KREDIT
NERACA
Utang Kepada Pemerintah Desa Lainnya
Utang Kepada Lembaga Keuangan Bank dan Non
Bank
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
Utang Jangka Panjang Lainnya
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
Pinjaman Kepada Perusahaan Desa
Penyertaan Modal Pemerintah Desa
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Kontruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
20,000,0
00
50,000,0
00
500,000,0
00
200,000,0
00
400,000,0
00
1,000,000,0
00
10,000,0
00
50,000,0
00
20,000,0
00
14,000,0
00
2,000,
000
203,000,
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
000
35,000,
Cadangan Piutang
000
7,000,
Cadangan Persediaan
000
Dana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka
Pendek
70,000,
Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang
000
2,160,000,
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
000
14,000,
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
000
Dana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka
Panjang
20,000,
Dinvestasikan Dalam Dana Cadangan
000
Hasil Usaha Desa
-
KREDIT
Hasil Aset Desa
-
KREDIT
Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong
-
KREDIT
Lain-Lain Pendapatan Asli Desa
-
KREDIT
Dana Desa
-
KREDIT
Bagian Hasil Pajak & Retribusi Kabupaten
-
KREDIT
420
3
420
4
420
5
521
1
521
2
521
3
521
4
610
1
610
2
Alokasi Dana Desa
-
KREDIT
Bantuan Keuangan Pemerintah Provinsi
-
KREDIT
Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten
-
KREDIT
Belanja Pegawai
-
DEBET
Belanja Barang dan Jasa
-
DEBET
Belanja Modal
-
DEBET
Belanja Tidak Terduga
-
DEBET
Penerimaan Pembiayaan
-
KREDIT
Pengeluaran Pembiayaan
-
DEBET
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
Contoh Transaksi :
3-Jan15
4-Jan15
8-Jan15
12-Jan15
15-Jan15
16-Jan15
18-Jan15
20-Jan15
23-Jan15
27-Jan15
31-Jan15
Diterima Pendapatan Desa yang bersumber dari hasil usaha desa Rp
18.500.000,00
Diterima Pendapatan Desa yang bersumber dari pengelolaan kekayaan desa
Rp 10.500.000,00
Diterima pendapatan transfer bagi hasil pajak dari pemerintah kabupaten
Rp 265.500.000,00
Diterima pendapatan transfer bagi hasil retribusi dari pemerintah kabupaten
Rp 100.500.000,00
Diterbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pembelian mesin
jenset Rp 25.600.000,00
Diterbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pembayaran listrik
kantor desa Rp 1.300.000,00
Diterbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pembayaran
penghasilan aparatur desa Rp 49.500.000,- dan tunjangannya
Diterbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pembelian
persediaan habis pakai Rp 7.500.000,00
Diterbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk insentif ketua RT Rp
15.500.000,00
Diterima bantuan keuangan pemerintah propinsi Rp 120.000.000,00
Diterbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pembelian bibit,
pupuk dan obat-obatan untuk diserahkan kepada masyarakat Rp
15.000.000,-
Jurnal Transaksi :
TGL
DEBIT
KREDIT
3-12015
11
12
Kas di Bank
18,500,00
0
410
1
Hasil Usaha Desa
18,500,000
4-12015
11
12
Kas di Bank
10,500,00
0
410
2
Hasil Aset Desa
10,500,000
8-12015
11
12
Kas di Bank
265,500,0
00
420
2
Bagian Hasil Pajak & Retribusi
Kabupaten
265,500,00
0
12-12015
11
12
Kas di Bank
100,500,0
00
420
2
Bagian Hasil Pajak & Retribusi
Kabupaten
100,500,00
0
15-12015
52
13
Belanja Modal
25,600,00
0
111
2
Kas di Bank
25,600,000
16-12015
15
12
52
12
Peralatan dan
Mesin
Belanja Barang dan
Jasa
18-12015
20-12015
52
11
52
12
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan
Jasa
23-12015
52
12
27-12015
31-12015
25,600,00
0
1,300,000
49,500,00
0
321
2
111
1
Diinvestasikan Dalam Aset
Tetap
25,600,000
Kas di Bendahara
1,300,000
Kas di Bank
49,500,000
Kas di Bank
7,500,000
7,500,000
111
2
111
2
Belanja Barang dan
Jasa
15,500,00
0
111
2
Kas di Bank
15,500,000
11
12
Kas di Bank
120,000,0
00
420
4
Bantuan Keuangan
Pemerintah Provinsi
120,000,00
0
52
12
Belanja Barang dan
Jasa
15,000,00
0
111
2
Kas di Bank
15,000,000
11
32
Persediaan
15,000,00
0
311
3
Cadangan Persediaan
15,000,000
Setelah diposting ke buku besar, saldo akhir periode (asumsi tanpa penyesuaian) neraca
pemerintah desa sebagai berikut :
PEMERINTAH DESA SEJAHTERA
NERACA
PER 31 JANUARI 2015
Awal
AKTIV
A
Berjalan
5,000,
000
150,000
,000
50,000
,000
25,000
,000
10,000
,000
7,000
,000
(1,300,
000)
401,900
,000
1111
Kas di Bendahara
1112
Kas di Bank
1113
Investasi Jangka Pendek
1121
Piutang Pajak
1131
Piutang Retribusi
1132
1314
Persediaan
Bagian Lancar Pinjaman Kepada
Perusahaan Desa
Bag. Lancar Pinjaman Kpda Pem. Desa
Lainnya
Bagian Lancar Pinjaman Kpd Pemerintah
Kabupaten
Bagian Lancar Pinjaman Kepada
Perusahaan Daerah
1411
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
-
1412
Pinjaman Kepada Desa Lainnya
-
1413
Pinjaman Kepada Perusahaan Desa
20,000,000
-
1421
Penyertaan Modal Pemerintah Desa
-
1511
Tanah
1512
Peralatan dan Mesin
50,000,000
500,000,0
00
200,000,00
0
1311
1312
1313
15,000
,000
Akhir
3,700,
000
551,900
,000
50,000
,000
25,000,
000
10,000
,000
22,000
,000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
25,600,000
20,000,0
00
50,000,0
00
500,000,0
00
225,600,0
00
1513
Gedung dan Bangunan
1514
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
400,000,00
0
1,000,000,
000
1515
Aset Tetap Lainnya
10,000,000
-
1516
Kontruksi Dalam Pengerjaan
50,000,000
-
1517
Akumulasi Penyusutan
1531
Dana Cadangan
20,000,000
-
1541
Aset Lainnya
14,000,000
-
-
-
-
400,000,0
00
1,000,000,
000
10,000,0
00
50,000,0
00
20,000,0
00
14,000,0
00
2,511,0
00,000
441,200
,000
2,952,
200,000
Awal
Berjalan
Akhir
2,000,000
-
2,000,0
00
PASIV
A
2111
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
2112
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2115
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Kepada Pemerintah
Kabupaten
Bagian Lancar Utang Kepada Pemerintah
Desa Lainnya
Bagian Lancar Utang Kepada LK Bank dan
Non Bank
-
-
-
2116
Utang Jangka Pendek Lainnya
-
-
-
2211
Utang Kepada Pemerintah Kabupaten
-
-
-
2212
-
-
-
2213
Utang Kepada Pemerintah Desa Lainnya
Utang Kepada Lembaga Keuangan Bank
dan Non Bank
-
-
-
2214
Utang Jangka Panjang Lainnya
3111
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
3112
Cadangan Piutang
3113
3211
Cadangan Persediaan
Dana Yg Hrs Disediakan Utk Pembyr Utang
JK Pendek
Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka
Panjang
3212
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
3213
3214
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
Dana Yg Hrs Disediakan Utk Pembyr Utang
JK Panjang
3311
Dinvestasikan Dalam Dana Cadangan
2113
2114
3114
203,000,00
0
35,000,00
0
7,000,00
0
70,000,000
2,160,000,
000
14,000,00
0
20,000,000
2,511,000
,000
15,000,000
25,600,000
40,600
,000
203,000,
000
35,000,
000
22,000,0
00
70,000,0
00
2,185,600,
000
14,000,0
00
20,000,0
00
2,551,600
,000
Laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja akan nampak sebagai berikut :
PEMERINTAH DESA SEJAHTERA
REALISASI ANGGARAN DAN PENDAPATAN DESA
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 JANUARI 2015
AWAL
Pendapatan Asli Desa
BERJALAN
AKHIR
4101
Hasil Usaha Desa
-
4102
-
4103
Hasil Aset Desa
Swadaya, Partisipasi dan Gotong
Royong
4104
Lain-Lain Pendapatan Asli Desa
-
-
Jumlah Pendapatan Asli Desa
Pendapatan Transfer
-
4201
Dana Desa
Bagian Hasil Pajak & Retribusi
Kabupaten
-
Alokasi Dana Desa
Bantuan Keuangan Pemerintah
Provinsi
Bantuan Keuangan Pemerintah
Kabupaten
-
4202
4203
4204
4205
18,50
0,000
10,50
0,000
-
-
-
Jumlah Pendapatan Transfer
Jumlah Pendapatan (PADesa
+ Transfer)
-
5211
Belanja Pegawai
-
5212
Belanja Barang dan Jasa
-
5213
Belanja Modal
-
5214
Belanja Tidak Terduga
-
Jumlah Belanja
-
-
18,500,
000
10,500,
000
-
29
,000,000
29,
000,000
366,00
0,000
366,000,
000
120,00
0,000
120,000,
000
-
486
,000,000
515
,000,000
486,
000,000
515,
000,000
49,50
0,000
39,30
0,000
25,60
0,000
49,500,
000
39,300,
000
25,600,
000
114
,400,000
400,60
0,000
114,
400,000
400,600
,000
Bela
nja
Surplus/Defisit
Pembiayaan
-
6101
Penerimaan Pembiayaan
-
-
-
6102
Pengeluaran Pembiayaan
-
-
-
Jumlah Pembiayaan Netto
-
Silpa/Sikpa
-
400,60
0,000
400,600
,000
Pembahasan
Pemahaman Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK Desa) dan Petugas Aset di
8 desa di Kabupaten Kutai Kertanegara Terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
masih sangat minim. Dari seluruh kriteria pemahaman SAP sebanyak 15 kriteria, hanya 1
kriteria yang menjadi pemahaman informan dari PPK desa maupun Petugas Aset. Terdapat
14 kriteria yang masih belum menjadi pemahaman informan. Salah satu faktor penting yang
mempengaruhi pemahaman ini adalah latar belakang pendidikan informan, dari total 16
informan PPK Desa dan Petugas Aset hanya 2 orang (12,5%) yang memiliki latar pendidikan
akuntansi. Sedangkan sisanya sebanyak 14 orang (87,5%) berlatar belakang pendidikan
SMA. Petugas aset secara keseluruhan (100%) memiliki latar belakang pendidikan
SMA/SMK Non Akuntansi.
Hal yang sama disampaikan Keuangan LSM (2014) bahwa 78 ribu desa di Indonesia
umumnya memiliki sumberdaya manusia yang terbatas. Sumber daya yang terbatas dari
aspek pendidikan sangat berpengaruh terhadap pemahaman terhadap Standar Akuntansi
Keuangan (SAP). Sejalan dengan hal tersebut Lestari, dkk (2014) menjelaskan bahwa
pemahaman terhadap SAP, latar belakang pendidikan dan pelatihan sangat mempengaruhi
penyajian laporan keuangan.
Yuliani, dkk (2010) menindaklanjuti fenomena hasil audit Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) bahwa laporan keuangan pemerintah daerah tidak
memenuhi kriteria sebagai syarat-syarat laporan keuangan yang berkualitas. Kriteria dan
unsur-unsur pembentuk kualitas laporan keuangan yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan
dan dapat dipahami. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan tersebut
adalah pemahaman akuntansi, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah dan
peran internal audit.
Sebelum menyusun neraca awal terlebih dahulu melakukan inventarisir asset yang
dimiliki oleh pemerintah desa. Peneliti mengadopsi Peraturan Pemerintah (PP) 24 Tahun
2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Akun-akun yang digunakan adalah
persediaan, tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, jaringan dan irigasi, dan
kontruksi dalam pengerjaan. Perancangan formulir dibuat seinformatif mungkin dan mudah
dalam pengisiannya. Pada formulir buku tanah, mesin dan peralatan, gedung dan bangunan,
jalan, jaringan dan irigasi, serta kontruksi dalam pengerjaan terdapat kolom harga perolehan
dan harga wajar. Pada harga perolehan yang diisikan adalah nilai harga beli ditambah biayabiaya lain sampai dengan asset dapat digunakan. Sedangkan pada kolom harga wajar
diisikan harga wajar saat menyusun neraca awal
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah pedoman bagi praktik akuntansi
pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota). Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang diadopsi peneliti
adalah Peraturan Pemerintah (PP) 24 Tahun 2005 yang tidak menganut basis akrual secara
penuh tetapi basis modifikasian. Basis modifikasian yang dianut disebut dengan basis kas
menuju akrual (cash towards accrual). Dengan basis ini, aset, kewajiban, dan hutang diakui
menurut basis akrual sedangkan pendapatan,belanja, dan pembiayaan diakui berdasarkan
basis kas. Dengan basis kas menuju akrual tersebut, setiap pengeluaran berupa belanja dan
pengeluaran pembiayaan serta penerimaan berupa pendapatan dan penerimaan pembiayaan
diakui pada saat kas diterima atau dikeluarkan.
Perkiraan/akun yang terpengaruh dalam neraca jika terjadi penerimaan dan
pengeluaran hanyalah kas. Dengan kata lain tidak ada perkiraan/akun campuran, tidak ada
perkiraan/akun yang mempengaruhi Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran sekaligus
selain kas. Agar transaksi dapat dicatat atau muncul dalam akun neraca, maka digunakan
mekanisme jurnal korolari dan/atau jurnal penyesuaian di akhir tahun.
Kesimpulan
Kewajiban pemerintah desa dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa Pasal 26 ayat 4 dijelaskan bahwa kepala desa berkewajiban untuk
mengelola keuangan dan aset desa. Permendagri nomor 113 Tahun 2014 mempertegas
bahwa kepala desa berkewajiban melaporkan kekayaan desa setiap 31 desember atau akhir
tahun anggaran. Kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Pemahaman yang masih relatif kurang Petugas Penatusahaan Keuangan Desa (PPK Desa)
dan Petugas Aset terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai pedoman
dalam melakukan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pelaporan transaksi-transaksi
mengenai ast desa. Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK Desa) serta Petugas
Aset hampir keseluruhan tidak memiliki latar belakang pendidikan akuntansi, hal ini
berpengaruh terhadap pemahaman terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan.
2. Pemerintah desa dalam rangka menyusun neraca awal perlu melakukan inventarisir assetaset yang dimilikinya. Formulir untuk inventarisir asset desa terdiri dari formulir inventarisasi persediaan, formulir tanah, formulir peralatan dan mesin, formulir gedung dan
bangunan, formulir jalan, jaringan dan irigasi, dan formulir kontruksi dalam pengerjaan.
3. Pemerintah desa dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan asset desa
perlu mengadopsi Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) guna menyusun neraca desa,
dikarenakan saat ini belum terdapat peraturan sebagai petunjuk bagi pemerintah desa
dalam menyusun laporan mengenai asset desa.
Saran
Saran-saran yang pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diperlukan sebuah system informasi akuntansi untuk dapat mempermudah Penatausahaan
Keuangan Desa (PPK Desa) serta Petugas Aset untuk administrasi aset desa dan
penyusunan laporan neraca dan anggaran pendapatan dan belanja desa.
2. Diperlukan lembaga independen yaitu appraisal yang bertugas untuk menilai aset desa.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini terbatas pada pengadopsian Standar Akuntansi Pemerintahan PP Nomor
24 Tahun 2005 guna mengimplementasikan penyusunan neraca di desa-desa Kabupaten
Kutai Kertanegara. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah dengan menyusun
sistem informasi akuntansi yang dapat mempermudah Penatausahaan Keuangan Desa (PPK
Desa) serta Petugas Aset untuk administrasi aset desa dan penyusunan laporan neraca dan
anggaran pendapatan dan belanja desa.
DAFTAR PUSTAKA
Afiah, Nunuy Nur. 2009. Implementasi Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Jakarta:
Penerbit Prenada Media Group.
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah; Bunga
Rampai Manajemen Keuangan Daerah Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit UPP
STIM YKPN
Juwita, 2013. Pengaruh Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Trikonomika, Vol. 12 : No :
2 : 2013
KeuanganLSM. 2014. Pengelolaan Keuangan Desa dalam Kerangka UU No.6 Tahun 2014
(on line). (http://keuanganlsm.com. Didownload 11 februari 2015)
Lestari, Putu Diah, Sulindawati, Ni Luh Gede Erni, Atmadja Anantawikrama Tungga, 2014.
Pengaruh Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Pendidikan dan
Pelatihan Terhadap Penyajian Laporan Keuangan (Studi Pada 15 Dinas Kabupaten Badung). E-Journal Ak Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2 : No: 1 :
2014
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Nasrudin, Fadilah. 2008. Pengaruh Pendidikan, Pelatihan dan Pengalaman Kerja Terhadap
Kualitas Penyajian Informasi Akuntansi Pada PT. BNI, Tbk. Jurnal Ichsan
Gorontalo. Vol. 3 : 2008
Nordiawan, Deddi. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun
2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Permana, irvan. 2011. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan Implikasinya Pada
Akuntabilitas. Survei Pada Dinas Kabupaten Bandung Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Setiawati, Erma., Sari, Shinta Permata. 2014. Kualitas Pelaporan Keuangan Pemerintah
Daerah Ditinjau Dari Sumber Daya Manusia, Pengendalian Intern, Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Pemahaman Akuntansi (Studi Empiris pada Kabupaten dan
Kota di Wilayah Eks Karesidenan Surakarta). Call Paper Seminar Nasional FEB
UMS : 2014
Yuliani, Safrida., Nadirsyah dan Usman Bakar. 2010. Pengaruh Pemahaman Akuntansi,
Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Peran Internal
Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Telaah &
Riset Akuntansi Vol. 3 : No. 2 : 2010.
2005 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
DALAM PENYUSUNAN NERACA DESA DI KABUPATEN KUTAI
KERTANEGARA
Muhammad Kadafi
Politeknik Negeri Samarinda
Marwanto
Politeknik Negeri Samarinda
Amiruddin
Politeknik Negeri Samarinda
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk pertama, mengidentifikasi pemahaman Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK Desa) dan Petugas Aset dalam pengakuan, pengukuran, penyajian
dan pengungkapan aset desa berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) PP 24 Tahun
2005. Kedua, mendesain formulir inventarisasi aset desa. Ketiga menyusun neraca desa dengan
mengadopsi Standar Akuntansi Pemerintahan PP 24 Tahun 2005.
Metode analisis data pada penelitian ini dilakukan FGD (Focus Discussion Group) dengan cara sebagai berikut: pertama, melakukan tanya jawab kepada Petugas Penatusahaan
Keuangan Desa (PPK Desa) dan Petugas Aset tentang pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan aset desa. Kedua, mempelajari dokumentasi pelaporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa, termasuk identifikasi aset-aset desa. Ketiga, mempelajari dokumentasi
pada buku kas umum, buku kas pembantu pengeluaran, dan laporan lainnya, berkaitan dengan
transaksi-transaksi penambahan dan pengurangan aset desa. Keempat menyusun neraca desa
yang meliputi kelompok aset dengan golongan aset lancar dan aset tetap, kelompok pasiva dengan golongan ekuitas dana lancar, investasi dan dana cadangan, serta golongan kewajiban
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan. Objek penelitian ini adalah 8 desa di Kabupaten
Kutai Kertanegara.
Kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut : pertama, pemahaman yang masih relatif kurang Petugas Penatusahaan Keuangan Desa (PPK Desa) dan Petugas Aset terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan, Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK Desa) serta Petugas
Aset hampir keseluruhan tidak memiliki latar belakang pendidikan akuntansi. Kedua, formulirformulir untuk inventarisasi aset desa meliputi formulir inventarisasi persediaan, formulir tanah,
formulir peralatan dan mesin, formulir gedung dan bangunan, formulir jalan, jaringan dan irigasi, serta formulir kontruksi dalam pengerjaan. Ketiga, neraca desa sebagai salah satu bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa menjadi sebuah kebutuhan yang urgent dengan
mengadopsi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Kata Kunci : Standar Akuntansi Pemerintahan, Desa, Neraca Desa
Abstract
This research aims to identify first, Officer Administering the financial understanding of
village (the village of PPK) and officers of the Asset in the recognition, measurement,
presentation and disclosure of the assets of the village based on Government Accounting
Standards (SAP) PP 24 2005. Second, designing form an inventory of the assets of the village.
Third, draw up the balance sheet of the village Governmental accounting standards by adopting
PP 24 in 2005.
A method of data analysis in this research done FGD (Focus Discussion Group) in the
following way: first, doing the questioning the officer Financial Officer Village (the village of
PPK) and Asset Officer about the recognition, measurement, presentation, and disclosure of the
assets of the village. Second, studied the documentation reporting accountability financial
management of the village, including the identification of the assets of the village. Third, studied
the documentation on public cash book, cash book maid spending, and other reports , relating to
those transactions the addition and subtraction of assets of the village. Fourth, draw up the
balance sheet of the village that includes the Group's assets by the assets smoothly and fixed
assets, group liability with the equity funds smoothly, investment and reserve fund, as well as the
obligations under Government accounting standards. Object of the research is eight village at
Kutai Kertanegara regency.
The conclusions of the research are as follows, first, understanding is still relatively less
officer financial village (the village of PPK) and the clerk assets against government accounting
standards, the officer administering the finances of the village (the village of PPK) as well as the
Clerk's assets almost the whole has no educational background in accounting. Second, forms for
an inventory of the assets of the village include the form an inventory of supplies, land forms,
form tools and machinery, building and building form, form networks and roads, irrigation, as
well as the form of the construction of the work. Third, balance sheet of the village as one form of
accountability for financial management of the village became an urgent need by adopting
Governmental Accounting Standards (SAP).
Key Words: Governmental Accounting Standards, The Village, Balance Sheet Of The Village
Pendahuluan
Latar Belakang Penelitian
Pemerintahan Desa merupakan pemerintahan yang menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri. Kewenangan tersebut diatur oleh negara melalui peraturan perundangundangan. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa desa
merupakan kesatuan hukum yang berwenang untuk mengurus rumah tangganya sendiri.
Kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri tersebut termasuk
didalamnya pengelolaan keuangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Hal
tersebut dipertegas dengan adanya kewajiban bagi pemerintah desa untuk menyusun
Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa) yang dijelaskan dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa. Dengan adanya kewenangan pengelolaan keuangan di pemerintah desa,
maka secara hukum pemerintah desa wajib untuk melaporkan kinerjanya kepada pemerintah
dan masyarakat.
Pengelolaan
perencanaan,
keuangan
penganggaran,
desa
meliputi
penatausahaan,
keseluruhan
pelaporan,
kegiatan
yang
meliputi
pertanggungjawaban
dan
pengawasan keuangan desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 35
Tahun 2007 dijelaskan bahwa bahwa pemerintah desa berkewajiban untuk membuat
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu
Penerimaan, Buku Kas Pembantu Pengeluaran, dan Buku Kas Pembantu Harian.
Kewajiban pemerintah desa bertambah dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 26 ayat 4 dijelaskan bahwa kepala desa
berkewajiban untuk mengelola keuangan dan aset desa. Permendagri 113 Tahun 2014
menambahkan bahwa pelaporan tersebut harus dilampiri dengan salah satunya dengan
Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran.
Hasil observasi awal peneliti di Desa Batuah Kabupaten Kutai Kertanegara
menunjukkan bahwa aparatur desa belum memiliki pengetahuan tentang pengakuan,
pengukuran, pencatatan dan pelaporan atas transaksi yang berkaitan dengan aset desa.
Sedangkan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa mewajibkan pemerintah desa untuk melaporkan pengelolaan keuangan yang
berkaitan dengan aset desa.
Hal yang sangat urgent lainnya adalah besarnya dana yang diterima oleh desa melalui
Dana Desa. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Yang Bersumber Dari
APBN menjelaskan bahwa alokasi anggaran dana desa yang bersumber dari APBN
ditetapkan 10% dari total dana transfer yang diserahkan kepada daerah. Selain itu,
Permendagri 113 Tahun 2014 mengenai pengelolaan keuangan desa menjelaskan pemerintah
desa mendapatkan Dana Alokasi Desa (ADD) yang dananya bersumber dari APBD
Kabupaten/Kota yaitu dana perimbangan setelah dikurangi dana alokasi khusus.
Ditambahkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa Pasal 97 menjelaskan
bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota mengalokasikan paling sedikit 10% dari realisasi pajak
dan retribusi. Dilanjutkan pada pasal 98 bahwa Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dapat memberikan bantuan keuangan yang bersifat khusus dan umum.
Besarnya Alokasi Dana Desa menjadi hal yang urgent untuk pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan desa dalam bentuk laporan berupa neraca desa.
Penyusunan neraca haruslah tunduk kepada peraturan perundang-undangan yaitu
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP), yang kemudian diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun
2010 yang berbasiskan accrual. Penelitian ini adalah penelitian applied research, peneliti
mengadopsi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 untuk menyusun neraca dan
laporan realisasi anggaran dan pendapatan desa di pemerintah desa di Kabupaten Kutai
Kertanegara.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas maka rumusan masalah adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pemahaman Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK Desa) dan
Petugas Aset dalam pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan aset desa
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan ?
2. Bagaimana bentuk formulir inventarisasi aset desa ?
3. Bagaimanakah implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan berkaitan dengan
transaksi-transaksi penambahan dan pengurangan aset desa guna menyusun neraca desa.
Tinjauan Pustaka
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang telah dilakukan oleh Yuliani dkk (2010) tentang pengaruh
pemahaman akuntansi, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah dan peran
internal audit terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, menyimpulkan bahwa
pemahaman akuntansi, pemanfaatan sistem akuntansi keuangan daerah dan peran internal
audit secara simultan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah. Sejalan
dengan penelitian di atas, Permana (2011) meneliti tentang pengaruh penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dan
implikasinya pada akuntabilitas. Hasil penelitiannya menyimpulkan terdapat pengaruh
sigifikan Standar Akuntansi Pemerintahan dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah dan implikasinya terhadap akuntabilitas.
Juwita (2013) meneliti pengaruh implementasi standar akuntansi pemerintahan dan
sistem informasi akuntansi terhadap kualitas laporan keuangan. Juwita menyimpulkan bahwa
secara simultan dengan uji F dan secara parsial dengan uji t, implementasi standar akuntansi
pemerintahan dan implementasi sistem informasi akuntansi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan. Hal yang sama disimpulkan oleh Lestari dkk (2014) meneliti
tentang pengaruh pemahaman standar akuntansi pemerintahan pendidikan dan pelatihan
terhadap penyajian laporan keuangan di 15 dinas dikabupaten badung. Hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pendidikan dan
pelatihan secara parsial dan simultan berpengaruh secara signifikan terhadap penyajian
laporan keuangan di 15 dinas di kabupaten badung.
Setiawati dan Sari (2014) meneliti tentang kualitas pelaporan keuangan pemerintah
daerah ditinjau dari sumber daya manusia, pengendalian intern, pemanfaatan teknologi
informasi dan pemahaman akuntansi. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa sumber
daya manusia, pengendalian intern, pemanfaatan teknologi informasi dan pemahaman
akuntansi berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas Yuliani dkk (2010), Permana (2011), Juwita
(2013), Lestari dkk (2014) dan Sari dan Setiawati (2014), dapat disimpulkan bahwa
pemahaman akuntansi (Standar Akuntansi Pemerintahan) sangat berpengaruh terhadap
penyajian dan kualitas pelaporan keuangan pemerintah.
Laporan Keuangan
Kondisi dan keadaan sebuah organisasi dapat diukur dan dilihat dari laporan
keuangannya. Karena laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
terjadi dalam organisasi tersebut, sehingga pembahasannya menjadi penting. Mardiasmo
(2002:159) mendefinisikan Laporan keuangan organisasi sektor publik merupakan
komponen penting untuk menciptakan akuntabilias sektor publik. Adanya tuntutan yang
semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik menimbulkan implikasi bagi
manajemen sektor publik untuk memberikan informasi kepada publik, salah satunya adalah
informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan. Bastian (2006:247)
mengartikan
Laporan keuangan sektor publik merupakan “respresentasi posisi keuangan dari transaksitransaksi yang dilakukan oleh suatu entitas sektor publik.” Nordiawan (2007:131)
menambahkan “Laporan Keuangan dalam lingkungan sektor publik memegang peranan
penting dalam rangka menciptakan akuntabilitas sektor publik, semakin besarnya tuntutan
terhadap pelaksanaan akuntabilitas sektor publik memperbesar kebutuhan akan transparansi
infomasi keuangan sektor publik.”
Undang-undang
nomor
17
tahun
2003,
dijelaskan
bahwa
laporan
per-
tanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa laporan keuangan yang
setidak-tidaknya terdiri atas: (1) laporan realisasi anggaran, (2) neraca, (3) laporan arus kas,
(4) catatan atas laporan keuangan.
Afiah (2009:10) mendefinisikan Laporan realisasi
anggaran “menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang
dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan
realisasinya dalam satu periode pelaporan, pelaporan mencerminkan kegiatan keuangan
pemerintah daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap pelaksanaan APBD.”
Mardiasmo (2002:62) menuliskan Anggaran publik merupakan “suatu dokumen yang
menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai
pendapatan, belanja, dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan
dilakukan organisasi di masa yang akan datang.” Jones and Pendlebury (2000) sebagaimana
dikutip dalam Halim (2007:218), anggaran merupakan “penghubung antara perencanaan dan
pengendalian, dimana merupakan perwujudan komitmen untuk mengimplementasikan
berbagai perencanaan jangka pendek dan jangka menengah yang secara jelas memuat apa
yang harus dikerjakan dan alokasi sumberdaya yang diperlukan selama satu tahun.”
Bastian (2006:247) mangartikan laporan posisi keuangan, atau disebut juga dengan
neraca ataupun laporan aktiva dan kewajiban, adalah “laporan keuangan yang menyajikan
posisi aktiva, hutang, dan modal pemilik pada satu saat tertentu.” Afiah (2009:11)
mendefinisikan Neraca adalah “Laporan keuangan yang menyajikan posisi keuangan entitas
ekonomi pada saat (tanggal) tertentu. Laporan ini dibuat untuk menyajikan informasi
keuangan yang dapat dipercaya mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana.”
Afiah (2009:12) memaparkan “Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara
sistematis sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.” Setiap pos dalam Laporan
realisasi anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan
informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Hal yang sama diungkapkan oleh
Halim (2007:107) mendefinisikan Catatan atas Laporan Keuangan merupakan “rangkuman
yang berisikan tentang maksud dan tujuan, landasan hukum maupun tentang kebijakan
ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD. Dalam hal ini
menyajikan penjelasan secara naratif, analisis atau daftar terperinci atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas.”
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Untuk memenuhi syarat-syarat dalam menyajikan laporan keuangan yang
berkualitas, pemerintah mengeluarkan peraturan yang dapat mengatur dan mengelola
penyajian laporan keuangan. Peraturan itu yaitu peraturan pemerintah No 24 Tahun 2005
yang kemudian diperbaharui dengan PP No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Tujuannya adalah sebagai acuan bagi pemerintahan pusat dan daerah dalam
melaksanakan tugasnya menyusun laporan keuangan.
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah akan digunakan oleh
beberapa pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Informasi
akuntansi yang terdapat di dalam laporan keuangan pemerintah daerah harus memenuhi
beberapa karakteristik kualitatif yang sebagaimana disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah
No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, yakni relevan, andal, dapat
dibandingkan, dan dapat dipahami.
Belum tertibnya pengelolaan keuangan daerah dipengaruhi oleh masih terbatasnya
sumber daya manusia yang menguasai dan memahami tentang ilmu akuntansi dalam
pengelolaan keuangan daerah. Dengan kata lain, unsur pemahaman akuntansi berperan
penting dalam pengelolaan keuangan daerah. Menurut Nasrudin (2008), sumber daya
manusia merupakan kunci dari keberhasilan suatu instansi atau perusahaan karena sumber
daya manusia pada suatu instansi memiliki nilai yang tinggi disebabkan oleh kemampuan,
pengetahuan, dan keterampilan. Terkait dengan penyusunan laporan keuangan daerah yang
sesuai dengan SAP, maka perlu diperhatikan kualitas sumber daya manusia yang terlibat
dengan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah, seperti pemahaman akan SAP.
Pemahaman terhadap SAP ini diperlukan agar hasil laporan keuangan daerah lebih
berkualitas (relevan, andal, dapat dipahami, dan dapat diperbandingkan).
Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui pemahaman Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK Desa) dan
Petugas Aset dalam pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan aset desa
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan ?
2.
Mendesain formulir inventarisasi aset desa ?
3.
Mengimplementasi Standar Akuntansi Pemerintahan guna menyusun Neraca dan
Laporan Realisasi Anggaran .
Metode Penelitian
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
Focus Discussion Group (FGD) untuk mengidentifikasi pamahaman Petugas Penatusahaan
Desa (PPK desa dan Petugas Aset) berkaitan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan aset desa. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah berikut :
Gambar 1 : Metode Analisis
Berikut ini merupakan penjelasan dari urutan metode analisis :
1. Mengidentifikasi pemahaman PPK Desa dan Petugas Aset dengan tanya jawab syarat
pengakuan aset, menghitung nilai aset, menjurnal, penyajian dilaporan keuangan dan
pengungkapan detail aset desa. Pada tahapan ini peneliti memberikan pertanyaan kepada
informan tentang :
a. Jenis-jenis (klasifikasi) aset yang dimiliki oleh pemerintah desa, seperti tanah desa,
balai desa, kendaraan, mesin dan peralatan, dan lain-lain termasuk bukti-bukti
kepemilikan seperti SHM, BPKB, faktur, berita acara, dan lain-lain.
b. Nilai aset yang dicantumkan di daftar inventaris desa beserta dasar perhitungannya
c. Pencatatan yang dilakukan oleh PPK desa
d. Laporan yang dibuat oleh PPK Desa berkaitan dengan aset desa
e. Rincian aset desa seperti jenis aset, nilainya, dan lain-lainnya.
2. Mempelajari dokumentasi pelaporan pertanggungjawaban keuangan desa yang meliputi
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, Buku Kas Umum, Buku Kas
Pembantu Penerimaan, Buku Kas Pembantu Pengeluaran, dan Buku Kas Pembantu Harian
3. Mempelajari transaksi-transaksi berkaitan dengan penambahan dan pengurangan aset
desa, seperti pembelian aset desa, pemakaian bahan habis pakai, penjualan aset desa, dan
lain-lainnya.
4. Menyusun neraca berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Tahapan-tahapan
yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
a. Merancang formulir-formulir yang dibutuhkan untuk inventarisasi asset, formulir-formulir tersebut adalah formulir inventarisasi persediaan, formulir tanah, formulir per-
alatan dan mesin, formulir gedung dan bangunan, formulir jalan, jaringan dan irigasi,
serta formulir kontruksi dalam pengerjaan.
b. Peneliti memberikan petunjuk kepada petugas aset desa untuk pengisian formulir-formulir tersebut.
c. Menyusun neraca desa sekaligus laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja
desa. Adapun langkah-langkahnya : (1) menyiapkan formulir neraca awal berikut
petunjuk pengisiaannya, (2) melaksanakan kegiatan pengumpulan data hasil inventarisasi aset oleh petugas aset di desa, (3) melakukan pengolahan data dan klasifikasi
aset dan kewajiban sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), (4) mencantumkan akun-akun aset, kewajiban dan ekuitas dalam format neraca.
Hasil
Pemahaman Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK Desa) dan Petugas Aset
Terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Penelitian ini dilakukan di 8 (delapan) desa-desa yang berada di Kabupaten Kutai
Kertanegara. Desa-desa tersebut adalah Desa Loa Duri Ulu, Desa Batuah, Desa Bakungan,
Desa Tani Harapan, Desa Tani Bhakti, Desa Purwajaya, Desa Loa Janan Ulu, dan Desa Loa
Duri Ilir. Adapun informannya adalah 1 (satu) Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK)
Desa dan 1 (satu) Petugas Aset untuk masing-masing desa. Total jumlah informan adalah
sebanyak 16 (enam belas) petugas desa.
Adapun profil pendidikan dari informan adalah sebagai berikut :
Tabel 1 : Profil Pendidikan PPK Desa dan Petugas Aset
No
1.
2.
Pendidikan Terakhir
Keterangan
SMA/SMK
SMK
Diploma/S1
Non Akuntansi Akuntansi Akuntansi
PPK Desa
8
6
1
1
D3 Akuntansi
Petugas Aset
8
8
Jumlah
16
14
1
1
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari total 16 informan PPK Desa dan Petugas
Petugas
Jumlah
Aset hanya 2 orang (12,5%) yang memiliki latar pendidikan akuntansi. Sedangkan sisanya
sebanyak 14 orang (87,5%) berlatar belakang pendidikan SMA. Petugas aset secara keseluruhan (100%) memiliki latar belakang pendidikan SMA/SMK Non Akuntansi.
Berdasarkan hasil tanya jawab dengan informan berkaitan dengan pemahaman terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), nampak pada tabel di bawah ini :
Tabel 2 : Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan Petugas Penatausahaan
Keuangan Desa dan Petugas Aset
No
Kriteria Pemahaman SAP
Ya
Tidak
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Klasifikasi aset desa
Dokumentasi bukti-bukti kepemilikan
seperti SHM, BPKB, faktur, berita acara
Kriteria pengakuan aset tetap
Dasar pengukuran nilai asset tetap termasuk penyusutannya
Komponen harga perolehan
Jurnal pengakuan aset tetap yang dilakukan oleh PPK desa
Pencatatan aset lancar berdasarkan SAP
Penghitungan fisik persediaan di akhir
periode
Penyusunan neraca awal
Pertukaran asset
Aset donasi
Metode penyusutan
Penetapan masa manfaat
Laporan yang dibuat oleh PPK Desa
berkaitan dengan aset desa seperti neraca
Rincian aset desa seperti jenis aset, nilai
aset, dan lain-lainnya
V
V
V
V
V
v
Sebagai belanja modal, tidak
terdapat jurnal ikutan
V
V
V
V
V
V
V
V
Laporan yang dibuat hanya
daftar inventaris desa
V
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari seluruh kriteria pemahaman SAP
sebanyak 15 kriteria, hanya 1 kriteria yang menjadi pemahaman informan dari PPK desa
maupun Petugas Aset. Terdapat 14 kriteria yang masih belum menjadi pemahaman informan.
Pencatatan yang dilakukan hanya pengakuan belanja modal, tidak terdapat jurnal ikutan
(kolorari) pengakuan di neraca.
Mempelajari Dokumentasi Pelaporan Pertanggungjawaban Keuangan Desa Dan
Transaksi Penambahan Dan Pengurangan Aset Desa.
Pelaporan pertanggungjawaban keuangan desa meliputi Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Penerimaan, Buku
Kas Pembantu Pengeluaran, dan Buku Kas Pembantu Harian. Laporan-laporan tersebut
dipelajari untuk mengidentifikasi laporan-laporan yang dihasilkan dari sistem akuntansi desa
yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 35 Tahun
2007.
Mempelajari transaksi-transaksi berkaitan dengan penambahan dan pengurangan aset
desa, seperti pembelian aset desa, pemakaian bahan habis pakai, penjualan aset desa, dan
lain-lainnya. Tujuan mempelajari transaksi-transaksi di atas adalah untuk mengetahui karak-
teristik transaksi yang terjadi di pemerintah desa, sehingga nantinya dapat ditetapkan jurnal
standar yang digunakan sebagai dasar pencatatan.
Menyusun Neraca Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Pada tahapan ini langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Merancang Formulir-Formulir Inventarisasi Aset
1. Formulir Buku Persediaan
2. Formulir Buku Tanah
3. Formulir buku peralatan dan mesin
4. Formulir Gedung dan Bangunan
5. Formulir Jalan, Jaringan, Irigasi
6. Formulir Aset Tetap Lainnya
Menjurnal Transaksi-Transaksi Keuangan Pemerintah Desa
Saldo awal neraca dan anggaran pendapatan dan belanja desa sebagai berikut :
NO
AKU
N
111
1
111
2
111
3
112
1
113
1
113
2
131
1
131
2
131
3
131
4
141
1
NAMA AKUN
Kas di Bendahara
Kas di Bank
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Persediaan
Bagian Lancar
Bagian Lancar
Lainnya
Bagian Lancar
Kabupaten
Bagian Lancar
Daerah
Pinjaman Kepada Perusahaan Desa
Pinjaman Kepada Pemerintah Desa
DEBET/KRE
DIT
KELOMPO
K
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
-
DEBET
NERACA
-
DEBET
NERACA
SALDO AWAL
5,000,0
00
150,000,0
00
50,000,0
00
25,000,0
00
10,000,0
00
7,000,0
00
-
Pinjaman Kepada Pemerintah
Pinjaman Kepada Perusahaan
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
141
2
141
3
142
1
151
1
151
2
151
3
151
4
151
5
151
6
151
7
153
1
154
1
211
1
211
2
211
3
211
4
211
5
211
6
221
1
221
2
221
3
221
4
311
1
311
2
311
3
311
4
321
1
321
2
321
3
321
4
331
1
410
1
410
2
410
3
410
4
420
1
420
2
Pinjaman Kepada Desa Lainnya
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
KREDIT
NERACA
DEBET
NERACA
DEBET
NERACA
KREDIT
NERACA
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Kepada Pemerintah
Kabupaten
Bagian Lancar Utang Kepada Pemerintah Desa
Lainnya
Bagian Lancar Utang Kepada Lembaga Keuangan Bank dan Non
Bank
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
Utang Jangka Pendek Lainnya
KREDIT
NERACA
Utang Kepada Pemerintah Kabupaten
KREDIT
NERACA
Utang Kepada Pemerintah Desa Lainnya
Utang Kepada Lembaga Keuangan Bank dan Non
Bank
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
Utang Jangka Panjang Lainnya
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
KREDIT
NERACA
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
Pinjaman Kepada Perusahaan Desa
Penyertaan Modal Pemerintah Desa
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Kontruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
20,000,0
00
50,000,0
00
500,000,0
00
200,000,0
00
400,000,0
00
1,000,000,0
00
10,000,0
00
50,000,0
00
20,000,0
00
14,000,0
00
2,000,
000
203,000,
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
000
35,000,
Cadangan Piutang
000
7,000,
Cadangan Persediaan
000
Dana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka
Pendek
70,000,
Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang
000
2,160,000,
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
000
14,000,
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
000
Dana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka
Panjang
20,000,
Dinvestasikan Dalam Dana Cadangan
000
Hasil Usaha Desa
-
KREDIT
Hasil Aset Desa
-
KREDIT
Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong
-
KREDIT
Lain-Lain Pendapatan Asli Desa
-
KREDIT
Dana Desa
-
KREDIT
Bagian Hasil Pajak & Retribusi Kabupaten
-
KREDIT
420
3
420
4
420
5
521
1
521
2
521
3
521
4
610
1
610
2
Alokasi Dana Desa
-
KREDIT
Bantuan Keuangan Pemerintah Provinsi
-
KREDIT
Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten
-
KREDIT
Belanja Pegawai
-
DEBET
Belanja Barang dan Jasa
-
DEBET
Belanja Modal
-
DEBET
Belanja Tidak Terduga
-
DEBET
Penerimaan Pembiayaan
-
KREDIT
Pengeluaran Pembiayaan
-
DEBET
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
ANGGARA
N
Contoh Transaksi :
3-Jan15
4-Jan15
8-Jan15
12-Jan15
15-Jan15
16-Jan15
18-Jan15
20-Jan15
23-Jan15
27-Jan15
31-Jan15
Diterima Pendapatan Desa yang bersumber dari hasil usaha desa Rp
18.500.000,00
Diterima Pendapatan Desa yang bersumber dari pengelolaan kekayaan desa
Rp 10.500.000,00
Diterima pendapatan transfer bagi hasil pajak dari pemerintah kabupaten
Rp 265.500.000,00
Diterima pendapatan transfer bagi hasil retribusi dari pemerintah kabupaten
Rp 100.500.000,00
Diterbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pembelian mesin
jenset Rp 25.600.000,00
Diterbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pembayaran listrik
kantor desa Rp 1.300.000,00
Diterbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pembayaran
penghasilan aparatur desa Rp 49.500.000,- dan tunjangannya
Diterbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pembelian
persediaan habis pakai Rp 7.500.000,00
Diterbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk insentif ketua RT Rp
15.500.000,00
Diterima bantuan keuangan pemerintah propinsi Rp 120.000.000,00
Diterbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pembelian bibit,
pupuk dan obat-obatan untuk diserahkan kepada masyarakat Rp
15.000.000,-
Jurnal Transaksi :
TGL
DEBIT
KREDIT
3-12015
11
12
Kas di Bank
18,500,00
0
410
1
Hasil Usaha Desa
18,500,000
4-12015
11
12
Kas di Bank
10,500,00
0
410
2
Hasil Aset Desa
10,500,000
8-12015
11
12
Kas di Bank
265,500,0
00
420
2
Bagian Hasil Pajak & Retribusi
Kabupaten
265,500,00
0
12-12015
11
12
Kas di Bank
100,500,0
00
420
2
Bagian Hasil Pajak & Retribusi
Kabupaten
100,500,00
0
15-12015
52
13
Belanja Modal
25,600,00
0
111
2
Kas di Bank
25,600,000
16-12015
15
12
52
12
Peralatan dan
Mesin
Belanja Barang dan
Jasa
18-12015
20-12015
52
11
52
12
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan
Jasa
23-12015
52
12
27-12015
31-12015
25,600,00
0
1,300,000
49,500,00
0
321
2
111
1
Diinvestasikan Dalam Aset
Tetap
25,600,000
Kas di Bendahara
1,300,000
Kas di Bank
49,500,000
Kas di Bank
7,500,000
7,500,000
111
2
111
2
Belanja Barang dan
Jasa
15,500,00
0
111
2
Kas di Bank
15,500,000
11
12
Kas di Bank
120,000,0
00
420
4
Bantuan Keuangan
Pemerintah Provinsi
120,000,00
0
52
12
Belanja Barang dan
Jasa
15,000,00
0
111
2
Kas di Bank
15,000,000
11
32
Persediaan
15,000,00
0
311
3
Cadangan Persediaan
15,000,000
Setelah diposting ke buku besar, saldo akhir periode (asumsi tanpa penyesuaian) neraca
pemerintah desa sebagai berikut :
PEMERINTAH DESA SEJAHTERA
NERACA
PER 31 JANUARI 2015
Awal
AKTIV
A
Berjalan
5,000,
000
150,000
,000
50,000
,000
25,000
,000
10,000
,000
7,000
,000
(1,300,
000)
401,900
,000
1111
Kas di Bendahara
1112
Kas di Bank
1113
Investasi Jangka Pendek
1121
Piutang Pajak
1131
Piutang Retribusi
1132
1314
Persediaan
Bagian Lancar Pinjaman Kepada
Perusahaan Desa
Bag. Lancar Pinjaman Kpda Pem. Desa
Lainnya
Bagian Lancar Pinjaman Kpd Pemerintah
Kabupaten
Bagian Lancar Pinjaman Kepada
Perusahaan Daerah
1411
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
-
1412
Pinjaman Kepada Desa Lainnya
-
1413
Pinjaman Kepada Perusahaan Desa
20,000,000
-
1421
Penyertaan Modal Pemerintah Desa
-
1511
Tanah
1512
Peralatan dan Mesin
50,000,000
500,000,0
00
200,000,00
0
1311
1312
1313
15,000
,000
Akhir
3,700,
000
551,900
,000
50,000
,000
25,000,
000
10,000
,000
22,000
,000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
25,600,000
20,000,0
00
50,000,0
00
500,000,0
00
225,600,0
00
1513
Gedung dan Bangunan
1514
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
400,000,00
0
1,000,000,
000
1515
Aset Tetap Lainnya
10,000,000
-
1516
Kontruksi Dalam Pengerjaan
50,000,000
-
1517
Akumulasi Penyusutan
1531
Dana Cadangan
20,000,000
-
1541
Aset Lainnya
14,000,000
-
-
-
-
400,000,0
00
1,000,000,
000
10,000,0
00
50,000,0
00
20,000,0
00
14,000,0
00
2,511,0
00,000
441,200
,000
2,952,
200,000
Awal
Berjalan
Akhir
2,000,000
-
2,000,0
00
PASIV
A
2111
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
2112
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2115
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Kepada Pemerintah
Kabupaten
Bagian Lancar Utang Kepada Pemerintah
Desa Lainnya
Bagian Lancar Utang Kepada LK Bank dan
Non Bank
-
-
-
2116
Utang Jangka Pendek Lainnya
-
-
-
2211
Utang Kepada Pemerintah Kabupaten
-
-
-
2212
-
-
-
2213
Utang Kepada Pemerintah Desa Lainnya
Utang Kepada Lembaga Keuangan Bank
dan Non Bank
-
-
-
2214
Utang Jangka Panjang Lainnya
3111
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
3112
Cadangan Piutang
3113
3211
Cadangan Persediaan
Dana Yg Hrs Disediakan Utk Pembyr Utang
JK Pendek
Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka
Panjang
3212
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
3213
3214
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
Dana Yg Hrs Disediakan Utk Pembyr Utang
JK Panjang
3311
Dinvestasikan Dalam Dana Cadangan
2113
2114
3114
203,000,00
0
35,000,00
0
7,000,00
0
70,000,000
2,160,000,
000
14,000,00
0
20,000,000
2,511,000
,000
15,000,000
25,600,000
40,600
,000
203,000,
000
35,000,
000
22,000,0
00
70,000,0
00
2,185,600,
000
14,000,0
00
20,000,0
00
2,551,600
,000
Laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja akan nampak sebagai berikut :
PEMERINTAH DESA SEJAHTERA
REALISASI ANGGARAN DAN PENDAPATAN DESA
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 JANUARI 2015
AWAL
Pendapatan Asli Desa
BERJALAN
AKHIR
4101
Hasil Usaha Desa
-
4102
-
4103
Hasil Aset Desa
Swadaya, Partisipasi dan Gotong
Royong
4104
Lain-Lain Pendapatan Asli Desa
-
-
Jumlah Pendapatan Asli Desa
Pendapatan Transfer
-
4201
Dana Desa
Bagian Hasil Pajak & Retribusi
Kabupaten
-
Alokasi Dana Desa
Bantuan Keuangan Pemerintah
Provinsi
Bantuan Keuangan Pemerintah
Kabupaten
-
4202
4203
4204
4205
18,50
0,000
10,50
0,000
-
-
-
Jumlah Pendapatan Transfer
Jumlah Pendapatan (PADesa
+ Transfer)
-
5211
Belanja Pegawai
-
5212
Belanja Barang dan Jasa
-
5213
Belanja Modal
-
5214
Belanja Tidak Terduga
-
Jumlah Belanja
-
-
18,500,
000
10,500,
000
-
29
,000,000
29,
000,000
366,00
0,000
366,000,
000
120,00
0,000
120,000,
000
-
486
,000,000
515
,000,000
486,
000,000
515,
000,000
49,50
0,000
39,30
0,000
25,60
0,000
49,500,
000
39,300,
000
25,600,
000
114
,400,000
400,60
0,000
114,
400,000
400,600
,000
Bela
nja
Surplus/Defisit
Pembiayaan
-
6101
Penerimaan Pembiayaan
-
-
-
6102
Pengeluaran Pembiayaan
-
-
-
Jumlah Pembiayaan Netto
-
Silpa/Sikpa
-
400,60
0,000
400,600
,000
Pembahasan
Pemahaman Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK Desa) dan Petugas Aset di
8 desa di Kabupaten Kutai Kertanegara Terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
masih sangat minim. Dari seluruh kriteria pemahaman SAP sebanyak 15 kriteria, hanya 1
kriteria yang menjadi pemahaman informan dari PPK desa maupun Petugas Aset. Terdapat
14 kriteria yang masih belum menjadi pemahaman informan. Salah satu faktor penting yang
mempengaruhi pemahaman ini adalah latar belakang pendidikan informan, dari total 16
informan PPK Desa dan Petugas Aset hanya 2 orang (12,5%) yang memiliki latar pendidikan
akuntansi. Sedangkan sisanya sebanyak 14 orang (87,5%) berlatar belakang pendidikan
SMA. Petugas aset secara keseluruhan (100%) memiliki latar belakang pendidikan
SMA/SMK Non Akuntansi.
Hal yang sama disampaikan Keuangan LSM (2014) bahwa 78 ribu desa di Indonesia
umumnya memiliki sumberdaya manusia yang terbatas. Sumber daya yang terbatas dari
aspek pendidikan sangat berpengaruh terhadap pemahaman terhadap Standar Akuntansi
Keuangan (SAP). Sejalan dengan hal tersebut Lestari, dkk (2014) menjelaskan bahwa
pemahaman terhadap SAP, latar belakang pendidikan dan pelatihan sangat mempengaruhi
penyajian laporan keuangan.
Yuliani, dkk (2010) menindaklanjuti fenomena hasil audit Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) bahwa laporan keuangan pemerintah daerah tidak
memenuhi kriteria sebagai syarat-syarat laporan keuangan yang berkualitas. Kriteria dan
unsur-unsur pembentuk kualitas laporan keuangan yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan
dan dapat dipahami. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan tersebut
adalah pemahaman akuntansi, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah dan
peran internal audit.
Sebelum menyusun neraca awal terlebih dahulu melakukan inventarisir asset yang
dimiliki oleh pemerintah desa. Peneliti mengadopsi Peraturan Pemerintah (PP) 24 Tahun
2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Akun-akun yang digunakan adalah
persediaan, tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, jaringan dan irigasi, dan
kontruksi dalam pengerjaan. Perancangan formulir dibuat seinformatif mungkin dan mudah
dalam pengisiannya. Pada formulir buku tanah, mesin dan peralatan, gedung dan bangunan,
jalan, jaringan dan irigasi, serta kontruksi dalam pengerjaan terdapat kolom harga perolehan
dan harga wajar. Pada harga perolehan yang diisikan adalah nilai harga beli ditambah biayabiaya lain sampai dengan asset dapat digunakan. Sedangkan pada kolom harga wajar
diisikan harga wajar saat menyusun neraca awal
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah pedoman bagi praktik akuntansi
pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota). Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang diadopsi peneliti
adalah Peraturan Pemerintah (PP) 24 Tahun 2005 yang tidak menganut basis akrual secara
penuh tetapi basis modifikasian. Basis modifikasian yang dianut disebut dengan basis kas
menuju akrual (cash towards accrual). Dengan basis ini, aset, kewajiban, dan hutang diakui
menurut basis akrual sedangkan pendapatan,belanja, dan pembiayaan diakui berdasarkan
basis kas. Dengan basis kas menuju akrual tersebut, setiap pengeluaran berupa belanja dan
pengeluaran pembiayaan serta penerimaan berupa pendapatan dan penerimaan pembiayaan
diakui pada saat kas diterima atau dikeluarkan.
Perkiraan/akun yang terpengaruh dalam neraca jika terjadi penerimaan dan
pengeluaran hanyalah kas. Dengan kata lain tidak ada perkiraan/akun campuran, tidak ada
perkiraan/akun yang mempengaruhi Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran sekaligus
selain kas. Agar transaksi dapat dicatat atau muncul dalam akun neraca, maka digunakan
mekanisme jurnal korolari dan/atau jurnal penyesuaian di akhir tahun.
Kesimpulan
Kewajiban pemerintah desa dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa Pasal 26 ayat 4 dijelaskan bahwa kepala desa berkewajiban untuk
mengelola keuangan dan aset desa. Permendagri nomor 113 Tahun 2014 mempertegas
bahwa kepala desa berkewajiban melaporkan kekayaan desa setiap 31 desember atau akhir
tahun anggaran. Kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Pemahaman yang masih relatif kurang Petugas Penatusahaan Keuangan Desa (PPK Desa)
dan Petugas Aset terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai pedoman
dalam melakukan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pelaporan transaksi-transaksi
mengenai ast desa. Petugas Penatausahaan Keuangan Desa (PPK Desa) serta Petugas
Aset hampir keseluruhan tidak memiliki latar belakang pendidikan akuntansi, hal ini
berpengaruh terhadap pemahaman terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan.
2. Pemerintah desa dalam rangka menyusun neraca awal perlu melakukan inventarisir assetaset yang dimilikinya. Formulir untuk inventarisir asset desa terdiri dari formulir inventarisasi persediaan, formulir tanah, formulir peralatan dan mesin, formulir gedung dan
bangunan, formulir jalan, jaringan dan irigasi, dan formulir kontruksi dalam pengerjaan.
3. Pemerintah desa dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan asset desa
perlu mengadopsi Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) guna menyusun neraca desa,
dikarenakan saat ini belum terdapat peraturan sebagai petunjuk bagi pemerintah desa
dalam menyusun laporan mengenai asset desa.
Saran
Saran-saran yang pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diperlukan sebuah system informasi akuntansi untuk dapat mempermudah Penatausahaan
Keuangan Desa (PPK Desa) serta Petugas Aset untuk administrasi aset desa dan
penyusunan laporan neraca dan anggaran pendapatan dan belanja desa.
2. Diperlukan lembaga independen yaitu appraisal yang bertugas untuk menilai aset desa.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini terbatas pada pengadopsian Standar Akuntansi Pemerintahan PP Nomor
24 Tahun 2005 guna mengimplementasikan penyusunan neraca di desa-desa Kabupaten
Kutai Kertanegara. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah dengan menyusun
sistem informasi akuntansi yang dapat mempermudah Penatausahaan Keuangan Desa (PPK
Desa) serta Petugas Aset untuk administrasi aset desa dan penyusunan laporan neraca dan
anggaran pendapatan dan belanja desa.
DAFTAR PUSTAKA
Afiah, Nunuy Nur. 2009. Implementasi Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Jakarta:
Penerbit Prenada Media Group.
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah; Bunga
Rampai Manajemen Keuangan Daerah Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit UPP
STIM YKPN
Juwita, 2013. Pengaruh Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Trikonomika, Vol. 12 : No :
2 : 2013
KeuanganLSM. 2014. Pengelolaan Keuangan Desa dalam Kerangka UU No.6 Tahun 2014
(on line). (http://keuanganlsm.com. Didownload 11 februari 2015)
Lestari, Putu Diah, Sulindawati, Ni Luh Gede Erni, Atmadja Anantawikrama Tungga, 2014.
Pengaruh Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Pendidikan dan
Pelatihan Terhadap Penyajian Laporan Keuangan (Studi Pada 15 Dinas Kabupaten Badung). E-Journal Ak Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2 : No: 1 :
2014
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Nasrudin, Fadilah. 2008. Pengaruh Pendidikan, Pelatihan dan Pengalaman Kerja Terhadap
Kualitas Penyajian Informasi Akuntansi Pada PT. BNI, Tbk. Jurnal Ichsan
Gorontalo. Vol. 3 : 2008
Nordiawan, Deddi. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun
2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Permana, irvan. 2011. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan Implikasinya Pada
Akuntabilitas. Survei Pada Dinas Kabupaten Bandung Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Setiawati, Erma., Sari, Shinta Permata. 2014. Kualitas Pelaporan Keuangan Pemerintah
Daerah Ditinjau Dari Sumber Daya Manusia, Pengendalian Intern, Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Pemahaman Akuntansi (Studi Empiris pada Kabupaten dan
Kota di Wilayah Eks Karesidenan Surakarta). Call Paper Seminar Nasional FEB
UMS : 2014
Yuliani, Safrida., Nadirsyah dan Usman Bakar. 2010. Pengaruh Pemahaman Akuntansi,
Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Peran Internal
Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Telaah &
Riset Akuntansi Vol. 3 : No. 2 : 2010.