TUGAS EKONOMI PERTANIAN tangguh dalam
TUGAS
EKONOMI PERTANIAN
Disusun Oleh
Pandyo Bagasragil (041111090)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga
2014
1. Perkembangan program kredit pertanian di Indonesia
No
1
Jenis/Nama
KKP ( Kredit Ketahanan
Pangan)
Tahun
2001-2006
Tujuan
Intensifikasi tanaman
pangan (padi, jagung,
kedelai, ubi kayu)
Kelompok Sasaran
Pengadaan pangan.
Target dari KKP
adalah kelompok
tani dan koperasi.
2
BPLM ( Bantuan Pinjaman
Langsung Masyarkat)
2004
Kelompok Tani
(Klomtan)
3
LKMA ( Lembaga
Keuangan Mikro Agribisnis)
2005
Penguatan modal dalam
kelompok tani,
meneruskan program
perguliran modal, dan
memperkuat modal
kelompok
Peningkatan kapasitas
melalui pelatihan dan
penyuntikan modal kerja
LKMA
4
P4K ( Proyek Peningkatan
Pendapatan Petani Kecil)
2005
Untuk meningkatkan
kemampuan dan
membantu Petani Nelayan
Kecil (PNK) dan
masyarakat miskin di
perdesaan, sehingga
mereka mampu
meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraannya dan
lepas dari kemiskinan
Kelompok Petani
Kecil (KPK)
5
DPM-LUEP ( Dana
Penguatan Modal Lembaga
Usaha Ekonomi Perdasaan)
2007
(1) melakukan pembelian
dalam rangka menjaga
stabilitas harga
gabah/beras yang diterima
petani minimal sesuai
HPP
Petani Perdesaan di
hamper semua
Provinsi di Indonesia
(2) mendekatkan petani
dan atau kelompok tani
terhadap pasar melalui
kerjasama dengan LUEP
(3)menumbuhkembangkan
dan menggerakkan
Petani/kegiatan
agribisnis
kelembagaan usaha
ekonomi di perdesaan
(4) memperkuat posisi
daerah dalam ketahanan
pangan wilayah
6
SP3 (Skim Pelayanan
Pembiayaan Pertanian )
2008
Meningkatkan akses
petani pada fasilitas
kredit/pembiayaan dari
bank pelaksana melalui
mekanisme bagi risiko
(risk sharing) antara bank
pelaksana dengan
pemerintah
Perbankan dan
Kelompok Tani
7
PUAP ( Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan)
2009
Penanggulangan
kemiskinan dan
penciptaan lapangan kerja
di perdesaan, sekaligus
mengurangi kesenjangan
pembangunan antar
wilayah pusat dan daerah
serta antarsubsektor
Desa
miskin/tertinggal
yang memiliki
potensi pertanian
2. Pengaruh kendala dalam mengakses kredit untuk peningkatan prestasi usaha
pertanian
Menurut Mosher (1987), kredit merupakan salah satu faktor pelancar
pembangunan pertanian. Untuk Meningkatkan hasil produksi, petani membutuhkan
modal yang besar supaya dapat menggunakan teknologi usahatani secara optimal.
Namun, adopsi teknologi pada umumnya relatif mahal dan petani kecil tidak mampu
membiayai teknologi tersebut. Akibatnya pemanfaatan teknologi menjadi rendah.
Walaupun kredit sangat penting untuk pembangunan pertanian dan sudah banyak
kredit yang sudah diintroduksikan oleh pemerintah, namun akses petani terhadap kredit
masih terbatas. Padahal akses kepada kredit adalah jauh lebih penting dibanding biaya
kredit untuk rumah tangga tersebut. Hasil penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa
terbatasnya akses rumah tangga miskin terhadap rumah tangga miskin terhadap kredit
membawa konsekuensi negative yang signifikan terhadap berbagai aspek seperti
teknologi, produktivitas pertanian, keamanan pangan, gizi, kesehatan, dan kesejahteraan
rumah tangga secara keseluruhan.
Di lain pihak bank-bank komersial dan lembaga formal lain telah gagal untuk
memenuhi kebutuhan kredit petani kecil, terbatasnya akses terhadap kredit bagi rumah
tangga berpendapat rendah akan memprkuat lingkaran setan kemiskinan, sehingga sulit
bagi rumah tangga untuk meminjam kembali pada waktu selanjutnya.
Keberadaan sumber kredit sangat penting dalam pengembangan produksi padi
terutama untuk petani berlahan sempit. Kredit digunakan baik untuk tujuan produksi,
kegiatan ekonomi lainnya dan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Dilihat
dari sisi rumah tangga petani, sebagian besar petani memiliki lahan sempit, tidak
mempunyai sertifikat tanah atau asset lain sehingga mereka tidak tertarik untuk
mengakses kredit fomal yang mengisyaratkan adanya jaminan.
Terbatasnya akses rumah tangga petani terhadap kredit formal menyebabkan
mereka lebih tertarik untuk mengakses lembaga kredit informal. Jadi mereka yang tidak
memiliki akses terhadap kredit formal akan memiliki permintaan yang tinggi untuk kredit
informal.
Sejumlah factor telah diindikasikan oleh peneliti sebelumnya sebagai factor yang
mempengaruhi akses rumah tangga terhadap kredit, diantaranya adalah umur, pendidikan,
sluas lahan, jarak ke sumber kredit dan kemudahan meminjam. Hasil penelitian Rosmiati
(2012) menunjukkan bahwa nilai koefisien pengaruh umur terhadap akses kredit adalah
negative dan nyata pada α = 5%. Artinya semakin tua umur petani maka akses terhadap
kredit semakin kecil. Umur merupakan salah satu factor yang mempengaruhi
keberhasilan usaha tani. Pendidikan merupakan factor yang menentukan akses rumah
tangga terhadap kredit. Hasil penelitian Rosmiati juga menunjukkan tingkat α= 5%,
artinya semakin tinggi pendidikan maka akses terhadap kredit semakin besar. Lahan
adalah variable penting yang menentukan kemampuan untuk mendapatkan kredit
terutama kredit dari pasar formal. Begitupula hasil penelitian Rosmiati menunjukkan α=
5% yang artinya semakin luas lahan yang dimiliki petani, maka akses terhadap kredit
semakin besar.
Akses kredit mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga melalui tiga jalur,
pertama adalah pengentasan dari kendala modal untuk pengeluaran input pertanian,
konsumsi makanan dan barang-barang nonpangan. Kedua akses terhadap kredit dapat
mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga dengan meningkatkan kemampuan rumah
tangga menghadapi resiko dan ketiga adalah akses terhadap kredit untuk memenuhi
konsumsi. Beberapa peneliti terdahulu telah menyimpulkan bahwa program kredit
meningkatkan taraf hidup keluarga miskin. Pemberian kredit juga berdampak positif
terhadap tingkat individu maupun rumah tangga, kepemilikan asset, dan penyediaan
tenaga kerja.
Gambar diatas menjelaskan kseimbangan rumah tangga petani padi sawah dan juga
adanya pengaruh kredit pada keseimbangan baru. Pada kondisi sebelum adanya kredi, rumah
tangga mencapai titik keseimbangan pada titik A.
Kredit berperan dalam peningkatan produktivitas usaha tani padi. Peningkatan
produktifitas akan menyebabkan nilai produk total bergeser ke atas (TVP2). Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pendapatan rumah tangga. Pendapatan meningkat akan
menyebabkan peningkatan konsumsi rumah tangga. Akibatnya kurva bergeser ke atas dan
menyebabkan keseimbangan baru di titik B.
Kesimpulannya dengan adanya kredit menyebabkan peningkatan penggunaan input
produksi. Peningkatan penggunaan input produksi akan meningkatkan hasil produksi dan hasil
usaha tani. Jadi pemberian kredit sangat berpengaruh terhadap usaha tani
Sumber Rujukan :
Anggraini, Dewi. 2013. Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi Pengembangan UMKM di
Kota Medan.
Arif, Burhan. 2008. Dampak Akses Kredit Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Padi.
Ashari. 2009. Peranan Perbankan Nasional Dalam PembiayaanSektor Pertanian di Indonesia.
Darmanto. 2008. Pengembangan Kredit Pertanian.
Imanina, Eka. 2013. Impikasi Kredit Pertanian Terhadap Pendapatan Petani.
Pratomo, Bagus. 2014. Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Terhadap Pendapatan
Petani Tebu.
Rizqul Karim. Akhmad. 2005. Evaluasi Pengembalian Kredit P4K Oleh Kelompok Petani Kecil
di Kecamatan Banguntapan Yogyakarta.
Rosmiati, M. 2012. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Pada Pasar Kredit Perdesaan.
Surono, Indro. 1998. Menyoal Kredit Mikro Sektor Pertanian
EKONOMI PERTANIAN
Disusun Oleh
Pandyo Bagasragil (041111090)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga
2014
1. Perkembangan program kredit pertanian di Indonesia
No
1
Jenis/Nama
KKP ( Kredit Ketahanan
Pangan)
Tahun
2001-2006
Tujuan
Intensifikasi tanaman
pangan (padi, jagung,
kedelai, ubi kayu)
Kelompok Sasaran
Pengadaan pangan.
Target dari KKP
adalah kelompok
tani dan koperasi.
2
BPLM ( Bantuan Pinjaman
Langsung Masyarkat)
2004
Kelompok Tani
(Klomtan)
3
LKMA ( Lembaga
Keuangan Mikro Agribisnis)
2005
Penguatan modal dalam
kelompok tani,
meneruskan program
perguliran modal, dan
memperkuat modal
kelompok
Peningkatan kapasitas
melalui pelatihan dan
penyuntikan modal kerja
LKMA
4
P4K ( Proyek Peningkatan
Pendapatan Petani Kecil)
2005
Untuk meningkatkan
kemampuan dan
membantu Petani Nelayan
Kecil (PNK) dan
masyarakat miskin di
perdesaan, sehingga
mereka mampu
meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraannya dan
lepas dari kemiskinan
Kelompok Petani
Kecil (KPK)
5
DPM-LUEP ( Dana
Penguatan Modal Lembaga
Usaha Ekonomi Perdasaan)
2007
(1) melakukan pembelian
dalam rangka menjaga
stabilitas harga
gabah/beras yang diterima
petani minimal sesuai
HPP
Petani Perdesaan di
hamper semua
Provinsi di Indonesia
(2) mendekatkan petani
dan atau kelompok tani
terhadap pasar melalui
kerjasama dengan LUEP
(3)menumbuhkembangkan
dan menggerakkan
Petani/kegiatan
agribisnis
kelembagaan usaha
ekonomi di perdesaan
(4) memperkuat posisi
daerah dalam ketahanan
pangan wilayah
6
SP3 (Skim Pelayanan
Pembiayaan Pertanian )
2008
Meningkatkan akses
petani pada fasilitas
kredit/pembiayaan dari
bank pelaksana melalui
mekanisme bagi risiko
(risk sharing) antara bank
pelaksana dengan
pemerintah
Perbankan dan
Kelompok Tani
7
PUAP ( Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan)
2009
Penanggulangan
kemiskinan dan
penciptaan lapangan kerja
di perdesaan, sekaligus
mengurangi kesenjangan
pembangunan antar
wilayah pusat dan daerah
serta antarsubsektor
Desa
miskin/tertinggal
yang memiliki
potensi pertanian
2. Pengaruh kendala dalam mengakses kredit untuk peningkatan prestasi usaha
pertanian
Menurut Mosher (1987), kredit merupakan salah satu faktor pelancar
pembangunan pertanian. Untuk Meningkatkan hasil produksi, petani membutuhkan
modal yang besar supaya dapat menggunakan teknologi usahatani secara optimal.
Namun, adopsi teknologi pada umumnya relatif mahal dan petani kecil tidak mampu
membiayai teknologi tersebut. Akibatnya pemanfaatan teknologi menjadi rendah.
Walaupun kredit sangat penting untuk pembangunan pertanian dan sudah banyak
kredit yang sudah diintroduksikan oleh pemerintah, namun akses petani terhadap kredit
masih terbatas. Padahal akses kepada kredit adalah jauh lebih penting dibanding biaya
kredit untuk rumah tangga tersebut. Hasil penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa
terbatasnya akses rumah tangga miskin terhadap rumah tangga miskin terhadap kredit
membawa konsekuensi negative yang signifikan terhadap berbagai aspek seperti
teknologi, produktivitas pertanian, keamanan pangan, gizi, kesehatan, dan kesejahteraan
rumah tangga secara keseluruhan.
Di lain pihak bank-bank komersial dan lembaga formal lain telah gagal untuk
memenuhi kebutuhan kredit petani kecil, terbatasnya akses terhadap kredit bagi rumah
tangga berpendapat rendah akan memprkuat lingkaran setan kemiskinan, sehingga sulit
bagi rumah tangga untuk meminjam kembali pada waktu selanjutnya.
Keberadaan sumber kredit sangat penting dalam pengembangan produksi padi
terutama untuk petani berlahan sempit. Kredit digunakan baik untuk tujuan produksi,
kegiatan ekonomi lainnya dan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Dilihat
dari sisi rumah tangga petani, sebagian besar petani memiliki lahan sempit, tidak
mempunyai sertifikat tanah atau asset lain sehingga mereka tidak tertarik untuk
mengakses kredit fomal yang mengisyaratkan adanya jaminan.
Terbatasnya akses rumah tangga petani terhadap kredit formal menyebabkan
mereka lebih tertarik untuk mengakses lembaga kredit informal. Jadi mereka yang tidak
memiliki akses terhadap kredit formal akan memiliki permintaan yang tinggi untuk kredit
informal.
Sejumlah factor telah diindikasikan oleh peneliti sebelumnya sebagai factor yang
mempengaruhi akses rumah tangga terhadap kredit, diantaranya adalah umur, pendidikan,
sluas lahan, jarak ke sumber kredit dan kemudahan meminjam. Hasil penelitian Rosmiati
(2012) menunjukkan bahwa nilai koefisien pengaruh umur terhadap akses kredit adalah
negative dan nyata pada α = 5%. Artinya semakin tua umur petani maka akses terhadap
kredit semakin kecil. Umur merupakan salah satu factor yang mempengaruhi
keberhasilan usaha tani. Pendidikan merupakan factor yang menentukan akses rumah
tangga terhadap kredit. Hasil penelitian Rosmiati juga menunjukkan tingkat α= 5%,
artinya semakin tinggi pendidikan maka akses terhadap kredit semakin besar. Lahan
adalah variable penting yang menentukan kemampuan untuk mendapatkan kredit
terutama kredit dari pasar formal. Begitupula hasil penelitian Rosmiati menunjukkan α=
5% yang artinya semakin luas lahan yang dimiliki petani, maka akses terhadap kredit
semakin besar.
Akses kredit mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga melalui tiga jalur,
pertama adalah pengentasan dari kendala modal untuk pengeluaran input pertanian,
konsumsi makanan dan barang-barang nonpangan. Kedua akses terhadap kredit dapat
mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga dengan meningkatkan kemampuan rumah
tangga menghadapi resiko dan ketiga adalah akses terhadap kredit untuk memenuhi
konsumsi. Beberapa peneliti terdahulu telah menyimpulkan bahwa program kredit
meningkatkan taraf hidup keluarga miskin. Pemberian kredit juga berdampak positif
terhadap tingkat individu maupun rumah tangga, kepemilikan asset, dan penyediaan
tenaga kerja.
Gambar diatas menjelaskan kseimbangan rumah tangga petani padi sawah dan juga
adanya pengaruh kredit pada keseimbangan baru. Pada kondisi sebelum adanya kredi, rumah
tangga mencapai titik keseimbangan pada titik A.
Kredit berperan dalam peningkatan produktivitas usaha tani padi. Peningkatan
produktifitas akan menyebabkan nilai produk total bergeser ke atas (TVP2). Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pendapatan rumah tangga. Pendapatan meningkat akan
menyebabkan peningkatan konsumsi rumah tangga. Akibatnya kurva bergeser ke atas dan
menyebabkan keseimbangan baru di titik B.
Kesimpulannya dengan adanya kredit menyebabkan peningkatan penggunaan input
produksi. Peningkatan penggunaan input produksi akan meningkatkan hasil produksi dan hasil
usaha tani. Jadi pemberian kredit sangat berpengaruh terhadap usaha tani
Sumber Rujukan :
Anggraini, Dewi. 2013. Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi Pengembangan UMKM di
Kota Medan.
Arif, Burhan. 2008. Dampak Akses Kredit Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Padi.
Ashari. 2009. Peranan Perbankan Nasional Dalam PembiayaanSektor Pertanian di Indonesia.
Darmanto. 2008. Pengembangan Kredit Pertanian.
Imanina, Eka. 2013. Impikasi Kredit Pertanian Terhadap Pendapatan Petani.
Pratomo, Bagus. 2014. Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Terhadap Pendapatan
Petani Tebu.
Rizqul Karim. Akhmad. 2005. Evaluasi Pengembalian Kredit P4K Oleh Kelompok Petani Kecil
di Kecamatan Banguntapan Yogyakarta.
Rosmiati, M. 2012. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Pada Pasar Kredit Perdesaan.
Surono, Indro. 1998. Menyoal Kredit Mikro Sektor Pertanian