MAKALAH PSIKO NEURO IMUNOLOGI TENTANG KE
MAKALAH PSIKO NEURO IMUNOLOGI TENTANG
KETAHANAN DAN DAMPAK PASAR GELAP SMARTPHONE
DI INDONESIA
Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah PNI
Yang di bimbing oleh Prof.Taat Suhartono Putra
Oleh
: Kelompok 4 (IKP 2A)
Anggota kelompok
:
Fajriansyah (1311B0048)
Muhlisin Nalahuddin (1311B0031)
Ratih Setyaningrum (1311B0034)
Mustamim (1311B0032)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
1
2014
DAFTAR ISI
Daftar isi ____________________________________________________
2
BAB I. PENDAHULUAN _______________________________________
3
1.1.
Latar Belakang Permasalahan____________________________
3
1.2.
Rumusan Masalah_____________________________________
4
1.3.
Tujuan______________________________________________
4
1.4.
Manfaat_____________________________________________
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA__________________________________
6
2.1. Sejarah Pajak di Indonesia______________________________
6
2.2. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN)______________
7
2.3. Objek Pajak Pertambahan Nilai__________________________
7
2.4. Barang Kena Pajak dan Pengecualiannya__________________
8
2.5. Jasa Kena Pajak dan Pengecualiannya_____________________
9
BAB III. KERANGKA KOSEPTUAL_____________________________
10
3.1. Kerangka Konsep_____________________________________
10
BAB IV. PEMBAHASAN_______________________________________
11
4.1. Penyebab ___________________________________________
11
4.2. Dampak ____________________________________________
12
4.3. Penanggulangan______________________________________
12
BAB V. PENUTUP____________________________________________
14
5.1. Kesimpulan__________________________________________
14
5.2. Saran_______________________________________________
14
DAFTAR PUSTAKA___________________________________________
15
LAMPIRAN : ALUR PIKIR ILMIAH____________________________
16
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Di Indonesia terdapat begitu banyak jenis pajak, pajak menjadi salah satu penambah
pendapatan Negara yang sangat besar. Salah satu jenis pajak yang menyumbang pendapatan
besar bagi negara adalah pajak pertambahan nilai (PPN).Tetapi sekarang ini banyak barang
yang beredar di Indonesia tanpa membayar pajak pertambahan nilai (PPN). Padahal
umumnya barang yang beredar merupakan brand bermerek yang apabila di total pajaknya
dapat dikategorikan nominalnya sangat besar. Contoh brand ternama yang banyak beredar
tanpa pajak adalah Samsung,Aple,Blackberry,I-phone,HTC,Acer,Google,Sony,Army dan
masih banyak lagi.
Yang lebih parahnya hal ini dilakukan oleh anak bangsa ini sendiri. Barang-barang
seperti ini sangat mudah untuk ditemui. Banyak situs-situs online maupun jejaring sosial
yang dikelola oleh anak bangsa ini sendiri yang menawaran berbagai macam barang dengan
brand ternama,tapi dengan harga yang jauh lebih murah tentunya. Biasanya barang-barang
seperti ini di situs jual beli di sebut dengan barang BM (Black Market). Faktanya,salah satu
operator selular (telkomsel) pada tahun 2013 mempublikasikan bahwa pengguna BB Z10 di
Indonesia 50% nya adalah pengguna barang BM. Hal ini ini diketahui karena pada saat di
deteksi 50 % BB Z10 tersebut terdaftar di central Inggris (bukan di Indonesia) dan yang
kedua melalui pemasaran BB Z10 di Indonesia hanya tersedia 5000 unit saja,tapi faktanya
yang terdaftar di operator Telkomsel pengguna BB Z10 (saat itu) sudah mencapai 10.000
unit.
Lantas pertanyaannya darimana mereka mendapatkan barang-barang ini ?
Jawabannya mudah,barang-barang ini diperoleh dari negeri seberang ( ex : Malaysia dan
Singapura ). Barang-barang ini lalu diseludupkan melalui perbatasan Negara (ex :
Batam,Tenggarong). Setelah itu barang akan di pasarkan melalui internet dan disebarkan ke
seluruh agen atau resseler di seluruh Indonesia.
Black market merugian negara dengan nilai sangat besar. Untuk menanggulangi
masalah ini diperlukan perbaikan sistem khusunya di perbatasan dan pengawasan Bea Cukai.
Perbaikan sistem ini dapat dilakukan melaui diperkuatnyakeamanan di setiap perbatasan yang
rawan untuk dilalui atau dilewati penyeludupan barang-barang dari luar Indonesia dan
memperketat masuknya barang melaui Bea Cukai.
3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
Mengapa marak beredar barang seludupan/BM di Indonesia ?
Bagaimana dampak BM terhadap sektor pajak di Indonesia ?
Bagaimana cara penanggulangan yang harus dilakukan ?
1.3 Tujuan
Umum
Menjelaskan maraknya smartphone tidak berpajak yang beredar di pasar gelap
Indonesia
Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
Menjelaskan sebab maraknya beredar barang seludupan/BM di Indonesia.
Menjelaskan dampak BM terhadap sektor perpajakan di Indonesia.
Menjelaskan cara penanggulangan yang harus dilakukan.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini sebagai berikut.
a. Manfaat Akademis
Bagi kalangan yang membutuhkan informasi tentang RencanaPenerimaan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), diharapkan makalah ini dapat memperluas dan menambah
pengetahuan tentang RealisasiPenerimaaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan juga
untuk mengetahui dampak dari pasar gelap bagi sektor perpajakan di Indonesia , serta
dapat digunakan sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
4
b. Manfaat Umum
Manfaat umum dari makalah ini adalah memberikan pengetahuan bagi khalayak
umum tentang dampak dan cara penanggulangan/antisipasi perdagangan bebas/BM di
Indonesia.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sejarah Pajak di Indonesia
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama diIndonesia, di samping
sumber minyak bumi dan gas alam yang sangat penting peranannya bagi kelangsungan hidup
bangsa Indonesia. Sejak tahun 1950, Indonesia telah memungut pajak atas lalu lintas barang
di dalam masyarakat, yaitu Pajak Peredaran (Barang) yang dalam tahun 1951 diganti dengan
Pajak Penjualan. Pajak ini dipertahankan sampai tahun 1985, untuk kemudian diganti dengan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada tahun 1984. Pajak tersebut secara tidak langsung
memberikan hasil yang berarti bagi kas negara. Namun bentuk pajak tersebut sudah agak
ketinggalan dalam masyarakat dengan perkembangan teknologi dan perekonomian yang
semakin maju.
Seiring bergulirnya era reformasi, paling tidak mengakibatkan perubahan sosial
ekonomi, dan ini berakibat pula pada perubahan perpajakan yang pernah dilakukan belum
dapat menampung perkembangan dunia usaha. Dalam memenuhi kebutuhan inilah dilakukan
penyempurnaan perundangundangan tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan
Jasa dan Pajak. Penjualan atas Barang Mewah, yaitu Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000.
Undang-undang ini menitikberatkan pada peningkatan atas kepastian hukum,keadilan,
legalitas dan kesederhanaan.
Jika ditinjau dari elemen pembentukan harga, terdapat perbedaan pengertian harga
berdasarkan pajak (PPN) dengan yang umum yang berlaku di pasar. Misalnya, dalam harga
jual, berarti belum termasuk unsur pajak di dalamnya. Sedangkan di pasar, harga adalah
keseluruhan elemen (termasuk pajak) yang menentukan harga jual suatu barang, yang siap
untuk dijual. Besarnya sama dengan uang yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk
memperoleh barang tersebut.
Namun demikian, persoalan penting yang selalu timbul dalam sistem perpajakan
adalah keadilan distribusi beban pajak pada berbagai golongan pendapatan dalam
masyarakat. Pada umumnya keadilan dalam sistem pajak selalu didasarkan pada tolok-ukur
kemampuan seseorang untuk membayar pajak, atau dengan kata lain didasarkan pada tingkat
pendapatanatau pengeluarannya. Idealnya, sistem pajak yang ada dapat menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, semakin besar proporsi beban pajak yang harus
ditanggungnya. Tidak sebaliknya, Peningkatakan pajak malah mengakibatkan beban rakyat
6
bertambah. Seperti terlihat dari rencana penerimaan pajak tahun 2003. Salah satu sumber
peningkatan penerimaan adalah rencana mencabut pembebasan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) atas barang strategis seperti listrik. Dampaknya dapat ditebak, pembengkakan tagihan
rekening pada masyarakat. Ini melengkapi penderitaan atas kenaikan tarif secara berkala, dan
jelas-jelas yang paling kena imbasnya adalah masyarakat miskin. Peluang itu terbuka, jika
PPN ditinjau dari keadilan distribusi beban pajak. Pengenaan tarip pajak yang sama untuk
setiap jenis komoditi menyebabkan golongan masyarakat berpendapatan rendah terkena
proporsi beban pajak yang sama atau justru lebih tinggi dibandingkan dengan golongan
masyarakat berpendapatan tinggi. Apabila hal ini terjadi berarti sistem pajak pertambahan
nilai justru tidak mencerminkan keadilan.
2.2
Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Peraturan perundang-undangan yang mengatur pajak pertambahan nilai (PPN) dan
pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) adalah UU No. 8 Tahun 1983 tentang PPN
Barang dan Jasa atas Penjualan Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11
Tahun 1994 dan diubah lagi dengan UU No. 18 Tahun 2000.
2.3.
Objek Pajak Pertambahan Nilai
PPN dikenakan atas :
1.
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena
Pajak. Syarat-syaratnya adalah :
a.
Barang Berwujud yang diserahkan merupakan BKP.
b.
Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP tidak berwujud.
c.
Penyerahan dilakukan di dalam Derah Pabean.
d.
Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2.
Impor BKP.
3.
Penyerahan JKP yang dilakukan di dalam Daerah Pabean oleh
Pengusaha Kena Pajak. Syarat-syaratnya adalah :
a. Jasa yang diserahkan merupakan JKP
b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean
c. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya
4.
Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daeraah Pabean.
7
5.
Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean.
6.
Ekspor Bkp oleh Pengusaha Kena Pajak.
7.
Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan
sendiri atau digunakan pihak lain.
8.
Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak unutk
diperjualbelikan (bukan inventory) oleh PKP, sepanjang Pajak Masukan yang dibatar
pada saat perolehannya menurut ketentuan dapat dikreditkan.
2.4.
Barang Kena Pajak dan Pengecualiannya
Barang kena pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya
dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang
dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN. Pengecualian BKP
Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali UU menetapkan sebaliknya. Jenis
barang yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan PP didasarkan atas kelompok-kelompok
barang sebagai berikut :
a.
Barang hasil pertambangan, penggalian, dan pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, seperti :
Minyak mentah (crude oil)
Gas bumi
Panas bumi
Pasir dan kerikil
Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara, dan
Biji besi, biji timah, biji tembaga, biji nikel, dan biji perak serta biji bauksit.
b.
Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak, seperti :
Beras
Gabah
Jagung
Sagu
8
c.
Kedelai
Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium.
Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
catering.
2.5.
Jasa Kena Pajak dan Pengecualiannya
Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatau perikatan
atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatau barang atau fasilitas atau kemudahan atau
hak tersedia unutk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan unutk menghasilkan barang karena
pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak
berdasarkan UU PPN. Pengecualian JKP.
Pada dasarnya semua jasa dikenakan pajak, kecuali yang ditentukan lain oleh UU
PPN. Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan PP didasarkan atas kelompokkelompok jasa sebagai berikut :
a.
Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik,
b.
Jasa di bidang pelayanan sosial,
c.
Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko,
d.
Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan
hak opsi,
e.
Jasa di bidang keagamaan,
f.
Jasa di bidang pendidikan,
g.
Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang tidak dikenakan pajak
totonan termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial, seperti :
Pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara Cuma-Cuma.
h.
Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan, seperti :
penyiaran radio dan televisi yang dilakuakn oleh instansi pemerintah atau swasta yang
bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.
i.
Jasa di bidang angkutan umum di darat dan diair, seperti : jasa
angkutan umum di darat, di laut, di danau, dan di sungai yang dilakukan oleh Pemerintah
atau swasta.
j.
Jasa di bidang tenaga kerja,
9
k.
Jasa di bidang perhotelan,
l.
Jasa disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum, meliputi jasa-jasa yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah, seperti : pemberian Izin Mendirikan Bangunan, Pemberian Izin Usaha
Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pembuatan Kartu Tanda Penduduk.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam makalah ini sebagai berikut.
PASAR GELAP / BLACK MARKET
DI INDONESIA
PENYEBAB
DAMPAK
PENANGGULANGAN
SMARTPHONE TIDAK BERPAJAK
BEREDAR DI INDONESIA
Topik utama dalam kerangka di atas adalah maraknya smartphone tidak berpajak
beredar di Indonesia melalui Pasar gelap. Dari topik tersebut akan dibahas mengenai 3 poin
utama yang menjadi rumusan masalah,yaitu sebagai berikut .
a) Penyebab
Membahas mengenai mengapa bisa terjadi perdagangan gelap di Indonesia ( fokus
pada latar belakang atau penyebab BM / perdagangan gelap di Indonesia).
b) Dampak
Membahas mengenai dampak-dampak yang diakibatkan pada sektor pajak /
penghasilan negara.
10
c) Penaggulangan
Membahas mengenai bagaimana upaya yang dapat ditempuh untuk menanggulangi
BM di Indonesia,setidaknya meminimalisir BM di Indonesia.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.
Penyebab Maraknya BM
PasarGelap/ Black Market/ BM (kadang-kadang dikenal sebagai ekonomi bawah
tanah atau hitam) adalah perdagangan barang dan jasa yang bukan merupakan bagian resmi
dari ekonomi suatu negara, barang- barang darisuatu negara diselundupkan masuk kenegara
lain sehingga pajak tidak dibayar, atau kegiatan illegal,dalam kasus ini kita tekankan pada
barang barang elektronik seperti smartphone dengan brand Samsung,Apple,Nokia dan
Blackberry. (Wikipedia Indonesia)
Alasan pertama mengapa barang BM banyak beredar di Indonesia karena
sektor kegiatan ini (khusunya untuk Handphone/smartphone) dianggap sesuai dengan hukum
ekonomi yang menyatakan “ Apabila Barang Sedikit dan minat konsumen tinggi terhadap
barang tersebut,maka harga akan naik pula” dan hukum yang lainnya yang menyatakan
“mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya.”
Dari kedua hukum Ekonomi di atas memang sah saja apabila kebanyakan orang lebih
memilih barang BM daripada barang resmi,karena dengan pertimbangan harga yang lebih
murah,memuaskan kebutuhan dan mendapatkan barang yang sama persis tanpa ada beda dari
pabrikan asalnya (bedanya hanya seludupan). Bayangkan saja hanya dengan harga
setengahnya konsumen dapat mendapatkan barang yang diinginkan. Siapa pun kiranya pasti
akan tertarik dengan hal seperti ini.
Alasan yang kedua adalah adanya keterlibatan pihak bea cukai dalam memasok
baang-barang ini. Secara teori barang yang di datangkan dari luar negeri pasti akan melewati
bea cukai. Tidak mungkin hal hal seperti ini tidak diketahui oleh pihak-pihak bea
cukai,pastinya sudah ada permainan antara pemasok dan oknum bea cukai tersebut. Buktinya
pada pemberitaan salah satu media ( antaranews.com ,bulan Januari 2014 ) terdapat 4 orang
pihak bea cukai provinsi Riau yang terbukti bersalah karena ikut terlibat dalam penyeludupan
puluhan I-phone S5 dari Malaysia dan Singapura.
11
Alasan yang ketiga adalah kesadaran konsumen yang rendah. Ada pepatah yang
mengatakan “ada gula,ada semut.” Artinya walaupun ada barang BM dimana-mana,tapi
apabila ada rasa kesadaran dan nasionalisme yang baik (dengan membeli barang resmi berarti
bayar pajak dan membantu perekonomian negara ) maka dengan sendirinya barang-barang
seludupan akan berkurang dengan sendirinya.
Alasan yang terakhir yaitu tidak adanya ketegasan dari pihak pemerintah mengenai
konsumen yang suka membeli barang-barang BM. Harus adanya pemberian shock terapy
pada para konsumen di Indonesia untuk masalah seperti ini.
4.2.
Dampak BM
Untuk dampak utama pasar gelap / BM khusunya smartphone adalah berkurangnya
pendapatan negara dari PPN (Pajak pertambahan Nilai) dan PPNBM (Pajak Pertambahan
Nilai Barang Mewah ).
Kerugian negara akibat penggunaan faktur transaksi negara yang tidak semestinya
(menggelapkan PPN) pada rentan tahun 2008-2013 sekitar 150 triliun (Harian Antara,16
Januari 2013). Mereka menggunakan faktur untuk memanipulasi pajak saja kerugian negara
sudah mencapai 150 triliun,apalagi barang BM yang murni tidak ada bayar pajak sama sekali.
Untuk meraba hitungan kasar kerugian negara selama 1 tahun dari BM smartphone dapat kita
gunakan hitungan kasar berdasarkan data survei LSM KAMPAR (pada tahun 2012 di Jakarta)
yang menyatakan bahwa 92,5% atau 9,25 juta smartphone yang beredar merupakan barang
BM,hanya 7,5% atau 750.000 unit smartphone melalui produsen import resmi.
Dari survei di atas dapat dibayangkan berapa besar potensi penerimaan pajak
smartphone yang harusnya diterima oleh negara hilang dengan percuma karena peredaran
pasar gelap/BM yang merajalela.
4.3.
Penanggulangan
Upaya-upaya penanggulangan makin beredar luasnya brang BM di indonesia dapat
dilakukan hal-hal berikut ini (menghilangkan total itu tidak bisa,tapi cara ini setidaknya dapat
meminimalisir jumlah barang BM di Indonesia)
Merevisi undang-undang kepabeanan.
12
Diharapkan undang-undang kepabeanan yang direvisi akan lebih bertindak tegas
dalam menuntut pelaku sehingga dikenakan sanksi yang setimpal. Ini merupakan
salah satu bentuk wujud peran serta pemerintah dan turut serta meningkatkan kinerja
aparat khususnya.
Peningkatan controlling di bagian beacukai,
Hal ini dilakukan supaya dapat meminimalisir praktik penyelundupan barang untuk
black market maupun gray market. Dalam melakukan controlling alangkah baiknya
tidak hanya melibatkan bagian beacukai saja, tetapi juga melibatkan pihak kepolisian
sehingga kinerja dari tim beacukai juga dapat diawasi dengan mudah.
Meningkatkan kesadaran para pelaku perdagangan internasional
Tujuannya adalah meningkatkan esensi perdagangan internasional dan daya saing tiap
Negara agar terpenuhinya kebutuhan tiap Negara.
Mengurangi potensi penyalahgunaan petikemas yang sering digunakan untuk
menyelundupkan barang
Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang mudarat barang BM dan potensi
kerugian negara yang ditimbulkan,karena pajak nantinya akan digunakan untuk
kepentingan kita bersama.
Memberikan tindakan hukum kepada para distributor dan konsumen barang BM.
Tindakan hukum ini tujuannya memerikan shock terapi,yang diharapkan dapat
menimbulkan efek jera bagi para pelaku kegiatan BM.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Beredarnya barang BM khusunya smartphone di Indonesia karena beberapa
alasan.Pertama,karena sesuai dengan hukum ekonomi yang menyatakan ”mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya dari modal yang sekecil-kecilnya.” Jadi dengan begitu
timbullah minat masyarakat untuk mendapatkan brang bermerek dengan harga yang jauh
lebih murah. Kedua,karena adanya keterlibatan pihak Bea cukai dalam pemasukan barangbarang tersebut. Ketiga,karena rendahnya kesadaran tentang pentingnya pajak bagi negara.
Keempat,karena rendahnya penegasan hukum bagi konsumen maupun distributor barang BM
tersebut.
Dampak beredarnya smartphone BM di Indonesia adalah membuka lahan yang yang
luas bagi orang-orang tamak (karena tidak membayar pajak) untuk memasarkan dan
mendapat keuntungan yang sangat besar. Dampak kedua yaitu menghilangkan potensi
tambahan pajak negara.
Untuk menanggulangi (minimal mengurangi) beredarnya smartphone BM di
Indonesia dapat dilakukan cara sebagai berikut.
Merevisi undang-undang kepabeanan
Peningkatan controlling di bagian beacukai,
Meningkatkan kesadaran para pelaku perdagangan internasional
Mengurangi potensi penyalahgunaan petikemas yang sering digunakan untuk
menyelundupkan barang
Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang mudarat barang BM dan potensi
kerugian negara yang ditimbulkan.
5.2. Saran
Kepada semua khalayak mari kita biasakan membeli barang yang resmi ( say no to
Smartphone BM ),karena dengan hal ini beratikita semua membantu membangun Indonesia
yang lebih baik. Indonesia yang lebih baik bukan hanya untuk kita sekarang,tapi juga untuk
anak cucu dan penerus kita dikemudian.
.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2013. PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 10%. Direktorat Wajib Pajak : Jakarta.
Waluyo,2010. PERPAJAKAN INDONESIA. Salemba Empat : Jakarta.
15
ALUR PIKIR ILMIAH ( API )
1. TOPIK
PNI-Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
2. FENOMENA
Maraknya smartphone tidak berpajak yang beredar di pasar gelap Indonesia.
3. MASALAH
Maraknya smartphone tidak berpajak yang beredar di pasar gelap Indonesia belum
dapat dijelaskan.
4. TUJUAN UMUM
Menjelaskan maraknya smartphone tidak berpajak yang beredar di pasar gelap
Indonesia.
5. KERANGKA KONSEP
Adapun kerangka konsep yang akan di bahas dalam makalah ini sebagai berikut.
PASAR GELAP / BLACK MARKET
DI INDONESIA
PENYEBAB
DAMPAK
PENANGGULANGAN
SMARTPHONE TIDAK BERPAJAK
BEREDAR DI INDONESIA
6. TUJUAN KHUSUS
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
16
Menjelaskan sebab maraknya beredar barang seludupan/BM di Indonesia ?
Menjelaskan dampak BM terhadap sektor perpajakan di Indonesia ?
Menjelaskan cara penanggulangan yang harus dilakukan ?
7. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
Mengapa marak beredar barang seludupan/BM di Indonesia ?
Bagaimana dampak BM terhadap sektor pajak di Indonesia ?
Bagaimana cara penanggulangan yang harus dilakukan ?
8. MANFAAT
Adapun manfaat dari makalah ini sebagai berikut.
a. Manfaat Akademis
Bagi kalangan yang membutuhkan informasi tentang Rencana Penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), diharapkan makalah ini
dapat memperluas dan
menambah pengetahuan tentang Realisasi Penerimaaan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan juga untuk mengetahui dampak dari pasar gelap bagi sektor perpajakan di
Indonesia ,serta dapat digunakan sebagai masukan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
b. Manfaat Umum
Manfaat umum dari makalah ini adalah memberikan pengetahuan bagi
khalayak tentang dampak dan cara penanggulangan/antisipasi perdagangan gelap/BM
di Indonesia.
9. JUDUL
Tema dalam makalah ini mengenai pajak dan judul yang kami angkat adalah
Ketahanan dan Dampak Pasar Gelap Smartphone di Indonesia.
17
KETAHANAN DAN DAMPAK PASAR GELAP SMARTPHONE
DI INDONESIA
Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah PNI
Yang di bimbing oleh Prof.Taat Suhartono Putra
Oleh
: Kelompok 4 (IKP 2A)
Anggota kelompok
:
Fajriansyah (1311B0048)
Muhlisin Nalahuddin (1311B0031)
Ratih Setyaningrum (1311B0034)
Mustamim (1311B0032)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
1
2014
DAFTAR ISI
Daftar isi ____________________________________________________
2
BAB I. PENDAHULUAN _______________________________________
3
1.1.
Latar Belakang Permasalahan____________________________
3
1.2.
Rumusan Masalah_____________________________________
4
1.3.
Tujuan______________________________________________
4
1.4.
Manfaat_____________________________________________
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA__________________________________
6
2.1. Sejarah Pajak di Indonesia______________________________
6
2.2. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN)______________
7
2.3. Objek Pajak Pertambahan Nilai__________________________
7
2.4. Barang Kena Pajak dan Pengecualiannya__________________
8
2.5. Jasa Kena Pajak dan Pengecualiannya_____________________
9
BAB III. KERANGKA KOSEPTUAL_____________________________
10
3.1. Kerangka Konsep_____________________________________
10
BAB IV. PEMBAHASAN_______________________________________
11
4.1. Penyebab ___________________________________________
11
4.2. Dampak ____________________________________________
12
4.3. Penanggulangan______________________________________
12
BAB V. PENUTUP____________________________________________
14
5.1. Kesimpulan__________________________________________
14
5.2. Saran_______________________________________________
14
DAFTAR PUSTAKA___________________________________________
15
LAMPIRAN : ALUR PIKIR ILMIAH____________________________
16
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Di Indonesia terdapat begitu banyak jenis pajak, pajak menjadi salah satu penambah
pendapatan Negara yang sangat besar. Salah satu jenis pajak yang menyumbang pendapatan
besar bagi negara adalah pajak pertambahan nilai (PPN).Tetapi sekarang ini banyak barang
yang beredar di Indonesia tanpa membayar pajak pertambahan nilai (PPN). Padahal
umumnya barang yang beredar merupakan brand bermerek yang apabila di total pajaknya
dapat dikategorikan nominalnya sangat besar. Contoh brand ternama yang banyak beredar
tanpa pajak adalah Samsung,Aple,Blackberry,I-phone,HTC,Acer,Google,Sony,Army dan
masih banyak lagi.
Yang lebih parahnya hal ini dilakukan oleh anak bangsa ini sendiri. Barang-barang
seperti ini sangat mudah untuk ditemui. Banyak situs-situs online maupun jejaring sosial
yang dikelola oleh anak bangsa ini sendiri yang menawaran berbagai macam barang dengan
brand ternama,tapi dengan harga yang jauh lebih murah tentunya. Biasanya barang-barang
seperti ini di situs jual beli di sebut dengan barang BM (Black Market). Faktanya,salah satu
operator selular (telkomsel) pada tahun 2013 mempublikasikan bahwa pengguna BB Z10 di
Indonesia 50% nya adalah pengguna barang BM. Hal ini ini diketahui karena pada saat di
deteksi 50 % BB Z10 tersebut terdaftar di central Inggris (bukan di Indonesia) dan yang
kedua melalui pemasaran BB Z10 di Indonesia hanya tersedia 5000 unit saja,tapi faktanya
yang terdaftar di operator Telkomsel pengguna BB Z10 (saat itu) sudah mencapai 10.000
unit.
Lantas pertanyaannya darimana mereka mendapatkan barang-barang ini ?
Jawabannya mudah,barang-barang ini diperoleh dari negeri seberang ( ex : Malaysia dan
Singapura ). Barang-barang ini lalu diseludupkan melalui perbatasan Negara (ex :
Batam,Tenggarong). Setelah itu barang akan di pasarkan melalui internet dan disebarkan ke
seluruh agen atau resseler di seluruh Indonesia.
Black market merugian negara dengan nilai sangat besar. Untuk menanggulangi
masalah ini diperlukan perbaikan sistem khusunya di perbatasan dan pengawasan Bea Cukai.
Perbaikan sistem ini dapat dilakukan melaui diperkuatnyakeamanan di setiap perbatasan yang
rawan untuk dilalui atau dilewati penyeludupan barang-barang dari luar Indonesia dan
memperketat masuknya barang melaui Bea Cukai.
3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
Mengapa marak beredar barang seludupan/BM di Indonesia ?
Bagaimana dampak BM terhadap sektor pajak di Indonesia ?
Bagaimana cara penanggulangan yang harus dilakukan ?
1.3 Tujuan
Umum
Menjelaskan maraknya smartphone tidak berpajak yang beredar di pasar gelap
Indonesia
Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
Menjelaskan sebab maraknya beredar barang seludupan/BM di Indonesia.
Menjelaskan dampak BM terhadap sektor perpajakan di Indonesia.
Menjelaskan cara penanggulangan yang harus dilakukan.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini sebagai berikut.
a. Manfaat Akademis
Bagi kalangan yang membutuhkan informasi tentang RencanaPenerimaan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), diharapkan makalah ini dapat memperluas dan menambah
pengetahuan tentang RealisasiPenerimaaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan juga
untuk mengetahui dampak dari pasar gelap bagi sektor perpajakan di Indonesia , serta
dapat digunakan sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
4
b. Manfaat Umum
Manfaat umum dari makalah ini adalah memberikan pengetahuan bagi khalayak
umum tentang dampak dan cara penanggulangan/antisipasi perdagangan bebas/BM di
Indonesia.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sejarah Pajak di Indonesia
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama diIndonesia, di samping
sumber minyak bumi dan gas alam yang sangat penting peranannya bagi kelangsungan hidup
bangsa Indonesia. Sejak tahun 1950, Indonesia telah memungut pajak atas lalu lintas barang
di dalam masyarakat, yaitu Pajak Peredaran (Barang) yang dalam tahun 1951 diganti dengan
Pajak Penjualan. Pajak ini dipertahankan sampai tahun 1985, untuk kemudian diganti dengan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada tahun 1984. Pajak tersebut secara tidak langsung
memberikan hasil yang berarti bagi kas negara. Namun bentuk pajak tersebut sudah agak
ketinggalan dalam masyarakat dengan perkembangan teknologi dan perekonomian yang
semakin maju.
Seiring bergulirnya era reformasi, paling tidak mengakibatkan perubahan sosial
ekonomi, dan ini berakibat pula pada perubahan perpajakan yang pernah dilakukan belum
dapat menampung perkembangan dunia usaha. Dalam memenuhi kebutuhan inilah dilakukan
penyempurnaan perundangundangan tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan
Jasa dan Pajak. Penjualan atas Barang Mewah, yaitu Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000.
Undang-undang ini menitikberatkan pada peningkatan atas kepastian hukum,keadilan,
legalitas dan kesederhanaan.
Jika ditinjau dari elemen pembentukan harga, terdapat perbedaan pengertian harga
berdasarkan pajak (PPN) dengan yang umum yang berlaku di pasar. Misalnya, dalam harga
jual, berarti belum termasuk unsur pajak di dalamnya. Sedangkan di pasar, harga adalah
keseluruhan elemen (termasuk pajak) yang menentukan harga jual suatu barang, yang siap
untuk dijual. Besarnya sama dengan uang yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk
memperoleh barang tersebut.
Namun demikian, persoalan penting yang selalu timbul dalam sistem perpajakan
adalah keadilan distribusi beban pajak pada berbagai golongan pendapatan dalam
masyarakat. Pada umumnya keadilan dalam sistem pajak selalu didasarkan pada tolok-ukur
kemampuan seseorang untuk membayar pajak, atau dengan kata lain didasarkan pada tingkat
pendapatanatau pengeluarannya. Idealnya, sistem pajak yang ada dapat menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, semakin besar proporsi beban pajak yang harus
ditanggungnya. Tidak sebaliknya, Peningkatakan pajak malah mengakibatkan beban rakyat
6
bertambah. Seperti terlihat dari rencana penerimaan pajak tahun 2003. Salah satu sumber
peningkatan penerimaan adalah rencana mencabut pembebasan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) atas barang strategis seperti listrik. Dampaknya dapat ditebak, pembengkakan tagihan
rekening pada masyarakat. Ini melengkapi penderitaan atas kenaikan tarif secara berkala, dan
jelas-jelas yang paling kena imbasnya adalah masyarakat miskin. Peluang itu terbuka, jika
PPN ditinjau dari keadilan distribusi beban pajak. Pengenaan tarip pajak yang sama untuk
setiap jenis komoditi menyebabkan golongan masyarakat berpendapatan rendah terkena
proporsi beban pajak yang sama atau justru lebih tinggi dibandingkan dengan golongan
masyarakat berpendapatan tinggi. Apabila hal ini terjadi berarti sistem pajak pertambahan
nilai justru tidak mencerminkan keadilan.
2.2
Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Peraturan perundang-undangan yang mengatur pajak pertambahan nilai (PPN) dan
pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) adalah UU No. 8 Tahun 1983 tentang PPN
Barang dan Jasa atas Penjualan Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11
Tahun 1994 dan diubah lagi dengan UU No. 18 Tahun 2000.
2.3.
Objek Pajak Pertambahan Nilai
PPN dikenakan atas :
1.
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena
Pajak. Syarat-syaratnya adalah :
a.
Barang Berwujud yang diserahkan merupakan BKP.
b.
Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP tidak berwujud.
c.
Penyerahan dilakukan di dalam Derah Pabean.
d.
Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2.
Impor BKP.
3.
Penyerahan JKP yang dilakukan di dalam Daerah Pabean oleh
Pengusaha Kena Pajak. Syarat-syaratnya adalah :
a. Jasa yang diserahkan merupakan JKP
b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean
c. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya
4.
Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daeraah Pabean.
7
5.
Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean.
6.
Ekspor Bkp oleh Pengusaha Kena Pajak.
7.
Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan
sendiri atau digunakan pihak lain.
8.
Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak unutk
diperjualbelikan (bukan inventory) oleh PKP, sepanjang Pajak Masukan yang dibatar
pada saat perolehannya menurut ketentuan dapat dikreditkan.
2.4.
Barang Kena Pajak dan Pengecualiannya
Barang kena pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya
dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang
dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN. Pengecualian BKP
Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali UU menetapkan sebaliknya. Jenis
barang yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan PP didasarkan atas kelompok-kelompok
barang sebagai berikut :
a.
Barang hasil pertambangan, penggalian, dan pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, seperti :
Minyak mentah (crude oil)
Gas bumi
Panas bumi
Pasir dan kerikil
Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara, dan
Biji besi, biji timah, biji tembaga, biji nikel, dan biji perak serta biji bauksit.
b.
Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak, seperti :
Beras
Gabah
Jagung
Sagu
8
c.
Kedelai
Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium.
Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
catering.
2.5.
Jasa Kena Pajak dan Pengecualiannya
Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatau perikatan
atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatau barang atau fasilitas atau kemudahan atau
hak tersedia unutk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan unutk menghasilkan barang karena
pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak
berdasarkan UU PPN. Pengecualian JKP.
Pada dasarnya semua jasa dikenakan pajak, kecuali yang ditentukan lain oleh UU
PPN. Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan PP didasarkan atas kelompokkelompok jasa sebagai berikut :
a.
Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik,
b.
Jasa di bidang pelayanan sosial,
c.
Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko,
d.
Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan
hak opsi,
e.
Jasa di bidang keagamaan,
f.
Jasa di bidang pendidikan,
g.
Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang tidak dikenakan pajak
totonan termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial, seperti :
Pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara Cuma-Cuma.
h.
Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan, seperti :
penyiaran radio dan televisi yang dilakuakn oleh instansi pemerintah atau swasta yang
bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.
i.
Jasa di bidang angkutan umum di darat dan diair, seperti : jasa
angkutan umum di darat, di laut, di danau, dan di sungai yang dilakukan oleh Pemerintah
atau swasta.
j.
Jasa di bidang tenaga kerja,
9
k.
Jasa di bidang perhotelan,
l.
Jasa disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum, meliputi jasa-jasa yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah, seperti : pemberian Izin Mendirikan Bangunan, Pemberian Izin Usaha
Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pembuatan Kartu Tanda Penduduk.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam makalah ini sebagai berikut.
PASAR GELAP / BLACK MARKET
DI INDONESIA
PENYEBAB
DAMPAK
PENANGGULANGAN
SMARTPHONE TIDAK BERPAJAK
BEREDAR DI INDONESIA
Topik utama dalam kerangka di atas adalah maraknya smartphone tidak berpajak
beredar di Indonesia melalui Pasar gelap. Dari topik tersebut akan dibahas mengenai 3 poin
utama yang menjadi rumusan masalah,yaitu sebagai berikut .
a) Penyebab
Membahas mengenai mengapa bisa terjadi perdagangan gelap di Indonesia ( fokus
pada latar belakang atau penyebab BM / perdagangan gelap di Indonesia).
b) Dampak
Membahas mengenai dampak-dampak yang diakibatkan pada sektor pajak /
penghasilan negara.
10
c) Penaggulangan
Membahas mengenai bagaimana upaya yang dapat ditempuh untuk menanggulangi
BM di Indonesia,setidaknya meminimalisir BM di Indonesia.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.
Penyebab Maraknya BM
PasarGelap/ Black Market/ BM (kadang-kadang dikenal sebagai ekonomi bawah
tanah atau hitam) adalah perdagangan barang dan jasa yang bukan merupakan bagian resmi
dari ekonomi suatu negara, barang- barang darisuatu negara diselundupkan masuk kenegara
lain sehingga pajak tidak dibayar, atau kegiatan illegal,dalam kasus ini kita tekankan pada
barang barang elektronik seperti smartphone dengan brand Samsung,Apple,Nokia dan
Blackberry. (Wikipedia Indonesia)
Alasan pertama mengapa barang BM banyak beredar di Indonesia karena
sektor kegiatan ini (khusunya untuk Handphone/smartphone) dianggap sesuai dengan hukum
ekonomi yang menyatakan “ Apabila Barang Sedikit dan minat konsumen tinggi terhadap
barang tersebut,maka harga akan naik pula” dan hukum yang lainnya yang menyatakan
“mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya.”
Dari kedua hukum Ekonomi di atas memang sah saja apabila kebanyakan orang lebih
memilih barang BM daripada barang resmi,karena dengan pertimbangan harga yang lebih
murah,memuaskan kebutuhan dan mendapatkan barang yang sama persis tanpa ada beda dari
pabrikan asalnya (bedanya hanya seludupan). Bayangkan saja hanya dengan harga
setengahnya konsumen dapat mendapatkan barang yang diinginkan. Siapa pun kiranya pasti
akan tertarik dengan hal seperti ini.
Alasan yang kedua adalah adanya keterlibatan pihak bea cukai dalam memasok
baang-barang ini. Secara teori barang yang di datangkan dari luar negeri pasti akan melewati
bea cukai. Tidak mungkin hal hal seperti ini tidak diketahui oleh pihak-pihak bea
cukai,pastinya sudah ada permainan antara pemasok dan oknum bea cukai tersebut. Buktinya
pada pemberitaan salah satu media ( antaranews.com ,bulan Januari 2014 ) terdapat 4 orang
pihak bea cukai provinsi Riau yang terbukti bersalah karena ikut terlibat dalam penyeludupan
puluhan I-phone S5 dari Malaysia dan Singapura.
11
Alasan yang ketiga adalah kesadaran konsumen yang rendah. Ada pepatah yang
mengatakan “ada gula,ada semut.” Artinya walaupun ada barang BM dimana-mana,tapi
apabila ada rasa kesadaran dan nasionalisme yang baik (dengan membeli barang resmi berarti
bayar pajak dan membantu perekonomian negara ) maka dengan sendirinya barang-barang
seludupan akan berkurang dengan sendirinya.
Alasan yang terakhir yaitu tidak adanya ketegasan dari pihak pemerintah mengenai
konsumen yang suka membeli barang-barang BM. Harus adanya pemberian shock terapy
pada para konsumen di Indonesia untuk masalah seperti ini.
4.2.
Dampak BM
Untuk dampak utama pasar gelap / BM khusunya smartphone adalah berkurangnya
pendapatan negara dari PPN (Pajak pertambahan Nilai) dan PPNBM (Pajak Pertambahan
Nilai Barang Mewah ).
Kerugian negara akibat penggunaan faktur transaksi negara yang tidak semestinya
(menggelapkan PPN) pada rentan tahun 2008-2013 sekitar 150 triliun (Harian Antara,16
Januari 2013). Mereka menggunakan faktur untuk memanipulasi pajak saja kerugian negara
sudah mencapai 150 triliun,apalagi barang BM yang murni tidak ada bayar pajak sama sekali.
Untuk meraba hitungan kasar kerugian negara selama 1 tahun dari BM smartphone dapat kita
gunakan hitungan kasar berdasarkan data survei LSM KAMPAR (pada tahun 2012 di Jakarta)
yang menyatakan bahwa 92,5% atau 9,25 juta smartphone yang beredar merupakan barang
BM,hanya 7,5% atau 750.000 unit smartphone melalui produsen import resmi.
Dari survei di atas dapat dibayangkan berapa besar potensi penerimaan pajak
smartphone yang harusnya diterima oleh negara hilang dengan percuma karena peredaran
pasar gelap/BM yang merajalela.
4.3.
Penanggulangan
Upaya-upaya penanggulangan makin beredar luasnya brang BM di indonesia dapat
dilakukan hal-hal berikut ini (menghilangkan total itu tidak bisa,tapi cara ini setidaknya dapat
meminimalisir jumlah barang BM di Indonesia)
Merevisi undang-undang kepabeanan.
12
Diharapkan undang-undang kepabeanan yang direvisi akan lebih bertindak tegas
dalam menuntut pelaku sehingga dikenakan sanksi yang setimpal. Ini merupakan
salah satu bentuk wujud peran serta pemerintah dan turut serta meningkatkan kinerja
aparat khususnya.
Peningkatan controlling di bagian beacukai,
Hal ini dilakukan supaya dapat meminimalisir praktik penyelundupan barang untuk
black market maupun gray market. Dalam melakukan controlling alangkah baiknya
tidak hanya melibatkan bagian beacukai saja, tetapi juga melibatkan pihak kepolisian
sehingga kinerja dari tim beacukai juga dapat diawasi dengan mudah.
Meningkatkan kesadaran para pelaku perdagangan internasional
Tujuannya adalah meningkatkan esensi perdagangan internasional dan daya saing tiap
Negara agar terpenuhinya kebutuhan tiap Negara.
Mengurangi potensi penyalahgunaan petikemas yang sering digunakan untuk
menyelundupkan barang
Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang mudarat barang BM dan potensi
kerugian negara yang ditimbulkan,karena pajak nantinya akan digunakan untuk
kepentingan kita bersama.
Memberikan tindakan hukum kepada para distributor dan konsumen barang BM.
Tindakan hukum ini tujuannya memerikan shock terapi,yang diharapkan dapat
menimbulkan efek jera bagi para pelaku kegiatan BM.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Beredarnya barang BM khusunya smartphone di Indonesia karena beberapa
alasan.Pertama,karena sesuai dengan hukum ekonomi yang menyatakan ”mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya dari modal yang sekecil-kecilnya.” Jadi dengan begitu
timbullah minat masyarakat untuk mendapatkan brang bermerek dengan harga yang jauh
lebih murah. Kedua,karena adanya keterlibatan pihak Bea cukai dalam pemasukan barangbarang tersebut. Ketiga,karena rendahnya kesadaran tentang pentingnya pajak bagi negara.
Keempat,karena rendahnya penegasan hukum bagi konsumen maupun distributor barang BM
tersebut.
Dampak beredarnya smartphone BM di Indonesia adalah membuka lahan yang yang
luas bagi orang-orang tamak (karena tidak membayar pajak) untuk memasarkan dan
mendapat keuntungan yang sangat besar. Dampak kedua yaitu menghilangkan potensi
tambahan pajak negara.
Untuk menanggulangi (minimal mengurangi) beredarnya smartphone BM di
Indonesia dapat dilakukan cara sebagai berikut.
Merevisi undang-undang kepabeanan
Peningkatan controlling di bagian beacukai,
Meningkatkan kesadaran para pelaku perdagangan internasional
Mengurangi potensi penyalahgunaan petikemas yang sering digunakan untuk
menyelundupkan barang
Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang mudarat barang BM dan potensi
kerugian negara yang ditimbulkan.
5.2. Saran
Kepada semua khalayak mari kita biasakan membeli barang yang resmi ( say no to
Smartphone BM ),karena dengan hal ini beratikita semua membantu membangun Indonesia
yang lebih baik. Indonesia yang lebih baik bukan hanya untuk kita sekarang,tapi juga untuk
anak cucu dan penerus kita dikemudian.
.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2013. PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 10%. Direktorat Wajib Pajak : Jakarta.
Waluyo,2010. PERPAJAKAN INDONESIA. Salemba Empat : Jakarta.
15
ALUR PIKIR ILMIAH ( API )
1. TOPIK
PNI-Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
2. FENOMENA
Maraknya smartphone tidak berpajak yang beredar di pasar gelap Indonesia.
3. MASALAH
Maraknya smartphone tidak berpajak yang beredar di pasar gelap Indonesia belum
dapat dijelaskan.
4. TUJUAN UMUM
Menjelaskan maraknya smartphone tidak berpajak yang beredar di pasar gelap
Indonesia.
5. KERANGKA KONSEP
Adapun kerangka konsep yang akan di bahas dalam makalah ini sebagai berikut.
PASAR GELAP / BLACK MARKET
DI INDONESIA
PENYEBAB
DAMPAK
PENANGGULANGAN
SMARTPHONE TIDAK BERPAJAK
BEREDAR DI INDONESIA
6. TUJUAN KHUSUS
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
16
Menjelaskan sebab maraknya beredar barang seludupan/BM di Indonesia ?
Menjelaskan dampak BM terhadap sektor perpajakan di Indonesia ?
Menjelaskan cara penanggulangan yang harus dilakukan ?
7. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
Mengapa marak beredar barang seludupan/BM di Indonesia ?
Bagaimana dampak BM terhadap sektor pajak di Indonesia ?
Bagaimana cara penanggulangan yang harus dilakukan ?
8. MANFAAT
Adapun manfaat dari makalah ini sebagai berikut.
a. Manfaat Akademis
Bagi kalangan yang membutuhkan informasi tentang Rencana Penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), diharapkan makalah ini
dapat memperluas dan
menambah pengetahuan tentang Realisasi Penerimaaan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan juga untuk mengetahui dampak dari pasar gelap bagi sektor perpajakan di
Indonesia ,serta dapat digunakan sebagai masukan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
b. Manfaat Umum
Manfaat umum dari makalah ini adalah memberikan pengetahuan bagi
khalayak tentang dampak dan cara penanggulangan/antisipasi perdagangan gelap/BM
di Indonesia.
9. JUDUL
Tema dalam makalah ini mengenai pajak dan judul yang kami angkat adalah
Ketahanan dan Dampak Pasar Gelap Smartphone di Indonesia.
17