Tugas Analisis Kode Etik Guru Indonesia

SOPAN HIDAYAT
BIG 111 023
Cordova University Of Indonesia-West SUmbawa
ANALISIS KODE ETIK GURU INDONESIA

1. Dasar Kode Etik
Dalam Kode Etik Guru Indonesia secara tidak langsung
disebutkan pada bagian tiga pasal 6, bahwa dasar kode etik guru
ditetapkan berdasarkan pada UUD 1945, UU Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen, dan
ketentuan Perundang-Undang lainnya.
Dasar kode etik ini dirasakan sudah cukup sesuai dan
berkaitan dengan kode etik guru yang telah ditetapkan karena dasar
kode etik tersebut secara khusus membahas mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan pendidikan. Selain itu dasar kode etik tersebut
merupakan peraturan perundang-undangan yang sifatnya legal dan
valid yang ditetapkan oleh pemerintah.

2. Kode Etik Guru Indonesia mengatur tentang:
 Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Kode Etik
Pasal 1: Pada ayat 2 disebutkan bahwa kode etik guru

merupakan pedoman sikap pergaulan seharihari di dalam dan luar sekolah. Mengatur
perilaku guru di luar sekolah merupakan hal
yang cukup sulit direalisasikan. Lingkungan luar
sekolah merupakan lingkungan tak terbatas
atau bersifat bebas. Saat di luar sekolah, tidak
ada pihak yang benar-benar mampu mengontrol
perilaku guru sehingga sulit menentukan
apakah tindakan yang dilakukannya sesuai atau
tidak sesuai dengan norma perilaku guru
seharusnya. Baiknya, hal ini dikembalikan lagi
kepada
norma-norma
yang
berlaku
di
masyarakat, terkait apakah perilaku guru
tersebut sudah sesuai dengan norma atau
belum tergantung pada pribadi guru masingmasing. Sehingga nantinya, karena norma yang
berlaku merupakan norma yang sudah ada di
masyarakat, maka sangsi terhadap norma

tersebut pun dilakukan oleh masyarakat.



Sumpah/Janji Guru Indonesia
Nilai-Nilai Dasar dan Operasional

SOPAN HIDAYAT
BIG 111 023
Cordova University Of Indonesia-West SUmbawa
Pasal 5: Pada ayat 2 disebutkan bahwa Kode Etik Guru
Indonesia
bersumber
dari
nilai-nilai
kompetensi
pedagogik.
Hal
ini
perlu

mendapat perhatian lebih, karena faktanya saat
ini profesi guru juga diisi oleh lulusan-lulusan
non-kependidikan, yang artinya, bagaimana
dapat mengerti kode etik guru yang bersumber
dari nilai nilai kompetensi pedagogik, jika ilmu
kependidikan pun belum paham.
Pasal 6: Pada pasal 6 ayat 1 point F disebutkan bahwa
guru
menghindarkan
diri
dari
tindak
kekerasan fisik yang di luar batas kaidah
pendidikan. Perlu rincian lebih lanjut mengenai
bentuk kekerasan fisik di luar batas kaidah
pendidikan. Karena mungkin pada beberapa
guru, melakukan kontak fisik merupakan salah
satu strategi guru dalam mengajar agar siswa
dapat lebih focus pada pelajaran. Selain itu
kontak fisik juga terkadang dilakukan di sekolah

dengan siswa yang cenderung bertindak di luar
batas kewajaran. Sehingga diharapkan dengan
adanya rincian lebih lanjut sangsi yang
diberikanpun menjadi lebih jelas dan tegas.
Pasal 6: Pada pasal 6 ayat 1 point P disebutkan bahwa
guru tidak boleh menggunakan hubungan
dan tindakan professional dengan peserta
didiknya untuk memperoleh keuntungankeuntungan pribadi. Juga pada ayat 2 poin G
disebutkan
bahwa
guru
tidak
boleh
menggunakan hubungan dan tindakan
professional dengan orangtua/wali siswa
untuk
memperoleh
keuntungankeuntungan pribadi. Lalu pada ayat 5 point G
disebutkan bahwa guru tidak boleh menerima
janji, pemberian dan pujian yang dapat

mempengaruhi
keputusan
atau
tindakantindakan
proesionalnya.
Faktanya,
hal-hal
tersebut -yang juga merupakan salah satu
bentuk nepotisme- sudah merupakan rahasia
umum yang telah mengakar di masyarakat.
Untuk mencegah hal ini tentunya diperlukan
peraturan yang lebih tegas agar sangsi

SOPAN HIDAYAT
BIG 111 023
Cordova University Of Indonesia-West SUmbawa
terhadap pelanggaran kode etik ini dapat
ditindak secara tegas.




Pelaksanaan, Pelanggaran, dan Sanksi
Pasal 8: Pada ayat 2 dan 3 disebutkan bahwa guru
yang melanggar Kode Etik Guru dikenakan
sanksi
dan
jenis
pelanggaran
meliputi
pelanggaran ringan, sedang, dan berat.
Jenis pelanggaran yang dikategorikan perlu
rincian lebih lanjut sebagai acuan atau ramburambu bagi guru dalam bertindak. Selain itu,
sanksi
dapat
diberikan
apabila
terjadi
pelanggaran pun perlu perincian lebih lanjut
agar nantinya sanksi yang diberikan merupakan
sanksi yang tepat dan layak, sesuai dengan

pelanggaran yang dilakukan.



Ketentuan Tambahan
Pasal 10: Pada pasal 10 disebutkan bahwa tenaga kerja
asing yang dipekerjakan sebagai guru wajib
mematuhi Kode Etik Guru Indonesia.
Mungkin diperlukan ketentuan tambahan
berupa syarat-syarat menjadi tenaga pendidik
di Indonesia agar terjadi kesamaan pola pikir
tentang bagaimana cara mendidik siswa di
Indonesia yang tentunya berkaitan dengan
perilaku guru yang diatur dalam Kode Etik.

3. Kesesuaian Kode Etik Berkaitan dengan Fungsi
Kode Etik Guru Indonesia sudah sesuai dengan fungsi atau
peran guru yang diatur dalam pasal 6 ayat 1-6. Hal ini dapat terlihat
dari:
 Ayat 1 point A

Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan
tugas didik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran.
 Ayat 1 point E


















SOPAN HIDAYAT
BIG 111 023
Cordova University Of Indonesia-West SUmbawa
Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terusmenerus berusaha menciptakan, memelihara, dan
mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan
sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi
peserta didik.
Ayat 2 point A
Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang
efektif dan efisien dengan Orangtua/Wali siswa dalam
melaksannakan proses pedidikan.
Ayat 2 point E
Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali
siswa mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik
dan proses kependidikan pada umumnya
Ayat 3 point A
Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang
harmonis, efektif dan efisien dengan masyarakat untuk

memajukan dan mengembangkan pendidikan.
Ayat 3 point B
Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam
mengembangkan
dan
meningkatkan
kualitas
pendidikan dan pembelajaran.
Ayat 4 point A
Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi,
dan reputasi sekolah.
Ayat 4 point J
Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral,
dan kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan
sejawat.
Ayat 5 point B
Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin
ilmu pendidikan dan bidang studi yang diajarkan
Ayat 5 point C
Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.


4. Sanksi Terhadap Pelanggaran Kode Etik (Hukum dan
Masyarakat)
Seperti yang sudah disebutkan di bagian dua, pada pasal 2
ayat 6 point F dan P, diperlukan sanksi yang lebih tegas yang
mengatur tentang pelanggaran terhadap kode etik yang telah
ditetapkan. Hal ini tentunya diperlukan agar guru dapat lebih
berhati-hati dalam bertindak dan juga membuat jera pihak yang
melanggar.

SOPAN HIDAYAT
BIG 111 023
Cordova University Of Indonesia-West SUmbawa
Sanksi yang berlaku bukan hanya sanksi tertulis yang
ditetapkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan namun juga
berupa sanksi yang diberikan oleh masyarakat, seperti pengucilan
atau kesan negative yang terbentuk. Ini tentunya sangat diperlukan
agar guru dapat bertindak sesuai perilaku yang seharusnya tidak
hanya di dalam lingkungan sekolah namun juga di lingkungan luar
sekolah yakni di masyarakat.
5. Pertimbangan Kode Etik yang Ingin Ditambahkan
Beberapa pertimbangan kode etik yang ingin ditambahkan
yakni:
 Kode Etik dalam Berpenampilan
Mengatur tentang cara berpakain yang rapi dan sopan
sesuai dengan kaidah agama yang dianut dan norma
masyarakat yang berlaku
 Kode Etik dalam Perilaku Umum di Sekolah
Mengatur tentang perilaku-perilaku yang umum
dilakukan di lingkungan luar sekolah, namun tidak untuk di
lingkungan sekolah. Seperti: Larangan merokok bagi guru di
lingkungan sekolah dan bagaimana menanamkan jiwa disiplin
oleh guru di sekolah.

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5