I. PENDAHULUAN - Persepsi Mahasiswa dan Peserta terhadap

ISBN: 978-602-72412-0-6

  Conservation Scout Persepsi Mahasiswa dan Peserta terhadap Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Jl. Affandi (Gejayan), Mrican, Tromol Pos 29, Yogyakarta, 55022 Email: [email protected]

  

Abstrak

Penanaman karakter cinta lingkungan dan pemahaman akan pentingnya konservasi perlu

dilakukan sejak dini. Program conservation scout atau pandu konservasi menawarkan

edukasi dan empowering siswa SD mengenai konservasi. Kegiatan ini bertempat di Pusat

Studi Lingkungan, Universitas Sanata Dharma dan melibatkan 38 SD di Yogyakarta

DAN 88 mahasiswa PGSD semester 5 yang mengambil mata kuliah Pembelajaran

Inovatif IPA 1. Perkuliahan diselenggarakan dengan pendekatan Project Based Learning

dengan conservation scout sebagai proyek yang dilaksanakan selama satu semester.

Peserta conservation scout terdiri dari 32 guru dan 70 siswa SD.

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat respon sekolah, persepsi guru, persepsi

siswa, dan keberhasilan sekolah dalam mendukung program conservation scout. Selain

itu, penelitian ini juga untuk melihat persepsi mahasiswa terhadap conservation scout

yang mereka rancang sebagai tugas kuliah. Metode yang digunakan adalah survey.

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan hasil validasi sangat baik.

  Sekolah memberikan respon sangat positif (84%) terhadap program conservation

scout , dari 38 sekolah yang diundang, ada 32 sekolah yang mengikuti program ini. Guru

memberikan persepsi negatif (2,50), bukan pada esensi program melainkan pada teknik

pelaksanaan program. Siswa memberikan persepsi positif (3,51) dan 36 dari 70 siswa

berhasil melakukan peer tutoring dan kampanye mengenai konservasi. Ada 53, 12 % SD

yang siswanya menjadi duta konservasi lingkungan. Sebanyak 100 % mahasiswa yang

mengambil mata kuliah Pembelajaran Inovatif IPA 1 terlibat dalam kegiatan ini. Ada

mahasiswa yang mengalami perubahan sikap terutama dalam hal kepedulian terhadap

konservasi. Ada 18 kelompok mahasiswa yang berhasil mendampingi peserta

conservation scout sampai pada tahap kampanye dan peer tutoring.

  Kata Kunci: conservation scout, pendidikan karakter, konservasi I.

   PENDAHULUAN

  Kepedulian akan lingkungan sebetulnya bukan hal baru. Seruan untuk melestarikan alam dan memperbaiki lingkungan yang rusak diserukan di seluruh dunia. Isu besar terkait lingkungan di dunia yang fenomenal misalnya global warming atau pemanasan global. Pemanasan ini mengakibatkan melelehnya es di kutub dan memicu naiknya permukaan air laut. Selain itu, efek dari pemanasan dan rumah kaca ini juga membuat lapisan ozon menipis dan bocor. Akibat dari lapisan ozon yang menipis dan bocor adalah suhu harian rata-rata yang semakin naik, iklim tidak menentu dan jika sinar UV banyak mengenai kulit secara langsung akan memicu kanker kulit.

  Kerusakan lingkungan besar-besaran dimulai dari eksploitasi alam untuk ditambang, perambahan hutan untuk diubah menjadi perkebunan, perumahan, ataupun pembuangan sampah. Perilaku merusak alam tidak hanya dilakukan secara sadar dan terorganisir, tetapi sudah pada perilaku keseharian. Bahkan pada perilaku kecil dimana anak-anak di bawah umur diberi mainan serangga yang diputus kakinya, ataupun ada yang memperjualbelikan ikan atau anak ayam di sekolah-sekolah. Anak-anak tidak diberi contoh untuk membuang sampah pada tempatnya dan bahkan mahasiswapun masih banyak dan sering meninggalkan sampah di ruang kelas.

  Ada peribahasa yang mengatakan bahwa “untuk berpikir jangka satu tahun, tanamlah biji; jika berpikir untuk sepuluh tahun, tanamlah pohon; tetapi jika ingin memikirkan sampai dengan ratusan tahun, didiklah manusia!” (anonim). Dari peribahasa itu tampak bahwa pendidikan adalah jalan untuk mengarahkan kembali karakter manusia dalam memelihara alam. Baik pemerintah maupun NGO berusaha menyadarkan kembali manusia untuk memelihara alam, mengkonservasi plastma nutfah, dan memperbaiki yang sudah rusak melalui jalur pendidikan. Sebagai upaya yang positif, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Nasional mencanangkan program Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Salah satu penguatan metodologi pembelajaran berdasarkan nilai-nilai bud aya adalah “CINTA TANAH AIR”. Dalam poin cinta tanah air itulah sikap cinta lingkungan dan konservasi lingkungan ditekankan (Hasan, et al. 2010).

  Mahasiswa PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) adalah calon guru yang akan mengajar di seluruh pelosok negeri. Melalui mereka, benih-benih cinta lingkungan harus disebarkan dan disemaikan. Conservation scout (CS) adalah salah satu program yang mereka kembangkan untuk mengenalkan konsep konservasi lingkungan dan dorongan pada siswa SD untuk menghidupi sikap cinta lingkungan. Konsep pendidikan cinta lingkungan haruslah terkait dengan peduli pada ciptaan, pengetahuan yang luas, perilaku positif, pemecahan masalah, dan partisipasi masyarakat (Sigh & Rahman, 2012). Maka program CS dimasukkan menjadi tema perkuliahan Pembelajaran Inovatif IPA 1, dimana mahasiswa belajar dengan Project Based Learning untuk melaksanakan program CS.

  Lebih lanjut Sigh & Rahman (2012) mengatakan bahwa pendidikan lingkungan dikerjakan baik di sekolah (pasif, interaktif, dan empowerement/mendorong) dan level masyarakat (modifikasi perilaku). CS dilaksanakan di Pusat Studi Lingkungan (level masyarakat), oleh mahasiswa sebagai fasilitator dengan peserta siswa SD dari 38 sekolah dasar di Yogyakarta (level sekolah). Siswa-siswa ini difasilitasi untuk belajar mengenai cara mengkonservasi binatang dan tumbuhan, cara mengatasi limbah, dan cara mempresentasikan (kampanye dan peer tutoring di sekolah masing-masing).

  Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa dan peserta terhadap CS. Diharapkan, penelitian ini memberikan gambaran pentingnya program CS untuk meningkatkan kepedulian mahasiswa dan peserta akan pentingkan konservasi lingkungan.

II. METODE

  Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 sebagai penelitian mandiri dosen muda di Universitas Sanata Dharma. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan survey. Survey dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan sebagai bahan refleksi bagi mahasiswa dan peserta CS. Selain itu, juga disebarkan kuisioner yang berskala 1-4 dengan ketentuan sangat setuju (4), setuju (3), sangat tidak setuju (1), dan tidak setuju (2).

  Sampel penelitian ini adalah 88 mahasiswa PGSD semester 5 tahun ajaran 2014/2015 yang mengambil mata kuliah Pembelajaran inovatif IPA dan 70 siswa SD dari 32 SD di

ISBN: 978-602-72412-0-6

III. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Persepsi Mahasiswa

  4 18/19 Sept 2014 Eksperimen konservasi untuk anak

  Kerja kelompok di luar kelas, termasuk studi pustaka Bimbingan dengan dosen terkait dengan ide rancangan percobaan

  Mahasiswa merancang percobaan yang berkaitan dengan deteksi pencemaran lingkungan/ cara mengkoservasi makhluk hidup/bahaya pengrusakan lingkungan (boleh dikaitkan dengan tema dan pembelajaran di kurikulum 2013) Durasi percobaan 15-20 menit

  3 11/12 Sept 2014 Eksperimen konservasi untuk anak

  Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan lembar refleksi kepada mahasiswa pada saat pertemuan terakhir perkuliahan dan pada siswa SD di akhir kegiatan CS (minggu ke-3).

  2 4/5 Sept 2014 Kisah tokoh penemu atau pemerhati lingkungan

  Mahasiswa mempresentasikan media (kwartet) tokoh pemerhati lingkungan Kelas

  1 28/29 Agust 2014 Kontrak kuliah Perkenalan, pembagian silabus,

pemaparan tema dan kuis

Pembagian kelompok Pembagian project Kelas

  Rundown yang terbentuk adalah sebagai berikut:

  Hal ini akan memberikan nilai lebih bagi SD mitra PGSD yang selama ini digunakan untuk kegiatan PPL mahasiswa.

  

conservation scout . Siswa SD yang diundang akan diedukasi untuk menjadi duta konservasi.

  Dalam pelaksanaan proyek ini, peneliti berharap bisa membantu mahasiswa mengintegrasikan berbagai pembelajaran inovatif IPA secara langsung saat menjadi fasilitator

  Pada pertemuan pertama kuliah, peneliti memberikan silabus dan menayangkan film singkat mengenai keadaan bumi yang rusak. Setelah itu, peneliti mengajak mahasiswa untuk membuat proyek selama satu semester yang mengikutsertakan siswa SD atau empowering terhadap siswa SD untuk peduli terhadap konservasi lingkungan. Bersama mahasiswa, peneliti membuat rundown model minitrip yang mengedukasi siswa SD dengan memanfaatkan Pusat Studi Lingkungan yang dimiliki oleh Universitas Sanata Dharma.

  Analisis data dilakukan dengan penghitungan pengembalian lembar refleksi yang dibagikan, jika lebih dari 70 % maka analisis data dilanjutkan. Setelah data terkumpul, dilakukan coding, dianalisa, dideskripsikan sebagai laporan penelitian.

  Pertemuan Kegiatan Diskripsi kegiatan Tempat

  • idem- -idem-

  Pusat Studi Lingkungan

  Mahasiswa melaksanakan praktek eksperimen yang sudah dirancang di depan dosen dan teman sekelas

  5 25/26 Sept 2014 Eksperimen konservasi untuk anak

6 Eksperimen Conservation Scout 1: Pusat Studi Lingkungan

  2 Okt konservasi untuk mahasiswa mengajak siswa duta anak lingkungan untuk praktek sesuai

yang dilakukan di kelas

  7 Pengembangan alat Workshop pengamatan Pusat Studi Lingkungan 9/10 Okt dan media IPA menggunakan mikroskop generik dan pembuatan awetan bioplastik

8 Pengembangan alat Conservation Scout 2: Pusat Studi Lingkungan

  16 Okt dan media IPA mahasiswa menjadi pendamping siswa duta lingkungan untuk meneliti menggunakan mikroskop generik dan mengawetkan spesimen dengan teknik bioplastik

  9 Pengembangan alat Conservation Scout 3: membuat Pusat Studi Lingkungan 23 dan media IPA media terarium sederhana sebagai kebun konservasi mini

empon-empon di kelas

  10 Refleksi Melakukan refleksi dan olah Kelas data observasi selama Conservation Scout

  

11 Studi Pustaka Mencari international journal Kerja kelompok di luar

(minimal 2) dan buku-buku kelas tentang pendidikan cinta lingkungan

  

12 Artikel Membuat artikel dari hasil Kerja pribadi di kelas dan

refleksi dan studi pustaka luar kelas Konsultasi di kelas

  13 Artikel -idem- -idem- 14 artikel Pengumpulan artikel sebagai Kelas nilai UAS

  Pada minggu kedua, mahasiswa mencari informasi mengenai orang-orang yang melakukan kegiatan atau pemerhati lingkungan. Mereka menuangkan informasi yang diperoleh dalam bentuk permainan kwartet. Ada mahasiswa yang membuat kwartet penerima kalpataru, penyelamat hutan lindung, bahkan tokoh kartun yang menunjukkan karakter peduli lingkungan. Peneliti mengamati, dengan mengakses informasi tersebut, mahasiswa akan menyadari bahwa tidak sedikit orang yang tergerak untuk menyelamatkan bumi. Peneliti menyimpulkan pertemuan minggu kedua ini dengan mengambil sebuah poster dari internet yang bertemakan

  „healing a broken world”.

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

Gambar 1. Prayer for a broken world diakses dari

  http://www.klezmershack.com/bands/wholesale/tfile/wholesale.tfile.html Pertemuan selanjutnya, peneliti memberikan waktu pada mahasiswa untuk menyusun berbagai eksperimen yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan. Mahasiswa membaca majalah, koran, mengakses informasi dari internet, dll untuk mendapatkan ide mengenai isu tentang lingkungan dan menggagas eksperimen yang akan dilakukan. Beberapa contoh judul eksperimen yang dibuat mahasiswa untuk diajarkan pada peserta conservation scout yaitu: a. pengaruh parfum dan empon-empon terhadap tingkah laku jangkerik.

  b. cara menjernikan air dengan biji kelor.

  c. cara mengukur humus dan kesuburan tanah.

  d. cara mengukur asam basa dengan empon-empon e. cara menjernihkan air dari tumpahan minyak.

  f. pembuktian polusi air dan udara.

  Mahasiswa kemudian menyampaikan undangan yang dibuat peneliti untuk sekolah- sekolah. Ada 38 sekolah yang diundang. Dalam undangan tersebut, peneliti mengharapkan sekolah mengirimkan 2 siswa (bebas kelas berapa saja), dan 1 guru pendamping. Sekolah yang berhasil mengirimkan siswa sampai melakukan peer tutoring dan kampanye akan mendapatkan sertifikat sebagai sekolah yang peduli konservasi. Siswa sekolah dasar yang berhasil mengikuti semua rangkaian kegiatan akan mendapatkan sertifikat sebagai duta konservasi.

  Dalam pelaksanaan conservation scout, mahasiswa bertindak sebagai event organizer, dimulai dari menyusun parkir sampai dengan fasilitator dan memandu acara. Mahasiswa belajar mengenai leadership, team work, networking, dan empowering melalui kegiatan ini.

  Diakhir semester, peneliti mengedarkan lembar refleksi kepada mahasiswa. Dari 88 lembar refleksi, ada 78 lembar refleksi yang kembali:

  Tabel 2 Persentase Respon Mahasiswa dalam mengisi lembar refleksi

  No Subjek Lembar refleksi Kuesioner yang Persentase (%) yang disebar kembali

1 Mahasiswa

  88 81 92,04 %

  Menurut Sumadinata (2011), jika kuisioner yang disebarkan kembali lebih atau sama dengan 70 % maka tahap analisa data bisa dilanjutkan. Setelah mengetahui respon mahasiswa terhadap pengisian lembar refleksi sebagai instrumen survey, maka dilakukan coding. Dari coding tersebut, data dikelompok-kelompokkan berdasarkan kisi-kisi yang telah ditentukan.

  Dari refleksi mahasiswa, didapatkan model perkuliahan PBL membuat mereka kreatif dalam merancang pembelajaran berbasis konservasi lingkungan. Program CS sebagai proyek mereka selama satu semester membuat mereka memiliki kemampuan untuk mempresentasikan sesuatu, bekerja sama baik intern dengan teman sampai dengan pihak sekolah dasar dan pusat studi, memiliki kemampuan dalam empowering children, menambah empati, dan percaya diri. Seratus persen dari mereka setuju bahwa program CS penting dilakukan untuk menumbuhkan sikap cinta lingkungan dan peduli konservasi pada anak-anak. “Melalui program ini, kita sebagai calon guru SD bisa menumbuhkan rasa cinta lingkungan kepada siswa SD melalui berbagai kegiatan dalam CS”.

  Program CS memberikan pengalaman yang membuat mereka menyadari pentingnya menumbuhkan dan menghidupi sikap peduli terhadap pelestarian lingkungan. Seperti dikutip dari salah satu refleksi mahasiswa: “dulu aku takut dengan ular dan sebangsanya. Karena

  

program CS, aku menjadi paham bahwa mereka bukan musuh untuk dibasmi. Kitalah yang

menyebabkan mereka kehilangan tempat tinggal, sampai mereka masuk pada perumahan

manusia”.

  Sebagian besar dari mahasiswa (68,8 %) mahasiswa awalnya merasa ragu bahwa siswa SD yang mengikuti CS dapat melakukan peer tutoring dan kampanye setelah kegiatan CS berakhir. Pada akhir rangkaian program, ada 53,12% peserta yang berhasil melakukan peer tutoring dan kampanye di sekolah mereka (Sari, 2014). Mahasiswa mengamati adanya perkembangan sikap peserta berupa peningkatan keberanian siswa untuk mau mempresentasikan kembali pengalaman dan poster yang dibuat saat acara CS. Lalu 17 peserta berani mengkampanyekan pengalaman mereka di depan teman-temannya. Selain kampanye, mereka juga berani memberikan peer tutoring pada teman sekelas.

  “Siswa yang kudampingi berani kampanye saat upacara bendera, aku bangga padanya. Padahal awalnya takut.”

  Perubahan sikap positif pada mahasiswa setelah mengikuti CS antara lain: kemandirian, disiplin, tanggungjawab, peduli lingkungan (dimulai dari tidak meninggalkan sampah di kelas atau tempat umum, dan tidak membunuh binatang tanpa alasan, dll).

b. Persepsi Peserta CS

  Data yang diperoleh dari peserta CS berupa kuisioner dan lembar refleksi. Dari 70 kuisioner dan lembar refleksi yang dibagikan, ada 56 yang kembali (80 %). Hasil tabulasi persepsi peserta terhadap CS adalah 3,51 dengan Grand Mean 3,15; sehingga bisa

ISBN: 978-602-72412-0-6

  disimpulkan peserta memberikan persepsi yang positif pada program CS. Seluruh peserta menyatakan mereka mengikuti setiap kegiatan dengan baik dan memberikan feedback yang positif pada kolom komentar. Salah satu peserta menuliskan “Saya senang karena

  

mendapatkan bimbingan dan banyak ilmu pengetahuan, dan saya melakukan beberapa

eksperimen yang membuat saya ingin selalu mengikuti kegiatan CS”. Sikap antusias dan rasa

  senang dilihat tidak hanya dari tulisan mereka dalam kuisioner, tetapi juga dari observasi. Tercatat hanya ada 4 dari 70 peserta yang sering tidak mengikuti kegiatan dan bermain di area CS (Sari, 2014).

  Peserta menuliskan dalam refleksi mereka hal positif yang mereka dapatkan adalah bertambahnya teman baru, keberanian, ilmu, dan pengetahuan mengenai konservasi. Selama kegiatan, peserta dibuat berbaur dengan peserta lain dari sekolah yang berbeda. Mereka diminta untuk bekerja sama dalam eksperimen, field trip, pembuatan poster, diskusi, dan presentasi. “Saya senang karena mendapatkan teman baru.” menjadi kalimat terbanyak yang ditulis peserta untuk poin pengalaman pada pertemuan pertama CS. Peserta CS berasal dari SD negeri, swasta, dan inklusi di Yogyakarta. Seorang peserta yang memiliki kebutuhan khusus gifted-hiperaktif memberikan pernyataan mengenai pengalamannya dalam sosialisasi di CS sebagai berikut: “CS membuat saya bisa lari-lari sambil belajar karena kegiatan out

  

door dan banyak praktek. Juga banyak teman baru yang berani mengingatkan saya untuk

tetap fokus pada kegiatan”.

  Perubahan sikap pada diri peserta dilihat saat observasi mereka memilih eksperimen pembuatan tempat pensil dari botol bekas sebagai kegiatan favorit. Mereka bahkan memilihnya sebagai kegiatan untuk peer tutoring di sekolah mereka. Alasannya adalah “saya

  makin tahu cara mengolah barang bekas yang mudah dan berguna

  ”. Pengolahan limbah dan pemeliharaan tanaman serta satwa menjadi topik yang menarik bagi mereka. Saat membuat kalimat yang akan di sampaikan saat kampanye, beberapa peserta meneriakkan kalimat sederhana yang menunjukkan sikap peduli dan konservasi, “jangan beli ikan lalu dibunuh!”,

  “jangan petik bunga dan daun tanpa alasan”, “lindungi jangkrik!”.

  IV. KESIMPULAN

  Kegiatan CS mendapatkan persepsi positif baik dari mahasiswa dan peserta. Dampak lain dari program CS adalah perubahan sikap yang baik dalam diri mereka yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, program CS bisa menjadi sarana penanaman karakter cinta lingkungan dan peduli konservasi baik bagi mahasiswa maupun peserta (siswa SD).

  V. DAFTAR PUSTAKA

  Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan

  Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa . Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

  Sukmanidanata, N.S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sari, W.W. 2014. Persepsi Guru dan Siswa SD di Yogyakarta terhadap Program Conservation Scout.

  J. Bioedukatika 2: 34-37

Sigh, H.R. & Rahman, S.A. 2012. An Aproach for Environmental Education by NGOs in Biodiversity

Conservation. Social and Behavioral Sciences 42: 144-152