MALARIA MICROSCOPIC OFFICER DESCRIPTION IN FIVE HEALTH DISTRICT IN SOUTH SUMATRA OKU TO DETECT MALARIA PARASITES

  

GAMBARAN PETUGAS MIKROSKOPIS MALARIA PADA LIMA

PUSKESMAS DI KABUPATEN OKU SUMATERA SELATAN DALAM

MENDETEKSI PARASIT MALARIA

  • Tri Wurisastuti , Hotnida Sitorus, Rizki Nurmaliani

  

Loka Litbang P2B2 Baturaja Jl. A. Yani KM7 Kemelak Baturaja Sumatera Selatan

Abstract

  

Malaria remains a public health problem in Ogan Komering Ulu (OKU) District South

Sumatra Province with Annual Parasite Incidence (API) in 2012 was 0.46‰. Treatment of

malaria were conducted in OKU District already based on the results of laboratory

examination.Therefore, the accuracy and correctness of blood film examination by malaria

microscopists is needed in order to improve the quality of malaria diagnosis.This research

involves five microscopists of OKU District. Each microscopists examine 596 malaria

blood film. Result of microscopy examination is error rate value of each microscopists

which will be the reference performance in diagnosis ofmalaria. In addition, every

microscopists was interviewed to describe their characteristics in detection of malaria

parasites. Data of microscopy examination and interview were analyzed descriptively.

  

Descriptive analysis showed that performance five microscopists of OKU District in

diagnosing malaria differ according to educational background, training experience and

workload.

  Keywords: Characteristics, Microscopists, Diagnosis, Malaria, OKU

MALARIA MICROSCOPIC OFFICER DESCRIPTION

  

IN FIVE HEALTH DISTRICT IN SOUTH SUMATRA OKU TO DETECT

MALARIA PARASITES

Abstrak

  Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Provinsi Sumatera Selatan dengan Annual Parasite Incidence (API) tahun 2012 sebesar 0,46‰, sedangkan pengobatan malaria yang dilakukan di Kabupaten OKU sudah berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium. Oleh sebab itu, ketepatan dan kebenaran pemeriksaan sediaan darah oleh petugas mikroskopis sangat diperlukan dalam rangka peningkatan mutu diagnosis malaria. Penelitian ini melibatkan 5 mikroskopis di Kabupaten OKU. Setiap petugas mikroskopis melakukan pemeriksaan 596 sediaan darah jari (SDJ) malaria. Hasil pemeriksaan sediaan darah jari berupa nilai error rate masing-masing petugas mikroskopis yang akan menjadi bahan penilaian kinerja petugas mikroskopis dalam mendiagnosis malaria. Selain itu setiap petugas diwawancarai untuk mengetahui gambaran karakteristik petugas dalam mendeteksi parasit malaria. Data hasil pemeriksaan dan wawancara dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa kinerja lima petugas mikroskopis dalam mendiagnosis malaria berbeda menurut latar belakang pendidikan petugas mikroskopis, jumlah pelatihan mikroskopis dan beban kerja.

  Kata Kunci: Karakteristik, Mikroskopis, Diagnosis, Malaria, OKU Naskah masuk: 20 Maret 2015; Review I: 8 April 2015; Review II: 3 Juni 2015; Layak terbit : 16 Juni 2015 ______________________________________

  • Alamat korespondensi: rhie_0502@yahoo.com;081283177738

  PENDAHULUAN

  5

  6 Hasil pemeriksaan

  Pemeriksaan sediaan darah jari (SDJ) dilakukan menggunakan standar pemeriksaan SDJ.

  Instrumen yang digunakan meliputi sediaan darah jari (SDJ) pasien yang mengalami gejala klinis malaria yang datang ke puskesmas dan kuesioner terstruktur wawancara terhadap petugas mikroskopis. Masing-masing petugas mikrokopis melakukan pemeriksaan 596 SDJ malaria. Wawancara terstruktur dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kinerja petugas mikroskopis dalam mendiagnosis malaria. Wawancara dilakukan selama kurang lebih 30 menit untuk setiap sampel di tempat kerja mikroskopis. Wawancara dilakukan oleh peneliti Loka Litbang P2B2 Baturaja.

  Penelitian ini dilakukan di Kabupaten OKU Provinsi Sumatera Selatan selama 8 bulan (Maret-Oktober) pada tahun 2013. Penelitian ini melibatkan 5 (lima) mikroskopis yang sudah mendapatkan pelatihan mikroskopis malaria baik secara formal maupun informal. Lima mikroskopis tersebut diantaranya mikroskopis Puskesmas Pengaringan, Ulak Pandan, Penyandingan, Tanjung Lengkayap, dan Lubuk Batang. Desain penelitian ini adalah cross sectional observasional.

  METODOLOGI

  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perbedaan karakteristik petugas mikroskopis puskesmas di Kabupaten OKU dalam mengidentifikasi parasit malaria.

  ini faktor individu yang diteliti adalah latar belakang pendidikan dan masa kerja. Faktor psikologi yang diteliti adalah pelatihan dan faktor organisasi yang diteliti adalah beban kerja.

  5 Dalam penelitian

  Faktor organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job design.

  personality, pembelajaran dan motivasi.

  , kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor individu, faktor psikologis dan faktor organisasi. Faktor individu mencakup kemampuan, keahlian, latar belakang dan demografi. Faktor psikologis terdiri dari persepsi, attitude,

  Menurut Simamora dalam Mangkunegara

  Malaria merupakan salah satu penyakit tular vektor yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil. Selain itu malaria secara langsung dapat menyebabkan anemia dan juga menurunkan produktivitas kerja.

  Pengobatan malaria yang dilakukan di Kabupaten OKU sebagian besar sudah berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium oleh petugas mikroskopis. Oleh karena itu pentingnya mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja petugas mikroskopis dalam mendeteksi parasit malaria dalam rangka peningkatan mutu diagnosis malaria di Kabupaten OKU sangat dibutuhkan.

  menunjukkan bahwa malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten OKU Provinsi Sumatera Selatan.

  4 Kedua data ini

  Annual Parasite Incidence (API) tahun 2012 sebesar 0,46‰.

  Kesehatan Kabupaten OKU menunjukkan

  3 Data malaria Dinas

  malaria di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Provinsi Sumatera Selatan menempati peringkat ke 7 yang memiliki prevalensi malaria tertinggi dari 15 kabupaten yang ada.

  1 Berdasarkan data Riskesdas 2013,

  petugas mikroskopis yang ada di puskesmas dan tempat rujukan sediaan darah merupakan salah satu upaya meningkatkan mutu diagnosis malaria di daerah resisten.

  2 Upaya peningkatan mutu

  pemeriksaan malaria sampai saat ini masih dilakukan dengan cara pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis.

  1 Standar emas (Gold Standar) untuk

  yang dinilai adalah nilai error rate masing-masing petugas mikroskopis dalam mendiagnosis malaria. Hasil pemeriksaan ini dijadikan bahan penilaian kinerja petugas mikroskopis dalam mendiagnosis malaria. Kinerja tahun. Sebagian besar petugas petugas mikroskopis dikatakan baik mikroskopis sudah menikah dan dalam mendiagnosis malaria jika nilai seluruhnya berpendidikan diploma.

  error rate yang dihasilkan kurang dari Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

  lima persen. Data hasil pemeriksaan dan Pada Tabel 2 menunjukkan dari wawancara dianalisis secara deskriptif . lima petugas mikroskopis yang terlibat penelitian, diketahui bahwa sebagian

  HASIL

  besar petugas mikroskopis yang memiliki latar belakang pendidikan bukan analis Setiap puskesmas yang dievaluasi kesehatan sehingga memiliki kualitas memiliki satu orang petugas mikroskopis. dalam mendiagnosis malaria secara

  Sebagian besar petugas mikroskopis mikroskopis yang kurang baik dengan yang dievaluasi berjenis kelamin nilai error rate yang dihasilkan lebih dari perempuan, dengan usia berkisar 20-35 5 persen.

  

Tabel 1. Karakteristik Petugas Mikroskopis di Lima Puskesmas

  Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2013 Puskesmas

  Karakteristik Tanjung

  Lubuk Batang Pengaringan Penyandingan Ulak Pandan Lengkayap

  Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Usia 25 tahun 29 tahun 32 tahun 22 tahun 27 tahun Status Belum Menikah Menikah Menikah Belum Menikah Pernikahan

  Menikah Pendidikan Diploma Diploma Diploma Diploma Diploma Keperawatan Analis Kesehatan Analis Keperawatan Kesehatan Lingkungan Kesehatan nilai error rate 6,7% 6,2% 2,3% 4,4% 6,0%

  

Tabel 2. Faktor Kinerja Petugas Mikroskopis di Lima Puskesmas

Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2013

  Katerogi Error Rate Karakteristik

  Total

  Kurang Baik (n) Baik (n)

  Pendidikan Non Analis Kesehatan

  2

  1

  3 Analis Kesehatan

  1

  1

  2 Lama Tugas 1-3 tahun

  2

  2

  4 4-6 tahun

  1

  1 Jumlah Pelatihan Mikroskopis

  1 Kali

  2

  1

  3

  2 Kali

  1

  1 >3 Kali

  1

  1 Beban Kerja Lainnya Ya

  3

  1

  4 Tidak

  1

  1 Sebagian petugas mikroskopis yang memiliki masa kerja 1-3 tahun memiliki kategori kinerja baik, namun petugas mikroskopis yang memiliki masa kerja 4-6 tahun memiliki kategori kinerja kurang baik. Berdasarkan jumlah pelatihan mikroskopis malaria yang telah diikuti petugas, dapat diketahui bahwa semakin banyak jumlah pelatihan mikroskopis malaria yang diikuti petugas maka semakin baik pula kinerja petugas mikroskopis, sebagian besar petugas yang mengikuti satu kali pelatihan memiliki kategori kinerja yang kurang baik dan petugas yang mengikuti pelatihan mikroskopis malaria lebih dari 3 kali seluruhnya memiliki kategori kinerja baik (Tabel 2).

  Berdasarkan beban kerja, diketahui bahwa tiga dari empat petugas yang memiliki tanggung jawab pekerjaan selain menjadi petugas mikroskopis malaria memiliki kategori kinerja kurang baik dalam mendiagnosis malaria dibandingkan dengan petugas yang hanya menangani mikroskopis malaria saja (Tabel 2).

  , bahwa ada hubungan antara lama kerja dengan kinerja petugas kesehatan. Petugas dengan masa kerja yang lebih panjang biasanya akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan petugas dengan masa kerja lebih pendek karena adanya perbedaan pengalaman kerja.

  membuktikan bahwa pelatihan berpengaruh positif dan

  14

  13 Penelitian Agusta

  sejalan dengan penelitian di Kabupaten Pati Provinsi Jawa tengah yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelatihan dan kinerja petugas penyuluh kesehatan masyarakat dalam praktek promosi kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Pati.

  12 Hal ini

  Semakin banyak pelatihan maka akan semakin banyak materi pemeriksaan mikroskopis yang dikuasai.

  rate dari petugas mikroskopis malaria.

  hasil wawancara, petugas mikroskopis Puskesmas Penyandingan yang memiliki nilai error rate paling baik sudah mengikuti empat kali pelatihan mikroskopis malaria. Semakin banyak jumlah pelatihan mikroskopis yang diikuti petugas maka semakin rendah nilai error

  11 Berdasarkan

  dievaluasi sudah pernah mengikuti pelatihan baik secara formal maupun nonformal. Sebagian besar petugas yang hanya mengikuti pelatihan satu kali, memiliki kinerja yang kurang baik. Kompetensi dan kinerja petugas yang tinggi hanya didukung oleh program pelatihan dan penilaian yang berkesinambungan, tersedia program pelatihan penyegaran (refresher training) dan penjenjangan karier bagi yang baik kinerjanya yang dikembangkan menurut standar internasional.

  8 Seluruh petugas mikroskopis yang

  10

  BAHASAN

  , penelitian tersebut menyatakan bahwa secara statistik lama kerja tidak berhubungan dengan kinerja. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Faizin

  8,9

  mikroskopis dengan masa kerja lebih lama memiliki kinerja yang kurang baik. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Oka Beratha dan Yatino

  7 Dalam penelitian ini petugas

  membuktikan bahwa pendidikan pegawai memiliki hubungan yang kuat dengan kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS).

  Sebagian besar petugas mikroskopis yang memiliki latar belakang pendidikan bukan analis kesehatan memiliki kualitas kinerja yang kurang baik dengan nilai error rate lebih dari 5 persen dalam mendiagnosis malaria secara mikroskopis. Petugas mikroskopis malaria sebaiknya paling sedikit berpendidikan analis kesehatan karena pada umumnya sudah mendapat pendidikan tentang dasar-dasar ilmu biologi/kesehatan maupun penggunaan dan pemeriksaan menggunakan mikroskop.

  (prestasi kerja) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan/pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

  Performance atau Actual Performance

  , merupakan istilah dari kata Job

  5

  Kinerja menurut Mangkunegara

2 Penelitian lain juga

  signifikan terhadap kinerja karyawan.

  1. Kementerian Kesehatan. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta; Direktorat Jenderal PPPL. 2008.

  Public Health and Preventive Medicine Archive. Juli 2013; 1(1):41- 47.

  IB Wirakusuma, Adnyana Sudibya. Hubungan Karakteristik, Motivasi dan Dana BOK dengan Kinerja Petugas KIA Puskesmas di Kabupaten Gianyar.

  8. Beratha, Oka,

  7. Patiran A. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS). Fokus Ekonomi. Desember 2010. 5(2):32- 43.

  Pemeriksaan Parasit Malaria Secara Mikroskopik. Jakarta; Direktorat Jenderal PPPL. 1995.

  6. Departemen Kesehatan.

  Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT. Refika Aditama, 2005.

  5. Anwar Prabu Mangkunegara.

  4. Laporan Malaria Bulanan Tahun 2012. Baturaja; Dinas Kesehatan Kab. OKU. 2012.

  3. Kementerian Kesehatan. Laporan Riskesdas 2013 Provinsi Sumatera Selatan. Jakarta; Badan Litbang Kesehatan. 2013.

  2. Tuti S. Beberapa Prinsip Dasar Pemantapan Kualitas (Quality Assurance/QA) Petugas Mikroskopis Malaria. Majalah Kedokteran Indonesia. 2010. 60 (7).

  Puskesmas dan mikroskopis Tanjung Lengkayap, Kepala Puskesmas dan mikroskopis Lubuk Batang yang telah bersedia mengikuti penelitian ini. Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada peneliti Loka Litbang P2B2 Baturaja yang ikut membina penulisan artikel ini.

  Sebagian besar petugas yang memiliki tanggung jawab pekerjaan selain menjadi petugas mikroskopis malaria memiliki kategori kinerja kurang baik dalam mendiagnosis malaria dibandingkan dengan petugas yang hanya bertanggung jawab menangani mikroskopis malaria. Penelitian yang dilakukan oleh Bona Boy

DAFTAR PUSTAKA

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Loka Litbang P2B2 Baturaja, Kepala Dinas Kesehatan OKU beserta staf, Kepala Puskesmas dan mikroskopis Pengaringan, Kepala Puskesmas dan mikroskopis Ulak Pandan, Kepala Puskesmas dan mikroskopis Penyandingan, Kepala

  3. Dilakukan analisis beban kerja pegawai untuk keseimbangan tugas sehingga memperoleh pegawai dengan kinerja yang baik.

  2. Penempatan pegawai sesuai dengan pendidikan.

  1. Pelaksanaan pelatihan mikroskopis malaria diberikan secara berkala kepada seluruh petugas mikroskopis guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas kinerja petugas mikroskopis.

  SARAN

  error rate yang rendah.

  Kinerja petugas mikroskopis dalam mendiagnosis malaria di lima puskesmas di Kabupaten OKU berbeda menurut latar belakang pendidikan petugas mikroskopis, jumlah pelatihan mikroskopis dan beban kerja. Peran keterampilan petugas diperlukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan dengan

  KESIMPULAN

  , yang membuktikan bahwa tidak adanya hubungan antara beban kerja dengan kinerja pegawai.

  16

  Djasamen Saragih Pematang Siantar terhadap perawat menunjukkan bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan kinerja. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian di Yogyakarta

  15 , di RSUD DR.

UCAPAN TERIMA KASIH

  9. Yatino. Analisis Kinerja Bidan Desa dan Hubungannya dengan Keberhasilan Program Perbaikan Gizi dan Kesehatan di Kabupaten Lampung Barat. [Skripsi] Bogor : Institut Pertanian Bogor. 2005.

  10. Achmad Faizin, Winarsih. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja Perawat dengan Kinerja Perawat Di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan.

  September 2008.1(3):137-142.

  11. World Health Organization. Malaria Microscopy Quality Assurance Manual Version 1. WHO; February 2009.

  12. Maryun Y. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petugas Program TB Paru Terhadap Cakupan Penemuan Kasus Baru BTA (+) di Kota Tasikmalaya Tahun 2006 [internet], 2006. Diakses 24 September 2012 Ditelusuri dari

  13. Yuniarti, Zahroh Shaluhiyah, Bagoes Widjanarko. Kinerja Petugas Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam Praktek Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Pati. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. Agustus 2012; 7(2):165- 173.

  14. Agusta L, Eddy MS. Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja Terhadap Karyawan CV. Haragon Surabaya. Jurnal Agora. 2013; 1(3):1399-1408.

  15. Sihotang, Bona Boy Pandapotan.

  Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Perawat Dalam Pelayanan Kegawatdaruratan di RSUD Dr.

  Djasamen Saragih Pematangsiantar. [Tesis] Medan : Universitas Sumatera Utara; 2012.

  16. Mudayana AA. Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Karyawan di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul.

  Jurnal Kesmas UAD. Januari 2012; 6(1):35-40.

  1. Kementerian Kesehatan. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.

  Jakarta; Direktorat Jenderal PPPL; 2008.

  2. Tuti S. Beberapa Prinsip Dasar Pemantapan Kualitas (Quality Assurance/QA) Petugas Mikroskopis Malaria. Majalah Kedokteran Indonesia. 2010; 60(7).

  3. Kementerian Kesehatan. Laporan Riskesdas 2013 Provinsi Sumatera Selatan.

  Jakarta; Badan Litbang Kesehatan; 2013.

  4. Laporan Malaria Bulanan Tahun 2012. Baturaja; Dinas Kesehatan Kab. OKU; 2012.

  5. Anwar Prabu Mangkunegara. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT. Refika Aditama, 2005.

  6. Departemen Kesehatan. Pemeriksaan Parasit Malaria Secara Mikroskopik. Jakarta; Direktorat Jenderal PPPL; 1995.

  7. Patiran A. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS). Fokus Ekonomi. Desember 2010; 5(2):32-43.

  8. Beratha, Oka, IB Wirakusuma, Adnyana Sudibya. Hubungan Karakteristik, Motivasi dan Dana BOK dengan Kinerja Petugas KIA Puskesmas di Kabupaten Gianyar.

  Public Health and Preventive Medicine Archive. Juli 2013; 1(1):41-47.

  9. Yatino. Analisis Kinerja Bidan Desa dan Hubungannya dengan Keberhasilan Program Perbaikan Gizi dan Kesehatan di Kabupaten Lampung Barat. [Skripsi] Bogor : Institut Pertanian Bogor; 2005.

  10. Achmad Faizin, Winarsih. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja Perawat dengan Kinerja Perawat Di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan. September 2008; 1(3):137-142.

  11. World Health Organization. Malaria Microscopy Quality Assurance Manual Version 1.

  WHO; February 2009.

  12. Maryun Y. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petugas Program TB Paru Terhadap Cakupan Penemuan Kasus Baru BTA (+) di Kota Tasikmalaya Tahun 2006 [internet], 2006. Diakses

  24 September 2012 Ditelusuri dari

  13. Yuniarti, Zahroh Shaluhiyah, Bagoes Widjanarko. Kinerja Petugas Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam Praktek Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Pati. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. Agustus 2012; 7(2):165-173.

  14. Agusta L, Eddy MS. Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja Terhadap Karyawan CV.

  Haragon Surabaya. Jurnal Agora. 2013; 1(3):1399-1408.

  15. Sihotang, Bona Boy Pandapotan. Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Perawat Dalam Pelayanan Kegawatdaruratan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. [Tesis] Medan : Universitas Sumatera Utara; 2012.

  16. Mudayana AA. Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Karyawan di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul. Jurnal Kesmas UAD. Januari 2012; 6(1):35-40.