103 ANALISIS AKTIFITAS FISIK, STATUS SOSIAL EKONOMI DAN MP-ASI PADA SISWA SD YANG OBES DI KOTA MANADO

  

ANALISIS AKTIFITAS FISIK, STATUS SOSIAL EKONOMI DAN MP-ASI

PADA SISWA SD YANG OBES DI KOTA MANADO
  • * L.C. Korengkeng *, N. Mayulu **, C. Mamuaja *** **

  Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi Manado *** Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado Fakultas Ilmu Pangan Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

Obesitas merupakan masalah epidemik global yang harus segera ditangani. Prevalensi obesitas

pada anak meningkat hampir satu persen setiap tahunnya. Di Sulawesi Utara sendiri anak usia 5-

12 tahun menunjukkan angka yang tinggi, dimana prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas

sebesar 11,3% dan 7,4% berdasarkan Riskesdas 2013. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis aktivitas fisik, status sosial ekonomi orang tua dan pemberian MP-ASI pada siswa

SD yang obes di Kota Manado. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi dengan desain

penelitian Sequential Explanatory. Data kuantitatif dianalisa secara deskriptif sedangkan data

kualitatif menggunakan teknik analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi obesitas pada

anak SD di Kota Manado sebesar 11,4%. Tingkat aktivitas fisik para informan siswa masuk pada

kategori ringan. Status sosial ekonomi dalam hal ini tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan

pendapatan orang tua dari para informan berbeda-beda serta MP-ASI diberikan sebelum usia 6

bulan. Disarankan agar program pencegahan kejadian obesitas yang melibatkan pemerintah dan

masyarakat perlu ditingkatkan, khususnya penambahan fasilitas olahraga dan kantin sekolah

diharuskan untuk menyediakan makanan sehat, padat gizi dengan harga terjangkau.

  ABSTRACT

Obesity is a global epidemic problem that must be addressed immediately. The prevalence of

obesity in 5-12 years old cildren showed high rate, in which the prevalence of overweight and

obesityis 11.3% and 7.4% based on Riskesdas 2013. This study aims to analyze the physical

activity, social economic status of parents and provision of complementary feeding on obese

elementary school students in Manado City. The type of this research is mixed methods with

Sequential Explanantory design. The quantitative data are analyzed descriptively while the

qualitative data use content analysis technique. The results showed the prevalence of obesity in

elementary school children in Manado City by 11.4%. The level of physical activity of the student

informants entered in the light category. The socioeconomic status in this case the level of

education, the type of occupation and the income of the parents of the informants were different

and complementary feeding is given before the age of 6 months. It is recommended that obesity

prevention programs involving government and community need to be improved, in particular the

addition of sports facilities and school canteens are required to provide healthy, nutrient-dense

foods at affordable prices.

  

PENDAHULUAN seluruh dunia terutama dalam perannya

  Obesitas merupakan masalah kesehatan sebagai penyebab obesitas yang dunia yang semakin sering ditemukan di berakibat kematian di masa mendatang berbagai negara dan terus meningkat (Marcdante et al., 2011). Indonesia saat beberapa dekade terakhir. Belum selesai ini menghadapi tantangan double burden masalah kekurangan gizi, Millenium of nutrition atau memasuki masalah gizi

  

Development Goals (MDGs) masih ganda. Bukan hanya masih kesulitan

  meninggalkan masalah gizi yang belum mengatasi masalah kurang gizi, tetapi terselesaikan yaitu, gizi lebih yang sudah dihadapkan pada masalah baru cukup menjadi perhatian masyarakat di yaitu meningkatnya jumlah anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas (Budiyanti, 2011). Obesitas baik pada kelompok anak-anak maupun dewasa, meningkat hampir satu persen setiap tahunnya (Anonim, 2013). Data CDC tahun 2011-2012 presentasi anak obesitas di Amerika Serikat berusia 6-11 tahun meningkat dari 7% pada tahun 1980 menjadi 18% pada tahun 2012. Di tahun yang sama lebih dari sepertiga anak dan orang dewasa yang kelebihan berat badan (Anonim, 2013a). Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas pada anak usia 6-18 tahun di Rusia 6 % dan 10 %, di Cina 3,6 % dan 3,4 %, dan Inggris 22-31 % dan 10 %- 17% (Sjarif et al., 2011). Secara nasional (Anonim, 2013b) menunjukkan masalah kelebihan berat badan dan obesitas pada anak usia 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 %, sudah mendekati perkiraan angka dunia di tahun 2020. Prevalensi terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%). Di Sulawesi Utara sendiri menunjukkan prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas pada anak 5-12 tahun berturut- turut sebesar 11,3 % dan 7,4 %. Penduduk propinsi Sulawesi Utara menunjukkan prevalensi tertinggi yaitu sebanyak 24% (Anonim, 2013b). Peningkatan obesitas tersebut di sertai dengan peningkatan ko-morbiditas yang berpotensi menjadi penyakit degeneratif di kemudian hari misalnya penyakit kardiovaskuler, hipertensi, stroke, kanker, DM Tipe 2, dll (Anonim, 2013b). Anggraini (2014) menyatakan bahwa kelompok usia sekolah merupakan salah satu kelompok umur yang berisiko dengan kejadian obesitas. Obesitas permanen cenderung akan terjadi bila muncul pada saat anak berusia 4-11 tahun sehingga sangat diperlukan upaya pencegahan terhadap obesitas sejak dini. Data prevalensi obesitas pada anak yang meningkat khususnya di Kota Manado, disertai dengan peningkatan penyakit degeneratif yang berakibat kematian di usia dewasa sehingga perlu diadakan penelitian. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian untuk menganalisis aktivitas fisik, status sosial ekonomi dan pemberian MP-ASI pada siswa SD yang obesitas di Kota Manado.

  METODE

  Penelitian ini menggunakan metode kombinasi (Mixed Methods) dengan desain Sequential Explanatory yaitu metode kombinasi yang menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berurutan, dimana metode ini menggunakan metode kuantitatif dengan bobot yang lebih rendah daripada kualitatif. Pada tahap pertama dilakukan pengumpulan data kuantitatif dengan teknik analisa data statistik deskriptif, diikuti dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua dengan menggunakan teknik analisa data

  content analysis (Sugiyono, 2016).

  Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2016

  Data kuantitatif dianalisa dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis ini hanya berupa akumulasi data dalam bentuk deskripsi, dalam arti tidak mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis serta penyajian data berupa persentase. Data kualitatif menggunakan content

  analysis.

  • – Juni 2016 di SD Plus Islamic Center Manado, SD Katolik 09 Hati Kudus Manado dan SD Negeri 76 Manado. Populasi pada bagian kuantitatif adalah seluruh siswa kelas 1 sampai 5 dari seluruh SD di Kota Manado. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dimana data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari Dinas Pendidikan Kota Manado. Berdasarkan kelengkapan data jenis kelamin dan usia anak, 44 SD dipilih menjadi sampel dengan jumlah 4470 siswa. Pada penelitian kualitatif sampel yang diambil adalah siswa kelas V karena dianggap sudah dapat menjawab pertanyaan yang diberikan dengan baik dengan tingkat pemahaman yang cukup. Siswa yang diambil adalah 2 siswa SD Plus Islamic Center dan 1 siswa SD Hati Kudus, 1 siswa SD negeri 76, 4 orang tua, dan 3 orang guru sehingga informan kunci menjadi 11 orang. Pemilihan tersebut berdasarkan perbedaan pendidikan, pendapatan dan pekerjaan orang tua.

  Hasil penelitian kuantitatif berdasarkan data pengukuran berat badan dan tinggi badan siswa kelas I sampai V umur 5-12 tahun yang berjumlah 4470 anak, jumlah siswa yang obes sebanyak 509 atau sebesar 11.4 %, yang terdiri dari 292 siswa laki-laki (57,4%) dan 217 siswa perempuan (42,6%). Seluruh siswa yang obes, jika diuraikan maka diperoleh siswa kelas I yang obes sebanyak 93 anak (18,3%), siswa kelas II yang obes sebanyak 80 anak (17,7%), sisw kelas

  III yang obes sebanyak 88 anak (17,3%), siswa kelas IV yang obes sebanyak 121 anak (23,8%) dan siswa kelas V yang obes sebanyak 117 anak (22,9%). Berdasarkan penelitian dari 44 sekolah dasar, didapatkan prevalensi obesitas sebesar 11,4 %. Prevalensi ini lebih besar jika dibandingkan dengan prevalensi obesitas pada anak umur 5-12 tahun di Sulawesi Utara menurut Riskesdas yaitu 7,4 % (2011b). Prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak sekolah (6-12 tahun) sebesar 9,2%. 44 (64,7%) kasus obesitas terjadi pada Sebelas provinsi, seperti D.I. Aceh siswa laki-laki sedangkan untuk siswa (11,6%), SumateranUtara (10,5%), perempuan hanya 24 (35,3%) kasus.

  Sumatera Selatan (11,4%), Riau Berdasarkan data Riskesdas, Sulawesi (10,9%), Lampung (11,6%), Kepulauan Utara tidak masuk dalam 10 peringkat Riau (9,7%), DKI Jakarta (12,8%), teratas untuk kejadian obesitas pada Jawa Tengah (10,9%), Jawa Timur anak namun untuk obesitas pada usia (12,4%), Sulawesi Tenggara (14,7%), dewasa merupakan propinsi teratas Papua Barat (14,4%) berada di atas dengan prevalensi obesitas mencapai prevalensi nasional (Aprilia, 2015). 24% (Anonim, 2013b).

  Hasil penelitian ini jumlah anak laki-laki Hasil penelitian kualitatif dipilih 11 yang obes yaitu 292 anak (57,4%) dan informan kunci dengan karakteristik perempuan 217 anak (42,6%). Hal ini informan siswa dan guru dapat dilihat juga dapat ditemui pada penelitian yang dalam tabel berikut: dilakukan oleh Angel (2013), diperoleh Tabel 1. Karakteristik Informan Siswa Karakteristik Informan S1 Informan S2 Informan S3 Informan

  S4 Inisial JR ZG PK SL Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Umur (tahun)

  11

  12

  12

  12 Berat badan (Kg)

  49

  53

  55

  55 Tinggi badan (Cm) 134 136 144 135

  IMT 27,2 28,6

  27

  29 Status Gizi Obesitas Obesitas Obesitas Obesitas Tabel 2. Karakteristik Informan Orang Tua Karakteristik Informan O1 Informan O2 Informan O3 Informan

  O4 Umur 30 tahun 37 tahun 36 tahun 50 tahun Pendidikan SMA SMA Strata 1 SD Pekerjaan

  IRT Karyawan PNS

  IRT Pendapatan 3 3 juta 6 juta 2.9 juta

  • – 3.5 juta

  Aktivitas Fisik

  Peneliti mendapatkan semua informan siswa sangat kurang melakukan aktivitas fisik, ini terlihat dari jawaban informan dalam penggunaan waktu istirahat lebih banyak untuk makan jajanan dikantin sekolah karna waktu istirahat yang singkat dan padatnya kegiatan belajar. Bentuk aktivitas kurang gerak lainnya adalah penggunaan transportasi. Dari keempat informan siswa, hanya satu informan yang pergi dan pulang sekolah berjalan kaki, itupun karena jarak rumah dengan sekolah dangat dekat sedangkan informan lainnya menggunakan alat transportasi ojek dan mikrolet. Menurut informasi yang diberikan oleh informan siswa dan orang tua waktu yang digunakan didepan layar untuk menonton di televisi dan bermain games di komputer dan laptop rata-rata >2 jam per hari. Semua informan mengatakan hanya sedikit waktu yang digunakan untuk berolahraga setiap minggu. Menurut pernyataan informan orang tua didapati bahwa dua informan siswa memang gemuk dari kecil sedangkan dua informan siswa lainnya mulai gemuk setelah pemberian MP-ASI dan vitamin penambah nafsu makan. Berdasarkan pernyataan mengenai aktivitas fisik semua informan siswa masuk pada tingkat aktivitas fisik ringan. Hal ini diperjelas dengan hasil analisis tingkat aktivitas fisik atau PAL berdasarkan

  activity recall

  yang dilakukan pada semua informan siswa, dimana informan siswa 1 tingkat aktivitas fisik sebesar 1.66, informan siswa 2 tingkat aktivitas fisik sebesar 1.68, informan siswa 3 tingat aktivitas fisik sebesar 1.67 dan informan siswa 4 tingkat aktivitas fisik sebesar 1.46. Perilaku aktif telah digantikan dengan aktivitas sedentary seperti menonton telivisi dan banyaknya waktu menggunakan media elektronik yang mengakibatkan berkurangnya pengeluaran energi aktivitas fisik (Hilss

  et. al ., 2014). Wijtzes, et al., (2014)

  berpendapat bahwa salah satu faktor penyebab obesitas adalah kurangnya aktivitas fisik seperti kurangnya melakukan olahraga secara teratur. (Maffeis, et.al dalam Budiyanti, 2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widyawati (2014), mendapatkan bahwa dari 251 anak obesitas terdapat 87 responden yang tidak rutin melakukan kegitan fisik sebanyak 64 (15,7%) ini lebih banyak dibandingkan dengan respoden yang rutin melakukan kegiatan fisik sedangkan untuk responden yang

  overweight yang tidak rutin melakukan

  olahraga sebanyak 33 (8,1%). Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji chi square di dapatkan nilai p-value = 0, 002. Sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak di SD Budi Mulia 2. Selain itu berdasarkan durasi bermain games perhari diketahui bahwa dari 69 (17%) responden yang overweight terdapat 29 (7,1%) responden yang bermain games ≥ 2 jam perhari atau dalam kategori lama, dan dari 87 (21,4%) responden yang obesitas terdapat 46 (11,3%) yang bermain games

  ≥ 2 jam perhari atau dalam kategori lama.

  Pendidikan Orang Tua

  Berdasarkan jawaban informan orang tua khususnya ibu tentang pendidikan formal tertinggi yang dicapai, tiga informan mengatakan tamat SMA, satu informan menyelesaikan strata 1 dan satu informan menamatkan SD saja. Dilihat dari pencapaian pendidikan terakhir lebih banyak informan orang tua yang masuk pada pendidikan tinggi (9 tahun) sedangkan satu informan hanya tamat SD. Hasil penelititan ini menunjukkan bahwa informan dengan tingkat pendidikan tinggi dan rendah sama-sama mempunyai anak yang obesitas. Pengetahuan ibu yang lebih khususnya tentang jenis makanan yang bisa menyebabkan obesitas pada anak sangat penting karena ibu adalah seseorang yang harus mengetahui jenis makanan dalam keluarga dan ibu juga sebagai pengambil keputusan dalam menentukan konsumsi makanan dalam keluarganya.

  Pendidikan orang tua yang lebih tinggi akan mempunyai sikap, pengetauan dan perilaku yang lebih baik dalam menentukan jenis makanan yang akan dikonsumsi oleh keluarga (Novianigsih, 2012). Parika, et al., (2015) dalam penelitiannya pada anak-anak di Finlandia mengatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu dengan kejadian obesitas pada anak, semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua semakin rendah risiko obesitas terjadi pada anak laki-laki dan perempuan.

  Pekerjaan Orang Tua

  Menurut pernyataan informan orang tua mengenai pekerjaan pokok dan pekerjaaan sampingan dari orang tua khususnya ibu dalam 3 bulan terakhir, dua informan mengatakan bekerja sebagai karyawan sedangkan dua informan lain sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai pekerjaan sampingan menjaga warung dan menjadi buruh cuci Jenis pekerjaan orang tua akan mempengaruhi status gizi anak secara tidak langsung. Ibu yang bekerja di luar rumah atau menyerahkan pengurusan anak kepada pihak lain seperti pembantu dan orang tua menunjukkan cukup memberikan pengaruh dengan kebiasaan dan pola hidup sehat anak. Semakin lama waktu ibu bekerja cenderung berhubungan signifikan dengan kejadian obesitas pada anak (Pangesti dkk, 2016). Yan et al., (2014) dalam penelitiannya mengatakan bahwa ibu yang lebih banyak tinggal di rumah cenderung menurunkan risiko obesitas anak. Faktanya adalah anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan ibunya daripada ayahnya, yang semakin menguatkan pengaruh ibu akan terjadinya obesitas pada anak. Jika ibu menghabiskan banyak waktu bekerja berarti waktu dengan anak berkurang dan semakin berkurang waktu untuk mengontrol asupan makanan, kebiasaan makan dan tingkat aktifitas fisik dari anak.

  Pendapatan Orang Tua

  Menurut jawaban informan orang tua tentang pendapatan bulanan semua informan berkisar dari 2,9 juta sampai 6 juta per bulan. Dengan jumlah pendapatan diatas diatas Upah Minimum Propinsi (UMP) Sulawesi Utara 2,4 juta semua informan mengatakan masih bisa memenuhi kebutuhan pangan dan non- pangan dari semua anggota keluarga. Dalam penelitian yang dilakukan Wijtzes, et al., (2014) mengatakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh masyarakat dapat berakibat pada peralihan pola kehidupan masyarakat dari pola tradisisonal kepada modern dimana makanan kebanyakan padat kalori, mengandung kadar protein, gula dan lemak yang tinggi tapi kurang serat lebih sering dikonsumsi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi ibu untuk pandai memilih bahan makanan yang sehat bagi keluarga karena keadaan sosial ekonomi yang membaik akan semakin mempermudah akses mendapatkan berbagai macam bahan makanan yang sesuai dengan pilihan dan selera. Widyawati (2014) memperkuat temuan Wijtzes, et al., dengan mengatakan bahwa transisi ekonomi ini berdampak pada keluarga dengan pendapatan tinggi untuk lebih cenderung membeli makanan jadi yang umumya tinggi lemak.

  MP-ASI

  Berdasarkan jawaban yang diberikan informan orang tua mengenai MP-ASI didapatkan bahwa semua informan siswa telah diberikan MP-ASI seperti, susu formula dan pisang sebelum usia 6 bulan. Bahkan ada satu informan yang memberikan susu formula sejak lahir karena ibu kandung bayi meninggal setelah melahirkan. Skugarevsky et al., (2014) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa dengan meningkatkan durasi pemberian ASI eksklusif dapat menjadi intervensi yang baik untuk mengurangi angka kejadian obesitas pada anak usia 11

  • – 12 tahun. Penambahan berat badan akan lebih terkontrol ketika pemberian makanan pendamping ASI diberikan ketika bayi berusia 6 bulan, sebaliknya jika makanan pendamping ASI diberikan kurang dari 6 bulan risiko obesitas pada anak akan lebih besar. Makanan pendamping ASI seperti, susu formula akan menyebabkan meningkatnya konsentrasi plasma insulin sehingga semakin banyak deposit di jaringan lemak tubuh yang nantinya menaikkan berat badan dan mengakibatkan obesitas.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa prevalensi obesitas (IMT/U) pada siswa SD kelas I-V di kota Manado adalah sebesar 11,4%. Kurangnya aktivitas fisik informan yang obes terlihat dari hasil perhitungan PAL yaitu, tingkat aktivitas ringan (1.40-1.69). Tinggi rendahnya tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu tidak menjamin anak tidak obes. Tingginya pendidikan orang tua tidak menjamin turunnya risiko obesitas pada anak karena dalam penelitian ini didapati orang tua dengan pendidikan tinggi dan rendah memiliki anak yang obes. Pekerjaan orang tua khususnya ibu tidak menjamin anak tidak obes dimana jenis pekerjaan sebagai wanita karir atau ibu rumah tangga, dan lamanya waktu bekerja di luar rumah berdampak pada terjadinya obesitas pada anak. Kejadian obesitas pada anak terjadinya bukan hanya pada anak dengan orang tua berpendapatan tinggi, tetapi juga pada anak yang orang tuanya berpendapatan rendah dan para informan siswa yang obes dalam penelitian ini memiliki riwayat pemberian MP-ASI dini (<6 bulan).

  SARAN

  Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Manado agar melakukan upaya yang lebih serius dan meningkatkan program pencegahan kejadian obesitas yang melibatkan pihak-pihak terkait (dinas kesehatan, sekolah, masyarakat dan orang tua). Kemudian memberitahukan secara edukatif kepada masyarakat bahaya dan dampak dari obesitas dini di masa mendatang sehingga angka obesitas pada anak-anak di usia sekolah dasar tidak semakin meningkat.

  Sekolah-sekolah dasar harus menambah fasilitas olahraga seperti lapangan dan alat-alat olahraga lainnya agar aktifitas fisik dari anak-anak bisa bertambah dan membuat kantin sekolah yang menyediakan makanan yang sehat dengan harga terjangkau dan padat gizi. Peneliti selanjutnya melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut tentang obesitas serta multifaktor yang mempengaruhinya dengan pengaturan waktu penelitian yang lebih baik DAFTAR PUSTAKA Anggraini, L. 2014. Tesis: Hubungan

  Tingkat Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada Ana Sekolah Prasekolah. Diakses tanggal 8 April 2017

  Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. 2011. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Jilid I. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

  Aprilia, A. 2015. Jurnal: Obesitas pada Anak Sekolah Dasar. Diakses tanggal 9 April 2017.

  Budiyanti. 2011. Tesis: Analisis Faktor Penyebab Obesitas pada Anak Usia Sekolah di SD Islam Al- Azhar 14 Kota Semarang

  Fitriarni. 2012. Tesis: Hubungan Konsumsi ASI Ekslusif dan Faktor Lainnya dengan ejadian Kegemukan pada Anak Usia 6-23 Bulan di Indonesia Tahun 2010 (Analisis Data Riskesdas 2010).

  Hills, Andrew P., Andersen, Lars B. and Byrne, Nuala. 2014. Journal: Physical Activity and Obesity in Children. Diakses tanggal 9 April 2017

  Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. 2011. Essential of Pediatrics.

  Wijtzes, A, Jansen, W, Bouthoorn, SH, Pot, N, Hofman, A and Raat, H, 2014. Journal: Social

  Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas pada Anak Sekolah Dasar Usia 6-14 Tahun di SD Budi Mulia 2 Yogyakarta Tahun 2014. Yogyakarta

  Alfabeta cv Bandung. Widyawati, N. 2014. Tesis: Faktor-

  Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Method).

  Skugarevsky, O, Wade, KH, Richmond RC, Matih, RM, 2014. Effects of Promoting Longer-Term and Exclusive Breastfeeding on Childhood Eating Attitudes: A Cluster-Randomized Trial

  Anonim. 2013b. Riskesdas, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

  Model Approach. BMC Public Health 2015; 15:271

  Sartika, RAD. 2011. Faktor risiko obesitas pada anak 5-15 tahun di Indonesia. Makara kesehatan Volume 15, Juni: 37-43

Inequealities in Young Children’s

  2016. Jurnal: Screen based activity sebagai faktor risiko kegemukan pada anak prasekolah di Kota Yogyakarta. Diakses tanggal 9 April 2017

  Pangesti N, Gunawan, I. M. A, Julia M.

  E. 2012. Hubungan Antara Beberapa Indikator Status Gizi Dengan Tekanan Darah Pada Remaja. Journal of Nutrition College 1:169 –75.

  Novianingsih,

  6 th edition. Philadelphia: Saunders: p 111-3

  Sports Participation and Outdoor Play. Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 2014, 11:155.

  Yan, J, Liu, L, Zhu, Y, Huang, G and Wang, P. 2014. Journal: The Association Between Breastfeeding and Childhood Obesity: A Meta-Analysis.

  BioMed Central Public Health 2014, 14:1267.

  Parika, S, Maki, P, Levalahti, Esko, Susanna, Martelin, T dan Laatikainen. 2015. Jurnal: Associations between parental BMI, Socioeconomic Factors, Family Structur and Overweight in Finnish Children: A Path