KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI PASAR 45 MANADO

  

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN

MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI PASAR 45 MANADO Victoria P. Pinatik*, ,A. J. M. Rattu*, Paul A. T. Kawatu* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.

  ABSTRAK

Keluhan muskuloskeletal yaitu keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh

seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Salah satu penyebab keluhan

muskuloskeletal yaitu sikap kerja. Dalam melakukan pekerjaan terdapat sikap kerja yang sering

dilakukan manusia seperti berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lainnya. Kondisi

sistem kerja yang ada dapat mempengaruhi sikap kerja seseorang dalam bekerja. Jika melakukan

pekerjaan dengan kondisi sistem kerjanya yang tidak sehat maka dapat menyebabkan kecelakaan

kerja. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja dengan

keluhan muskuloskeletal pada Penjahit di Pasar 45 Manado. Penelitian ini dilakukan pada

Penjahit di Pasar 45 Manado pada tahun 2016. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh penjahit yang ada di Pasar 45 Manado dengan sampel berjumblah 36 penjahit yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data diperoleh dari kuesioner Nordic Body Map. Data

yang dapat dianalisis mengunakan uji statistik yaitu uji-

  Spearman’s rho dengan tingkat

signifikasi .000. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden berjenis kelamin wanita,

berumur 22-36 tahun yaitu sebesar 61% dan berpendidikan SMA sebesar 42%. Sikap kerja

dengan kategori resiko terbanyak yaitu kategori sedang sebanyak 41.7%. muskuloskeletal dengan

kategori resiko terbanyak yaitu kategori sedang sebanyak 61.1 %. Terdapat hubungan antara

sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada Penjahit di Pasar 45 Manado, dimana terdapat

kekuatan hubungan adalah kuat.

  Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal. ABSTRACT

Musculoskeletal complaint which is complaint in parts of skeletal muscle felt by people from easy

complaints to heavy complaints. One of the causing factors in musculoskeletal complaints is work

attitude. While working, there are work attitude that often done by human such as stand, sit, bend,

squat, walk, and atc. The condition of the working system can affect someone’s work attitude. If

people work in an unhealthy working system, then it could lead to work accident. The objective of

this research is to determine correlation between work attitudes with musculoskeletal complaints

to tailors in Pasar 45 Manado. This research is conduted in 2016 to the taylors in Pasar 45

Manado. The population of this research includes all the tailors who work in the area of Pasar 45

Manado with the samples are 36 tailors who are eligible to the inclusion and ecxusion criteria.

Data obtained by Nordic Body Map questionnaire. The analyzable data uses statistical test which

in the Spearman rho test with significance level of .000. The result shows most of the respondents

who are female, aged 22-36 by 61%, and high school educated by 42 %. Work attitude with the

highest risk category witch is moderate category by 41.7%. Musculoskeletal complaint with the

highest risk category which is moderate 61.1%. There is a correlatio between work attitude with

the musculoskeletal complaints to the tailors in Pasar 45 Manado, where are correlation in this

case is strong.

  Keywords: Working Attitude, Musculoskeletal Complaint

PENDAHULUAN RI, 2004). Tujuan dari kesehatan kerja

  Kesehatan kerja merupakan bidang sendiri yaitu agar dapat memperoleh kesehatan masyarakat yang derajat kesehatan yang tinggi baik fisik, mempuasatkan perhatian kepada mental maupun sosial. Tujuan tersebut masyarakat pekerja baik yang ada di dicapai melalui usaha-usaha seperti sektor formal maupun informal (Depkes preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan, lingkungan kerja serta penyakit umum (S uma’mur,1996). Keluhan muskuloskeletal merupakan salah satu penyakit yang timbul akibat kerja. Keluhan muskuloskeletal, yaitu keluhan yang terjadi pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang seperti dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Terjadinya keluhan tersebut dapat dirasakan pada bagian otot yang menempel pada tulang-tulang serta menghasilkan kekuatan gerak saat dibutuhkan untuk memikul kekuatan keluar yang tegas. Pada saat otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, maka dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Umumnya keluhan ini terjadi pada otot pinggang (otot tulang belakang bagian bawah), otot punggung, otot bahu serta otot leher (Suma’mur, 1967 dalam Tikno 2011). Dalam melakukan pekerjaan terdapat sikap kerja yang sering dilakukan manusia seperti berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lainnya. Kondisi sistem kerja yang ada dapat mempengaruhi sikap kerja seseorang dalam bekerja. Jika melakukan pekerjaan dengan kondisi sistem kerjanya yang tidak sehat maka dapat menyebabkan kecelakaan kerja

  (Sari 2013 dalam Ulfa 2013).

  Penjahit yang berada di Pasar 45 Manado merupakan salah satu jenis industri informal yang memiliki potensi bahaya yang berakibat pada gangguan kesehatan karena melakukan pekerjaan dengan posisi duduk yang relatif lama. Duduk dalam waktu yang relatif lama dapat menyebabkan kelelahan saat bekerja dan duduk dengan posisi yang salah dapat menyebabkan adanya keluhan muskuloskeletal seperti keluhan pada otot leher, bahu, punggung, tangan, pinggang, kaki dan beberapa otot lainnya. Wawancara awal yang dilakukan mengenai keluhan muskuloskeletal pada penjahit di Pasar

  45 Manado ditemukan adanya keluhan- keluhan yang terkait dengan musculoskeletal.

METODE PENELITIAN

  Jenis penelitian ini merupakan penelitian

  survey analitik dengan menggunakan cross sectional study (potong lintang)

  dimana variabel independen dan dependen diamati pada waktu dan periode yang sama. Tempat dan waktu penelitian dilaksanakan pada Penjahit di Pasar 45 manado Lokasi President Lantai 2 pada bulan Aguatus – Oktober 2016. Populasi penelitian adalah seluruh Penjahit yang ada di Pasar 45 Manado berjumlah 75 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode orang. Analisis bivariat mengunakan uji Purposive Sampling yang berjumlah 36 statistik Spearman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Kerja Kategori Risiko n %

  Rendah

  4

  11.1 Sedang

  15

  41.7 Tinggi

  10

  27.8 Sangat Tinggi

  7

  19.4 Jumlah 36 100 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat sebelumnya kemudian menginjak pedal penelitian berdasarkan sikap kerja, mesin Speed agar mesin berjalan dan menunjukan bahwa dari 36 responden tahap menjahit potongan kain dapat terdapat 4 responden (11.1%) dengan berlangsung. Tahap ini melibatkan kategori rendah, 15 responden (41.7%) seluruh tubuh, maka sikap kerja sangat dengan kategori sedang,

  10 memengaruhi kondisi kesehatan tubuh responden(27.8%) dengan kategori pekerja. (Sutajaya 2007 dalam Ulfah tinggi dan 7 responden (19.4%) dengan 2014) dalam penelitiannya menyebutkan kategori sangat tinggi. Dengan demikian bahwa terjadi gangguan mukuloskeletal responden berdasarkan sikap kerja yang akibat sikap yang tidak alami dalam paling banyak diteliti yaitu responden bekerja yaitu sebanyak 64% dari total dengan kategori risiko sedang sebanyak pekerja batako di Gianyar Bali. Menurut 15 responden (41.7%). Menurut Tarwaka (2004), Penyakit akibat kerja Agnestri (2015) Tahap menjahit yang disebabkan oleh karena kurang potongan kain merupakan satu kesatuan atau tidak diterapkannya prinsip-prinsip tahapan yang tidak dapat dipisahkan, ergonomi adalah keluhan pada bagian yaitu mengatur posisi jahitan dengan muskuloskeletal. mesin sesuai pola yang sudah dibentuk Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Muskuloskeletal

  Kategori Keluhan n % Rendah

  3

  8.3 Sedang

  22

  61.1 Tinggi

  9

  25.0 Sangat Tinggi

  2

  5.6 Jumlah 36 100 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat yang mempunyai gejala yang penelitian berdasarkan keluhan menyerang otot, syaraf, tendon, ligamen, muskuloskeletal, menunjukkan bahwa tulang sendi, tulang rawan dan syaraf dari 36 responden terdapat 3 responden tulang belakang. Gejala penyakit (8.3%) dengan kategori rendah, 22 tersebut bukanlah hasil dari pekerjaan responden (61.1%) dengan kategori yang instant atau bukanlah peristiwa sedang, 9 responden (25.0%) dengan akut seperti terjatuh, terpeleset, kategori tinggi dan 2 responden (5.6%) tergelincir, atau tertimpa, tetapi dengan kategori sangat tinggi. Dengan diakibatkan oleh pekerjaan yang demikian responden berdasarkan dilakukan secara terus menerus dan keluhan muskuloskeletal yang paling bersifat kronis yang dipengaruhi oleh banyak diteliti yaitu responden dengan faktor risiko seperti beban, postur, kategori risiko sedang sebanyak 22 frekuensi, dan durasi (Bridger 2003 responden (61.1%). Muskuloskeletal dalam Agnestry 2015).

  Disorders (MSDs) merupakan keluhan Hubungan Antara Sikap Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal

  Tabel 3 Hubungan Antara Sikap Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Keluhan Muskuloskeletal

  P R Rendah Sedang Tinggi Sangat Total

  Tinggi Sikap Rendah

  2

  2 4 0.000 .643 Kerja % 5.6% 5.6% 0% 0% 11.1%

  Sedang

  1

  14

  15 % 2.8% 38.9% 0% 0% 41.7% Tinggi

  2

  8

  10 % 0% 5.6% 22.2% 0% 27.8% Sangat tinggi

  4

  1

  2

  7 % 0% 11.1% 2.8% 5.6% 19.4% Total

  3

  22

  9

  2

  36 % 8.3% 61.1 % 23.0% 5.6% 100%

  Berdasarkan tabel 8 dapat di lihat hasil yang berarti ada hubungan dengan uji statistik probabilitas P<0.05, yang berarti Ho

  Spearman’s rho diperoleh

  nilai koefisien korelasi sebesar .000 ditolak dan H1 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada Penjahit di Pasar

  45 Manado. Karena semakin sikap kerja beresiko maka semakin tinggi keluhan muskuloskeletal. Dimana terdapat hubungan kekuatan adalah kuat. Menurut Attwood dalam Miftah (2014), sikap kerja yang tidak alami antara lain punggung terlalu membungkuk, pergerakan tangan terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal atau sering disebut sebagai MSDs. MSDs merupakan masalah yang signifikan pada pekerja. MSDs pada awalnya menyebabkan sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa terbakar. Bagian tubuh yang sering dikeluhkan meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, punggung, pinggang, dan otot-otot bagian bawah. Pada tahap mengatur posisi jahitan dengan mesin melibatkan bagian tubuh seperti leher, punggung, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Pada tahap ini faktor risiko yang dapat menyebabkan MSDs adalah sikap kerja tidak alamiah , posisi statis > 1 menit dan gerakan berulang dengan frekuensi > 4x permenit (Stanton. 2005).

  Hasil dari penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ulfah (2014), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja Laundry. Dimana terdapat 80% yang mengalami gangguan muskuloskeletal dan 60% yang melakukan aktifitas dengan sikap yang tidak ergonomi. Di dukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Agnestry (2015), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada Penjahit di Pusat Industri Kecil Menteng Medan, dimana tersapat keluhan muskuloskeletal pada level sedang sebanyak 71.0% dan pada level tinggi 29.0% sedangkan sikap kerja dengan level tinggi sebnyak 67.7% dan level sangat tinggi sebanyak 32.3%.

  KESIMPULAN

  Terdapat hubungan antara sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada Penjahit di Pasar 45 Manado, karena semakin sikap kerja beresiko maka semakin tinggi keluhan muskuloskeletal, dimana terdapat kekuatan hubungan adalah kuat.

  SARAN

  Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah Melakukan pelatihan tentang cara atau sikap kerja yang ergonomi, pekerja wajib melakukan peregangan (Stretching) saat bekerja, jika nyeri berkelanjutan hingga pada perajin gerabah di Kasongan menyebabkan gangguan tidur, maka Yogyakarta. sebaiknya memeriksakan diri ke dokter Stanton, 2005. Handbook of Human atau instansi kesehatan untuk diberikan Factors and Ergonomics Methods, terapi khusus. Florida: CRC Press.

  Suma’mur P. K. 1996. Higiene

  

DAFTAR PUSTAKA Perusahaan dan Kesehatan

Agnestry, 2015. Hubungan Sikap Kerja Kerja,Jakarta: Gunung Agung.

  Dengan Musculoskeletal Tarwaka S. 2004. “Ergonomi untuk

  Disorders Pada Penjahit Di Pusat Keselamatan, Kesehatan Kerja, Industri Kecil Menteng Medan. dan Produktivitas”. Depkes RI. 2004. Kesehatan dan Tikno. 2011. Hubungan Antara Beban

  Keselamatan Kerja Perkantoran, Kerja Dan Sikap Kerja Dengan Http://www.depkes.go.id, diakses Keluhan Muskuloskeletal Pada 2 april 2008 Buruh Panggul Di Kawasan

  Miftah. (2014).faktor risiko gangguan Industri Candi Kota Semarang. muskuloskeletal dengan metode Ulfah. 2014. Sikap Kerja dan Risiko quick exposure checklist (Qec) Musculoskeletal Disorders pada

  Pekerja Laundry