OUTLINE PROPOSAL ANALISIS KINERJA DINAS (1)

Outline Proposal Penelitian

ANALISIS KINERJA DINAS PERTAMANAN DALAM
MENGELOLA RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA
MEDAN

DEPERTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permintaan akan pemanfaatan lahan kota terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk
pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan teknologi, industri dan
transportasi, selain sering mengubah konfigurasi alami lahan/bentang alam perkotaan juga
menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua hal ini
umumnya merugikan keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) yang sering dianggap sebagai
lahan cadangan dan tidak ekonomis. Di lain pihak, kemajuan alat dan pertambahan jalur
transportasi dan sistem utilitas, sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan warga kota,

juga telah menambah jumlah bahan pencemar dan telah menimbulkan berbagai
ketidaknyamanan di lingkungan perkotaan. Untuk mengatasi kondisi lingkungan kota seperti
ini keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di wilayah kota terrasa sangat diperlukan.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu bagian penting dari suatu kota.
Keberadaan RTH seperti hutan kota, taman kota, jalur hijau, dan lapangan sangat penting
bagi masyarakat kota, maka dari itu diperlukan pengelolaan RTH Oleh dinas pertamanan
kota supaya fungsi dan manfaatnya tetap optimal. Pada tahun 1990-an RTH di kota Medan
masih relatif lebih luas dibandingkan dengan kondisi saat ini. Kota Medan kian hari semakin
sesak dengan berbagai macam aktivitas pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakatnya. Perubahan yang dilakukan menyebabkan kondisi lingkungan
semakin kritis dan jauh dari keadaan yang ideal. Turunnya kualitas lingkungan tentunya akan
berpengaruh pada makhluk hidup khususnya manusia, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pembangunan ini juga menyebabkan ketersediaan dari ruang terbuka hijau semakin
menurun.
Ruang terbuka hijau kota memiliki banyak fungsi antara lain sebagai area rekreasi, sosial
budaya, estetika, fisik kota, ekologis dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi bagi
manusia maupun bagi pengembangan kota, Akibat meningkatnya pertumbuhan penduduk
serta berbagai aktifitas kota menyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau kota dan
menurunnya kualitas lingkungan hidup yang mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem
alami sehingga fungsi dari ruang terbuka hijau tidak dapat dipenuhi.

Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik yang ada di perkotaan, baik
berupa ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka non-hijau telah mengakibatkan
menurunnya kualitas lingkungan perkotaan seperti seringnya terjadi banjir di perkotaan,

tingginya polusi udara, dan meningkatnya kerawanan sosial (kriminalitas dan krisis sosial),
menurunnya produktivitas masyarakat akibat stress karena terbatasnya ruang publik yang
tersedia untuk interaksi sosial.
Pengelolaan

ruang terbuka hijau oleh dinas pertamanan sangat diperlukan untuk

mengatur dan mengelola ruang atau lahan kota agar dimanfaatkan secara optimal dan
seimbang antara pembangunan dengan ketersediaan ruang terbuka hijau di kota. Dengan
perencanaan RTH, diharapkan dapat sejalan dengan perkembangan kota yang diarahkan
untuk

menciptakan,

memelihara


dan

meningkatkan

kualitas

lingkungan

sehingga

mewujudkan lingkungan yang sehat, nyaman dan indah bagi masyarakat kota Medan. Untuk
mewujudkan hal tersebut, masyarakat tentunya sangat bergantung pada kinerja dari dinas
pertamanan kota Medan.
Pemerintah kota Medan tentu menyediakan anggaran bagi dinas pertamanan untuk
menata kota ini menjadi kota yang indah dan nyaman. Anggaran tersebut jumlahnya tentu
tidaklah sedikit, misalnya saja anggaran untuk perawatan pohon di kota Medan cukup besar
yaitu mencapai Rp 2 miliar lebih. Dengan anggaran yang cukup besar tersebut tentu
masyarakat mengharapkan adanya kinerja yang bagus dari dinas pertamanan.
Namun sangat disayangkan saat ini kondisi ruang terbuka hijau di kota Medan cenderung
kurang terawat dan adanya sejumlah fasilitas dari RTH yang hilang. Terlebih lagi, RTH juga

sering disalahgunakan fungsinya. Oleh karena itu, Dinas Pertamanan sebagai instansi yang
bertanggung jawab mengelola ruang terbuka hijau, dituntut memiliki kinerja optimal agar
RTH di kota Medan tetap terpelihara dan fungsi-fungsinya tetap berjalan.

1.2 Rumusan Masalah
Suatu masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian, ataupun kebingungan
kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya ambiguity, adanya halangan dan rintangan,
serta adanya celah (gap) baik antara kegiatan ataupun fenomena, yang telah ada maupun yang
akan datang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai
berikut: “Bagaimanakah kinerja dari Dinas Pertamanan dalam mengelola ruang
terbuka hijau di kota Medan”
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti memilki tujuan penelitian.
Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan yang disusun berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah yang mendasari dilakukannya penelitian. Tujuan penelitian juga merupakan
suatu petunjuk ke arah mana kegiatan penelitian akan dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Pertamanan
Kota Medan dalam pengelolaan ruang terbuka hijau di Kota Medan.


1.4 Manfaat Peneitian
Adapun manfaaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Secara subjektif, untuk mengembangkan pengetahuan, wawasan serta kemampuan
berfikir khususnya dalam pembuatan karya ilmiah.
2. Secara praktis, sebagai masukan/sumbangan pemikiran bagi badan maupun instansi
terkait.
3. Secara akademis, sebagai bahan masukan ataupun tambahan referensi ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa ataupun pelajar yang belum mengetahui kinerja dari
dinas pertamanan dalam mengelola ruang terbuka hijau di kota medan.

BAB II
KERANGKA TEORI

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian ini, maka diperlukan suatu
pedoman sebagai dasar berpikir yaitu berupa kerangka teori yang nantinya dapat dijadikan
sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti melihat masalah
yang ada. Kerangka teori model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah penting. Menurut Sugiyono
(Sugiyono, 2005: 55) teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil
penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk melaksanakan penelitian.

Untuk dapat menerangkan dan menjelaskan analisis kinerja Dinas Pertamanan kota Medan
dalam mengelola Ruang Terbuka Hijau (RTH), maka penulis menggunakan kerangka teori
sebagai berikut:

2.1 Kinerja
Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan
tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan (Widodo, 2005: 77). Jika ditelusuri,
kinerja berasal dari Bahasa Inggris dari akar kata performance dalam arti the act of
performing atau something done yaitu sesuatu yang telah dikerjakan. Menurut Suyadi (Dalam

Widodo, 2006: 48) kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Pengertian kinerja sebagaimana yang telah digambarkan, hakikatnya berkaitan dengan
tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang
dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja individu (Individual Performance)
dan organisasi (Organizational Performance) memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi yang digerakkan atau dijalankan oleh sekelompok orang yang berperan aktif

sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut.
Sementara itu, individu atau kelompok orang sebagai pelaksana dapat menjalankan
tugas, wewenang, dan tanggung jawab dengan baik, sangat tergantung kepada struktur
(manajemen dan teknologi) dan sumber daya lain seperti peralatan dan keuangan yang
dimiliki oleh organisasi. Dengan demikian, kinerja lembaga (organisasi) salah satunya

ditentukan oleh kinerja sekelompok orang sebagai pelaku organisasi. Sebaliknya, kinerja
sekelompok orang sebagai pelaku organisasi ditentukan oleh struktur dan peralatan yang
dimiliki oleh organisasi. Sekelompok orang akan mempunyai rasa tanggung jawab dan dapat
mempertanggungjawabkan segala sikap dan perilakunya dengan dipengaruhi oleh
pengetahuan, kemampuan, kecakapan dan harapan.
Menurut Kumorotomo (2005: 103) kinerja organisasi publik dapat didefinisikan
sebagai hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam
pertanggungjawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa organisasi, sesuai
dengan visi dan misi organisasi, berkualitas, adil serta diselenggarakan dengan sarana dan
prasarana yang memadai

2.2 Ruang Terbuka Hijau (RTH)
2.2.1 Defenisi Ruang Terbuka Hijau
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 ruang terbuka hijau

kawasan perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh
tumbuhsn dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan
estetika. Sedangkan oleh Fandeli (2004) menyatakan ruang terbuka hijau kota merupakan
bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung, yang terdiri
atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau
kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau diklasifikasi berdasarkan
status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya (Fandeli, 2004).
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan
Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan, ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam
kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk
area memanjang/jalur dimana di dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya
tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau
tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan
pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.

2.2.2 Jenis Ruang Terbuka Hijau
Secara umum, ada beberapa jenis Ruang Terbuka Hijau, yaitu:
a. Jalur Hijau
Jalur Hijau berupa peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik, di tepi jalan
kereta api, di tepi sungai, di tepi jalan bebas hambatan.


b. Taman Kota
Taman Kota diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik
sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia, untuk mendapatkan komposisi tertentu
yang indah.
c.

Kebun dan Halaman

Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat
menghasilkan buah.
d. Kebun Raya
Hutan Raya, dan Kebun Binatang. Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat
dimasukkan ke dalam salah satu bentuk RTH. Tanaman dapat berasal dari daerah setempat,
maupun dari daerah lain baikdalam negeri maupun luar negeri.
e.

Hutan Lindung

Daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasanhutan karena rawan longsor.

Demikian pula dengan daerah pantai yang rawanakan abrasi air laut (Dahlan, 1992).
2.2.3 Fungsi dan Manfaat Ruang terbuka Hijau
Fungsi ruang terbuka hijau adalah:
1. Sebagai areal perlindungan berlangaungnya fungsi ekosistem dan keserasian
peyangga kehidupan.
2. Sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan kehidupan
lingkungan.
3. Sebagai sarana rekreasi.
4. Sebagai pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam pencemaran
baik di darat, perairan maupun udara termasuk limbah cair yang dihasilkan manusia.
5. Sebagai sarana pendidikan maupun penelitian serta penyuluha bagi masyarakat untuk
mebentuk kesadaran lingkungan.
6. Sebagai tempat perlindungan plasma nutfah.
7. Sebagai sarana untuk mempengaruhi maupun memperbaiki iklim mikro.

8. Sebagai pengatur tata air karena dapat menyimpan air tanah 900 m3/tahun/hektar dan
mampu mentransfer 4000 liter air/hari/hektar yang berarti dapat mengurangi suhu
udara 50-80C.
9. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah yang rusak akibat pembangunan maupun
bencana alam.

10. Sebagai sumber oksigen sebesar 0,6 ton/hektar/hari yang cukup untuk konsumsi 1500
jiwa.
11. Sebagai peredam kebisingan sekitar 25%-80%.
Manfaat yang dapat diperoleh dari ruang terbuka hijau antar lain adalah:
1. Memberikan kesegaran, kenyaman dan keindahan lingkungan.
2. Memberikan lingkungan yang bersih dan sehat bagi penduduk kota.
3. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga, dan buah

2.3 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan ruang kota
yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan
hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga kawasan hijau dan kawasan hijau
pekarangan. Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih
luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur.
Pemanfatan ruang terbuka hijau lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuhtumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan,
perkebunan dan sebagainya (Inmendagri No. 14 Tahun 1988).
Menurut Dinas Pertamanan Kota Medan (2003), beberapa kebijakan umum dalam
mewujudkan ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan ruang terbuka hijau pada kawasan yang secara alami/peka dan dapat
menimbulkan dampak yang luas, seperti daerah pantai, resapan air, penanaman listrik
tegangan tinggi dan sebagainya.
2. Mengusahakan secara maksimal alternatif tata guna lahan untuk mencapai tujuan
diadakannya ruang terbuka hijau dalam menunjang kelestarian lingkungan.

3. Mengusahakan agar pembangunan yang dilakukan sesuai dengan standard perencanaan
untuk memperoleh ruang terbuka hijau serba guna, perpetakan ruang-ruang parkir, ruangruang antar bangunan dan sebagainya.
4. Melaksanakan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan untuk tercapainya lingkungan
hijau lebih merata secara ketat.

Kerberadaan ruang terbuka hijau di kota Medan terdiri atas:
1. Taman kota merupakan salah satu kawasan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan yang
lengkap dengan segala fasilitasnya. Permintaan akan kebutuhan masyarakat untuk tempat
rekreasi baik aktif maupun pasif menuntut keberadaan taman kota yang bersih, indah dan
nyaman yang dapat menimbulkan ketentraman dan keindahan kota.
2. Hutan kota merupakan kawasan di dalam kota yang didominasi oleh berbagai jenis pohon
yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan juga sebagai tempat pelestarian berbagai jenis
tumbuhan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Lokasi hutan kota umumnya di
daerah pinggiran.
3.Taman perkantoran. Perkotaan di daerah pemukiman yang cukup baik umumnya memiliki
halaman yang cukup luas. Halaman ini bila ditata dengan baik maka akan dapat menjadi
taman yang sangat indah. Dengan adanya taman yang indah akan menciptakan suasana yang
nyaman dan segar bagi perkantoran itu sendiri maupun para pekerja di dalamnya. Selain itu
taman tersebut dapat menahan debu-debu yang beterbangan di sekitar wilayah perkantoran.
4. Taman rumah adalah taman yang letaknya di pekarangan rumah tingga. Taman ini
biasanya dibuat oleh penghuni rumah.

2.5 Defenisi Konsep
Defenisi konsep sangat diperlukan peneliti dalam melakukan penelitian, yakni dengan
menggunakan istilah yang khusus untuk menggambarkan sebuah fenomena yang hendak
diteliti secara tepat.
Defenisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kinerja

Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok
orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

2. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Pegelolaan ruang terbuka hijau lebih bersifat sebagian lahan perkotaan sebagai area
rekreasi, sosial budaya, estetika, fisik kota, dan ekologis guna menciptakan,
memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat, nyaman dan indah
bagi masyarakat kota.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi (1990: 64) bentuk deskriptif adalah bentuk
penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat
aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah
yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.
Dengan demikian, penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan
dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisa
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.

3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Dinas Pertamanan Kota Medan yang berda di Jl.Pinang
Baris No. 114 B Medan,Telp. (061) 8453026

3.3 Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil
penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan
sampel (Suyanto, 2005: 171). Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian
ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan
berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah seseorang
yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat
diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan
atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan/permasalahan.
Menurut Suyanto (2005: 172) informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu 1)
Informan Kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai
informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian; 2) Informan Utama merupakan mereka
yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti; 3) Informan Tambahan merupakan
mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi
sosial yang diteliti.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan kunci dan informan utama yaitu
sebagai berikut

1. Yang menjadi informan kunci (Key Informan) yaitu kepala dinas pertamanan kota
Medan
2. Informan Utama meliputi Pegawai di Dinas Petamanan Kota Medan yang memiki
tugas berkaitan dengan pengelolaan ruang terbuka hijau di kota Medan.

II.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua cara
yaitu:
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui
kegiatan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang
lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data primer ini
dilakukan dengan cara:
a. Pedoman Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek
penelitian, dan selanjutnya mengadakan pencatatan terhadap gejala-gejala yang
ditemukan dilapangan terkait dengan kinerja pemerintah di dinas pertamanan kota
Medan
b. Pedoman Wawancara, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang
lengkap dan mendalam dari para informan. Pengumpulan data dilakukan melalui
pertanyaan secara lisan kepada informan yang dilakukan oleh peneliti sehubungan
dengan kinerja Dinas pertamanan kota Medan
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui
studi pustaka yang diperlukan untuk mendukung data primer. Adapun bentuk pengumpulan
data sekunder yang dilakukan adalah
a. Penelitian Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
berbagai literatur seperti buku, karangan ilmiah, dan sebagainya.
b. Formulir Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
catatan-catatan atau dokumen yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber
lain yang dianggap relevan dengan objek penelitian.

III.5. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Teknik
analisa data kualitatif merupakan teknik analisa yang didasarkan atas kemampuan nalar
penulis dalam menginterpretasikan fakta, data dan informasi. Teknik analisa data kualitatif
seperti keterangan dari informan dan hasil dokumentasi, sesuai dengan indikator-indikator
model implementasi yang digunakan. Data yang bersifat kualitatif tersebut selanjutnya
diinterpretasikan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan
sebelumnya, kemudian melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan di lapangan,
sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti kemudian menarik
kesimpulan.