PEMETAAN PENGGUNA BAHASA KAILI DI KALANGAN PELAJAR SMA NEGERI DI KOTA PALU

  

PEMETAAN PENGGUNA BAHASA KAILI

DI KALANGAN PELAJAR SMA NEGERI DI KOTA PALU

  1

  

2

  2 Sitti Zaenab , Gazali Lembah , dan Lilik Prihadi Utomo

  1

  2 Mahasiswa Pendidikan Geografi Dosen Pendidikan Geografi

  Program Studi Penddikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako

  

ABSTRAK

Suku Kaili adalah suku asli yang ada dilembah Palu Suku Kaili dan mendiami sebagian besar

daerah Provinsi Sulawesi Tengah. Tujuan penelitian ini yaitu: (1) Untuk mengetahui

penggunaan bahasa Kaili pada pelajar SMA di Kota Palu. (2) Faktor-faktor yang menghambat

penggunaan bahasa Kaili didalam kehidupan sehari-hari. Populasi dalam penelitian ini

berjumlah 25 siswa yang berada di 5 Sekolah SMA Negeri di Kota Palu dan sampel sebanyak

5 siswa di ambil dari 5 sekolah yang tersebar di empat kecamatan di Kota Palu dengan

menggunakan teknik quota sampling. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif

dengan pendekatan keruangan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan wawancara

dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Kaili baik dalam lingkungan keluarga,

sekolah maupun masyarakat sudah mulai jarang bahkan sebagian siswa mengatakan tidak

menggunakan bahasa Kaili untuk berinteraksi dalam lingkungan sehari-harinya. Faktor

penyebab jarangnya penggunaan bahasa Kaili di kalangan pelajar karena faktor perkembangan

zaman dan dari lingkungan tempat tinggal sehingga dapat mempengaruhi penggunaan bahasa

Kaili. Sebanyak 52 % siswa sudah tidak menggunakan bahasa Kaili dan 48 % siswa masih

menggunakan bahasa Kaili.

  Kata Kunci: Pengguna bahasa Kaili, siswa SMA, pendekatan keruangan

ABSTRACT

  

The Kaili tribe is an indigenous tribe inhabited by the Kaili Palu Tribe and inhabits most of the

province of Central Sulawesi. The purpose of this study are: (1) to know the use of Kaili

language in senior high school students in Palu city, (2) Factors that inhibits the use of Kaili

language in daily life. The population contains 25 students who are in 5 State senior high school

spread across four districts in Palu City. Samples is determined by quota sampling and was

chosen 5 students in 5 schools. The type of this research is quantitative descriptive research

with spatial approach. Data is collected by interviews ad documentation. The data obtained

were analyzed using descriptive analysis. The results showed that the use of Kaili language in

the environment of family , schools and communities have been rare even some students do

not use Kaili language for interaction in their daily life. The factors that inhibit the use Kaili

language among students in Palu City are globalization and the effect of residential

environment. There are 52% of students are not using Kaili language and 48% of students still

use Kaili language.

  Keywords: Kaili language users, high school students, spatial approach

  44 Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD

  PENDAHULUAN

  Suku Kaili adalah salah satu suku yang ada di Indonesia dan merupakan suku asli yang ada di Lembah Palu. Suku Kaili mendiami sebagian besar daerah Provinsi Sulawesi Tengah. "Orang Kaili" disebut dalam bahasa Kaili dengan menggunakan prefiks "To" yaitu To Kaili. Ada beberapa pendapat yang mengemukakan etimologi dari kata Kaili, salah satunya menyebutkan kata yang menjadi nama suku Kaili ini berasal dari nama pohon dan buah Kaili yang umumnya tumbuh di hutan-hutan dikawasan daerah ini, terutama di te

  Suku Kaili atau etnik Kaili, merupakan salah satu etnik dengan yang memiliki rumpun etnik sendiri. Rumpun suku Kaili meliputi lebih dari 30 rumpun suku, seperti, rumpun Kaili rai, rumpun Kaili ledo, rumpun Kaili ija, rumpun Kaili moma, rumpun Kaili da'a, rumpun Kaili unde, rumpun Kaili inde, rumpun Kaili tara, rumpun Kaili bare'e, rumpun Kaili doi, rumpun Kaili torai, dll. Bahasa yang digunakan oleh suku Kaili adalah bahasa Kaili (Tri Rama, 2015).

  Bahasa Kaili memiliki fungsi serta kedudukan yang sama dengan bahasa daerah lainnya yaitu, sebagai (1) sebagai lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat penghubung di dalam keluarga dan masyarakat. Menurut hasil penelitian Nurhadiah (2002), bahasa Kaili digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah awal, khususnya yang berada di daerah-daerah pelosok, sebagai alat komunikasi dalam berbagai aspek kehidupan suku Kaili, seperti didalam rumah tangga, kemasyarakatan, seperti upacara adat dan kesenian.

  Perkembangan zaman dan arus globalisasi menawarkan nilai-nilai baru yang belum tentu cocok dengan kepribadian bangsa merupakan salah satu penyebab terjadinya pergeseran penggunaan bahasa daerah. Penggunaan bahasa daerah paling banyak dikuasai dengan baik dan sempurna oleh kalangan orang tua saja. Di Indonesia, terdapat 726 bahasa daerah, 154 bahasa yang perlu diperhatikan dan 139 bahasa yang terancam punah.

  Penggunaan bahasa daerah dilingkungan remaja khusunya pelajar saat ini, terdapat kecenderungan untuk kurang menggunakan bahasa daerah sebagai alat berkomunikasi. Berdasarkan hasil observasi, keadaan tersebut terjadi juga dalam

  45 Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD penggunaan bahasa Kaili. Pergeseran bahasa Kaili menyebabkan bahasa Kaili jarang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi oleh kalangan remaja saat ini.

  Mengingat fungsi dan kedudukan bahasa daerah, seyogyanya bahasa daerah tersebut di lestarikan. Pelestarian bahasa daerah dapat di lakukan dengan berbagai cara di antaranya melalui inventarisasi dan melakukan penelitian-penelitian agar bahasa daerah tidak mengalami kepunahan.

METODE PENELITIAN

  Metode penelitian yang digunakan adalah observasi. Observasi yang dimaksud adalah melakukan wawancara terhadap siswa SMA Negeri di Kota Palu khususnya siswa suku Kaili. Konsentrasi wawancara adalah terkait dengan pengguna bahasa Kaili di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lokasi penelitian adalah sekolah yang memiliki siswa suku Kaili dan terletak dipinggiran Kota Palu yaitu SMA Negeri 5 Palu, SMA Negeri 6 Palu, SMA Negeri 7 Palu, SMA Negeri 8 Palu dan SMA Negeri 9 Palu. Pemilihan lokasi ini didasarkan pertimbangan bahwa secara umum remaja di Kota Palu khususnya dikalangan pelajar SMA Negeri tidak lagi menggunakan bahasa Kaili untuk berinteraksi dilingkungan sehari-hari. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian siswa SMA Negeri 5, SMA Negeri 6, SMA Negeri 7, SMA Negeri 8 dan SMA Negeri 9 Palu.

  Pengambilan sampel menurut Sugiyono (2013: 118) mengemukakan bahwa Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan pendekatan quota sampling.Jumlah sampel dari penelitian ini di batasi sebanyak 5 orang pada masing- masing sekolah, sehingga responden dalam penelitian ini berjumlah 25 orang siswa. Responden yang di maksud adalah siswa suku Kaili. Adapun cara memilih responden dengan menggunakan acak mewawancarai siswa yang dimaksud.

  Pengumpulan data atau analisis data secara analis deskriptif kuantitatif, dengan cara menguraikan atau menjelaskan data yang telah dikumpulkan dan dipresentasekan. Adapun teknik analis deskriptif kuantitatif, dengan cara menguraikan atau menjelaskan data yang telah dikumpulkan dan dipresentasekan menggunakan rumus sebagai berikut:

  46 Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD

  Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD

  47 Keterangan :

  P = Hasil yang di capai F = Jumlah jawaban N = Jumlah sampel (responden) (Sudjana (dalam Kade Suetra 2014:26)

  Menurut Miles dan Huberman (1992), kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang jalin menjalin merupakan proses siklus yang interaktif pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untu k membangun wawasan yang disebut “analisis”.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

  Adapun hasil dari penelitian dapat di simpulkan dari masing-masing sekolah SMA Negeri sebagai berikut :

  1. SMA Negeri 5 Palu dalam lingkungan keluarga 2 (40%) orang siswa yang menggunakan bahasa kaili dan 3 (60%) orang tidak menggunakan bahasa kaili.

  Lingkungan sekolah 1 (20%) orang yang menggunakan bahasa kaili dan 4 (80%) orang tidak menggunakan bahasa kaili. Lingkungan masyarakat 2 (40%) orang kaili.

  2. SMA Negeri 6 Palu dalan lingkungan keluarga 4 (80%) orang yang menggunakan bahasa kaili dan 1 (20%) orang tidak menggunakan bahasa kaili. Lingkungan sekolah 3 (60%) orang yang menggunakan bahasa kaili dan 2 (40%) tidak menggunakan bahasa kaili. Lingkungan masyarakat 3 (60%) orang menggunakan bahasa kaili dan 2 (40%) orang tidak menggunakan bahas kaili.

  3. SMA Negeri 7 Palu dalam lingkungan keluarga 2 (40%) orang yang menggunakan bahasa kaili dan 3 (60%) orang tidak menggunakan bahasa kaili.

  Lingkungan sekolah 1 (20%) orang yang menggunakan bahasa kaili dan 4 (80%) orang tidak menggunakan bahasa kaili. Lingkungan masyarakat 2 (40%) orang

  Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD

  48

  yang menggunakan bahasa kaili dan 3 (60%) orang tidak menggunakan bahasa kaili.

  4. SMA Negeri 8 Palu dalam lingkungan keluarga 4 (80%) orang yang menggunakan bahasa kaili dan 1 (20%) orang tidak menggunakan bahasa kaili.

  Lingkungan sekolah 3 (60%) orang yang menggunakan bahasa kaili dan 2 (40%) orang tidak menggunakan bahasa kaili. Lingkungan masyarakat 4 (80%) orang yang menggunakan bahasa kaili dan 1 (20%) orang tidak menggunakan bahasa kaili.

  5. SMA Negeri 9 Palu dalam lingkungan keluarga 2 (40%) orang yang menggunakan bahasa kaili 3(60%) orang tidak menggunakan bahasa kaili.

  Lingkungan sekolah 1 (20%) orang yang menggunakan bahasa kaili dan 4 (80%) orang tidak menggunakan bahasa kaili. Lingkungan masyarakat 1 (20%) orang yang menggunakan bahasa kaili dan 4 (80%) orang tidak menggunakan bahasa kaili.

  PEMBAHASAN Lingkungan yang banyak memberikan sumbangan dan besar pengaruhnya

  terhadap proses belajar maupun perkembangan anak. Ngalim Purwanto (2004:141) menyatakan “lingkungan pendidikan yang ada dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

  1. Lingkungan Keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama.

3. Lingkungan Masyarakat, yang disebut juga lingkungan ketiga”.

  Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa anak menerima pendidikan pertama kali dalam lingkungan keluarga kemudian dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Dengan kata lain tanggung jawab pendidikan anak terletak pada kerjasama antara keluarga, sekolah dan masyarakat.

a. Lingkungan Keluarga

  Tumbuh kembangnya beberapa aspek manusia baik fisik atau psikis, sosial dan spiritual, paling menentukan bagi keberhasilan kehidupannya, sangat ditentukan oleh lingkungan keluarga. .Lingkungan keluarga merupakan lingkungan primer yang kuat pengaruhnya kepada individu dibandingkan dengan lingkungan sekunder yang ikatannya agak longgar. Selain itu keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan pertama pra sekolah yang dikenal anak pertama kali dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

  Penggunaan bahasa Kaili pada ranah keluarga dibatasi pada lokasi tempat tinggal para anggota keluarga dengan segala aktivitas komunikasinya. Anggota keluarga terdiri dari orang tua, anak dan saudara. Saudara kandung, saudara sepupu, paman/bibi, demikian halnya dengan kakek/nenek. Menurut Abu Ahmadi (1991:167) menyebutkan “keluarga adalah kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu dan anak yang mempunyai hubungan sosial relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinaan dan atau adopsi”.Dengan kedudukan responden sebagai anak, maka interlokutor yang terlibat dalam interaksi komunikasi ranah keluarga adalah saudara kandung, saudara sepupu, paman/bibi, kakek/nenek. Topik komunikasi terkait dengan hal hal tentang kehidupan keluarga dan sebagainya.

  Hasil analisis data menggambarkan bahwa kecendrungan penggunaan bahasa dalam ranah ini adalah menggunakan Bahasa Ibu, yaitu Bahasa Kaili. Bahasa Kaili sendiri terbagi atas: rumpun kaili rai, rumpun kaili ledo, rumpun kaili ija, rumpun kaili moma, rumpun kaili da'a, rumpun kaili unde, rumpun kaili inde, rumpun kaili tara, rumpun kaili bare'e, rumpun kaili doi, rumpun kaili torai, dll. Penggunaan bahasa kepada orang tua atau kepada paman/bibi ataupun kakek/nenek adalah menggunakan Bahasa Kaili.

b. Lingkungan Sekolah

  Ranah Kekariban melibatkan hubungan yang sangat akrab antaranggota dalam jalinan hubungan yang khusus dan sangat akrab antar partisipan sebaya. Interaksi komunikasi yang terjadi bisa bersifat pribadi, rahasia, santai, seenaknya dan lain sebagainya. Topik yang dibicarakan pun variatif; biasanya berhubungan dengan orang tua, kejadian di sekolah, teman lawan jenis, permainan, hiburan dan topik-topik lainnya. Interaksi komunikasi pada ranah kekariban tidak dibatasi oleh lokasi. Artinya lokasinya bisa di lingkungan sekolah atau rumah teman karib, di tempat-tempat hiburan, di pusat perbelanjaan ataupun tempat lainnya. Interlokutor pada ranah kekariban hanyalah teman karib. Teman karib dalam penelitian ini dibatasi pada teman karib sesuku dan berbeda suku.

  Penelitian ini mendapatkan bahwa interaksi komunikasi dalam ranah kekariban cenderung tidak menggunakan Bahasa Kaili. Responden tidak menggunakan Bahasa

  49 Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD daerah mereka dalam berinteraksi dikarenakan mereka lebih nyaman menggunakan Bahasa Indonesia dalam bercakap.

c. Lingkungan Masyarakat Lingkungan ketiga para responden setelah keluarga dan sekolah adalah tetangga.

  Tetangga secara tidak langsung akan memberikan corak kebahasaan kepada para responden. Ranah ketetanggaan dibatasi pada lokasi tempat-tempat berkumpul seperti warung, beranda ataupun halaman rumah, dan sebagainya. Hal-hal yang dibicarakan tentulah terkait dengan topik pembicaraan tentang kehidupan sehari-hari, isu-isu menarik, dan lain sebagainya. Interlokutor yang terlibat dibatasi pada interaksi tetangga yang sebaya, tetangga yang lebih muda ataupun tetangga yang lebih tua.

  Dari hasil wawancara kepada para responden, dari siswa didapatkan bahwa pilihan penggunaan Bahasa yang mereka gunakan adalah mereka tidak terlalu menggunakan bahasa Kaili untuk berinteraksi mereka lebih sering menggunakan Bahasa Indonesia untuk komunikasi. Mereka menggunakan bahasa Kaili dalam berkomunikasi apabila ada dari orang tua berbicara menggunakan bahasa Kaili dalam penggunaan bahasa Kaili ketika mereka memulai percakapan saja. Selanjutnya mereka akan menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi.

  Analisa data menunjukkan bahwa para remaja tidak terlalu banyak berinteraksi dengan para tetangga, kecuali pada saat ada kegiatan keagamaan kumpulan para remaja dalam satu wilayah. Diluar itu para responden disibukkan dengan kegiatan

  Faktor-Faktor yang Menghambat Pengguna Bahasa Kaili Dikalangan Pelajar di Kota Palu

  Dari data yang telah dikumpulkan dapat dilihat bahwa penggunaan bahasa Kaili di kalangan anak-anak telah mengalami pergeseran yang sangat signifikan. Dari gejala- gejala pergeseran yang telah ditunjukkan sebelumnya, beberapa faktor yang mempengaruhi ditemukan melalui pengamatan dan wawancara. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain: 1.

   Faktor dwibahasaan

  Faktor dwibahasaan merupakan situasi dimana dalam satu masyarakat digunakan lebih dari satu bahasa. Pada umumnya dalam satu masyarakat gejala ini tidak bisa

  50 Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD dielakkan. Saat ini Bahasa Indonesia telah didaulat menjadi bahasa persatuan dan bahasa resmi di sekolah dan institusi-institusi yang lain. Hal ini menyebabkan anak- anak menjadi terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari. Hal ini juga dapat dilihat dari beberapa leksikon krama yang diambil dari Bahasa Indonesia.

  2. Faktor Media dan Teknologi Tren penggunaan bahasa Indonesia yang diperkenalkan oleh media televisi telah

menggeser penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan bahasa

  

Indonesia pada acara stasiun-stasiun TV nasional telah mengalihkan kebiasaaan anak

berbicara bahasa daerah mereka menjadi berbicara dalam bahasa Indonesia. Hal ini sangat

wajar terjadi karena intensitas anak-anak dalam menonton televisi adalah setiap hari.

Bahasa yang digunakan di media televisi menjadi kiblat penggunaan bahasa oleh anak-

anak.

  3. Pembelajaran Bahasa Daerah di Sekolah Kurang Maksimal Dari hasil penelitian menunjukan bahwa masih kurangnya dukungan dari institusi

dalam melestarikan bahasa daerah sebagai bahasa asli di Kota Palu dengan belum adanya

penerapan pembelajaran tentang bahasa daerah di setiap sekolah. Dalam hal penggunaan

bahasa Kaili, pembelajaran di sekolah kurang maksimal. Pembelajaran bahasa Kaili tidak

bertujuan untuk penggunaan bahasa yang komunikatif, tetapi pembelajaran bahasa Kaili

pada kenyataannya masih ditekankan pada bentuk struktural. Hal ini dapat dibuktikan

melalui penggunaan bahasa indonesia yang masih dipertahankan oleh anak. Dalam

pembentukan kalimat kata kerja merupakan hal yang paling inti. Hal ini membuktikan

bahwa anak semakin berkurang kemampuannya dalam menyusun gagasan dalam kalimat

bahasa Kaili.

  PENUTUP Kesimpulan Posisi bahasa Kaili secara perlahan namun pasti digantikan oleh Bahasa Indonesia.

  Hal ini dapat dilihat dari gejala penggunaan bahasa Indonesia untuk digunakan oleh anak-anak. Adapun faktor faktor yang mempengaruhi adalah situasi kedwibahasaan yang dihadapi anak, perkembangan media dan teknologi, juga pembelajaran bahasa daerah yang kurang maksimal. Bahasa Kaili harus dipertahankan karena bahasa ini adalah ciri dari setiap daerah.

  51 Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD

  Saran

  Penelitian masalah bahasa Kaili terutama penggunaan bahasa Kaili dikalangan pelajar di nurhadiah Kota Palu sangat komplek. Maka peneliti mengharapkan sepenuhnya bagi pemerhati bahasa perlu adanya tindak lanjut untuk meneruskan penelitian tentang penggunaan bahasa Kaili dikalangan Pelajar khususnya sebagai kalangan remaja tentang penggunaan bahasa daerah ditengah-tengah masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN

  Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Andi Nurhadia. (2002). Interverensi Bahasa Kaili Dialek Ledo Terhadap Penggunaan

Bahasa Indonesia di Desa Donggulu Kec.Kasimbar Kab.Parigi Moutong. Skripsi 2002,

  FKIP UNTAD Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. (1992). Metode Penelitian Sosial. PT.

  Revika Aditama. Purwanto, M. Ngalim, MP. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda

  Karya Suestra Kade. (2014). Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Siswa Dan Peranan Guru

  Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas X SMA Negeri 3 Pasangkayu. Skripsi 2014, FKIP UNTAD

  Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

  dan R&D) . Bandung. Alvabeta

  Tri Rama (2015). Pandangan Masyarakat Suku Kaili Tentang Ungkapan Bahasa Kaili

  Kajian Etnografi. Skripsi 2015, FKIP UNTAD

  52 Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD