BAB I BAB V

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pembangunan ekonomi selalu menjadi sasaran utama dalam sistem pemerintahan setiap

negara. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai
dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan
pendapatan bagi penduduk suatu negara. Untuk mencapai pembangunan ekonomi nasional,
diperlukan upaya sebagai pemberdayaan segala potensi dan sumber daya yang terdapat di
setiap regional suatu negara, dengan tetap menjalin hubungan dengan pemerintah pusat dan
sektor swasta. Oleh karena itu, pembangunan sebaiknya difokuskan di setiap daerah,
sehingga pelaksanaan pembangunan tersebut diserahkan pada masing-masing daerah untuk
mengatur rumah tangganya sendiri (Ghofir, 2000 dalam Nurmayasari, 2010). Kebijakan
inilah yang disebut otonomi daerah.
Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia sejak tahun 2000 dan diatur dalam Undangundang nomor 22 tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undang-undang nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah. Pengertian otonomi daerah menurut undang-undang
tersebut dalam Sasana: 2009, adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan daerah otonom adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan
mengurus masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem NKRI.
APBD/N merupakan salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Peranan
APBD sebagai pendorong dan salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro
ekonomi daerah diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok yang
merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri.
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Program Pembangunan Nasional (dalam
Nurmayasari, 2010), menegaskan bahwa program penataan pengelolaan keuangan daerah
secara profesional, efisien, transparan, dan bertanggung jawab. Sasaran yang ingin dicapai
adalah semakin meningkatnya proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara signifikan
dalam pembiayaan bagi kegiatan pelayanan masyarakat dan pembangunan. Berdasarkan
Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 pasal 157 tentang Pemerintah Daerah, sumber
Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 1

pendapatan tetap yang digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan Daerah Otonom terdiri
dari:
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Dana Perimbangan

3. Lain-lain Pendapatan Yang Sah
Proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah menjadi tolok ukur tingkat
kemandirian suatu daerah. Semakin tinggi kebutuhan belanja daerah yang dapat dibiayai dari
PAD, maka akan semakin baik kualitas otonomi daerah tersebut. Selain bersumber dari PAD,
pendapatan suatu daerah juga bersumber dari dana perimbangan. Dana perimbangan
merupakan bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Daerah yang membiayai belanja daerahnya dari
dana perimbangan dengan porsi yang lebih besar dibanding PAD, mengindikasikan bahwa
daerah tersebut belum dapat dikatakan mandiri karena masih bergantung kepada pemerintah
pusat. Inilah alasan mengapa PAD dan dana perimbangan menjadi hal yang paling disoroti
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.
Perbedaan potensi dan sumber daya yang dimiliki tiap-tiap daerah akan menimbulkan
perbedaan tingkat kemandirian antar daerah. Disinilah dibutuhkan pola integrasi yang baik
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah melalui dana perimbangan. Pola
penyelenggaraan pemberian dana perimbangan harus disesuaikan dengan kemampuan
keuangan daerah. Kinerja keuangan daerah dapat dilihat dari pengelolaan pendapatan daerah.
Jawa Tengah, sebagai salah satu provinsi yang berada di dalam pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, juga telah melaksanakan kebijakan otonomi daerah.Sebagai
daerah otonom, Jawa Tengah mempunyai tanggung jawab memberdayakan potensi daerah
menurut prakarsa sendiri berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat,

dan pertanggungjawaban kepada masyarakat dalam rangka menciptakan pemerintahan yang
baik (good governance) (Sinaga, 2012). Pola pendapatan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan
tahun 2001-2012 selalu mengalami peningkatan terus-menerus.
Grafik 1.1
Total Pendapatan, PAD, dan Dana Perimbangan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2001-2011
(dalam jutaan rupiah)

Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 2

7,000,000

Total Pendapatan

6,000,000
5,000,000

PAD

4,000,000


Dana Perimbangan

3,000,000

Lain-Lain Pendapatan Yang
Sah

2,000,000
1,000,000
0
2001

2002

2003

2004

2005


2006

2007

2008

2009

2010

2011

Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan RI, diolah
Menurut Grafik 1.1 di atas, dapat diketahui bahwa total pendapatan Provinsi Jawa
Tengah tahun 2001-2011 selalu mengalami peningkatan. Peningkatan pendapatan daerah di
Provinsi Jawa Tengah selalu diiringi oleh peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK), dan Dana Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak (BPHPBP). Porsi pos lain-lain pendapatan
yang sah memiliki peranan yang kecil dalam pembentukan pendapatan Jawa Tengah.

Kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah Provinsi Jawa Tengah memiliki porsi lebih
besar daripada kontribusi dana perimbangan terhadap total pendapatan daerah. Hal ini
mengindikasikan bahwa Jawa Tengah dapat dikatakan sebagai daerah yang mandiri.
Provinsi Jawa Tengah terdiri dari sejumlah kabupaten dan kota. Kabupaten Cilacap
merupakan kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki pendapatan asli daerah paling tinggi
dibanding kabupaten lainnya. Secara umum, Kabupaten Cilacap menduduki peringkat kedua
dalam menyumbang total pendapatan Provinsi Jawa Tengah setelah ibokota Jawa Tengah,
Kabupaten Cilacap. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Cilacap memiliki potensi
yang cukup besar dalam pembentukan pendapatan Provinsi Jawa Tengah.
Grafik 1.2
Trend PAD Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap
Tahun 2001-2011
(dalam jutaan rupiah)

Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 3

450,000
400,000
350,000
300,000

250,000
200,000

PAD Semarang
PAD Cilacap

150,000
100,000
50,000
0

Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan RI, diolah
Alasan penulis tertarik mengambil Kabupaten Cilacap sebagai objek penelitian adalah
untuk mengetahui trend pendapatan dan belanja daerah selama periode 2001 – 2012 dan
selanjutnya dianalisis apakah Kabupaten Cilacap telah termasuk daerah mandiri atau belum
selama 12 tahun era otonomi daerah.
1.2

Rumusan Masalah
Dari penjabaran latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai


berikut:
1.2.1 Bagaimana gambaran umum keuangan Kabupaten Cilacap dilihat dari APBD
tahun 2001-2012?
1.2.2 Bagaimana trend pendapatan asli daerah dan dana perimbangan Kabupaten
Cilacap tahun 2001-2012?
1.2.3 Bagaimana trend belanja daerah Kabupaten Cilacap tahun 2001-2012?
1.2.4 Berapa proporsi pos-pos dalam pendapatan terhadap total pendapatan daerah
Kabupaten Cilacap tahun 2001-2012?

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1.3.1 Untuk mengetahui gambaran umum keuangan Kabupaten Cilacap dilihat dari
APBD tahun 2001-2012.
1.3.2 Untuk mengetahui trend pendapatan asli daerah dan dana perimbangan
Kabupaten Cilacap tahun 2001-2012?
Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 4


1.3.3 Untuk mengetahui trend pendapatan asli daerah dan dana perimbangan
Kabupaten Cilacap tahun 2001-2012?
1.3.4 Untuk mengetahui proporsi pos-pos dalam pendapatan terhadap total pendapatan
daerah Kabupaten Cilacap tahun 2001-2012?
1.4

Manfaat Penelitian
Manfaat penulisan makalah ini antara lain:
1.4.1 Sebagai bahan bacaan dan informasi bagi mahasiswa khususnya dan masyarakat
pada umumnya, mengenai gambaran umum keuangan Kabupaten Cilacap dilihat
dari APBD tahun 2001-2012.
1.4.2 Sebagai bahan bacaan dan informasi bagi mahasiswa khususnya dan masyarakat
pada umumnya, mengenai trend pendapatan asli daerah dan dana perimbangan
Kabupaten Cilacap tahun 2001-2012.
1.4.3 Sebagai bahan bacaan dan informasi bagi mahasiswa khususnya dan masyarakat
pada umumnya, mengenai trend pendapatan asli daerah dan dana perimbangan
Kabupaten Cilacap tahun 2001-2012.
1.4.4 Sebagai bahan bacaan dan informasi bagi mahasiswa khususnya dan masyarakat
pada umumnya, mengenai proporsi pos-pos dalam pendapatan terhadap total
pendapatan keuangan Kabupaten Cilacap tahun 2001-2012.


Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Otonomi daerah
Kata otonomi tersebut berasal dari kata Yunani yaitu autos berarti sendiri dan nomos

berarti hukum atau aturan. Menurut Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 junto Undangundang nomor 32 tahun 2004, otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Sedangkan
yang dimaksud daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas
daerah tertentu berwenang mengatur dan mengatur masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia,
(Sasana, 2009).
2.2

Desentralisasi Fiskal

Desentralisasi fiskal menurut Elmi, 2005 (dalam Enceng, 2012) adalah pelimpahan

kewenangan di bidang pendapatan keuangan yang sebelumnya tersentralisasi baik secara
administrasi maupun pemanfaatannya. Oleh karena itu, desentralisasi fiskal merupakan salah
satu mekanisme transfer dana dari APBN untuk mewujudkan ketahanan fiskal yang
berkelanjutan (fiscal sustainability) dan memberikan stimulus terhadap aktifitas
perekonomian masyarakat.Dengan kebijakan desentralisasi fiskal diharapkan akan tercipta
pemerataan kemampuan keuangan di setiap daerah.
Pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesiasebagaimana tercantum dalam UU No
32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah danUU No. 33 Tahun 2004 tentang
PerimbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah intinya menyatakan
bahwaSumber-sumber pembiayaan daerah yang utamadalam rangka pelaksanaan
desentralisasi fiskaladalah PAD, Dana Perimbangan, Pinjamandaerah dan lain-lain
pendapatan yang sah.
2.3

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan Nomor 3 Tahun 2004 yang dimaksud

dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Struktur APBD terdiri atas
anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
2.3.1 Pendapatan Daerah
Pendapatan adalah semua penerimaan daerah periode tahun anggaran tertentu
yang menjadi hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 6

Anggaran pendapatan berasal daeri Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan,
dan lain-lain pendapatan yang sah.
2.3.2 Belanja Daerah
menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Permendagri Nomor 59 tahun 2007 dan perubahan kedua dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua belanja daerah
didefenisikan sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih. Klasifikasi belanja daerah adalah sebagai berikut:
1. Belanja Langsung. Belanja Langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan program dan kegiatan. Belanja Langsung terdiri dari belanja:
a. Belanja pegawai,
b. Belanja barang dan jasa,
c. Belanja modal.
2. Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan
tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok
belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. Belanja pegawai,
b. Belanja bunga,
c. Belanja subsidi,
d. Belanja hibah,
e. Belanja bantuan sosial,
f. Belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa

2.4

Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Undang-undang No. 3 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah diartikan sebagai

pendapatan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah (Perda) sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang terdiri dari: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.
2.5

Dana Perimbangan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 18tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerahdan sejalan
Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 7

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005, dana perimbanganadalah dana yang
bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNasional (APBN) yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
2.5.1 Dana Alokasi Umum
Secara definisi Dana Alokasi Umum (DAU) diartikan sebagai berikut (Sidik, dalam
Kuncoro, 2004:30 dalam Enceng 2012):
1. Salah satu komponen dari Dana Perimbangan pada Anggaran Pendapatan
danBelanja Nasional (APBN) yang pengalokasiannya didasarkan atas konsep kesenjangan
fiskal atau celah fiskal (fiscal gap), yaitu selisih antara kebutuhan fiskal dengan kapasitas
fiskal.
2. Instrumen untuk mengatasi horizon imbalance, yang dialokasikan dengan
tujuanpemerataan kemampuan keuangan antar daerah di mana penggunaannyaditetapkan
sepenuhnya oleh daerah.
3. Equalization grant, yaitu berfungsi untuk menetralisasi ketimpangan
kemapuankeuangan dengan adanya Pendapatan Asli Daerah (PAD), Bagi Hasil Pajak,
danBagi Hasil Sumber Daya Alam yang diperoleh daerah.
2.5.2 Dana Alokasi Khusus
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 23 Dana Alokasi Khusus
(DAK) merupakan bagian dari dana perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk
membiayai kebutuhan tertentu. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004,
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
menyatakan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK) digunakan untuk mendanai kegiatan khusus
yang menjadi urusan daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi sebagai
perwujudan tugas ke pemerintahan di bidang tertentu khususnya dalam upaya pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.
2.5.3 Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 20,menjelaskan
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nasional (APBN) yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sejalan dengan itu,
penjelasan umum Undang-undangNomor 32 Tahun 2004 mengandung pengertian bahwa
Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 8

pengalokasian Dana BagiHasil (DBH) pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) merupakanpendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber daya nasional yang
berada di daerahberupa pajak dan sumber daya alam.

Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 9

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Lokasi Penelitian
Letak geografis Kabupaten Cilacap pada 108º 4’ 30 “ – 109º 22’ 30 “ Garis Bujur Timur

dan 7º 30’ 20 “ – 7º 45’ Garis Lintang Selatan, dengan luas wilayah 225.361 Km2 dengan
batas wilayah sebelah Utara : Kabupaten Banyumas, sebelah Selatan : Samudera Hindia,
sebelah Timur : Kabupaten Kebumen, dan sebelah Barat : Kabupaten Ciamis. Secara
geografis berada di bagian wilayah selatan Provinsi Jawa Tengah berhadapan langsung
dengan perairan Samudera Hindia, dengan panjang garis pantai ± 105 km, yang dimulai dari
bagian timur pantai Desa Jetis Kecamatan Nusawungu ke arah barat hingga Ujung Kulon
Pulau Nusakambangan berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat.
3.2

Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dalam

hal ini pengumpulan data ini diperoleh dari instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat
Statistik, BAPPENAS, dan Kementrian Keuangan, dengan melakukan studi kepustakaan
terhadap data-data yang dipublikasikan secara resmi, buku-buku, majalah-majalah serta
laporan lain yang berhubungan dengan penelitian.
3.3

Metode Sampling
Metode sampling dalam penelitian ini adala purposive sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel yang ditentukan secara sengaja dengan kriteria tertentu. Dalam
penelitian ini, data yang digunakan adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Cilacap tahun 2001-2012.
3.4

Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif yaitu metode yang

menggambarkan keadaan obyek penelitian berdasarkan data kuantitatif yang disajikan dalam
bentuk tabulasi dan visualisasi berupa grafik, dengan ukuran-ukuran statistik sederhana
seperti jumlah (total), rata-rata, pertumbuhan, persentase (%), proporsi, rasio yang dapat
diterapkan sebagai alat analisis (Manurung, 2008).

Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 10

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1

Keuangan Kabupaten Cilacap Tahun 2001-2012
Berdasarkan data APBD Kabupaten Cilacap tahun 2001-2012 yang telah diolah, maka

diperoleh trend sebagai berikut.
Grafik 4.1
Trend APBD Kabupaten Cilacap Tahun 2001-2012
(dalam jutaan rupiah)

1,400,000.00
1,200,000.00
1,000,000.00
Pendapatan

800,000.00

Belanja

600,000.00

Pembiayaan

400,000.00

Surplus/Defisit

200,000.00
0.00

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

-200,000.00

Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan RI, diolah
Menurut grafik di atas, trend pendapatan dan belanja APBD Kabupaten Cilacap secara
umum mengalami peningkatan dari tahun ke tahun selama periode 2001-2012. Rata-rata
pendapatan Kabupaten Cilacap selama periode 2001-2012 sebesar Rp 869 milyar pertahun
dan rata-rata belanja sebesar Rp 812 milyar pertahun. Secara umum, keuangan Kabupaten
Cilacap selama periode 2001-2012 dapat dikatakan belum stabil karena setelah selama 7
tahun mulai tahun 2001 - 2007 realisasi APBD mengalami surplus, dari tahun 2008 realisasi
APBD mengalami defisit hingga tahun 2011. Kemudian pada tahun 2012, keuangan
Kabupaten Cilacap mengalami surplus. Sedangkan untuk pos pembiayaan memiliki trend
yang cukup fluktuatif.

Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 11

4.2

Trend Pendapatan Daerah, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan
Kabupaten Cilacap Tahun 2001-2012
Sumber-sumber pendapatan Kabupaten Cilacap tidak hanya berasal dari pos-pos

pendapatan daerah saja. Pemerintah pusat mengalokasikan dana bantuan dalam bentuk dana
perimbangan bagi Kabupaten Cilacap guna membantu pembiayaan daerah dalam rangka
desentralisasi fiskal. Trend pendapatan Kabupaten Cilacap selama periode 2001-2012
disajikan dalam grafik di bawah ini.
Grafik 4.2
Trend Pendapatan Kabupaten Cilacap tahun 2001-2012
(dalam jutaan rupiah)
1,200,000.00
1,000,000.00
800,000.00
PAD
DP
LLPYS

600,000.00
400,000.00
200,000.00
0.00
200120022003200420052006200720082009201020112012
Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan RI, diolah
Keterangan:
PAD

: Pendapatan Asli Daerah

DP

: Dana Perimbangan

LPYS: Lain-lain PAD yang Sah

Trend pendapatan Kabupaten Cilacap selama 12 tahun terakhir secara umum selalu
mengalami peningkatan, baik untuk PAD, Dana Perimbangan, maupun Lain-lain PAD yang
Sah. Peningkatan yang signifikan terjadi tahun 2005 dalam hal transfer pemerintah. Pada
tahun 2012, dana perimbangan dan pendapatan asli daerah Kabupaten Cilacap mengalami
penurunan, sementara pos lain-lain pendpaatan yang sah mengalami peningkatan. Dari grafik
tersebut pula dapat diketahui bahwa kontribusi terbesar dalam pos pendapatan di APBD
Kabupaten Cilacap adalah Dana Perimbangan yang mana meliputi Dana Alokasi Umum
Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 12

(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Bagi Hasil Pajak Bukan Pajak (BPHBP). Rata-rata
dana perimbangan yang dialokasikan selama periode 2001-2012 sebesar Rp 700 milyar
pertahun. Sedangkan untuk pos PAD berada pada urutan kedua setelah dana perimbangan
dengan rata-rata selama periode 2001-2012 sebesar Rp 87 milyar pertahun. Lain-lain
pendapatan yang sah menempati posisi ketiga dengan rata-rata selama periode 2001-2012
sebesar Rp 68,8 milyar pertahun.
Dalam rangka desentralisasi fiskal, kemandirian fiskal bagi setiap daerah otonom
menjadi hal yang paling krusial. Setiap daerah otonom melalui kendali pemerintah daerah
diharapkan dapat mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan yang berasal dari daerahnya
masing-masing untuk keperluan pembiayaan daerah. Suatu daerah dapat dikatakan madiri
apabila daerah tersebut tidak bergantung pada dana bantuan dari pemerintah pusat. PAD pada
tiap-tiap daerah dapat bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan milik
daerah, dan lain-lain PAD yang sah. Trend PAD untuk Kabupaten Cilacap selama tahun 20012012 disajikan pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.4
Trend Dana Perimbangan Kabupaten Cilacap tahun 2001-2012
(dalam jutaan rupiah)

80000
70000
Pajak daerah

60000

Retribusi daerah

50000

Hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang
dipisahkan

40000
30000

Lain-lain PAD yang sah

20000
10000
0

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan RI, diolah

Grafik di atas menunjukkan pendapatan Kabupaten Cilacap dari sumber-sumber PAD
selama periode 2001-2012. Sumber-sumber PAD meliputi pajak daerah, retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan/laba perusahaan milik daerah, dan lainAnalisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 13

lain PAD yang sah. Pajak daerah Kabupaten Cilacap selama tahun 2001 hingga 2006
mengalami peningkatan terus-menerus dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 25 milyar.
Kemudian tahun 2007 – 2008 pendapatan pajak daerah mengalami penurunan, dan meningkat
kembali mulai tahun 2009 hingga 2012.
Sedangkan untuk pendapatan retribusi daerah, secara umum grafiknya cukup fluktuatif
selama 12 tahun terakhir. Lain-lain PAD yang sah dari tahun 2001-2007 menempati posisi
ketiga untuk sumber PAD terbesar Kabupaten Cilacap setelah pajak daerah dan retribusi
daerah. Pada tahun 2008, lain-lain PAD yang sah mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dan mencapai puncaknya pada tahun 2011 sebesar Rp 71 Milyar melebihi pajak
daerah dan retribusi daerah. Pada tahun 2012 lain-lain PAD yang sah mengalami penurunan
sebesar Rp 16 milyar. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan/laba perusahaan
milik daerah menyumbang rata-rata sekitar Rp 3 milyar selama periode 2001-2012. Selain
dari PAD, pendapatan Kabupaten Cilacap juga berasal dari Dana Perimbangan yang meliputi
Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil Pajak
Bukan Pajak (BHPBP). Trend dana perimbangan Kabupaten Cilacap periode 2001-2012
disajikan dalam grafik berikut.
Grafik 4.4
Trend Dana Perimbangan Kabupaten Cilacap tahun 2001-2012
(dalam jutaan rupiah)
1,000,000.00
900,000.00
800,000.00
700,000.00
600,000.00
500,000.00

DBH
DAU
DAK

400,000.00
300,000.00
200,000.00
100,000.00
0.00

Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan RI, diolah

Trend dana perimbangan Kabupaten Cilacap dalam 12 tahun terakhir digambarkan pada
grafik DAU, DAK, dan BHPBP di atas. Dana perimbangan tertinggi di Kabupaten Cilacap
Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 14

adalah Dana Alokasi Umum yang mencapai rata-rata Rp 608 milyar pertahun. Posisis kedua
ditempati oleh Dana Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak yang perubahannya cenderung
fluktuatif, dengan rata-rata mencapai Rp 51 milyar pertahun. Sedangkan untuk Dana Alokasi
Khusus, rata-ratanya mencapai Rp 40 milyar pertahun.
4.3

Trend Belanja Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2001-2012
Secara umum, belanja daerah diklasifikasikan menjadi belanja langsung dan belanja

tidak langsung. Belanja yang memiliki porsi cukup besar dalam APBD adalah belanja
langsung yang meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.
Berdasarkan data APBD Kabupaten Cilacap, trend belanja daerah Kabupaten Cilacap
disajikan dalam grafik berikut.
Grafik 4.5
Trend Belanja Kabupaten Cilacap tahun 2001-2012
(dalam jutaan rupiah)

1,400,000.00
1,200,000.00
1,000,000.00
800,000.00
600,000.00
400,000.00
200,000.00
0.00

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan RI, diolah

Berdasarkan grafik di atas, secara umum, belanja Kabupaten Cilacap mengalami
peningkatan terus menerus. Kecuali pada tahun 2012, belanja Kabupaten Cilacap mengalami
penurunan sebesar Rp 384 milyar pertahun. Rata- rata belanja Kabupaten Cilacap selama 12
tahun terakhir mencapai Rp 812 milyar pertahun.
Grafik 4.6
Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 15

Trend Belanja Langsung Kabupaten Cilacap tahun 2001-2012
(dalam jutaan rupiah)
1,000,000.00
900,000.00
800,000.00
700,000.00
600,000.00
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal

500,000.00
400,000.00
300,000.00
200,000.00
100,000.00
0.00

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan RI, diolah

Berdasarkan grafik di atas, belanja pegawai adalah sumber belanja terbesar selama
periode 2001-2012. Rata-rata belanja pegawai dalam 12 tahun terakhir sebesar Rp 519 milyar
pertahun. Belanja terbesar kedua setelah belanja pegawai adalah belanja modal. Trend belanja
modal cukup fluktuatif dengan rata-rata sebesar Rp 120 milyar pertahun. Sedangkan sisanya
adalah belanja barang dan jasa dengan rata-rata Rp 84,6 milyar pertahun.
4.4 Proporsi Pos-pos dalam Pendapatan terhadap Total Pendapatan Kabupaten Cilacap
tahun 2001-2012

Tahun

TPD

PAD

PAD/TP
D (%)

Dana
Perimbangan

391.008,34
32.112,95
8,21
336.886,93
2001
461.719,53
46.833,92
10,14
359.884,74
2002
8,47
2003
570.553,60
48.301,12
399.350,51
10,1
2004
529.583,87
53.499,09
450.436,38
18,75
2005
543.312,66
101.873,00
421.376,16
8,46
2006
932.736,97
78.895,46
756.291,31
8,02
2007
1.024.420,64
82.143,54
872.609,93
7,05
2008
1.011.510,00
71.290,00
877.167,00
9,22
2009
1.092.960,00 100.784,00
931.816,00
10,47
2010
1.204.548,85 126.058,25
975.811,14
12,35
2011
1.301.979,97 160.777,10
1.052.767,97
10,58
2012
1.368.833,05 144.840,32
966.140,32
Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan RI, diolah

DP/TPD
(%)

86,16
77,94
69,99
85,05
77,56
81,08
85,18
86,72
85,26
81,01
80,86
70,58

Lain-lain
PAD yang
Sah
13.402,02
16.546,95
50.587,92
25.648,39
20.063,50
97.550,20
29.862,96
63.053,00
60.360,00
102.679,47
88.434,90
257.852,41

LPYS/TPD
(%)

3,43
3,58
8,87
4,84
3,69
10,46
2,92
6,23
5,52
8,52
6,79
18,84

Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 16

Berdasarkan grafik di atas, ditunjukkan bahwa dana perimbangan memberi peranan
yang sangat dominan pada pendapatan Kabupaten Cilacap selama tahun 2001 – 2012 dengan
proporsi 81% dari total pendapatan. Posisi kedua diikuti oleh pos PAD yang hanya mencapai
10% dari total pendapatan. Lain-lain PAD yang sah menempati posisi ketga dengan proporsi
7% dari total pendapatan. Dengan gambran tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
Kabupaten Cilacap belum mampu menjadi daerah yang mandiri.

Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 17

BAB V
PENUTUP
5.1

Kesimpulan
Penerimaan Keuangan Daerah di Kabupaten Cilacap sebagian besar dananya masih

bersumber dari alokasi pemerintah pusat dalam dana perimbangan, dengan rata-rata mencapai
81% per tahun dari total pendapatan daerah. Sedangkan sumber pendapatan dari PAD hanya
mencapai 10% per tahun dari total pendapatan daerah.Untuk lain-lain pendapatan yang sah
diperoleh rata-rata 7% per tahun dari total pendapatan daerah. Maka dengan kata lain,
Kabupaten CIlacap belum mampu menjadi daerah yang mandiri.
5.2

Saran
Dari penelitian di atas, penulisan memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk Penelitian Selanjutnya
a. Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan untuk meneliti lebih jauh
mengenai pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal di Kabupaten
Cilacap, misalnya mengukur tingkat kemandirian fiskal yang tidak
diikutsertakan dalam penelitian ini.
b. Menganalisis hambatan-hambatan di Kabupaten Cilacap dalam rangka otonomi
daerah dan desentralisasi fiskal dan memberikan solusi untuk optimalisasi
pendapatan yang bersumber dari pendapatan asli daerah.
2. Untuk Pemerintah Daerah
a. Melakukan optimalisasi dalam bentuk pengawasan maupun pengendalian dalam
pungutan wajib yang menjadi sumber-sumber pendapatan asli daerah. Karena
dari hasil penelitian ini, pajak daerah mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dalam lima tahun terakhir. Sehingga pajak daerah memiliki potensi
untuk sumbangan pendapatan asli daerah.

Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 18

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah.
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Republik Indonesia.
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 2011. Deskripsi dan Analisis APBD TA 2011.
Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Enceng, Liestyodono B Irianto, dan Purwaningdyah MW. 2012. Desentralisasi Fiskal
Pendapatan Keuangan Daerah. Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 12,
Nomor 1, Juli 2012: 1 – 73. Tangerang.
Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Nurmayasari, Dini. 2010. Analisis Penerimaan Pajak Reklame Kota Semarang. Program
Sarjana (S1). Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Sasana, Hadi. 2009. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal (Membangun Kemandirian
Daerah). Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Analisis APBD Kabupaten CIlacap 2001-2012| 19