Hubungan antara Dukungan Sosial dengan M

Jurnal Psikologi Oktober 2017
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MINAT MENJADI
WARTAWAN PADA ANGGOTA LEMBAGA PERS MAHASISWA DI
PERGURUAN TINGGI SE-KOTA PADANG

Boy Hilman1, Isna Asyri Syahrina 2, Herio Rizki Dewinda3
1

Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang
Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang
3
Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang
2

E-mail: boyhilman@gmail.com, isnasyeko@gmail.com, hrdewinda@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial
dengan minat menjadi wartawan pada anggota lembaga pers mahasiswa di perguruan tinggi sekota Padang. Populasi pada penelitian ini adalah anggota lembaga pers mahasiswa yang ada di
perguruan tinggi kota Padang yang berjumlah 259 orang. Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini

sebanyak 155 orang. Hasil uji coba pada skala dukungan sosial koefisien validitas ditetapkan ≥
0,30 sehingga diperoleh nilai yang berkisar antara 0,330 sampai dengan 0,701. Sedangkan hasil
uji coba pada skala minat menjadi wartawan koefisien validitas ditetapkan ≥ 0,30 sehingga
diperoleh nilai yang berkisar antara 0,305 sampai dengan 0,785. Nilai koefisien reliabilitas pada
skala dukungan sosial diperoleh sebesar 0,912 dan nilai koefisien reliabilitas pada skala minat
menjadi wartawan diperoleh sebesar 0,934. Hasil uji hipotesis menunjukkan koefisien korelasi
antara variabel dukungan sosial dengan variabel minat menjadi wartawan diperoleh sebesar r=
0,318 dengan taraf signifikansi p = 0,000 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
dukungan sosial dengan minat menjadi wartawan. Nilai positif menunjukkan jika dukungan
sosial pada anggota lembaga pers mahasiswa itu tinggi maka minat menjadi wartawan juga akan
tinggi. Sumbangan efektif antara dukungan sosial dengan minat menjadi wartawan sebesar 10%.
Kata Kunci: dukungan sosial, minat, wartawan, pers mahasiswa

1

Jurnal Psikologi Oktober 2017

1. Pendahuluan
Aktivitas-aktivitas penerbitan dan beberapa forum pelatihan dan pendidikan jurnalistik di tahun
1986-1989 mulai marak diadakan oleh beberapa perguruan tinggi dalam rangka menghidupkan

kembali dinamika intelektual
kampus. Dari sekian forum-forum pelatihan jurnalistik
mahasiswa tersebut, tersirat tentang sebuah keinginan akan sebuah wadah bagi tempat sharing
(tukar-menukar pengalaman) para pegiat pers mahasiswa dalam rangka meningkatkan mutu
penerbitan mahasiswa sendiri ataupun untuk menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi
oleh pers mahasiswa. Maka mulai tahun 1986, forum-forum pertemuan para pegiat pers
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi mulai marak terjadi (Kusumo, 2011)[11].
Sebelum Indonesia merdeka, pers mahasiswa menjadi alat penyebaran ide-ide pembaharuan dan
perjuangan yang sadar akan arti pentingnya kemerdekaan. Kelahiran pers mahasiswa saat itu
juga dipelopori pemuda, pelajar, dan mahasiswa. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia,
peluang bagi pemuda dan mahasiswa untuk membuat media semakin lebar dan terbuka. Pada
tahun 1950, pers mahasiswa di Indonesia tumbuh, dan tahun 1955 komunitas pers mahasiswa
mencapai salah satu puncaknya. Pers mahasiswa dalam pengertian sederhana adalah pers yang
dikelola oleh mahasiswa. Pers mahasiswa dan pers pada umumnya dalam fungsi dan
persyaratan yang harus dipenuhinya, pada dasarnya tidaklah berbeda. Pers kampus dan pers
mahasiswa mempunyai perbedaan arti. pers kampus adalah pers yang diterbitkan oleh perguruan
tinggi dan dikelola oleh civitas academica. Sedangkan yang dimaksud dengan pers mahasiswa
dalam pengertian sederhana adalah pers yang dikelola oleh mahasiswa (Angriawan, 2012)[2].
Tahun 2017 terdapat 17 lembaga pers mahasiswa di Sumatera Barat yang tergabung di dalam
Asosiasi Pers Mahasiswa Sumatera Barat. Jumlah lembaga pers mahasiswa yang paling banyak

terdapat di Padang yaitu dengan jumlah 12 lembaga. Selanjutnya di Bukittinggi dengan jumlah
2 lembaga, sedangkan Lubuk Alung, Padang Panjang dan Batusangkar berjumlah masingmasing 1 lembaga. Lembaga pers mahasiswa Sumatera Barat yang terbagi di beberapa wilayah
di antaranya Padang yaitu Gelegar (Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang), Genta
Andalas (Universitas Andalas), Galang (Universitas Dharma Andalas), Surat Kabar Kampus
Ganto (Universitas Negeri Padang), Wawasan Proklamator (Universitas Bung Hatta), Tabloid
Gerbang (Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat), Suara Kampus (UIN Imam Bonjol
Padang), Medika (STKIP PGRI Padang), UKM Pers PNP (Politeknik Negeri Padang), Gema
Justisia (Fakultas Hukum Universitas Andalas), Broca (Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas), Pena (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas), di Bukittinggi yaitu
Stipertif (STIKES Fort De Kock) dan Al-Itqan (IAIN Bukittinggi), di Padang Panjang di
antaranya yaitu Pituluik (ISI Padang Panjang), di Lubuk Alung yaitu Surat Kabar Kampus
Lintas (STKIP YDB Lubuk Alung), dan di Batusangkar yaitu Idealita (IAIN Batusangkar).
Pers mahasiswa yang dikelola oleh mahasiswa selalu tumbuh dengan budaya
kemahasiswaannya juga selalu terlibat untuk membicarakan persoalan-persoalan umum
terutama politik dengan kritis dan berani. Berbeda dengan pers umum yang kurang berani
menyuarakan kritik kepada Negara. Hal inilah yang membedakan kerangka berpikir antara
pers umum dan pers mahasiswa. Permasalahan yang diusung tidak hanya masalah di dalam
kampus, namun juga di luar kampus. Masalah ekonomi, politik dan perkembangan negara telah
menjadi isu menarik bagi pers mahasiswa. Namun peranan utama untuk menjadi alat
kontrol terhadap negara dan penyalur ide kritis tetap diperankan pers umum, bukan pers

mahasiswa. Pers mahasiswa lantas dijadikan tempat menempa diri pada profesi: calon wartawan
media umum (Kusumo, 2011)[11]. Dewan Pers (2013)[5] mengemukakan bahwa wartawan adalah
orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik berupa mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik, maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran lainnya.

2

Jurnal Psikologi Oktober 2017
Ciri kehidupan mahasiswa yang membedakan dengan warga masyarakat umumnya ialah: (1)
mahasiswa adalah kelompok kaum muda, yang masih merasakan mentalitas kaum mudadinamis, radikal, lugas; (2) mahasiswa adalah kelompok yang menjalani sistem pendidikan
formal-modern yang mampu membuat mereka berpikir rasional, kritis, skeptis dan objektif; (3)
mahasiswa merupakan entitas yang relatif independen, hanya berkepentingan terhadap masa
depan kemanusiaan yang lebih baik, dan tak punya ketertarikan materialis, politis, ideologis; (4)
mahasiswa merupakan kelompok subsistem dalam masyarakat karena itu mahasiswa senantiasa
ingin berinovasi, berorientasi pada hal yang normatif, fundamental, prinsipil (Hajar, 2014)[7].
Pada umumnya mahasiswa adalah muda-mudi yang berumur dari 17 tahun sampai dengan 28
tahun. Menurut Hurlock (1978)[8] hal tersebut termasuk ke dalam masa remaja lanjut (usia 1720/21 tahun) hingga masa dewasa awal (usia 21-40 tahun) yang mana pada masa ini minat
seseorang menjadi berkembang dan tumbuh. Termasuk minatnya pada pekerjaan dimasa yang

akan mendatang. Dalam hal ini minat merupakan landasan penting yang dimiliki seseorang
untuk melakukan kegiatan dengan baik dan benar. Minat sangat memengaruhi kepribadian
seseorang bahkan sampai memengaruhi tingkah laku seseorang, tapi dengan adanya hal ini
dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu yang
diinginkannya (Woro dalam Ningrum dkk, 2013)[14].
Djaali (2015)[6] menyatakan minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Menurut Crow dan Crow (dalam
Khairani, 2013)[9]minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimuli, mendorong
kita untuk memperhatikan seseorang, barang atau kegiatan, atau sesuatu yang dapat memberi
pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain,
minat dapat menjadi sebab suatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan itu.
Minat merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan seseorang baik dalam hal
studi pekerjaan maupun aktivitas yang lain (Rokhimah, 2015)[17]. Banyak ahli yang
mengemukakan pendapatnya mengenai minat yang berbeda-beda, namun pada dasarnya semua
itu merupakan pendapat yang saling melengkapi satu sama lain. Minat menurut Djamairah
(dalam Nurrohmatulloh, 2016)[15] yaitu merupakan kecenderungan yang menetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu
aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang, dengan kata
lain minat berkaitan dengan rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas

tanpa ada yang menyuruh dan pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
Menurut Alma (dalam Yonaevy, 2015)[24] salah satu faktor pendukung timbulnya minat adalah
Sosiologikal yaitu menyangkut masalah hubungan dengan keluarga dan hubungan sosial
lainya. Alma (dalam Yonaevy, 2015)[24] menyatakan masalah hubungan keluarga ini dapat
dilihat dari orang tua, pekerjaan, dan status sosial. Selaras dengan apa yang disampaikan Siegel
(dalam Meilianawati, 2015) yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang adalah
dukungan sosial dan yang lainnya adalah jenis kelamin, waktu luang, usia, tingkat
pendidikan dan tingkat status sosial ekonomi.
Rook (dalam Kumalasari & Ahyani, 2012)[10] mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan
salah satu fungsi dari ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial tersebut menggambarkan tingkat
kualitas umum dari hubungan interpersonal. Ikatan dan persahabatan dengan orang lain
dianggap sebagai aspek yang memberikan kepuasan secara emosional dalam kehidupan
individu. Saat seseorang didukung oleh lingkungan maka segalanya akan terasa lebih mudah.
Dukungan sosial menunjukkan pada hubungan interpersonal yang melindungi individu terhadap
konsekuensi negatif dari stres. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa
tenang, diperhatikan, dicintai, timbul rasa percaya diri dan kompeten.
Menurut Effendi dan Tjahjono (dalam Triyono, 2016)[23] dukungan sosial merupakan transaksi
interpersonal yang ditujukan dengan memberi bantuan kepada individu lain dan bantuan itu
diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial berperan

penting dalam memelihara keadaan psikologis individu yang mengalami tekanan, sehingga

3

Jurnal Psikologi Oktober 2017
menimbulkan pengaruh positif yang dapat mengurangi gangguan psikologis. Selain itu
dukungan sosial dapat dijadikan pelindung untuk melawan perubahan peristiwa kehidupan yang
berpotensi penuh dengan stres, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis karena
adanya perhatian dan pengertian akan menimbulkan perasaan memiliki, meningkatkan harga
diri dan kejelasan identitas diri serta memiliki perasaan positif mengenai diri sendiri.
Sependapat dengan Effendi dan Tjahjono, Sarafino (dalam Meilianawati, 2015)[13] menyatakan
dukungan sosial adalah derajat dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu
dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang
tersebut, dukungan sosial dapat merujuk pada kenyamanan, kepedulian, harga diri atau segala
bentuk bantuan yang diterima individu dari orang lain atau kelompok.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 8 Desember
2016 kepada beberapa anggota lembaga pers mahasiswa di kota Padang, peneliti mendapatkan
data berupa keinginan anggota lembaga pers mahasiswa untuk menjadi wartawan tidak
sepenuhnya mendapat dukungan oleh orang tuanya dengan alasan merasa keberatan dengan
ketertarikan anaknya dalam dunia jurnalistik tersebut yang tidak sesuai dengan jurusan

pendidikan formal yang di tempuh saat ini. Subjek juga pernah diiming-imingikan gaji yang
kecil jika menjadi wartawan, hal ini membuat dirinya meragukan ketertarikannya untuk menjadi
wartawan. Dalam melakukan aktivitasnya subjek juga pernah diremehkan oleh temantemannya, terutama saat mengikuti aktivitas jurnalistik (meliput kegiatan untuk dijadikan karya
tulis berita) dengan alasan hal tersebut hanya membuang-buang waktu dan masih banyak hal
berguna yang harus dilakukan. Subjek juga menyebutkan bahwasanya saat ini pandangan
masyarakat tentang media/pers (wartawan) kurang baik dengan kata lain media/pers saat ini
memiliki citra yang kurang baik dalam opini publik. Dalam kehidupan di kampus subjek juga
beranggapan mengenai mahasiswa saat ini masih kurang tertarik pada produk jurnalistik pers
mahasiswa, hal tersebut kadang membuat subjek enggan dan malas melakukan kegiatan
jurnalistik karena kurang baiknya apresiasi yang subjek terima. Subjek juga menyampaikan
tentang minimnya diskusi yang dilakukan antar sesama lembaga pers mahasiswa, sehingga ada
di antara anggota yang merasa kurang berkembang dan bertambah wawasannya mengenai
jurnalistik. Peneliti juga melihat tidak kondusifnya beberapa sekretariat lembaga pers
mahasiswa dalam melakukan aktivitasnya termasuk dalam membuat berita dikarenakan alat-alat
yang digunakan anggota lembaga pers mahasiswa masih tergolong minim dalam melakukan
kegiatannya, bahkan ada yang belum memiliki alat-alat pendukung utama seperti kamera dan
komputer untuk melakukan aktivitas jurnalistik. Selain itu lembaga pers mahasiswa sampai saat
ini belum mendapatkan legitimasi dalam hukum yang membuat pers mahasiswa tidak memiliki
ruang gerak yang menjamin segala aktivitasnya.
Seiring berkembang dan tumbuhnya media mainstream di Indonesia dewasa ini, keberadaan

pers mahasiswa hampir tidak punya tempat di mata mahasiswa pada umumnya. Mahasiswa
lebih tertarik pada media mainstream. Padahal pada sejatinya, pers mahasiswa merupakan
wadah menyalurkan aspirasi dalam rangka demokratisasi kampus. Selama ini Lembaga Pers
Mahasiswa belum mendapatkan perlindungan hukum dari pemerintah. Undang-Undang Nomor
40 Tahun 1999 yang mengatur tentang pers pun tidak mengatur beberapa ketentuan secara
umum mengenai pers. Beberapa diantaranya ialah tentang kewartawanan, kode etik jurnalistik,
organisasi pers, perusahaan pers, hak jawab, hak koreksi, hak tolak, kewajiban koreksi, hingga
Dewan Pers. Namun Undang-Undang tersebut tidak mengatur secara lebih khusus mengenai
pers mahasiswa. Pers mahasiswa sebagai kontrol sosial tidak mendapat legitimasi di mata
hukum, terutama di kampus sendiri (Hajar, 2014)[7]. Dari uraian tersebut, dapat diketahui
bahwasanya aturan undang-undang yang spesifik mengenai lembaga pers mahasiswa belum
dimiliki oleh lembaga pers mahasiswa itu sendiri, sehingga hal ini belum dapat membuat
lembaga pers mahasiswa mempunyai perlindungan yang kuat berdasarkan hukum. Berdasarkan
hal tersebut dapat dicermati bahwasanya masih minimnya dukungan yang dimiliki oleh lembaga
pers mahasiswa .

4

Jurnal Psikologi Oktober 2017
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Minat Menjadi Wartawan pada Anggota Lembaga
Pers Mahasiswa di Perguruan Tinggi se-kota Padang”.

2. Tinjauan Literatur
2.1 Minat
Khairani (2013)[9] menyimpulkan bahwasannya minat adalah gejala psikologis yang
menunjukkan bahwa minat adanya pengertian subyek terhadap obyek yang menjadi sasaran
karena obyek tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan senang sehingga
cenderung kepada obyek tersebut. Minat mengandung unsur-unsur sebagai berikut: (1)
minat adalah suatu gejala psikologis, (2) adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran
dari subyek karena tertarik. (3) adanya perasaan senang terhadap obyek yang menjadi
sasaran, (4) adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subyek untuk melakukan
kegiatan guna mencapai tujuan.
Menurut Silvia (2006)[19] minat adalah keingintahuan dan ketertarikan terhadap
pengalaman-pengalaman baru dan lebih luas. Minat mendorong individu untuk melakukan
eksplorasi dan belajar dalam pengalaman yang baru tersebut serta menyebabkan individu
untuk terlibat dalam lingkungan yang menimbulkan rasa tertariknya.
Pintrich dan Schunk (dalam Silitonga dan Sitompul, 2015)[20] mendefinisikan minat
menjadi tiga yaitu: minat pribadi, minat yang berasal dari pribadi atau karakteristik
individu yang relatif stabil. Biasanya minat pribadi diasumsikan langsung ke beberapa

aktivitas atau topik. Minat situasi, minat yang berhubungan dengan kondisi lingkungannya
seperti ruangan kelas, komputer dan buku teks yang dapat membangkitkan minat. Minat
dalam rumusan psikologi, yaitu perpaduan antara minat pribadi dengan minat situasi.

Hurlock (1978)[8] mengatakan minat merupakan sumber motivasi yang mendorong
orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila
mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat.
Menurut Crow dan Crow (dalam Khairani, 2013)[9] minat dapat menunjukkan kemampuan
untuk memberi stimuli yang mendorong kita untuk memperhatikan seseorang, sesuatu
barang atau kegiatan, atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman
yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab
suatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan itu.
Berdasarkan Uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah kegairahan,
kecenderungan, keinginan, ketertarikan, perasaan suka dan senang serta perhatian lebih dan
khusus terhadap suatu objek atau bidang tertentu yang dianggap penting. Minat merupakan
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri sehingga
semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Aspek-aspek Minat
Silvia (2006) [19] mengungkapkan bahwa aspek minat diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Keingintahuan (curiosity)
Keingintahuan adalah keinginan untuk lebih mengenal suatu dengan mencari
informasi dari objek minat yang belum pernah diketahui sebelumnya. Seseorang akan
memberikan reaksi positif yang baru, kuat dan tidak biasa dalam lingkungannya
terhadap objek minat, serta cenderung untuk bertindak dalam reaksi positif dalam
memperoleh informasi tersebut.
b. Keterbukaan terhadap pengalaman (openness to experience)
Keterbukaan terhadap pengalaman adalah membuat penyesuaian pada sikap dan
kepribadian menjadi terbuka terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman-pengalaman
baru yang belum pernah dikeahui sebelumnya.

5

Jurnal Psikologi Oktober 2017
c. Dorongan mencari sensasi (sensation seeking)
Dorongan mencari sensasi yaitu adalah adanya sebuah dorongan untuk mendapatkan
sesuatu hal yang baru, kompleks dan adanya sensasi kuat terhadap beberapa
pengalaman dan adanya kesediaan untuk mengambil resiko secara fisik dan sosial
untuk pengalaman yang bervariasi.
d. Kecenderungan bosan (boredom of propeness)
Kecendurungan bosan adalah sebuah keadaan yang relatif rendah yang terstimulasi
oleh situasi yang tidak adekuat. Kebosanan ini dianggap memiliki aspek positif yaitu
sebagai kesempatan untuk merefleksikan dan merencanakan sesuatu. Akan tetapi
kebanyakan orang menganggap bahwa kebosanan sebagai hal yang tidak
menyenangkan dan tidak memotivasi untuk melakukan sesuatu ketika tidak mampu
mengontrol rasa bosan.
e. Keluasan minat (breadth of interest)
Keluasan minat adalah sesuatu yang menunjukkan banyak atau kurangnya
pengetahuan dasar yang dimiliki seseorang terhadap objek minat. Seseorang yang
memiliki pengetahuan yang luas terhadap objek minat diharapkan dapat menunjukkan
keingintahuan yang bervariasi. Sementara seseorang yang memiliki pengetahuan yang
sedikit tentang objek minat diharapkan untuk lebih bisa fokus mendalami objek minat.
Menurut Hurlock (1978) aspek minat diantaranya terbagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut:
a. Aspek kognitif
Aspek ini didasari dari konsep yang dikembangkan seseorang mengenai suatu bidang
yang berkaitan dengan minat. Misalnya aspek kognitif dari minat anak terhadap
sekolah sebagai tempat mereka dapat belajar tentang hal-hal yang telah menimbulkan
rasa ingin tahu mereka dan tempat mereka akan mendapat kesempatan untuk bergaul
dengan teman sebaya yang tidak dapat pada masa prasekolah. Minat mereka terhadap
sekolah akan sangat berbeda dibandingkan bila minat itu didasarkan atas konsep
sekolah yang menekankan frustasi dan pengekangan oleh peraturan sekolah dan kerja
keras untuk menghafal pelajaran.
b. Aspek afektif
Aspek afektif atau bobot emosional adalah sebuah konsep yang membangun aspek
kognitif minat yang dalam penerapannya lebih ke sikap terhadap kegiatan yang
ditimbulkan oleh sebuah minat. Seperti aspek kognitif, aspek afektif berkembang dari
pengalaman pribadi, dari sikap orang-orang penting yaitu orang tua, guru, dan teman
sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut. Sebagai contoh, anak
yang mempunyai hubungan yang menyenangkan dengan para guru, biasanya
mengembangkan sikap yang positif terhadap sekolah karena pengalaman sekolahnya
menyenangkan, minat mereka pada sekolah diperkuat begitupun sebaliknya.

Pintrich dan Schunk (dalam Silitonga dan Sitompul, 2015) menyebutkan aspekaspek minat adalah sebagai berikut:
a. Sikap umum terhadap aktivitas (general attitud toward the activity) sikap umum disini
maksudnya adalah sikap yang dimiliki oleh individu, yaitu perasaan suka atau tidak
suka terhadap aktivitas.
b. Pilihan spesifik untuk menyukai aktivitas (spesific preference for or liking the
activity). Individu akan memutuskan pilihannya untuk menyukai aktivitas tersebut.
c. Merasa senang dengan aktivitas (enjoyment of the activity), yaitu perasaan senang
individu terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitasnya.
d. Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu (personel importance or
significance of the activity to the individual) individu merasa bahwa aktivitas yang
dilakukannya sangat berarti.
e. Adanya minat intrisik dalam isi aktivitas (instrinsic interest in the content of
activity). Dalam aktivitas tersebut terdapat perasaan yang menyenangkan.

6

Jurnal Psikologi Oktober 2017
f. Berpartisipasi dalam aktivitas (reported choise of or participation in the activity).
Individu akan berpartisipasi dalam aktivitas itu karena menyukainya.
2.2 Wartawan
Dewan Pers (2013)[5] mengemukakan bahwa wartawan adalah orang yang secara
teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik berupa mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara,
gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik, maupun dalam bentuk lainnya
dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran lainnya.
2.3 Minat Menjadi Wartawan
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa minat menjadi wartawan adalah kegairahan,
kecenderungan, keinginan, ketertarikan, perasaan suka dan senang serta perhatian
lebih dan khusus terhadap tujuan untuk menjadi wartawan. Dimana minat menjadi
wartawan ini merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri sehingga semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin
besar minat untuk menjadi wartawan.
2.4 Dukungan Sosial
Sarafino dan Smith (2011)[18] mendefenisikan dukungan sosial sebagai perasaan
kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diperoleh oleh orang banyak
atau kelompok lain. Mereka menambahkan bahwa orang-orang yang menerima
dukungan sosial memiliki keyakinan bahwa mereka dicintai, bernilai dan merupakan
bagian dari kelompok yang dapat menolong mereka disaat membutuhkan bantuan.
Sarason dan Sarason (dalam Marni dan Yuniati, 2015)[12] mengungkapkan dukungan
sosial adalah dukungan yang didapat dari keakraban sosial (teman, keluarga, anak
ataupun orang lain) berupa pemberian informasi, nasehat verbal atau non verbal,
bantuan nyala atau tidak nyala, tindakan yang bermanfaat sosial dan efek perilaku bagi
penerima yang akan melindungi diri dari perilaku yang negatif.
Gottlieb (dalam Aziz dan Fatma, 2013)[1] menyatakan dukungan sosial terdiri dari
informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang
didapatkan karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek
perilaku bagi pihak penerima.
Rook (dalam Kumalasari dan Ahyani, 2012)[10] mengatakan bahwa dukungan sosial
merupakan salah satu fungsi dari ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial tersebut
menggambarkan tingkat kualitas umum dari hubungan interpersonal.
Berdasarkan pada beberapa teori yang mengemukakan tentang dukungan sosial di
atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial berupa dukungan pada seseorang yang
berbentuk seperti nasehat, umpan balik, kasih sayang, perhatian, petunjuk, perasaan
dihargai dan dapat juga berupa barang atau jasa yang diberikan oleh keluarga, teman
maupun orang yang ada di lingkungan sosialnya.
Aspek-aspek Dukungan Sosial
Ada empat aspek dari dukungan sosial yang dapat diberikan dan diterima oleh
individu (Sarafino dan Smith, 2011)[18]:
a. Emotional support
Dinyatakan dalam bantuk penyampaian empati, kepedulian, perhatian,
penghargaan yang positif, dan keyakinan terhadap seseorang. Hal ini memberikan
kenyamanan dan ketentraman hati dengan rasa memiliki dan disintai pada saat
merasakan stress. Ini dapat diterima dari keluarga atupun kerabat dekat.
b. Tangible or instrumental support
Mencakup bantuan langsung, seperti memberikan pinjaman uang atau menolong
dengan melakukan suatu pekerjaan guna menyelesaikan tugas-tugas individu.

7

Jurnal Psikologi Oktober 2017
c. Informational support
Memberikan informasi, nasehat, sugesti ataupun umpan balik mengenai apa yang
sebaiknya dilakukan orang lain yang membutuhkan
d. Companionship support
Dukungan diberikan dalam bentuk kebersamaan sehingga individu merasa
sebagian dari kelompok.
House (dalam Smet, 1994)[21] mendefinisikan dukungan sosial sebagai transaksi
interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-aspek beikut ini diantaranya
adalah:
a. Dukungan emosional, yaitu mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan (misalnya: umpan balik, penegasan).
b. Dukungan penghargaan, terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif
bagi orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain. Seperti misalnya
orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah
penghargaan diri).
c. Dukungan instrumental, yaitu mencakup bantuan langsung untuk mempermudah
perilaku yang secara langsung menolong individu. Misalnya bantuan benda,
uang, pekerjaan dan waktu.
d. Dukungan informatif, yaitu mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk,
saran-saran atau umpan balik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis atau dimensi
dukungan sosial dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental dan dukungan informatif, dan companionmship support.

3. Metode Penelitian
Metode pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Adapun variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Dependent : Minat Menjadi Wartawan
2. Variabel Independent : Dukungan Sosial
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014)[22]. Penelitian ini dilakukan di lembaga
pers mahasiswa yang ada di perguruan tinggi se-kota Padang, dengan populasi yang
berjumlah 259 orang dan sebagai sampel berjumlah 155 orang. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling, dikatakan simple
(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2014)[22].
Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi dan validitas kontruksi teoritis
untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu alat ukur. Pengukuran validitas konstruksi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik korelasi product
moment dengan bantuan program IBM SPSS 21.0. Peneliti menentukan aitem valid atau
tidaknya alat ukur menggunakan kriteria rxy ≥ 0,3. Data skala dikatakan valid jika koefisien
korelasi lebih besar atau sama dengan 0,3 (rxy ≥ 0,3) dan sebaliknya aitem skala dikatakan
gugur jika koefisien korelasi lebih kecil dari 0,3 (rxy < 0,3).
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini mengunakan formulasi alpha cronbach, dengan
menggunakan bantuan program IBM SPSS 21.0 for windows. Reliabilitas dinyatakan oleh
koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Semakin
tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya
koefisien yang semakin rendah mendekati 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas (Azwar,
2016)[1]. Reliabilitas suatu alat ukur dinyatakan baik jika memiliki nilai cronbach alpha >

8

Jurnal Psikologi Oktober 2017
dari 0,60 (Nugroho dalam Olmi, 2016)[16]. Penghitungan reliabilitas dengan menggunakan
bantuan program IBM SPSS 21.0.
Skala dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment
Pearsons dengan bantuan program IBM SPSS versi 21.0, yang merupakan salah satu teknik
untuk mencari derajat keeratan atau keterkaitan hubungan antara variabel terikat dengan
variabel bebas (Azwar, 2014)[4].
Pada penelitian ini sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
dengan menggunakan uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah data dalam penelitian ini sudah terdistribusi sesuai dengan prinsipprinsip distribusi normal agar dapat digeneralisasikan terhadap populasi.

4. Hasil dan Diskusi
Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik product
moment dan alpha cronbach. Variabel dukungan sosial koefisien validitas ditetapkan ≥ 0,30
sehingga diperoleh hasil dari jumlah item awal 40 pernyataan, gugur 16 item sehingga
jumlah item yang valid dan reliabel adalah 24 pernyataan, dengan nilai corrected item-total
correlation berkisar antara 0,330 sampai dengan 0,701, dan variabel minat menjadi
wartawan dengan koefisien validitas ditetapkan ≥ 0,30 sehingga diperoleh hasil dari jumlah
item awal 40 pernyataan, gugur 6 item sehingga jumlah item yang valid dan reliabel adalah
34 pernyataan, dengan nilai corrected item-total correlation berkisar antara 0,305 sampai
dengan 0,785. Reliabilitas skala dukungan sosial dan skala minat menjadi wartawan pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis alpha cronbach. Setelah melalui proses
penghitungan hasil try out, maka pada skala dukungan sosial diperoleh nilai koefisien
reliabilitas sebesar 0,912 dan skala minat menjadi wartawan diperoleh nilai koefisien
reliabilitas sebesar 0,934.
4.1. Uji Normalitas
Tabel 1: Uji Normalitas Skala Dukungan Sosial dan Skala Minat Menjadi Wartawan
Variabel
N
KSZ
P
Sebaran
Dukungan
155 0,705 0,704 Normal
Sosiaul
Minat Menjadi
155 0, 581 0,888 Normal
Wartawan
Berdasarkan di atas, maka diperoleh nilai signifikansi pada skala dukungan sosial
sebesar p = 0,704 dengan KSZ = 0,705 hasil tersebut menunjukan bahwa nilai p > 0,05
yang artinya sebaran skala dukungan sosial terdistribusi secara normal, sedangkan
untuk skala minat menjadi wartawan diperoleh nilai signifikansi sebesar p = 0,888
dengan KSZ = 0,581, hasil tersebut menunjukan bahwa nilai p > 0,05 yang artinya
sebaran terdistribusi secara normal.
4.2 Uji Linieritas
Tabel 2: Uji Linieritas Skala Dukungan Sosial dan Skala Minat Menjadi Wartawan
N
Df
Mean Square
F
Sig
155
1
2004.175
17.220
0,000
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai F = 17.220 dengan signifikansi sebesar p =
0,000 (p < 0,05), artinya varians pada skala dukungan sosial dan skala minat menjadi
wartawan tergolong linier.

9

Jurnal Psikologi Oktober 2017
4.3 Uji Korelasi
Tabel 3: Hasil Uji Korelasi Antara Skala Dukungan Sosial dan Skala Minat
Menjadi Wartawan
P
(α)
Nilai Korelasi ( r )
R square
Kesimpulan
0,000 0.01
0,318
0,101
sig (2-tailed) 0,000 < 0,01
level of significant (α),
berarti hipotesis diterima.
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh koefisien korelasi antara variabel dukungan
sosial dan minat menjadi wartawan yaitu sebesar r = 0,767 dengan taraf signifikansi p =
0,000. Hal ini menunjukkan adanya korelasi yang berarah positif, yang artinya, jika
dukungan sosial anggota lembaga pers mahasiswa di perguruan tinggi se-kota Padang
itu tinggi, maka minat menjadi wartawannya juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya
jika dukungan sosial anggota lembaga pers mahasiswa di perguruan tinggi se-kota
Padang itu rendah, maka prilaku minat menjadi wartawannya juga akan rendah. Berarti
minat menjadi wartawan pada anggota lembaga pers mahasiswa berkaitan dengan
dukungan sosial, artinya untuk meningkatkan minat menjadi wartawan maka harus
meningkatkan dukungan sosial yang mengandung empat aspek yaitu dukungan
emotional, tangible atau intrumental, informasional, dan companionship.
Hal ini diperkuat dengan hasil uji signifikansi dengan bantuan IBM SPSS 21.0, menurut
Nugroho (dalam Olmi, 2016)[16] jika p = 0,000 < 0,01 level of significant (α) hipotesis
diterima, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan
minat menjadi wartawan pada anggota lembaga pers mahasiswa di perguruan tinggi sekota Padang.
Berikut tabel deskriptif statisitik dari variabel dukungan sosial dan minat menjadi
wartawan berdasarkan mean empirik.
Tabel 4: Descriptive Statistic Skala Dukungan Sosial dan
Skala Minat Menjadi Wartawan
Variabel
N
Mean Std.Deviation Minimum Maximum
Dukungan
155
80.61
6.206
61
95
Sosial
Minat Menjadi
155 103.68
73
136
11.342
Wartawan
Berdasarkan nilai mean empirik pada tabel 4, maka dapat dilakukan pengelompokkan
yang mengacu pada kriteria pengkategorisasian dengan tujuan menempatkan individu
kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2016)[3].
Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa 26 orang (17%) anggota lembaga
pers mahasiswa memiliki dukungan sosial yang rendah, 103 orang (66%) anggota
lembaga pers mahasiswa memiliki dukungan sosial sedang dan 26 orang (17%) anggota
lembaga pers mahasiswa memiliki dukungan sosial rendah. Sementara itu 26 orang
(17%) anggota lembaga pers mahasiswa yang memiliki minat menjadi wartawan yang
rendah, 109 orang (68%) anggota lembaga pers mahasiswa yang memiliki minat
menjadi wartawan sedang dan 20 orang (16%) anggota lembaga pers mahasiswa yang
memiliki minat menjadi wartawan tinggi.
Besarnya sumbangan dukungan sosial terhadap minat menjadi wartawan adalah sebesar
10% dan 90% lagi dipengaruhi sumbangan variabel lain, seperti jenis kelamin, waktu
luang, usia, tingkat pendidikan dan tingkat status sosial ekonomi.

10

Jurnal Psikologi Oktober 2017

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis data yang dilakukan peneliti, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan minat
menjadi wartawan.
Adapun sumbangan efektif dari variabel dukungan sosial terhadap minat menjadi wartawan
adalah sebesar 10% dan sisanya 90% dipengaruhi faktor lain.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan beberapa
saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan diantaranya:
1. Bagi Subjek Penelitian
Bagi pihak anggota lembaga pers mahasiswa sebagai subjek penelitian untuk terus
bersemangat dalam menjalankan aktivitas yang berkaitan dengan minatnya dan
berusaha untuk tetap konsisten dengan keinginannya serta dapat mempertimbangkan
segala hal yang baik maupun buruk untuk pribadinya sendiri dikemudian hari.
2. Bagi Lembaga Pers Mahasiswa
Bagi pihak lembaga disarankan untuk dapat lebih menyalurkan dan mendorong
anggotanya untuk dapat bereksplorasi terhadap minatnya dengan mewadahi
anggotanya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan. Lembaga juga harus menjaga
keutuhan anggotanya agar terciptanya integrasi yang baik dan suasana di dalam
lembaga itu sendiri yang membuat anggotanya merasa memiliki dan ikut merawat
tujuan dari lembaga itu sendiri dengan memberikan bentuk dukungan-dukungan atau
penghargaan-penghargaan kepada anggota.
3. Bagi Perguruan Tinggi
Bagi pihak perguruan tinggi atau kampus disarankan untuk dapat lebih memperhatikan
dan memberikan dukungan maupun fasilitas yang memadai agar dapat mendorong
anggota pers mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan jurnalistik dengan sebaikbaiknya sekaligus menghasilkan karya-karya yang luar biasa dan dapat mengharumkan
nama kampus melalui prestasi-prestasi.
4. Bagi Orang Tua
Bagi pihak orang tua disarankan untuk dapat mendukung dan mengapresiasi keinginan
anaknya serta kegiatan yang dipilih dan dilakukan anaknya yaitu sebagai anggota
lembaga pers mahasiswa yang berkaitan dengan jurnalistik maupun dalam kegiatan
tulis menulis lainnya.
5. Bagi Mahasiswa Umum
Bagi pihak mahasiswa disarankan untuk menyadari betapa pentingnya pengalamanpengalaman seperti kegiatan-kegiatan organisasi termasuk salah satunya lembaga pers
mahasiswa yang berfungsi sebagai tempat mencerdaskan pikiran dan pemberian
informasi mengenai hal-hal yang ada di sekitar lingkungan terutama kampus sehingga
perlu adanya dukungan dan apresiasi untuk orang-orang yang memiliki aktivitas yang
berkaitan dengan jurnalistik dalam hal ini yaitu pers mahasiswa.
6. Bagi Masyarakat Umum
Bagi pihak masyarakat disarankan untuk mengubah pola pikir negatif mengenai pers
(media) dan wartawan. Di era digital dan modern saat ini banyak oknum tertentu yang
mempunyai kepentingan politis dalam memanfaatkan informasi. Maka dari itu, pers
mahasiswa yang saat ini berada di lingkungan pendidikan seharusnya menjadi media
konsumsi juga bagi masyarakat dikarenakan sangat jauh dari kepentingan dan
kekuasaan.

11

Jurnal Psikologi Oktober 2017
7. Bagi Peneliti Lainnya
Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengangkat tema yang sama,
diharapkan dapat mempertimbangkan variabel-variabel lain yang lebih mempengaruhi
dan berkaitan dengan faktor minat seperti motif sosial, jenis kelamin, status sosial
ekonomi dan lainnya. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat melakukan penelitian
lebih mendalam yang berkaitan dengan dukungan sosial dan minat menjadi wartawan,
serta dapat memperluas dan mengembangkan ruang lingkup serta pembahasannya.
Referensi
[1]
Aziz, A & Fatma, A. 2013. “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian
Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis”. Jurnal Talenta Psikologi Vol. 2, No. 2,
Agustus 2013.
[2]
Angriawan, Shoqib. 2012. “Orientasi Dan Strategi Komunikasi Lembaga Pers
Mahasiswa Pabelan Dalam Menyuarakan Pergerakan Mahasiswa (Studi Fenomenologi
Pada Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan Periode Kepengurusan 2012)”. Artikel Ilmiah:
Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta.
[3]
Azwar, Saifuddin. 2016. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[4]
Azwar, Saifuddin. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[5]
Dewan Pers. 2013. Standar Kompetensi Wartawan. Jakarta: Dewan Pers.
[6]
Djaali. 2015. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
[7]
Hajar, Ibno. 2014. “Perlindungan Hukum Terhadap Lembaga Pers Mahasiswa (LPM)
Dalam Proses Peliputan Berita Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999
Tentang Pers”. Skripsi: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
[8]
Hurlock, B, Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta Erlangga.
[9]
Khairani, Makmun. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
[10]
Kumalasari, F. & Ahyani L. N. 2012. “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan
Penyesuaian Diri Remaja Di Panti Asuhan”. Jurnal Psikologi Pitutur Vol. 1, No. 2, Juni
2012.
[11]
Kusumo, W. F. Suryo. 2011. “Lembaga Pers Mahasiswa Kentingan Universitas Sebelas
Maret Surakarta 1993-2006”. Skripsi: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
[12]
Marni, A., Yuniawati R. 2015. “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan
Penerimaan Diri Pada Lansia Di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta”. Jurnal
Fakultas Psikologi Vol. 3, No. 1 Juli 2015.
[13]
Meilinawati. 2015. “Hubungan Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Minat
Melanjutkan Pendidikan Perguruan Tinggi Pada Remaja Di Kecamatan Keluang Musi
Banyuasin”. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang.
[14]
Ningrum, P. K., Susilaningsih, Sumaryati, S. 2013. “Hubungan Antara Minat Menjadi
Guru Dan Lingkungan Keluarga Dengan Prestasi Belajar”. Jurnal Jupe UNS Vol. 2, No.
1, Hal. 59-70. Oktober 2013.
[15]
Nurrohmatulloh, M. Asep. 2016. “Hubungan Orientasi Masa Depan dan Dukungan
Orang Tua Dengan Minat Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi (Siswa-Siswi SMK
Negeri 1 Samarinda Kelas XII)”. Jurnal eJournal Psikologi Vol. 4, No.4, Hal. 446-456.
[16]
Olmi, Notaya. 2016. “Hubungan Konflik Peran Ganda Dengan Disiplin Kerja Pegawai
Wanita Kantor BKPM (Tingkat I) Sumatera Barat”. Skripsi: Fakultas Psikologi
Universitas Putra Indonesia YPTK Padang.
[17]
Rokhimah, Siti. 2015. “Pengaruh Dukungan Sosial dan Efikasi Diri Terhadap Minat
Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa SMA Negeri 1 Tenggarong
Seberang”. Jurnal eJournal Psikologi Vol. 3, No.1, Hal. 382-394.
[18]
Sarafino, E. P & Smith, T. W. 2011. Health Psychology: Biopsychososial Interactions.
Seventh Edition. USA: John Wiley Sons.

12

Jurnal Psikologi Oktober 2017
[19]
[20]

[21]
[22]
[23]

[24]

Silvia, P. J. 2006. Exploring the Psychology of Interest. New York: Oxford University
Press.
Sitompul & Silitonga. 2015.“Hubungan Minat Memilih Kompetensi Keahlian Terhadap
Hasil Belajar Menggambar Dengan Autocad Pada Siswa Kelas XI Teknik Gambar
Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam”. Jurnal Education Buuilding Vol. 1, No.2,
Hal. 133-142.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Triyono, Agus. 2015. “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kebermaknaan
Hidup Pada Guru SLB. Naskah Publikasi: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Yonaevy, Umy. 2015. “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Minat
Berwirausaha Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Naskah Publikasi: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

13