Keragaman Vegetasi Tanaman Obat di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kawasan Tanam Hutan Raya Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

  Pengertian dan Pengelompokan Tumbuhan Obat

  Secara umum dapat diketahui bahwa tidak kurang dari 82% dari total spesies tumbuhan obat hidup di ekosistem hutan tropika dataran rendah pada ketinggian di bawah 1000 meter dari permukaan laut. Saat ini ekosistem hutan dataran rendah adalah kawasan hutan yang paling banyak rusak dan punah karena berbagai kegiatan manusia baik secara legal maupun illegal. Berbagai ekosistem hutan dataran rendah antara lain : tipe ekosistem hutan pantai, tipe hutan hujan dataran rendah, dan lain-lain. Masing-masing tipe ekosistem hutan tropika Indonesia merupakan wujud proses evolusi, interaksi yang kompleks dan teratur dari komponen tanah, iklim (terutama cahaya, curah hujan dan suhu), udara dan organism termasuk sosial-budaya manusia untuk mendukung kehidupan keanekaragaman hayati, antara lain berbagai tumbuhan obat (Zuhud, 2009).

  Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, obat tradisional adalah bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sediaan obat tradisional yang digunakan masyarakat yang saat ini disebut Herbal Medicine atau Fitofarmaka yang perlu diteliti dan dikembangkan. Menurut Keputusan Menkes RI No. 761 tahun 1992, Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan baku terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan yang berlaku. Pemilihan ini berdasarkan atas, bahan bakunya relatif mudah diperoleh, didasarkan pada pola penyakit di Indonesia, perkiraan manfaatnya terhadap penyakit tertentu cukup besar, memiliki rasio resiko dan kegunaan yang menguntungkan penderita, dan merupakan satu-satunya alternatif pengobatan (Zein, 2005).

  Menurut Mursito (2003), ramuan obat yang berasal dari alam, terutama yang berasal dari alam dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan besar kecilnya dukungan ilmiah serta teknologi proses pembuatan ramuan, yaitu: 1.

  Jamu Jamu merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman yang diproses secara sederhana. Khasiat jamu masih berdasarkan pengalaman dari nenenk moyang dan belum di dukung oleh data ilmiah.

  2. Obat ekstrak alam Obat ekstrak alam merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman yang disajikan setelah melalui berbagai proses ekstraksi. Pengujiannya dilakukan melalui binatang percobaan.

  3. Obat fitofarmaka Obat fitofarmaka merupakan ramuan obat dari tanaman yang disajikan setelah melalui berbagai proses. Khasiat obat tersebut telah dibuktikan melalui proses percobaan pada penderita penyakit mengikuti kaidah percobaan klinis.

  Peran Tumbuhan Obat

  Menurut Williamson (1996) dalam Nohong (2009), tumbuh-tumbuhan mempunyai kedudukan dan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia.

  Hampir lima dekade terakhir ini timbul ketertarikan yang kuat dalam meneliti yang didasari keyakinan bahwa pengobatan dengan tumbuhan lebih aman dan dapat mengurangi efek samping pada tubuh manusia dibandingkan dengan obat- obatan sintetis. Kedua, adanya fakta bahwa banyak obat-obatan penting yang digunakan sekarang berasal dari tumbuhan.

  Peran tumbuhan bagi kehidupan manusia sangatlah penting, maka pengetahuan mengenai aktifitas biologis yang ditimbulkan oleh senyawa metabolit sekunder yang berasal dari tumbuhan sangat diperlukan dalam usaha penemuan sumber obat baru. Menurut Zein (2005), dari pengalaman orang-orang tua kita terdahulu, dan pengalaman kita juga sampai kini, maka peran tumbuhan obat memang dapat dikembangkan secara luas di Indonesia. Pada zaman dulu, mungkin tumbuhan obat ini berperan karena sulitnya jangkauan fasilitas kesehatan, terutama di daerah-daerah pedesaan yang terpencil. Atau masih banyaknya masyarakat yang mencari pertolongan pengobatan kepada tenaga- tenaga penyembuh tradisional seperti tabib dan dukun, bahkan banyak pula anggota masyarakat yang mencoba tumbuhan obat untuk menyembuhkan penyakit hanya berdasarkan informasi dari keluarga atau tetangga saja. Jadi pada ketika itu peranan tumbuhan obat sangat terbatas pada sekelompok penduduk daerah tertentu dan pada keadaan tertentu, serta dipengaruhi pula oleh kepercayaan tertentu serta mantera-mantera yang diyakini mempunyai kekuatan penyembuh bila di kerjakan oleh orang-orang tertentu seperti dukun.

  Tumbuhan dapat digunakan sebagai obat-obatan karena tumbuhan tersebut menghasilkan suatu senyawa yang memperlihatkan aktifitas biologis tertentu.

  Senyawa aktif biologis itu merupakan senyawa metabolit sekunder yang meliputi

  Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat

  Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari, 2006).

  Potensi tanaman obat yang ada di hutan dan kebun/pekarangan sangatlah besar, baik industri obat tradisional meupun fitofarmaka memanfaatkannya sebagai penyedia bahan baku obat. Menurut Zuhud (2008), dilihat dari segi habitusnya, spesies-spesies tumbuhan obat yang terdapat di berbagai formasi hutan Indonesia dapat dikelompokkan kedalam 7 (tujuh) macam yaitu : habitat bambu, herba, liana, pemanjat, perdu, pohon dan semak. Dari ke tujuh habitat ini, spesies tumbuhan obat yang termasuk kedalam habitat pohon mempunyai jumlah spesies dan persentase yang lebih tinggi dibandingkan habitat lainnya, yaitu sebanyak 717 spesies (40,58%).

  Kebutuhan bahan baku obat tradisional terutama yang berasal dari tumbuhan, sebagian besar diambil dari alam sehingga beberapa jenis mulai langka. Untuk memperoleh bahan baku obat atau bahan aktif lainnya, sudah sejak lama pemerintah melakukan penelitian tentang aktivitas farmakologi dan toksisitas berbagai tumbuhan. Eksplorasi dan pengembangan budidaya tumbuhan obat terus dikembangkan untuk mencapai sasaran jangka panjang, yaitu mengurangi impor bahan baku obat sintesis guna menghemat devisa negara (Endjo dan Hernani, 2004).

  Menurut Departemen Kesehatan RI, Ditjen POM (1983) dalam Zein (2005), Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia secara turun temurun.

  Keuntungan obat tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan sendiri maupun di sekitar hutan, murah dan dapat diramu sendiri di rumah. Hampir setiap orang Indonesia pernah menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit atau kelainan yang timbul pada tubuh selama hidupnya, baik ketika masih bayi, kanak-kanak, maupun telah dewasa.

  Pemanfaatan tumbuhan obat atau bahan obat alam pada umumnya sebenarnya bukanlah merupakan hal baru. Upaya pengobatan tradisional dengan obat-obat tradisional merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dan sekaligus merupakan teknologi tepat guna yang potensial untuk menunjang pembangunan kesehatan. Dalam rangka peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat, obat tradisional perlu dimanfaatkan dengan sebaik- baiknya. Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan tanaman obat alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (Tukiman, 2004).

  Menurut Mursito (2003), pemanfaatan tanaman obat dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai beikut:

1. Bahan baku pengobatan sendiri (self medication)

  Pengobatan ini dapat dilakukan di setiap rumah tangga. Tanaman yang digunakan biasanya dimanfaatkan dalam bentuk segar. Dalam upaya untuk meningkatkan dan memasyarakatkan dilakukan cara penanaman tanaman obat keluarga (toga).

  2. Bahan baku obat tradisional Obat-obatan yang berbahan baku tanaman maupun mineral secara turun- temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Tanaman obat ini biasa dimanfaatkan dalam keadaan sudah dikeringkan atau dikenal dengan istilah simplisia.

  3. Bahan baku fitofarmaka Obat-obatan yang menggunakan tanaman obat yang tela memenuhi persyaratan yang berlaku di Indonesia. Tanaman obat yang sering digunakan dalam keadaan yang sudah dikeringkan. Persyaratan tanaman obat yang boleh digunakan sebagai bahan baku fitofarmaka antara lain sudah mempunyai data uji praklinis maupun klinis.

  Kondisi Umum Hutan Pendidikan USU

  Berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU) 2011 antara pihak USU dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, kawasan Hutan Pendidikan USU memiliki luas 1000 ha. Hutan Pendidikan USU merupakan bagian dari Tahura Bukit Barisan. Melalui penelitian Setiawan (2012), tentang pemetaan kawasan Hutan Pendidikan USU, diperoleh luas total 1325 ha. Luas ini dijadikan sebagai usulan peta Hutan Pendidikan.

  Letak geografis Hutan Pendidikan USU berdasarkan penelitian Setiawan (2012) adalah 3 13’ LU - 3 11’ LU dan 98 34’ BT - 98 32’ BT, terletak pada jajaran Pegunungan Bukit Barisan yang meliputi dua kabupaten yaitu Kabupaten lain, di sebelah utara berbatasan dengan Desa Doulu dan Desa Bukum, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Bukum dan Desa Tanjung Barus, di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Barus dan Desa Barus Julu, serta di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Doulu dan Desa Barus Julu.

  Gambar 1. Peta Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara