Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Karawang Tahun 2017 - 2022
5.1 POTENSI PENDANAAN APBD
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No.
13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut: a.
Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
b.
Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
c.
Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
Tabel 5.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir 2010 2011 2012 2014 2015 No BELANJA DAERAH Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Pendapatan Asli Daerah Rp 133.730.718.100 9,97 Rp 186.949.234.601 11,69 Rp 658.597.372.181 26,76 Rp 909.147.525.752 28,43 Rp 943.596.855.369 25,93I Pajak Daerah Rp 63.949.267.931 47,82 Rp 77.626.636.142 58,05 Rp 477.595.086.584 255,47 Rp 554.228.363.507 60,96 Rp 620.393.000.000 65,75 Restribusi Daerah Rp 17.636.421.183 13,19 Rp 19.969.650.248 14,93 Rp 35.256.065.679 18,86 Rp 129.306.846.320 14,22 Rp 104.236.118.000 11,05 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Rp 2.679.111.584 2,00 Rp 3.618.249.854 2,71 Rp 6.376.152.271 3,41 Rp 7.316.691.914 0,80 Rp 8.742.286.092 0,93 Dipisahkan Lain-Lain PAD Rp 49.465.917.402 36,99 Rp 85.734.698.357 64,11 Rp 139.370.067 0,07 Rp 218.295.624.011 24,01 Rp 210.225.451.277 22,28 Dana Perimbangan Rp 1.025.587.475.224 76,48 Rp 1.121.038.108.120 70,09 Rp 1.413.869.849.941 57,45 Rp 1.580.220.357.071 49,41 Rp2.151.419.145.460 59,13
II Dana Bagi Hasil Pajak Rp 215.802.184.352 21,04 Rp 275.428.565.327 26,86 Rp 273.057.181.848 24,36 Rp 191.008.587.252 12,09 Rp 368.128.614.000 17,11 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Rp 35.063.318.872 3,42 Rp 34.108.344.793 3,33 Rp 59.799.657.093 5,33 Rp 76.109.279.819 4,82 Dana Alokasi Umum Rp 722.098.972.000 70,41 Rp 714.360.098.000 69,65 Rp 1.004.178.461.000 89,58 Rp 1.188.478.470.000 75,21 Rp1.250.725.634.000 58,13 Dana Alokasi Khusus Rp 52.623.000.000 5,13 Rp 97.141.100.000 9,47 Rp 76.834.550.000 6,85 Rp 124.624.020.000 7,89 Rp 532.564.897.460 24,75 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Rp 181.735.353.350 13,55 Rp 291.438.977.706 18,22 Rp 388.588.312.928 15,79 Rp 708.913.440.513 22,17 Rp 543.384.457.568 14,93
III Pendapatan Hibah
Rp 8.000.000.000 4,40 Rp 1.129.337.000 0,39 Rp 6.378.469.599 0,90 Dana Bagi Hasil Retribusi dari Provinsi Rp 950.000.000 0,52 Rp 1.351.608.528 0,19 Rp 343.038.132.568 63,13 dan Pemda lain Dana Bagi Hasil dari Provinsi dan Rp 97.365.500.000 53,58 Rp 106.791.943.396 58,76 Rp 147.494.101.989 50,61 Rp 293.321.154.086 41,38 Pemda lain Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Rp 22.641.225.000 12,46 Rp 100.540.868.400 55,32 Rp 164.132.014.000 56,32 Rp 364.789.871.000 51,46 Rp 200.346.325.000 36,87 Bantuan Keuangan Provinsi/Pemda Lain Rp 61.728.628.350 33,97 Rp 75.156.166.000 41,35 Rp 74.262.735.830 25,48 Rp 43.072.337.300 6,08 Total Belanja Rp 1.341.053.546.674 100,00 Rp 1.599.426.320.427 100 Rp 2.461.055.535.050 100 Rp 3.198.281.323.336 100 Rp3.638.400.458.397 100
Kerangka Strategis Pendanaan V - 2
Tabel 5.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir 2010 2011 2012 2014 BELANJA DAERAH Rp % Rp % Rp % Rp %
Belanja Tidak Langsung Rp 823.191.311.610 64,57 Rp 1.016.633.303.301 65,64 Rp 1.157.954.991.916 47,92 Rp1.580.485.973.438 79,77
Belanja Pegawai Rp 580.026.751.948 70,46 Rp 729.085.871.251 71,72 Rp 962.293.081.316 83,10 Rp 1.260.757.734.138 79,77
Belanja Bunga Belanja Subsidi Rp 43.371.534.300 5,27 Rp 42.626.171.700 4,19Belanja Hibah Rp 76.222.318.330 9,26 Rp 97.209.855.278 9,56 Rp 89.547.007.000 7,73 Rp 130.914.160.300 8,28
Belanja Bantuan Sosial Rp 56.820.390.032 6,90 Rp 66.368.043.072 6,53 Rp 9.889.584.550 0,85 Rp 52.224.000.000 3,30
Biaya bagi hasil kepada Prov/Kab/Kota/Pem. Desa Rp 31.726.317.000 3,85 Rp 25.852.586.000 2,54 Rp 33.480.254.050 2,89 Rp 45.465.375.000 2,88
Biaya bantuan Keu. dari Prov/Kab/Kota/Pem. Desa Rp 35.024.000.000 4,25 Rp 55.490.777.000 5,46 Rp 62.745.065.000 5,42 Rp 91.424.704.000 5,78
Belanja Tidak TerdugaBelanja Langsung Rp 451.773.540.141 35,43 Rp 532.208.528.411 34,36 Rp 1.258.266.184.262 52,08 Rp1.570.823.976.525 49,85
Belanja Pegawai Rp 72.491.323.013 16,05 Rp 101.736.632.306 19,12 Rp 200.137.074.570 15,91 Rp 241.000.382.968 15,34
Belanja Barang dan Jasa Rp 181.017.055.026 40,07 Rp 214.812.874.415 40,36 Rp 412.360.875.555 32,77 Rp 736.972.196.228 46,92
Belanja Modal Rp 198.265.162.102 43,89 Rp 215.659.021.690 40,52 Rp 645.768.234.137 51,32 Rp 592.851.397.329 37,74
Total Belanja Rp 1.274.964.851.751 100 Rp 1.548.841.831.712 100 Rp 2.416.221.176.178 100 Rp3.151.309.949.963 100
Kerangka Strategis Pendanaan V - 3
Gambar 5.1 Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam APBDPemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.
Rp- Rp1.000.000.000.000 Rp2.000.000.000.000 Rp3.000.000.000.000 Rp4.000.000.000.000 2010 2011 2012 2014 2015
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Dana Perimbangan Pendapatan Asli Daerah
Rp- Rp500.000.000.000 Rp1.000.000.000.000 Rp1.500.000.000.000 Rp2.000.000.000.000 Rp2.500.000.000.000 Rp3.000.000.000.000 Rp3.500.000.000.000
2010 2011 2012 2014 Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung
Tabel 5.3 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya RASIO REALISASI DAN ANGGARAN REALISASI ANGGARAN URAIAN 2008 2009 2010 2008 2009 2010 2008 2009 2010
TOTAL BELANJA DAERAH 58.235.344.400 100.768.389.900 86.496.500.000 48.089.757.507 79.072.893.000 76.979.111.902 0,83 0,78 0,89
BELANJA TIDAK LANGSUNG 8.211.560.000 9.446.820.000 9.716.095.000 7.881.813.477 8.515.693.210 9.078.513.480 0,96 0,90 0,93
7.032.400.000 8.129.900.000 6.790.138.477 7.642.438.210 7.804.635.980 0,97 0,96 Gaji dan Tunjangan Pegawai 1.179.160.000 1.586.195.000 1.091.675.000 873.255.000 1.273.877.500 0,93 0,80 Tambahan PenghasilanBELANJA LANGSUNG 50.023.784.400 91.321.569.900 76.780.405.000 40.207.944.030 70.557.199.790 67.900.598.422 0,80 0,77 0,88
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 845.900.000 753.400.000 1.332.400.000 702.419.330 653.540.000 1.067.824.594 0,83 0,87 0,80
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 5.187.454.000 5.242.750.500 5.751.965.000 5.075.577.500 5.010.118.700 5.464.438.153 0,98 0,96 0,95
Program Peningkatan Disiplin Aparatur 334.100.000 196.500.000 263.250.000 327.970.000 190.773.000 258.215.000 0,98 0,97 0,98
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 50.000.000 Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan 15.000.000 205.000.000 268.235.000 15.000.000 204.522.000 236.463.000 1,00 1,00 0,88 Capaian Kinerja dan KeuanganProgram Perencanaan Tata Ruang 12.625.000.000 1.100.000.000 1.462.700.000 2.393.577.400 950.663.300 1.390.884.900 0,19 0,86 0,95
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan 6.965.431.000 5.783.231.350 6.478.297.500 4.722.586.050 4.905.500.250 6.094.950.300 0,68 0,85 0,94 PersampahanProgram Lingkungan Sehat Perumahan 12.735.000.000 18.989.262.350 21.994.283.900 12.047.943.400 17.151.373.950 20.077.077.975 0,95 0,90 0,91
Program Pemanfaatan Ruang 2.890.000.000 4.592.575.800 3.850.544.800 1.265.793.500 3.988.285.350 1.870.904.950 0,44 0,87 0,49
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 50.000.000 75.000.000 50.000.000 69.519.000 - 1,00 0,93
Program Pengelolaan Areal Pemakaman 800.000.000 355.614.750 769.169.300 781.236.200 331.337.450 719.350.800 0,98 0,93 0,94
Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya150.000.000 134.668.750 265.000.000 140.131.250 133.769.750 263.212.000 0,93 0,99 0,99 Kebakaran Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pemerintah 20.186.017.400 53.868.566.400 34.269.559.500 12.666.859.400 36.987.316.040 30.387.757.750 0,63 0,69 0,89 dan Fasilitas Umum
Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau 75.000.000 68.850.000 0,92 -
Kerangka Strategis Pendanaan V - 5 Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.
Tabel 5.4 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir 2009 2010 2011 2012 2013
Sektor Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi
DDUB DDUB DDUB DDUB DDUBAPBN APBN APBN APBN APBN
Pengembangan Air Minum Pengembangan PLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan Total Belanja APBD
5.2 POTENSI PENDANAAN APBN
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN. Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Tabel 5.5 Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten Karawang dalam 5 Tahun Terakhir Alokasi Sektor 2011 2012 2013 2014 2015Pengembangan Air Minum Pengembangan PLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan
Total
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
Tabel 5.6 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Karawang dalam 5 Tahun Terakhir
Jenis DAK 2011 2012 2013 2014 2015
DAK Air Minum DAK Sanitai
5.3 ALTERNATIF SUMBERPENDANAAN
5.3.1 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya Dalam
5 Tahun Terakhir
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.
5.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari Swasta Dalam 5 Tahun Terakhir
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi costrecoveryatau Corporate Social Responsibility
(CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Tabel 5.7 Perkembangan KPS Bidang CK dalam 5 Tahun Terakhir Komponen Nilai Skema Kegiatan Tahun Satuan Volume Ket KPS (Rp) PembiayaanPengembangan Air Minum …………….
- …………….
- Pengembangan PLP …………….
- …………….
- Pengembangan Permukiman …………….
- …………….
- Penataan Bangunan dan Lingkungan …………….
- …………….
- 5.4 STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.
5.4.1 Proyeksi APBD 5 Tahun Kedepan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Kerangka Strategis Pendanaan V - 11
Tabel 5.8 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan Komponen APBD Realisasi Persentase Pertumbuhan Proyeksi 2012 2014 2015 2017 2018 2019 2020 2021
Pendapatan Asli Daerah 658.597.372.181 909.147.525.752 943.596.855.369 0,21 1.338.324.023.238 1.535.687.607.172 1.733.051.191.107 1.930.414.775.041 2.127.778.358.976
Dana Perimbangan 1.413.869.849.941 1.580.220.357.071 2.151.419.145.460 0,24 3.182.215.637.922 3.697.613.884.153 4.213.012.130.384 4.728.410.376.614 5.243.808.622.845
DAU 1.004.178.461.000 1.188.478.470.000 1.250.725.634.000 0,12 1.545.782.606.485 1.693.311.092.727 1.840.839.578.969 1.988.368.065.212 2.135.896.551.454
DBH 332.856.838.941 267.117.867.071 368.128.614.000 0,09 434.631.501.789 467.882.945.684 501.134.389.578 534.385.833.473 567.637.277.367
DAK 76.834.550.000 124.624.020.000 532.564.897.460 1,95 2.607.092.484.535 3.644.356.278.072 4.681.620.071.609 5.718.883.865.146 6.756.147.658.684
Lain-Lain Pendapatan YangSah 388.588.312.928 708.913.440.513 543.384.457.568 0,30 864.434.236.562 1.024.959.126.059 1.185.484.015.556 1.346.008.905.054 1.506.533.794.551
Total APBD 2.461.055.535.050 3.198.281.323.336 3.638.400.458.397 0,22 5.228.992.291.509 6.024.288.208.065 6.819.584.124.620 7.614.880.041.176 8.410.175.957.732
Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).
5.4.2 Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan
daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:
Tabel 5.9 Tabel Proyeksi Net Public Saving Tahun Uraian 2017 2018 2019 2020 2021Persentase Pertumbuhan 0,22 Pendapatan
Persentase Pertumbuhan 0,25 Belanja wajib
Proyeksi Pendapatan 5.228.992.291.509 6.024.288.208.065 6.819.584.124.620 7.614.880.041.176 8.410.175.957.732
Proyeksi Belanja Wajib 2.775.104.910.003 3.173.311.222.191 3.571.517.534.379 3.969.723.846.567 4.367.930.158.756
Proyeksi NPS 2.453.887.381.506 2.850.976.985.874 3.248.066.590.241 3.645.156.194.609 4.042.245.798.977
5.4.3 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business plan.
5.4.4 Rencana Kerjasama Pemerintah Dan Swasta Bidang Cipta Karya
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta.
Tabel 5.10 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan Kelayakan Deskripsi Biaya Kegiatan Nama Kegiatan Finansial Keterangan Kegiatan (Rp) (IRR=….)5.4.5 Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan.
STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman.
1. Strategi peningkatan DDUB, meliputi:
Meningkatkan PAD terurtama pajak daerah potensial dan retribusi daertah potensial
Meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran sehingga terdapat SilPA
Mengusulkan DDUB kepada Pemerintah Provinsi.
2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran, meliputi:
Meningkatkan penerimaan Pajak daerah potensial dan retribusi derah potensial
Meningkatkan efisiensi penggunaan dana anggaran berbasis kinerja 3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah, meliputi:
Meningkatkan kinerja pengelolaan perusahaan daerah untuk meningkatkan pelayanan
Meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat yang masih rendah
Meningkatkan pengelolaan keuangan perusahaan daerah secara efektif dan efisien sehingga memperoleh kauntungan 4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya
Melakukan kerjasama dengan masyarakat di dalam pemeliharaan prasarana dan sarana pembangunan infrastruktur yang dibangun.
Melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan prasarana dan sarana infrastruktur bidang Cipka Karya.
5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman yang sudah ada
Biaya operasi dan pemeliharaan infrastruktur permukiman yuang terbangun didanai dari masyarakat pengguna/sewa yang dipungut kepada penghuni
Untuk biaya perbaikan / renovasi didanai dari APBD.
6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.
Pengembangan infratsruiktur skala regioanl didanai oleh : Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat, atau
Kerjasama dengan Pihak Swasta