ab II Anggaran Pendapatan Belanja Negara

ab II
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

(APBN)

dan

Anggaran

Setelah mempelajari bab ini, kalian diharapkan dapat :
1. menjelaskan pengertian, fungsi, tujuan APBN dan APBD;
2. mengidentifikasi sumber-sumber penerimaan pemerintah pusat dan daerah;
3. mendeskripsikan kebijakan pemerintah di bidang fiskal serta mengidentifikasi
jenis-jenis pengeluaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
A. APBN dan APBD
1. Pengertian APBN dan APBD
APBN adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yaitu
suatu daftar yang berisi rencana penerimaan dan pengeluaran negara Indonesia
dalam jangka waktu1 tahun
2. Fungsi APBN dan APBD

Secara umum APBN /APBD memiliki fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
a. Fungsi Alokasi
Kegiatan ekonomi suatu masyarakat
akan lancar apabila tersedia prasarana
sosial (barang yang dipakai secara
bersama-sama), seperti jalan, jembatan,
pelabuhan, bandar udara, dan fasilitasfasilitas
umum lainnya. Oleh karena itu
untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas
tersebut tidak mungkin diadakan oleh
perorangan, perusahaan swasta, atau
secara ekonomis tidak disediakan oleh
sistem pasar, maka pemerintah berkewajiban
untuk membangun fasilitasfasilitas
tersebut. Dari uraian di atas
dapatkah kalian merumuskan apa yang
dimaksud dengan fungsi alokasi? Fungsi
alokasi merupakan kebijakan yang
b. Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi adalah kebijakan untuk dapat menimbulkan

adanya tingkat pemerataan penghasilan/kesejahteraan
yang lebih baik.
Contoh pelaksanaan dari fungsi ini adalah dengan
penarikan pajak sebagian akan dikembalikan kepada masyarakat
dalam bentuk subsidi/bantuan, melalui programprogram,
misalnya Jaring Pengaman Sosial (JPS), Raskin,
pengobatan gratis, dan lain-lain.
c. Fungsi Stabilisasi
Kebijakan pemerintah untuk menciptakan stabilitas ekonomi, menciptakan
pertumbuhan ekonomi dan menghindarkan adanya benturan-benturan
antarkepentingan ekonomi merupakan fungsi stabilisasi. Kebijakan ini misalnya
diarahkan untuk:
1) Pertumbuhan ekonomi yang tinggi;
2) Mencapai kesempatan kerja yang tinggi;
3) Mencapai/mempertahankan tingkat harga yang pantas;
dan
4) Neraca pembayaran luar negeri yang sehat.
APBD mempunyai fungsi yang sama seperti fungsi APBN
di atas, hanya saja lingkup wilayahnya hanya mencakup
wilayah daerah tingkat I dan tingkat II, di samping itu APBD

juga berfungsi untuk menggerakkan roda pemerintahan
daerah, menjaga eksistensi/tegaknya pemerintahan di daerah,
dan menggairahkan kegiatan perekonomian di daerah.
3. Tujuan Penyusunan APBN dan APBD
Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman
untuk mengatur penerimaan dan pengeluaran negara dalam
pelaksanaan kegiatan produksi, perluasan kesempatan kerja,

pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan kemakmuran
masyarakat. Sedangkan APBD disusun dengan tujuan untuk
mengatur penerimaan dan pengeluaran daerah agar dapat
mencapai sasaran yang telah ditetapkan yaitu pertumbuhan
ekonomi, dan peningkatan kemakmuran masyarakat di
daerah.
4. Landasan Hukum APBN dan APBD
Dasar hukum penyusunan APBN adalah sebagai berikut.
a. UUD 1945 pasal 23 ayat 1 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang ditetapkan setiap tahun. Dalam
pasal tersebut dinyatakan bahwa anggaran pendapatan
dan belanja negara ditetapkan tiap-tiap tahun dengan

undang-undang, dan apabila DPR tidak menyetujui
anggaran yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah
melaksanakan APBN tahun sebelumnya.
b. Keputusan Presiden yang ditetapkan setiap tahun tentang
pelaksanaan APBN.
Adapun dasar hukum Keuangan Daerah dan APBD
adalah:
a. UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah daerah
(Bab VIII, pasal 78 s/d 86).
b. UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Di dalam pasal 20 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah disebutkan bahwa:
1) APBD ditetapkan dengan peraturan daerah paling lambat
satu bulan setelah APBN ditetapkan.
2) Perubahan APBD ditetapkan paling lambat tiga bulan
setelah berakhirnya tahun anggaran.
3) Perhitungan APBD ditetapkan paling lambat tiga bulan
setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan.

c. PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
5. Kebijakan Anggaran
Kondisi perekonomian suatu negara setiap tahun
mengalami perubahan, oleh karena itu pemerintah perlu
menyusun kebijakan anggaran yang sesuai dengan target dan
tujuan pembangunan perekonomian yang hendak dicapai.
Pada dasarnya, terdapat tiga jenis kebijakan anggaran yang
mungkin ditetapkan oleh pemerintah. Kebijakan tersebut
adalah:
a. Anggaran Surplus
Anggaran surplus adalah anggaran di mana jumlah
penerimaan lebih besar daripada pengeluarannya.
(penerimaan > pengeluaran)
b. Anggaran Berimbang dan Dinamis
Anggaran berimbang dan dinamis adalah anggaran yang
jumlah penerimaan sama dengan anggaran pengeluaran, dan
diusahakan jumlahnya terus ditingkatkan dari tahun ke tahun
melalui peningkatan tabungan pemerintah.
c. Anggaran Defisit

Anggaran defisit adalah anggaran yang jumlah
penerimaan lebih kecil dari jumlah pengeluarannya.
(penerimaan < pengeluaran)
Di bawah ini disajikan gambar tiga kemungkinan bentuk
anggaran.
Tiga Kemungkinan Bentuk Anggaran
6. Faktor-Faktor Penentu Besarnya APBD
Secara menyeluruh potensi keuangan daerah, ditentukan oleh
hal-hal sebagai berikut.
a. Pertumbuhan Penduduk

b. Sumber Pendapatan Baru
c. Kondisi Awal Suatu Daerah
d. Ekstensifikasi dan Intensifikasi Penerimaan
Usaha memperluas cakupan penerimaan daerah harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Menambah objek dan subjek pajak atau retribusi.
2) Mengurangi tunggakan (wajib pajak).
3) Meningkatkan penetapan besarnya pajak dan retribusi
bagi wajib pajak.

e. Kenaikan Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) Per Kapita Riil
f. Inflasi
g. Penyesuaian Tarif
h. Pembangunan Baru
Etos Kerja
U
B. Sumber-Sumber Penerimaan Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah
Apabila dilihat dari pos-pos yang ada dalam APBN,
sumber penerimaan negara dapat diperinci sebagai berikut.
1. Penerimaan Dalam Negeri
Penerimaan dalam negeri terdiri atas:
a. Penerimaan perpajakan yang berasal dari:
1) Pajak Dalam Negeri, terdiri atas:
(a) pajak penghasilan yang terdiri atas migas dan non
migas,
(b) pajak pertambahan nilai (PPN),
(c) pajak bumi dan bangunan (PBB),
(d) bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB),

(e) cukai, dan
(f) pajak lainnya.
2) Pajak Perdagangan Internasional, terdiri atas:
(1) bea masuk, dan
(2) pajak/pungutan ekspor.
b. Penerimaan bukan pajak yang berasal dari:
1) penerimaan sumber daya alam antara lain:
(a) minyak bumi,
(b) gas alam,
(c) pertambangan umum, dan
(d) perikanan.
2) bagian laba BUMN.
3) penerimaan negara bukan pajak lainnya.
2. Hibah
Hibah merupakan penerimaan bantuan yang tidak harus
dikembalikan kepada pemberinya.
Sumber penerimaan pemerintah daerah pada umumnya
terdiri atas:
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun yang lalu.
b. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas:

1) hasil pajak daerah,
2) hasil retribusi daerah,
3) hasil BUMD dan kekayaan daerah yang dipisahkan,
4) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
c. Dana Perimbangan, yang terdiri atas:
1) bagi hasil pajak/bukan pajak,
2) Dana Alokasi Umum (DAU),
3) Dana Alokasi Khusus (DAK) yang meliputi bidang
pendidikan, kesehatan, infrastruktur, kelautan dan
perikanan, serta prasarana pemerintah.
4) lain-lain pendapatan yang sah, yang terdiri atas:
(a) pendapatan hibah,
(b) pendapatan dana darurat.

C. Kebijakan Fiskal
D. Jenis-Jenis Pengeluaran Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
Dalam melaksanakan program pembangunan, sebelum
tahun anggaran berjalan berakhir, biasanya pemerintah
mengeluarkan RAPBN untuk tahun berikutnya. RAPBN

tersebut lalu diusulkan kepada DPR untuk dibahas, direvisi
untuk selanjutnya disahkan menjadi Undang-undang APBN
untuk tahun berikutnya (depan). Dalam APBN tersebut
terdapat sisi (pos) anggaran penerimaan pemerintah dan sisi
(pos) anggaran pengeluaran pemerintah. Pos anggaran
pengeluaran pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu anggaran
belanja pemerintah pusat dan anggaran belanja untuk
pemerintah daerah.
Secara rinci anggaran belanja negara adalah sebagai
berikut.
1. Belanja Pemerintah Pusat
a. Pengeluaran Rutin
1) Belanja pegawai:
a) gaji dan pensiun,
b) tunjangan beras,
c) lauk pauk,
d) lain-lain belanja pegawai dalam negeri,
e) belanja pegawai luar negeri.
2) Belanja barang:
a) belanja barang dalam negeri,

b) belanja barang luar negeri.
3) Pembayaran bunga utang:
a) utang dalam negeri,
b) utang luar negeri.
4) Subsidi:
a) subsidi BBM,
b) subsidi non BBM:
1) pangan,
2) listrik,
3) bunga kredit program,
4) lain-lain.
5) Pengeluaran rutin lainnya
b. Pengeluaran Pembangunan:
1) pembiayaan pembangunan rupiah,
2) pembiayaan proyek.
2. Belanja Pemerintah Daerah
a. Dana Perimbangan:
1) Dana Bagi Hasil.
2) Dana Alokasi Umum.
3) Dana Alokasi Khusus.
b. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
Untuk lebih memahami dan mengenal sumber-sumber
penerimaan dan sumber-sumber pengeluaran atau belanja
negara, perhatikan realisasi APBN berikut ini.
Realisasi APBN Tahun Anggaran 2006 Posisi Sampai
Dengan Tanggal 7 Juni 2006
Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat
Pengelolaan Kas Negara, Direktorat Jenderal Perbendaharaan,
hingga tanggal 7 Juni 2006 realisasi pendapatan negara telah
mencapai Rp209,05 trilliun atau 33,44% dari total target
pendapatan, sedangkan realisasi belanja negara telah menyerap
Rp203,10 trilliun atau 31,36% dari total anggaran belanja.
Ikhtisar realisasi APBN Tahun Anggaran 2006 secara lengkap
adalah sebagaimana tabel di bawah ini:
Ekonomi SMA/MA XI 89
3. Pengeluaran/ Belanja Daerah

Pengeluaran/ belanja daerah terdiri atas:
a. Pengeluaran Belanja
1) Belanja Rutin
a) Administrasi Umum.
(1) Belanja pegawai.
(2) Belanja barang.
(3) Belanja perjalanan dinas.
(4) Belanja pemeliharaan.
b) Operasi dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Umum
2) Belanja Investasi
a) Publik.
b) Aparatur.
b. Pengeluaran Transfer
1) Angsuran pinjaman dan bunga.
2) Bantuan
3) Dana cadangan.
c. Pengeluaran Tak Terduga