Sisi lain peristiwa memandang Organisasi Perdagang

TUGAS KE-2 TEORI HUKUM
Guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Hukum yang diampu
oleh Prof. Esmi Warassih, S.H., M.Hum.
Tahun Akademik 2013/2014

Disusun Oleh:
Muhammad Tizar Adhiyatma, S.H.
11010113410064
BSU HET-HKI

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

TUGAS KE-4 TEORI HUKUM
Guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Hukum yang diampu
oleh Prof. Esmi Warassih, S.H., M.Hum.
Tahun Akademik 2013/2014

Disusun Oleh:

Muhammad Tizar Adhiyatma, S.H.
11010113410064
BSU HET-HKI

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

1.

WTO, NAFTA, GATT merupakan perjanjian untuk keperluan siapa? Bagaimana
dampak terhadap perekonomian di Indonesia? Bagaimana seharusnya hukum yang
berlaku di Indonesia?
Seminar yang diselanggarakan merupakan pengamatan pada komunitas ekonomi

ASEAN. Seminar tersebut membahas mengenai beberapa hal yakni WTO, NAFTA, GATT
dan merupakan hasil konvensi internasional. Ada pun WTO berupa organisasi yang dibentuk
sebagai hasil putaran Uruguay pada tahun 1994 dengan GATT sebagai perjanjian antar negara
anggota WTO itu sendiri yang membahas mengenai perjanjian tarif dan perdagangan antar

negara, bagaimana negara mengontrol harga barang yang diperdagangkan dan barang-barang
apa saja yang patut untuk diperdagangkan. Sama halnya dengan WTO dan GATT disini
NAFTA juga berbicara mengenai perdagangan. Baik WTO, NAFTA, GATT merupakan
reaksi negara-negara maju dan berkembang dengan kesadaran yang dimiliki oleh mereka
untuk mengamankan posisi perekonomian negara bersangkutan dengan memberikan
perlindungan atas barang yang akan di ekspor dan/atau diimpor. Telah diketahui bahwa
peningkatan perekonomian suatu negara itu sangat ditentukan oleh seberapa besarnya kah
hasil ekspor dari barang yang terjual.
Kita bisa melihat WTO, NAFTA, GATT merupakan produk yang muncul karena
tuntutan kepentingan-kepentingan. Kepentingan yang paling menonjol disini tampak pada
kepentingan negara maju. Negara maju ingin mengamankan posisi produksi mereka dalam
percaturan perdagangan internasional. Banyak dari negara maju memiliki individu-individu
yang inovatif. Inovasi dari individu ini tentunya tidak cukup hanya diperdagangkan dalam
negeri semata. Untuk meningkatkan devisa negara maka inovasi-inovasi ini harus diekspor ke
negara lain selain karena negara menyadari bahwa inovasi tersebut memiliki prospek yang
besar terhadap peningkatan devisa negara juga inovasi tersebut dibutuhkan pula oleh negara
lain. Sebut saja misalnya alat modern penggarap sawah, alat pendingin ruangan atau telepon.
Inovasi-inovasi ini tentunya berupa penemuan perkembangan zaman yang sangat diperlukan
oleh negara diseluruh dunia. Disinilah peran negara sebagai regulator melindungi inovasiinovasi dari kemungkinan kecurangan-kecurangan dengan motif ekonomi. Pada intinya
WTO, NAFTA, atau GATT itu sendiri merupakan suatu perjanjian antar negara untuk

melindungi hasil produksi negara-negara maju yang lebih berpaham liberal kapitalisme.
Tidak dipungkiri pula negara berkembang mengambil keuntunan dengan adanya WTO,
NAFTA, dan GATT itu sendiri. Dengan mengekspor dan/atau mengimpor barang-barang
hasil sumber daya bumi mereka ke negara lain. Misalnya saja pengaturan mengenai
antidumping, subsidi, maupun safeguard yang terdapat dalam GATT. kesepakatan inilah yang

akhirnya memberikan suatu kepastian kepada negara pengimpor atau negara pengekspor agar
kiranya barang impor mereka itu aman di negara lain begitu pula sebaliknya industri
domestik pun tidak tersaingi dengan produk-produk yang diimpor ke dalam negeri. Tapi
kadangkala hasil konvensi ini karena tuntutan globalisasi yang ditandai dengan adanya pasar
bebas membuat negara berkembang terpaksa melakukan ratifikasi atas perjanjia tersebut
secara keseluruhannya tanpa menyaring dengan menyesuaikan bagaimana situasi dan kondisi
dalam negeri negara bersangkutan. Adanya dominasi negara maju menguasai perekonomian
dunia menyebabkan negara-negara berkembang mau tidak mau meratifikasi perjanjian
internasional tersebut.
Bila hal ini di bawah ke Indonesia dan kemudian hasil perjanjian ini diratifikasi
menjadi bentuk perundangan-undangan, sebagai negara yang tahunya hanya menggunakan
(Konsumtif) hal ini tidaklah begitu berpengaruh pada ekonomi Indonesia. Bahkan hanya akan
menyebabkan anomali dimasyarakat. Misalnya saja aturan mengenai Hak atas Kekayaan
Intelektual dengan kosmologi yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia maka hal ini tidaklah

sesuai. Masyarakat kita adalah masyarakat yang bertipe komunal, masyarakat yang lebih
menyukai hidup secara bermasyarakat ketimbang memiliki sifat yang individu. Masyarakat
kita adalah masyarakat dengan penduduk muslim terbanyak di dunia yang lebih menyukai
karya hasil ciptaannya digunakan oleh orang banyak tanpa imbalan sepeserpun karena
keyakinan meraka bahwa apa yang telah meraka ciptakan kemudian bermanfaat bagi yang
lain maka hal itu berlaku sebagai amal jahiriah buat mereka. Sedangkan konsep perlindungan
Hak Kekayaan Intelektual tersebut adalah melindungi ciptaan atau inovasi yang telah menjadi
karya seseorang atasnya agar tidak digunakan tanpa hak oleh orang yang tidak memiliki izin
dalam penggunaannya dan tidak dieksploitasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Konsep perlindungan ini secara implisit mengabarkan bahwa negara maju seolah-olah
khawatir akan karya-karya ciptaan dari warga negara mereka itu diekploitasi oleh negara lain
sehingga dari eksploitasi itu menyebabkan kerugian pada penciptanya dan pada negara yang
bersangkutan.
Tidak dinafikan pembajakan yang tejadi di Indonesia mendekati angka persentase
yang memilukan. Hasil kreasi, sebuah mahakarya, kreativitas, hasil pemikiran, hasil kerja
keras, dana yang besar untuk keperluan invensi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu
inovasi yang baru, waktu yang terbuang dengan banyak. Kemudian hasil ciptaan tersebut
tidak dihargai karena pembajakan atau adanya barang tiruan yang beredar dipasaran dengan
harga yang jauh lebih murah dibandingkan barang aslinya. Pemasukan dengan beredarnya
barang-barang bajakan atau tiruan ini yang kemudian pula tidak masuk ke pundi-pundi


kekayaan pencipta tetapi pada pihak lain yang tidak bertanggung jawab dengan
memanfaatkan hasil karya dari pencipta tersebut. Tetapi konsep perlindungan dari Hak
Kekayaan Intelektual ini tidak hanya memberikan perlindungannya untuk kasus-kasus yang
merugikan pencipta yang telah disebutkan di atas. Tetapi juga mengajarkan sifat individual
bagi bangsa kita untuk mendaftarkan segera karya cipta biar hasil karya cipta tersebut
mendapat perlindungan dari hukum sehingga hak ekonomi atas karya tersebut mutlak
sepenuhnya untuk pencipta. Inilah yang menjadi kekhawatiran Penulis melihat hal ini yang
namanya manusia lambat laun atau cepat akan terlena dengan namanya uang. Uanglah hal
yang paling sering membuat seseorang berkonflik, membuat seseorang lebih mencintai
kehidupan dunia daripada akhirat. Dan uanglah yang paling mudah merusak moral suatu
bangsa. Oleh karena itu, perjanjian-perjanjian ini apabila dibawah dan kemudian diratifikasi
di negara Indonesia karena tuntutan dunia internasional sekiranya perlu adanya penyaringanpenyaringan dengan menyesuaikan nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila.
Pancasila adalah ideologi bangsa Indonesia, falsafah hidup bangsa ini. Nilai-nilai
seluruh bangsa ini tercakup di dalamnya. Hukum Indonesia adalah hukum yang harusnya
berlandaskan pancasila bukan hukum yang bersifat liberal kapitalisme. Bukanlah hukum
yang tidak berketuhanan, bukanlah hukum yang tidak berkemanusiaan, bukanlah hukum yang
memecah belah bangsa Indonesia, bukanlah hukum yang berkeadilan individu. Hukum kita
adalah hukum yang menghormati nilai-nilai sosial. Kenapa? Karena bentuk negara kita
adalah Negara Hukum Pancasila bukan negara hukum Rechtsstaat apalagi Rule of Law.

Bukanlah negara hukum yang bersifat kapitalis.
Hukum kita tidak hanya melindungi sistem kapitalis di negara ini tetapi juga
masyarakat sosialnya. Sulit buat Penulis membohongi diri ini dan menutup mata dari
kenyataan bahwa kapitalisme yang terdapat di negara inilah yang sangat mempengaruhi
perkembangan perekonomian Indonesia saat ini. Tidak hanya di Indonesia seluruh negara di
dunia pun harus berterima kasih dengan kapitalisme di negara mereka. Bahkan negara-negara
berideologi liberal kapitalis perekonomiannya jauh lebih berkembang dari negara-negara
lainnya.
Masyarakat adalah hal utama yang haruslah dilindungi oleh hukum. Apabila
masyarakat dihadapkan oleh kapitalisme dengan kaum borjuisnya maka hukum harus
memihak masyarakatnya. Kaum borjuis adalah kaum pemilik modal. Dengan modal yang
mereka miliki, mereka dapat melakukan apa saja. Bisa membayar pembunuh bayaran,
preman bahkan mungkin institusi dari hukum itu sendiri. Meraka bisa mengendalikan dunia
dengan modal yang dimilikinya. Seperti yang dikatakan oleh Karl Marx orang yang memiliki

uanglah yang akan menguasai dunia. Oleh karena karena hal seperti inilah Penulis
memandang bahwa masyarakat apabila dihadapkan oleh kaum borjuis bagaikan kaum yang
lemah. Disinilah peran hukum itu melindungi kaum yang lemah. Untuk mencapai suatu
keseimbangan hidup hukum itu tidak harus netral, tetapi hukum harus memihak salah satu
pihak, yaitu pihak yang lemah. Pihak yang lemah lah yang sangat membutuhkan keadilan

yang harus diciptakan oleh hukum itu sendiri.