Ideologi Politik Organisasi Perjuangan Melayu Muslim Di Patani Thailand Selatan

(1)

IDEOLOGI POLITIK ORGANISASI PERJUANGAN MELAYU

MUSLIM

D I P ATAN I TH AILAN D S ELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Hukum Islam

Oleh :

Fadinla Da-oh

NIM : 103045228190

KON S EN TRAS I S IYAS AH S YAR’IYYAH

P ROGRAM S TU D I J IN AYAH S IYAS AH

FAKU LTAS S YARIAH D AN H U KU M

U IN S YARIF H ID AYATU LLAH

J AKARTA

14 2 9 H / 2 0 0 8 M


(2)

IDEOLOGI POLITIK ORGANISASI PERJUANGAN MELAYU

MUSLIM DI PATANI THAILAND SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh :

Fadinla Da-oh NIM : 103045228190

Di Bawah Bimbingan Pembimbing

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H / 2008 M


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJUAN

Skripsi berjudul IDEOLOGI POLITIK ORGANISASI PERJUANGAN MELAYU MUSLIM DI PATANI THAILAND SELATAN telah diujukan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada………..2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Jinayah Siyasah (Siyasah Syar’iyyah).

Jakarta,………..2008 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : (………..)

2. Sekretaris : (………..)

3. Pembimbing: Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM(………...) NIP. 150 210 422

4. Penguji I : (………..)


(4)

ﻢﻴﺣﺮﻟا

ﻦﻤﺣﺮﻟا

ﷲا

ﻢﺴﺑ

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala puji dan syukur ke hadirat Allah yang melimpahkan Rahmat dan hidayat–Nya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad s.a.w. yang menjadi suri tauladan bagi umat manusia seluruh alam.

Penulis menyadari bahwa dengan kemampuan yang dimiliki tidak akan selesai tanpa ada bimbingan dan dukungan yang penuh keikhlasan dari berbagai pihak, karena masih banyak kekurangan, karenanya penulis mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak.

Tentunya, dalam penyelesaian skripsi ini penulis tidak dapat menghindari bantuan dari berbagai pihak, baik secara moral dan material. Kepada mereka semua, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam khususnya kepada kedua orang tua, Ayahanda H. M. Safi Da-oh dan Ibunda Semah Da-oh. Atas kesabaran dalam mendidik, membimbing serta memberi dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi ini. Selain beliau berdua, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM selaku Dekan Fakultas Syariah dan hukum, sekaligus dosen pembimbing yang telah


(5)

meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukkannya memberi petunjuk dan masukkan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Asmawi, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Jinayah Siyasah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Sri Hidayati, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs, H. Abdul Wahab A. Muhaimin, Lc. MA, selaku dosen penasehat akademik Jurusan Jinayah Siyasah dan seluruh dosen dan karyawan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Kedutaan Besar Thailand di Jakarta-Indonesia beserta staf-stafnya, atas dukungannya selama studi di Indonesia.

6. Departemen Agama Republik Indonesia yang telah memberi sponsor dan atas penyelenggeraan studi banding bagi mahasiswa asing yang berkuliah di Indonesia. Khususnya kepada Biro Hukum dan Humas, bidang hubungan Luar negeri.

7. Pimpinan Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf-stafnya atas pemberian fasilitas bagi penelurusan bahan kepustakaan.

8. Kepada adikku yang disayangi, A’ang (Ilham) yang selalu memberi motivasi dan support selama penulis berada di Indonesia.

9. Teman-teman kelas Jinayah Siyasah angkatan 2003, semoga kebersamaan kita menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan. Juga kepada teman-teman


(6)

setanah air dengan penulis, rekan-rekan asal dari Malaysia, dan Filipina, yang tidak dapat disebutkan di sini satu persatu karena keterbatasan tempat. Kepada mereka penulis mengucapkan banyak terimakasih atas segala-galanya selama studi di Indonesia.

Kepada Allah SWT. penulis berharap, semoga segala amal baik dari berbagai pihak mendapat balasan dari-Nya. Amien ya rabbal a’lamin.

Wabillahi fi sabililhaq Wassalam.

Jakarta, 02 Maret 2008


(7)

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10

D. Metode Penelitian ... 11

E. Kajian Pustaka... 13

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II ISLAM MASUK DAN BERKEMBANG DI PATANI... 16

A. Letak Geografis... 16

B. Masyarakat Patani pra Islam ... 17

C. Kedatangan Islam di Patani... 21

D. Kerajaan Islam Patani di Masa Kejayaan dan Kemunduran... 25

BAB III GERAKAN PERJUANGAN MELAYU MUSLIM DI PATANI .. 32

A. Barisan Nasional Pembebasan Patani (BNPP-BIPP)... 33

B. Barisan Revolusi Nasional (BRN) ... 38

C. Patani United Liberation Organization (PULO) ... 42


(8)

BAB IV PENYEBAB UTAMA TUNTUTAN MERDEKA MASYARAKAT MELAYU MUSLIM DAN UPAYA

PENYELESAIANNYA... 51

A. Kebijakan Politik Pemerintah dan respon masyarakat... 51

1. Politik Integrasi ... 51

2. Politik Asimilasi... 52

B. Langkah dan Upaya Penyelesaiannya... 58

BAB V PENUTUP ... 68

A...Kesim pulan... 68

B... Saran-saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN:

1. Peta Muangthai bagian Selatan

2. Batu nisan maqam Raja Patani pertama 3. Batu nisan maqam Raja Samudera Pasai

4. Komiti Perundingan Rakyat Melayu Patani (KPRMP) 5. Sidang Pejuang Patani 31 Agustus 1989 M.

6. Perlembagaan Negara Melayu Islam Patani


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Secara historis, para sejarahwan sependapat bahwa Patani 1 merupakan salah satu negara Melayu di Nusantara dan pernah menjadi salah satu pusat peradaban Islam terbesar di Asia Tenggara. Kemajuan dan perkembangannya terdapat pada masa munculnya Kerajaan Melayu Patani Darussalam, sehingga bahasa Melayu Patani telah menjadi salah satu bahasa yang digunakan di kalangan pedagang-pedagang dalam menyebarkan agama Islam di kepulauan Melayu Nusantara. Pada abad ke-18 dan ke-19 M bahasa Melayu merupakan bahasa yang digunakan oleh para ulama Patani yang berada di Timur Tengah dalam penulisan buku-buku agama atau

kitab kuning.2 Dengan kata lain, Arab Melayu selain menjadi bahasa sehari-hari (Lingua Franca), juga sebagai bahasa ilmiah.

Sebagian dari ulama Patani yang belajar di Timur Tengah setelah menyelesaikan studi dan kembali ke tanah air membuka lembaga pendidikan Islam yang dikenal dengan “Pondok”, dengan mengikuti pola pendidikan di Timur Tengah. Salah seorang ulama Patani yang terkenal adalah : Dawud bin Abdullah bin Idris Al-Fatani, yang pengajarannya terus dikembangkan pula oleh Ahmad bin Muhammad

1

Selanjutnya, penulisan akan menggunakan istilah ‘Patani’ (ditulis dengan satu ‘t’) yang mencerminkan suatu wilayah yang perbatasannya lebih luas dari pantai laut Cina Selatan. Sedangkan ‘Pattani’ (dengan dua ‘tt’) merupakan salah satu propinsi di Thailand Selatan sekarang.

2

Shaghir Abdullah, Sejarah Ringkas Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani, (Malaysia: Akademi Islam Universiti Malaya, 1991), h. 34


(10)

Zayn Al-Fatani.3 Lambat laun lembaga ini berkembang tidak hanya di Patani, tetapi sampai ke Semenanjung Tanah Melayu dan Nusantara pada umumnya. Namun, kejayaan yang pernah dicapai oleh Patani berakhir seiring dengan ditaklukkannya negara ini oleh kerajaan Siam (Thailand), dan dimasukannya wilayah tersebut ke dalam kekuasaannya. Dalam “Sejarah Kerajaan Melayu Patani”, Ibrahim Syukri mengatakan bahwa:

Pada tahun 1902 M, kedudukan negara Patani secara berangsur telah tercantum menjadi bagian dari jajahan negara—Thai. Kerakyatan orang Melayu Patani pun telah berubah menjadi kewarganegara Siam-Thai. Pegawai pemerintah Siam dari Bangkok mulai masuk dan memegang jabatan di Patani.4

Pencaplokan wilayah Patani oleh dinasti Thailand ke dalam kekuasaannya secara formal pada tahun 1909 M, yaitu setelah diperlakukan perjanjian yang dikenal dengan “Anglo-Siamese Treaty”, mengenai wilayah Semenanjung Melayu yang berada di bawah kekuasaan Siam. Dalam perjanjian tersebut ditentukan bahwa bangsa Inggris mendapatkan wilayah Kelantan, Kedah, Terangganu, dan Perlis (sekarang menjadi negara bagian dari Malaysia). Sedangkan Patani, (yang terdiri atas propinsi Pattani, Narathiwat, Yala, Setul dan sebagian dari propinsi Songkhla sekarang)

diberikan kepada Siam. 5

Pemerintah kolonial Inggris melepaskan klaimnya atas wilayah Siam yang sebelumnya pernah diajukannya, dan mengakui kedaulatan Siam atas wilayah

3

Ibid, h. 35 4

Ibrahim Syukri, Sejarah Kerajaan Melayu Patani, (Malaysia: UKM, 1958), h. 101 5

Riza Sihbudi, (ed), Probelematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara, (Jakarta: PPW-LIPI, 2000), h. 123


(11)

Patani. Perjanjian ini memberikan jaminan penuh bagi pemerintah Thailand untuk menguasai sepenuhnya Patani dan memberikan akses baginya untuk mengambil beberapa langkah kebijakan yang memperlemah kedudukan Muslim Patani, sekaligus mengkonsolidasikan kekuasaan terhadap Patani. Semua kebijakan yang dilancarkan dapat disebut sebagai mono-ethnic character of the state atau etnik tunggal yang menjadi ciri khas dari negeri Thailand.

Permasalahan yang sedang dihadapi oleh hampir semua negara sedang berkembang khususnya di Patani, pada umumnya merupakan persoalan integrasi nasional. Di antara lain, disebabkan oleh kemajemukan kelompok masyarakat dalam suatu negara. Hal tersebut merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri lagi. Kemajemukan berarti adanya keanekaragaman unsur dalam susunan masyarakat yang berupa bentuk suku bangsa, agama dan golongan-golongan sosial lainnya. Salah satu ciri yang menonjol adalah kecenderungan kuat memegang jati diri atau identitas kelompok masyarakat tertentu, memberi isyarat pekanya hubungan antar kelompok atau golongan dalam masyarakat yang kemudian memperkuat batas sosial dan perbedaan antar kelompok masing-masing.6

Keanekaragaman tadi juga terdapat dalam pemahaman terhadap ajaran agama di dalam masyarakat yang disebabkan perbedaan dalam memahami dan menafsirkan sumber tersebut sehingga dapat melahirkan pemahaman keagamaan yang dapat menimbulkan konflik agama. Di dalam konflik agama, terkadang perbedaan agama

6

Surin Pitsuwan, Islam di Muang Thai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani, (Jakatra: LP3ES, 1989), h. 1


(12)

dijadikan acuan dalam menghadapi lingkungan kelompok lainnya, seperti yang dikemukakan oleh Cliffort Geertz bahwa:

“Faktor penting yang mempengaruhi timbulnya instabilitas adalah karena adanya ikatan primordial yang antara lain disebabkan oleh faktor agama, hubungan daerah, bahasa, dan kebiasaan adat-istiadat.” 7

Dari kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa masyarakat Patani mempunyai rasa kesamaan atau kedekatan karena rasa solidaritas sebagai suatu kelompok. Dengan demikian, kelompok tersebut menolak kekuasaan kelompok lainnya, pada gilirannya adalah terjadi permusuhan.

Kelompok golongan biasanya menempati teritorial tertentu. Keberadaan kelompok teritorial terdapat pada setiap negara, dan sering kali terjadi disebabkan adanya yang berkuasa. Karena, mereka mendapat perlakuan-perlakuan yang kurang adil dan tekanan dalam setiap aspek kehidupan sehingga menimbulkan usaha untuk memisahkan diri. Mengutip dari Cliffort Geertz menjelaskan bahwa:

“Ketidakpuasan politik, ekonomi maupun kelas menjurus kepada revolusi. Tetapi ketidakpuasan yang didasarkan pada agama, bahasa, ras, atau kultur sejarah menjurus kepada pemisahan bangsa dari suatu negara atau penuntutan kembali kedaulatannya.” 8

Jika persoalan primodial seperti yang telah disebutkan tadi menjadi permasalahan bagi setiap negara, maka bagi masyarakat Muslim Patani memenuhi semua unsurnya, yaitu perbedaan dalam agama, hubungan daerah, bahasa, kebiasaan

7

Juwono (ed), “Ikatan-ikatan Primordial dan politik Kebangsaan di Negara-negara Baru” dalam Pembangunan Politik dan Perubahan Politik, (Jakarta: Gramedia, 1985) h. 16

8


(13)

adat-istiadat, dan ditambah dengan terkonsentrasinya hidup mereka pada territorial tertentu.

Persoalan yang mereka hadapi merupakan suatu dilema yang cukup besar. Bagaimana seharusnya mereka lakukan? Berpartisipasi dalam proses politik sebuah negara yang didasarkan atas kelompok kosmologi Budha. Birokrasi yang mewakili negara didominasi oleh Thai-budhis di mana dalam berbagai upacara dan ritual

kenegaraan seluruhnya adalah Budhis.9

Salah satu usaha suatu kelompok untuk memisahkan diri dari pemerintah untuk mendapatkan haknya, tidak diberikan begitu saja oleh negara yang menguasainya. Hal ini erat kaitannya dengan proses pembangunan politik di negara tersebut. Tindakan negara adalah mendominasi ke dalam kelompok tersebut agar tidak memisahkan diri. Pertentangan antar kelompok sosial tidak dapat dihindari lagi. Akibatnya, perbedaan tersebut makin menajam takala aspek politik dan ekonomi dalam struktur masyarakat mengisyaratkan perbedaan paham kelompok yang ada sehingga menyebabkan konflik-konflik di antara sesama warga masyarakat tersebut. Pertentangan ini pada hakikatnya terpusat pada persaingan kelompok dalam kekuasaan yang terbentuk dari kelompok-kelompok yang saling bertentangan.10

Selanjutnya pertentangan akan menjurus kepada konflik fisik, yaitu perjuangan bersenjata digunakan oleh kelompok tertentu sebagai cara untuk memaksa pihak penguasa agar memenuhi tuntutan mereka, walaupun cara itu hanya bersifat

9

Pitsuwan, Islam di Muang Thai, h. 7 10

Walter Jones (ed), “The distribution If Gains in Costoms Unions Between Developing Countries” dalam Logika Hubungan Internasional, (Jakarta: Rajawali, 1988), h. 104


(14)

sementara atau selamanya sebelum tuntutan itu tercapai. Perlawanan bersenjata secara psikologis bertujuan meruntuhkan moral atau semangat penguasa agar lebih memperhatikan keberadaan mereka atau identitas kelompok tersebut.

Konflik yang terjadi di Thailand Selatan, persoalan yang dihadapi adalah legitimasi pemerintahan, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dapat diterima oleh

semua warganegara, tanpa terkecuali bangsa dan agama.11 Meskipun negara Thailand bukan negara baru dalam artian eks-kolonial, dan merupakan satu-satunya negara yang tidak pernah dijajah oleh bangsa Barat. Tetapi dalam banyak hal terutama dalam konteks integrasi nasional, upaya revitalisasi nasionalisme Thai yang dibangkitkan oleh Phibul Songkram (PM Thailand) dalam rangka merangkul pemuka agama yang mengidentikkan Raja, negara, dan Agama—Raja sebagai pelindung agama yang mendapat hak melalui negara untuk melindungi dan memurnikan agama. Dalam kesatuan nasional, Phibul Songkram menyamakan patriotisme dengan Budhisme tanpa mempertimbangkan perasaan kelompok etnik lain, terutama Melayu. Mengutip dari Surin Pitsuwan mengatakan bahwa konflik di Selatan Thailand terjadi karena mereka mempunyai akar budaya yang sangat berbeda. Perbedaan persepsi mengenai peran pimpinan agama dalam negara dan wewenang negara dalam urusan hirarki

11

Ahmad Omar Capakia, Politik Thai dan Masyarakat Islam di Selatan Thailand, (Malaysia: Pustaka Darussalam, SDN. BHD 2000), h. 90


(15)

keagamaan masyarakat. Hal ini menyebabkan semakin tajamnya konflik politik di

daerah Patani Raya.12

Ketika terjadi konflik pada tahun 2003 M dan pemerintah memperlakukan darurat militer, Isma’il Lutfi, seorang ilmuan Muslim Patani mengatakan bahwa:

Konflik tidak akan berkepanjangan jika pemerintah dalam penyelesaiannya mengambil langkah yang tepat berdasarkan kebersamaan, keadilan dan tidak menggunakan kekerasan. Sekiranya pemerintah lebih utamakan cara golongan yang tidak suka dengan Islam dan mengabaikan ide-ide masyarakat setempat yang menjadi korban adalah masyarakat, mereka lebih mengetahui persoalannya. Pada zaman globalisasi ini media massa telah dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam. Mereka mendesak agar dunia percaya bahwa perbedaan kebudayaan dan agama menjadi faktor utama terjadi konflik. Pernyataan ini sangat bertentangan dengan Islam yang mengajarkan bahwa perbedaan antara manusia merupakan jembatan untuk saling mengenal dan menjalin hubungan baik antara satu dengan yang lainnya. Medialah yang menuduh tuan guru dan aktifis-aktifis Patani sebagai teroris untuk menyulut konflik antara pemerintah dan masyarakat muslim Thai.13

Selain perbedaan di atas, ditambah dengan perlakuan keras dari aparat pemerintah dalam mengurus masyarakat Melayu Patani, terutama dalam menjalani kebijakan integrasi dan asimilasi secara paksa, akibatnya masyarakat bangun melawan penguasa merupakan suatu keharusan. Karena politik asimilasi sama saja artinya dengan pembasmian etnik mereka. Kesadaran itu makin lama semakin menguat sehingga lahir berbagai tuntutan yang dimulai dari tuntutan hak otonomi sampai kepada tuntutan kemerdekaan. Tuntutan mereka merupakan konsekuensi logis dari rangkaian tuntutan yang tidak pernah dipenuhi, mulai dari tragedi

12

Pitsuwan, Islam di Muang Thai, h. 9 13

Isma’il Lutfi, Islamic Guidance Post, ‘Edisi khusus’, (Thailand: 2003), edisi ke-235, Oktober-September, h. 11


(16)

kematian H. Sulong.14 Sebenarnya kegagalan tuntutan ‘tujuh perkara’ disebabkan

oleh terjadinya perbedaan pendapat di kalangan pimpinan politik di Bangkok.15

Tragedi yang disebutkan di atas merupakan permulaan sejarah bagi gerakan perjuang Muslim Melayu Patani yang terus memperjuangkan hak mereka sampai sekarang sejalan dengan semakin berkembangnya persoalan mereka yang tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh pemerintah pusat. Meskipun sebelumnya masyarakat Muslim Patani tidak pernah setuju terhadap kekuasaan Thai, tetapi perlawanan yang mereka lakukan sebatas pada perlawanan yang pasif dan bersifat sporadis tanpa suatu arah yang jelas, kemudian pola tuntutan itu berkembang lebih jauh menjadi suatu perlawanan yang berorientasi ideologis serta mengarah kepada kekerasan politik dalam bentuk organisasi perjuangan bawah tanah.

Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian guna mendeskripsi substansi ideologis dari setiap kelompok perlawanan yang terorganisir. Kemudian akan membandingkan beberapa ideologi perjuangan politik yang telah digariskan oleh setiap organisasi serta masalah-masalah yang muncul di sekitar ideologi bila ditinjau dari perspektif internal maupun eksternal antar organisasi, yaitu

14

Seorang ulama dan pejuang menuntut keadilan bagi masarakat Muslim Patani. Ia dibunuh dan dibuang ke laut Senggora (Semila Beach) berdekatan dengan pulau Tikus pada malam sabtu, 13 Agustus 1954 M. Tuntutan yang ia ajukan kepada pemerintah adalah: (1) wilayah Patani seharusnya dipimpin seorang putra daerah; (2) 80 % pegawai Patani hendaknya Muslim; (3) Bahasa Melayu dan bahasa Thai dijadikan bahasa resmi; (4) Bahasa Melayu dijadikan bahasa pengantar di sekolah dasar; (5) Bagi kaum muslim hendaknya diterapkan hukum islam, bukan hukum sipil; (6) Pendapatan asli daerah sepenuhnya dimanfaatkan untuk kepentingan wilayah Patani sendiri; (7) Hendaknya dibentuk suatu lembaga muslim.

15

Mohd. Zamberi A. Malik, Umat Islam Patani: Sejarah dan Politik, (Malaysia, Shah Alam: HIZBI, 1993), h. 225


(17)

respon dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Thailand. Penelitian ini, penulis memberi judul “IDEOLOGI POLITIK ORGANISASI PERJUANGAN MELAYU MUSLIM PATANI DI THAILAND SELATAN”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Pada awalnya Patani merupakan sebuah negara yang berdaulat dan merdeka. Namun, ketika Patani menjadi bagian dari negara Thailand, menyebabkan pemerintah melancarkan beberapa program pembangunan antara lain melakukan perombakan administrasi serta mengganti para penguasa dengan pegawai Thai-Budhis, dan melancarkan politik integrasi. Kebijakan tersebut tentunya sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat muslim Patani baik dalam konteks politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan, termasuk kondisi intelektual karena situasi tidak kondusif. Beberapa langkah yang dilakukan oleh pemerintah mendapat protes dari penduduk Melayu-muslim yang menempati propinsi tersebut. Protes yang dilakukan adalah sebagai upaya untuk mempertahankan budaya serta meraih kemerdekaan dan membentuk negara berdasarkan prinsip Islam.

2. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang masalah yang disebutkan di atas memberi gambaran bahwa masyarakat Melayu Muslim Patani masih tetap memperjuangkan hak mereka dengan berbagai cara selama tujuan mereka belum tercapai. Supaya pembahasan ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas ialah 4 (empat)


(18)

organisasi perjuangan dari sekian banyak organisasi (84 lebih) dengan target dan

tujuan yang berbeda-beda.16 Yaitu; Barisan Revolusi Nasional (BRN), Barisan Nasional Pembebasan Patani (BNPP) atau disebut juga dengan Barisan Islam Pembebasan Patani (BIPP), Patani United Liberetion Organization (PULO), Barisan Bersatu Kemerdekaan Patani (BERSATU). Berawal dari tahun setelah Patani diintegrasikan ke dalam negara Thailand sampai dengan sekarang (1909-2006 M). Penelitian ini juga di batasi lebih pada idelogi perjuangan kemerdekaan.

3. Perumusan Masalah

Sikap politik serta perlawanan yang dilakukan oleh beberapa organisasi tersebut, tentunya tidak terlepas dari keberhasilan dan kegagalan. Namun, yang sangat menarik adalah pada setiap pergerakan itu terdapat berbagai pemikiran politik

yang dalam hal ini dapat digolongkan sebagai ideologi.17 Yang dimaksudkan dengan ideologi adalah cita-cita politik yang tertuang dalam garis dan haluan perjuangan dari setiap pergerakan.

Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Siapa itu Melayu Muslim Patani?

2. Apa saja prinsip politik Melayu Muslim di Thailand Selatan?

16

Riza, Probelematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara, h. 131 17

Yang dimaksud dengan “ideologi” adalah: (1) kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberi arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup; (2) cara berfikir seseorang atau suatu golongan; (3) paham, teori, dan tujuan yang berpadu merupakan satu program sosial politik. Sedangkan berideologi adalah: menyangkut atau berkenaan dengan ideologi. Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-2, cet, 7, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 366


(19)

3. Apa penyebab tuntutan kemerdekaan dan solusi apa yang bisa diberikan?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, penulis melakukan penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui ideologi politik dan perjuangan kemerdekaan.

b. Mengetahui respon pemerintah Thailand terhadap perjuangan politik yang dilakukan oleh organisasi perjuangan kemerdekaan.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih bagi pembaca, para pejuang Islam di Patani pada khususnya dan masyarakat Melayu-muslim pada umumnya. Selain itu, penulis mengharapkan penelitian ini juga dapat memberi motivasi bagi generasi baru, para tokoh ulama Patani untuk mempertahankan identitas Islam seiring dengan perubahan, perkembangan dan kebijakan politik demokrasi Thailand sekarang.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan (library research) dalam rangka mengumpulkan bahan dan informasi yang representatif, baik berupa buku, artikel dan lain sebagainya yang diterbitkan oleh organisasi tersebut maupun organisasi lain, serta referensi lain yang relevan dengan penelitian ini.


(20)

Dalam pembahasan ini penulis melakukan penelitian yang bersifat deskriptif dan menganalisis data yang didapatkan dengan menggunakan analisa induktif, deduktif dan komparatif. Metode komparatif merupakan sejenis metode deskripsi yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena.18

Selain menggunakan data-data kepustakaan penulis juga melakukan penelitian di lapangan dengan teknik pengumpulan sebagai berikut:

1 Wawancara (Interview)

Yaitu suatu teknik dalam memperoleh informasi dengan cara tatap muka atau bertanya langsung dengan anggota organisasi atau tokoh masyarakat lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Observasi

Mengadakan pengamatan atau pencatatan secara sistematis terhadap obyek penelitian. Pada tahap ini, penulis mengadakan pengamatan terhadap kondisi masyarakat Islam Patani, baik tindakan pemerintah dan lain sebagainya.

3. Studi Dokumentasi

Yaitu pengambilan data melalui dokumen-dokumen. Studi dokumentasi bukan berarti hanya studi historis, melainkan studi dokumen berupa data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang

18


(21)

fenomena yang masih aktual. Studi dokumentasi berproses dan berawal dari menghimpun dokumen, memilih-milih dokumen sesuai dengan tujuan penelitian, menerangkan, mencatat serta menafsirkannya, dan

menghubung-hubungkannya dengan fenomena lain. 19

Jadi, secara garis besar terdapat dua sumber yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu; Pertama, sumber primer yang merupakan data yang paling akurat dan yang paling penting dalam penelitian ini, yaitu AD/ART (Angaran Dasar/Angaran Rumah Tangga) organisasi tersebut. Kedua, sumber sekunder merupakan sumber pendukung dari sumber primer yang diperoleh dari karya-karya organisasi tersebut maupun dari luar. Adapun pendekatan yang sesuai dengan pembahasan ini adalah pendekatan Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik. Selain itu penulis memerlukan pendekatan lain, yaitu pendekatan historis.

E. Kajian Pustaka

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan ini, sejauh penulis ketahui belum ada yang meneliti organisasi perjuangan Melayu Muslim Patani secara khusus, kebanyakan peneliti melakukan penelitian di antara lain;

Desertasi, Surin Pitsuwan dengan judul: Islam di Muang Thai, Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indenesia oleh Hasan Basari dan diterbitkan di Jakarta oleh LP3ES tahun 1989 M.

19


(22)

Setelah penulis menelaah buku tersebut sekadar mendeskripsikan berbagai pemberontakan dan perlawanan masyarakat Patani terhadap pemerintah pusat. Selama dasawarsa yang lalu sudah terjadi serangkaian talaah mengenai peristiwa politik yang terjadi setelah Raja Rama V melakukan pembaharuan pemerintahan dan melancar kebijakan integrasi nasional. Telaah itu semuanya bersifat historis semata. Sedikit saja di antaranya, jika ada, yang berusaha secara khusus dan mendalam.

Karya-karya lain yang membahas organisasi perjuangan bangsa Patani adalah:

1. Mohd. Zamberi A. Malik, Umat Islam Patani: Sejarah dan Poiltik, Shah Alam, Malaysia, Hizbi, 1993. fokus pembahasan dalam buku tersebut adala mengenai sejarah negara Patani, dan sejarah munculnya gerakan kemerdekaan di Patani.

2. Nik Anuar, Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Patani, Bangi: University Kebangsaan Malaysia, 1999. Buku ini lebih memfokuskan pemahasannya mengenai awal munculnya perjuangan masyarakat di Patani, perjuangan ulama di Patani, serta beberapa peristiwa penting dalam gerakan ulama di Patani, seperti tragedi penculikan H. sulung, pemberontakan di dusung-nya, dan lain sebagainya.

3. Ahmad Omar Chapakia, Politik Thai dan Masyarakat Islam di Selatan Thailand, Pustakan Darussalam, Alor Setar, Kedah Darul Aman, 2000. Buku ini menjelaskan lebih lengkap mengenai kebijakan pemerintah Thai berada di


(23)

bawah kekuasaan raja Rama I, atau di zaman monarki absolut sampai pada periode raja Rama IX, atau disebut juga zaman konstitusional.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang meliputi: Latar belakang masalah, Identifikasi, Pembatasan, dan perumusan masalah, Tujuan dan kegunaan penelitian, Metode penelitian, Kajian pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II : Sejarah singkat kehidupan dan perkembangan Islam di Patani yang meliputi: Letak geografi, Masyarakat Patani pra Islam, Kedatangan Islam di Patani, dan Kerajaan Islam Patani di masa kejayaan dan kemunduran.

BAB III : Gerakan Perjuangan Melayu Muslim di Patani yang meliputi: Barisan Nasional Pembebasan Patani, Barisan Revolusi Nasional, Patani United Liberation Organization, dan Barisan Bersatu Kemerdekaan Patani.

BAB IV : Penyebab Utama Tuntutan Merdeka Masyarakat Melayu Muslim dan Upaya Penyelesaiannya yang meliputi: Kebijakan Politik Pemerintah Thailand dan Respon Masyarakat; Langkah dan Upaya Penyelesaiannya, Tuntutan Otonomi dan Respon Pemerintah.

BAB V : Penutup yang meliputi: Kesimpulan dan saran-saran.


(24)

BAB II

ISLAM MASUK DAN BERKEMBANG DI PATANI A. Letak Geografis

Wilayah Patani terletak di antara 6 sudut derajat 10 lintang ke Utara khatulistiwa,

di antara 6 dan 7 derajat bujur 101 sampai 102 darat Lintang Timur.20 Luas wilayah 16.700 kilometer persegi yang mencakupi empat propinsi yaitu : Yala, Narathiwat,

Pattani, dan Setul.21 Patani di sebelah Timur berbatasan dengan Laut China Selatan; di sebelah Barat berbatasan dengan Laut Andaman; di sebelah Selatan berbatasan dengan Malaysia; dan di sebelah Utara berbatasan dengan negeri Siam (Thailand).

Penduduk Patani terdiri dari tiga kelompok etnis yaitu; Budhis, Cina dan

Melayu. Di antara mereka yang mayoritas adalah etnis Melayu beragama Islam yang terkenal dengan sebutan “Thai Muslim” berjumlah sekitar 80% dari jumlah penduduk Patani sekitar 5 juta jiwa. Bahasa dan budaya mereka adalah Melayu, 4% dari jumlah penduduk Thailand secara keseluruhan kurang lebih 80 juta jiwa. Dengan persentase yang kecil ini, sehingga mereka dikenal sebagai kelompok minoritas di negara

Thailand bagian selatan. 22

20

Ismail Che’ Daud, Tokoh-tokoh Ulama Semenanjung Melayu, (Kota Baru: Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan, 1988), h. 358-362

21

PRC, Patani Pasti Dibebaskan, (Kuala Lumpur: t.th), h. 1 22


(25)

Secara geografis Patani terletak pada rangkaian pergunungan yang terbentang dari perbatasan Siam hingga ke perbatasan Malaysia yang terdiri dari dua kuala.23

Patani memiliki beberapa sungai besar sehingga daerah tersebut sangat subur memiliki ragam jenis tumbuhan serta banyak dihuni oleh berbagai jenis binatang. Mandel Slohe, seorang pengembara Jerman seperti dikutip oleh Ibrahim Syukri, menggambarkan daerah tersebut sebagai berikut:

Patani adalah sebuah negera yang sangat makmur, penduduk Patani dapat menikmati bermacam jenis buah-buahan sepanjang tahun. Ayam di Patani mengeluarkan telur dua kali sehari, padinya sangat banyak. Ada berbagai jenis daging, seperti daging lembu, kambing, angsa, itik, ayam kembiri, merak, daging rusa kering, pelanduk dan burung.24

Wilayah Patani memiliki dua musim yaitu musim panas, mulai dari bulan Maret sampai September, dan musim hujan mulai dari bulan Oktober sampai bulan

Februari. Rata-rata temperatur adalah 25,2-25,9 derajat celsius.25 Baik dari segi geografis maupun geologis, Patani kaya dengan sumber alam berupa cadangan-cadangan mineral seperti timah, emas dan gas alam, perairan yang banyak ikan di semenanjung pantai laut China Selatan Timur dan sepanjang pantai laut Andaman di

sebelah Barat, serta banyak daratan rendah di pesisir dan lembah-lembah.26

23

Dalam bahasa Indonesia ‘kuala’ dipahami sebagai pelabuhan. Sekarang lebih dikenal dengan kuala “RU” atau “Tok Aguk”. Di sana, terletak pelabuhan utama yang banyak disinggah oleh kapal yang datang ke Patani pada saat itu. Sedang ‘Kuala Bekah’ adalah kuala sungai Patani sekarang.

24

Ibrahim Syukri, Sejarah Kerajaan Melayu Patani, (Kelantan: Majlis Agama Islam Kelantan, 1985), h. 50

25

SOBT, Phaen Pattana Ha Chandwad Chaidaen Paktai, (Yala: 1996), h. 75 26

Surin Pitsuwan, Islam di Muang Thai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani, (Jakatra: LP3ES, 1989), h. 14,


(26)

B. Masyarakat Patani Pra Islam

Patani merupakan salah satu negara di Semenanjung Melayu, namun tidak berarti bangsa Melayu itu menjadi satu-satunya bangsa yang menempati di daerah tersebut. Karena sebelumnya daerah itu telah didiami oleh beberapa bangsa lain seperti; bangsa liar (sakai), Hindu yang datang dari India, Siam asli dan bangsa Melayu. Sejak beberapa ratus tahun sebelum kelahiran Nabi Isa as. tanah Melayu belum didiami oleh bangsa yang berperadaban. Buminya penuh dengan hutan dan rimba serta banyak dihuni oleh binatang. Kedatangan orang Hindu ke Patani bertujuan untuk meluaskan mata pencarian mereka di luar dari India, khususnya di sebelah Timur Asia, karena kemasyhuran serta kemakmuran daerah tersebut membuat mereka tertarik. Kedatangan mereka melalui dua jalur yaitu: melalui darat dan laut. Jalur darat mulai dari India melewati Birma, kemudian meneruskan perjalanan menuju Siam serta Annam. Sementara di jalur laut, mereka menggunakan perahu menyeberangi laut India, kemudian masuk ke tanah Melayu serta menuju kepulauan di bagian selatan, seperti: Sumatera, Jawa, Bali, Brunai dan lain

sebagainya.27

Sebelum kedatangan Islam, masyarakat di daerah tersebut menganut agama Hindu-Budha dan animisme. Ketiga konsep kepercayaan ini tidak berhasil memainkan peranan dalam mengaturkan penganutnya, meskipun agama Hindu dan Budha telah bercampur aduk antara satu dengan yang lainnya dalam ritual

27

Ibrahim Syukri, Sejarah Kerajaan Melayu Patani, (Malaysia: Majlis Ugama Islam Kelantan, 1985), h. 1-8


(27)

keagamaannya. Tetapi senantiasa menjadi kontroversi bagi penganutnya masing-masing, sehingga tidak melahirkan sifat kasih sayang dan kerja sama yang baik. Sebagai contoh, seperti terjadinya perselisihan antara Majapahit dan Sriwijaya,

walaupun keduanya menganut kepercayaan yang sama.28 Munculnya konsep ini disebabkan doktrin Hindu-Budha tentang penitisan (incarnation) dimana raja-raja merupakan golongan yang terpilih. Konsep “Dewa raja” dianggap sebagai keturunan atau titisan Dewa Wisnu. Oleh karena itu, raja dianggap sebagai wakil Tuhan di muka

bumi, dan rakyat tidak terlepas dari pengawasannya.29

Apabila dirujukan kepada sejarah kerajaan Melayu lama pengaruh India Langlasuka. Seny Madakakul, seorang ilmuan Islam Patani berpendapat bahwa Langkasuka terletak di Patani sekarang. Pendapat ini didukung oleh beberapa sejarawan lainnya seperti: Zainal Abidin Wahid, Mubin Shepard, Prof. Hall dan Prof Paul Wheatly. Mereka menegaskan bahwa bangsa pertama yang menempati di tanah Melayu berasal dari suku Jawanes-Malay, yang kemudian melahirkan keturunan

Melayu Patani di Selatan Thai sekarang.30

Pada tahun 450 M. seorang pengembara China menemukan penganut Brahmana dari India yang tinggal di dalam istana. Hal ini membuktikan bahwa agama Hindu telah dianut oleh penduduk Patani lebih dahulu dari tahun tersebut. Mengutip

28

H. Abdullah Islah, Islam di Nusantara;khususnya di tanah Melayu, (Malaysia: al-Rahmaniah, Badan Dakwah dan kebajikan, 1989,) h. 87

29

Ibid, h. 14-16 30

Ahmad Fathy al-Fatani, Pengantar Sejarah Patani, (Malaysia: Pustaka Darussalam, Alor Setar, 1994), h. 3


(28)

dari Hall, ia mengatakan bahwa pada tahun 515 M Raja Langkasuka dikenal dengan nama Bhaga Datta, yakni sebuah nama dalam bahasa sansakerta yang berarti

“pembawa kekuasaan”. Nama ini menggambarkan pengaruh Hindu di Langkasuka.31 Peralihan kerajaan Patani Hindu-Budha menjadi kerajaan Islam tentunya tidak terlepas dari proses islamisasi ke dalam lingkungan istana. Pada saat Patani diperintah oleh Raja Sri Wangsa, pendapat lain mengatakan Raja bernama Paya Tu Intira. Setelah dinobatkan, namanya Phaya Tu Nakpa dan setelah memeluk agama Islam

diganti menjadi Sultan Isma’il Syah Zillullah (1500-1530 M).32

Pada akhirnya Islam menjadi sebuah agama bagi masyarakat Melayu Patani melalui proses islamisasi yang sangat penting. Namun, dalam kehidupan beragama masih ada unsur animisme dan kebudayaan Melayu lama masih melekat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebagai contoh seperti menyembah pohon, menyembah arwah nenek moyang dan lain sebagainya. Proses islamisasi pada saat itu

berjalan dengan damai dan evolutif 33 dimana ajaran Islam secara perlahan-lahan masuk, menyerap dan menyatu ke dalam kebudayaan Melayu sehingga terbentuk

suatu kebudayaan Melayu yang Islam. Misalnya, kata sembahyang dan memohon34

31

Ibid, h. 7 32

Anand Wattananikorn, Prawat Muang Langkasuka Muang Patani:, Sejarah negeri Langkasuka dan Patani (Bangkok: Mitsin, 1988), h. 64

33

A. Teew & D.K Wyatt, Hikayat Patani: The Story of Patani, (Martinus: The Hasgue, 1970), h. 72-74

34

Asal kata sembahyang adalah sembah nenek moyang=sembah Hyang. Sang Hyang Widi adalah Tuhan dalam kepercayaan Melayu lama. Dan kata memohon berasal dari kata pohon yang


(29)

bergeser arti asalnya dan sama dengan kata sholat lima kali sehari semalam menurut ajaran Islam. Sedangkan kata memohon sama artinya dengan kata berdo’a. Masih banyak istilah lain yang berasal dari kebudayaan animisme yang kemudian dirubah arti dan maknanya setelah islamisasi itu.

Proses pengislaman juga terjadi terhadap lembaga-lembaga sosial lainnya seperti perguruan-perguruan silat-warisan tradisi agama Budha. Sebagai contoh, model perguruan yang berasal dari tradisi agama Budha dirubah menjadi pondok

yang kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan dan pengajaran di kawasan

Asia Tenggara, khususnya di Patani.35

C. Kedatangan Islam di Patani

Para sejarahwan berbeda pendapat mengenai masuknya Islam di Patani. Namun masing-masing pendapat didukung oleh fakta sejarah dan argumentasi yang kuat. Di antara pendapat tersebut ada yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Patani pada abad ke 7 M, abad ke 10 M dan abad ke 15 M. Pada tahun 1613 M. Seorang ahli sains, pengembara bangsa Spanyol yang bernama Emanual

merefleksikan cara-cara dalam kepercayaan animisme dimana di dalam benda atau pohon-pohon dipercayai dan dianggap keramat.

35

Istilah Tok fakir (para santri) generasi Islam terdahulu kepalanya dicukur licin layaknya seperti seorang murid kungfu Shaolin Temple. Belakangan ini muncul gerakan Islam yang ingin membongkar semua pondasi Islam yang cukup lama terserap agar masuk ke dalam sekte Islam tertentu tanpa memperhatikan konteks antropologis dari sebuah kebudayaan yang sudah mapan. Malah gerakan itu banyak menimbulkan keresahan dan perpecahan di kalangan masyarakat Melayu Patani sendiri melalui semangat sekterianisme.


(30)

Gadinho de Ereda mencatat bahwa Aqidah Muhammad telah diterima oleh

masyarakat Patani dan Pam (Pahang) lebih dahulu dari Malaka”.36

Perbedaan pendapat terjadi, karena perbedaan interpretasi terhadap fakta sejarah, ditambah dengan adanya perbedaan pada pengertian masuk atau datangnya agama Islam ke suatu daerah sebagai berikut:

1. Yang dimaksud dengan masuk atau datangnya agama Islam di suatu daerah ialah kedatangan orang Muslim pertama kali ke daerah tersebut. 2. Yang dimaksud dengan masuk atau datangnya agama Islam di suatu

daerah ialah mulainya agama Islam dianuti oleh masyarakat di daerah yang bersangkutan.

3. Yang dimaksud dengan masuk atau datangnya agama Islam di suatu daerah ialah melembaganya agama Islam di daerah tersebut, yakni

berdirinya pemerintahan Islam.37

Dalam konteks masuknya Islam ke Patani, berdasarkan pendapat yang populer serta diterima secara umum oleh ahli sejarah bahwa agama Islam masuk ke Patani melalui jalur perdagangan.38 Karena perdagangan melalui Samudra Hindia dan laut China Selatan mulai sejak abad ke-7 M dan berkembang sampai abad ke-8 M. Para pedagang yang melintasi jalur ini terdiri dari pedagang Arab, India, Iran (Persia) dan

36

A. Bangnara, Patani Dahulu dan Sekarang, Penyelidikan Angkatan al-Fathoni (Bangkok: 1977), h. 1

37

Dirjen Bimbaga Islam, Departemen Agama RI., Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Ujung Pandang: IAIN Alaudin, 1983), h. 70

38

Abdul Halim Bashah, Raja Campa Dinasti Jembal dalam Patani Besar, (Kelantan: Pustaka Reka, 1994), h. 46


(31)

China. Seorang ahli sejarah, Kreamer menegaskan bahwa tidak ada kapal bangsa asing lainnya selain milik orang Islam yang berlayar dan melintasi laut pada abad tersebut.39

Karena pelabuhan Kerajaan Langkasuka berperan penting dalam perdagangan itu. Dalam catatan sejarah China yang ditulis pada zaman dinasti Liang (tahun 502-566 M) dijelaskan bahwa Kerajaan Langkasuka didirikan pada akhir abad pertama Masehi, terletak di laut Selatan yang memiliki daerah yang sangat luas. Pada abad ke-3 M, Langkasuka menjadi pelabuhan yang banyak dikunjungi oleh para pedagang asing. Pada abad ke-6 M Kerajaan Langkasuka mengirim utusan untuk melakukan

hubungan diplomatik dan perdagangan dengan negeri China.40 Pada awal abad ke-15 M Kerajaan Langkasuka tidak disebutkan lagi dalam catatan sejarah bangsa asing, kemudian muncul Kerajaan Patani yang diduga letak pelabuhannya di lokasi yang

sama dengan pelabuhan Langkasuka.41

Berikut penulis akan menjelaskan beberapa pendapat yang berkaitan dengan masuknya agama Islam di Patani:

39

Team Penyusun Textbook SKI Bimbaga Islam Departemen Agama RI, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (IAIN Alaudin Ujung Pandang: 1983-1984), h. 70

40

Ahmad Omar Capakia, Politik Thai dan Masyarakat Islam di Selatan Thailand, (Malaysia: Pustaka Darussalam, SDN. BHD 2000), h. 4-5

41

Mohd. Zamberi A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu, (Malaysia: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1994), h. 20


(32)

a. Islam masuk ke Patani melalui Campa (Vietnam), pendapat didasarkan pada batu nisan tahun 839 M.42 Argumentasi ini masih diperdebatkan karena kedua daerah ini menganut mazhab yang berbeda. Umat Islam Campa menganut mazhab Hanafi sedangkan umat Islam di Patani bermazhab Syafi’i.

b. Islam masuk ke Patani melalui para pedagang Arab yang datang untuk berdagang di Tanah Melayu. Mereka datang dari dan pergi ke India dan Kanton, negeri China sejak awal tahun hijriah. Pendapat ini sangat mungkin karena didasarkan pada fakta bahwa adanya hubungan perdagangan Arab dengan dunia Timur. Hal ini sangat masuk akal apabila terjadi transaksi perdagangan karena pelabuhan Patani terletak di jalur perdagangan ke negeri China.

c. Islam masuk ke Patani ada hubungannya dengan Kerajaan Samudra Pasai. Pendapat ini berdasarkan persamaan antara kedua Kerajaan itu karena masing-masing penduduk menganut mazhab yang sama. Hal ini diperkuatkan oleh bukti-bukti arkeologis (lihat lampiran).

Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa agama Islam yang masuk ke Patani tidak berasal dari satu tempat. Berdasarkan uraian tadi apabila dikaitkan dengan tradisi masyarakat Islam Patani dapat diambil kesimpulan bahwa, agama Islam yang masuk ke Patani berasal dari Kerajaan Pasai karena mazhab dan

tradisi keislaman masyarakat Patani hampir sama dengan penduduk Pasai. 43

Agama Islam yang berkembang di Patani mempunyai hubungan dengan para tokoh penyebaran Islam pada masa pemerintahan Kerajaan Islam Pasai yang terkenal sebagai pusat pertemuan Islam (abad ke-13 M). Bukti yang dapat diketengahkan adalah terdapatnya kesamaan bentuk batu nisan Raja Islam Patani yang pertama dengan Raja Pasai pertama yang beragama Islam sebagai bukti terawal Islam di Nusantara. Prof. Dr.

42

A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (Bandung: al Ma’rif, 1993), cet, ke-3 h. 332; terdapat batu nisan pada tahun 1039 M, terletak di daerah Phang Rang, juga merupakan pelabuhan Campa terpenting pada masa silam.

43


(33)

Wan Husein Azmi mengutip dari tulisan H. M. Zainuddin dalam bukunya yang berjudul “Tarich Atjeh dan Nusantara” mengatakan bahwa dalam penyebaran agama Islam di Nusantara, ada sekumpulan pendakwah yang dipimpin oleh Abdullah al-Malik al-Mubin yang berpusat di Aceh. Para pendakwah ini telah dibagi untuk berdakwah di masing-masing daerah, di antara lain seperti: Syekh Sayid Muhammad Said untuk daerah Campa, Syekh Sayid Ahmad Attawawi untuk daerah Kedah (Semenanjung Tanah Melayu) dan Syekh Sayid Muhammad Daud untuk daerah

Patani di Utara Semenanjung Tanah Melayu.44

Dari uraian di atas tampak jelas bahwa masuknya agama Islam di Patani pada tahap awal melalui pelabuhan yang sering dikunjungi oleh para pedagang Islam, di antara mereka terdiri dari para ulama yang menyebarkan Islam baik di Patani maupun lainnya. Penyebaran Islam di Patani tidak lepas dari peran ulama yang berimigrasi akibat tekanan politik dan peperangan di seluruh Semenanjung, maupun lainnya.

D. Kerajaan Islam Patani di Masa Kejayaan dan Kemunduran

Patani menjadi sebuah negara Melayu Islam yang terkenal terjadi setelah Raja Paya Tu Antera menganut agama Islam kemudian digantikan namanya dengan Sultan Ismail Syah. Pada saat itu muncul Kerajaan Patani yang dikenal dengan “Patani Dar

44

Muhammad Syamsul, Ulama Pembawa Islam di Nusantara dan sekitarnya, (Jakarta: Lentera, 1999), h. 11-12


(34)

al-Salam”. Di katakan bahwa kesultanan Patani merupakan salah satu negara di

Nusantara yang berhasil melaksanakan hukum hudud.45

Ketika Sultan Ismail Syah bertahta, Sultan menjalin hubungan persahabatan dengan negeri Malaka dengan mengirim utusan kepada Sultan Malaka yang bernama Sultan Mahmud Syah. Utusan dari Patani disambut dengan baik dan penuh kehormatan. Pada saat utusan tersebut kembali ke Patani, Sultan Mahmud Syah mengirim banyak hadiah kepada Sultan Patani. Beberapa tahun kemudian Sultan Mahmud Syah mengirim utusan ke Ayuthaya (Siam) untuk menjalin hubungan diplomatik antara kedua negara. Maka sejak itu Kerajaan Islam Patani mulai dikenal oleh dunia luar dan menjadi jalur perdagangan yang maju terutama bagi para pedagang yang datang dari Siam (Thailand), China, Jepang, Jawa, India dan Arab. Hanya bangsa

Eropa pada waktu itu belum tiba di Patani.46

Sultan Isma’il Syah mempunyai tiga orang anak, yaitu pangeran Muzaffar, puteri Aisyah, dan pangeran Manshur. Setelah Sultan Isma’il wafat, atas persetujuan kaum kerabat dan pembesar kerajaan untuk melantik pangeran Muzaffar menjadi sultan dengan gelar Sultan Muzaffar Syah (1530-1564 M). Sedangkan Mansur dilantik menjadi Raja muda, dan Puteri Aisyah telah dipersunting oleh Raja Jalaluddin yang memerintah negeri Sai (Kabupaten Saiburi sekarang).

45

Reid Anthoni, The Making of an Islamic Political Discourse in Southeast Asia, (Clayton: Monash Papers on Souteast Asia, 1993), h. 107

46


(35)

Sultan Muzaffar Syah dikenal sebagai Raja yang adil dan murah hati sehingga pada masa pemerintahannya negeri Patani bertambah makmur dan perdagangan pun semakin maju. Untuk mengembangkan ajaran Islam Sultan Muzaffar Syah membangun tempat ibadah dan melantik Syeikh Safiyuddin, berasal dari Pasai menjadi guru—mengajarkan hukum Islam di dalam istana dengan memberi gelar

“Datuk Sri Raja Faqih”.47

Dalam bidang diplomatik, Sultan Muzaffar Syah mempererat hubungan diplomatiknya dengan Ayuthya (negeri Siam) dengan berkunjung ke negeri tersebut. Pada waktu itu Ayuthya diperintah oleh Pra’cau (Somdej Pra’maha Cakrapap, 1548-1569 M). Sultan kembali dari negeri Siam dengan perasaan tidak puas, karena tidak mendapat sambutan yang baik, sehingga sultan segera mempersiapkan pasukannya guna membalas kecongkakan Raja Siam. Pada saat itu Siam sedang berperang melawan Burma. Kemudian Sultan Muzaffar Syah berangkat ke negeri Siam, pada saat itu Siam hampir jatuh ke tangan Sultan Muzaffar Syah, sehingga Raja Muda disuruh pulang untuk mengurus kerajaan. Namun ternyata Raja Siam menghimpun kembali pasukan dan menyerang Sultan Muzaffar Syah dan pasukannya sehingga dapat kemenangan, akibatnya Sultan Muzaffar Syah gugur dalam peperangan itu. Sementara permaisuri Sultan Muzaffar Syah sedang hamil. Jadi, untuk mengenang

peristiwa tersebut, maka ketika lahir diberi nama puteranya Patik Siam.48

47

A. Teew & D.K Wyatt, Hikayat Patani, h. 78 48


(36)

Pada abad ke-16 dan ke-17 M Patani mencapai puncak kegemilangannya, yakni pada masa pemerintahan para Ratu (1584-1688 M). Patani pernah menjadi pusat kegiatan perdagangan terpenting dan pusat pertumbuhan Kebudayaan Melayu yang unggul di Semenanjung Melayu. Hal ini disebabkan kesetabilan politik dan ekonomi sehingga Patani menjadi salah satu negara yang sangat berpengaruh dan disegani oleh negara tetangga lainnya, termasuk Siam. Pengaruh politik tersebar luas ke Selatan dan dapat menguasai beberapa negara di pantai Timur seperti Kelantan, Terangganu, Pahang

bahkan Johor-Riau.49

Pada masa pemerintahan para Ratu, kebudayaan dan peradaban Patani mengalami perkembangan sangat pesat; antara lain adalah bidang kesenian, arsitektur, persenjataan, percetakan mata uang, kesusastraan dan lain sebagainya. Dalam penulisan ini, penulis akan menyebut aspek-aspek peradaban yang berkaitan erat dengan kebudayaan Islam.

Kebanyakan penduduk Melayu Patani sejak dahulu sampai sekarang lebih suka merantau ke negeri orang dengan berbagai alasan dan tujuan. Di antara lain, ingin mengadu nasib di negeri orang, mencari ilmu pengetahuan, mengajar, dan berdagang. Pada masa pemerintahan Ratu Ungu (1624-1635 M) banyak para ulama dari Patani pergi menyebar agama Islam ke Johor (Malaysia) sampai ke Riau, bahkan

di Ujungpandang dan Kalimantan Selatan.50

49

Mohd. Zamberi, Patani dalam Tamadun Melayu, h. 2-3 50


(37)

Penggunaan huruf Jawi (juga disebut Arab-melayu) mulai tersebar luas dari sini. Istana tidak hanya menjadi tempat dalam melakukan kegiatan politik saja, bahkan sebagai tempat tumpuan kaum intelektual dan pusat pengkajian Islam. Para raja selain mengurusi masalah kenegaraan mereka juga mengurusi masalah-masalah kebudayaan dan peradaban Islam. Kegiatan ilmiah mendapat dorongan dan bantuan sepenuhnya dari Istana. Dengan demikian muncul para pemikir dan penyebar agama Islam seperti Syeikh Syafiuddin al-Abbas, Syeikh Muhammad Said Barsisa, Syeikh Gombak Abdul Mubin yang pada masa itu sedang menjalankan kegiatan keislaman di sana. Sehingga pada saat itu Patani dianggap sebagai salah satu pusat kegiatan Islam

terbesar di Semenanjung Tanah Melayu dan Nusantara.51

Akibat dari perkembangan dalam perdagangan yang sangat pesat dengan para pedagang Arab itu, sehingga menuntut pemerintah Patani untuk mencetak uang logam sendiri. Karena kebutuhan telah mendesak dan besarnya arus penukaran mata uang asing di Patani. Penemuan mas dinar pada tahun 1420 M dengan ukiran nama Muhammad membuktikan besarnya peranan para saudagar Arab dalam urusan perdagangan. Patani merupakan sumber utama pengalian emas. Oleh sebab itu, logam tersebut menjadi patokan nilai pertukaran mata uang asing. Emas Patani pada saat itu

setaraf dengan emas Spanyol, serta berlaku pada masa pemerintahan para Ratu.52 Inovasi yang tidak kalah pentingnya adalah pembuatan senjata sebagai alat pertahanan negara pada saat itu. Tiga pucuk mariam yang terbuat dari kuningan dan

51

Ibid, h. 94 52


(38)

masing-masing diberi nama; mariam Sri Negara, Sri Patani,53 dan mahalela yang diletakkan di atas pedati sebagai senjata utama dalam peperangan saat itu.

Namun, kejayaan dan kegemilangan yang dimiliki oleh Patani hilang ketika Patani mengalami kekalahan dalam peperangan dengan Siam. Kerajaan Siam (Thailand) beberapa kali melakukan penyerangan terhadap Patani, misalnya pada tahun 1603 M, yaitu pada masa pemerintahan Ratu Hijau dan pada masa pemerintahan Ratu Ungu (1634 M), pasukan Siam dapat dikalahkan oleh Patani. Selanjutnya pada masa pemerintahan Sultan Muhammad, Siam berada di bawah kekuasaan Raja Pra’ Puthayordfa Chulalok (Rama I: 1782-1809). Dia mengirim pasukan yang dipimpin oleh

Pra’ya Kalahom dan Pra’ya Chasaenyakorn (1786 M) guna menyerang Patani. Dalam penyerangan ini Patani tidak mampu bertahan dari serangan Siam, menyebabkan Sultan

Muhammad meninggal, harta benda dirampas dan istana dibakar.54

Ketika Patani jatuh ke tangan Siam menyebabkan pemerintah menunjuk para pemimpin yang berpengaruh di dalam masyarakat menjadi Raja atau pemimpin. Pada masa pemerintahan Raja Chulalongkorn (Rama V: 1868-1910), dia bertekad untuk mengintegrasikan daerah Patani ke dalam sistem administrasi Thai. Raja mengambil langkah dalam memperluas birokrasi pusat dan semua tingkat kekuasaan dialihkan

kepada para pejabat yang diangkat oleh Bangkok.55

53

Mariam Sri Patani, diabadikan oleh pemerintah Thai, terletak di depan gedung Departemen Pertahanan di Bangkok.

54

A. Bangnara, Patani Dahulu dan Sekarang, h. 57-61 55


(39)

Beberapa reformasi dilakukan terhadap negara antara lain adalah menerima tuntutan dari kaum elit politik Thai untuk mengubah sistem pemerintahan monarki mutlak menjadi konstitusional, menerapkan sistem pendidikan modern ke seluruh lapisan masyarakat, termasuk di Patani. Pada tahun 1906 M yaitu empat tahun setelah sistem pelantikan Raja Melayu Patani dan kekuasaannya dihapus. Patani digabung menjadi sebuah ‘monthon’__satuan daerah administratif__baru, diberikan nama ‘Monthon Patani’.

Setelah Patani digabung ke dalam sebuah satuan daerah administratif, masyarakatnya tidak memiliki otoritas serta kekuasaan. Kehilangan pemerintahan sendiri mempunyai makna yang khusus bagi masyarakat Melayu-muslim karena sebelumnya mereka hidup berdasarkan Syariah. Bagi mereka, masyarakat dan struktur kekuasaannya terjalin erat antara satu dengan lainnya dalam rangka menjamin semua urusan kemasyarakatan dan ide-ide keagamaan. Santilana, seorang sarjana hukum, sebagaimana yang dikutip oleh Surin Pitsuwan mengatakan:

Ta’at kepada syariah merupakan suatu kewajiban sosial dan perintah agama; barang siapa melanggar syariah tidak hanya melanggar tata tartib hukum tetapi juga berbuat dosa, karena tidak ada hak di mana Allah tidak mempunyai bagian-Nya.56

Dari kutipan di atas, dengan kata lain hilang pemerintahan sendiri dan digantikannya hukum agama oleh hukum perdata, berarti suatu kewajiban agama tidak dapat dipenuhi. Oleh karenanya, merupakan suatu keharusan bagi masyarakat

56


(40)

Melayu Muslim Patani, bahkan bagi setiap komunitas Muslim lainnya dalam rangka mempertahankan kekuasaan politik tersebut.


(41)

BAB III

GERAKAN PERJUANGAN MELAYU MUSLIM DI PATANI

Ketika Negara Thailand dikuasai oleh golongan tentara sepenuhnya pada tahun 1957 M. Pada akhir tahun itu diadakan pemilihan umum, namun Dewan Parlemen dapat berperan hanya satu tahun, dengan alasan politik negara dalam keadaan tidak setabil. Ketika terjadi Kudeta (Desember 1958) yang dilancarkan oleh tentara mengakibatkan perlembagaan negara, parlemen dan partai-partai politik di bubarkan. Dengan dibubarkan institusi pemerintahan demokrasi menyebabkan negara berada di bawah kekuasaan tentara. Lebih satu dekade yaitu antara tahun 1958-1969 M parlemen ditutup dan tidak berperanan.

Kondisi demikian memberi kesan yang menakutkan bagi Melayu Muslim Patani. Karena pemerintahan yang dipimpin oleh Sarit Thanarat melancarkan politik asimilasi paksaan terhadap masyarakat Islam di Selatan, kemudian diteruskan pula oleh pemerintah Thanom Kitikachon. Sementara situasi masyarakat Melayu Patani pada waktu itu tidak berdaya—tidak memiliki kesempatan untuk membantah dan mempertahankan tekanan politik tersebut. Para pemimpin politik tidak dapat berperan melalui parlemen. Para pemimpin agama tidak lagi berani menampilan diri sesudah


(42)

kematian H. Sulong57. Akibatnya, masyarakat Islam bergerak secara bersembunyi, berawal dari tahun 1960-an.

Sehingga pemimpin masyarakat Muslim Patani yang terdiri dari kalangan ahli politik, kaum bagsawan dan para ulama sepakat untuk bergerak dan membentuk organisasi perjuangan yang bertujuan menentang pemerintah Thailand dan menuntut kemerdekaan. Organisasi yang dibentuk di antara lain adalah: Barisan Revolusi Nasional Melayu Patani (BRN), Patani United Leberation Organization (PULO), Barisan Nsional Pembebasan Patani (BNPP), Partai Revolusi Nasional, Gerakan Islam Patani (GIP) dan beberapa pergerakan lainnya seperti Sabilillah dan Black Desember 1902, dan organisasi pembebasan yang baru didirikan pada tahun 1980-an

termasuk Gerakan Mujahidin Patani (GMP).58 Meskipun masing-masing organisasi ini mempunyai landasan ideologis, taktik dan keanggotaan yang berbeda, tetapi yang jelas semua organisasi menganggap kerajaan Thailand sebagai penjajah serta memahami perjuangan mereka sebagai jihad untuk mengembalikan Patani sebagai sebuah negara yang merdeka, berdaulat dan kepunyaan Melayu Muslim.

A. Barisan Nasional Pembebasan Patani (BNPP-BIPP)

57

Muhammad Kamal K. Zaman, Fatani (Malaysia: Kota Baru, 1996), 13 Ogos, h. 32 58

Sabilillah dan Black Desember 1902 merupakan pergerakan yang melakukan pengeboman di bendara, Don Muang 4 Juli 1977 dan pengeboman di Yala, saat kunjungan Raja Phumiphol Adulyadej bersama Ratu Sirikit 22 September 1977. Lihat Seri Penelitian PPW-LIPI, 2000, h. 133


(43)

Barisan Nasional Pembebasan Patani (BNPP) yang didirikan pada tahun 1957

M merupakan organisasi tertua di antara organisasi-organisasi separatis lainnya.59 BNPP, didirikan oleh Tengku Mahmud Mahyiddin, anak bungsu Tengku Abdul Qadir yang meninggal pada tahun 1933 M. Perjuangan suci H. Sulong dan Tengku Mahmud Mahyiddin dalam gagasan penyatuan Patani dengan persekutuan tanah Melayu telah mengalami kegagalan. Tetapi mereka harus dibanggakan karena berhasil membawa permasalahannya ke-Persyarikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Akibat kehilangan kedua tokoh pemimpin Patani yang terkenal tersebut, maka Tengku Abdul Jalal meneruskan perjuangan dengan mendirikan Barisan Nasional Pembebasan Patani dengan singkatan BNPP atau Front Leberation of Patani pada 9 Oktober 1970

M.60

Pendirian organisasi tersebut merupakan hasil dari kesepakatan dari tiga organisasi perjuangan pembebasan terbesar, yaitu Gabungan Melayu Patani Raya

(GAMPAR),61 Barisan Revolusi Nasional (BRN) dan Patani United Leberation Organization (PULO). Organisasi yang ulung ini banyak melancarkan perjuangannya di bawah komandan militer, Idris (alias Pok Yeh atau Dureh Madiyoh) yang lebih dikenal dengan sebutan Pak Yeh saja. Namanya sangat ditakuti oleh pihak tentara dan

59

Surin Pitsuwan, Islam and Malay Natuinalism: a Case Study of the Malay Muslims of Southern Thailand, (Bangkok: Tammasat University, 1985), h. 174

60

Mohd. Zamberi A. Malik, Umat Islam Patani: Sejarah dan Politik, (Malaysia: Shah Alam, HIZBI, 1993), h. 318

61

Gabungan Melayu Patani Raya (GAMPAR) didirikan di Malaya oleh anak bungsu Tengku Mahmud Mahyiddin, tujuan utama adalah menjadikan Patani sebagian dari Malaya.


(44)

polisi Thai, sebab berhasil setiap melakukan pertempuran dan merencanakan strategi serangan terbuka dengan pemerintah Thailand.

Faktor lain yang mendukung perkembangan BNPP adalah kebersamaan bapak Idris—pemimpin gerilya yang populer itu dalam perang terbuka pada saat itu. Dengan keberadaan kedua tokoh tersebut, ditambah dengan strategi dan langkah pendekatan ke arah internasional Melayu dan agama, sehingga BNPP mendapatkan dukungan secara meluas dari masyarakat umum, baik dari kalangan guru agama, intelektual lainnya yang berada di Mekkah dan Malaysia.62

Barisan Nasional Pembebasan Patani mempunyai 5 landasan ideologi revolusi penting yang dianggap dapat mewakili cita-cita Melayu Muslim Patani yaitu:

1. Angkatan tentara gerilya adalah angkatan tentara naional, sebagai angkatan tentara rakyat Patani yang berjuang untuk kemerdekaan dan tidak melakukan perkara-perkara yang tidak adil atau menghina kaum wanita dan anak-anak. 2. Tidak melakukan perampokan harta benda, membuat kebinasaan atau

mengganggu mata pencarian rakyat yang sah mengikut undang-undang dan menurut prinsip ajaran Islam;

3. Menghormati adat-istiadat atau cara hidup rakyat serta memberikan kerjasama terhadap mereka;

4. Berjuang dengan gagah dan berani di samping menghormati tunas-tunas perjuangan dengan tenaga dan daya sendiri, dan segala peralatan senjata yang dirampas akan dirahasiakan tempat simpanannya

5. Segala keputusan masyarakat hendaklah mengikuti suara terbanyak dan ini akan dianggap penting, hendaklah diadakan latihan-latihan dan memberikan pengetahuan mengenai peperangan, muslihat perang geriliawan dan ajaran-ajaran doktrin pemberontakan.63

Tujuan Perjuangan BNPP adalah:

62

Ahmad Omar Chapakia, Politik Thai dan Reaksi Masyarakat di Selatan Thai 1932-1994

(Kuala Lumpur: Universitas Malaya, 1997), h. 152-153 63


(45)

1. Menuntut kemerdekaan hak bangsa Melayu Patani yaitu Tanah Air, Agama Islam, Bahasa, kebudayaan dan Kedaulatan pemerintahan Melayu Patani 2. Mewujudkan sebuah negara Islam Patani dan mewujudkan sebuah masyarakat

yang menjalankan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari serta menuntut keridhoan dari Allah SWT.

3. Berusaha menyatukan perjuangan kemerdekaan Patani supaya berada di bawah satu puncak pimpinan partai

4. Mengorganisasikan kekuatan rakyat ke arah perjuangan kemerdekaan yang lebih terorganisir

5. Menjadikan suara rakyat Patani keperingkat antarabangsa

6. Menegakan konsep hidup bersama antara negara dan menjunjung tinggi piagam bangsa-bangsa bersatu.64

Sebagai organisasi perjuangan kemerdekaan, BNPP mempunyai pasukan ketentaraan yang tersusun rapi. Pada pertengahan tahun 1970-an, banyak pelajar dan pemuda yang dikirim ke luar negeri untuk melakukan latihan ketentaraan. Dengan kembalinya para kader tersebut membuat BNPP memiliki banyak anggota Angkatan Bersenjata yang terlatih. Namun, banyak dari kalangan mereka harus tinggal di negara tetangga dengan alasan politik. Sementara dalam bidang hubungan diplomatik, BNPP menjadi organisasi perjuangan yang sangat dikenal oleh dunia luar. Hal tersebut merupakan hasil dari para pemimpinnya terdahulu yang mempelopori golongan elit yang tinggal di kedua negara tersebut, menyebabkan BNPP bergerak lebih lancar di luar negeri. Di antara lain berhasil mengemukakan permasalahan Patani ke perhimpunan pemimpin Islam di tingkat internasional, seperti Perhimpunan

Menteri luar negeri Islam di Istambul pada tahun 1976 M.65

64

Perlembagaan, Barisan Nasional Pembebasan Patani, 1978 65


(46)

Sebenarnya, gerakan pembebasan telah menular ke dalam masyarakat Melayu Muslim Patani secara diam-diam. Namun, semakin meluas pada awal tahun 1960-1963 M. Ada issu yang mengatakan bahwa pemberontakan akan meletus di tiga wilayah Melayu Muslim, dan demonstrasi besar-besaran menentang kekejaman akan diadakan seiring dengan semakin meningkatnya tindak kekerasan dari aparat terhadap masyarakat. Pemerintah langsung bertindak dengan mengirimkan aparat dan beberapa bataliyon tentara angkatan laut dengan 2 buah kapal perang mengawasi di pantai Narathiwat. Maka pada kenyataanya tidak ada peristiwa yang tidak diinginkan itu.

Sementara penindasan dan penangkapan terus berlangsung.66

Mengingat masyarakat Melayu Muslim terus dianiayai oleh aparat pemerintah. Maka gerakan pembebasan didirikan dengan melakukan penentangan ke seluruh negeri Melayu. Ketegangan terjadi mulai bulan September-Desember 1969 M. Pemberontakan bersenjata direstui oleh seorang guru agama setempat.67 Karena masyarakat tidak suka dipermainkan oleh penguasa. Buktinya berbagai pemberontakan terjadi di sana-sini. Mereka tidak suka dipanggil sebagai “ Thai-Muslim” karena istilah ini mencerminkan keberadaan mereka di bawah kekuasaan Thai. Semenjak negara Thailand menguasai Patani sampai tahun 1970 M, sering sekali masyarakat bangkit melakukan pemberontakan bersenjata secara

66

Ibid, h. 321 67


(47)

besaran. Akibatnya, pemerintah melakukan operasi penumpasan, namun tentara dan polisi sering mendapat kegagalan.68

Kematian pemimpin BNPP, Tengku Abdul Jalal Ibn Al-Marhum Tengku Abdul Mutallib, Raja Teluban (nama suatu kabupaten) yang terakhir di pasir putih, Kelantan pada 1977 M seiring dengan kekalahan Partai Islam Se-Malaysia (PAS)

pada tahun yang sama membuat organisasi ini merosot.69 Kehilangan pemimpin ini, kemudian diserahkan kepada 15 orang anggota kepengurusan pusat sehingga melantik Badri Hamdan seorang mahasiswa Universitas Timur Tengah sebagai ketua dan Syamsuddin Abdul Saleh sebagai wakil ketua, ia adalah mahasiswa lulusan Mesir, dan merupakan adik mantan wakil parlemen propinsi Narathiwat, dari Partai Demokrat. Sesuai dengan perkembangan pada saat itu, akhirnya muncul kesepakatan untuk mengantikan Barisan Nasional Pembebasan Patani menjadi Barisan Islam Pembebasan Patani (BIPP).

B. Barisan Revolusi Nasional (BRN)

Pada 13 Maret 1960 M didirikan sebuah organisasi perjuangan yang diberi nama Barisan Revolusi Nasional oleh pemimpin masyarakat Islam yang terdiri dari kalangan ahli politik, para ulama dan golongan bangsawan. Pendiri organisasi ini adalah Mohammad A, Ustadz Abd. Karim Hassan. Tuan guru H. Yusuf Chapakia dan

68

W.K Che Man, The Malay-Muslim of Southenrn Thailand, Jurnal, Institute of Muslim Minority Affairs,1998, h. 23

69

Riza Sihbudi, (ed), Problematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara, (Jakarta: PPW-LIPI, 2000), h. 131


(48)

Tengku Abd. Jalal bin Tengku Abd. Mutallib (Adun Na’ Saiburi). Organisasi ini lebih dikenal dengan singkatan BRN atau disingkat dengan kumpulan atau “Puak B”

merupakan organisasi pertama yang mengambil pendekatan menuntut kemerdekaan penuh. Motif pembentukan BRN adalah berbeda dengan GAMPAR, yang didirikan pada tahun 1948 M yang mengambil pendekatan berlandasan perjuangan menuntut otonomi. Sementara BRN adalah organisasi politik yang berjuang menuntut kemerdekaan dengan cara revolusi bersenjata. Lebih jauh lagi, BRN didirikan sebagai organisasi yang berideologi nasionalis dan mendukung revolusi menentang

kapitalisme dan kolonialisme.70

Ideologi perjuangan BRN adalah berlandasan pada kebangsaan Melayu dan sosialis Islam. Ideologi dirumuskan dengan NASOSI yaitu Nasional, Sosialis dan Islam. Pengambilan NASOSI sebagai ideologi dipengaruhi oleh para pejuang nasionalis pada saat itu, khususnya para tokoh Melayu yang memperjuang kebangsaan Melayu yang berlandasan Islam seperti Dr. Burhanuddi EI-Hilmi. Langkah perjuangan digaris pada awalnya dapat dibagi menjadi dua tahapan berikut:

1. Menuntut kemerdekaan penuh bagi 4 wilayah di Selatan Thailand, termasuk daerah di bagian barat wilayah Songkhla dalam rangka membangun kembali kemerdekaan negeri Patani

2. Menggabung negeri Patani yang merdeka di bawah satu kepemimpinan Melayu Raya.71

70

Mohd. Zamberi, Umat Islam Patani, h. 323 71


(49)

Kedua langkah perjuangan di atas, mengambarkan bahwa organisasi ini mempunyai hubungan dengan luar negeri, khususnya dengan kepemimpinan Sukarno di Indonesia yang memperjuangakan konsep Melayu Raya. Dalam perjuangan menegakkan konsep tersebut, BRN sebagai organisasi pergerakan di Selatan Thai yang geografi perjuangannya mencakup seluruh wilayah Selatan sebanyak 14 wilayah yang terletak antara Sungai Kolok dan Segenting Kera. Berdasarkan konsep dan strategi bersama ini, menbuat BRN mempunyai hubungan dengan pergerakan radikal

atau pergerakan kiri di Tanah Melayu dan dengan negara-negara blok sosialis.72 Organisasi BRN dikatakan berjuang berasaskan ideologi Nasionalisme, dan Islamisme-Sosiolisme yang konsepnya sama dengan Parti Rakyat Malaysia disingkat dengan PRM, (dulunya Partai Sosialis Rakyat Malaya atau RSRM). Tujuannya menuntut kemerdekaan yang meliputi propinsi Pattani, Yala, Narathiwat, Setul dan sebagian dari Songkhla, yang didiami penduduk keturunan Melayu-Muslim merupakan bekas empayar Islam Patani. Markas BRN bertempat di daerah Bendang Setar, Propinsi Yala, daerah Sebayoi, propinsi Songkhla dan di daerah pedalaman

propinsi Narathiwat.73

BRN merupakan sebuah organisasi yang mempunyai susunan kepengurusan yang cukup rapi. Peralatan senjata dan tempat latihan ketentaraannya terletak berdekatan dengan kawasan yang menjadi tempat persembunyian partai komunis dari

72

Undang-undang Dasar Barisan Revolusi Nasional Melayu Patani, 1984, pasal 10 73

Mc Beth, J., Separatism is the Goal and Religion the Weapon. FEER, Jilid 108 No. 26 (20 Juni 1980), h. 16-22


(50)

Malaya atau PKM. Bagi BRN pergerakan komunis lebih menguntungkan, karena banyak mendapatkan persenjataan dan strategi perang gerilya. Namun dalam perkembangannya, pengaruh komunis semakin mengkhawatirkan BRN sendiri karena belakangan ini, terdapat laporan yang mengatakan bahwa BRN bekerjasama dengan PKM yang dianggotai oleh Muslim Melayu Patani. Tetapi laporan tersebut dibantahkan oleh juru bicara angkatan bersenjata BRN, Lukman Iskandar yang menegaskan bahwa para pejuangnya lebih rela mati sebagai pejuang Muslim Patani—

tidak seperti apa yang dituduh itu.74

Kesempatan tersebut juga disampaikan kepada pemerintah Thailand, supaya mengadakan perundingan secara diplomatik kearah penyelesaian. Perundingan ini dapat dilakukan di Libya atau Australia agar membawa suasana damai bagi kedua pihak. Jika peluang perdamaian ini ditolak begitu saja oleh pihak Bangkok, maka kekacauan akan terus berlangsung di selatan Thailand. Dengan demikian akan menyuburkan lagi persengketaan di Asia Tenggara dan pihak komunis juga akan mengambil keuntungan dan kesempatan itu. Juru bicara BRN juga menyatakan bahwa masalah komunis di perbatasan Malaysia-Thailand tidak mudah dibendung tanpa kerjasama antara pejuangan Muslim Patani yang sedang menuntut haknya. Pemerintah Thailand telah melakukan penangkapan dan pembunuhan atas orang-orang Melayu dengan alasan sebagai anggota komunis. Keganasan tentara Thai dalam bertindak menangkap guru agama dan menutup sekolah agama di sekitar Pekan

74


(51)

Merah Betong, propinsi Yala, yang tidak jauh dari perbatasan. Pihak BRN menolak bahwa masyarakat yang ditangkap bukan anggota komunis, mereka adalah penduduk Melayu Patani yang sedang memikul senjata membebaskan tanah air dari penguasa. BRN juga menghimbau kepada pemerintah supaya membedakan antara pejuang Muslim dengan anggota komunis. Jika pihak Bangkok masih tidak mau tahu, kemungkinan usaha-usaha pihak Malaysia dalam menghapuskan kesepakatan komunis mencapai kegagalan. Pemerintah Malaysia berupaya untuk memberi penjelasan bahwa konsep dan ideologi komunis itu amat bertentangan dengan prinsip ajaran Islam dan akan membawa kekeliruan bila pihak Thai terus-menerus menuduh

Melayu Muslim Patani yang berjuang di hutan sebagai komunis.75

Dalam perkembangannya, terdapat sumber yang mengatakan BRN mengalami masalah internal. Akibatnya muncul beberapa kelompok kecil, namun induknya terus memberikan semangat dan potensi, sehingga organisasi ini diganti namanya menjadi B.R.N. Kongres. Beberapa perubahan dibuat untuk membaharui kegiatan dan tujuan tanpa mengubah landasan dasar organisasi. Akibatnya terjadi konfrontasi antara Malaysia dan Indonesia pada tahun 1963 M sehingga di kalangan pemimpin BRN, ada yang bersimpati dengan Malaysia khususnya golongan konservatif dan aristokrat yang bertempat di Malaysia. Keadaan ini membuat BRN

mengalami perpecahan. 76

75

Lukman Iskandar, Patani Cabar Thailand, Suara Merdeka 26 Desember 1976 76


(52)

Pada akhir tahun 1960-an, BRN mengambil langkah dengan membuat susunan Angkatan Bersenjata yang dikenal dengan ABRIP (Angkatan Bersenjata Islam Patani). Pengaruh BRN berkembang pesat di propinsi Pattani, Yala, Narathiwat dan 3 daerah di propinsi Songkhla yaitu Tepha (Tiba), Cenak dan Sebayoi. BRN tidak berkembang di propinsi Setul karena masyarakat Setul lebih terkesan dengan kepimpinannya, Che Abdullah Langputih yang mengambil langkah perjuangannya

dalam parlemen di Bangkok.77

C. Patani United Liberation Organization (PULO)

Menurut Surin Pitsuwan, ada tiga kepemimpinan dalam PULO, yang pertama

adalah level penentuan kebijakan politik, berkedudukan di Mekkah,78 Saudi Arabia.

Kedua, level kepemimpinan yang bertanggung jawab menangani urusan politik, berkedudukan di Kelantan dan ketiga, menangani masalah operasi-operasi militer di Patani. PULO adalah organisasi yang mempunyai perlengkapan militer terbaik dan personil yang terlatih dibanding dengan organisasi separatis lainnya. Selain itu, kekuatan militernya tersebar luas di 4 propinsi, Selatan Thailand. Ia merupakan organisasi induk yang terbesar dan sangat populer. Didirikan di Mekah pada 22 Januari 1968 M. Pemerintah Thailand percaya bahwa organisasi Pertubuhan Persatuan Pembebasan Patani atau Patani United Leberation Organization yang lebih dikenal dengan singkatan PULO mempunyai susunan kepengurusan yang meliputi;

77

Chapakia, Politik Thai dan Reaksi Masyarakat di Selatan Thai, h. 194 78


(53)

politik, ekonomi, ketentaraan, biro agama dan kepengurusan luar negeri di bawah

pimpinan Sekretaris Jenderal Tengku Bira Kotanila,79 keturunan Raja Raman, Kadir Abdul Rahman. Tengku Bira adalah seorang sarjana sains politik dari universitas di India. Beliau dikatakan sering berpulang pergi antara Malaysia, Patani, Saudi Arabia, Syria dan Libya, juga bertanggung jawab membawa masalah minoritas Islam Patani

ke forum Persidangan Islam Internasional (OIC).80

PULO menerima banyak sumber bantuan keuangan dari Syria dan Libya 81 dan hasil dari sebuah hotel di Hamburg, German menjadi sumber keuangan perjuangan masa depan. Dengan slogan Ubangtapekma memberi arti Ugama Bangsa Tanah air Prikemanusiaan yang melambangkan konsep perjuangan suci organisasi. Oleh karena itu PULO merasa bertanggung jawab memberikan jawaban terhadap masalah Patani di samping menjaga imege perjuangan di dalam maupun di luar negeri untuk menyakinkan hakikat yang sebenarnya—apa yang terjadi serta masalah penjajahan Thailand yang ingin menutup mata dunia. Disiplin keanggotanya

79

Tengku Bira Kotanilam, pada awal 1950-an adalah aristokrat dan merupakan graduan pada Universitas Aligarh Muslim Universitas, India. Lihat W.K Che Man, The Malay-Muslim of Southenrn Thailand, h. 25

80

Mohd. Zamberi, Umat Islam Patani, h. 325 81

Pemerintah Thailand mencurigai pemerintah Libya memberi bantuan utama ke Partai Islam Se-Malaysia (PAS) yang bermarkas di Kelantan dan menjadi penyalir utama pada Muslim Patani di Thailand Selatan. Lihat Seri Penelitian PPW-LIPI, h. 131


(54)

tercantum dalam 16 point dasar yang memiliki 188 peraturan tetap yang dikeluarkan

oleh Dewan Pimpinan Organisasi angkatan bersenjata.82

Mengingat bahwa organisasi ini didirikan di luar negeri, sehingga menjadikan PULO tidak mempunyai tempat bernaungan yang kuat di dalam negeri serta tidak mendapat perhatian masyarakat Melayu di Selatan. Tetapi dengan lincahnya pemimpin dalam menjalankan propaganda dan hubungan diplomatik membuat organisasi ini mendapat perhatian dan dukungan dari para pelajar Patani yang berada

di luar negeri, atas kebijakan diplomatik.83 Walaupun begitu ia berhasil mengirimkan para pelajar dan pemuda untuk belajar dan melatihkan bersenjata di beberapa buah negara Timur Tengah. PULO memberi dukungan khusus untuk belajar ketentaraan sehingga banyak yang berminat di kalangan pemuda Patani, karena para pemuda ini ingin kemerdekaan Patani segera terwujud.

Dukungan dari beberapa negara Arab yang mendukung revolusi bersenjata seperti Libya dan Syria membuat pergerakan PULO menjurus ke arah militan dan lebih memfokus di bidang ketentaraan. Pendekatan ini, berhasil mendapat dukungan dari para mahasiswa Patani di luar negeri, serta berhasil membentuk beberapa cabang

82

Yasir Shamsuddin, Perjuangan Melayu Patani yang Sebenarnya, Santajiwa. Bil. 3 (February-Maret 1977) h. 4-8

83

Surin Pitsuwn, Islam di Muang Thai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani, (Jakarta: LP3ES, 1989), h. 180-181,


(1)

6. Merahasiakan semua keputusan dan resolusi persidangan dewan-dewan, kecuali yang dibenarkan oleh peraturan dan undang-undang

7. Mengambil dan melantik kakitangan Jabatan Urusetia dengan persetujuan dari Yang Di-Pertua Majlis

Perkara 12

Majlis Perlaksanaan Permesyuaratan:

Majlis Perlaksanaan permesyuaratan terdiri dari pada: 1. Seorang Presiden dan seorang Timbalan Presiden

2. Beberapa orang jemaah kepimpinan yang bertaraf eksekutif yang dilantik oleh Presiden

Perkara 13

Amanah dan tanggung jawab Presiden:

1. Mempunyai hak dan kewajiban amanah kepimpinan tertinggi dalam semua aspek perlaksanaan pentadbiran negara

2. Melaksanakan dasar-dasar, keputusan, dan resolusi yang telah diputus dan disahkan

3. Membentuk jemaah kepimpinan diperingkat pusat dan melantik perwakilan luar negeri serta mengesahkan perlantikan gubenur wilayah

4. Merombak dan melucutkan jawatan jemaah kepimpinan pusat dan perwakilam luar negara

5. Mengadakan perhubungan diplomatik dengan negara luar, memateraikan perjanjian persefahaman, dan kerjasama pelbagai hal sama ada dengan kerajaan atau pertubuhan antara bangsa dan sebagainya

6. Menerima perwakilan luar negeri

7. Mengisytiharkan kuasa-kuasa darurat, perang dan damai dengan persetujuan dan pengesahan Majlis

8. Mengurniakan pangkat kebesaran, tanda-tanda kehormatan, dan gelaran negara

9. Menganugerahkan pengampunan terhadap kesalahan tertentu menurut undang-undang dengan pengesahan Dewan Ulama

Perkara 14

Amanah dan tanggung jawab Timbalan Presiden:

1. Memangku tugas Presiden sekiranya Presiden berkeuzuran atau berada di luar negara

2. Membantu Presiden dalam semua hal kepimpinan

3. Memangku jawatan Presiden sekiranya Presiden meninggal dunia selama tidak melebihi 90 (sembilan puluh) hari

BAB EMPAT

SYARAT-SYARAT KELAYAKAN Perkara 15


(2)

1. Lelaki dan perempuan muslim, berbangsa Melayu, warganegara Patani dan berumur tidak kurang dari pada 25 (dua puluh lima) tahun

2. Berakhlak mulia, berilmu, dan beramal salih serta beriltizam dengan ajaran Islam, adil serta menurut undang-undang, memahami hukum-hukum Syariah Islamiah, dan perlembagaan negara

3. Mempunyai kesihatan yang baik serta berkemampuan menjalankan tugasnya Perkara 16

Syarat-syarat kelayakan Presiden dan Timbalan Presiden:

Di samping syarat-syarat di atas (perkara 15), syarat tambahan khusus kepada Presiden dan Timbalan Presiden adalah seperti yang berikut:

1. Lelaki berumur 40 (empat puluh) tahun ke atas

2. Mempunyai latar belakang yang cemerlang dalam perjuangan, jihad, dakwah, dan perkhidmatan kepada masyarakat dan negara

3. Mengangkat sumpah memegang jawatan dengan sighah yang ditentukan oleh Dewan Ulama

BAB LIMA

PEMBUBARAN MAJLIS PEMESYUARATAN Perkara 17

Pembubaran Dewan Ulama atau Dewan Syura atau kedua-duanya boleh dilakukan melalui proses yang berikut:

1. Pembubaran Dewan Syura dengan permintaan Presiden serta persetujuan Dewan Ulama

2. Pembubaran Dewan Ulama oleh Presiden dengan persetujuan 2/3 (dua per tiga) ahli Dewan Syura

3. Pembubaran Dewan Syura oleh Presiden karena sebab-sebab pilihanraya, darurat atau perubahan Majlis Permesyuaratan kepada status Parlemen Negara Melayu Islam Patani dengan persetujuan 2/3 (dua per tiga) ahli Majlis Permesyuaratan Rakyat Melayu Patani.

CACATAN

Bahawa sesungguhnya rang penubuhan Majlis Permesyuaratan Rakyat Melayu Patani ini dibentang dan dibahaskan untuk bacaan pertama dalam sidang Komiti Perundingan Rakyat Melayu Patani pada 12 Rejab 1417 (23 November 1996). Syaban 1417 (4 Januari 1997). Setelah bacaan ketiga pada 21 Syawal 1417 (1 Mac 1997) pengesahan secara syura dibuat serta ditandatangani oleh pengerusi dan semua ketua parti.


(3)

LOGO NEGARA MELAYU ISLAM PATANI

BENDERA NEGARA MELAYU ISLAM PATANI

HURAIAN LAMBANG NEGARA Lambang Negara:

Lambang negara ialah tanda yang mengenalkan sesebuah negara. Negara Melayu Islam Patani mempunyai lambang negaranya seperti yang dipaparkan di atas. Ia merupakan satu bulatan luar berwarna emas dan satu lagi bulatan dalam yang berwarna perak. Dalam bulatan luar sebelah atas ditulis nama negara dengan huruf jawi, iaitu negara Melayu Islam Patani. Di sebelah bawah dalam bulatan luar terdapat nama negara dengan huruf rumi.

Dalam bulatan dalam di sebelah atas ditulis perkataan Allahu-akbar berwarna merah dalam khat dewan, sementara di bawahnya terletak dua pucuk meriam berwarna biru. Setiap pucuk meriam bertayar hitam dan batang penariknya berwarna hitam. Di sebelah kanan dan kiri Allahu-akbar dihiasi dengan tangkai padi dan tiga helai daunnya berwarna hijau. Umpi setiap tangkai padi terletak di hujung reben yang berbentuk satu pertiga bulatan dan mempunyai warna merah, putih, hitam, hijau, dan kuning. Reben bahagian yang berwarna hijau dan berbirai kuning, ditulis perkataan Melayu, Islam, berperlembagaan dalam bentuk khat kufi berwarna putih.

PENGERTIAN LAMBANG NEGARA Bulatan:

Bulatan melambangkan kesempurnaan, kemajuan, dan kepatuhan. Ini bermaksud bahawa pemimpin dan rakyat Melayu Islam Patani mempunyai azam untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang sempurna dan maju. Di samping itu, mereka berhasrat untuk membendung bangsa Melayu Patani supaya senantiasa mematuhi ajaran Islam dan mengikuti nilai-nilai murni budaya Melayu.

Allahu-akbar:

Kalimah Allahu-akbar berarti Allah Yang Maha Agung, iaitu Tuhan yang menciptakan sekalian alam; Tuhan yang melaksanakan segala kuasa; dan Tuhan yang menentukan semua keadaan. Oleh yang demikian, Allahu-akbar melambangkan kekuatan, kebesaran, dan ketinggian, dan sudut duniawi mahupun ukhrawi. Kepada Allah jua menjadi tumpuan dan matlamat negara Melayu Islam Patani.

Tangkai Padi:

Tangkai pada melambangkan bahawa padi adalah makanan asas bagi rakyat Patani. Bilangan sebanyak empat belas biji dalam setangkai padi mencerminkan bilangan wilayah dan kawasan yang bernaung di bawah kerajaan Patani pada suatu masa dahulu.


(4)

Daun Padi:

Tiga helai daun padi di sebelah kanan membawa pengertian perkataan iman, Islam, dan ihsan; sementara tiga helai daun padi di sebelah kiri membawa pengertian perkataan aqidah, syariah, dan akhlak. Pengertian-pengertian perkataan tersebut menjadi garisan asas bagi mewujudkan sebuah negara yang bertamadun dan sebuah masyarakat yang bertaqwa.

Meriam:

Dua pucuk meriam melambangkan sejarah kegemilangan Patani pada satu zaman yang lalu, terutamanya pencapaian dari segi teknologi senjata dan kekuatan tentara. Sepucuk yang di sebelah kanan melambangkan meriam yang diberi nama Seri Patani dan sepucuk yang di sebelah kiri melambangkan meriam yang diberi nama Seri Negara. Kedua-dua pucuk meriam tersebut dianggap sebagai meriam yang terbesar dan terbaik pernah dicipta di Patani.

Reben:

Reben yang berwarna merah, putih, hitam, dan hijau melambangkan bendera Negara Melayu Islam Patani. Perkataan “Melayu” mencerminkan falsafah negara, yaitu Negara Melayu Islam Patani adalah sebuah negara kepunyaan penduduk yang berbangsa Melayu, berbahasa Melayu, dan berbudaya Melayu.

Islam:

Perkataan “Islam” mencerminkan falsafah negara, iaitu Negara Melayu Islam Patani ialah sebuah negara yang dibina di atas lunas-lunas Islam yang mana Negara Melayu Islam Patani bersedia mempertahankan dan mempertingkatkan kemuliaan dan keagungan Islam. Hanya kerana Islam sahajalah menjadi tumpuan kewujudan negara. Ini bererti bahawa hanya mereka yang beragama Islam sahaja yang berhak memiliki Negara Melayu Islam Patani.

Berperlembagaan:

Perkataan “berperlembagaan” mencerminkan falsafah negara, iaitu Negara Melayu Islam Patani adalah sebuah negara yang menjadikan perlembagaan sebagai garis panduan dalam pembentukan segala struktur dan sistem negara.

HURAIAN BENDERA NEGARA Bentuk, Ukuran, dan Warna Bendera

Bendera Negara Melayu Islam Patani, seperti yang dipamirkan di atas, berbentuk segi empat bujur yang mana bendera biasa berukuran seperti berikut: panjang keseluruhan 72 inci dan lebar leseluruhan 36 inci. Bahagian panjang bendera dibahagikan kepada dua bahagian, iaitu bahagian kenannya 48 inci (dua pertiga) dan bahagian kirinya 24 inci (satu pertiga). Bahagian lebar bendera, di sebelah kanannya dibahagikan kepada tiga bahagian, setiap bahagian lebarnya 12 inci (satu pertiga), sementara di sebelah kirinya tidak mempunyai sebarang pembahagian, iaitu lebar


(5)

kekal 36 inci. Setiap bahagian di sebelah kanan bendera diwarnakan dengan warna merah di bahagian atas, putih di bahagian tengah, dan hitam di bahagian bawah. Di sebelah kiri bendera, diwarnakan dengan warna hijau dan di tengahnya dengan kalimat Allahu-akbar berwarna putih.

PENGERTIAN BENDERA NEGARA Bendera:

Negara bendera negara ialah panji-panji yang berbentuk segi empat bujur yang dikibarkan sebagai identity dan tanda kedaulatan sesebuah negara. Bendera Negara Melayu Islam Patani mempunyai empat warna. Keseluruhan bentuk segi empat bendera adalah hasil percantuman empat helai segi empat kecil. Bentuk segi empat itu sendiri membawa pengertian kejujuran dan kemenangan.

Warna Merah:

Warna merah merupakan warna yang selalu dikaitkan dengan warna darah. Warna merah melambangkan keberanian, kemenangan, dan keutuhan.

Warna Putih:

Warna putih adalah warna yang dibandingkan dengan warna susu. Warna putih mencerminkan kesucian, kebebasan, dan keamanan.

Warna Hitam:

Warna hitam merupakan warna yang dikaitkan dengan warna Kaabah. Warna hitam melambangkan kesyukuran, kesabaran, dan keteguhan.

Warna Hijau:

Warna hijau adalah warna yang biasanya dikaitkan dengan warna batu zamrud. Warna hijau mencerminkan kesuburan, kesenangan, dan kemajuan.

Warna Kuning:

Warna kuning merupakan warna yang dikaitkan dengan warna belerang. Warna kuning melambangkan kesenian, kematangan, dan kemuliaan.

Warna Biru:

Warna biru adalah warna yang dikaitkan dengan warna langit dan laut. Warna biru mencerminkan kecekalan, kemahiran, dan kejujuran.

Allahu-akbar:

Sila lihat pengertian kalimah Allahu-akbar di atas HURAIAN BUNGA NEGARA Bunga Negara:


(6)

Bunga negara dipilih menjadi bunga kebangsaan Negara Melayu Islam Patani karena ia adalah sejenis bunga yang mempunyai sifat-sifat istimewa termasuk; bau harum, warna hijau kekuningan yang melambangkan kesuburan dan kemuliaan, rupa cantik, ukuran sederhana, dan menjadi kegemaran ramai. Selain itu, pokok kenanga besar, tinggi, tegak, dan sesuai dengan iklim bumi Patani. Manakala bunganya kembang menunduk mencerminkan tingkah laku yang lemah lembut dan tawaduk. Bunga kenanga berperanan penting dalam upacara-upacara budaya Melayu semenjak turun-menurun lagi. Ia selalu digunakan untuk menghias sanggul-sanggul wanita Melayu Islam Patani.