Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup me

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pembangunan nasional, baik sebagai penyedia bahan baku bagi pembangunan maupun
sebagai pendukung sistem kehidupan. Pembangunan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup diarahkan untuk :
1. Mendukung pembangunan ekonomi
2. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Pembangunan SDA
dan LH untuk mendukung pembangunan ekonomi dijabarkan dalam tiga prioritas,
yaitu :
a. Peningkatan Ketahanan Pangan, dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan
b. Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi
c. Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan.
3. Pembangunan SDA dan LH untuk mempertahankan serta meningkatkan kualitas
lingkungan hidup ditekankan pada empat prioritas, yaitu
a. Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup
b. Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan
c. Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan
d. Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta kapasitas
Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim.
12.1 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
Peningkatan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam rangka peningkatan ketahanan pangan
adalah memantapkan ketahanan dan kemandirian pangan yang bertumpu pada produksi
dalam negeri. Kebutuhan pangan dalam negeri terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan
penduduk, peningkatan daya beli, dan pergeseran pola pangan masyarakat yang masih harus
dihadapi oleh permasalahan terbatasnya sumber daya produktif, serta kondisi pasar global
dan domestik. Tekanan terhadap kebutuhan pangan tersebut sangat terkait dengan
kemampuan produksi pangan,pertanian, dan perikanan akibat menurunnya kapasitas sumber
daya sebagai faktor utama. Dampak negatif dari perubahan iklim, penurunan kuantitas dan
kualitas sumber daya lahan, tambak dan air, alih fungsi lahan pangan ke non pertanian,
degradasi lahan pertanian dan lahan tambak, keterbatasan sarana dan prasarana produksi

pertanian dan perikanan, keterbatasan kelembagaan penyuluhan, serta lemahnya diseminasi
teknologi menjadi permasalahan lain dalam upaya meningkatkan kemampuan produksi bahan
pangan termasuk akses pada pembiayaan. Stabilitas harga pangan dan kemampuan
aksesibilitas masyarakat terhadap pangan menjadi permasalahan tersendiri dalam
peningkatan ketahanan pangan. Stabilitas harga pangan pada saat ini tidak hanya dipengaruhi
oleh keseimbangan permintaan dan produksi dalam negeri, namun juga sangat dipengaruhi
oleh kondisi pangan di kawasan regional dan internasional. Stabilisasi harga pangan sangat
terkait dengan permasalahan pengelolaan logistik dan distribusi pangan yang harus mampu
menjawab permasalahan belum meratanya kemampuan produksi pangan antarwilayah dan

antar waktu. Untuk itu, sarana dan prasarana distribusi pangan, termasuk pemasaran produk
yang merata masih harus terus ditingkatkan efektivitas dan efisiensinya. Selanjutnya,
aksesibilitas masyarakat miskin dan rawan pangan terhadap pangan juga akan menjadi
perhatian utama pada saat ini dan ke depan karena akan sangat mempengaruhi kondisi
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan individu. Lebih lanjut, diversifikasi konsumsi
pangan yang bersumber dari pangan lokal, sistem mutu dan penanggulangan masalah
keamanan pangan; termasuk penanggulangan penyakit zoonosis, higienisasi, dan penggunaan
bahan berbahaya dalam produk pangan masih harus ditingkatkan. Terkait penyediaan ikan
untuk konsumsi masyarakat, kurang memadainya kondisi sarana dan prasarana pemasaran
produk perikanan dalam negeri, rendahnya kesadaran masyarakat terhadap nilai kandungan
gizi ikan, dan rendahnya jaminan keamanan produk perikanan menyebabkan masih
rendahnya tingkat konsumsi ikan. Permasalahan lain yang dihadapidalam revitalisasi
pertanian, perikanan dan kehutananadalah jaminan penyediaan dan aksesibilitas masyarakat
pertanian, perikanan, dan kehutanan terhadap input produksi. Permasalahan deforestasi,
degradasi lahan dan hutan, serta pemanfaatan sumber daya pertanian, perikanan, dan
kehutanan yang tidak berkelanjutan (seperti fully exploiteddan overfishingdi beberapa
wilayah pengelolaan perikanan serta terjadinya degraded forest) juga menjadi kendala dalam
peningkatan produksi dan produktivitas. Peningkatan produksi dan produktivitas juga masih
memerlukan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam aspek input produksi,
penanggulangan penyakit tumbuhan/tanaman dan kesehatan hewan/ikan. Di sektor

kehutanan, hasil hutan kayu yang berasal dari produksi Hutan Alam, Hutan Tanaman, dan
Hutan Rakyat belum dapat memenuhi kebutuhan kayu untuk industri. Selain itu, terbatasnya

akses petani, nelayan dan pembudidaya ikan terhadap input produksi (pakan, pupuk, benih,
modal, BBM, dan lain-lain), serta keterbatasan sarana dan prasarana pertanian, perikanan,
dan kehutanan sangat mempengaruhi upaya peningkatan produksi dan produktivitas.
Ketimpangan ketersediaan sarana dan prasarana pertanian dan perikanan antarwilayah juga
berpengaruh terhadap produksi. Selain itu, sektor perikanan juga masih
12 - 4
menghadapi kendala lain yaitu armada perikanan nasional yang
masih didominasi oleh kapal-kapal skala kecil.Kondisi ini
menyebabkan cakupan areal penangkapan terbatas, yang berakibat
pada rendahnya tingkat produksi perikanan tangkap. Kondisi ini
diperparah dengan adanya perubahan iklim yang menghambat upaya
peningkatan produksi dan produktivitas pertanian, perikanan, dan
kehutanan. Perubahan iklim berdampak negatif bagi kehidupan
ekonomi nelayan karena waktu melaut semakin terbatas sehingga
pendapatan nelayan semakin menurun.Selain itu, kehidupan nelayan
dan masyarakat pesisir umumnya berada di bawah garis kemiskinan
dengan kondisi perumahan/lingkungan yang buruk serta akses

perlindungan sosial yang rendah.
Untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk
pertanian, perikanan, dan kehutanan dalam perdagangan dan
pemasaran maka diperlukan revitalisasi pada sektor-sektor tersebut.
Walaupun kemampuan produksi beberapa komoditas pertanian,
perikanan, dan kehutanan telah meningkat, namun daya saingnya di
pasar ekspor dan pasar domestik masih perlu ditingkatkan. Dalam
upaya ini, kondisi sarana dan prasarana pertanian, perikanan, dan
kehutanan, perlu terus dikembangkan untuk dapat mendukung
kelancaran proses produksi dan pengolahan produk pertanian,
perikanan, dan kehutanan.
Peningkatan nilai tambah dan daya saing selama ini juga
masih terkendala oleh relatif rendahnya mutu produksi dan produk
olahannya. Selain itu, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi

untuk mendukung mutu produksi dan produk olahan masih rendah.
Ketersediaan pasokan bahan baku,jaringan pemasaran dan sistem
distribusi juga perlu ditingkatkan. Selain itu, kebijakan perdagangan
internasional produk pertanian, perikanan dan kehutanan harus
selaras dengan kebijakan peningkatan produksi dan daya saing guna

mendorong peningkatan ekspor.
Kapasitas masyarakat pertanian, perikanan, dan kehutanan
dalam penerapan dan pengembangan teknologi masih perlu
ditingkatkan kemampuannya.Kelembagaan pertanian, perikanan, dan
kehutanan juga masih menjadi permasalahan dalam meningkatkan
12 - 5
kapasitas sumber daya manusia dan pengembangan atau pengenalan
teknologi. Efisiensi kelembagaan petani/petani
hutan/nelayan/pembudidaya ikan masih perlu terus ditingkatkan.
Untuk itu, perlu dukungan peningkatan efektivitas sistem
kelembagaan penelitian dan inovasi teknologi untuk lebih
mengoptimalkan diseminasi teknologi pada masyarakat luas.
Disamping itu, perlu peningkatan akses terhadap modal bagi usaha
pertanian, perikanan, dan kehutanan, khususnya bagi petani berskala
kecil dan menengah. Hal-hal tersebut merupakan sebagian penyebab
dari belum efisiennya usaha pertanian/perikanan dan belum
terintegrasinya kegiatan agribisnis/agroindustri.
Sementara itu, peranan swasta dan BUMN dalam
pembangunan pertanian masih kurang karena resiko bisnis yang
cukup tinggi, membutuhkan waktu persiapan yang relatif lama untuk

menghasilkan, kendala dalam penyediaan lahan serta infrastruktur
pendukungnya, serta proses perijinan dunia usaha yang
kurangefisien.
Permasalahan utama terkait dengan revitalisasi kehutanan
adalah : (1) luasnya area hutan yang tidak dibebani ijin sekitar 24,68
juta ha; (2) pertumbuhan hutan tanaman (HTI/HTR) belum optimal

untuk memenuhi kebutuhan kayu nasional; (3) masih rendahnya
efisiensi industri, terutama dalam pemanfaatan limbah dan kayu
berdiameter kecil; (4) masih rendahnya kinerja pemegang IUPHHK,
baik hutan alam maupun hutan tanaman; (5) belum optimalnya
penertiban peredaran dan perdagangan kayu; (6) masih rendahnya
produksi HHBK; dan (7) banyaknya konflik kepemilikan lahan yang
menyangkut kawasan hutan.
12.1.2. Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi
Pemenuhan kebutuhan minyak dan gas bumi sebagai pemasok
kebutuhan bahan bakar dan bahan baku industri di dalam negeri
masih mengalami banyak permasalahan dari sisi produksinya dan
distribusinya.
12 - 6

Dari sisi produksi, kilang yang ada di Indonesia saat ini
merupakan kilang-kilang tua yang memiliki efisiensi semakin
menurun dan acapkali mengalami stop operasi (shutdown) karena
masalah teknis dan pemeliharaan. Sementara itu, penemuan sumur
baru dan kegiatan eksplorasi serta eksploitasinya membutuhkan
waktu yang relatif lama dan investasi yang cukup besar. Hal ini
mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
pasokan.
Dari sisi distribusi, terbatasnya ketersediaan pelayanan
infrastruktur yang memadai dan faktor alam merupakan
permasalahan yang masih dihadapi dalam rangka menjamin
kelancaran pasokan ke seluruh wilayah Indonesia.
Untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak
(BBM) yang masih tinggi, di samping memperluas pemanfaatan gas
bumi, pemerintah melakukan upaya pengembangan energi baru
terbarukan dan konservasi energi. Namun demikian, beberapa
permasalahan berikut masih menghambat upaya tersebut, yaitu: (1)
harga bahan baku bahan bakar nabati (BBN) relatif mahal yang

mengakibatkan biaya produksi BBN menjadi mahal; (2) biaya

investasi awal yang tinggi untuk implementasi teknologi energi
terbarukan sehingga mengakibatkan tidak dapat bersaing dengan
energi konvensional; (3) kurangnya minat swasta di bidang bisnis
teknologi energi terbarukan karenapasarnya yang masih terbatas;
dan (4) harga pembelian uap panas bumiyang kurang ekonomis dan
30% lokasi panas bumi berada di hutan konservasi.
12.1.3 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan
Pertambangan
Dalam upaya meningkatkan pengelolaan sumber daya mineral
dan pertambangan ke arah yang lebih baik, pemerintah bersama DPR
telah menerbitkan Undang-undang (UU) Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Saat ini merupakan
12 - 7
masa transisi untuk memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam UU tersebut.
Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan pengelolaan
sumber daya mineral dan pertambangan adalah: (1) harga pasar di
dunia lebih tinggi sehingga produksi batubara cenderung untuk
diekspor, hal ini berakibat pada pasokan batubara ke pasar dalam
negeri menjadi terbatas; (2) belum terselesaikannya renegosiasi

dengan perusahaan Kontrak Karya (KK)/ Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) karena ada pasalpasal yang belum
disepakati; (3) masih adanya tumpang tindih
penggunaan lahan KK dan PKP2B dengan kawasan hutan
mengakibatkan tertundanya kegiatanlapangan dari perusahaan; (4)
masih adanya pertambangan tanpa izin; dan (5) belum
lengkapnyaperaturan teknis setingkat menteri untuk melaksanakan
UU No 4 Tahun 2009 dan turunannya sehingga menghambat
investasi dan belum dapat menjaminkepastian pelaksanaan kegiatan
pertambangan mineral dan batubara.

12.1.4 Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup
Upaya perbaikan kualitas lingkungan hidup terus menjadi
perhatian penting dalam pembangunan nasional, agar dapat
mencegah dan mengantisipasi dampak yang ditimbulkan oleh
kegiatan-kegiatan pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam,
dan sekaligus untuk antisipasi terhadap perubahan iklim. Namun,
pembangunan ekonomi untuk peningkatan kesejahteraan rakyat
masih bertumpu pada penggunaan sumber daya alam yang cenderung
boros, sehingga menimbulkan permasalahan terhadap daya dukung

lingkungan.
Permasalahan yang masih terus dihadapi sampai dengan saat
ini dalam perbaikan kualitas lingkungan hidup antara lain adalah (1)
masih terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan di beberapa
wilayah dan ekosistem, yang melebihi daya dukung dan kemampuan
lingkungan untuk pemulihan/memperbaiki sendiri; (2) desentralisasi
12 - 8
pengelolaan lingkungan dan adanya konflik kepentingan dalam
pembangunan di berbagi sektor sering menyebabkan beban terhadap
lingkungan dan kerusakan terhadap keanekaragaman hayati; (3)
pengelolaan lingkungan yang masih bersifat sektoral dan parsial,
serta kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan yang
menimbulkan kurang efektifnya pengelolaan; (4) bervariasinya
ketersediaan dan tingkat akurasi data dan informasi di berbagai
institusi menyebabkan kemungkinan terjadinya ketidak-tepatan
dalam pembuatan rencana, serta monitoring dan evaluasi kualitas
lingkungan hidup; (5) upaya pelestarian lingkungan masih terkendala
juga dengan rendahnya kesadaran masyarakat, pendekatan
pelaksanaan pembangunan yang kurang peduli terhadap lingkungan,
serta kebijakan pengelolaan lingkungan yang belum terintegrasi

dengan baik dengan perencanaan pembangunan lainnya (lingkungan
yang diperlakukan sebagai eksternalitas); (6) makin meningkatnya

potensi bencana ekologis dan perubahan iklim global; serta (7)
terdesak perubahan fungsi kawasan konservasi karena pembangunan
sector lain serta pemekaran wilayah.
12.1.5 Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya
Hutan
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dilaksanakan
untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi
hutan dan lahan untuk menjamin terjaganya daya dukung
DAS.Kegiatan RHL dilaksanakan didalam maupun di luar kawasan
hutan dalam bentuk hutan kemasyarakatan, hutan desa, rehabilitasi
hutan konservasi dan hutan lindung, dan hutan tanaman rakyat.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan RHL
adalah:
(1) Masih banyaknya kawasan hutan yang belum memiliki
kepastian tata batas sehingga menyulitkan pelaksanaan
rehabilitasi yang memerlukan status lahan yang jelas dan tidak
bermasalah terutama dengan masyarakat di sekitar kawasan
hutan.
12 - 9
(2) Belum tercakupnya sebagian kawasan hutan dalam KPH
menyebabkan kegiatan RHL tidak terkelola dengan baik.
(3) Kemampuan daerah yang masih terbatas dalam melakukan
kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang menjadi tugas
daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007.
(4) Koordinasi dan sinergi parapihak dalam meningkatkan
kualitas DAS belum terjalin secara optimal dalam pelaksanaan
RHL DAS.
Keanekaragaman hayati yang tinggi, saat ini mengalami
penurunan karena kebakaran hutan dan pembalakan liar,
perdagangan satwa dan tumbuhan secara ilegal, serta perburuan

secara ilegal. Hampir setiap tahun, terutama pada musim kemarau,
sebagian kawasan hutan di Pulau Sumatera dan Kalimantan
mengalami kebakaran akibat pengelolaan dan pengolahan lahan
dilakukan secara tradisional dan tidak mengindahkan kaidah
lingkungan.
Meskipun aktifitas pembalakan liar skala besar mengalami
penurunan dan kasus–kasus yang ditangani oleh aparat hukum dapat
terungkap, namun praktek pembalakan liaryang dilakukan secara
sporadis dan skala kecil belum dapat dihilangkan. Pembalakan liar
dan perdagangan ilegal tumbuhan dan satwa liar, perburuan dan
penyelundupan kayu berimplikasi pada turunnya dan hilangnya
keragaman satwa dan tumbuhan liar, keanekaragaman hayati genetik,
jenis bahkan ekosistem. Apabila hal ini berlangsung secara cepat dan
berskala besar akan memicu terjadinya kelangkaan dan kepunahan
spesies tertentu.
12.1.6 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan
Peningkatan pengelolaan sumberdaya kelautan dimaksudkan
untuk meningkatkan manfaat sumber daya kelautan secara optimal
bagi kesejahteraan masyarakat dengan tetap memelihara fungsi laut
sebagai pendukung sistem kehidupan. Namun demikian, dalam
pelaksanaannya, terdapat beberapapermasalahan yang dihadapi
12 - 10
dalam peningkatan pengelolaan sumber daya kelautan, antara lain
adalah: (1) Belum optimalnya pengelolaan sumber daya kelautan,
termasuk pengelolaan kawasan konservasi, dan masih adanya
eksploitasi pemanfaatan sumber daya kelautan yang tidak
memperhatikan keseimbangan ekosistem yang berakibat pada
rusaknya ekosistem pesisir dan laut, berupa deforestasi mangrove
dan degradasi terumbu karang, serta erosi pantai; (2) Konflik
pemanfaatan wilayah laut dan pesisir akibat kurangnya pengendalian
dalam penerapan tata ruang pesisir; (3) Masih maraknya pencurian

ikan dan kegiatan penangkapan ikan yang merusak (illegal and
destructive fishing), yang disebabkan kurangnya ketaatan
masyarakat, misalnya penggunaan bom ikan dan racun potasium,
kurangnya sarana pengawasan dan lemahnya penegakan hukum; (4)
Belum optimalnya pengendalian pencemaran laut, baik yang
diakibatkan oleh kegiatan industri,pertanian yang sangat intensif,
kegiatan pelayaran yang padat, maupun tumpahan minyak di laut;
dan (5) Belum optimalnya pengelolaan pulau-pulau kecil, termasuk
kurangnya sarana prasarana dasar dan kurangnya aksesibilitas
antarpulau; serta (6) belum memadainya inovasi dan pengembangan
teknologi dan informasi kelautan.
12.1.7 Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana
Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan
Iklim
Perubahan paradigma pembangunan yang mengarah pada
pembangunan rendah emisi terus diupayakan pemerintah sebagai
upaya konkrit untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pada
saat ini perubahan iklim tidak lagi hanya menjadi wacana, melainkan
sudah merupakan realita dan dampaknya mulai dirasakan di seluruh
sendi kehidupan. Variabilitas dan perubahan iklim yang terjadi akhirakhir ini, seperti
terjadinya iklim dan cuaca ekstrim dalam bentuk
puting beliung, gelombang tinggi, banjir dan kekeringan telah
mengganggu keseimbangan produksi pangan, energi dan jalur
transportasi. Perubahan pola musim seperti kemarau basah
berkepanjangan pada tahun 2010 hingga awal 2011 telah merubah
12 - 11
pola tanam petani dan pola penangkapan ikan bagi nelayan serta
beberapa sektor kehidupan lainnya.
Namun, penanganan perubahan iklim (climate change) dan
kualitas informasi iklim dan bencana alam saat ini masih dirasa
kurang optimal karena beberapa permasalahan yang dihadapi, antara

lain: (1) daya dukung lingkungan yang semakin merosot, degradasi
lingkungan yang semakin meluas akibat pemanfaatan sumber daya
alam yang berlebihan yang memperparah terjadinya perubahan iklim
di Indonesia; (2) belum lengkapnya jaringan komunikasi untuk dapat
mendiseminasikan informasi iklim, cuaca dan peringatan dini
bencana sampai ke tingkat wilayah terkecil (kecamatan), serta masih
rendahnya tingkat teknologi peralatan penyediaan informasi cuaca
(pada umumnya masih bersifat konvensional dan manual); (3) masih
terbatasnya kapasitas sumber dayamanusia dan institusi pengelola
data dan informasi iklim dan cuaca yang menyebabkan sering
terjadinya keterlambatan dalam pemanfaatan informasi iklim, bahkan
seringkali terjadi kesalahan dalam interpretasi; rendahnya tingkat
penguasaan teknologi; serta masih tingginya tingkat ketergantungan
terhadap produk/teknologi luar negeri.
12.2 LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASILHASIL YANG DICAPAI
12.2.1 Peningkatan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
Dalam rangka peningkatan ketahanan pangan, dengan
memperhatikan sasaran dan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi, langkah-langkah kebijakan yang telah dilakukan meliputi :
1. Peningkatan produktivitas dan pengelolaan lahan pertanian,
perikanan, dan kehutanan. Langkah kebijakan yang dilakukan
meliputi: (1) penyediaan dan penyaluran input produksi
pertanian, perikanan, dan kehutanan, terutama benih/bibit
unggul dan pupuk sampai ke petani dan nelayan; (2)
penerapan manajemen dan teknologi budidaya pertanian,
12 - 12
perikanan, dan kehutanan yang intensif, misal melalui sekolah
lapang pertanian tanaman terpadu (SL-PTT), sekolah lapang
iklim (SLI), system of rice intensification(SRI) dan
pembinaan kelompok petani hutan; (3) menjamin ketersediaan

dan peningkatan dukungan infrastruktur pertanian, perikanan,
dan kehutanan melalui pembangunan jaringan irigasi,
pelabuhan perikanan, jalan usaha tani, jalan produksi, dan
jalan desa; (4) pengendalian terpadu terhadap serangan hama
dan penyakit pengganggu tanaman serta antisipasi terhadap
dampak perubahan iklim; (5) dukungan penelitian dan
pengembangan untuk menghasilkan inovasi teknologi
pertanian, perikanan, dan kehutanan yang unggul; (6)
melakukan perluasan lahan sawah di lahan-lahan yang
memiliki potensi untuk produksi pangan; (7) berupaya
melindungi lahan-lahan pertanian pangan yang sudah ada; (8)
mengoptimalkan pemanfaatan lahan pertanian, perikanan, dan
kehutanan yang sudah ada; (9) memanfaatkan lahan terlantar
dan lahan kering; (10) penguatan komitmen daerah dalam
pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) unggulan
melalui Sosialisasi, Temu Usaha atau workshop tentang
pengembangan HHBK dengan melibatkan pemerintah daerah
dan para pihak yang terkait; (11) Koordinasi Pembentukan
Sentra Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) tahun 2011
sebanyak 6 lokasi; (12) investasi sampai dengan akhir tahun
2010 pada IUPHHK-HA/HPH sebesar Rp. 7,52 trilyun (nilai
perolehan) dan pada IUPHHK-HTI sebesar Rp. 2,02 trilyun
(nilai perolehan); (13) tenaga kerja yang terserap pada
IUPHHK-HA sebanyak 29.319 orang dan pada IUPHHK-HTI
sebanyak 23.042 orang; (14) perkembangan IUIPHHK
kapasitas diatas 6.000 m
3
/tahun sebesar 6,5%, kurun waktu
tahun 2010-2011 dimana investasi yang ditanamkan tumbuh
sebesar 36,3%; (15) IUIPHHK tercatat 327 unit dengan
investasi sebesar Rp. 32,1 trilyun dan tenaga kerja yang

teserap sebanyak 257.852 orang (terdiri dari industri kayu
lapis, veneer, kayu gergajian, chipwood, serta industri yang
terintegrasi/terpadu) dengan kapasitas 34,4 juta m
3
/tahun; (16)
12 - 13
Realisasi pembangunan tanaman HTI secara kumulatif telah
mencapai 4,97 juta ha, dengan pertumbuhan tahun 2010-2011
sebesar 8,9%, pembangunan tanaman HTI telah terealisasi
seluas 57.248 ha; (17) Luas pencadangan areal HTR oleh
Menteri Kehutanan seluas 650.662,73 ha dengan jumlah
IUPHHK-HTR yang dikeluarkan oleh Bupati seluas
126.294,95 ha (19,41%); (18) Realiasasi pemenuhan bahan
baku kayu, khususnya untuk IPHHK kapasitas diatas 6.000
m
3
/tahun sebesar 22,3 juta m
3
/tahun (41,5% dari rencana
pemenuhan bahan baku pada tahun 2011 sebesar 53,7 juta
m
3
/tahun); (19) Realisasi produksi kayu bulat sebesar
563.729,82 m
3
(6,19% dari JPT yang ditetapkan sebesar 9,1
juta m
3
); (20) Produksi kayu olahan yang berasal dari IPHHK
sebesar 2,7 juta m
3

, (20) produksi pulp sebesar 2,6 juta ton;
(21) Volume ekspor sebesar 747 ribu m
3
dengan nilai ekspor
sebesar USD 414,2 juta, mengalami kenaikan sebesar 44,8%
dengan nilai ekspor juga naik sebesar 57,4%.
2. Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Pangan dan
Distribusi. Langkah-langkah kebijakan yang telah dilakukan,
meliputi : (1) stabilisasi harga pangan domestik melalui
peningkatan produksi bahan pangan domestik dan peningkatan
stok pangan; (2) membantu meringankan kelompok rumah
tangga kurang mampu dengan penyaluran beras bersubsidi
bagi rumah tangga miskin (Raskin); (3) memberikan bantuan
pangan kepada kelompok masyarakat yang terkena bencana
alam dan bencana sosial, dan (4) meningkatkan dukungan
transportasi dan konektivitas untuk penyaluran bahan pangan
antar wilayah, termasuk sarana dan prasarana logistik pangan.
3. Peningkatan Kualitas Konsumsi Masyarakat dilakukan melalui
langkah kebijakan sebagai berikut: (1) meningkatkan
pengawasan terhadap mutu bahan pangan dan pangan olahan,
(2) meningkatkan penerapan standar mutu dan keamanan
pangan, (3) meningkatkan sosialisasi dan informasi tentang
pangan bergizi dan seimbang, (4) Diversifikasi konsumsi
12 - 14
pangan PP No. 29/2009, serta (5) meningkatkan cakupan dan
kualitas perkarantinaan pertanian, perikanan, dan kehutanan.
4. Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Hasil Pertanian.
Dalam hal ini, langkah kebijakan yang dilakukan adalah: (1)
mensosialisasikan dan menerapkan prinsip-prinsip
pengelolaan dan penanganan produk pertanian, perikanan, dan
kehutanan sesuai preferensi konsumen, misal: good

agricultural practices(GAP) dan good handling practices
(GHP), (2) mendorong berkembangnya industri pengolahan
hasil pertanian, perikanan, dan kehutanan.
5. Peningkatan Kapasitas dan Kesejahteraan Petani dan Nelayan.
Langkah-langkah kebijakan yang telah dilakukan, meliputi: (1)
meningkatkan pemahaman dan kapasitas petani/nelayan dan
kelompoknya; (2) memberikan bantuan permodalan usaha tani
dan nelayan; (3) mendorong dan mendukung pengembangan
kelompok petani/nelayan; (4) meningkatkan dukungan
penyuluhan dan pelatihan pertanian, perikanan, dan
kehutanan; (5) peningkatan jumlah dan kapasitas lembagalembaga penyuluh;(6)
peningkatan jumlah dan kapasitas
lembaga kelompok tani dan gabungan kelompok tani; (7)
peningkatan sarana kerja dan penyediaan insentif bagi
penyuluh; (8) Hasil pembangunan Hutan Kemasyarakatan dan
Hutan Desa yang telah dicapai pada tahun 2011 sampai
dengan bulan Juni adalah Evaluasi/verifikasi areal kerja HKm
seluas 54.865 ha dan Evaluasi/verifikasi areal kerja Hutan
Desa seluas 45.306 ha; (9) Pengembangan Seed For Peopledi
4 lokasi yaitu di Jembrana, Lumajang, Purworejo dan
Sumedang; (10) Sosialisasi Pembangunan hutan rakyat
kemitraan sebanyak 19 unit dengan luas 50.000 ha; (11)
Penetapan Kelompok Tani Pelaksana Kebun Bibit Rakyat
(KBR) tahun 2011 sebanyak 10.000 unit.
Melalui langkah-langkah kebijakan di atas, pembangunan
ketahanan pangan dan revitalisasi pertanian, perikanan, dan
kehutanan menunjukkan peningkatan kinerja sektornya. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa indikator, seperti peningkatan produksi,
12 - 15
penjagaan stabilitas harga pangan pokok, peningkatan kualitas dan
keragaman konsumsi, peningkatan status gizi masyarakat yang

secara umum semakin baik.
Hingga saat ini, sektor pertanian masih menjadi andalan dalam
penyerapan tenaga kerja. Kemampuan penyerapan tenaga kerja
sektor pertanian mencapai lebih dari sepertiga total penduduk yang
bekerja. Pada bulan Februari 2011 tenaga kerja yang terserap pada
sektor pertanian tercatat sebesar 42,47 juta orang, dan pada Agustus
2010 mencapai 41,49 juta orang. Angka-angka ini menunjukkan
besarnya kapasitas sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja,
terutama di perdesaan. Pada tahun 2010,guna mendukung jaringan
irigasi yang baik, telah dilakukan pembangunan / peningkatan 115
ribu ha dan rehabilitasi 293 ribu ha jaringan irigasi.
Pemerintah juga selalu menjaga pasokan dan cadangan pangan
pemerintah. Untuk beras, cadangan beras pemerintah dipersiapkan
untuk bantuan pangan bagi rumah tangga miskin (Raskin), stabilisasi
harga melalui operasi pasar, bantuan pangan bagi masyarakat yang
terkena bencana, distribusi bagi golongan anggaran,dan persiapan
bantuan pangan untuk memenuhi komitmen perjanjian
bilateral/multilateral. Pada akhir tahun 2010, cadangan beras di
Perum Bulog sekitar 700-800 ribu ton,sampai dengan bulan Agustus
2011, stok beras mencapai sekitar 1,34 juta ton.
Capaian produksi lima komoditas utama pertanian pada tahun
2010 hingga 2011 sebagai berikut. Peningkatan produksi padi dari
66,47 juta ton GKG tahun 2010 menjadi 68,06 juta ton GKG pada
tahun 2011 (ARAM II) atau meningkat sebesar 2,4 persen. Produksi
jagung menurun dari 17,63 juta ton pipilan kering pada tahun 2009
menjadi 17,39 juta ton pada tahun 2011 (ARAM –II). Sama halnya
dengan jagung, produksi kedelai jugamengalami penurunan dari 975
ribu ton pada tahun 2009 menjadi 819 ribu ton pada tahun 2011
(ARAM –II). Penurunan pada komoditas jagung dan kedelai salah
satunya diakibatkan karena penurunan luasan areal panen. Produksi
daging sapi mengalami peningkatan dari 390 ribu ton pada tahun

2010 menjadi 417 ribu ton pada tahun 2011. Produksi gula hablur
berdasarkan prognosa 2011 mengalamipeningkatan dari 2,39 juta
12 - 16
ton pada tahun 2010 menjadi 2,7 juta ton pada tahun 2011, setelah
pada tahun sebelumnya mengalami penurunan produksi. Produksi
lima komoditas utama tersebut selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 12.1
TABEL 12.1
PRODUKSI LIMA KOMODITAS UTAMA PERTANIAN
2009 – 2011
Komoditas
2009 2010
*)
2011
**)
(juta ton)
Padi 64,40 66,47 68,06
Jagung 17,63 18,33 17,39
Kedele 0,975 0,907 0,819
Daging Sapi 0,405 0,390 0,417
Gula
***)
2,62 2,39 2,70
Sumber : Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian
Keterangan :
*)
Angka Tetap (ATAP),
**)Angka Ramalan (ARAM) II,
***)
2011 Angka Prognosa; Gula Hablur
Perkembangan komoditas hortikultura menunjukkan prestasi

pertumbuhan yang cukup baik selama 2010-2011, pertumbuhan
produksi komoditas mangga padatahun 2011 dibandingkan tahun
2010 sebesar 79,68 persen, jeruk 70,34 persen dan durian 74,54
persen. Capaian produksi dan pertumbuhan komoditas hortikultura
selama 2009-2011 dapat dilihat secara lebih lengkap pada Tabel
12.2.
12 - 17
TABEL 12.2
PRODUKSI KOMODITAS HORTIKULTURA
2009 – 2010
NO KOMODITAS
2009 2010
*)
2011
**)
(ribu ton)
1. Kentang 1.176 1.060 1.081
2. Cabe 1.379 1.332 1.221
3. Bawang Merah 965 1.048 895
4. Mangga 2.243 1.314 2.361
5. Pisang 6.374 5.816 7.143
6. Durian 798 491 857
7. Jeruk 2.132 2.033 3.463
Sumber : BPS
Keterangan :
*)
Angka Sementara,
**)
Angka Target
Komoditas perkebunan juga mengalami peningkatan produksi
pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010, kelapa sawit tumbuh 5,3

persen , kakao 27,1 persen, tembakau 70,09 persen, karet 4,59
persen, dan kopi 4,42 persen. Capaian produksi perkebunan selama
2009-2011 lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 12.3.
TABEL 12. 3
PRODUKSI KOMODITAS PERKEBUNAN
2009 – 2010
NO KOMODITAS
2009 2010
*)
2011
**)
(ribu ton)
1. Kelapa Sawit 21.511 23.200 24.429
2. Karet 2.440 2.592 2.711
3. Kelapa 3.258 3.266 3.290
4. Kakao 810 845 1.074
5. Kopi 683 679 709
6. Jambu Mete 143 145 148
7. Tembakau 177 107 182
9. Cengkeh 82 83 80
Sumber : Pusat Data Pertanian dan Direktorat Jenderal Perkebunan
Keterangan :
*)
Angka Sementara;
**)
Angka Target
12 - 18
Produksi komoditas peternakan selain daging sapi juga
mengalami pertumbuhan yang semakin meningkat pada tahun 2011
dibandingkan tahun 2010, antara lain daging kambing/domba 4,55
persen, dan susu segar 17,17 persen. Capaian produksi peternakan

selama 2009-2011 lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 12.4.
dibawah ini.
TABEL 12. 4
PRODUKSI KOMODITAS PETERNAKAN
2009 – 2010
NO KOMODITAS
2009 2010
*)
2011
**)
(ribu ton)
1. Daging Sapi 405 390 417
2. Daging Kerbau 41 42 42
3. Daging Kambing/Domba 123 132 138
4. Daging Babi 220 232 235
5. Daging Ayam Buras 345 324 342
6. Daging Itik 32 29 29
7. Susu 685 728 853
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan.
Keterangan :
*)
Angka Sementara;
**)
Angka Target
Produksi sektor perikanan jugamengalami pertumbuhan yang
semakin meningkat sebesar 10,6 persen yaitu dari 9,82 juta ton pada
tahun 2009 menjadi 10,86 juta ton pada tahun 2010. Lebih lanjut,
produksi perikanan padatahun 2011 ditargetkan hingga 12,26 juta
ton.
TABEL 12. 5
PRODUKSI PERIKANAN

2009 – 2010
NO Rincian
2009 2010
*)
2011
**)
(ribu ton)
1. Perikanan Tangkap 5.108 5.385 5.409
2. Perikanan Budidaya 4.708 4.478 6.847
Total 9.816 10.863 12.256
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan
Keterangan :
*)
Angka Sementara;
**)
Angka Target
12 - 19
Di sektor kehutanan realisasi pembangunan tanaman HTI
secara kumulatif sampai dengan triwulan II Tahun 2011 telah
mencapai 4,97 juta ha, dengan pertumbuhan tahun 2010-2011
sebesar 8,9%. Khusus untuk triwulan II tahun 2011 pembangunan
tanaman HTI telah terealisasi seluas 57.248 ha. Sementara itu, luas
pencadangan areal HTR oleh Menteri Kehutanan sampai dengan
triwulan II tahun 2011, seluas 650.662,73 ha dengan jumlah
IUPHHK-HTR yang dikeluarkan oleh Bupati seluas 126.294,95 ha
(19,41%). Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah izin HTR yang
dikeluarkan oleh Bupati masih perlu dipercepat.Jumlah investasi
sampai dengan akhir tahun 2010 pada IUPHHK-HA/HPH sebesar
Rp. 7,52 trilyun (nilai perolehan) dan pada IUPHHK-HTI sebesar
Rp. 2,02 trilyun (nilai perolehan). Sedangkan jumlah tenaga kerja

yang terserap sampai dengan triwulan II tahun 2011 pada IUPHHKHA sebanyak
29.319 orang dan pada IUPHHK-HTI sebanyak 23.042
orang. Sementara itu pada kurun waktu tahun 2010-2011 IUIPHHK
kapasitas diatas 6.000 m
3
/tahun berkembang sebesar 6,5%, dimana
investasi yang ditanamkan tumbuh sebesar 36,3%. Sampai dengan
triwulan II tahun 2011, IUIPHHK tercatat 327 unit dengan investasi
sebesar Rp. 32,1 trilyun dan tenaga kerja yang teserap sebanyak
257.852 orang (terdiri dari industri kayu lapis, veneer, kayu
gergajian, chipwood, serta industri yang terintegrasi/terpadu) dengan
kapasitas 34,4 juta m
3
/tahun.
Realiasasi pemenuhan bahan baku kayu, khususnya untuk
IPHHK kapasitas diatas 6.000 m
3
/tahun sampai dengan triwulan II
tahun 2011 sebesar 22,3 juta m
3
/tahun (41,5% dari rencana
pemenuhan bahan baku pada tahun 2011 sebesar 53,7 juta m
3
/tahun).
Jika dibandingkan dengan pemenuhan bahan baku pada triwulan II
tahun 2010 sebesar 22,5 juta m
3
/tahun, maka pemenuhan bahan baku
IPHHK tahun 2011 tersebut turun sebesar 0,9%. Pada tahun 2011
rencana pemenuhan bahan baku IPHHK kapasitas diatas 6.000
m

3
/tahun sebagian besar berasal dari IUPHHK-HA sebesar 5,2 juta
m
3
/tahun (9,7%), IUPHHK-HTI sebesar 24,5 juta m
3
/tahun (45,6%)
dan LC HTI/ILS/IPK sebesar 13,4 juta m
3
/tahun (24,9%). Dengan
berlanjutnya pembangunan HTI baru, maka pasokan bahan baku dari
HTI diharapkan meningkat.Realisasi produksi kayu bulat
12 - 20
berdasarkan Penetapan Rencana Produksi Hasil Hutan Kayu Bulat
Nasional Tahun 2010 yang berasaldari IUPHHK-HA sebesar
5.675.060,57 m
3
(62,36% dari JPT yang ditetapkan sebesar 9,1 juta
m
3
), sedangkan sampai dengan Bulan Mei 2011 produksi kayu bulat
sebesar 563.729,82 m
3
(6,19% dari JPT yang ditetapkan sebesar 9,1
juta m
3
).Produksi kayu olahan yang berasal dari IPHHK (kayu
lapis/LVL, veneer, kayu gergajian dan chipwood) pada triwulan II
tahun 2011 sebesar 2,7 juta m
3
, mengalami penurunan sebesar 6,9%

dibandingkan triwulan II tahun 2010 sebesar 2,9 juta m
3
. Sedangkan
untuk produksi pulp pada triwulan II tahun 2011 sebesar 2,6 juta ton,
mengalami kenaikan sebesar 8,3% dibandingkan triwulan II tahun
2010 sebesar 2,4 juta ton.
Di sektor industri, hasil-hasil yang telah dicapai dalam
mendukung peningkatan produksi sektor pertanian, telah dilakukan
melalui revitalisasi industri pupuk dan industri gula. Selain daripada
itu, melalui penelitian dan pengembangan untuk mendukung
peningkatan produksi sektor pertanian telah berhasil dikembangkan
berbagai varietas unggul terbaru yang mampu beradaptasi terhadap
perubahan iklim, tahan hama penyakit dan atau cekaman lingkungan.
Pada tahun 2010 sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan
memperlihatkan kinerja pertumbuhan ekonomi yang membaik. Pada
tahun 2010, pertumbuhan PDB sektor pertanian, perikanan, dan
kehutanan sebesar 2,9 persen. Pada triwulan I tahun 2011
dibandingkan triwulan I tahun 2010, pertumbuhan PDB sektor
pertanian, perikanan dan kehutanan sebesar 3,4 persen.
Pada tahun 2010, jumlah tenaga kerja di sektor pertanian,
perikanan dan kehutanan mencapai41,49 juta orang atau menurun
3,5 persen dibandingkan tahun 2009.Jumlah tenaga kerja yang
bekerja di sektor pertanian, perikanan dan kehutanan tersebut
mencapai sekitar 38 persen dari total tenaga kerja yang mencapai
108,21 juta orang pada tahun 2010.Relatif tingginya jumlah dan
persentase masyarakat yang bekerja di sektor PPK tersebut tidak
diikuti dengan proporsi PDB di sektor PPK. Hal ini menyebabkan
masih rendahnya tingkat produktivitas di sektor pertanian. Namun
demikian, aspek kesejahteraan petani, yang diindikasian dari indeks
12 - 21
Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) terus

mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 (Juni), NTP dan NTN
mencapai masing-masing 104,79 dan 107.
Nilai ekspor pertanian pada tahun 2010 mengalami
peningkatan sebesar 35,56 persen dibandingkan tahun 2009. Khusus
perikanan, nilai ekspor meningkat dari tahun sebelumnya menjadi
USD 2,66 miliar pada tahun 2010. Ke depannya, diharapkan bahwa
hasil dan nilai ekspor ini akan terus meningkat dan mampu
berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan.
12.2.2. Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan ketahanan dan kemandirian energi adalah: (1)
meningkatkan status cadangan minyak dan gas bumi terbukti melalui
kegiatan survei dan eksplorasi; (2) pengembangan teknologi
Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi
minyak dan pengembangan senyawa surfaktan yang sesuai kondisi
reservoir; (3) melakukan perawatan secara rutin dan meremajakan
kilang yang memiliki efisiensi rendah,digantikan dengan kilang baru
dan teknologi yang lebih up to date; (4) melakukan impor Bahan
Bakar Minyak (BBM) dari pasar spot BBM untuk memenuhi
kebutuhan BBM; (5) optimalisasi fasilitas penyimpanan dan
pendistribusian BBM; (6) penyediaandan peremajaan kapal-kapal
tanker; (7) revisi Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral No. 32 tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan
Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai bahan bakar lain;
(8) mengembangkan harga khusus dan insentif pada energi baru
terbarukan (EBT) sehingga selisih harga EBT dan energi fosil bisa
terjembatani; dan (9) meningkatkanpemanfaatan sumber energi
lokal melalui peningkatan kualitas dan kuantitas desa mandiri energi
(DME), baik DME bahan bakar nabati (BBN) maupun DME nonBBN.
12 - 22
Hasil-hasil penting yang telah dicapai adalah: (1) cadangan

minyak bumi pada tahun 2009 sebesar 7.998,54 million metric stock
tank barrels(MMSTB), menurun menjadi 7.764,48 MMSTB pada
tahun 2010. Adapun cadangan gas bumi pada tahun 2009 sebesar
159,64 trillion standard cubic feet (TSCF), dan menurun menjadi
157,14 TSCF pada tahun 2010; (2) produksi minyak bumi rata-rata
dari Januari – Mei 2011 sebesar 860,8 ribu barel per hari dan gas
bumi sebesar 7,26 million metric standard cubic feed per day
(MMSCFD). Data produksi minyakdan gas bumi selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 12.1; (3) dalam kurun waktu 2009 – Juni
2011 telah disetujui 4 usulan Pengembangan Lapangan Pertama atau
Plan of Development; (4) dalam rangka ketersediaan (security of
supply) BBM guna memenuhi kebutuhan dalam negeri, maka sangat
diperlukan pembangunan kilang minyak baru di Indonesia. Pada
bulan April tahun 2011 telah mulai beroperasi Kilang LPG PT
Yudhistira Energy dengan kapasitas kilang sebesar 58 million tons
per annum (MTPA); dan (5) padatahun 2010 telah dibangun 50
daerah mandiri energi (DME) dan untuk tahun 2011 direncanakan
dibangun 50 DME baik dari bahan bakar nabati maupun bahan non
bahan bakar nabati.
TABEL 12.6
PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI 2009 – MEI 2011
Uraian Ratarata
2009
Ratarata
2010
Jan
2011
Feb
2011
Mar
2011

Apr
2011
Mei
2011
Ratarata
Jan –
Mei
2011
Total Produksi
Minyak (ribu
barel per hari)
944 954 754 892 961 852 845 860,8
Total Produksi
Gas
(MMSCFD)
8,38 9,33 7,59 7,19 7,25 7,43 6,82 7,26
Sumber : Kementerian ESDM.
12 - 23
12.2.2 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan
Pertambangan
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan dalam pengelolaan sumber daya mineral dan
pertambangan adalah: (1) diberlakukannya UU No. 19 Tahun 2004
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang
no 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang Undang No. 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan yang membolehkan tiga belas
perusahaan tambang melanjutkan kegiatannya; (2) menyusun
rancangan wilayah pertambangan meliputi 7 pulau dan gugusan
kepulauan dengan batasan minimum 4 mil dari garis pantai; (3)
melakukan renegosiasi KK dan PKP2B; dan (4) menyusun peraturan
menteri untuk menindaklanjuti PP No. 22 Tahun 2010, PP No. 23

Tahun 2010, PP No. 55 Tahun 2010, dan PP No. 78 Tahun 2010.
Hasil-hasil penting yang telah dicapai adalah: (1) telah
diterbitkan 4 peraturan pemerintah, 4 peraturan menteri, dan 5
keputusan menteri untuk menindaklanjuti UU No. 4 tahun 2009; (2)
PNBP dari sumber daya alam pertambangan umum pada tahun 2010
mencapai Rp 18.559,52 miliar, melebihi target yang ditetapkan
sebesar Rp 15.200,93 miliar; (3)realisasi investasi mineral dan
batubara untuk tahun 2010 sebesar US$ 3.187,32 juta melebihi target
sebesar US$ 2.119,68 juta; (3) sudah dilakukan konversi KP menjadi
IUP sebanyak 5.787 ijin; (4) sudah menyelesaikan renegosiasi 9 KK
dari 37 dan renegosiasi 63 PKP2B dari 76; dan (5) produksi mineral
dan batubara yang mencapai targetpada tahun 2010. Data produksi
mineral dan batubara selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12.7.
12 - 24
TABEL 12.7
PRODUKSI MINERAL DAN BATUBARA 2010 –2014
KOMODITAS
Target Realisasi Rencana
2010 2010 2011 2012 2013 2014
MINERAL
Tembaga (ton) 930.247 989.953 665.158 673.555 683.584 744.457
Emas (kg) 107.781 111.387 102.562 66.237 87.972 76.375
Perak (kg) 351.723 323.290 278.431 250.484 251.428 251.390
Ni + Co in
matte (ton) 77.700 78.336 70.500 77.700 82.372 82.009
Timah (ton) 70.000 78.965 75.000 90.949 87.394 89.141
Bijih Nikel
(ton) 6.000.000 6.561.404 8.500.000 6.450.480 6.579.490 6.711.079
Ferronikel (Ni) 16.000 17.970 18.000 16.334 16.661 16.994
Bauksit (Mt) 5.500.000 12.429.861 10.000.000 9.075.000 9.982.500 10.980.750
Bijih Besi (Mt) 5.200.000 5.226.344 5.000.000 5.488.110 5.597.872 5.709.830

Granit (m
3
) 1.800.000 1.861.662 2.500.000 1.872.720 1.910.174 1.948.378
BATUBARA
(juta ton) 250 275 327 332 337 342
Sumber : Kementerian ESDM
12.2.3 Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup
Perbaikan kualitas lingkungan hidup difokuskan pada
program-program (1) pengendalian pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup, untuk menurunkan tingkat pencemaran
lingkungan dan meningkatkan usaha-usaha pengendalian perusakan
lingkungan; (2) peningkatan kapasitas pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup, melalui peningkatan kapasitas
kelembagaan, partisipasi masyarakat, dan ketersediaan data dan
informasi untuk pengelolaan lingkungan hidup. Target yang ingin
dicapai adalah menurunnya beban pencemaran lingkungan dan
meningkatnya kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup.
Hasil yang dicapai dari upaya pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup diantaranya adalah: (1) Program Kali
12 - 25
Bersih (PROKASIH), yaitu programkerja pengendalian pencemaran
air sungai untuk meningkatkan kualitas air sungai agar tetap
berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Mengingat sumber
pencemar air tidak hanya didominasi oleh sumber institusional atau
kegiatan perusahaan, tetapi juga oleh kegiatan domestik dan sampah,
maka pada tahun 2008-2010 KLH mengembangkan kegiatan Pilot
Project Prokasih Terpadu di Kota Banjarmasin. Pilot project tersebut
diharapkan dapat digunakan sebagai pembelajaran dalam
penyempurnaan Prokasih pada waktu yang akan datang agar
diperoleh alternatif solusi pengendalian pencemaran air yang efektif

yang dapat mempercepat proses pencapaian mutu air sesuai dengan
sasaran yang ditetapkan; (2) Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan (PROPER), yaitu program pengawasan yang bertujuan
untuk mendorong perusahaan taat terhadap peraturan lingkungan
hidup dan mencapai keunggulan lingkungan.Pada periode tahun
2009-2010 dilakukan penilaian terhadap 689 perusahaan, sebanyak
603 perusahaan merupakan perusahaan lama dan 86 merupakan
peserta baru. Tingkat ketaatan terhadap peraturan lingkungan hidup
terus meningkat dan pada tahun 2010 mencapai 71%; (3) ADIPURA
yaitu program prioritas dalam mewujudkan kota yang cerdas,
manusiawi dan ekologis. Pada periode tahun 2010-2011 kota yang
berpartisipasi dalam program ADIPURA berjumlah 380, terdiri atas
kota metropolitan sebanyak 14 kota, kota besar sebanyak 12 kota,
kota sedang berjumlah 75 kota, dan kota kecil sebanyak 279 kota; (4)
Pelaksanaan pelestarian lahan diantaranya melalui Program Menuju
Indonesia Hijau (MIH), progam One Man One Treeatau gerakan
nasional penanaman pohon oleh Presiden RI; (5) pengendalian
kerusakan ekosistem situ, danau dan waduk dengan menyusun
beberapa perangkat kebijakan besertaimplementasinya, antara lain
Kajian Penyusunan Kriteria Baku Kerusakan Ekosistem Situ, Kajian
Penyusunan Pedoman Zonasi Pemanfaatan Ekosistem Perairan
Danau dan Baku Mutu Air Danau serta Inventarisasi Danau di Pulau
Sumatera dan Penyusunan Rencana Aksi Nasional (RAN)
Pengelolaan Ekosistem 15 Danau Prioritas; (6) pemulihan kerusakan
ekosistem situ (Situ rawa Kalong, Situ Ciledug dan Situ Sunter
Hulu); (7) Pengembangan Sistem Pemantauan dan Peringatan Dini
12 - 26
Arus Balik Danau Maninjau; (8) Program Taman Keanekaragaman
Hayati (Kehati), melalui pembangunan Taman Kehati yang pada
tahun 2009-2010 mencakup provinsi Sumatera Barat, Lampung, DI
Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara; (9)

penanggulangan masalah sampahmelalui pengesahan UndangUndang No. 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah; penerapan
prinsip mengelola sampah dengan 3R (reduce, reuse dan
recycle);penetapan sanksi pidana bagi pengimpor sampah dan
pengelola sampah; pengelolaan gas metana dari sampah seperti
pengomposan; serta pengembangan mekanisme Clean Development
Mehanism (CDM); dan (10) upaya penanganan penggunaan Bahan
Beracun dan Berbahaya (B3) dan limbah B3.
Sementara itu, hasil yang dicapai melalui pelaksanaan
program peningkatan kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup diantaranya: telah dihasilkan produk peraturan
perundang-undangan, yaitu: (a) Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun
2010 tentang Komisi Keanekaragaman Hayati Produk Rekayasa
Genetika; (b) 67 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup; dan
(c) 11 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Selain itu,
untuk mewujudkan Peraturan Daerah di bidang lingkungan hidup
yang baik dan untuk meningkatkan harmonisasi peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan bidang lingkungan hidup
telah dilakukan: (a) Penetapan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) sebagai bagian prosedur penyusunan kebijakan dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No. 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah (PP)
No. 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan
Fungsi Hutan; (b) Evaluasi terhadap 10 (sepuluh) Rancangan
Peraturan Daerah di bidang lingkungan hidup; (c) Harmonisasi
terhadap 3 (tiga) Rancangan Undang-Undang dan 21 (dua puluh
satu) Rancangan Peraturan Pemerintah; dan (d) telah tersusun
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dalam rangka
menyelesaikan amanat UU. No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah dan UU No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, sebagaimana pada tabel berikut:

12 - 27
TABEL 12.8
PENYIAPAN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH
No. Judul RPP Status Tindak Lanjut
UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
1. Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang
Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah
Tangga
Kementerian Hukum dan
HAM telah
menyampaikan surat
kepada MENLH
mengenai telah
selesainya proses
harmonisasi (Surat No:
PPE.PP.0203-1053
tanggal 4 Juli 2011)
Penyampaian
RPP ke Presiden
melalui
Mensesneg untuk
memperoleh
pengesahan
Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang
Perizinan Lingkungan.

Kementerian Hukum dan
HAM telah
menyampaikan surat
kepada MENLH
mengenai telah
selesainya proses
harmonisasi (Surat No:
PPE.PP.0203-1052
tanggal 4 Juli 2011)
Penyampaian
RPP ke Presiden
melalui
Mensesneg untuk
memperoleh
pengesahan
3. Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Analisis
Mengenai Dampak
Lingkungan (revisi
Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1999
tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan).
Dalam tahap
harmonisasi di
Kementerian Hukum dan
HAM, sedang
menunggu pertemuan
pleno akhir pembahasan
RPP
Pembahasan

pleno akhir di
Kementerian
Hukum dan HAM
dijadwalkan hari
Senin, 18 Juli
2011 di
Kementerian
Hukum dan HAM
12 - 28
No. Judul RPP Status Tindak Lanjut
4. Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Tata
Cara Pengawasan dan
Sanksi Administratif di
Bidang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Sedang dalam proses
harmonisasi di
Kementerian Hukum dan
HAM
5. Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang
Pengendalian Kerusakan
Lingkungan Hidup pada
Ekosistem Gambut
Sedang disusun surat
persetujuan penyusunan
RPP dari Presiden
6. Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang

Pengendalian Pencemaran
Dan/Atau
Kerusakan Lingkungan
Hidup Yang Berkaitan
Dengan Kebakaran Hutan
Dan/Atau Lahan
Sedang disusun surat
persetujuan penyusunan
RPP dari Presiden
7. Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang
Lembaga Penyedia Jasa
Penyelesaian Sengketa
Lingkungan Hidup Di Luar
Pengadilan
Sedang disusun surat
persetujuan penyusunan
RPP dari Presiden
8. Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang
Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun
Sedang disusun surat
persetujuan penyusunan
RPP dari Presiden
9. Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang
Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
Sedang disusun surat
persetujuan penyusunan

RPP dari Presiden
Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup 2011
Selanjutnya, dalam rangka pentaatan hukum lingkungan, telah
dilakukan kegiatan-kegiatan yang hasil-hasilnya sampai dengan
12 - 29
bulan Juni 2011 adalah: telah tertanganinya 278 pengaduan
lingkungan oleh masyarakat dan penyusunan sistem data base
pengaduan masyarakat, penegakan hukum pidana, dan penyelesaian
antara Indonesia dan Papua Nuginiterkait pencemaran Sungai Fly
dan kasus Montara Well antara Indonesia dengan Australia terkait
pencemaran laut Timor. Disamping itu, telah dilakukan upaya untuk
peningkatan kualitas sistem AMDAL dan peningkatan sarana
pengendalian dampak lingkungan dalam bentuk laboratorium uji
lingkungan dan metode kalibrasi serta pengujian; dan Pengembangan
kebijakan dan penerapan standarisasi lingkungan dengan sistem
manajemen lingkungan (SML) ISO 14001. Demikian pula telah
dilakukan upaya peningkatan pera

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24