Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akunt (9)

Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) 2017- UNPGRI KEDIRI

OPTIMALISASI MENGGAPAI 100T DENGAN KIPAS BUDAYA SEBAGAI EFISIENSI
FUNGSI KOORDINASI, KOMUNIKASI DAN KINERJA UNIT FINANCE
PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK
Eko Juni Wahyudi
STIE Indonesia Malang

Abstrak
Setiap unit kerja, tidak terkecuali unit finance yang merupakan bagian dari perusahaan Telekomunikasi Indonesia Tbk
(Telkom) tentu menginginkan terjalinnya koordinasi yang baik dan berfungsi secara maksimal, sehingga antar anggota
dan antar bagian di dalam unit kerja dapat bekerjasama dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya, serta tercipta
hubungan yang harmonis dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan bersama secara cepat, tepat, efisien dan efektif.
Tahun 2015 telkom meluncurkan budaya baru / Activation melalui KomunItas Provokasi AktivaSi budaya atau
disebut Kipas budaya yang merupakan peran manajemen strategi dengan optimalisasi fungsi Koordinasi, Komunikasi dan
Kinerja. Kipas budaya adalah suatu terobosan efisiensi untuk menjadikannya sebagai salah satu kunci keberhasilan dalam
perusahaan. Berangkat dari permasalahan-permasalahan di unit kerja, yang mana hasil telaah atas tinjauan tersebut
akhirnya memberikan analisa dan menjawab permasalahan dalam unit kerja sebenarnya dapat ditengahkan, dengan
proses optimalisasi fungsi dari komunikasi, koordinasi dan kinerja melalui kipas budaya. Hasil dari temuan penulis, yaitu
sebagai manajemen strategi yang berorientasi efektifitas pada kinerja yang diharapkan, yaitu menggapai 100T maka salah
satu upaya adalah peningkatan kompetensi pegawai yang mana juga berkaitan dengan penempatan pegawai pada

pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan keahliannya. Hal ini adalah suatu bentuk koordinasi dan komunikasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa koordinasi dan komunikasi erat kaitannya dengan kinerja para pegawai dalam
menjalankan setiap kegiatannya dalam mencapai tujuan unit kerja, termasuk yang sedang berjalan di perusahaan Telkom.
Kata Kunci: Kipas budaya; Manajemen Strategi; Efisiensi; Koordinasi; Komunikasi; Kinerja; Telkom; Keuangan;

PENDAHULUAN
Sebagai suatu perusahaan dengan great
target 2015 yaitu growth 20% higher than
industry
growth ,
PT
Telekomunikasi
Indonesia Tbk (Telkom) merencanakan target
pendapatan sebesar Rp 100 triliun dengan
kapitalisasi pasar Rp 300 triliun. Lima tahun
lagi, BUMN telemomunikasi ini membidik
kapitalisasi pasar Rp 1.000 triliun. Hal
tersebut seiring dengan visi nyata, yaitu
menjadi raja di udara (layanan seluler), darat
(serat optik), dan laut (kabel laut). Di tahun

ini, Telkom sendiri telah belanja modal
sekitar Rp 25 triliun, di mana alokasi terbesar
untuk
bisnis
seluler,
setelah
itu
pengembangan fixed broadband , dan bisnis

lainnya. Oleh karenanya, setiap elemen di
dalam PT Telkom haruslah menjadi suatu
kekuatan internal yang mendukung visi
tersebut. Suatu unit di dalamnya akan
dimaknai sebagai unit kerja yang terintegrasi
dalam kesatuan perusahaan dan turut
memberikan
sinergi
atas
nilai-nilai
perusahaan. Sehingga, dalam penelitian ini,

penulis menjelaskan mengenai unit finance
sebagai bagian dari perusahaan yang
merupakan unit kerja sistematis dalam
pekerjaan yang dirumuskan dengan baik, di
mana
masing-masing
pekerjaan
itu
mengandung wewenang, tugas dan tanggung
jawab tertentu yang memungkinkan orang
tersebut dapat bekerja sama secara efektif
dalam usaha mencapai tujuan bersama.
Penulis merasakan diperlukannya suatu
strategi manajemen yang sehat dan produktif
dalam mengelola segala sumber daya yang

417

Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) 2017- UNPGRI KEDIRI


dimiliki PT Telkom, mengingat Great target
2015 yaitu growth 20% higher than industry
growth . Selain itu Ia juga menjelaskan CFO
Role 2015 yang terbagi menjadi tiga yaitu
return, margin dan ratio. Keuangan ini bisa
bermanfaat dan memberikan gambaran yang
penting sebagai insane Telkom, sehingga
mempunyai bekal yang baik untuk mengawal
program
Telkom
ke
depan.
Guna
merealisasikannya,
saat
ini
Telkom
melakukan transformasi untuk 4 aspek yakni
businesss, people, culture, dan organization.
Point keempat tentang unit kerja ini

menjadi penting
karena
harus follow
strategy, termasuk pula pengelolaan atas
sumber daya manusia yang dimaknai sebagai
aset dan mempunyai peranan penting dalam
menjalankan segala aktivitas perusahaan.
Sebagai karyawan di bagian keuangan
yang bertanggung jawab mengelola dengan
tingkatan menejer di unit finance, penulis
merasakan suatu permasalahan akibat cara
kerja dari karyawan di dalam internal itu
sendiri. Padahal, guna mendukung visi dari
Telkom, telah dirancang budaya baru
/ Activation melalui KomunItas Provokasi
AktivaSi budaya atau disebut Kipas budaya .
Kipas budaya menjadi wadah ekspresi
perilaku seluruh karyawan sehari-hari yang
menginduksi cara kerja baru, tentu saja
dengan atmosfir The Telkom Way. Jargon

Kipas budaya IDeC yaitu SMILE, yang
merupakan singkatan dari Smart, Monetized,
Innovative,
Leading,
Excellent yang
mengandung arti, bahwa Smart, artinya
mengetahui tujuan, mampu menentukan
prioritas dan seberapa banyak yang
dihasilkan. Monetized , atau Idea to Cash ,
Innovative yang berarti menciptakan value
perusahaan, Leading atau selalu menjadi yang
terdepan dan Excellent, yaitu menjadikan
sesuatu yang terbaik dengan cara terbaik.
Akibatnya, penulis menyadari masih perlu
peningkatan kompetensi dibidang finance.
Penulis menyadari bahwasanya, jargon
– jargon budaya Kipas yang dibuat di unit
bisnis Telkom perlu dikembangkan, agar
seirama dengan fungsi manajemen yang baik,
sebab manajemen hanya merupakan alat

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Manajemen yang baik akan memudahkan
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan,
dan mitra usaha serta menjadikan daya guna
dan hasil guna setiap unsur manajemen akan
dapat ditingkatkan. Hal tersebut kemudian

mendorong penulis melakukan analisa untuk
menyelaraskan
kipas
budaya
dalam
menyusun manajemen strategi membuat
perencanaan, mengorganisir, mengarahkan,
mengkoodinir, serta mengawasi kegiatankegiatan dalam suatu unit kerja agar tercapai
tujuan unit kerja secara efisien dan efektif
dengan target 100T di tahun 2015.
Menurut kajian manajemen unit
finance,
penulis

membutuhkan
suatu
terbosoan yang merupakan identifikasi atas
unsur kipas budaya yang dapat dioptimalkan
dalam mencapai tujuan perusahaan. Sekalipun
penulis menyadari bahwa masih banyak hal
yang mempengaruhi kesuksesan dari suatu
perusahaan sebesar PT Telkom, namun hasil
identifikasi penulis mencermati atas 3 (tiga)
unsur penting yang berkenaan dengan kipas
budaya , di mana dalam unit finance yang
akan sangat vital mempengaruhi terwujudnya
tujuan unit kerja, yaitu koordinasi,
komunikasi dan kinerja atau 3K. Dalam
mendukung optimalisasi fungsi kipas budaya
melalui efisiensi 3K di unit finance haruslah
mampu menjelaskan langkah strategis dalam
mendukung target 100T dari telkom Group di
tahun 2015. Selanjutnya manfaat yang dapat
diambil adalah penulis sendiri memiliki

pengetahuan lebih dan mampu belajar dalam
menyusun,
berpikir
kritis
mengenai
manajemen strategi yang mampu memberikan
efektifitas bagi perusahaan.
A. Pendekatan Analisa Masalah / Metodologi
Dalam
penelitian
ini
akan
menggunakan pendekatan sistem, di mana
proses pemecahan masalah secara sistematis
menurut John Dewey, bahwa dalam
mengidenfikasikan
permasalahan
untuk
memecahkan suatu kontroversi dalam
perusahaan akan meliputi langkah, yaitu

mengenali
kontroversi/
permasalahan,
menimbang klaim alternatif, dan membentuk
penilaian.
Serangkaian
langkah
pemecahan
masalah yang memastikan bahwa masalah itu
pertama-tama dipahami, diberikan solusi
alternative yang dapat dipertimbangkan, dan
solusi yang dipilih saat bekerja, sebagai
bentuk intervensi dan optimalisasi pemecahan
masalah. Pentingnya pemecahan masalah
bukan didasarkan pada jumlah waktu yang
dihabiskan tetapi pada konsekuensinya.
Sehingga, dalam melakukan pendekatan ini,
penulis akan memilih strategi/ aksi yang

418


Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) 2017- UNPGRI KEDIRI

diyakini akan memberikan solusi terbaik dari
unit finance dalam perusahaan PT. Telkom.
B. Analisa Pemecahan Masalah Pembahasan
1. Kipas budaya Sebagai Efisiensi Fungsi
Koordinasi Dalam Manajemen
Dalam
kipas
budaya ,
pengkoordinasian
merupakan
usaha
mensinkronkan dan menyatukan segala
kegiatan dalam unit kerja agar tercapai
tujuan unit kerja. Menurut penulis, untuk
menjadikan PT.Telkom khususnya unit
finance mampu berhasil dengan baik
haruslah memahami makna koordinasi
antar lini. Pengkoordinasian merupakan
tugas yang sulit dilakukan, terlebih atas
permasalahan menggapai target 100T dan
karena berbagai perbedaan yang ada di
dalam unit finance dan perusahaan,
seperti misalnya perbedaan tujuan, waktu,
hubungan
perseorangan,
formalitas
struktur
dan
lain-lain.
Tujuan
perseorangan mungkin saja berbeda
dengan tujuan unit kerja, sehingga
berakibat bagian yang satu dengan yang
lain di dalam unit kerja saling
mementingkan kepemimpinan sendiri,
dan lain-lain.
Oleh karena itu, setiap unit kerja
tidak terkecuali PT.Telkom khususnya
unit
finance
tentu
menginginkan
terjalinnya
fungsi
manajemen
pengkoordinasian
yang
baik
dan
berfungsi secara maksimal, sehingga
antar anggota dan antar bagian di dalam
unit kerja dapat bekerjasama dalam
menjalankan tugas dan pekerjaannya,
sehingga tercipta hubungan
yang
harmonis dan dinamis dalam rangka
mencapai tujuan bersama secara cepat,
tepat, efisien dan efektif dalam rangka
menyatukan visi meraih target 100T di
tahun 2015.
Umumnya seseorang yang tidak
memahami pentingnya koordinasi dalam
unit kerja yang belum sesuai dengan apa
yang diharapkan. Hal ini terlihat dari
pekerjaan yang dilaksanakan terhambat
prosesnya, penggunaan sumber daya yang
ada tidak efisien, dan hasil pekerjaan
yang tidak maksimal, dan lain-lain, yang
kesemuanya itu membuat pekerjaan tidak
dapat diselesaikan dengan baik, sehingga
efektivitas kerja tidak dapat ditingkatkan.

Hal tersebut terjadi karena akibat
dari koordinasi yang tidak dijalankan
secara efektif, seperti komunikasi yang
tidak lancar, kesadaran pentingnya
koordinasi yang kurang dan perencanaan
koordinasi yang kurang jelas dan terarah.
dapat penulis katakan di sini yaitu tentang
bagaimana keadaan dan situasi koordinasi
yang dijalankan masing-masing bagian,
sebagai berikut :
a. Perencanaan
koordinasi
belum
tersusun.
b. Komunikasi secara tertulis masih
belum berjalan dengan baik.
c. Kesadaran akan perlunya koordinasi
antar pegawai yang masih kurang.
d. Pelaksanaan koordinasi yang jarang
diformalitaskan.
Penulis
kemudian
berasumsi
bahwa kebutuhan akan koordinasi
tergantung pada sifat dan kebutuhan
komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan
derajat saling ketergantungan bermacammacam
satuan
pelaksanaannya.
Setidaknya ada tiga macam bentuk yang
merupakan saling ketergantungan di
antara satuan-satuan unit kerja, yaitu :
a. Saling ketergantungan yang menyatu
(pooled intrerdependence), bila
satuan-satuan unit kerja tidak saling
tergantung satu dengan yang lain
dalam melaksanakan kegiatan harian
tetapi tergantung pada pelaksanaan
kerja setiap satuan yang memuaskan
untuk suatu hasil akhir.
b. Saling ketergantungan yang berurutan
(sequential
inter
dependence),
dimana suatu satuan unit kerja harus
melakukan pekerjaannya terlebih
dahulu sebelum satuan yang lain
dapat bekerja.
c. Saling ketergantungan timbal balik
(reciprocal
interdependence),
merupakan hubungan memberi dan
menerima antar satuan unit kerja.
Karena, melihat kenyataan ini
kemudian
penulis
merasa
lebih
menyadari akan pentingnya koordinasi
yang harus dijalankan sebaik mungkin,
antar anggota dan antar bagian
PT.Telkom khususnya unit finance dalam
menjalankan target 100T di tahun 2015,
yang mana akan memaksimalkan
koordinasi antar bagian, sehingga tujuan

419

Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) 2017- UNPGRI KEDIRI

perusahaan dapat tercapai secara efisien
dan efektif.
2. Analisa Pentingnya Koordinasi Sebagai
Kunci Keberhasilan Menggapai 100T
melalui Kipas budaya
Dalam inovasi penulis atas
optimalisasi kipas budaya , 3K yang
pertama adalah koordinasi, di mana
merujuk berdasarkan kebutuhan pada unit
kerja yang komplek, maka setiap bagian
harus bekerja secara terkoordinasi, agar
mendapatkan hasil yang diharapkan.
Koordinasi terhadap sejumlah bagianbagian yang besar pada setiap usaha yang
luas daripada unit kerja demikian
pentingya sehingga beberapa sarjana
administrasi menempatkan koordinasi ini
dalam titik pusat analisanya. Koordinasi
yang efektif adalah suatu keharusan untuk
mencapai administrasi yang baik dan
merupakan tanggung jawab yang
langsung dari pimpinan.
Koordinasi akan menjadi penting
dalam realisasi program Self Assessment
Good Corporate Governance (GCG).
Sebab, dalam hal tersebut dimaknai
bahwa perusahaan melalui manajemen
strategi harus melakukan koordinasi
untuk mengetahui kemampuan seorang
pimpinan
unit/
divisi
dalam
mengkoordinasikan
bawahannya,
tergantung daripada beberapa jumlah
bawahannya yang harus dikendalikan.
Hal tersebut selaras dengan upaya untuk
melakukan
evaluasi
dan
review
pengendalian intern kegiatan Unit secara
berkesinambungan.
Bila
jenjang
pengendalian yang luas berarti jumlah
bawahan yang harus dikendalikan
banyak, dan sebaliknya. Penulis juga
beranggapan
bahwa
“koordinasi
fungsional adalah koordinasi secara
horizontal.” Hal ini disebabkan karena
sebuah unit tidak mungkin dapat
melakukan sendiri tanpa bantuan unit unit
kerja lain.
Koordinasi yang baik adalah
mengkehendaki proses, sebab koordinasi
adalah pekerjaan menyeluruh dan
bersama yang bersifat kesinambungan
dan harus dikembangkan sehingga tujuan
dapat tercapai dengan baik. Sebagai
upaya optimalisasi, maka koordinasi
adalah konsep yang diterapkan didalam

kelompok,
individu.

bukan

terhadap

usaha

3. Komunikasi
Sebagai
Kunci
Keberhasilan Sebagai PT Telkom
Bermitra dan Kekuatan Internal
Optimalisasi strategi kipas budaya
yang
kedua,
adalah
komunikasi.
Meskipun
koordinasi
mempu
memberikan pengaruh yang signifikan,
namun nyatanya saat orang bekerja sama
sebagai hasil pengertian tentang tugas
masing-masing dan perintah seorang
pejabat atau seorang pimpinan supaya
berkoordinasi, adalah hal yang tidak dapat
dipaksakan. Oleh karena itu, guna
merealisasikan target 100T dibutuhkan
suatu cara lain dalam unit kerja, yaitu
komunikasi dalam bermitra baik bermitra
di luar maupun kekuatan komunikasi
internal perusahaan.
Upaya
komunikasi
telah
dilakukan, dalam bermitra di ranah
internasional
seiring
dengan
pembangunan backbone sepanjang
75
ribu km di seluruh wilayah nusantara
bakal rampung dan akan dilanjutkan ke
berbagai negara. Investasi di dalam negeri
bakal mencapai Rp 3,6 triliun, sedang
ekspansi ke luar negeri menelan dana
investasi 240 juta dolar AS. Selain itu,
Telkom juga siap menjadikan Indonesia
sebagai jalur global network. Langkah
tersebut sudah dilakukan dengan meneken
kesepakatan pembangunan kabel laut
internasional.Telkom
juga
sudah
mengantongi
rencana pembangunan
jaringan kabel laut yang diberi nama
Indonesia
Global
Gateway
guna
menghubungkan Indonesia ke negaranegara belahan Barat hingga Eropa
melalui Konsorsium South East AsiaMiddle East-Western Europe 5 (SEAME-WE 5) dengan SEA-US. Dari sisi
internal sendiri, semua karyawan Telkom
Group dan mitranya saat ini haruslah
berdarah digital untuk mendorong
Telkom agar menjadi raja di udara,darat
dan laut, serta untuk menjadi raja di
region.
Dalam unit finance sendiri,
komunikasi akan membuat jembatan
yang hilang (missing link) antara
kompetensi
pegawai
dan
tujuan
perusahaan agar menjadi lebih dimaknai.

420

Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) 2017- UNPGRI KEDIRI

Komunikasi akan bertindak untuk
mengontrol perilaku anggota. Karenanya,
komunikasi merupakan kunci untuk
mencapai koordinasi yang efektif.
Koordinasi secara langsung tergantung
pada
perolehan,
penyebaran
dan
pemrosesan informasi. Semakin besar
ketidak-pastian tugas yang dikoordinasi,
semakin membutuhkan informasi. Untuk
alasan ini, koordinasi pada dasarnya
merupakan tugas pemrosesan informasi.
Merujuk pada kipas budaya , maka
melalui komunikasi, maka didapatkan
cara sekalipun tanpa pimpinan, maka
akan dapat untuk mendisiplinkan diri
melalui
pendekatan
yang
baik,
menciptakan
kondisi
kerja
yang
menantang yang dapat diterima oleh
seluruh staff. Tetapi tidak hanya sampai
disitu, ada teknik-teknik lain yang dapat
digunakan perusahaan dalam melakukan
optimalisasi komunikasi, diantaranya
memberikan pujian tentang pekerjaan
yang dilaksanakan dengan baik.
Proses interaksi atau hubungan
satu sama lain yang dikehendaki oleh
seseorang dengan maksud agar dapat
diterima dan dimengerti di antara
sesamanya atau pemahaman bersama
(common
understanding ).
Saling
pengertian antara seseorang, maksud
penyampaiannya tidak hanya dengan
kata-kata, tetapi juga secara tertulis
maupun secara lisan. Komunikasi
menjadi
bagian
penting
yang
diperhatikan oleh manajemen, karena
manusia
mulai
menyadari
akan
pendekatan
manusiawi
melalui
komunikasi yang baik.

4. Kinerja Sebagai Penentu Keberhasilan
Unit kerja
Hal terakhir yang merupakan
intepretasi penulis dengan menyebut
kipas budaya , yaitu output
berupa
kinerja. Unit kerja yang “hidup” adalah
unit kerja yang “bekerja”. Maksud hal
tersebut adalah bahwa unit kerja yang
berhasil adalah unit kerja yang bekerja
dan aktif. Kinerja yang diharapkan oleh
unit kerja adalah yang meliputi pekerjaan
yang benar (doing the right things), dan
melakukan pekerjaan dengan benar
(doing things right).

Tercapainya target 100T di tahun
2015
dari
PT.
Telkom
hanya
dimungkinkan karena upaya para pelaku
yang terdapat pada unit kerja atau
perusahaan tersebut. Dalam hal ini
sebenarnya terdapat hubungan erat antar
kinerja
perorangan
(Individual
performance) dengan kinerja unit kerja
(organization performance). Dengan kata
lain bila kinerja karyawan baik maka
kemungkinan besar kinerja dalam
perusahaan juga baik. Kinerja seorang
karyawan akan baik bila dia mempunyai
keahlian (skill) yang tinggi, bersedia
bekerja karena digaji atau diberi upah
sesuai dengan perjanjian, mempunyai
harapan (expectation ) masa depan baik.
Menurut beberapa sumber yang
penulis telaah, terdapat pengertian yang
menyerupai mengenai kinerja, yaitu
kinerja adalah penampilan hasil karya
personel baik kuantitas maupun kualitas
dalam suatu unit kerja (Haroldz, 2012:
46). Kinerja dapat merupakan penampilan
individu maupun kelompok kerja
personel. Penampilan hasil karya tidak
terbatas kepada personel yang memangku
jabatan fungsional maupun struktural,
tetapi juga kepada keseluruhan jajaran
personel di dalam unit kerja.
Deskripsi dari kinerja menyangkut
3 komponen penting, yaitu tujuan, ukuran
dan penilaian. Penentuan tujuan dari
setiap unit unit kerja merupakan strategi
untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini
akan
memberikan
arah
dan
mempengaruhi bagaimana seharusnya
perilaku kerja yang diharapkan unit kerja
terhadap
setiap
personel.
Selain
penentuan tujuan juga dibutuhkan ukuran
yaitu apakah seorang personel telah
mencapai kinerja yang diharapkan. Aspek
ketiga dari kinerja adalah penilaian.
Penilaian kinerja secara reguler yang
dikaitkan dengan proses pencapaian
tujuan kinerja setiap personel.
Kinerja meliputi beberapa aspek,
yaitu :
a.
uality of Work (Kualitas Pekerjaan)
Baik atau buruknya pekerjaan yang
dihasilkan oleh pegawai dalam suatu
unit kerja, dapat menjadi penilaian
baik atau buruknya unit kerja
tersebut dalam hal pencapaian

421

Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) 2017- UNPGRI KEDIRI

tujuannya. Semakin baik hasil
pekerjaan terutama dari segi
kualitasnya mengindikasikan baik
atau buruknya tujuan unit kerja yang
akan dan telah dicapai. Secara
umum kualitas pekerjaan ini dapat
dinilai dari segi ketepatan waktu,
biaya serta kebenaran hasil yang
diperoleh.
b.
romptness (Tepat Waktu)
Secara umum ketangkatasan dan
kecepatan
pegawai
dalam
melaksanakan pekerjaannya akan
menjadi ukuran baik atau buruknya
kinerja pegawai yang bersangkutan.
Ketangkasan dan kecepatan pegawai
dalam melaksanakan pekerjaan ini
lebih ditekankan pada waktu
pengerjaan tugas yang diberikan,
namun pada akhirnya kecepatan dan
ketangkasan
pegawai
tersebut
berdampak pada kuantitas atau
jumlah pekerjaan yang adapat
diselesaikan oleh pegawai yang
bersangkutan.

c.
nitiative (Inisiatif)
Inisiatif seseorang (atasan atau
pegawai bawahan) berkaitan dengan
daya pikir, kreativitas dalam bentuk
ide untuk merencanakan sesuatu
yang berkaitan dengan tujuan unit
kerja. Setiap inisiatif sebaiknya
mendapat perhatian atau tanggapan
positif dari atasan, kalau memang
dia atasan yang baik. Atasan yang
buruk selalu mencegah inisiatif dari
bawahan, lebih-lebih bawahan yang
kurang disenangi. Apabila atasan
menjegal setiap inisiatif tanpa
memberikan penghargaan berupa
argumentasi dan daya dorng untuk
maju atau dengan kata lain inisiatif
peserta unit kerja merupakan daya
dorong kemajuan yang akhirnya
akan mempengaruhi kinerja unit
kerja tersebut.

d.
apability (Kecakapan)
Seseorang yang dirasakan mampu
dan memiliki keahlian haruslah
ditempatkan pada sub kerja/ unit
kerja yang sesuai dengan landasan
keahliannya. Hal tersebut sangat

berkaitan
dengan
keinginan
PT.Telkom untuk karyawannya
melek terhadap sistem informasi
digital.
e.
ommunication (Komunikasi)
Komunikasi
akan
mengukur
bagaiamana
kinerja
seseorang
mampu menyampaikan, bekerja
P sama dengan rekan unit kerja atau
untuk
unit
kerja
dalam
mengimplementasikan
informasi
yang diberikan sesuai tujuan
perusahaan.

C. Analisa Rencana Kerja Mendukung Target
100T melalui Kipas budaya Dalam Efisiensi
Koordinasi, Komunikasi dan Kinerja
Dalam unit finance, maka koordinasi
berhubungan
dengan
tugas-tugas
penggabungan usaha-usaha (effort) agar dapat
dengan berhasil mencapai suatu tujuan.
Penggabungan usaha-usaha tersebut sengaja
dimaksudkan untuk mencapai tujuan, atau
koordinasi
akan
berhasil
dengan
menggunakan planning, organizing, actuating
dan controlling.
Dengan menggunakan
I
koordinasi dan komunikasi inilah koordinasi
akan dilaksanakan dan berhasil dan membuat
kinerja menjadi dapat dicapai secara efektif.
Bila suatu kinerja ingin dicapai secara
efektif, maka diperlukan usaha bersama oleh
setiap anggota atau setiap unit/bagian dalam
unit kerja. Untuk itu diperlukan koordinasi
yang baik dan lancar antar masing-masing
unit/bagian dan anggota unit kerja. Di sinilah
peran penting koordinasi yang harus
dijalankan dengan baik, sehingga setiap usaha
atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan bersama dapat dicapai secara efektif.
Untuk mencapai hal tersebut, maka rencana
kerja akan meliputi penguatan atau
optimalisasi dari koordinasi, komunikasi dan
efektifitas kinerja.
Langkah-langkah yang ditempuh unit
finance dalam melaksanakan optimalisasi
tersebut adalah:
1. Usaha persiapan dengan mempersiapkan
manajer
untuk memecahkan masalah
C
dengan menyediakan orientasi sistem, di
mana dalam hal tersebut meliputi:
a. Memandang PT.Telkom sebagai
suatu sistem. Mampu melihat
perusahaan anda sebagai suatu
sistem.

422

Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) 2017- UNPGRI KEDIRI

b. Mengenal
sistem
lingkungan.
Hubungan
perusahaan
dengan
lingkungan juga penting.
c. Mengidentifikasi subsistem-subsistem
perusahaan
d. Subsistem-subsistem
utama
perusahaan juga perlu diidentifikasi,
dan subsistem tersebut dapat
mengambil beberapa bentuk.
2. Usaha
definisi,
yang
mencakup
mengidentifikasi
masalah
untuk
dipecahkan
dan
kemudian
memahaminya. Upaya definisi pertamatama mencakup kesadaran bahwa suatu
masalah ada atau tidak ada (identifikasi
masalah)
dan
kemudian
cukup
mempelajarinya untuk mencari solusi
(pemahaman masalah). Upaya definisi
mencakup dua langkah:
a. Bergerak dari tingkat sistem ke
subsistem, di mana ketika manajer
berusaha memahami masalah, analis
mulai dengan sistem yang menjadi
tanggung jawab manajer. Sistem itu
dapat berupa perusahaan atau salah
satu unitnya dengan bergerak
menuruni hirarki sistem, tingkat
demi tingkat.
b. Menganalisis bagian-bagian sistem
dalam suatu urutan tertentu
c. Usaha
solusi,
yang
mencakup
mengidentifikasi
berbagai
solusi
alternatif, mengevaluasinya, memilih
satu yang tampak terbaik, menerapkan
solusi itu dan membuat menindaklanjuti
untuk menyakinkan bahwa masalah itu
terpecahkan.
Dalam rencana kerja, unit finance
sendiri telah membuat suatu sasasran untuk
peningkatan efektifitas sistem pengendalian
intern perusahaan, pedoman Good Corporate
Governance (GCG) sesuai dengan ketenuan
dan peraturan yang berlaku dalam
melaksanakan tugasnya di Telkom, dan
peningkatan kemampuan dan kompetensi
Karyawan di bagian keuangan Perusahaan.
Dalam menyelesaikan sasaran-sasaran
di atas, seperti peningkatan efektifitas sistem
pengendalian intern perusahaan, maka
manajer terlibat dalam pemecahan masalah
untuk pengambilan keputusan yang efektif
dan efisien. Mengingat, fungsi dari
optimalisasi koordinasi dalam Unit finance,
maka penulis menekankan bahwa tujuan

koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan
dari pada usaha meminta suatu pengertian
kepada sesama individu agar ikut serta
melaksanakan tujuan sebagai kelompok.
Dalam strateginya, unit finance
melakukan evaluasi dan review pengendalian
intern
kegiatan
Unit
secara
berkesinambungan. Hal tersebut, berkaitan
dengan konsep kesatuan tindakan, adalah inti
daripada koordinasi, kesatuan daripada usaha
berarti pemimpin harus mengatur usaha-usaha
diri setiap individu sehingga terdapat
keserasian dalam mencapai hasil. Kesatuan
tindakan ini merupakan suatu kewajiban
daripada pemimpin untuk memperoleh suatu
koordinasi yang baik, dengan mengatur
jadwal yang dimaksudkan bahwa usaha itu
berjalan sesuai rencana.
Selain itu, meninjau pada sasaran dan
target 100T dengan strategi berkoordinasi
dengan unit lainnya dalam menjalin
komunikasi yang baik terhadap mitra usaha
dan kompetensi intenal pegawai, maka
menurut penulis bahwa koordinasi harus
dicapai dengan jalan hubungan-hubungan
orang secara antar-pribadi dan horizontal di
dalam suatu perusahaan/unit kerja. Koordinasi
tidak bisa muncul dengan sendirinya,
dikarenakan bahwa kebutuhan dari koordinasi
dimulai dari berbagai kewajiban yang harus
diusahakan,
dan
orang-orang
yang
melaksanakannya.
Proses menilai hasil karya personel
dalam suatu unit kerja melalui instrument
penilaian kinerja. Pada hakikatnya penilaian
kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap
penampilan kerja dari para personel dengan
membandingkannya dengan standar baku
penampilan. Namun, tidak semua kinerja
dapat diberikan penilaian, sehingga hal
tersebut bisa dilakukan dengan langkah
komunikasi dan kemudian mengkoordinasi
dengan bagian/ unit yang terkait. Karenanya,
dengan banyaknya permasalahan yang
dihadapi oleh perusahaan, seperti ancaman
global OTT (Over The Top) dan dituntut suatu
pengolahan kreatifitas untuk memecahkan
hal–hal seperti masalah yang kemudian
muncul sebagai peluang, masukkan dari
pelanggan, ide yang mampu memecahkan
masalah, tantangan, implementasi dari strategi
berpikir, ada beragam proses follow up .
Kesemuanya itu dituntut dimiliki oleh
individu untuk dapat mengangkat perusahaan
agar mampu berkompetisi. Disinilah peran

423

Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) 2017- UNPGRI KEDIRI

dari koordinasi, komunikasi dan kinerja dari
seluruh elemen unit kerja dibutuhkan.
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Koordinasi, komunikasi dan
kinerja merupakan bagian dari “kipas
budaya ” merupakan tiga hal penting
yang harus saling diintegrasikan satu
dengan yang lainnya. Dalam mencapai
sasaran untuk meralisasikan target
pendapatan pendapatan sebesar Rp 100
triliun dengan kapitalisasi pasar Rp 300
triliun. Lima tahun lagi, BUMN
telemomunikasi
ini
membidik
kapitalisasi pasar Rp 1.000 triliun.
Melalui 3K dalam konsep kipas budaya,
maka unit finance telah melakukan
langkah-langkah
strategis
dalam
perbaikan dan peningkatan kemampuan
dan kompetensi Karyawan. Fungsi kipas
budaya menjadi penting artinya dalam
manajemen
dalam
rangka
mengintegrasikan semua kegiatan yang
dilakukan oleh setiap bagian di dalam
unit kerja. Dengan koordinasi yang
efektif antar bagian atau satuan yang ada
di dalam sebuah unit kerja, maka
komunikasi dan kinerja akan terbentuk
untuk setiap kegiatan yang dijalankan
oleh masing-masing satuan unit kerja dan
pada akhirnya dapat dilakukan secara
efektif.
Hal ini menunjukkan adanya
hubungan yang erat antara koordinasi
dengan komunikasi dan kinerja di
masing-masing satuan unit kerja.
Tinjauan atas koordinasi, komunikasi dan
kinerja haruslah menjadi suatu hal yang
dapat diteruskan melalui sebuah peelitian
ilmiah. Menyadari ini hanya sebatas
penelitian,
tentunya
penulis
menginginkan
penyempurnaan
dari
berbagai pihak.
2.

Saran
Sebagai suatu saran, maka harapan
lebih lanjut bahwa pengembangan
permasalahan yang berfokus pada kipas
budaya sebagai jargon perbaikan unit
kerja, khususnya unit finance akan
membawa kepada konsep ber-unit kerja
yang benar dengan menciptakan suatu
hal terkait manajemen strategi, yang
meliputi perencanaan, pengunit kerjaan,

pengkoordinasian,
pelaksanaan dan
pengawasan
terhadap
pengadaan,
pengembangan, pemberian balas jasa,
pengintegrasian,
pemeliharaan
dan
pemisahan tenaga kerja dalam rangka
mancapai target dan visi PT Telkom
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Bachtiar. (2002). The National Commitee On
Govermental Accounting. Jakarta :
Salemba Empat.
Effendi, Onong Uchjana. (2006) Kepemimpinan
dan Komunikasi. Bandung : Alumni.
Effendy, Onong Uchjana, (2003). Ilmu, Teori dan
Filsafat Komunikasi. Bandung :PT Citra
Aditya Bakti
Eni, Fitriyani. (2013). Analisis Kegiatan
Komunikasi Unit kerja Pada PT. Kresna
Duta Agroindo Perkebunan Sinar Mas
Group Kecamatan Kombeng Kabupaten
Kutai Timur. Kutai: eJurnal Ilmu
Komunikasi Vol 1(2): 518-531. FISIP
Universitas Mulawarman.
Handoko, T. Hani. (2009) Manajemen Edisi 12.
Yogyakarta : BPFE.
Hasibuan, S.P Malayu. (2006). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT.
Toko Gunung Agung.
Ikhwansyah, Isis. (2010). Hukum persaingan
usaha dalam implementasi teori dan
praktik (kaitannya dengan hukum
perlindungan konsumen dalam sector
telekomunikasi). Bandung: UNPAD
Press.
Ivancevich, John M.; Robert Konopaske dan
Michael T. Matteson. 2007. Perilaku dan
Manajemen Organisas,.terj. Gina Gania.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Koontz, Harold dan O’Donnell, Cyril. (2012).
Manajemen
diterjemahkan
oleh
Antarikso, A. Firman, Agus Dharma dan
Hendardi. Jakarta : Erlangga.
Mardiasmo, (2013). Konsep Ideal Akuntabilitas
dan Transparansi Organisasi Layanan
Publik. Yogyakarta: Majalah Swara
MEP, Vol. 3 No. 8 Maret, MEP UGM
Jogjakarta.
Mulyana, Deddy. (2011). Metodologi Penelitian
Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya.
Bandung: Rosda
Nurudin. (2013). Komunikasi Massa . Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

424

Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) 2017- UNPGRI KEDIRI

Pusat Pengembangan Bahan Ajar. (2012). Tata
Tulis Karya Ilmiah : Bagian VI. Studi
Kepustakaan .
Pusat Pengembangan
Bahan Ajar-UMB.
Siagian, Sondang. (2008). Manajemen Sumber
Daya Manusia . Jakarta: Bumi Aksara.
Stone, Raymond J. (2005). Human Resources
Management. Quensland: Jhon Willeys
& Son Australia, Ltd., Fifth Edition.

425