PIH hand out5 Materi Kuliah Semester 1 | FKPH GUIDE pih hand out 5

1

KAEDAH HUKUM
Hukum adalah salah satu kaedah yang
mengatur hubungan antar pribadi dalam
masyarakat. Manusia sebagai mahluk sosial
dalam menjaga kelangsungan hidupnya
senantiasa tidak pernah bisa menghindarkan
diri dari jangkauan perangkat aturan-aturan
hukum. Dimana ada masyarakat di situ ada
hukum.

2

Manusia di samping sebagai anggota masyarakat
yang keberadaannya tidak terlepas dari hubungan
sesamanya, juga dia masih bisa dilihat sebagai
makhluk mandiri yang punya “kepribadian” yang
berbeda dengan manusia yang lain. Jadi sifat
kehidupan berkelompok dengan perangkat aturanaturannya sendiri dan kehidupan pribadi yang juga
punya aturannya sendiri merupakan dasar dari

adanya berbagai macam kaedah. Oleh karena itu
dapatlah dijelaskan bahwa berbagai kaedah yang
menguasai kehidupan manusia itu dapat dibedakan
menjadi:
-

Tata Kaedah Aspek hidup Pribadi.
Tata Kaedah Aspek hidup antar Pribadi.
3

KAEDAH HUKUM ABSTRAK DAN KAEDAH HUKUM
KONKRIT
Dari sudut daya cakup maupun hierarki, kaedah hukum
meliputi kaedah hukum abstrak atau umum dan kaedah
hukum konkrit atau individual. Menurut Hans Kelsen, tata
kaedah hukum dari suatu negara itu merupakan sistem
kaedah-kaedah sederhana dapatlah diuraikan sebagai
berikut:
tingkat paling bawah dari tata kaedah tersebut terdiri dari
kaedah-kaedah individual yang dibentuk oleh badan-badan

pelaksana hukum, khususnya pengadilan. Kaedah-kaedah
individual tersebut senantiasa tergantung dari undangundang yang merupakan kaedah-kaedah umum yang
dibentuk oleh badan legislatif, dan hukum kebiasaan yang
merupakan tingkatan lebih tinggi. Undang-undang dan
hukum kebiasaan tersebut tergantung pada konstitusi yang
merupakan tingkat tertinggi dari tata kaedah hukum yang
dianggap sebagai suatu sistem kaedah-kaedah positif.
.

4

Sahnya kaedah
Kaedah yang lebih rendah senantiasa tergantung atau
didasarkan pada kaedah-kaedah yang lebih tinggi pada
tingkat tertib hukum nasional (national legal order), konstitusi
menduduki tempat yang paling tinggi. Jadi dalam tertib hukum
nasional negara kita, Undang-undang Dasar 1945 merupakan
kaedah hukum yang tertinggi, sehingga segala bentuk
perundang-undangan yang ada seharusnya merupakan
pencerminan jiwa dan asas-asas yang terkandung dalam

Undang-undang Dasar 1945. Konsekuensi dari ajaran Hans
Kelsen tersebutlah bahwa setiap bentuk perundang-undangan
yang tidak sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945
seharusnya dinyatakan tidak berlaku atau dicabut, setelah
melalui suatu proses pengujian melalui Mahkamah Konstitusi
(Psl. 24 C UUD `45)
Pengujian terhadap peraturan perundang-undangan yang
menyangkut isinya dinamakan pengujian secara material
(meteriele toetsingsrecht). Sedangkan pengujian yang
menyangkut tentang tata cara pembuatannya dinamakan
pengujian secara formal (formeele toetsingsrecht).
5
5

Menurut ketentuan perundang-undangan
(Undang-undang no.14 tahun 1970).

yang

berlaku


Pengujian secara material terhadap perundang-undangan di Indonesia
hanya dimungkinkan terhadap peraturan-peraturan yang derajatnya lebih
rendah dari undang-undang. Hal tersebut dapat di baca dalam pasal 26
ayat (1) Undang-undang no.14 tahun 1970 tentang Pokok Kekuasaan
Kehakiman yang berbunyi sebagai berikut :
“Mahkamah Agung berwenang, untuk menyatakan tidak sah semua
perundangan dari tingkat yang lebih rendah dari undang-undang atas
alasan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi”.
Kamudian ayat (2) dari undang-undang tersebut menambahkan bahwa :
“Putusan tentang pernyataan tidak sahnya peraturan perundangundangan tersebut dapat diambil berhubung dengan pemeriksaan tingkat
kasasi. Pencabutan dari peraturan perundang-undangan yang
dinyatakan tidak sah tersebut, dilakukan oleh instansi yang
bersangkutan”.
6
6

Konstitusi sebagai kaidah hukum
positif

merupakan kaidah hukum tertinggi yang tidak
tergantung pada suatu bentuk kaidah hukum
positif, tetapi ditentukan oleh suatu kaedah yang
dirumuskan oleh pemikiran yuridis yang
merupakan kaidah dasar yang hipotetis.
Uraian mengenai hal tersebut dapat digambarkan
dalam suatu bagan sebagai berikut :
Kaedah Dasar yang hipotetis
Konstitusi
Hukum kebiasaan
Undang-undang
Kaidah-kaidah
Individual

di bentuk oleh badan legislatif

di bentuk oleh badan pelaksana hukum
7
7


Kaedah hukum konkrit atau kaedah hukum individual dapat
dijelaskan dengan beberapa contoh dibawah ini :
1) Seseorang telah melakukan perbuatan yang diancam oleh ketentuan
hukum pidana yang berlaku, misalnya mencuri.
Melakukan pencurian diancam pidana oleh ketentuan pasal 362 KUHP. Jika
orang tersebut
terbukti memenuhi unsur-unsur yang disebutkan
dalam pasal yang bersangkutan, maka hukuman dapat dijatuhkan oleh
Pengadilan. Keputusan pengadilan yang menjatuhkan hukuman terhadap
orang tersebut merupakan kaedah hukum konkrit yang khusus ditujukan
kepada orang tertentu, yakni si pelaku. Hal ini berbeda dengan ketentuan
yang dipakai sebagai dasar untuk penjatuhan hukuman yang merupakan
kaedah hukum abstrak yang berlaku umum, artinya berlaku bagi siapa saja
yang memenuhi rumusan pasal tersebut.

2) Kaedah hukum konkrit tidak selalu berasal dari badan peradilan yang

berupa keputusan tertentu, tetapi dapat pula berasal dari badan
pemerintahan (bestuur), misalnya berbagai ijin yang dikeluarkan badan
yang berwenang

pada orang-orang tertentu untuk dapat melakukan
suatu kegiatan tertentu.
8

8



Contohnya adalah ijin yang dikeluarkan untuk melakukan impor/ekspor barangbarang tertentu, ijin untuk mendirikan bangunan, ijin mengemudikan
kendaraan bermotor dan berbagai ijin yang lain. Berbag·ai ijin yang dikeluarkan
oleh
“bestuur”
tersebut
juga
merupakan
kaidah-kaidah
hukum
konkrit/individual.




Dari contoh-contoh yang dikemukakan di atas terlihat bahwa yang diatur
adalah tentang sikap tindak atau perilaku tertentu yang khusus dan kongkrit
dari pihak-pihak tertentu saja.



Kemudian, yang perlu diperhatikan adalah bahwa kaedah-kaedah individual
yang dikeluarkan tersebut harus mempunyai dasar atau pijakan hukum; yakni
ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan hukum yang berlaku dan mempunyai
derajat yang lebih tinggi.

9
9

3. Isi dan sifat Kaedah Hukum
-

Suatu kaedah hukum jika ditinjau dari segi isinya dapat dikenal
adanya tiga macam kaedah. Ketiga macam kaedah tersebut

adalah:
Kaedah hukum yang mengandung atau berisikan suruhan
(“gebod”).
Kaedah hukum yang mengandung atau berisikan larangan
(“verbod”)
Kaedah hukum yang mengandung atau berisikan kebolehan
(“mogen”).

Dari ketiga macam kaedah hukum tersebut dapat diberi beberapa
contoh sebagai berikut
a. kaedah hukum yang berisikan suruhan yang terdapat dalam
hukum Tata Negara kita adalah ketentuan yang terdapat dalam
pasal 22 ayat (1), (2), dan (3) Undang-undang Dasar 1945
yang berbunyi sebagai berikut :
- Dalam hal-ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden
berhak menetapkan peraturan Pemerintah sebagai pengganti
Undang-undang.
- Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.
- Jika tidak dapat persetujuan, maka Peraturan Pemerintah itu

harus dicabut.
10
10

b. Kaedah hukum yang berisikan larangan .
Kaedah ini dapat ditemukan dalam pasal 8 dari UU
No. 1 Tahun 1974 yang pada dasarnya menyatakan
bahwa suatu perkawinan dilarang dilangsungkan antar
dua orang yang :
-berhubungan darah dalan garis keturunan ke bawah
ataupun ke atas.
-Berhubungan
darah dalam
garis keturunan
menyamping yaitu antar saudara, antara seseorang
dengan saudara orang tua dan antar seseorang dengan
saudara neneknya.

11
11


c. Kaidah hukum yang berisikan kebolehan dapat
dijumpai dalam pasal 29 ayat (1) Undang-undang
No.1
Tahun 1974 yang menyatakan bahwa pihak-pihak yang
menikah dapat mengadakan perjanjian tertulis yang
disyahkan oleh Pegawai pencatat perkawinan pada waktu
atau sebelum perkawinan dilangsungkan asalkan tidak
melanggar batas-batas hukum agama dan kesusilaan.
Di samping pembedaan kaedah hukum menurut
isinya, kaedah hukum dapat pula dibedakan menurut
sifatnya, yang dapat dikelompokkan ke dalam:
(1) Kaedah-kaedah hukum yang bersifat imperatif
(kaedah suruhan dan larangan)
(2) Kaedah-kaedah hukum yang bersifat fakultatif
(kaedah kebolehan).

12
12

4. Perumusan Kaedah Hukum

Kaedah hukum sebagai bagian dari tata kaedah yang mengatur
aspek hidup antar pribadi bertujuan untuk mencapai kedamaian
hidup bersama. Seperti halnya dengan kaedah-kaedah yang lain,
kaedah hukum juga mematoki atau memberi pedoman, di samping
sifat membatasi, perilaku/sikap tindak pribadi dalam hubungannya
dengan pribadi lain. Supaya pedoman tersebut dapat dimengerti,
maka kaedah hukum perlu dirumuskan sedemikian rupa sehingga
dengan rumusan-rumusan tersebut selanjutnya dapat dijadikan
pedoman bersama.
Perumusan kaedah hukum dapat digolongkan ke dalam dua
pandangan yakni:
a. pandangan hipotetis atau bersyarat, (“hypothetical judment”')
Suatu kaedah hukum digolongkan ke dalam pandangan hipotetis
bilamana perumusan kaedah tersebut menunjuk adanya
hubungan antara suatu kondisi tertentu dengan konsekuensi
tertentu. Berbagai ketentuan dalam undang-undang pidana
menunjukkan adanya hubungan tersebut. Sebagai contoh dapat
dibaca bunyi pasal-pasal, dalam KUHP, misalnya :
Pasal 362.
“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki
secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan
pidana penjara
paling lama lima tahun atau denda paling banyak
sembilan ratus rupiah”.
13
13

b. pandangan katagoris (“catagorical judment”).
Dari berbagai pasal undang-undang dapat ditemukan adanya pasalpasal yang tidak menunjukkan hubungan kondisi dan konsekuensi.
Pasal-pasal seperti itu termasuk dalam pandangan kategoris contohnya
seperti :
1. Pasal 10 KUHP, Pidana terdiri dari :
a. Pidana pokok.

1)
2)
3)
4)

pidana mati;
pidana penjara;
pidana kurungan;
pidana denda;

1)
2)
3)

pencabutan hak-hak tertentu;
perampasan barang-barang tertentu;
pengumuman putusan hakim.

b. Pidana Tambahan.

2. Pasal 3 ayat (1) Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang
Perkawinan.
“Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh
mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai
seorang suami”.
14
14

5. Penyimpangan terhadap kaidah hukum
Hukum sebagai kaedah hidup antar pribadi dalam
kenyataannya dapat disimpangi. Artinya berbagai tindakan
yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan ketentuanketentuan kaedah hukum dapat saja ditemukan dalam
kehidupan. Mengenai penyimpangan terhadap kaedah
hukum ini dapat berupa:
A. Pengecualian atau dispensasi sebagai penyimpangan dari
patokan atau pedoman dengan dasar yang sah itu mengenal
dua dasar yang berbeda, yakni:
(1) Pembenaran (rechtvaardigingsgrond), misalnya dalam hukum
pidana
a. “Noodtoestand”, umpamanya, dua orang terapung di laut
dengan
sebilah papan.
b. “Wettelijkvoorschrift”, umpamanya, sebagaimana
tercantum dalam pasal 50 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana, “Tiada boleh dihukum
adalah ia yang melakukan
perbuatan untuk menjalankan peraturan
undangundang (eksekutor)”
15
15

2)

Bebas kesalahan (schuldopheffingsgrond), yang
contohnya adalah berat lawan (overmacht) pasal 48
Kitab Undang-undang Hukum Pidana hal tersebut
diatur, sebagai berikut :
“Tiada boleh dihukum barang siapa melakukan
perbuatan karena terdorong berat lawan”.
Contohnya, seorang kasir menyerahkan uang kas,
oleh karena ditodong dengan senjata api.

16
16

B. Delict adalah penyimpangan dari patokan atau pedoman yang
tidak mempunyai dasar sah; yang dimaksudkan dengan delict
tidaklah sama dengan peristiwa perdata seperti perbuatan
melanggar hukum (onrechtmatige daad), sebagaimana antara
lain disimpulkan dari pasal 1365 B.W. Kecuali itu juga peristiwa
tata usaha negara, seperti “detournement de pouvoir” dan
peristiwa tata negara, seperti excess de pouvoir; jadi, istilah
delict di sini dipergunakan dalam arti luas.

1.
2.
3.
-

Tidak hanya meliputi bidang hukum, akan tetapi juga mencakup
hukum perdata dan hukum tata usaha negara, misalnya :
Dalam bidang hukum perdata: hal ganti rugi tambahan
(aanvullende schadevergoeding).
Dalam bidang hukum tata usaha negara: pemecatan dari jabatan
atau skorsing & terhadap seorang pegawai, pencabutan izin
usaha, pencabutan Surat lzin Mengemudi (sanksi administratif).
Dalam bidang hukum pidana: hukuman itu disebut punishment
yang merupakan siksaan, yakni:
Siksaan riil atau material, misalnya, hukuman mati, hukuman
denda,
penyitaan barang, dan seterusnya.
Siksaan idiil atau moral, misalnya, pengumuman keputusan
hakim, pencabutan hak, wajib mengadakan selamatan dalam
hukum adat, dan lain sebagainya.
17

BERLAKUNYA KAEDAH HUKUM
1. YURIDIS
a.Hans Kelsen : berhubungan dengan stufen thorie
“bahwa hukum merupakan susunan kaedah” (yang harus
hirarekie)
b.Zevenbergern : “bahwa suatu tata kaedah hukum
terbentuk menurut cara ditetapkan (pasal 5 UUD `45.
2.SOSIOLOGIS
berlakunya kaedah hukum adalah efektivitas dari
kaedah hukum tersebut
a. Teori Kekuasaan: dapat dipaksakan oleh penguasa
(Power Theori -Gustav Raddbrucl).
b. Teori Pengakuan: Kaedah Hukum berlaku karena
penerimaan (pengakuan)
3.FILOSOFIS
Kaedah Hukum harus sesuai dengan cita-cita hukum
sebagai nilai-nilai positif (Pancasila)
18

19

ASAS HUKUM


Pengertian tentang asas hukum pada dasarnya
merujuk kepada pengertian “dasar-dasar umum
yang terkandung dalam peraturan hukum, dan
dasar-dasar umum tersebut merupakan sesuatu
yang mengandung nilai-nilai etis”.



Jadi asas hukum bukanlah norma hukum konkrit
karena asas hukum adalah jiwanya norma hukum
itu. Asas hukum merupakan dasar lahirnya
peraturan hukum, (ia adalah ratio legis-nya
peraturan hukum).



Peraturan hukum adalah ketentuan konkrit tentang
cara berperilaku di dalam masyarakat, yang
merupakan konkritisasi dari asas hukum.

20
20

-

Contoh asas-asas hukum :
Asas presumption of innocence (praduga tidak
bersalah) ialah bahwa seseorang dianggap tidak
bersalah sebelum ada keputusan hakim yang
menyatakan bahwa ia bersalah dan keputusan
tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

-

Asas in dubio pro reo ialah dalam keraguan
diberlakukan ketentuan yang paling menguntungkan
bagi si terdakwa.

-

Asas similia similibus ialah bahwa perkara yang
sama (sejenis) harus diputus sama (serupa).

-

Asas pacta sunt servanda yaitu bahwa perjanjian
yang sudah disepakati berlaku sebagai undangundang pagi para pihak yang bersangkutan.

- Asas tiada hukuman tanpa kesalahan (geen straft
zonder schuld)
21









Asas The binding force of precedent, yaitu putusan hakim
sebelumnya mengikat hakim-hakim lainnya dalam perkara
yang sama. Asas ini khusus dianut dalam sistem hukum
Anglo Saxon.
Asas Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenadi
atau asas legalitas (Pasal 1 ayat 1 KUH Pidana), yaitu tidak
ada perbuatan yang dapat dihukum, kecuali sebelumnya ada
UU yang mengaturnya. Dianut oleh Indonesia.
Asas restitutio in integrum, yaitu ketertiban dalam
masyarakat haruslah dipulihkan pada keadaan
semula, apabila terjadi konflik.
Asas cogatitionis poenam nemo patitur, yaitu tdk
seorangpun dapat dihukum karena apa yang
dipikirkan dalam batinnya. Dalam hukum Islam
berniat jahat terhadap seseorang sudah merupakan
sebab, sehingga ia dapat dihukum berdasarkan
Hukum agama islam
22

Perbedaan Asas dan Norma


Asas hukum bukanlah norma hukum atau peraturan
hukum yang konkrit, karena asas hukum merupakan
landasan atau latar belakang dari lahirnya peraturan
hukum. Jadi asas hukum merupakan dasar pemikiran
yang umum dan abstrak serta terkandung nilai etis.
Sehingga peraturan hukum yang lahir nantinya
mengandung nilai etis pula.

23

Perbedaan antara asas dan norma
a.
b.
c.

Asas merupakan dasar pemikiran yang umum dan
abstrak, sedangkan norma merupakan aturan yang riil.
Asas adalah suatu ide atau konsep sedangkan norma
adalah penjabaran dari ide tersebut.
Asas hukum tidak mempunyai sanksi, sedangkan
norma mempunyai sanksi hukum.

24

25

Sistem Hukum




Istilah sistem berasal dari perkataan systema, dalam bahasa Latin-Yunani, artinya
keseluruhan yang terdiri bermacam-macam
bagian.
Secara umum sistem didifinisikan sebagai
sekumpulan elemen-elemen yang saling
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan
tertentu di dalam lingkungan yang kompleks.

26

SISTEM HUKUM
(HAROLD J. BERMAN)
 KESELURUHAN ATURAN DAN PROSEDUR YANG

SPESIFIK, YANG KARENA ITU DAPAT DIBEDAKAN CIRICIRINYA DARI KAEDAH-KAEDAH SOSIAL YANG LAIN
 PADA UMUMNYA, DAN KEMUDIAN DARI PADA ITU YANG

SECARA RELATIF KONSISTEN DITERAPKAN OLEH
SUATU STRUKTUR OTORITAS YANG PROFESIONAL
 GUNA MENGONTROL PROSES-PROSES SOSIAL YANG

TERJADI DALAM MASYARAKAT

27

LAWRENCE M. FRIEDMAN
SISTEM HUKUM
3 BAGIAN/KOMPONEN
I.

KOMPONEN STRUKTURAL

BERGERAK DI DALAM SUATU MEKANISME


LEMBAGA PEMBUAT UNDANG-UNDANG



PENGADILAN



PENEGAK HUKUM



BADAN YANG BERWENANG MENERAPKAN
HUKUM
28

II. KOMPONEN
SUBSTANSI
HASIL NYATA DARI SISTEM
HUKUM
HUKUM IN CONCRETO
(KAIDAH HUKUM
INDIVIDUAL)
KEPUTS. KASUS
,YURISPRUDENSI

HUKUM IN
ABSTRACTO (KAIDAH
HUKUM UMUM)
DASAR HK INDIVIDU BAGI
SIAPA SAJA

29

III. KOMPONEN BUDAYA HUKUM
SIKAP PUBLIK /WARGA MASYARAKAT BESERTA
NILAI-NILAI YANG DIPEGANG
 HUKUM KELUARGA
 HUKUM WARIS

30

YONATHAN H. TURNER
ELEMEN SISTEM HUKUM
1.

SEPERANGKAT KAEDAH/ ATURAN TINGKAHLAKU

2.

TATA CARA PENERAPAN

3.

TATA CARA MENYELESAIKAN SENGKETA

4.

TATA CARA UNTUK PEMBUATAN HUKUM
ATAU PERUBAHAN HUKUM

HANS KELSEN
 SISTEM HUKUM MERUPAKAN SISTEM

PERTANGGAAN KAEDAH
 SUATU HUKUM YANG TINGKATNYA LEBIH RENDAH

HARUS BERDASAR PADA HUKUM YANG LEBIH
TINGGI SIFATNYA
 BERSUMBER PADA NORMA DASAR YANG DISEBUT

GRUNDNORM
 TEORI : STUFENBAU

32

FULLER
UKURAN UNTUK SISTEM HUKUM
8 ASAS PRINCIPLES OF LEGALITY
1. MENGANDUNG ATURAN-ATURAN
2. PERATURAN HARUS DIUMUMKAN
3.TIDAK BOLEH ADA PERATURAN YANG BERLAKU
SURUT
4. DISUSUN DALAM RUMUSAN YANG BISA
DIMENGERTI
5. TIDAK BOLEH MENGANDUNG PERATURAN YANG
BERTENTANGAN SATU SAMA LAIN
33

6.

TIDAK BOLEH MENGANDUNG TUNTUTAN
YANG MELEBIHI APA YANG DAPAT DILAKUKAN

7.

TIDAK BOLEH ADA KEBIASAAN UNTUK
SERING MENGUBAH-UBAH PERATURAN
SEHINGGA MENYEBABKAN SEORANG
KEHILANGAN ORIENTASI

8.

HARUS ADA KECOCOKAN ANTARA
PERATURAN YANG DIUNDANGKAN DENGAN
PELAKSANAANNYA SEHARI-HARI

34

1.

MACAM - MACAM SISTEM
HUKUM

SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL



BERKEMBANG DI NEGARA -NEGARA EROPA DARATAN



SERING DISEBUT SEBAGAI "CIVIL LAW"



BERASAL DARI KODIFIKASI HUKUM YANG BERLAKU DI
KEKAISARAN ROMAWI MASA PEMERINTAHAN KAISAR
YUSTINIANUS ABAD VI S.M.



KUMPULAN PERATURAN HUKUMNYA DISEBUT
"CORPUS JURIS CIVILIS“



DIANUT, DIJADIKAN DASAR PERUMUSAN NEGARANEGARA : JERMAN, BELANDA, PERANCIS, ITALIA,
AMERIKA LATIN, ASIA, INDONESIA (DJAMALI,1996 : HAL
68-74)

35

PRINSIP DASAR SISTEM HUKUM
EROPA KONTINENTAL
HUKUM MEMPEROLEH KEKUATAN MENGIKAT, KARENA

DIWUJUDKAN DALAM PERATURAN-PERATURAN YANG
BERBENTUK UNDANG-UNDANG DAN TERSUSUN SECARA
SISTEMATIK DI DALAM KODIFIKASI ATAU KOMPILASI TERTENTU
TUJUAN HUKUM: KEPASTIAN HUKUM (NILAI UTAMA) HANYA

DAPAT DIWUJUDKAN KALAU TINDAKAN-TINDAKAN HUKUM
MANUSIA DI DALAM PERGAULAN HIDUP DIATUR DENGAN
PERATURAN HUKUM TERTULIS;
HAKIM TIDAK DAPAT LELUASA MENCIPTAKAN HUKUM YANG
MEMPUNYAI KEKUATAN MENGIKAT
HAKIM BERFUNGSI MENETAPKAN DAN MENAFSIRKAN
PERATURAN DALAM BATAS-BATAS WEWENANGNYA
36

2. SISTEM HUKUM ANGLO-SAXON
 SISTEM HUKUM ANGLO SAXON = SISTEM HUKUM

ANGLO AMERIKA
 ASAL: DARI INGGRIS ABAD XI, SERING DISEBUT

SEBAGAI SISTEM " COMMON LAW" DAN SISTEM
"UNWRITTEN LAW". TAPI TIDAK SEPENUHNYA
BENAR, DIKENAL JUGA ADANYA SUMBER-SUMBER
HUKUM TERTULIS (STATUTES)
 MERUPAKAN SISTEM HUKUM POSITIF DI AMERIKA

UTARA, KANADA, BEBERAPA NEGARA ASIA,
INGGRIS, AUSTRALIA, AMERIKA SERIKAT
37

PRINSIP DASAR SISTEM HUKUM
ANGLO SAXON
 SUMBER HUKUM : PUTUSAN-PUTUSAN HAKIM DAN ATAU

PENGADILAN, MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM.
 PRINSIP- PRINSIP DAN KAEDAH HUKUM DIBENTUK DAN

MENJADI KAEDAH YANG MENGIKAT UMUM.
 SUMBER-SUMBER HUKUM, SEPERTI PUTUSAN HAKIM,

KEBIASAAN, PERATURAN TERTULIS, UNDANG-UNDANG,
DAN PERATURAN ADMINISTRASI NEGARA TIDAK
TERSUSUN SECARA SISTEMATIK DALAM HIERARKI
TERTENTU

38

PERANAN HAKIM BERFUNGSI TIDAK HANYA SEBAGAI

PIHAK YANG BERTUGAS MENETAPKAN DAN
MENAFSIRKAN PERATURAN HUKUM SAJA, JUGA
MEMBENTUK SELURUH TATA KEHIDUPAN
MASYARAKAT
HAKIM MEMPUNYAI WEWENANG SANGAT LUAS UNTUK
MENAFSIRKAN PERATURAN HUKUM YANG BERLAKU
DAN MENCIPTAKAN PRINSIP-PRINSIP HUKUM BARU
HUKUM BARU AKAN MENJADI PEGANGAN BAGI
HAKIM-HAKIM LAIN UNTUK MEMUTUSKAN PERKARA
SEJENIS

39

DOKTRIN YANG DIANUT OLEH
SISTEM HUKUM ANGLOSAXON
THE DOCTRINE OF PRECEDENT/
STARE DECISIS
HUKUM YANG SUDAH ADA DI DALAM PUTUSAN

HAKIM LAIN DARI PERKARA SEJENIS
SEBELUMNYA HAKIM HARUS MENDASARKAN
PADA PRINSIP SEBELUMNYA (PRESEDEN)

40



BILA BELUM ADA PUTUSAN TERDAHULU, HAKIM
DALAM MEMUTUSAKAN PERKARA SESEORANG
DAPAT MENETAPKAN PUTUSAN BARU
BERDASAR KAN NILAI-NILAI KEADILAN,
KEBENARAN AKAL SEHAT



KARENA BERKEMBANG DARI PUTUSAN HAKIM
UNTUK SUATU PERKARA ATAU KASUS, MAKA
SISTEM INI SERING DISEBUT SEBAGAI CASE LAW

41

3. SISTEM HUKUM ADAT


SISTEM HUKUM ADAT HANYA DALAM
KEHIDUPAN SOSIAL DI INDONESIA



ISTILAHNYA BERASAL DARI BAHASA
BELANDA "ADATRECHT", OLEH SNOUCK
HURGRONJE

42

 PENGERTIAN HUKUM ADAT MENGANDUNG
MAKNA: HUKUM INDONESIA DAN KESUSILAAN
MASYARA KAT MERUPAKAN HUKUM ADAT
 BERSUMBER PADA PERATURAN-PERATURAN
HUKUM TIDAK TERTULIS YANG TUMBUH
BERKEMBANG DAN DIPERTAHANKAN DNG
KESADARAN HUKUM MASYARAKATNYA

43

 BERSIFAT TRADISIONAL DENGAN BERPANGKAL
KEPADA KEHENDAK NENEK MOYANG
 DAPAT BERUBAH TERGANTUNG DARI PENGARUH
KEJADIAN DAN KEADAAN HIDUP YANG SILIH
BERGANTI
 PEMUKA ADAT BERPERAN MELAKSANAKAN SISTEM
HUKUM ADAT. PENGARUHNYA BESAR, PEMIMPIN
YANG DISEGANI, MENJAGA KEUTUHAN HIDUP
SEJAHTERA

44

 PEMUKA ADAT DIANGGAP SBG ORANG YANG

PALING MAMPU MENJALANKAN DAN MEMELIHARA
PERATURAN, SELALU DITAATI MASYARAKATNYA
BERDASARKAN KEPERCAYAAN PADA NENEK
MOYANG
 PERANAN INI DAPAT MENGUBAH HUKUM ADAT

SESUAI KEBUTUHAN MASYARAKAT TANPA
MENGHAPUS KEPERCAYAAN DAN KEHENDAK SUCI
NENEK MOYANG

45

4. SISTEM HUKUM ISLAM
DIANUT OLEH MASYARAKAT ARAB, BERKEMBANG DI
ASIA, AFRIKA, EROPA DAN AMERIKA SECARA
INDIVIDUAL/ KELOMPOK
BERSUMBER HUKUM PADA : QURAN, SUNAH NABI,
IJMA DAN QIYAS
DASAR HUKUM: MENGATUR SEGI PEMBANGUNAN,
POLITIK, SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA

46

 SISTEM HUKUM DALAM HUKUM FIKH TERDIRI

DARI DUA HUKUM POKOK YAITU HUKUM ROHANIAH
DISEBUT IBADAT. HUKUM DUNIAWI TERDIRI DARI :
 MUAMALAT TATA TERTIB HUKUM ANTAR

MANUSIA (JUAL BELI, HK. TANAH, HAK MILIK DLL)
 NIKAH YAITU MEMBENTUK KELUARGA
 JINAYAT YAITU HUKUM PIDANA, ANCAMAN

HUKUMAN TERHADAP HUKUM ALLAH DAN
KEJAHATAN

47

48