Sudut Pandang seorang Muslim assiddiq

Sudut Pandang Seorang Muslim
Shaiful Bagus M.

Pendahuluan

Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu laa tuqaddimuu baina yadayillahi warasuulihi
waattaquullaha innallaha samii'un 'aliimun
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. QS. Al Hujarat ayat 1

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu
lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim. QS. Al Hujarat ayat 11

‫ء‬
‫ء‬

‫ء‬
‫ء‬
‫ء‬
‫ء‬
‫ل قا ء‬
‫ فقدد ءباءء‬. ‫فرر‬
‫ه ءيا كا ف‬
‫لل ف‬
‫خي ف‬
‫ما ءر ر‬
‫أي ي ء‬
‫ج ل‬
‫ء‬
‫ما‬
‫حد ر ر‬
‫ها أ ء‬
‫بف ء‬
‫ه ء‬

“Siapa saja yang mengatakan kepada saudaranya, “Wahai kafir”, maka ucapan tersebut

pasti kembali kepada salah seorang dari keduanya.” [HR. Al-Bukhari (6103, 6104)
dan Muslim (225)]
Juga sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:

‫د‬
‫ل‬
‫ء‬
‫ر‬
‫ل‬
‫ه‬
،
‫ق‬
‫سو‬
‫ف‬
‫ل‬
‫با‬
‫ل‬
‫ج‬
‫ر‬
‫ل‬

‫ج‬
‫ر‬
‫مى‬
‫ر‬
‫ي‬
‫ل‬
‫مي ف‬
‫ول ء ي ءدر ف‬
‫ف‬
‫ر‬
‫ر‬
‫ء‬
‫ر‬
‫ف‬
‫ء‬
‫ء‬
‫ء‬
‫د‬
‫ف‬
‫د‬

‫ر‬
‫د‬
‫ن‬
‫ف‬
‫ك‬
‫فبال‬
‫ت ء‬
‫عل ءي د ف‬
‫ إف د‬، ‫ه‬
‫ إ فل د ادرت ءدد د‬، ‫ر‬
‫م ي ءك ر د‬
‫ن لء د‬
‫ف‬
‫ه ك ءذءفلك‬
‫صا ف‬
‫حب ر ر‬
‫ء‬
“Tidaklah seorang menuduh orang lain dengan kefasikan dan kekafiran, kecuali akan
kembali kepada penuduhnya apabila orang yang dituduh tidak seperti itu.” [HR. AlBukhari (5698)]


‫ء‬
‫د‬
‫د‬
‫ر‬
‫ء‬
‫د‬
‫ء‬
.‫ه‬
‫د‬
‫ع‬
‫ل‬
‫قا‬
‫و‬
‫أ‬
‫ر‬
‫ف‬
‫ك‬
‫جل ل فبال‬
‫ء‬
‫ن دء ء‬

‫و الل ف‬
‫ر‬
‫عا ءر ر‬
‫م د‬
‫و ء‬
‫د‬
‫ف د‬
‫ء‬
‫ء‬
‫س ك ءذءل ف ء‬
‫ه‬
‫ي‬
‫ول‬
‫حاءر ء‬
‫عل ءي د ف‬
‫ك إ فل د ء‬
‫د‬
‫ء‬
‫ء‬


• Orang alim jelas bukan kafir karena
• Secara arti “alim” berarti berilmu atau muslim yg
berpengetahuan (tentang agama islam)
• Timbul prasangka “sok” alim “sok” kafir
diakibatkan karena sudut pandang dan faktor
lingkungan
 Adilkan pikiran dalam melihat segala bentuk
perbedaan

• Seorang lelaki [dari kalangan terpandang] lewat di hadapan Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, maka beliau bertanya: "Apa yang kalian katakan mengenai
orang ini?" Mereka (Para shahabat) menjawab, "Jika dia meminang pasti
lamarannya diterima, jika menjadi perantara maka perantaraannya diterima,
dan jika berkata maka kata-katanya didengar." Kemudian (Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam) diam. Lalu seseorang dari kaum muslimin yang
fakir melintas, maka beliau bertanya, "Apa yang kalian katakan tentang orang
ini?" Mereka (Para shahabat) menjawab, "Sudah pasti jika melamar maka
lamarannya ditolak, jika menjadi perantara maka perantaraannya tidak akan
diterima, dan jika berkata maka kata-katanya tidak didengar." Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Orang ini lebih baik daripada seisi

bumi orang seperti tadi."
[HR. Al-Bukhari (no. 5091) kitab an-Nikaah, Ibnu Majah (no. 4120) kitab azZuhd]

Apa yang salah?
• Prasangka buruk sebelum mengetahuinya
(sebagian adalah dosa) QS. Al Hujarat 12
• Kesombongan
Lalu kita harus bagaimana?
 Sikap kita adalah berprasangka baik
(husnu dzon) >> ibadah hati yg paling agung
 Rendah hati

• Beda Sudut pandang bisa memecah belah
umat
• Maka berhati-hatilah jgn terlalu cepat
menyimpulkan, sebab akan berakibat sangat
buruk terhadap diri kita dan kehidupan kita
dalam bermasyarakat.

Dalam masalah berpenampilan

• Tidak salah jika seseorang berpakaian dengan
maksud ingin terlihat cantik dan ganteng
asalkan tujuan itu tidak mengalahkan aturanaturan tata berpakaian yang disyariatkan
dalam Islam,

Contoh masalah : SORBAN DAN IMAMAH BUKAN SUNNAH TAPI ADAT ORANG ARAB
SAJA
Ketahuilah sorban itu bukan adat orang arab saja, tapi sunnah Nabi saw, Rasulullah saw
memakai surban. Mereka itu mengatakan tidak ada haditsnya menunjukkan betapa
rendahnya pemahaman mereka akan syariah dan hadits
a. Dari Amr bin Umayyah ra dari ayahnya berkata : Kulihat Rasulullah saw mengusap
surbannya dan kedua khuffnya (Shahih Bukhari Bab Wudhu, Al Mash alalKhuffain).
b. Dari Ibnul Mughirah ra, dari ayahnya, bahwa Rasulullah saw mengusap kedua
khuffnya, dan depan wajahnya, dan atas surbannya (Shahih Muslim Bab Thaharah)
c. Para sahabat sujud diatas Surban dan kopyahnya dan kedua tangan mereka
disembunyikan dikain lengan bajunya (menyentuh bumi namun kedua telapak tangan
mereka beralaskan bajunya karena bumi sangat panas untuk disentuh). saat cuaca
sangat panas. (Shahih Bukhari Bab Shalat).
d. Rasulullah saw membasuh surbannya (tanpa membukanya saat wudhu) lalu
mengusap kedua khuff nya (Shahih Muslim Bab Thaharah)

Dan masih belasan hadits shahih meriwayatkan tentang surban ini, cukuplah hadits Nabi
saw : “Barangsiapa yang tak menyukai sunnahku maka ia bukan golonganku” (Shahih
Bukhari).

Silahkan bantah sunnah Nabi saw, dan itu tanda keluarnya mereka dari ummat Nabi
saw. Imam Syafii mengeluarkan fatwa bila seorang muslim menghina sunnah maka
hukumnya kufur. Wallahu a’lam
Apapun yang akan kita lakukan yg perlu kita tanamkan dalam hati adalah
1.Niat karna ibadah
2.Saya sperti ini apakah sdh sesuai dgn tuntunan Nabi.saw (ittiba’)

Al-Khalil bin Ahmad seperti dinukil Imam al-Ghazali dalam Ihya
Ulumuddin membagi manusia atau orang menjadi 4 macam
1. Orang yang paham, dan ia mengetahui bahwa ia orang yang
paham, itulah ORANG ALIM, maka ikutilah dia.
2. Orang yang paham, dan ia tidak mengetahui bahwa ia orang
yang paham, itulah ORANG YANG TIDUR, maka
bangunkanlah dia.
3. Orang yang tidak paham, dan ia mengetahui bahwa ia orang
yang tidak paham, itulah ORANG YANG BUTUH BIMBINGAN,

maka ajarkanlah dia.
4. Orang yang tidak paham, dan ia tidak mengetahui bahwa ia
orang yang tidak paham, itulah ORANG JAHIL, maka tolaklah
dia.



“Berpeganglah kalian pada sunnahku dan sunnah khulafa’urrasyidin para pembawa
petunjuk” (shahih Ibn Hibbah, Mustadrak ala shahihain).



Maka tidak sepantasnya kita muslimin menghapuskan hal hal yang telah dilakukan
oleh para sahabat, karena sungguh mereka jauh lebih mengerti mana yang baik
dijalankan dan mana yang tak perlu dijalankan, pengingkaran atas perbuatan
sahabat berarti menganggap diri kita lebih mengetahui syariah dari mereka, dan
hal ini merupakan pengingkaran atas hadits Rasul saw yang memerintahkan kita
berpegang pada sunnah beliau dan sunnah khulafa’urrasyidin, maka pengingkaran
atas hal ini merupakan kesesatan dan kebodohan yang nyata.

Solusi apa bisa kita lakukan?
→ Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja)
Dgn prinsip :
• Tawasuth (Moderat)
• Tawâzun (Berimbang)
• Ta'âdul (Netral dan Adil)
• Tasâmuh (toleran)







Prinsip moderasi (tawassuth) dijadikan sebagai landasan dalam menggali
hukum Islam, yakni memadukan antara wahyu dengan rasio, sehingga
aswaja tidak terlalu “ngeteks” terpaku pada al-nushus al-syar’iyyah (alQuran dan Hadis), juga tidak liar dalam menggunakan akal pikiran atau
lepas dari wahyu. Di samping itu moderasi aswaja juga dapat
menjembatani dua kelompok keislaman yang saling berseberangan, yakni
kelompok tekstualis dan rasionalis.
Prinsip netral (ta’adul) aswaja berkelindan dengan sikapnya dalam dunia
politik, yakni tidak setuju dengan kelompok garis keras yang merongrong
pemerintahan, namun tidak membenarkan tindakan penguasa yang lalim.
Sedangkan prinsip keseimbangan (tawazun) aswaja terefleksikan dalam
ruang kehidupan sosial kemasyarakatan, akomodatif terhadap budaya
setempat, tidak mengkafirkan sesama umat Islam (ahl al-bait), dan toleran
terhadap non muslim

• Dalam al-Quran secara tegas Allah melarang
umat Islam mencaci maki kepercayaan orang
lain (QS. Al-An’am 108).
• Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Allah sangat
mencintai agama yang toleran (al-samhah).
Shahih al-Bukhari,

Penutup
• Aku mencintai orang-orang sholeh, meskipun
aku belum termasuk golongan mereka. Aku
harap semoga aku mendapat syafaat dari
mereka.
Aku membenci orang-orang durhaka,
meskipun sebenarnya, mungkin, aku termasuk
golongan mereka. (Imam Syafi'i)