Konstruksi Perempuan Muslim dalam Pemberitaan Ajang World Muslimah 2013 di Kompas.Com

KONSTRUKSI PEREMPUAN MUSLIM DALAM PEMBERITAAN AJANG WORLD
MUSLIMAH 2013 DI KOMPAS.COM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh
Turi Miasih
NIM : 109051100046

KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M

iii

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (S1) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat
atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 April 2014

Turi Miasih

iv

ABSTRAK
Turi Miasih
Konstruksi Perempuan Muslim Dalam Pemberitaan Ajang World Muslimah
2013 di Kompas.com
Media massa memiliki kekuatan untuk menyediakan dan meyebarkan

informasi serta mempengaruhi bahkan mencerminkan budaya masyarakat. Atas
kekuatan tersebut media dianggap turut serta membangun konsep identitas
perempuan dan laki-laki, melalui produk media massa. Pemberitaan mengenai
ajang World Muslimah 2013 di Kompas.com dalam kanal female menarik bagi
penulis karena kanal female merupakan kanal untuk perempuan.Penulis
merupakan seorang Muslimah, ingin melihat bagaimana media massa yang
diperuntukkan bagi kaum perempuan mengkonstruksi sosok perempuan Muslim
melalui pemberitaan World Muslimah 2013. Pemilihan media, yaitu Kompas.com
dikarenakan Kompas.com menyediakan konten khusus pemberitaan terkait ajang
World Muslimah pada kanal Female.
Penelitian ini berlandaskan pada paradigma konstruktivis dengan
menggunakan riset kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara, dan analisis dokumen. Teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki.
Model ini membingkai berita melalui empat struktur, yaitu sintaksis, skrip,
tematik, dan retoris.Teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah
konstruksi perempuan di media massa dan perempuan dalam Islam.
Kompas.com dalam kanal Female mengkonstruksi perempuan Muslim
sebagai sosok yang terbuka, pintar, memiliki kepedulian sosial yang tinggi, dan
berani tampil sebagai Muslimah yang bisa menjadi panutan bagi perempuan

Muslim lainnya, melalui pemberitaan ajang World Muslimah 2013.Selain itu,
Kompas Female juga menekankan bahwa World Muslimah 2013 merupakan
kontes yang bukan hanya berdasarkan kecantikan fisik dan berbeda dengan kontes
kecantikan lainnya. Sayangnya, Kompas.com belum memberikan ruang yang
cukup bagi perempuan dalam pemberitaannya. Pemberitaan yang melibatkan
perempuan didalamnya masih seputar ranah domestik, belum mencakup bidang
publik seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Keyword: Konstruksi, Perempuan Muslim, Kompas.com, Framing, Pan dan
Kosicki.

v

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur atas segala kehendak dan
kemudahan yang Allah S.W.T limpahkan, berkat izin-Nya akhirnya saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Atas terselesaikannya skripsi ini, saya ingin
menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Darso dan Mama Umayah yang
senantiasa sabar dalam membesarkan, mendidik, serta atas doanya yang
selalu menyertai saya.

2. Dosen pembimbing skripsi, Ibu Siti Napsiyah, MSW yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk membimbing saya dalam
pengerjaan skripsi.
3. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Rubiyanah, MA beserta Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Ade Rina Farida, M.Si atas dukungan dan
membantu saya dalam segala hal.
4. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
5. Adik saya, Rifki terima kasih telah menghibur saya selama pengerjaan
skripsi ini. Kakak saya, Nursalih dan Mira Delima terima kasih atas
dukungannya serta tak lupa keponakan tercinta, Kirana Izdihar Mikaela.
6. Editor Kompas Female, Mbak Syafrina Syaaf dan HRO Adm. Assistant,
Mbak Annisa dan Mbak Icha atas kerja sama dan bantuannya.
7. Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan, Dewi Candraningrum atas
kesediaannya meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk membantu
saya.

vi

8. Terima kasih untuk teman-teman saya yang baik, Dewi Rifqina, Ima

Rahmawati, Putri Nurazizah, Ilham Adiansyah, Prabu Jaffry Prakoso, Sigit
Lincah Hadmadi, Fauziah Mursid, Andini Aprilliana, Marisha Arianti
Agustin, Samsul Arifin, dan Hilman Fauzi.
9. Teman-teman seperjuangan angkatan Jurnalistik 2009, Arintika, Adjri,
Bobby, Dewi Febrianti, Abdurachman, Jauhari, Hilda, Damay, Yusuf,
Halim, Ali, Bima, Devi, Linda, Hafsa, Pipit, Putri Buana, Loka, Azis,
Mekar,

Puti,

Devit,

Nunu,

terima

kasih

untuk


empat

tahun

kebersamaannya.
10. Teman-teman, KKN Pena atas kebersamaannya di desa Gunung Seureuh
dan @UINKopites, You’ll Never Walk Alone.
11. Semua pihak serta teman-teman yang telah membantu yang tidak dapat
saya sebutkan satu per satu.

Jakarta, 8 April 2014

Turi Miasih

vii

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii

ABSTRAK ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...........................................................................................v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
BAB I

PENDAHULUAN ..........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................1
B. Batasan Masalah ......................................................................6
C. Rumusan Masalah ....................................................................6
D. Tujuan Penelitian ......................................................................6
E. Manfaat Penelitian ....................................................................7
F. Metodologi Penelitian ...............................................................7
G. Tinjauan Pustaka ....................................................................12
H. Sistematika Penulisan .............................................................14

BAB II

KERANGKA KONSEPTUAL DAN TEORITIS......................15

A. Kerangka Konseptual ..............................................................15
a. Konstruksi ............................................................................15
b. Perempuan Muslim ..............................................................18
c. Pemberitaan ........................................................................25

viii

d. Ajang World Muslimah .......................................................28
e. Kompas.com ........................................................................29
B. Kerangka Teoritis ....................................................................30
a. Konstruksi Perempuan di Media ..........................................30
b. Analisis Framing ..................................................................36
a) Definisi Framing ...........................................................36
b) Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki ...37
BAB III
GAMBARAN UMUM KOMPAS.COM DAN WORLD
MUSLIMAH........................................................................................................ 41
A. Kompas.com ............................................................................41
a. Sejarah Kompas.com .........................................................41
b. Statistik Pembaca Kompas.com ........................................45

c. Penjabaran Organisasi .......................................................47
B. World Muslimah......................................................................54
BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA ............................................59
A. Analisis Framing Berita “Kontes World Muslimah Tak Lagi
Syaratkan Ukuran Tubuh” – Selasa, 11 Juni 2013 ...............61
B. Analisis Framing Berita “Mengembalikan Citra Perempuan
Berjilbab” – Sabtu, 29 Juni 2013 ..........................................66
C. Analisis Framing Berita “World Muslimah Akan Menjadi
Duta Kemanusiaan” – Kamis, 1 Agustus 2013.....................73
D. Analisis Framing Berita “Finalis World Muslimah Segera
Masuki Babak Karantina” – Minggu, 1 September 2013 .....80
E. Analisis Framing Berita “World Muslimah Ingin Bentuk
Karakter Soleha” – Sabtu, 21 September 2013.....................84

ix

BAB V


PENUTUP ..................................................................................107
A. Kesimpulan ...........................................................................107
B. Saran .....................................................................................108

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................109
LAMPIRAN ........................................................................................................112

x

DAFTAR TABEL
1. Tabel I.1 Framing Model Pan dan kosicki
2. Tabel II.1 Framing Model Pan dan Kosicki
3. Tabel IV.1 Daftar Judul Berita Mengenai Ajang World Muslimah 2013
4. Tabel IV.2 Framing Berita “Kontes World Muslimah Tak Lagi Syaratkan
Bentuk Tubuh”
5. Tabel IV.3 Framing Berita “ Mengembalikan Citra Perempuan Berjilbab”
6. Tabel IV.4 Framing Berita “ World Muslimah Akan Menjadi Duta
Kemanusiaan”
7. Tabel IV.5 Framing Berita “Finalis World Muslimah Segera Masuki
Babak Karantina”

8. Tabel IV.6 Framing Berita “World Muslimah Ingin Bentuk Karakter
Soleha”

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Pengajuan Proposal Penelitian
Lampiran 2. Surat Pengantar Untuk Dosen Pembimbing
Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian/wawancara
Lampiran 4. Surat Keterangan Penelitian Kompas.com
Lampiran 5. Struktur Organisasi Kompas.com
Lampiran 6. Transkip Wawancara dengan Editor Kompas Female
Lampiran 7. Transkip Wawancara dengan Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan
Lampiran 8. Transkip Wawancara dengan Pembaca Kompas.com
Lampiran 9. Foto Wawancara dengan Editor Kompas Female
Lampiran 10. Print Out Berita “Kontes World Muslimah Tak Lagi Syaratkan
Ukuran Tubuh”
Lampiran 11. Print Out Berita “Mengembalikan Citra Perempuan Berjilbab”
Lampiran 12. Print Out Berita “World Muslimah Akan Menjadi Duta
Kemanusiaan”
Lampiran 13. Print Out Berita “Finalis World Muslimah Segera Masuki Babak
Karantina”
Lampiran 14. Print Out Berita “World Muslimah Ingin Bentuk Karakter Soleha”

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Pada masyarakat industrial yang berkembang, pria dan wanita
bersaing memperebutkan lowongan kerja yang sama, bangku sekolah,
kekuasaan yang sama dan upah yang sama. Ini merupakan bentuk usaha
perempuan dalam memperoleh tempat dalam masyarakat, sebagaimana
tempat yang diperoleh laki-laki, istilah lazimnya disebut kesetaraan
gender.”1
“Gender mengisyaratkan bahwa kategori laki-laki dan perempuan
dibentuk oleh konstruksi sosial dan melahirkan konsep identitas laki-laki
dan perempuan. Hal yang paling dilihat dari hasil konstruksi ini adalah
laki-laki dilihat sebagai makhluk yang perkasa, berwibawa, memiliki
kewenangan dan kekuasaan. Sedangkan perempuan lebih digambarkan
sebagai makhluk yang lemah lembut, anggun, bijaksana, dan ditempatkan
dalam sektor domestik dalam hal pekerjaan.”2
Usaha-usaha yang dilakukan oleh para perempuan untuk
memperoleh pengakuan akan eksistensinya, beragam. Salah satunya
dengan mengadakan kontes kecantikan untuk menunjukkan eksistensi
perempuan kepada publik. Sayangnya, hal tersebut masih banyak
mendapat sorotan miring karena dianggap justru perempuan menjadi
Helen Diana Vida, “Konstruksi Perempuan dalam Rubrik CC Singledi Majalah Cita Cinta Edisi
Januari – Desember 2009.” Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 (Februari – Juli 2011):
h. 18.
2
Helen Diana Vida, “Konstruksi Perempuan dalam Rubrik CC Singledi Majalah Cita Cinta Edisi
Januari – Desember 2009.” Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 (Februari – Juli 2011):
h. 17.

1

2

“konsumsi” laki-laki dengan mempertontonkan kecantikan secara fisik ke
khalayak luas.
Hal tersebut tak lepas dari peran media dalam memberitakan,
media berperan penting, dimana lembaga media massa ini memiliki
kekuatan

untuk

menyebarkan

pesan,

mempengaruhi,

bahkan

mencerminkan budaya masyarakat, dan mereka menyediakan informasi
secara bersamaan pada sejumlah besar audiens yang heterogen yang
menjadikan media sebagai bagian dari kekuatan institusional mereka
sendiri.3
Perkembangan

teknologi

telematika

serta

era

globalisasi

mendorong munculnya, media baru (new media). Jika dahulu hanya ada
media cetak serta elektronik, kini masyarakat lebih dimanjakan dengan
hadirnya media online yang bisa diakses dimanapun selama memiliki
perangkat yang memadai untuk mengakses media tersebut.
New media adalah satu media yang menggunakan media lain selain
udara, sementara content-nya tetap penyiaran. Sehingga dari definisi
tersebut, maka ada dua media yang masuk dalam kategori new media,
yaitu televisi-kabel dan internet.4
Perempuan dalam Islam, tidak dilarang untuk beraktivitas layaknya
laki-laki. Islam tidak menganut the second sex yang berarti menentukan
kualitas seseorang bukan berdasarkan jenis kelamin melainkan ketakwaan
dan keimanan. Perempuan Muslim berhak mendapatkan pendidikan,

Hamid Arifin, “Representasi Perempuan dalam Pers.” Jurnal Komunikasi Massa Vol. 1, No. 1
(Juli 2007):h. 9.
4
Hidajanto Djamal dan Andi Fachrudin, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi,
Operasional, dan Regulasi (Jakarta: Kencana, 2011), h. 38.

3

3

pekerjaan, menentukan pilihan bahkan hak waris sebagai ibu, istri, saudara
perempuan, dan anak perempuan.
Kini, perempuan tidak lagi melihat tujuan hidupnya hanya sebatas
menikah dan membentuk keluarga. Hal ini menunjukkan telah terjadinya
pergeseran nilai, dimana awalnya perempuan menganut nilai pengabdian
diri kepada keluarga, namun saat ini perempuan menganut nilai
pengembangan diri dan martabat. Pergeseran nilai tersebut, melibatkan
media massa, karena hubungan antara perempuan dan media massa dalam
masyarakat industri cukup erat.5
Analisis framing merupakan analisis untuk menyingkap bagaimana
media mengkonstruksi realitas dan melihat sebuah isu dipahami serta
dibingkai oleh media. Pada dasarnya adalah metode untuk melihat cara
bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar
pada cara melihat terhadap realitas yang nantinya akan berpengaruh
terhadap hasil akhir dari konstruksi realitas.6
Model framing yang digunakan adalah model Zhongdang Pan dan
Gerald Kosicki. Penulis memilih model framing tersebut karena menurut
Pan dan Kosicki ada dua konsepsi yang berkaitan dengan framing, yaitu
konsepsi psikologi dan sosiologi. Sehingga analisis framing milik Pan dan
Kosicki dapat melihat bagaimana berita dikonstruksi oleh wartawan,
namun wartawan bukanlah agen tunggal, paling tidak ada tiga pihak yang
terlibat, yaitu wartawan, sumber, dan khalayak.
Helen Diana Vida, “Konstruksi perempuan dalam Rubrik “CC Single” di Majalah Cita Cinta
Edisi Januari – Desember 2009.”Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 (Februari – Juli
2011): h. 18.
6
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: PT Lkis
Pelangi Aksara, 2002), h. 10.
5

4

Kompas.com merupakan salah satu media online yang menjadi
pilihan banyak masyarakat untuk dijadikan sebagai sumber informasi.
Kompas.com menyediakan banyak kategori mulai dari berita, ekonomi,
olahraga, teknologi, kesehatan, hiburan, travel, forum dan kanal khusus
perempuan, yaitu Female.
Menjadi menarik ketika ada sebuah media, baik cetak , elektronik
maupun online yang menghadirkan kanal khusus perempuan. Pertanyaan
yang kemudian hadir adalah benarkah ruang ini diberikan untuk
perempuan dari perempuan? Ataukah hanya sekedar mengikuti tren dan
menarik konsumen wanita untuk menjadi pembaca setia media tersebut.
Kanal Female sendiri memiliki banyak kategori mulai ibu & anak,
etalase, cantik & gaya, karier, relationship, bugar & sehat, beranda, dapur,
konsultasi dan yang paling menarik perhatian adalah kategori World
Muslimah. Female mengupas seluruh aspek kehidupan seorang wanita,
mulai dari rumah tangga, percintaan, karir, bahkan menyediakan forum
untuk konsultasi. Dilihat dari banyak kategori, jelas female ditujukan
untuk semua perempuan diatas 20 tahun yang mencakup ibu rumah tangga
atau perempuan single. Dalam keterkaitannya dengan ajang World
Muslimah, Kompas.com menyediakan content khusus dalam kanal Female
untuk berita mengenai World Muslimah.
Ajang World Muslimah diselenggarakan pada Juni 2013 hingga
September 2013 lalu, Female dalam kategori khusus World Muslimah
memberitakan mulai dari tahap awal seleksi hingga terpilihnya Duta
World Muslimah. Dalam rentang waktu Juni sampai September 2013,

5

penulis menemukan 17 artikel mengenai ajang tersebut. Artikel pertama
yang berkaitan dengan ajang ini, di publish pada 10 Juni 2013, dengan
judul Yuk, Ikut Kompetisi Duta Muslimah Sedunia! Berisikan bahwa
ajang telah berganti nama dari World Muslimah Beauty menjadi Annual
Award of World Muslimah, yang menjadi tanda bahwa ajang ini berbeda
dengan kontes kecantikan pada umumnya.
Secara ilmiah penulis merasa tertarik untuk meneliti beberapa
artikel yang mewakilkan pemberitaan mengenai ajang World Muslimah
dikarenakan belum pernah ada yang meneliti hal tersebut. Alasan lain
adalah penulis merasa tertarik dengan kanal khusus perempuan, Female ini
terlebih lagi pada konten World Muslimah. Penyediaan ruang untuk
perempuan ini benarkah untuk perempuan dan dari perempuan tanpa ada
ikut campur tangan kekuasaan laki-laki dan hanya untuk komersialisasi
belaka.
Alasan lain yang membuat hal ini menarik bagi penulis adalah
penulis juga merupakan seorang Muslimah. Memiliki pengalaman pribadi,
bahwa perempuan Muslim berhijab dianggap kuno, tidak gaul, dan hijab
dijadikan standar untuk menilai kepribadian tanpa ada proses mengenal
lebih jauh. Perempuan Muslim juga dianggap membatasi pergaulan dan
hanya mau berteman dengan sesama Muslimah yang berhijab.
Menilik bahwa antara Kompas.com dengan World Muslimah 2013
terjalin kerjasama, bahkan dalam kanal Female terdapat konten khusus
untuk pemberitaan mengenai ajang World Muslimah 2013. Dalam

6

beberapa artikel ditemukan penekanan pada paragraf-paragraf tertentu.
Seakan ingin menyakinkan suatu hal kepada khalayak.
Dari latarbelakang permasalahan yang dipaparkan diatas, maka
penulis tertarik meneliti dengan judul Konstruksi Perempuan Muslim
dalam Pemberitaan Ajang World Muslimah 2013 di Kompas.com dengan
tujuan untuk mengetahui bagaimana perempuan muslim dikonstruksi
melalui wacana yang dimunculkan oleh Kompas.com dalam artikel
pemberitaan mengenai ajang World Muslimah 2013.
B. Batasan Masalah
Kompas.com dalam kanal Female memuat 19 artikel terkait
pemberitaan World Muslimah 2013, akan tetapi penulis membatasinya
sehingga hanya lima artikel, yaitu Kontes World Muslimah Tak Lagi
Syaratkan Ukuran Tubuh, Mengembalikan Citra Perempuan Berjilbab,
World Muslimah Akan Menjadi Duta Kemanusiaan, Finalis World
Muslimah Segera Masuki Babak Karantina, World Muslimah Ingin
Bentuk Karakter Soleha yang akan dianalisis, karena dalam lima artikel ini
menggambarkan mengenai apa itu ajang World Muslimah 2013, tujuan,
serta proses dan konsep ajang tersebut. Selain itu skripsi ini juga hanya
akan melihat empat bingkai meurut framing model Zhongdang Pan dan
Gerald Kosicki. Untul melihat konstruksinya berdasarkan konstruksi
menurut Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dan penulis membatasi
dengan hanya akan melihat aspek eksternalisasi saja.

7

C. Rumusan Masalah
Dari batasan penelitian di atas, maka rumusan masalah yang akan
penulis kaji adalah:
1. Bagaimana Kompas.com mengemas berita mengenai World Muslimah
2013 dalam kanal Female?”
2. Bagaimana konstruksi perempuan Muslim yang dibangun oleh
Kompas.com dalam permberitaan World Muslimah 2013?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana konstruksi perempuan muslim di media massa
melalui artikel terkait pemberitaan mengenai ajang World Muslimah 2013
di kanal Female di Kompas.com.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademisi
Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan mengenai
konstruksi realitas oleh media massa serta metode analisis isi,
khususnya analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki untuk
kajian media cetak dengan spesifikasi konten mengenai wanita.
Sehingga dapat membantu mahasiswa dalam melakukan penelitian
media massa, melalui analisis framing. Selain itu, hasil penelitian ini
bisa menjadi bahan rujukan informasi untuk penelitian sejenis di
waktu mendatang.

8

2.

Manfaat Praktisi
Kajian tentang analisis isi kualitatif, khususnya analisis framing
terhadap media cetak ini diharapkan akan memberi kontribusi positif
dalam penelitian selanjutnya untuk dijadikan bahan referensi
penelitian yang sejenis.

F. Metodologi Penelitian
1.

Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan
metode riset kualitatif. Paradigma dalam analisis isi, terbagi menjadi
tiga yaitu, positivis, kontruktivis, dam kritis. Untuk melihat perbedaan
dari ketiga paradigma ini, bisa dilihat dari sisi ontologis, epistemologi,
aksiologi, serta metodologi.
Aspek ontologi dalam konstruktivis melihat bahwa realitas
kehidupan sosial bukanlah realitas yang sebenarnya, melainkan hasil
konstruksi.7 Asumsi dari epistemologi dalam paradigma ini, bahwa
hubungan antara peneliti dengan objek penelitiannya tidak dapat
dipisahkan.
Sisi aksiologi menyebutkan mengenai nilai dan tujuan dalam
memperoleh pengetahuan. Penelitian dengan paradigma konstruktivis
bertujuan untuk rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara
peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti.8 Terakhir, mengenai
metodologi yang merupakan teknik-teknik untuk digunakan peneliti

7

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: PT Lkis
Pelangi Aksara, 2002), h. 5.
8
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media
(Jakarta: Kencana, 2007), Cet. Ke 2, h. 110.

9

agar memperoleh pengetahuan mengenai „realitas”. Paradigma ini
menekankan empati, dan interaksi dialektis antara peneliti dan
responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti, melalui metodemetode kualitatif seperti observasi partisipan.
2.

Metodologi Penelitian
Paradigma konstruktivis dalam penelitian ini menggunakan
metode riset kualitatif. Penelitian kualitatif diartikan sebagai
penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan
maupun tulisan, serta tingkah laku yang dapat diamati dari orangoranng yang diteliti.9
Desain penelitian kualitatif merupakan metode induktif,
dimana penelitian ini tidak bertujuan untuk menguji teori melainkan
lebih kepada mengembangkan teori yang telah ada melalui penelitian.

3.

Teknik Pengumpulan Data
Pada metode kualitatif ada tiga cara dalam mengumpulkan
data, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Ide penelitian
kualitatif adalah dengan sengaja memilih informan (atau dokumen
atau bahan-bahan visual lain) yang dapat memberikan jawaban terbaik
pertanyaan penelitian.10
1) Observasi
Observasi merupakan metode pertama yang digunakan dalam
penelitian dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara

9

Emy Susanti, Penelitian Kualitatif: Sebuah Pengantar dalam Bagong Suyanto dan Sutinah,
Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan (Jakarta:Kencana, 2007), Ed. 1 Cet. 3,
h. 166.
10
John W Creswell, Desain penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta: KIK Press,
2003) h. 143.

10

sistemastis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.11 Observasi
pada riset ini berarti kegiatan mengamati subjek (kanal Female di
Kompas.com) dan objek (artikel terkait pemberitaan ajang World
Muslimah 2013 di Kompas.com) dengan penelitian secara langsung.
Pada metode observasi, periset biasanya menggunakan
instrumen observasi. Instrumen observasi tersebut antara lain: sistem
kategori, sistem skala, sistem tanda, diary keeping, analisis dokumen,
lembar pengamatan, dan panduan pengamatan. Pada riset ini peneliti
hanya menggunakan analisis dokumen sebagai instrumen observasi.
Peneliti mengamati beberapa dokumen sebagai sumber informasi dan
menginterpretasikannya ke dalam hasil penelitian.12
2) Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan terkait.13 Wawancara
dalam riset kualitatif, yang disebut wawancara mendalam (depth
interview) atau intensif interview (intesive interview) dan kebanyakan
tak berstruktur.14 Wawancara ini akan dilakukan dengan narasumber
untuk riset ini, yaitu editor Kompas Female, Syafrina Syaaf,
pemimpin redaksi Jurnal Perempuan, Dewi Candraningrum serta
pembaca Kompas.com, Andini Aprilliana dan Dewi Rifqina.

11

Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 21.
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana 2007) Cet-2, h. 111114.
13
M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003) h. 193.
14
Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 96.
12

11

3) Analisis Dokumen
Teknik pengumpulan data yang terakhir adalah dokumentasi.
Dimana penulis akan mengumpulkan berbagai data-data, literatur,
jurnal, serta sumber lain dari internet yang berhubungan dengan
penelitian ini. Dokumentasi yang dikumpulkan akan membantu
peneliti untuk menginterpretasi serta menganalisis masalah lebih
mendalam.
4.

Teknik Analisis Data
Untuk

melihat

bagaimana

Kompas.com

membingkai

pemberitaan mengenai ajang World Muslimah 2013, maka peneliti
menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald
Kosicki sebagai alat untuk membedah teks pada artikel tersebut.
Analisis framing melihat bagaimana media menyeleksi,
menghubungkan serta menonjolkan peristiwa sehingga makna dari
peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.15
Framing juga dikenal sebagai struktur konseptual atau perangkat
kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan
wacana, serta yang menyediakan kateogri-kategori standar untuk
mengapresiasi realitas.16
Perbedaan sajian atau yang dipakai oleh media massa
merupakan realitas yang sengaja dibentuk untuk menyampaikan pesan
bagi media tersebut. Pada dasarnya, framing merupakan metode untuk

15

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: PT Lkis
Pelangi Aksara, 2002), h. 67.
16
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,
dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 162.

12

melihat cara media bercerita atas peristiwa. Metode ini digunakan
untuk menelaah konstruksi yang dilakukan oleh media terhadap
realitas.
Tabel I.1
Model Analisis framing Pan dan Kosicki

Struktur
Sintaksis

Skrip
Tematik

Retoris

Framing Pan dan Kosicki
Perangkat Framing
Unit yang diamati
Skema berita
Headline,
lead,
latar
informasi, kutipan, sumber,
pernyataan, penutup.
Kelengkapan berita
5W+1H
1. Detail
Paragraf dan proposisi
2. Maksud
dan
hubungan
kalimat
3. Nominalisasi
antar kalimat
4. Koherensi
5. Bentuk kalimat
6. Kata ganti
1. Leksikon
Kata, idiom, gambar atau
2. Grafis
foto, dan grafik.
3. Metafor
4. Pengandaian

G. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis terlebih dahulu membaca
dan menelaah skripsi-skripsi di perpustakaan yang terdapat di Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Ternyata penulis belum menemukan skripsi
mahasiswa yang meneliti tentang judul yang sama persis. Hanya saja pada
skripsi sebelumnya mempunyai jenis metode yang sama dengan metode
yang akan penulis teliti sekarang ini terutama skripsi yang mempunyai
pembahasan mengenai media cetak.

13

Selama tinjauan tersebut penulis menemukan beberapa judul
skripsi yang berkaitan dengan skripsi yang penulis teliti dan penulis
jadikan bahan acuan sebagai pembanding, yaitu :
1. Analisis Framing Berita Penyelenggaraan Miss World di Indonesia
Pada Harian Republika yang ditulis oleh Yudin Taqyudin mahasiswa
jurusan Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarih Hidayatullah Jakarta. Persamaan dengan skripsi ini adalah
teknik analisa data yang digunakan, yaitu analisis framing model
Zhongdan dan Gerald M. Kosicki. Skripsi ini menganalisa bagaimana
harian Republika mengemas pemberitaan dan keberpihakannya seputar
penyelanggaraan Miss World.
2. Analisis Semiotika Terhadap Terhadap Citra Perempuan di Rubrik
“Liputan Malam” Majalah Popular Edisi Januari – Maret 2008 yang
ditulis oleh Pipit Permatasari mahasiswa Jurusan Jurnalistik Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Persamaan dengan skripsi ini adalah penelitian terhadap perempuan
dalam media wanita, sedangkan perbedaannya terdapat pada metode
analisis yang digunakan.
Dari

beberapa

skripsi

tersebut

maka

penulis

mengambil

kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang meneliti dengan judul
skripsi Konstruksi Perempuan Muslim dalam Pemberitaan Ajang World
Muslimah 2013 di Kompas.com.
Sedangkan untuk teknis penulisan hasil penelitian ini mengacu
pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)

14

karya Hamid Nasuhi dkk. yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for
Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah, Jakarta, tahun 2007.
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN: Dalam bab ini penulis akan memaparkan
mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS: Pada bab ini penulis akan menguraikan
konsep analisis framing secara etimologis dan terminologis. Kemudian
akan dibahas mengenai analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald
Kosicki, serta teori yang mendukung penelitian ini.
BAB III GAMBARAN UMUM: Dalam bab ini penulis akan
memaparkan mengenai sejarah dan perkembangan Kompas.com, visi dan
misi, serta struktur redaksi dari Kompas.com.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA: Dalam bab ini, penulis
membahas tentang temuan dan analisis framing Kompas.com mengenai
artikel terkait pemberitaan ajang World Muslimah 2013.
BAB V PENUTUP: Bab terakhir ini, penulis memberikan kesimpulan dan
saran terhadap apa yang telah diangkat dan diteliti oleh penulis dan juga
beberapa lampiran yang didapat oleh penulis.

BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL DAN TEORITIS
A. Kerangka Konseptual
a.

Konstruksi
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata konstruksi memiliki
arti

susunan (model atau tata letak) suatu bangunan.1 Namun,

konstruksi yang dimaksudkan judul penelitian merupakan konstruksi
sosial. Dalam penjelasan ontologi paradigama konstruktivis, realitas
merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu.2
George

Ritzer

mengatakan

bahwa,

pandangan

yang

menempatkan individu sebagai manusia bebas dalam hubungan antara
individu dengan masyarakat merupakan pandangan beraliran liberal
esktrem, pengaruh aliran ini telah menyebar dalam paradigma definisi
sosial. Terdapat pengakuan yang luas terhadap eksistensi individu
dalam dunia sosialnya, bahwa individu menjadi panglima dalam dunia
sosial yang dikontruksi berdasarkan kehendaknya. Individu bukanlah
manusia bukanlah korban fakta sosial, namun mesin produksi
sekaligus reproduksi yang kreatif dan mengkonstruksi dunia sosialnya.
Akhirnya, dalam pandangan paradigma definisi sosial, realitas adalah
hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial
terhadap dunia sosial disekelilingnya.3

1

Kamusbahasaindonesia.org.
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi
di Masyarakat, Cet. ke 3 (Jakarta: Kencana, 2008), h. 187.
3
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi
di Masyarakat, h. 187-188.
2

16

“Asal mula konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme,
yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Dalam aliran
filsafat, gagasan konstruktivisme telah muncul sejak Socrates
menemukan jiwa dalam tubuh manusia dan sejak Plato menemukan
akal budi dan ide. Ada tiga macam konstruktivisme, yaitu
konstruktivisme radikal, konstruktivisme realisme hipotetis dan
konstruktivisme biasa.” Dari ketiga macam konstruktivisme tersebut,
terdapat kesamaan, dimana konstruktivisme dilihat sebagai sebuah
kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada,
karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan
sekitarnya. Kemudian individu membangun sendiri pengetahuan atas
realitas yang dilihatnya itu berdasarkan pada struktur pengetahuan
yang telah ada sebelumnya, yang oleh Piaget disebut dengan skema
atau skemata. Konstruktivisme macam ini yang oleh Peter L. Berger
dan Thomas Luckmann disebut sebagai konstruksi sosial.4
“Gagasan Berger dan Luckmann bertumpu pada makna
realitas dan pengetahuan. Kenyataan adalah suatu kualitas yang
terdapat dalam fenomena-fenomena yang memiliki keberadaan
(being) yang tidak tergantung kepada kehendak individu manusia
(yang kita tidak meniadakannya dengan angan-angan). Pengetahuan
adalah kepastian bahwa fenomena-fenomena itu nyata dan memiliki
karaktersitik-karakteristik yang spesifik.”5

4

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi
di Masyarakat, Cet. ke 3 (Jakarta: Kencana, 2008), h. 189-191.
5
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 299.

17

Hubungan antara manusia dengan sosialkulturalnya disusun
dalam proses eksternalisasi, objektivikasi, dan internalisasi. Ketiganya
merupakan proses hubungan antara individu dengan masyarakat atau
masyarakat dengan individunya. Eksternalisasi dan objektivikasi
menempatkan

manusia

sebagai

realitas

objektif,

sedangkan

internalisasi sebaliknya, yaitu menempatkan manusia sebagai realitas
subjektif.
Berger mendefinisikan ekternalisasi sebagai proses individu
beradaptasi

dengan

sosialkuturalnya

serta

diperngaruhi

oleh

pengetahuan si individu yang juga dimiliki oleh individu lainnya yang
digunakan dalam kegiatan rutin dan sudah jelas dengan sendirinya,
dalam kehidupan sehari-harinya.6 Pengetahuan bersama ini bersifat
subyektif dan kemudian terjadi berulang-ulanh hingga mengendap
menjadi akumulasi yang terhabitualisasi. Habitualisasi ini selanjutnya
akan membentuk produk sosial yang kemudian akan diwariskan.
Artinya manusia adalah instrumen dalam menciptakan realitas sosial
yang objektif melalui proses eksternalisasi.7
Dalam media massa, proses kontruksi Berger dan Luckmann
juga terjadi, hanya berjalan lambat, karena terjadi antar individu dan
melalui proses vertikal, yakin lurus ke bawah layaknya seperti
orangtua kepada anaknya. Sumber proses ekternalisasi, objektivikasi
dan internalisasi berjalan di dapur redaksi. Tahapan ini juga
dinamakan penyiapan materi. Redaksi akan menentukan mengenai isu
6

Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial atas Kenyataan; Risalah tentang Sosiologi
Pengetahuan (Jakarta: LPE3S, 1990), h. 34.
7
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, h. 302.

18

apa yang akan disampaikan pada khalayak. Redaksi atau wartawan
telah memiliki gambaran tersendiri mengenai hal yang akan
disampaikan. Gambaran ini sudah ada sebelum wartawan mencari
fakta. Ketika wartawan turun ke lapangan dan mencari fakta, maka
tercampur apa yang ada dalam gambaran dengan fakta yang ada serta
kondisi dan apa yang ia lihat secara langsung di lapangan. Tahap ini
disebut sebagai eksternalisasi. Ada pemaknaan yang dilakukan
wartawan tentang pengetahuan peristiwa yang sudah ada sebelum ia
meliput peristiwa tersebut dan realitas yang ia lihat saat proses
peliputan. Berita bersifat subjektif, karena opini tidak dapat
dihilangkan ketika peliputan. Wartawan melihat dengan perspektif
daripada melihat secara subjektif.8
b. Perempuan Muslim
Perempuan secara etimologi memiliki arti manusia yang
memiliki puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan
menyusui. Kata Muslim sendiri berarti penganut agama Islam.9
Dillihat dari terminologi di atas, perempuan muslim dapat diartikan
sebagai perempuan yang menganut agama Islam. Perempuan Muslim
sering

diidentikkan

dengan

hijab

atau

kerudung.

Namun,

berkembangnya zaman serta pengaruh Barat sudah sedemikian rupa
dalam kehidupan umat Islam, sehingga ada perempuan Muslim yang
melakukan sesuatu hal yang tidak dibenarkan oleh agama. Dengan
kondisi seperti ini, tampaknya berjilbab bukan lagi acuan untuk
8

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, cet. ke-5 (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2008) h. 252-253.
9
Kamusbahasaindonesia.org.

19

menggambarkan identitas dan kepribadian perempuan Muslimah
secara penuh.10
Kedudukan

perempuan

Muslim

sering

terpinggirkan,

diskriminasi dalam banyak bentuk aspek kehidupan, yang paling
terutama adalah tersingkirnya perempuan Muslim dari dunia kerja.
Permasalahan yang sering kali banyak dihadapi para perempuan
Muslim di dunia adalah mengenai hijab yang dikenakan, seolah-olah
dengan ditutupnya salah satu aurat perempuan, tertutup pula
kesempatan bagi perempuan Muslim untuk bisa berkembang di
masyarakat. Perempuan Muslim dengan hijab juga dianggap memiliki
kesempatan lebih kecil dibandingkan perempuan Muslim non-hijab
atau perempuan non-muslim untuk bersaing di dunia kerja atau
lingkungan sosialnya.
Ketika Islam lahir di Arabia. Perempuan mendapatkan
kedudukan yang amat rendah. Mereka diperlakukan bukan hanya
semata-mata inferior secara sosial tetapi mereka hanya dianggap
sebagai sebuah benda. Memiliki anak perempuan pada zaman itu,
ibaratnya mendapatkan tanda kehinaan, sehingga banyak orang tua
yang mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka.11
Di saat itulah sebuah wahyu turun ditengah kegelapan yang
tengah meliputi dunia mengenai hal ini:12

10

M. Quraish Shihab, Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah: Pandangan Ulama Masa Lalu &
Cendikiawan Kontemporer, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), h. 55.
11
Nasarudin Umar, “Perspektif Jender Dalam Islam,” artikel diakses pada 20 Desember 2013 dari
http://media.isnet.org/islam/Paramadina/Jurnal/Jender2.html#misteri.
12
Jamal Badawi, The States of Women in Islam dalam Mai Yamani, Feminisme dan Islam:
Perspektif Hukum dan Sastra Penerjemah Purwanto (Bandung: Penerbit Nuansa, 2000), h. 135.

20

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang
telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya
Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah
mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.”
Ayat Al-Quran tersebut mengajarkan mengenai persamaan
manusia, termasuk persamaan jenis kelamin serta menampik semua
perbedaan akibat jenis kelamin, ras, warna, bangsa, kasta, suku karena
semua manusia sebenarnya berasal dari sumber yang satu.13
Tentang kewajiban beribadah dalam agama Islam, tidak ada
perbedaan mengenai antara laki-laki dengan perempuan. Kewajibankewajiban mereka terhadap Allah SWT, sesama manusia, dan banyak
hal lainnya tidak memiliki perbedaan. Oleh karena itu, posisi mereka
di mata Allah SWT adalah sama, yang membedakan hanyalah
ketakwaan mereka bukan jenis kelamin.
Artinya, jika laki-laki dan perempuan memiliki kewajiban
yang sama dalam hal beribadah, maka keduanya juga memiliki hak
serta kesempatan yang sama dalam hal pendidikan serta ekonomi.
Mengenai pendidikan, bahkan nabi Muhammad SAW pernah
bersabda, “Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim”. Ini berarti
pendidikan adalah hal yang wajib hukumnya untuk dilaksanakan bagi
setiap umat Islam tanpa memandang jenis kelamin.
Wahyu pertama Iqra’ yang diterima oleh Nabi Muhammad
saw. bukan saja ditujukan untuk dirinya pribadi melainkan juga untuk
umatnya, baik laki-laki dan perempuan. Selain itu, sekian banyak ayat
13

Jamal Badawi, The States of Women in Islam dalam Mai Yamani, Feminisme dan Islam:
Perspektif Hukum dan Sastra Penerjemah Purwanto, h. 135.

21

dan hadist yang memuji orang-orang berpengetahuan, dan sekian
banyak pula ancaman dan kecaman yang ditujukan kepada mereka
yang tidak berpengetahuan. Di samping itu, rasul saw. menjadikan
upaya menuntun ilmu sebagai jalan menuju surga.14
Pada masa Nabi Muhammad saw, perempuan memohon
kepada Nabi saw. agar diberi waktu tertentu untuk belajar langsung
kepada beliau, dan permohonan mereka dikabulkan oleh beliau. Kini,
ilmu pengetahuan dengan berbagai displin ilmunya telah mengalami
kemajuan pesat. Karena itu kewajiban perempuan untuk belajar tidak
lagi sebatas pada ilmu agama, tetapi lebih meluas sedemikian rupa
sehingga lapangan studi mereka pun dapat mencakup banyak sekali
disiplin ilmu.15
Mengenai hak perempuan dalam bekerja, Islam memandang
peran perempuan sebagai seorang istri dan ibu adalah peran yang
sangat mulia. Disamping itu tidak ada ajaran atau ketentuan dalam
Islam yang melarang perempuan mencari pekerjaan bila mereka
memerlukannya, khususnya mengenai kedudukan dan keadaan yang
cocok dengan kemampuannya serta masyarakat membutuhkannya
dalam

posisi

tersebut.

Sekalipun

posisi

tersebut

diragukan

kecocokannya karena berkaitan dengan emosional, dimana perempuan

M. Quraish Shihab, Perempuan: dari Cinta sampai Seks dari Nikah Mut’ah sampai Nikah
Sunnah dari Bias Lama sampai Bias Baru (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 394.
15
M. Quraish Shihab, Perempuan: dari Cinta sampai Seks dari Nikah Mut’ah sampai Nikah
Sunnah dari Bias Lama sampai Bias Baru, h. 396.

14

22

dianggap memiliki tingkat emosional yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pria, misalnya hakim atau aparat pemerintahan.16
Perempuan dalam kewajibannya sebagai seorang istri, Islam
membebaskannya dari pekerjaan manual. Menurut ketentuan Islam,
perempuan tidak wajib memasak makanan bagi suami dan anakanaknya, atau mencuci pakaian, bahkan perempuan tidak wajib untuk
menyusui bayinya. Perempuan dapat menolak melakukan pekerjaan
itu tanpa harus mendapat anacaman akan dituntut secara hukum oleh
suaminya. Jika ia mengerjakan pekerjaan tersebut, maka hal tersebut
merupakan

kebajikan

yang

dilakukan

seorang

istri.Bukhari

meriwayatkan dalam shahih-nya:17
“Dalam hukum Islam, seorang istri, bahkan setelah berumah
tangga, adalah individu yang secara hukum terpisah yang dapat
menuntut atau dituntut dalam kapasitas individunya sendiri dan
berhak menggugat suaminya karena suatu pelanggaran atas
hak-haknya.”

Perempuan dalam Islam dapat membuat perjanjian atau
menguasai harta waris atas namanya sendiri. Ia berhak mewarisi harta
dengan posisi sebagai ibu, istri, saudara perempuan, dan anak
perempuan. Dalam al-Quran dinyatakan bahwa ada suatu bagian
untuk pria dan bagian untuk perempuan dalam harta waris.18
Menurut hukum Islam, hak seorang perempuan terhadap
kepemilikan hartanya diakui sepenuhnya. Hak itu tidak akan berubah,
walaupun perempuan masih lajang atau sudah menikah. Ia berhak
16

Jamal Badawi, The States of Women in Islam dalam Mai Yamani, Feminisme dan Islam:
Perspektif Hukum dan Sastra Penerjemah Purwanto (Bandung: Penerbit Nuansa, 2000), h. 140.
17
Yamani (ed), Feminisme dan Islam: Perspektif Hukum dan Sastra, h. 140.
18
Yamani (ed), Feminisme dan Islam: Perspektif Hukum dan Sastra, h. 147.

23

untuk melakukan jual-beli, menggadaikan atau menyewakan sebagian
maupun seluruh hartanya.19
Perempuan sebagai ibu mendapatkan penghargaan tertinggi
dalam Islam. Dalam al-Quran banyak terdapat ayat-ayat yang
menyatakan peran seorang ibu dan perintah untuk menghormati serta
memperlakukan ibu dengan mulia. Ajaran atau pun sejarah peradaban
Islam telah memberikan bukti yang gamblang mengenai persamaan
perempuan dan laki-laki dalam hak-hak politik. Dalam hal ini, adalah
berhak untuk dipilih serta berhak mencalonkan diri menjadi anggota
pemerintahan. Termasuk hak perempuan untuk ikut campur dalam
urusan publik.
Untuk kecantikan perempuan, Islam menganjurkan untuk
memadukan keindahan jasmani dan rohani. Tuntunannya di samping
berkaitan dengan inner beauty, yakni keindahan yang bersumber dari
dalam seseorang, juga keindahan luar. Kecantikan wajah atau luar
hanya menyenangkan mata, sedangkan yang bersumber dari dalam
akan menawan hati.20
Memakai aneka bahan pakaian pun dibenarkan dalam Islam
asal menutup aurat. Perhiasan yang mahal atau murah, banyak atau
sedikit, di tempat mana pun diletakkan, sesuai dengan tolok ukur
kewajaran dan keindahan, diperkenankan juga oleh agama. Bahkan,
menggunakan wewangian yang beraroma lembut dan semacamnya

19

Yamani (ed), Feminisme dan Islam: Perspektif Hukum dan Sastra, h. 148.
M. Quraish Shihab, Perempuan: dari Cinta sampai Seks dari Nikah Mut’ah sampai Nikah
Sunnah dari Bias Lama sampai Bias Baru, h. 72.

20

24

sama sekali tidak terlarang, kecuali jika dimaksudkan untuk
merangsang lawan jenis yang bukan suami.21
Sayyid Muhammad Ibnu Alwi al-Maliki, ulama kenamaan
Saudi Arabia, menyatakan:22
“Memakai lipstik, bedak, atau pemerah pipi dibenarkan juga,
bahkan uban (kalau sudah banyak) dapat disemir dengan warna
kuning atau merah, kecuali jika suami tidak suka dengan warna
itu, atau kalau suami meminta agar disemir dengan warna
hitam, itu pun dibenarkan.”
Bagaimana dengan meluruskan gigi, atau meratakan dan
menyusunnya dengan baik, demikian juga memcabut bulu yang
terdapat di wajah atau memakai rambut palsu? Ulama besar Tunisia
kontemporer, Syaikh Muhammad Fadhil Ibnu Asyur menulis dalam
tafsirnya, at-Tahrir wa at-Tanwir, ketika menafsirkan QS. An-Nisâ
[4]: 119 antara lain sebagai berikut:23
“Tidak termasuk dalam pengertian mengubah ciptaan Allah
adalah melakukan perubahan yang diizinkan-Nya. Tidak juga
termasuk dalam larangan ini adalah perubahan yang bertujuan
memperbaiki atau meperindah. Bukankah khitan (sunat)
termasuk mengubah ciptaan Allah, tetapi karena mempunyai
dampak positif terhadap kesehatan maka diperbolehkan?
Demikian juga mencukur rambut untuk menghindari
keruwetan, menggunting kuku untuk memudahkan kerja
tangan, atau melubangi telinga perempuan untuk memasang
anting demi keindahan. Adapun riwayat-riwayat yang terdapat
dalam hadits-hadits Nabi saw. menyangkut larangan
menyambung rambut dan meluruskan gigi untuk keindahan,
riwayat-riwayat itu memang muskil. Aku duga larangan itu
bertujuan melarang bersikap atau bersifat seperti sikap atau
sifat yang pernah diperagakan oleh tunasusila ketika itu, atau
Shihab, Perempuan: dari Cinta sampai Seks dari Nikah Mut’ah sampai Nikah Sunnah dari Bias
Lama sampai Bias Baru, h. 74.
22
Shihab, Perempuan: dari Cinta sampai Seks dari Nikah Mut’ah sampai Nikah Sunnah dari Bias
Lama sampai Bias Baru, h. 75.
23
Shihab, Perempuan: dari Cinta sampai Seks dari Nikah Mut’ah sampai Nikah Sunnah dari Bias
Lama sampai Bias Baru, h. 77.
21

25

sikap/sifat perempuan musyrikah karena, kalau tidak demikian,
larangan tersebut pasti tidak sampai pada tingkat
laknat/kutukan terhadap pelaku-pelakunya.”

Dibandingkan dengan kecantikan fisik, di dalam al-Qur’an
ditemukan bahwa sosok ideal atau citra terpuji muslimah adalah yang
memiliki kemandirian, baik dari sisi politik, ekonomi, pendidikan, dan
mampu mengungkapkan pendapat serta bersikap kritis terhadap apa
yang ia hadapi. Artinya Islam lebih menekankan kepada kecerdasan
serta kecantikan dari dalam (inner beauty) daripada hanya kecantikan
fisik semata.
c.

Pemberitaan
“Pemberitaan memiliki makna sebagai proses atau cara
memberitakan

serta

melaporkan,

dengan

kata

dasar

berita.

Pemberitaan juga dapat diartikan sebagai proses dimana wartawan
menulis sebuah berita dan menghadirkannya ke khalayak melalui
media massa. Berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti
bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa
dan jalan cerita. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan
cerita tidak dapat disebut berita.”24
“Berita dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, tergantung dari
sisi melihatnya, seperti: sifat kejadian, cakupan isi berita, dan bentuk
penyajian berita. Dilihat dari sisi sifat kejadiannya, berita dibedakan
menjadi berita terduga, seperti perayaan hari nasional dan berita tak
terduga, misalnya ledakan bom, kecelakaan, kebakaran, dan
24

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Penerbit Kalam Indonesia, 2005), h. 55.

26

sebagainya. Melihat dari sisi cakupannya, isi berita terbagi pada berita
politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hukum, seni, agama,
kejahatan, olahraga, militer, ilmu pengetahuan atau teknologi.
Berdasarkan penyajiannya berita dibedakan menjadi berita langsung
(spot news), berita komprehensif (comprehensive news), dan
feature.”25
“Cara menulis berita juga berbeda-beda. Berita langsung
biasanya ditulis dengan gaya piramida terbalik, dimana semua yang
dianggap penting ditulis pada lead. Karena, itu lead mencakup semua
unsur berita 5W+1H, yaitu what, who, where, when, why, dan how.
Namun, dalam prakteknya gaya piramida terbalik dan ketentuan
memasukkan unsur 5W+1H tidak selalu ditaati. Jika semua berita
ditulis dengan menggunakan gaya piramida terbalik, maka akan
terlihat penulisan gaya yang monoton, serag