Primate Land ( Green Architecture )

  BAB II DESKRIPSI PROYEK

  2.1 Terminologi Judul Judul dari proyek ini adalah “ Primate Land” yang merupakan suatu tempat konservasi sekaligus penelitian dan rekreasi khusus hewan-hewan primata.

  Dalam judul “ Primate Land” mengandung pengertian, yaitu:

  Primate, (primata,

  • b.ing) :

  1 Bangsa mamalia yang meliputi kera, monyet dan juga manusia

  • Dalam zoologi, mamalia yang memiliki karakteristik dengan manusia dan
  • 2 memiliki ukuran otak yang lebih besar dibandingkan mamalia lainnya.

  Land, (tanah,

  • b.ing)

  3 Bagian dari bumi yang dikelilingi oleh air.

  • Bagian tubuh alam yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai
  • 4 tempat makhluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya.

  Suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief, hidrologi dan tumbuhan

  • serta benda diatasnya, termasuk di dalamnya hasil kegiatan manusia di

  5 masa lalu dan sekarang.

  6 Sebuah lingkungan yang meberi identitas tempat

  • Jadi, pengertian dari judul “Primate Land” adalah Suatu tempat/ lahan yang berfungsi sebagai tempat hewan- hewan primata untuk dapat melangsungkan hidupnya agar jauh dari kepunahan. Selain itu, tempat ini juga dapat memberi kontribusi sebagai tempat rekreasi yang sifatnya edukasi.

  2.2 Tinjuan Umum 1

  2.2.1 Teoritis Hewan Primata 2 Sumber, diakses tanggal 2 Maret 2012 3 Sumber: Encyclopedia Britannic, diakses tanggal 2 Maret 2012 4 Sumber,diakses tanggal 2 Maret 2012 5 Sumber: defenisi.blogspot.com ,diakses tanggal 2 Maret 2012 6 Sumber: direktori UPI, jurusan pendidikan geografi Sumber : creation concept.wordpress.com

  Primata hidup di pohon-pohon tropis dan subtropis Amerika, Afrika dan Asia. Primata memilki ukuran yang berbeda dari yang paling kecil dengan berat hanya 30 gram seperti lemur hingga ukuran paling besar dengan berat 200 kilogram seperti gorilla gunung. Menurut bukti fosil, hewan primata telah ada sejak 65 juta tahun yang lalu. Seluruh jenis spesies primata memiliki lima jari (pentadactily), bentuk gigi yang sama dan rancangan tubuh primitif. Kekhasan lain dari primata adalah kuku jari. Ibu hari dengan arah yang berbeda juga menjadi salah satu cirri khas primata. Kombinasi dari ibu jari berlawanan, jari kuku pendek (bukan cakar) dan jari yang panjang dan menutup ke dalam. Semua primata juga memiliki karakteristik arah mata yang bersifat stereoskopik (memandang ke depan, bukan ke samping) dan postur tubuh tegak.

  Dianggap generalis mamalia, primata menunjukkan berbagai karakteristik, yakni berjalan dengan dua atau empat anggota badan, dapat melompat dan berayun. Primata ditandai dengan otak yang relatif lebih besar dibandingkan terhadap mamalia lainnya. Ada beberapa studi menarik tentang kehidupan primata, di antaranya: Sistem pemisahan primata betina dari kelompoknya saat melahirkan.

  • Primata betina akan menjaga jarak dengan primata jantan. Kelompok-kelompok sosial yang terjadi biasanya dapat digolongkan kelompok kecil.
  • dalam kelompok kelahiran, primata jantan akan mencari betina lain. Sistem ikatan jantan-wanita. Seperti halnya manusia, primata sendiri
  • juga saling berbagi tanggung jawab dalam pengasuhan dan pertahanan teritorial. Keturunannya akan meningggalkan wilayah orang tuanya jika sudah remaja. Struktur sosial yang unik, dimana kelompok yang lebih kecil akan
  • datang bersama membentuk kawanan yang lebih besar. Sistem
  • 7 sosial ini dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu distribusi sumber daya,

      sistem perkawinan yang membolehkan seorang pria memiliki beberapa wanita sebagai istrinya dalam waktu yang bersamaan (artikata.com) kelompok ukuran, dan predator. Dalam kelompok sosial ada keseimbangan antara kerja sama dan persaingan. Perilaku kooperatif ditunjukkan dengan cara, misalnya menghapus parasit kulit, membersihkan luka, berbagi makanan dan pertahanan terhadap pemangsa. Perilaku agresif ditunjukkan dengan pemberian sinyal kompetisi dalam hal ketersediaan pangan, tempat tidur dan pasangan. Perilaku agresif juga digunakan untuk membentuk dominasi. Kognisi dan komunkasi. Primata memiliki kemampuan kognitif yang

    • canggih dengan membuat alat dan menggunakannya untuk memperoleh makanan. Primata memiliki strategi berburu yang canggih yang memerlukan kerja sama dan sifat manipulatif. Primata dapat belajar menggunakan simbol dan aspek bahasa manusia termasuk konsep angka dan urutan numerik. Ada penelitian tentang kognisi primata dalam hal mengeksplorasi pemecahan masalah, memori dan interaksi sosial. Primata mengeksploitasi berbagai sumber makanan. Kebanyakan - sumber makanannya dari kanopi tropis, yakni buah yang mengandung karbohidrat dan lemak untuk energi. Namun, mereka juga membutuhkan makanan lain seperti daun dan serangga untuk asupan protein, vitamin dan mineral. Klasifikasi (taksonomi) primata adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Mamalia Infraclass : Eutheria Superorder : Euarchontoglires Order : Primate

       (sumber:

      2.2.2 Spesies primata Total spesies primata di dunia sekitar 200 jenis, 25% nya (40 spesies) berada di Indonesia. Dari 40 spesies yang tercatat, belasan

      8

      di antaranya merupakan spesies endemik . Hewan primata dibagi dalam 2 kelompok besar yakni prosimian (primata primitif) dan anthropeida (primata baru). Jenis hewan primata yang tersebar di Indonesia, di antaranya:

      1. Kukang (Nycticebus coucang) Kukang adalah jenis primata yang bergerak lambat. Hewan pemalu ini aktif di malam hari (nocturnal). Warna rambutnya beragam, dari kelabu keputihan, kecoklatan, hingga kehitam- hitaman. Pada punggung terdapat garis coklat melintang dari belakang hingga dahi, lalu bercabang ke dasar telinga dan mata. Ekornya yang pendek dan

      Gambar 2 Kukang

      hampir tidak terlihat. Ibu jari tangan dan kaki melingkar berlawanan arah dengan keempat jari lainnya dengan pergelangan yang dapat bergerak bebas. Telapak tangan dan kaki tidak berambut seperti jenis mamalia lainnya. Memiliki dua mata yang besar dan bulat menghadap ke depan dengan posisi berdekatan yang menunjukkan bahwa kukang adalah satwa yang aktif di malam hari. Selain itu, kukang memiliki daun telinga kecil yang ditutupi oleh rambut.Berat tubuh 0,375-0,9 kg, panjang tubuh dewasa 19-30 cm. di Indonesia, satwa ini dapat ditemukan di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. 8 Satwa ini menjadi incaran untuk dijadikan hewan peliharaan.

      Jenis yang hanya ditemukan di daerah itu saja dan tidak ditemukan di tempat lain. (sumber

      2. Orang utan (Pongo pygmaeus) Orang utan (nama lainnya mawas) adalah sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan, kadang cokelat, yang hidup di Indonesia dan Malaysia. Ciri-cirinya

      Gambar 3 Orang Utan

      memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk dan tidak punya ekor. Orang utan berukuran 1-1,4m untuk jantan, yaitu kira-kira 2/3 kali ukuran seekor gorilla. Tubuh orang utan diselimuti rambut merah kecokelatan, mempunya kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi, memiliki pelipis yang gemuk, dan mempunyai indera yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap dan peraba. Selain itu orang utan juga mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1 ibu jari serta telapak kaki yang memiliki susunan jari jemari yang sangat mirip dengan manusia. Orang utan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau Borneo dan Sumatera di wilayah bagian negara Indonesia dan Malaysia. Orang utan biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan. Orang utan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo, orang utan dapat ditemukan pada ketinggian 500m di atas permukaan laut (dpl), sedangkan kerabatnya di Sumatera dapat mencapai hutan pegunungan pada 1.000m dpl.

      Orang utan termasuk hewan omnivora, jenis makanan kesukaan orang utan adalah daun-daunan, biji-bijian, kulit kayu, tunas tanaman (yang lunak), bunga-bungaan, serangga dan hewan- hewan kecil lainnya (seperti burung dan mamalia kecil). Orang utan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin minum. Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang- lubang di antara cabang pohon.

      Orang utan betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan lama kandungan berkisar antara 8,5 hingga 9 bulan, hampir sama dengan manusia. Jumlah bayi yang dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu. Bayi orang utan dapat hidup mandiri pada usia 6-7 tahun.

      3. Surili Jawa (Presbytis comata) Surili Jawa adalah spesies monyet Dunia Baru terancam yang endemic pada sebagian pulau Jawa, Indonesia. Terdapat 2 sub spesies Surili Jawa:  Presbytis comata comata

    • – ada di Jawa Barat  Presbytis comate fredericae
    • – ada di Jawa Tengah

      Gambar 4 Surili Jawa

      4. Bekantan ( Nasalis larvatus) Bekantan adalah sejenis kera berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tuanggal kera Nasalis.

      Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies

      Gambar 5 Bekantan

      jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantann dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidung inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Dalam bahasa Brunei disebut bangkatan.

      Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. kera betina berukuran 60cm dengan berat 12 kg. spesies ini juga memiliki perut yang besar sebagai hasil dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan,yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit.

      Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di P. Kalimantan. Spesies ini menghabiskan waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antar 10 sampai 32 kera. Bekantan kuga dapat berenang dengan baik, terkadang terlihat berenang dari satu pulau ke pullau lain.bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selantan.

      5. Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) Kera ekor panjang mempunyai panjang tubuh 38-76 cm, panjang ekor 61 cm dengan berat badan sampai 6 kg. tubuhnya tampak kokoh yang tertutup mantel rambut berwarna coklat kemerah- merahan di bagian bawah Nampak lebih muda dan muka menonjol dengan warna keputih-putihan. Warna mantel rambut kera ini yang hidup di pedalaman hutan lebih gelap daripada yang hidup di pantai. Anak kera ekor panjang mantel rambut berwarna hitam dengan rambut muka dan telinga Nampak cemerlang, warna rambut ini akan berubah setelah berumur 1 tahun.

      Anggota badan dapat difungsikan sebagai tangan dan kaki. Jari- jari kaki dan tangan masing-masing berjumlah 5 buah dan mudah digerakkan. Pergerakan satwa ini jika berada di pohon menggunakan jari-jarinya, namun jika di atas tanah akan menggunakan telapak kaki dan tangannya ke tanah. Macaca juga dapat mrmanjat sambil melompat sejauh 5 meter. Jenis monyet ini juga dapat berenang dengan baik. Kera ekor panjang hidup berkelompok, jumlah kelompok biasanya terdiri dari 10-20 ekor di hutan bakau, 20-30 ekor di hutan primer, 30-50 ekor di hutan sekunder, dengan komposisi komplit ada induk jantan dan betina beserta anak-anaknya. Besar kecilnya kelompok ditentukan oleh ada tidaknya pemangsa dan sumber pakan di alam. Pergerakan dilakukan untuk mendapatkan pakan dalam melangsungkan hidupnya. Luas daerah jelajah 50 hingga 100 Ha untuk satu kelompok. Luas daerah jelajah sangat erat hubungannya dengan sumber pakan.

      Monyet ini memiliki alat kelamin menonjol, yang jantan kantong zakar besar. Masa kawin pada setiap siklus, kawinnya beramai- ramai, seekor pejantan kawin dengan beberapa ekor betina dan seekor betina kawin dengan beberapa ekor pejantan. Masa bunting selama 116 hari. Monyet ekor panjang mampu hidup dalam berbagai kondisi dari hutan bakau di pantai, dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 m dpl. Monyet ini dapat ditemukan di mana-mana, menjadi hama bagi penduduk, merusak padi, jagung dan tanaman buah-buahan. Dalam mencari makan. Monyet ekor panjang selalu merubah daerah jelajahnya, tergantung pada ketersediaan makanan. Makannya daun, buah, biji dan bunga. Selain itu juga mekan serangga, telur anak burung, kepiting, udang, kerang, dll.

      Gambar 6 Monyet Ekor Panjang

      6. Kera (Hylobates agilis) Kera adalah anggota superfamilia Hominoidea dari ordo primata.

      Banyak spesies kera saat ini memiliki status terancam karena hilangnya habitat mereka di hutan hujan tropis dan perburuan.

      

    Gambar 7 Kera

      7. Lutung (Trachypithecus auratus) / Kera hitam Lutung adalah sejenis monyet yang memiliki warna rambut hitam diselingi warna keperakan. Di kepalanya terdapat helaian rambut yang menjuntai ke depan membentuk jambul. Anak lutung yang baru lahir berwarna kuning jingga dan tidak berjambul. Setelah dewasa warnanya berubah mejadi hitam kelabu. Lutung hanya melahirkan satu ekor anak setiap kelahiran. Panjang tubuh lutung sekitar 50 cm, panjang ekor sekitar 70 cm atau dapat 2 kali panjang tubuh. Berat lutung rata-rata 6 kg.

      Hidup berkelompok sangatlah bermanfaat bagi lutung yang lambat menjadi dewasa. Kelompok itu akan menjadi tempat penyimpanan pengalamannya yang kemudian diteruskan kepada generasi baru. Menurut beberapa penelitian, lutung memakan lebih dari 66 jenis tumbuhan yang berbeda. Sebagian besar makanan lutung adalah daun, buah dan bunga. Terkadang memakan serangga dan bagian lain dari tumbuhan seperti kulit kayu. Beberapa jenis tumbuhan yang disukai lutung antaea lain kaliandra, aspen, dadap cangkring dan anggrung.

      Lutung hidup berkelompok dengan jumlah teman antara 6-23 ekor. Dalam setiap kelompok terdapt jantan sebagai pemimpin elompok dan beberapa betina serta anak-anak yang masih dalam asuhan induknya. Lutung merupakan hewan yang aktif di siang hari. Jantan dominan mendominasi anggota kelompok dalam hal perlindungan, pengamanan dalam pergerakan dan merawat. Jantan selalu menjaga anggota kelompoknya dari berbagai gangguan yang berasal dari luar atau dari kelompok lain. Umumnya jantan mengeluarkan suara dan melakukan gertakan dengan suara dan perubahan mimik yang menunjukkan marah.

      Lutung hidup di hutan dengan berbagai macam variasi mulai dari hutan bakau di pesisir, hutan daratan rendah hingga hutan dataran tinggi. Terkadang lutung juga mendiami daerah perkebunan. Sebagian besar waktunya dihabiskan di atas pohon. Terkadang lutung juga turun ke tanah untuk mencari serangga, tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Daerah jelajah lutung minimal

      15 Ha. Area bermain dan mencari makan lutung dapat mencapai 1.300 meter.

      Lutung relatif lebih mudah ditemukan di beberapa hutan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Lombok. Umunya mereka masih aman hidup di dalam kawasan pelestarian. Hewan yang mengancam lutung bila di tanah adalah ular dan bila di pohon adalah elang. Namun ancaman terbesar bagi kehidupan lutung adalah manusia. Lutung termasuk hewan yang dilindungi secara nasional maupun internasional, sehingga perdagangannya dalam segala bentuk dilarang karena melanggar hukum. (sumber: petungsewu wildlife education center)

      

    Gambar 8 Lutung

      8. Owa jawa (Hylobates moloch) Owa jawa merupakan jenis primata arboreal yang tinggal di hutan tropis, makanannya berupa buah, daun dan serangga. Satu keluarga Owa jawa umumnya terdiri dari sepasang induk dan beberapa anak yang tinggal dalam teritori mereka. Owa jawa merupakan satwa endemik pulau Jawa. Ancaman bagi mereka di dalam adalah kehilangan habitat, perburuan dan perdagangan untuk dijadikan satwa peliharaan.

      Beberapa hasil survey perkiraan populasi mereka di alam tersisa lebih kurang 4000 individu. Owa jawa tidak memiliki ekor dan tangannya relatif panjang dibandingkan dengan besar tubuhnya. Tanganb yang panjang ini dperlukan untuk berayun dan berpindah di antara dahan-dahan dan ranting di tajuk pohon yang tinggi, tempatnya beraktifitas sehari-hari. Warna tubuhnya keabu-abuan dengan sisi atas kepala lebih gelap dan wajah kehitaman. Rata-rata owa betina melahirkan sekali setiap 3 tahun dengan masa mengandung selama 7 bulan dan menyusui anaknya hingga usia 18 bulan. Owa jawa dinyatakan dewasa pada usia sekitar 8 tahun dan kemudian akan memisahkan diri dan mencari pasangannya

      Gambar 9 Owa Jawa sendiri. Owa jawa adalah hewan arboreal, sepenuhnya hidup di atas tajjuk pepohonan. Terutama memakan buah-buahan, daun dan bunga-bungaan, kelompok kecil owa jawa menjelajahi kanopi hutan dengan cara memanjat dan berayun dari satu pohon ke pohon yang lain dengan mengandalkan kelincahan dan kekuatanlengannya. Berat tubuhnya rata-rata mencapai 8 kg. (sumber :

      9. Tarsius ( Tarsius tarsier) Tarsius adalah primata bertubuh kecil dengan mata yang sangat besar dengan diameter bola mata sekitar 16 mm. Tarsius memiliki kaki belakang yang panjang. Bulu tarsius sangat lembut dan mirip beludru yang biasanya berwarna coklat abu-abu, coklat muda atau kuning jingga muda. Tarsius termasuk bersifat nocturnal. Tidak seperti kebanyakan binatang nocturnal lain, tarsius tidak memiliki peemantul cahaya di matanya.

      Gambar 10 Tarsius

      10. Siamang ( Symphalangus syndactylus) Siamang adalah kera hitam yang berlengan panjang dan hidup di pohon- pohon. Pada umumnya, siamang sangat tangkas saat bergerak di atas pohon sehingga tidak ada predator yang bisa menangkap mereka. Seiamang tidak memiliki ekor dan postur tubuh yang kurang tegak. Siamang memiliki perkembangan otak yang tinggi. Siamang berwarna hitam agak coklat kemerahan. Tubuh siamang ditutupi oleh rambut yang lebat di sebagian besar tubuhnya kecuali wajah, jari, telapak tangan, ketiak dan telapa kaki. Siamang memiliki ukuran sekitar 30- 35 inci dan berat 7 kg. banyak ditemukan di Asia Tenggara. Siamang juga banyak ditemukan di beberapa tempat seperti Semenanjung Malaysia. Siamang merupakan hewan yang lebih aktif Gambar 11 Siamang pada siang hari. Cirri khas siamang adalah memiliki kantung tenggorokan yang biasa disebut kantung gular. Kantung ini dapat mengembang menjadi besar seperti kepala mereka yang berfungsi membuat pita suara lebih keras. Pada waktu bahaya, siamang betina akan mengeluarkan suara yang nyaring dan diikuti oleh siamang jantan selama 3-15 menit. Suara mereka dapat terdengar dari jarak sekitar 6,5 km. siamang tidak dapat berenang dan cenderung takut air. Siamang dapat bertahan hidup sekitar 35-40 tahun. Siamang merupakan hewan omnivora. Sekitar 75% makanan mereka adalah buah, daun, bunga, biji-bijian dan kulit kayu. Mereka juga memakan serangga, laba-laba, telur burung dan burung kecil. Karena takut air, siamang akan mencelupkan kai depannya ke dalam air atau menggosok tangan pada daun yang basah dan menghisap air pada bulu kakinya sebagai minuman. Siamang mulai berkembnag biak pada usia 5-7 tahun. Siamang betina melahirkan anaknya pada usia 8 bulan.

      

    Gambar 12 Kantung tenggorokan siamang

      11. Beruk Mentawai ( Macaca pagensis) Beruk mentawai merupakan salah satu primata endemik kep.

      Mentawai, Sumatera. Beruk mentawai mempunyai panjang tubuh antara 45-55 cm (jantan) dan 40-45 cm (betina) dengan panjang ekor mencapai antara 10-16 cm. Berat tubuh antara 6-9 kg (jantan) dan 4,5-6 kg (betina). Beruk mentawai mempunyai ciri rambut bagian pipi berwarna lebih gelap, kulit wajah berwarna hitam dengan mata coklat. Jenis ini memiliki kantong pipi yang berguna senagai penyimpan makanan. Beruk mentawai merupakan binatang yang aktif di siang hari dengan memakan berbagai jenis daun, bunga biji-bijian dan buah-buahan. Monyet endemik ini tinggal di atas pohon setinggi 24-36 m secara berkelompok antara 5-25 individu. Beruk mentawai dapat dijumpai si berbagai habitat hutan bakay, pesisir, hutan primer, hutan sekunder hingga hutan di dekat permukiman.

      

    Gambar 13 Beruk

      2.2.3 Habitat dan distribusi Sebagian besar spesies primata hidup di hutan hujan tropis. Jumlah spesies primata wilayah tropis telah terbukti secara positif berbanding lurus dengan jumlah curah hujan dan jumlah luas hutan. Primata memegang peran pentng ekologi dengan menyebarkan benih banyak jenis pohon. Beberapa spesies tinggal di sejumlah habitat hutan di lintang tropis Afrika, India, Asia Tenggara dan Amerika Selatan yang terdapat hutan hujan, hutan mangrove dan hutan pegunungan. Ada beberapa spesies yang tinggal di luar daerah tropis seperti kera Jepang. (sumber :Ensyklopedia of Britannia,

      

      Berikut adalah peta persebaran primata dunia menurut Primate Conservation, Inc. (sumber :

      Gambar 14 Peta persebaran primata

      Hutan sebagai habitat hewan primata adalah hutan basah di daerah tropika. Hutan tropis dapat ditemui hampir di seluruh wilayah Indonesia, kawasan sungai Amazon, Amerika, Afrika dan India. Ciri- ciri hutan basah antara lain:

      1. Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun

      2. Pohon-pohon utama memilki ketinggian antara 20-40 m

      3. Cabang-cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun

      4. Mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi sinar matahari tersebut tidak mampu menembus dasar hutan

      5. Mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan tanah/ di bawah kanopi (daun pada pohon-pohon besar yang membentuk tudung)

      6. Memiliki hamparan dedaunan hijau yang busuk. Dedaunan hijau busuk ini dinamakan lapisan humus.

      (sumber:

      Jenis tumbuhan yang mampu hidup di daerah hutan tropis adalah jenis liana dan epifit. Liana adalah tumbuhan yang menjalar di sepanjang hutan, seperti rotan. Epifit adalah tumbuhan yang menempel pada batang pohon, seperti anggrek dan paku sarang burung. Jenis tumbuhan yang hidup di daerah hutan basah antara lain:

      Gambar 15 Jenis pohon di hutan tropis Penyebaran hutan tropis di Indonesia terbagi ke dalam tiga zona vegetasi, yaitu:

      1. Zona barat, yang berada di bawah pengaruh vegetasi Asia, meliputi pulau Sumatera dan Kalimantan dengan jenis-jenis kayu yang dominan dari family Dipterocarpaceae.

      2. Zona timur, berada di bawah pengaruh Australia meliputi vegetasi pulau Maluku, Nusa Tenggara dan Irian, jenis yang dominan adalah dari family Araucariaceae dan Myrtaceae.

      3. Zona peralihan, dimana pengaruh kedua benua tersebut bertemu yaitu pulau Jawa dan Sulawesi, terdapat jenis dari family Araucariaceae, Myrtaceae dan Verbenaceae.

      Gambar 16 Struktur hutan tropis

      2.2.4 Pemanfaatan hewan primata Sebelum obat-obatan menyentuh konsumen, primata diperlukan untuk dilakukan tes terhadap obat. Pemilihan primata sebagai hewan percobaan adalah karena memiliki fungsi fisiologis seperti organ genital, koagulasi darah dan otak yang mirip dengan manusia.

      Sebagai bahan penelitian, primata merupakan satu-satunya hewan yang digunakan dalam meneliti penyakit HIV/AIDS, TBC, malaria, hepatitis C, dan SARS. Primata tetap menjadi hewan yang paling cocok karena sistem imun tubuh sangat mirip manusia.

      Karena hubungan genetik yang erat menyebabkan beberapa jenis penyakit juga dapat bertukar antara hewan primata dengan manusia.patogen yang dapat ditularkan dari peimata ke manusia ( dan sebaliknya) termasuk bakteri, jamur, parasit dan virus. Pathogen mungkin disebarkan melalui gigitan, cakaran, kontak dengan hewan atau organnya dan transmisi udara. Orang-orang yang melakukan kontak dengan hewan-hewan ini harus selalu menyadari potensi resiko yang bisa terjadi.

      2.2.5 Konservasi

       (sumber:

      Organisasi koservasi primata dunia Primate Conservation Inc. dan The International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah mendaftar lebih dari sepertiga spesies primata telah terancam dari kepunahan. Skala besar pembukaan hutan tropis secara luas dianggap sebagai proses yang paling mengancam primata, karena lebih dari 90% spesies primata terlahir dari hutan tropis. Penyebab utama hilangnya hutan adalah pembukaan hutan untuk lahan pertanian, penebangan komersial, pertambangan dan konstruksi bendungan. Di Indonesia, sebagian besar hutan dataran rendah dibuka untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dan kerugian yang terjadi adalah kehilangan sekitar 1000 orang utan di Sumatera per tahun . primata dengan ukuran tubuh besar (lebih dari 50 kg) berada pada resiko kepunahan lebih tinggi karena keuntungan mereka lebih besar untuk pemburu dibandingkan primata lebih kecil. Populasi mereka pulih lebih lambat dibandingkan perburuan dan perdagangan. Data dari beberapa kota Afrika menunjukkan separuh dari protein yang dikonsumsi di daerah perkotaan berasal dari hewan-hewan perdagangan.

      Di Asia, agama Hindu, Buddha, dan Islam melarang mengkonsumsi daging primata. Beberapa agama tradisional yang lebih kecil memungkinkan konsumsi daging primata. Perdagangan hewan peliharaan dan obat tradisional juga meningkatkan perburuan liar. Jenis rhesus macaque, primata yang banyak dijadikan organisme model, dilindungi setelah penangkapan berlebihan yang mengancam angka populasi di tahun 1960. Di Amerika Tengah dan Selatan, hutan fragmentasi dan perburuan menjadi masalah utama bagi primata. Hutan menjadi langka di Amerika Tengah karena ada perambahan lahan pertanian yang menyebabkan rendahnya tingkat kelembapan dan perubahan vegetasi. Hal ini menjadikan hambatan populasi hingga mencapai persentase yang signifikan. Prediksi para ahli, jika kondisi critically

      endangered terhadap hewan primata tidak membaik, maka dalam 10

      tahun terakhir kita akan kehilangan hampir 50% dari jumlah populasi yang ada saat ini. Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kehutanan telah mengeluarkan instruksi mengenai konservasi hewan primata untuk menekan angka kepunahan hewan ini. Selain itu, juga telah terbentuk APAPI (Asosiasi Pemerhati dan Ahli Primata Indonesia) yang berada dalam naungan lembaga konservasi pemerintah. Asosiasi ini bergerak dalam strategi dan rencana aksi konservasi hewan primata. Kriteria IUCN membagi keterancaman spesies menjadi 5 kategori, yaitu:

      1. CR (Critically Endangered)/ Kritis : suatu taksa dikatakan kritis bila menghadapi resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam dalam waktu dekat.

      2. EN (Endangered)/ Genting : suatu taksa dikatakan genting bila taksa tersebut tidak tergolong kritis, namun mangalami resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam.

      3. VU (Vulnerable)/ Rentan : suatu taksa dikatakan rentan bila taksa tersebut tidak tergolong kritis maupun genting, namun mengalami resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam.

      4. LR (Lower Risk)/ Resiko Rendah : suatu taksa dikatakan memiliki resiko yang relatif rendah bila telah dilakukan evaluasi namun tidak memenuhi untuk digolongkan dalam kategori kritis, genting maupun rentan.

      5. DD (Data Deficient)/ Kurang Data : suatu taksa dikatakan kurang data bila informasi yang tersedia tidak mencukupi untuk melakukan perkiraan, baik secara langsung maupun tidak langsung, mengenai distribusi dan/ atau status kelimpahan populasinya. Termasuk dalam penggolongan ini adalah taksa yang sudah banyak dipelajari, biologinya telah banyak diketahui, namun berkenaan dengan kelimpahan dan/ atau distribusinya tidak memiliki data yang mencukupi. (sumber:

      .2007 IUCN Red List of Threatened Species)

      2.3 Lokasi Proyek

      2.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi Adapun kriteria pemilihan lokasi, antara lain:

      1. Ketenangan. Lokasi berada cukup jauh dari keramaian dan berada di lokasi yang relatif tenang.

      2. Letak lokasi harus sesuai dengan Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP) yang sesuai dengan perkembangan ke arah konservasi, rekreasi dan hutan kota.

      3. Kehadiran fitur alam. Sangat penting untuk memastikan bahwa habitat buatan dapat dibuat semirip mungkin.

      4. Kemudahan akses. Lokasi proyek berada di kawasan yang mudah dicapai.

      5. Lokasi mudah dicapai dengan kendaraan dan sudah memiliki akses jalan yang baik.

      6. Lokasi sudah harus dilengkapi dengan jaringan infrastruktur, meliputi listrik, jaringan air bersih, saluran air kotor, dan jaringan komunikasi.

      Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) (sumber: Perda kota Medan no.13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan tahun 2011-2031)

      RTH kawasan wisata meliputi kebun binatang dan taman Mora Indah di wilayah selatan kota Medan. RTH yang dimaksud meliputi taman beringin di kecamatan Medan Baru, bumi perkemahan pramuka Cadika di Medan Johor, kebun bintang di Medan Tuntungan dan taman hutan kota di semula bandar udara Polonia, kanal sungai Deli di Medan Johor dan hutan kota di Medan Tuntungan.

      Gambar 17 WPP kota Medan

      2.3.2 Lokasi site Lokasi Primate Land berada di kawasan Kebun Binatang Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Merupakan kawasan pengembangan ruang terbuka hijau (RTH) kota yang mengarah pada pengembangan rekreasi, konservasi dan hutan kota. Lokasi : Jl. Bunga Rampe IV Kelurahan : Simalingkar B

      Kecamatan : Medan Tuntungan Status proyek : fiktif Luas tapak : ± 2,8 Ha Kontur : kontur datar Kondisi eksisting : lahan kosong

      Gambar 18. Peta lokasi Potensi lahan : o

      Lokasi memiliki tingkat ketenangan yang relatif tenang o Lokasi berada dalam kompleks dan menjadi bagian dari kebun binatang Medan. o Lokasi menjadi bagian pengembangan kebun bintang Medan. o Lokasi yang masih alami dan merupakan daerah khusus hutan kota.

      2.4 Tinjauan Fungsi

      2.4.1 Deskripsi pengguna Adapun pengguna dari Primate Land ini antara lain:

      1. Hewan primata : hewan-hewan yang dikumpulkan untuk tujuan konservasi

      2. Pengunjung : orang yang ingin melihat dengan tujuan rekreasi dan penelitian Kelompok pengunjung dibedakan berdasarkan umur:

      a. Kelompok anak-anak (biasanya datang dalam bentuk rombongan), usia 5-13 tahun b. Kelompok remaja, usia 14

    • – 24 tahun

      c. Kelompok dewasa, usia 25

    • – 45 tahun

      3. Pengelola : orang yang mengelola Primate Land, seperti staff/ karyawan, dokter dan para ahli konservasi primata

      4. Servis : orang yang melakukan kegiatan servis pada proyek ini, seperti petugas cleaning, petugas mekanikal elektrikal, dll

      2.4.2 Program kegiatan Sebagai ruang habitat bagi primata sekaligus rekreasi bagi pengunjung, Primate Land memiliki fasilitas yang mencakupi kebutuhan ruang tersebut. Program kegiatan yang dilakukan adalah sebagai penyedia ruang dan hiburan yang bersifat edukatif. Fasilitas- fasilitas yang ditawarkan sbb:

       Kandang primata  Ruang karantina  Klinik  Museum  Nocturama  Teater 4D

      2.4.3 Persyaratan ruang Syarat dasar pembuatan habitat buatan untuk hewan primata adalah:

       Perumahan hewan Pembangunan tempat tinggal hewan primata harus diarahkan pada pola perilaku dan kebutuhan hewan tersebut. Suasana yang harus dicapai adalah memberikan tempat dimana hewan tersebut merasa berada di habitat asli mereka yang jauh dari predator luar. Semua kebutuhan hewan harus tersedia layaknya hutan asli, yakni ketersediaan air, lubang, rumput, dan sumber sinar matahari.  Makan Salah satu item utama dalam pengoperasian pusat hewan primata ini terdiri dari formulasi, penyimpanan, persiapan dan distribusi pangan yang bergizi cukup. Selain pangan utama yang akan didistribusikan kepada hewan, juga harus dipastikan hewan dapat menemukan makanannya pada spesies vegetasi yang sesuai, yakni yang dapat menghasilkan buah dan daun.  Pengobatan hewan

      Perawatan yang dimaksud adalah vaksinasi bagi hewan untuk melindungi mereka dari infeksi, perawatan terhadap gigi serta penangkaran dan pengawasan terhadap kelahiran hewan baru.

      2.4.3.1 Kandang hewan (animal enclosure) (sumber : Primate enclosure ) Kandang hewan primata disesuaikan dengan jenis primata yang tinggal di dalamnya. Sebagai batas interaksi manusia dengan hewan, kandang didesain dengan kuat, aman dan indah. Bahan yang paling baik digunakan adalah jenis stainless steel yang tahan lama. Persyaratan kawat untuk kandang adalah material stainless dengan diameter wire cable 1/8” -3/32” dengan bukaan 2”X2” hingga 4”X4”.

      Gambar 19. Primate enclosure (1) Kandang hewan (primate enclosure) harus bernuansa alami dengan banyak semak dan tumbuhan, kayu dan alat pemanjat seperti tali atau frame. Gambar 20. Primate enclosure (2)

      2.4.3.2 Ruang Karantina Karantina mengacu pada prinsip dimana pembawa kemungkinan yang terisolasi dan mengalami dan menjalani serangkaian tes darah pada titik asal dan pengenalan. Hal ini biasanya terjadi ketika hewan diimpor dari negara tetangga di mana negara dan timbulnya penyakit terkadang tidak diketahui. Tujuan karantina adalah untuk mencegah masuknya penyakit zoonosis (melewati ke manusia) dan penyakit epidemi dari hewan yang diimpor.

      (sumber : Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian

      No.501/Kpts/PD.670.210/L/12/2008 tentang Pedoman

    Persyaratan Teknis Karantina Hewan Untuk Satwa Primata)

      1. Lokasi : lokasi Instalasi Karantina Hewan dilakukan atas pertimbangan Dokter Hewan Karantina dengan memperhatikan biosecurity dan biosafety. Lokasi harus dilengkapi dengan pagar keliling yang terbuat dari bahan yang kuat (tembok, besi galvanis, kawat) dengan desain yang dapat mencegah masuk dan keluarnya hama dan penyakit hewan.

      2. Fasilitas karantina merupakan kompleks bangunan permanen yang dibuat dari material yang kuat, tahan lama, tidak mudah rusak dan tidak mudah berkarat.

      3. Loading dock : menggunakan pintu yang digunakan untuk sirkulasi pengelola. Jarak antara loading dock dengan ruang karantina tidak terlalu jauh.

      4. Ruang karantina/ isolasi : merupakan ruangan tertutup/ indoor. Ruang karantina harus dipisahkan dari ruang pengobatan, dapur gizi, ruang penyimpanan alat dan logistik serta ruang limbah. Selain itu juga harus terpisah dari ruang penangkaran, penelitian , dll.

      5. Syarat ruang hewan :

      a. Koridor: antara 180-250 cm agar pengelola dan pemindahan alat dapat berlangsung dengan baik.

      b. Dinding, lantai dan plafon:  Menggunakan material yang tahan lama  Permukaannya rata,mudah dibersihkan, tahan air  Kemiringan lantai untuk pembuangan air  Pipa pembuangan minimal ¢ 4” (10.2 cm)

      c. Jendela : selalu tertutup rapat

      d. Pintu : tinggi minimal 215 cm dan lebar 110 cm

      6. Suhu ruangan yang direkomendasikan 18 C

    • – 29

      7. Kelembapan ruangan 30-70%

      8. Siklus cahaya yang direkomendasikan 12 :12 jam terang gelap.

      9. Sirkulasi udara menggunakan sistem exhaust fan. Pertukaran udara direkomendasikan diatur 15 kali pertukaran setiap jam

      10. Kandang dibuat dengan desain yang memudahkan proses pembersihan serta meminimalkan akumulasi kotoran dan sisa makanan, menjaga hewan tetap kering.

      Gambar 21. Ruang karantina

      2.5 Studi banding fungsi sejenis

      2.5.1 Apenheul Primate Park, Belanda

      (sumber:)

      Apenheul Primate Park adalah kebun binatang spesialsasi kera yang dibuka pada tahun 1971 dan merupakan kebun binatang pertama di dunia dimana kera dan monyet dapat hidup bebas di dalam hutan dan antara pengunjung.

      Gambar 22. Apenheul Primate Park Di lahan seluas 12 hektar, Apenheul Primate Park dapat menampung lebih dari 35 jenis kera dan lemur. Apenheul Primate Park merupakan anggota dari Nedherlands Zoo dan Worldwide Zoo yang berperan penting dalam usaha konservasi hewan-hewan primata seperti gorilla, bonobo dan beberapa spesies primata yang terancam punah. Apenheul Primate Park terdiri atas pulau-pulau (sedikitnya 8 pulau) yang penuh dengan pemanjat , tali pohon dan jaring.

      2.5.2 Pusat rehabilitasi satwa primata Jawa, Ciwidey, Bandung

      (sumber: Kemenhut Resmikan Pusat Rehabilitasi Satwa Primata Jawa (PRSPJ),)

      Gambar 23. Pusat Rehabilitasi Primata Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Ir. Darori, atas nama Menteri Kehutanan meresmikan Pembangunan Pusat Rehabilitasi Satwa Primata Jawa (PRSPJ), di Patuha Resort Ciwidey Bandung tanggal 13 September 2011. Pembangunan ini merupakan salah satu kesepakatan kerjasama dibidang pelestarian satwa liar terancam punah dengan Aspinall Foundation, yang berkantor pusat di Inggris sejak 2009. Sekitar 100 peserta akan diundang untuk menghadiri acara peresmian, diantaranya adalah Bupati Bandung dan Dirut Perhutani, serta undangan dari berbagai perwakilan unit kerja/instansi Kementerian Kehutanan dan Pemerintah daerah setempat serta lembaga/NGOs terkait yang bergerak dibidang pelestarian Owa Jawa.

      Dengan adanya pusat rehabilitasi satwa tersebut diharapkan seluruh owa jawa, lutung dan surili yang saat ini masih dipelihara oleh masyarakat secara berangsur-angsur dapat direhabilitasi di PRSPJ dan dilepas liarkan kembali ke habitat alaminya. Sedangkan untuk satwa-satwa yang tidak memungkinkan untuk dilepas liarkan diharapkan dapat dijadikan sebagai indukan untuk menghasilkan keturunan. Selain sebagai pusat rehabilitasi, PRSPJ ini juga diharapkan dapat berfungsi sebagai tempat penelitian dan pendidikan konservasi khususnya konservasi primata jawa bagi masyarakat luas. Seiring dengan peresmian Pusat Rehabilitasi Primata Jawa di atas, maka pada tanggal 14 s/d 15 September 2011 akan dilaksanakan juga lokakarya ketiga “Manajemen Komite Global untuk Konservasi

    Owa Jawa” di Patuha Resort ini. Komite ini merupakan suatu program kolaboratif yang diinisiasi oleh para lembaga konservasi dan

      kebun binatang yang selama ini telah terlibat dalam upaya konservasi owa jawa, seperti Taman Safari Indonesia, Javan Gibbon Centre Bodogol dan kebun binatang luar negeri (Amerika, Eropa dan Australia). Berbagai isu dan persoalan owa jawa akan dibahas dalam kegiatan lokakarya tersebut dan diharapkan dapat dihasilkan berbagai rumusan dan rekomendasi yang diperlukan bagi suksesnya pelestarian owa jawa di masa mendatang.

      Dalam pemanfaatan kekayaan sumber daya alam hayati berupa tumbuhan dan satwa liar tersebut, pemerintah telah menerbitkan PP no.8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar dan Keputusan Menteri Kehutanan no.447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa liar. Kebijakan tersebut merupakan bentuk insentif tidak langsung dari Pemerintah bagi masyarakat. Pengakomodasian perangkat hukum terhadap pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar berupa kuota nasional pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar. Tercatat sekitar 1.504 spesies (199 spesies apendiks CITES dan 1.305 spesies non-apendiks CITES) yang telah dimanfaatkan melalui pengaturan kuota tahunan nasional. Sementara itu, terdaftar kurang lebih 197 pengedar luar negeri dari 11 kelas komoditi tumbuhan dan satwa liar dengan lokasi pengedar tersebar di 17 propinsi. Jumlah penangkar yang terdaftar saat ini adalah 432 unit.

      2.5.3 Pusat primata Schmutzer, Kebun Binatang Ragunan, Jakarta

       (sumber:

       Gambar 24. Pusat primata Schmutzer Berada di dalam kebun binatang Ragunan, di atas lahan seluas 3 Ha, pengelolaannya dilakukan oleh pihak swasta yang dananya berasal dari The Gibbon Foundation. Pusat Primata Schmutzer didirikan sebagai sarana pendidikan dan hiburan bagi pengunjungnya. Sepert Kebun Binatang San Diego, kehidupan primata di Schmutzer dirancang seperti kehidupan bebas binatangnya, tanpa kandang.

      Pusat primata ini juga memiliki museum, perpusatakaan dan teater bioskop kecil tentang primata di Indonesia dan dunia. Karena pengunjung tidak diperbolehkan membawa makanan masuk, lingkungan Schmutzer sangat bersih. Pengunjung diperiksa sebelum masuk. Selain binatang yang terawat, semua tumbuhan diberi papan nama berdasarkan nama latinnya untuk keterangan pengunjung.

      Pusat primata ini masih dalam pengembangan dan beberapa bagian masih dalam tahap penyelesaian. Contohnya pengembangan enclosure (kandang) gorilla 2 untuk gorilla jantan tanpa pasangan. Pada tahun 2006 pusat primata sudah diserahkan sepenuhnya pada kebun binatang Ragunan, Jakarta.

      Bioskop Tabel 1. Tabel perbandingan terhadap studi banding

      Apenheul Primate Park, Belanda Pusat rehabilitasi primata Jawa, Bandung Pusat Primata Schmutzer, Jakarta Luas wilayah

      12 Ha

      3 Ha

      Fungsi

      Konservasi Konservasi, rehabilitasi Konservasi, rekreasi

      Fasilitas

      Auditorium, akomodasi Bioskop, perpustakaan, gua edukasi, arena pendidikan, tempat rekreasi

      Gambar 25. Suasana Pusat primata Schmutzer Gambar 26. Layout Plan Pusat primata Schmutzer

Dokumen yang terkait

Buku Ajar Konversi Energi ( Kls 8 )

0 4 12

Pergeseran Budaya Permainan Anak di Aceh ( Suatu Tinjauan Sosiologis Antropologis)

1 2 12

Penggunaan Berbagai Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan ( Agency Theory) - Pengaruh good corporate governance dan implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan pertambangan

0 1 29

KUESIONER ”PENGARUH NILAI NASABAH, KUALITAS PELAYANAN, DEPOSITO MUDHARABAH DAN ATRIBUT PRODUK SYARIAH TERHADAP KEPUASAN NASABAH ( STUDI KASUS PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN)”

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Kepuasan Nasabah 2.1.1.1. Pengertian Kepuasan Nasabah - Pengaruh Nilai Nasabah, Kualitas Pelayanan, Deposito Mudharabah dan Atribut Produk Syariah Terhadap Kepuasan Nasabah ( Studi Kasus Pada Bank Syariah

0 0 16

Pengaruh Nilai Nasabah, Kualitas Pelayanan, Deposito Mudharabah dan Atribut Produk Syariah Terhadap Kepuasan Nasabah ( Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan)

0 0 13

BUDAYA KERJA PENGUSAHA BUTIK (Studi Deskriptif Pada Pengusaha Butik di Sun Plaza Medan ) SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi Sosial

0 0 10

BAB II KAJIAN TEORI - Analisis Manajemen Risiko (Studi Kasus pada Gudang Obat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar )

0 1 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ASI ( Air Susu Ibu ) - Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan Tahun 2015

0 0 20