BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ASI ( Air Susu Ibu ) - Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan Tahun 2015

  30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI ( Air Susu Ibu )

  Air Susu Ibu ( ASI ) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam – garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu, yang berguna sebagai makanan utama bagi bayi. Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuat, dan nasi tim. Pemberian ASI ini dianjurkan dalam jangka waktu 6 bulan.

2.1.1 Pemberian ASI Pertama

  Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).

  Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu

  31

  laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron. Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen (Maryunani, 2009). Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).

  Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan. Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).

  Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya

  32

  mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).

  Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks ”letdown/pelepasan ASI” ini yaitu pada saat ibu melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat refleks ”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti keadaan bingung atau psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti atau merasakan nyeri. Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula (Maryunani, 2009).

2.1.2 Kandungan yang terdapat dalam ASI

  LPUFAs ASI mengandung banyak gizi di antaranya adalah LPUFAs ( Long Chain

  

Poyunsaturated Fatty ). LPUFAs sangat diperlukan oleh bayi karena mengandung

  fungsi mental, penglihatan dan perkembangan psikomotorik bayi. Di dalam LPUFAs terdapat dua komponen, yaitu asam arakkhidonat, asam dokosaheksanoat, merupakan komponen dasar kortek dan ARA ( Arachidonic

  33 Acid ) yang berperan penting dalam proses tumbuh kembang otak. Menurut studi

  selama 17 tahun pada tahun 1025 anak yang mengkonsumsi ASI terdapat peningkatan IQ dan ketrampilan. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kemampuan reflek kognitif merupakan efek dari LPUFAs pada masa perkembangan saraf bayi.

  Zat besi Meskipun dalam ASI terdapat sedikit zat besi ( 0,5 – 1,0 mg/liter ), namun bayi yang menyusu ASI tidak akan kekurangan zat besi ( anemia ). Hal ini dikarenakan zat besi yang terkandung dalam ASI mudah dicerna oleh bayi. Zat besi dibutuhkan bayi untuk memproduksi hemaglobin, bagian dari sel – sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, zat besi pun esensiak untuk tumbuh kembang otak bayi.

  Mineral ASI memang mengandung mineral lebih sedikit dibanding dengan susu sapi. Bahkan susu sapi mengandung empat kali lebih banyak daripada ASI.

  Walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Kadar kalsium, natrium, kalium, fosfor, dan klorida yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Namun, jika bayi mengonsumsi susu sapi maka ginjal bayi akan semakin bekerja semakin keras.

  34

  Sodium Ternyata jumlah sodium pada ASI sangat cocok untuk bayi. Sodium yang terdapat pada susu sapi lebih rendah daripada ASI setelah mendapatkan proses modifikasi ( proses perubahan susu segar ke dalam susu kaleng atau bubuk. Kalsium, Fosfor dan Magnesium

  Kalsium, fosfor dan magnesium pada susu botol atau formula memang lebih banyak dibanding yang terdapat pada ASI. Namun, setelah kalium, fosfor dan magnesium menjadi susu formula maka akan menyusut atau berkurang. Oleh karenanya, walaupun zat tersebut hanya sedikit yang terkandung dalam ASI namun harus tetap diberikan kepada bayi secara eksklusif yaitu selama enam bulan.

  Taurin Fungsi utama taurin adalah membantu perkembangan mata si kecil. Pada mata, taurin banyak terdapat di retina, terutama terkonsentrasi di epitel pigmen retina dan lapisan fotoreseptor. Asupan taurin yang adekuat dapat menjaga penglihatan si kecil dari gangguan retina. Selain itu, ia juga berfungsi dalam perkembangan otak dan sistem saraf. Lactobacillus

  Lactobacillus dalam ASI berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.

  35

  Bayi yang lebih banyak mengonsumsi susu formula akan lebih sering terkena diare karena dalam susu formula hanya sedikit lactobacillusnya.

  Mengandung Air Sebagian besar ASI mengandung air. Untuk itu, jika ibu ingin ASI-nya selalu produktif maka ia harus sering minum air putih.

2.1.2 ASI Mengandung Antibodi

  Pengertian ASI mengandung antibodi adalah antibodi yang berasal dari tubuh seoramg ibu yang menyusui. Antibodi tersebut akan membantu bayi menjadi tahan terhadap penyakit, selain itu juga dapat menigkatkan kekebalan tubuh bayi. Karena ASI memiliki keunggulan kandungan zat yang optimal. ASI juga mempunyai sistem pembentukan imun atau kekebalan tubuh yang sangat baik untuk bayi, itu yang membuat bayi akan jarang sakit. ASI mengandung kolostrum.

2.2 ASI Eksklusif

  ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. (Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6 bulan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan

  36

  makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).

  ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004).

  ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.

  Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007).

2.3 Manfaat ASI Eksklusif

  Menurut Depkes RI ( 2001 ), manfaat ASI Ekslusif bagi ibu antara lain : a. Mengurangi terjadinya perdarahan dan anemia.

  Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan berkurang karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk kontraksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih

  37

  cepat berhenti. Hal ini pun akan mengurangi kemungkinan terjadinya anemia karena kekurangan zat besi.

  b. Menunda kehamilan Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI Eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.

  c. Mengecilkan rahim Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibanding pada ibu yang tidak menyusui.

  d. Lebih cepat langsing kembali.

  e. Mengurangi risiko terkena kanker Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. Penelitian lain juga menemukan bahwa risiko terkena kanker ovarium pada ibu yang menyusui berkurang sampai 25% f. Lebih ekonomis atau murah

  g. Tidak merepotkan dan menghemat waktu

  h. Portable dan praktis i. Memberikan kepuasan bagi ibu

2.4. Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012

  1. Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

  2. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.

  3. Bayi adalah anak dari baru lahir sampai berusia 12 (dua belas) bulan.

  4. Keluarga adalah suami, anak, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas dan ke bawah sampai dengan derajat ketiga.

  5. Susu Formula Bayi adalah susu yang secara khusus diformulasikan sebagai pengganti ASI untuk Bayi sampai berusia 6 (enam) bulan.

  6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

  7. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

  8. Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.

  9. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  10. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

  11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

  Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk :

  a. menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya;

  a. memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya; dan b. meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.

2.4.1 Sanksi Administratif

  (1) Setiap Tenaga Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa : a. teguran lisan;

  b. teguran tertulis; dan/atau c. pencabutan izin.

  (2) Setiap penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), atau Pasal 13 ayat (1) dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa :

  a. teguran lisan; dan/atau b. teguran tertulis.

  (3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

2.4.2 Kebijakan sehubungan dengan pemberian ASI Eksklusif

  Berdasar Pasal 42 PP ASI, semua ketentuan yang mengatur tentang pemberian ASI Eksklusif yang pernah ada sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini. Dengan begitu ketentuan sebagai berikut masih berlaku kecuali pasal- pasal yang bertentangan dengan PP ASI ini;

  1. Kepmenkes No 450/Menkes/Sk/Vi/2004 Tentang Pemberian ASI Secara Eksklusif Di Indonesia

  2. Kepmenkes No.237 tahun 1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu

  3. Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Dan Meteri Kesehatan No 48/Men.Pp/XII/2008,Per.27/Men/XII/2008dan1177/Menkes/Pb/XII/2008 Tahun 2008 Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja Di Tempat Kerja

  4. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No 03 Tahun 2010 Tentang Penerapan Sepuluh Langkah 5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia No.

  HK.OO.O5.1.52.3572 Tgl 10 Juli 2008 Tentang Penambahan Zat Gizi Dan Non Gizi Dalam Produk Pangan

  6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Tentang Pengelompokan Produk Formula Bayi Dan Formula Lanjutan

  7. Peraturan Daerah yang telah terbit dan secara langsung maupun tidak langsung14 mengatur mengenai dukungan pemberian Air Susu Ibu, antara lain termasuk tapi tidak terbatas pada :

  Beberapa ketentuan PP ASI masih memerlukan pengaturan lebih lanjut melalui peraturan menteri, yaitu sebagai berikut:

  1. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif dari pendonor ASI;

  2. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara pengenaan sanksi terhadap tenaga kesehatan dan/atau penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 13 ayat (1) PP ASI;

  3. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara penggunaan susu formula bayi dan produk bayi lainnya;

  4. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara pengenaan sanksi terhadap tenaga kesehatan dan/atau penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal 16; Pada 17; Pasal 18 ayat (1), ayat (2) dan ayat (4); Pasal 19; Pasal 21 ayat (1); Pasal 23; Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2); dan Pasal 26 ayat (1) PP ASI;

  5. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah ASI;

  6. Peraturan Menteri Kesehatan atau menteri terkait sesuai tugas dan fungsinya mengenai tata cara pengenaan sanksi administratuf terhadap pengurus tempat kerja dan/atau penyelenggara tempat sarana umum yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan (3); Pasal 34 dan Pasal 35 PP ASI;

  Selain Peraturan Menteri sebagaimana disebut di atas, pada dasarnya Menteri Kesehatan dapat menerbitkan Peraturan Menteri lain guna mendukung pelaksanaan program pemberian ASI eksklusif, sepanjang masih dalam lingkup kewenangan Menteri Kesehatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  Begitupun kementerian terkait, dapat menerbitkan Peraturan Menteri lain guna mendukung pelaksanaan program pemberian ASI eksklusif sesuai kewenangan masing-masing kementerian, mengingat PP ASI ini juga menetapkan tanggung jawab Pemerintah untuk menetapkan kebijakan nasional dalam rangka mendukung pelaksanaan program pemberian ASI Ekslusif.

2.5 Inisiasi Menyusui Dini

  Inisiasi menyusui dini ( early initation ) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri degera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara. Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan : Berikut ini langkah – langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan.

  a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering

  b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya

  c. Tali pusat dipotong lalu diikat

  d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

  e. Tanpa dibedong, bayi langsung dtengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

  Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat Saat ini umumnya praktek inisiasi menyusu dini seperti berikut.

  a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering. b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat.

  c. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.

  d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak dengan kulit ibu). Bayi yang dibiarkan di dada iu (‘bonding’) untuk berapa lama (10-15menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perinium

  e. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi.

  f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.

2.6 Klinik Bersalin Swasta

  Klinik bersalin merupakan lembaga yang bekerja dalam memberikan pelayananKesehatan terhadap masyarakat khususnya wanita hamil memberikan solusi bagi permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, disamping memberikan pelayanan-pelayanan terhadap masyarakat, klinik bersalin juga memiliki segi bisnis yang berjalan didalamnya. Semakin besar suatu klinik bersalin itu akan semakin komplek proses-proses yang berjalan di dalamnya. Dan semakin banyak permasalahan yang harus dipecahkan dan itu membutuhkan penanganan yang tepat untuk memecahkan permasalahan tersebut. Penelitian terus dilakukan untuk membangun system informasi baru dan pengembangan-pengembangan terhadap sistem yang telah ada.

  Semua itu dilakukan untuk menghasilkan sistem informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat dan dapat membantu memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, sehingga masyarakat semakin baik. Rumah Bersalin merupakan tempat yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik termasuk pelayanan keluarga berencana serta perawatan bayi baru lahir (Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 20 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan, Bab 1 Ketentuan Umum, Pasal 1, no. 14). Rumah bersalin mepunyai sifat privat dansemi privat, sebab tidak semua orang dapat keluar masuk di dalam area ini. Sifat privat terdapat pada bentuk pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, persalinan fisiologi, masa nifas,bayi baru lahir dan keluarga berencana (KB).

  Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan biaya terjangkau di era krisis ini, Klinik Richa menyediakan ruang perawatan dengan harga sangat terjangkau dan pasien dapat memilih ditolong oleh bidan atau dokter spesialis. Dengan lokasi klinik tidak dipinggir jalan utama dan konstruksi bangunan seperti rumah tinggal akan membuat pasien lebih nyaman dan tidak bising serta seperti melahirkan di rumah sendiri.

2.6.1 Pemberian ASI Eksklusif di Klinik BersalinSwasta

  Pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan. ASI mempunyai manfaat yang besar bagi bayi karena memiliki efek positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Bayi yang mendapatkan ASI akan lebih sehat dan terhindar dari berbagai penyakit infeksi. Hal inilah yang dapat menurunkan Angka Kematian Bayi.

  Dari aspek hukum, pemberian ASI eksklusif berarti memenuhi hak anak untuk hidup sehat sejahtera lahir dan batin. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan peraturan yang menjamin hak anak untuk mendapatkan ASI, seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor

  36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan serta Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang ASI Eksklusif.

2.7 Implementasi PP No 33 Tahun 2012

  Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO) merekomendasikanuntuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan. Prevalensi ASI ekslusif menurut data SDKI hanya 32%,7 menurut penelitian Mercy Corps sebesar 7,4% (ASI predominan pada bayi usia 0- 5 bulan) dan 28,9% (ASI saja dalam 24 jam terakhir pada bayi usia 0-5 bulan),18 dan penelitian Awal Sehat Untuk Hidup Sehat sebesar 9,2%.10 Survei yang dilakukan oleh Helen Keller International menyebutkan bahwa rata-rata bayi di Indonesia hanya mendapatkan ASI eksklusif selama 1,7 bulan. Target pencapaian ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80% yang ditetapkan Depkes RI tampak terlalu tinggi.

  WHO merekomendasikan untuk memberikan hanya ASI saja sampai 6 bulan untuk keuntungan yang optimal bagi ibu dan bayi. Namun demikian ada beberapa rekomendasi dan catatan penting yang diungkapkan dalam kajian tim pakar tersebut. Rata-rata pemberian ASI eksklusif di Indonesia hanya 1,7 bulan maka perlu diberikan petunjuk yang jelas mengenai makanan pendamping apa saja yang dapat diberikan.

2.8 Teori Penelitian

  Berkaitan dengan model implementasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu model implementasi yang disampaikan oleh Merilee S. Grindle serta Mazmanian dan Sabatier dapat diketahui bahwa keduanya memiliki kerangka piker yang tidak jauh berbeda. Mereka sama sama melihat implementasi dalam keterpengaruhannya dengan daya tanggap dan sikap kelompok sasaran (masyarakat). Dalam mengkaji tentang ASI eksklusif perspektif regulasi dengan mengacu pada pertanyaan penelitian dan kerangka teori.

2.8.1 Model teori implementasi menurut Grindle (1980)

  Keberhasilan implementasi menurut Merilee Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu isi kebijakan ( content 0f policy ) dan lingkungan implementasi ( context of implementation ) .

  Variabel isi kebijakan mencakup :

  1. Sejauh mana kepentingan kelompok sasasran atau target groups termuat dalam isi kebijakan; individu atau kelompok yang bersentuhan dalam implementasi kebijakan mungkin merasa diuntungkan tetapi dapat pula sebaiknya merasa dirugikan. Dengan demikian, yang merasa dirugikan akan melakukan perlawanan

  2. Jenis manfaat yang diterima oleh target groups ; Manfaat yang diperoleh bias secara kolektif, biasanya lebih mudah untuk diimplementasikan.

  3. Sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan peraturan ; Derajat perubahan menyangkut perubahan perilaku dari pihak yang memperoleh manfaat. Tingkat perubahan perilaku dipengaruhi oleh manfaat kebijakan maupun waktu untuk mencapai tujuan kebijakan.

  4. Apakah sebuah peraturan telah menyebutkan implementornya dengan rinci; keahlian, keaktifan, dan tanggung jawab pelaksana yang menentukan keberhasilan implementasi kebijakan.

  5. Apakah sebuah peraturan didukung sumber daya yang memadai.

  Variabel lingkungan kebijakan menyangkut :

  1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para actor yang terlihat dalam implementasi kebijakan: Implementasi kebijakan melibatkan berbagai actor yang mempunyi proses administrasi pengambilan keputusan. Masing-masing actor mempunyai posisi dan kepentingan khusus yang dapat menyebabkan konflik kepentingan melalui strategi yang digunakan.

  2. Karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa: Interaksi dalam persaingan actor memperebutkan sumber daya, tanggapan dari pejabat pelaksana dan elit politik dipengaruhi oleh karakteristik dari lembaga dan penguasa yang terkait.

  3. Responsivitas (Daya tanggap) kelompok sasaran: Adalah bentuk partisipasi masyarakat yang berupa sikap mengerti dan mendukung terhadap peraturan yang diimplementasikan.

2.8.2 Model teori implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier

  Menurut Daniel A. Mazmanian dan Sabatier ( dalam Suwitri, 2008:82 ), kerangka kerja analisis kebijakan public mencakup 4 variabel, yaitu 3 variabel dependen. Di dalam analisa implementasi kebijakan public, yang berperan penting adalah pengidentifikasian dari seluruh variabel, baik variabel pengaruh maupun variabel terpengaruh. Keseluruhan variabel dan unsur - unsur pokok dari masing-masing variabel beserta hubungan pengaruhnya satu sama lain sebagai berikut : Variabel - variabel bebas ( independen variables ), terbagi dalam tidga kategori besar, yaitu :

  1. Tractability Variabel of the problems (tingkat kesederhanaan dari masalah), banyak masalah social yang tidak dapat didefenisikan tersebut, relatif sedikit yang dapat dipecahkan secara total. Semakin masalah public menunjukkan keteraturan dan kesederhanaan semakin mudah pemecahannya.

  2. Ability of statue to structure implementation (kemampuan undang-undang untuk menstrukturkan proses implementasi) berisi variabel - variabel yang mampu mendeskripsikan kemampuan sebuah kebijakan, baik berupa peraturan, konsep program. Kebjakan yang mampu mengontrol, membentuk struktur yang kondusif dan member petunjuk dalam implementasi.

  3. Nonstatutory variables affecting implementation (Variabel diluar perundang- undangan yang mempengaruhi implementasi).

  Variabel – variabel tergantung (dependent variables) merupakan tahap-tahap dalam prosese implementasi, lima tahapan dalam implementasi kebijakan adalah :

  1. Output kebijakan yaitu hasil formulasi kebijakan yang telah mendapat masalah dari perumusan masalah sebelumnya.

  2. Pengessahan kesesuaian pelaksanaan output kebijakan dengan yang telah disahkan.

  3. Hasil pelaksanaan senyatanya

  4. Pengaruh yang ditimbulkan oleh pelaksanaan output kebijakan dan tingkat penerimaan kelompok sasaran terhadap pengaruh tersebut.

  5. Evaluasi dari pelaksanaan kebijakan sebagai feedback bagi isi kebijakan. Terdapat beberapa prinsip implementasi yang terkandung dalam kerangka kerja implementasi kebijakan public Mazmanian dan Sabatier, yaitu :

  1. Proses implementasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor atau kekuatan yang dimiliki lembaga-lembaga administrative penanggungjawab pelaksanaan peraturan, melainkan juga dipengaruhi oleh kekuatan lain diluar lembaga yaitu kekuatan yang termasuk dalam tractability variabel dan non statutory variabel.

  2. Tractability variable mempengaruhi statutory variable dan non statutory variable, selanjutnya secara bersama-sama ketiga variabel ini mempengaruhi proses implementasi yang dipandang sebagai dependen.

  3. Dalam proses implementasi, terdapat lima tahap yang masing-masing tahap tersebut dapat dipandang sebagai variabel dependen bagi tahapan berikutnya.

  4. Dalam independent vaiabel, focus perhatian terhadap potensi penstrukturan resmi dari proses implementasi dan dan terhadap kebutuhan secara terus-menerus. Prinsip-prinsip tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat mencapai hasil seperti yang ditetapkan dalam tujuan, maka perlu bagi legislator dan pimpinan eksekutif untuk mempengaruhi proses implementasi melalui penyusunan perundang-undangan ( statutory ), maupun melalui usaha mengidentifikasikan nonstatutory variable.

2.9 Kerangka Berfikir

  Di bawah ini terdapat sebuah system pelayanan yang dapat diterapkan oleh bidan yang memberi pelayanan di tempat praktik bidan swasta.

INPUT PROSES OUTPUT

  1. SDM

  1. Sosialisasi PP

  1. Efektivitas PP di 2. kepada bidan di klinik

  Kebijakan klinik

  2. Peraturan dipatuhi

  2. Pelaksanaan atau tidak di sosialisasi bidan klinik di klinik kepada

  3. Sanksi yang ibu bersalin diberikan terhadap

  3. Pelaksanaan pelanggaran PP implementasi PP

  4. Pelaksanaan PP di No.33Tahun Klinik Bersalin 2012 di klinik

  4. Informasi dan edukasi tentang pelaksanaan PP di klinik