BAB II KERANGKA TEORI - Pandangan Konsumen Dalam Penerapan Total Quality Management Terhadap Kemajuan Rumah Makan Lobu Bara

BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori merupakan kemampuan seorang peneliti dalam mengaplikasikan

  pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang mendukung permasalahan penelitian.Menurut Jogiyanto (2004: 39) teori adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang sistematis yang digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena atau fakta.Menurut Effendy (2004: 224) teori berguna menjadi titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Fungsi teori sendiri adalah untuk menerangkan, memprediksi, dan menemukan keterpautan fakta-fakta yang ada secara sistematis.Untuk memberi kejelasan pada penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori yang digunakan adalah Total Quality Management dan Keputusan Pembelian Konsumen.

2.1 Total Quality Management

  Menurut Garrison (2000 : 23), kendala atau constraint adalah sesuatu yang menghambat anda untuk mendapatkan apa yang anda inginkan. Oleh karena itu, pengelolaan berdasarkan Theory of Constrain menjadi faktor kunci sukses. Perusahaan dituntut untuk dapat mengatasi kendala agar kinerja manajerialnya perusahaan.Salah satu alat yang dianggap dapatmembantu memperbaiki kinerja manajerial dalam mencapai tujuan peningkatan laba adalah TQM.

2.1.1 Pengertian Total Quality Management

  TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya (Tjiptono dan Diana, 2001:4).

  TQM juga diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen meliputi semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktifitas dan kepuasan pelanggan (Ishikawa dalam Nasution, 2005: 22).

  Menurut International Organization for Standardization(ISO), TQM adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan memberikan manfaat pada anggota organisasi (sumber daya manusianya) dan masyarakat. Tujuan utama TQM adalah perbaikan mutu pelayanan secara terus-menerus. Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat mengenai pengertian dan konsep mengenai TQM. Hansen dan Mowen (2009:17) mengemukakan bahwa TQM adalah suatu perbaikan berkelanjutan yang mana hal ini adalah sesuatu yang merupakan dua tujuan umum perusahaan.Filosofi dari TQM sebenarnya yaitu dimana sebuah perusahaan berusaha menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan pekerjanya menghasilkan produk atau jasa yang sempurna (zero- defect), dan mencoba memperbaiki kesalahan dimasa lalu. Penekanan pada kualitas juga telah menciptakan kebutuhan akan adanya suatu sistem akuntansi manajemen yang menyediakan informasi keuangan dan non keuangan tentang kualitas. TQM juga diterjemahkan sebagai pendekatan berorientasi pelanggan yang memperkenalkan perubahan manajemen yang sistematik dan perbaikan terus menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi. Proses TQM memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam organisasi untuk memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan kepada pelanggan (output).

  Tujuan utama total quality managementadalah perbaikan mutu pelayanan secara terus-menerus (Natha, 2008:4).kebutuhan akan adanya suatu sistem akuntansi manajemen yang menyediakan informasi keuangan dan non keuangan tentang kualitas.

  Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa TQM merupakan sebuah pendekatan yang menekankan peningkatan proses produksi secara terus menerus melalui eliminasi pemborosan, peningkatan kualitas, serta mengurangi biaya produksi. Dengan demikian, tujuan akhir dari Yamit (2004) dalam Hastuti (2009:13) menegaskan, agar implementasi program TQM berjalan sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan persyaratan yaitu komitmen yang tinggi (dukungan penuh) dari manajemen puncak, mengalokasikan waktu secara penuh untuk program TQM, menyiapkan dana dan mempersiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas, memilih koordinator (fasilitator) program TQM, melakukan benchmarking pada perusahaan lain yang menerapkan TQM, merumuskan nilai, visi-misi, mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai bentuk hambatan, dan mengambil pelajaran dari kegagalan program TQM.

2.1.2 PrinsipTotal Quality Management

  TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia.Untuk itu, diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi.Menurut Hensler dan Brunnel (dalam Nasution, 2005:30), ada empat prinsip utama dalam TQM. Keempat prinsip tersebut adalah:

1. Kepuasan pelanggan

  Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi terterntu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan.Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan pelanggan eksternal.Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalamnya harga, keamanan, dan suatu perusahaan sama dengan nilai yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan. Semakin tinggi nilai yang diberikan, maka semakin besar pula kepuasan pelanggan.

  2. Respek terhadap Setiap Orang

  Dalam perusahaan yang kualitasnya tergolong kelas dunia, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreatifitas yang khas.Dengan demikian, karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberikan kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.

  3. Manajemen Berdasarkan Fakta

Perusahaan kelas dunia berorientasi pada fakta.Maksudnya, bahwa setiap keputusan

selalu didasarkan pada data, bukan sekedar perasaan.Ada dua konsep pokok yang

berkaitan dengan hal ini.Pertama, prioritas (prioritization), yakni suatu konsep bahwa

perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan,

mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu, dengan

menggunakan data, maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan

usahanya pada situasi tertentu yang vital. Konsep kedua, yaitu variasi atau variabilitas

kinerja manusia.Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas

yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi.Dengan demikian,

manajemen dapat memprediksikan hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang

4. Perbaikan Berkesinambungan

  

Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses sistematis dalam

melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini

adalah siklus PDCAA (plan-do-check-act-analyze) yang terdiri dari langkah-langkah

perencanaan, dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.

2.1.3 Manfaat TQM

  Telah banyak hasil analisis yang menunjukkan bahwa manajemen kualitas berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi kualitas dengan kinerja organisasi yang tergantung pada tipologi organisasinya. Analisis lain adalah menguji pengaruh praktik manajemen kualitas terhadap kinerja dan keunggulan kompetitif perusahaan, yaitu menganalisa infrastruktur yang menciptakan lingkungan pendukung pelaksanaan manajemen kualitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa infrastruktur berpengaruh pada kinerja perusahaan dan berpengaruh pada keunggulan kompetitif perusahaan (Nasution, 2005:42).Hessel (2003) dalam Nasution (2005:42) telah meneliti hubungan antara penerapan TQM dengan kinerja dan keunggulan kompetitif beberapa perusahaan manufaktur di Indonesia.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas merupakan syarat penting keberhasilan perusahaan, TQM merupakan pendekatan untuk mempertahankan hidup serta meningkatkan daya saling perusahaan, dan penerapan TQM memerlukan dukungan infrastruktur perusahaan.Keuntungan yang didapatkan perusahaan karena menyediakan barang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah.Gabungan keduanya menghasilkan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.Gambar 2.1 berikut adalah suatu model kualitas laba yang menunjukkan interaksi berbagai faktor.Sisi sebelah kiri adalah faktor-faktor yang dipengaruhi oleh kebijakan, program, dan prosedur kualitas perusahaan (Nasution, 2005:42).

2.1.4 Elemen Pendukung TQM

  Menurut Natha (2008:6), agar sukses dalam menerapkan TQM, suatu organisasi harus berkonsentrasi pada delapan elemen kunci, yaitu: (1) Etika, (2) Integritas, (3) Kepercayaan (4) Pendidikan dan Pelatihan (5) Kerjasama Tim, (6) Kepemimpinan (7) Komunikasi, dan (8) Penghargaan, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

  1. Etika Etika adalah disiplin yang terkait dengan kebaikan dan keburukan dalam berbagai situasi.Ini seperti dua sisi mata uang yangdilambangkan oleh etika organisasi dan etika individu.Etika organisasi membentuk sebuah kode etik bisnis yang menguraikan petunjuk bagi semua anggotanya dan harus melekat dalam pekerjaan sehari-hari mereka.Sedangkan etika individu mencakup kebenaran dan kesalahan perseorangan.

  2. Integritas Integritas mencakup kejujuran, moral, nilai-nilai, keadilan, dan kesetiaan terhadap oleh pelanggan (internal/eksternal) dan apa yang memang layak untuk mereka terima.

  3. Kepercayaan Kepercayaan adalah produk dari integritas dan perilaku yang beretika.Tanpa kepercayaan, kerangka kerja dari TQM tidak dapat dibangun.Kepercayaan membantu perkembangan partisipasi penuh dari semua anggota organisasi.Ia memperkenalkan aktifitas pemberian wewenang yang mendorong kebanggaan turut memiliki perusahaan dan juga komitmen. Ia memberi peluang dilakukannya pengambilan keputusan pada semua level dalam organisasi, mengembangkan penanganan resiko oleh tiap-tiap individu untuk perbaikan berkelanjutan dan membantu dalam menjamin bahwa ukuran-ukuran yang digunakan terpusat pada perbaikan proses dan tidak digunakan untuk melawan pendapat orang lain. Kepercayaan adalah sifat dasar untuk menjamin kepuasan pelanggan.Jadi, kepercayaan membangun lingkungan yang kooperatif (saling bekerjasama) sebagai dasar untuk TQM.

  4. Pendidikan dan Pelatihan Mutu Didasarkan pada keterampilan setiap karyawan yang pengertiannya tentang apa yang dibutuhkan oleh pelanggan ini mencakup mendidik dan melatih semua karyawan, memberikan informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin perbaikan mutu dan memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini memastikan bahwa

  Pelatihan tambahan pada benchmarking, statistik, dan teknik lainnya juga digunakan dalam rangka mencapai kepuasan pelanggan.

  5. Kerjasama Tim Kerjasama tim juga merupakan sebuah elemen kunci dari TQM, yang menjadi alat bagi organisasi dalam mencapai kesuksesan. Dengan menggunakan tim dalam bekerja, organisasi akan dapat memperoleh penyelesaian yang cepat dan tepat terhadap semua masalah. Suatu tim biasanya juga memberikan perbaikan- perbaikan permanen dalam proses dan operasi-operasi. Dalam sebuah tim, orang- orang akan merasa lebih nyaman untuk mengajukan masalah-masalah yang terjadi dan dapat dengan segera memperoleh bantuan dari pekerja-pekerja lainnya berupa solusi-solusi yang akan digunakan unutk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi.

  6. Kepemimpinan Manajer senior harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan dengan memberikan, menggunakan alat dan bahan yang komunikatif, menggunakan data dan menggali siapa-siapa yang berhasil menerapkan konsep manajemen mutu terpadu.Ketika memutuskan untuk menggunakan MMT/TQM sebagai kunci proses manajemen, peranan manajer senior sebagai penasihat, guru, dan pimpinan tidak bisa diremehkan.

  7. Komunikasi komunikasi dengan dan/atau diantara, semua anggota organisasi, pemasok dan juga pelanggan.Para Supervisor harus memelihara keterbukaan dari arus komunikasi dimana seluruh karyawannya dapat mengirim dan menerima semua informasi tentang proses-proses TQM.Adalah suatu hal yang vital bahwa komunikasi harus dirangkai dengan penyampaian informasi yang benar bukan dengan informasi yang keliru. Supaya komunikasi bisa menjadi sesuatu yang dapat dipercaya maka pesan yang disampaikan harus jelas dan penerima informasi harus memiliki penafsiran yang sama dengan apa yang dimaksud pengirimnya.

  8. Penghargaan Penghargaan Elemen terakhir dari keseluruhan sistem TQM. Ini sebaiknya diberikan untuk saran-saran dan pencapaian-pencapaian yang memuaskan baik dihasilkan oleh suatu tim ataupun individu. Para karyawan akan didorong untuk berusaha keras memperoleh penghargaan untuk dirinya dan untuk timnya. Menemukan dan mengenal para kontributor dari saran-saran dan pencapaian-pencapaian yang baik tersebut merupakan tugas dari seorang supervisor. Begitu para kontributor ini dihargai, mereka akan dapat mengalami perubahan yang sangat besar dalam hal penghargaan-diri, produktifitas, mutu dan jumlah karya yang pada akhirnya mendorong seseorang untuk berusaha lebih giat dalam tugas sehari-harinya. Penghargaan datang dalam bentuk terbaiknya jika saran-saran tersebut diikuti oleh sebuah tindakan langsung untuk mencapai hasil yang baik oleh kontibutor

2.2 Kemajuan Usaha

  Kemajuan usaha atau keberhasilan usaha sering disandingkan dengan perkembangan usaha, dimana suatu usaha yang maju akan terus berkembang, memiliki profitabilitas yang meningkat, dan daya saing dengan perusahaan pesaing yang baik..Kemajuan Usahamerupakan kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri secara terus menerus dan cenderung meningkat.Investor dan kreditor berkepentingan mengevaluasikemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba saat ini maupun masa yangakan datang. Semakin tinggi rasio ini akan menarik pendatang baru untuk masukdalam industri (Woefel,1995).

  Seorang wirausaha di dalam menekuni usahanya bertujuan untuk meraih keberhasilan. Sebagai pengelola usaha, wirausaha harus dapat mengorganisasi, memanfaatkan, dan meningkatkan sumber daya yang tersedia sedemikian rupa sehingga mampu bersaing dan berkompetitif dengan pelaku usaha lain serta dapat pula memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. Moeliono (1993:300) berpendapat bahwa keberhasilan identik dengan pendapatan, dengan begitu pendapatan merupakan salah satu kriteria bagi kegiatan usaha, yakni dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan usaha atau dapat dikatakan keberhasilan usaha adalah suatu kenyataan persesuaian antara rencana dengan proses keberhasilan usaha harus dinilai sehubungan menghasilkan laba.dengan pencapaian tujuan, yang dimaksud pencapaian tujuan yang popular adalah Akan tetapi kebutuhan usaha itu sifatnya relatif dan unsur memberikan dalam suatu kegiatan usaha juga sangat luas.Pendekatan pencapaian tujuan menyebutkan bahwa keberhasilan usaha harus dinilai sehubungan dengan pencapaian tujuan yaitu mendapatkan laba atau keuntungan yang merupakan selisih antara harga jual dengan biaya produksi.

  Pendekatan sistem mengatakan bahwa keberhasilan usaha dinilai cara yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan akhir yaitu bagaimana hubungan antar individu dalam unit usaha dapat bekerjasama dan koordinasi sehingga tercipta kondisi kerja yang kondusif. Pendekatan konstituensi strategis menyatakan bahwa keberhasilan usaha dinilai dari hubungan baik dengan mitra kerja yang menjadi pendukung kelanjutan unit usaha. Kotler (2009:58) menyebut bahwa yang termasuk mitra usaha/ pihak yang berkepentingan antara lain pelanggan, karyawan, dan pemasok. Sedangkan pendekatan nilai-nilai bersaing menyatakan bahwa keberhasilan usaha dikatakan berhasil apabila unit usaha mampu bersaing dengan unit usaha yang sejenis.

2.2.1 Kriteria Keberhasilan

  McGrath dan MacMillan (Lipiyoadi, 20:2004) menegaskan bahwa

  entrepreneurial mindset akan mempengaruhi keberhasilan wirausaha, setidaknya

  ada tiga keunggulan dari entrepreneurial mindset, salah satunya suatu kesuksesan wirausaha disebabkan orientasi pada tindakan (action-oriented) yang berada dalam kerangka berpikir wirausaha dimana ide-ide yang timbul dapat segera diterapkan walaupun dalam situasi yang tidak menentu.

  Karakteristik berpikir pada tindakan kewirausahaan menurut McGrath dan MacMilan ada lima, yaitu: Sangat bersemangat dalam melihat/ mencari peluang-peluang baru Mengejar peluang dengan disiplin yang ketat Mengejar peluang yang sangat baik dan menghindari mengejar peluang yang melelahkan diri dan organisasi Fokus pada pelaksanaan Mengikutsertakan energy setiap orang yang berada dalam jangkauan mereka.

  Menurut W. Keith Schilit (Rising stars and Fast Fades, 1994 dalam kompas imteraktif.com) ada 8 hal yang membuat usaha atau bisnis meraih kesuksesan atau keberhasilan, yaitu: Peluang pasar yang baik.

  Keunggulan persaingan. Kualitas barang/jasa. Inovasi yang berproses. Dasar budaya perusahaan. Menghargai pelanggan dan pegawai. Manajemen yang berkualitas Dukungan modal yang kuat.

  Keberhasilan itu sendiri meliputi banyak aspek, yang antara lain:

  1.Kemampuan menghasilkan laba Laba bersih yang akan dicapai setelah biaya-biaya dan pajak , harus tumbuh melebihi indeks biaya hidup. Kalau tidak demikian, maka wirausaha akan

  2. Kedudukan pasar Apa yang diinginkan perusahaan mengenai kedudukan pasar. Apa perusahaan ingin menjadi pemimpin pasar. Apa perusahaan ingin menjadi salah satu perusahaan yang besar. Apa perusahaan ingin menjadi pengikut saja dengan pangsa pasar minoritas.

  3. Sumber daya manusia Apakah siap pengetahuan dan keterampilan wirausaha akan ditingkatkan sesuai dengan tuntutan zaman.

  4. Pengembangan usaha Seorang wirausaha yang mengelola usahanya, perlu menigkatkan: Penjualan, penestrasi pasar, laba, asset, penambahan unit usaha (variasi/inovasi usaha) dan organisasi kerja.

  5. Sumber daya keuangan Tingkat efesiensi mana yang akan dicapai. Margin bersih berapa yang diinginkan.Laba investasi berapa yang diharapkan. Berapa dana yang dibutuhkan dalam investasi. Berapa dana yang dibutuhkan dalam operasi usaha.

  6 .Sarana kerja Sarana kerja, semakin lama dipakai akan semakin rusak dan usang. Dalam hal ini, apakah sarana perlu diganti.Atau mungkin adanya penambahan sarana dan prasarana yang ada. 7 .Tanggung jawab sosial Apakah berwirausaha itu semata-mata demi mencari keuntungan.Apakah seorang wirausaha mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan.Apakah seorang wirausaha ingin diterima oleh masyarakat sekitarnya. Ada sejumlah karakteristik yang menjadikan entrepreneur berhasil dalam usahanya menurut Pearce (Winardi, hal 38-39: 2003), yaitu: Komitmen determinasi yang tiada batas, artinya para entrepreneur dapat mengorbankan segala yang dimiliki, menginvestasikan waktu lebih banyak pada urusan bisnisnya, berpola hidup lebih sederhana demi menunjang usaha dan bentuk pengorbanan yang lain.

  Dorongan yang kuat untuk mencapai prestasi, rangsangan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih dari apa yang diraih saat ini, sehingga yang ada adalah perasaan kurang puas atas apa yang dicapai, sehingga usaha untuk lebih baik terus

  Berorientasi pada peluang-peluang baru Fokus pengendalian internal, yakin akan kemampuan dirinya sendiri dalam menentukan nasib perusahaannya, dan mereka sangat realistik akan kemampuan dan kelemahan yang mereka miliki. Toleransi terhadap ambiguitas Keterampilan dalam menerima, mengelolah dan menyelesaikan persoalan dan resiko bisnis yang ada.

  Tidak mengedepankan status dan kekuasaan, melainkan pemenuhan kebutuhan ekonomi Kemampuan dalam memecahkan masalah Kemampuan mengendalikan kegagalan secara efektif Kebutuhan tinggi akan umpan balik, baik mencari informasi dari rekan bisnis, ekspansi jejaring kerja, serta membina hubungan dengan pihak lain untuk pelajaran dari mereka. Berwirausaha tidak selalu memberikan hasil yang sesuai dengan harapan dan keinginan pengusaha.Tidak sedikit pengusaha yang mengalami kerugian dan beberapa generasi.Bahkan banyak pengusaha yang semual hidup sederhana menjadi sukses dengan ketekunannya.Keberhasilan atas usaha yang dijalankan memang merupakan harapan pengusaha. Kasmir (2011), membagi delapan ciri wirausaha yang dikatakan berhasil yaitu:

  1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut.

  2. Inisiatif dan selalu proaktif Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.

  3. Berorientasi pada prestasi Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya.Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama.Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.

  4. Berani mengambil risiko Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.

  5. Kerja keras Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya.Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya.Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya.Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.

  6. Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya. Ide dan perilaku seorang wirausaha tidak lepas dari tuntutan tanggung jawab.Oleh karena itu, komitmen sangat diperlukan dalam pekerjaan sehingga mampu melahirkan tanggung jawab.Indikator orang yang memiliki tanggung jawab adalah berdisiplin, penuh komitmen, bersungguh-sungguh, jujur, berdedikasi tinggi, dan konsisten.

  7. Komitmen pada berbagai pihak Merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.

  8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak Baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak.

  Hubungan baik yang perlu dijalankan, antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

2.3 Peneliti Terdahulu

  1. Hasanah, Hikmah dari Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul penelitan “Pengaruh TQM Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Sistem Pengukuran

  

Kinerja dan Sistem Penghargaan Sebagai Variabel Moderating” Dari hasil regresi

  berganda, menghasilkan satu hipotesis yang menunjukkan pengaruhnya terhadap kinerja manajerial, yaitu: 1) TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Sementara itu, dari hasil analisis regresi moderasi menunjukkan dua hipotesis yang tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial, yaitu: 2) Interaksi TQM dan sistem pengukuran kinerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, 3) Interaksi TQM dan sistem penghargaan (reward) tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.

  2. Andrianto, Edo dari Fakutas Ekonomi Unversitas Dipenogoro dengan judul penelitian “ Analisis Pengaruh TQM Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (studi

  

kasus pada PT NASMOCO KALIGAWE BODY REPAIR Semarang” . dari Hasil

  analisis menggunakan regresi linear berganda dapat diketahui bahwa variabel penghargaan dan pengakuan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Nasmoco Kaligawe Body Repair Semarang. Kedua, variabel kerjasama tim berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan PT.

  Nasmoco Kaligawe Body Repair Semarang. Ketiga, budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Nasmoco Kaligawe Body Repair Semarang. Hasil analisis menggunakan uji t dapat diketahui penghargaan dan pengakuan, kerjasama tim, dan budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Nasmoco Kaligawe Body Repair Semarang. Hasil analisis menggunakan koefisien determinasi diketahui bahwa 62,1% variabel kepuasan kerja dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel penghargaan dan pengakuan, kerjasama tim, dan budaya organisasi, sedangkan 37,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.

  3. Tyas, Ika Sukowati.Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

  

Karyawan (PPK) (Studi Kasus pada Group S PT. Mermaid Textile Indus-try

Indonesia )”.Berdasarkan hasil analisis deskriptif data tentang implementasi Total

  Qu-ality Management (TQM) di PT. Mermaid Textile Industry Indonesia adalah baik. Hal ini terbukti dengan adanya 45,87% atau 50 orang menjawab baik.

  Kondisi Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan di PT. Mermaid Textile Industry Indonesia adalah sangat bagus. Terbukti 58 orang (53,21%) menjawab sangat bagus. Sedangkan kondisi tingkat Produktivitas Kerja karyawan di PT. Mermaid Textile Industry Indonesia sangat tinggi. Kondisi ini ditunjukkan dengan adanya sejumlah 84,41% atau 92 orang menjawab sangat tinggi. Dari hasil analisis regresi berganda dapat diketahui bahwa secara parsial dan simultan ada pengaruh yang signifikan antara variabel Total Quality Management (TQM) serta Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan (PPK) terhadap Produktivitas Kerja karyawan.Variabel Total Quality Management (TQM)serta variabel Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan (PPK) memiliki pengaruh sebesar 89% terhadap variabel produktivitas kerja karyawan. Sedangkan dari hasil analisis regresi sederhana untuk melihat pengaruh variabel Total Quality Management (TQM)terhadap variabel Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan (PPK) diperoleh hasil bahwa variabel Total Quality Management (TQM) memiliki pengaruh sebesar 96,2% terhadap variabel Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan (PPK).

Dokumen yang terkait

2.1. Tinjauan Pustaka - Analisis Tokoh Jia Baoyu Pada Novelhónglóumèng Karya Cao Xueqin

0 0 17

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Tokoh Jia Baoyu Pada Novelhónglóumèng Karya Cao Xueqin

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Jati - Pembuatan Busa Poliuretan Alam Dari Isolasi Lignin Dengan Aditif Tawas Untuk Penjernihan Air

0 0 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) 2.1.1. Biologi Karet - Analisis Histologi Dan Fisiologi Latisifer Pada Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis)

0 1 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buaya (Crocodylus sp.) - Isolasi Dan Potensi Bakteri Keratinolitik Dari Feses Buaya (Crocodylus sp.) Dalam Mendegradasi Keratin

0 0 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ular Sanca (Python sp.) - Isolasi Dan Potensi Bakteri Keratinolitik Dari Feses Ular Sanca (Python sp.) Dalam Mendegradasi Limbah Keratin

0 0 5

Isolasi Dan Potensi Bakteri Keratinolitik Dari Feses Ular Sanca (Python sp.) Dalam Mendegradasi Limbah Keratin

0 0 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan - Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar, Kecamantan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

0 2 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar, Kecamantan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 10

Pandangan Konsumen Dalam Penerapan Total Quality Management Terhadap Kemajuan Rumah Makan Lobu Bara

0 0 26