BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Dental - Efektivitas Obat Kumur Yang Mengandung Ekstrak Kapulaga 2,5% Dibanding Dengan Klorheksidin 0,12% Terhadap Penurunan Akumulasi Plak Pada Mahasiswa Fkg Usu Angkatan 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plak Dental
2,3
Plak merupakan penyebab utama dalam penyakit periodontal. Plak dental atau plak bakteri merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk ke permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepasan dan cekat. Biofilm dapat terbentuk melalui interaksi bakteri dengan gigi. Oleh karena itu, bakteri dapat ditemukan dalam biofilm plak yang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan eksternal dimana pejamu merupakan perantaranya. Kesehatan periodonsium merupakan suatu keseimbangan dimana populasi bakteri berdampingan dengan pejamu tanpa menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki oleh pejamu maupun bakteri tersebut. Terganggunya keseimbangan jaringan periodonsium menyebabkan gangguan pada pejamu dan bakteri biofilm yang dapat mengakibatkan
3 kerusakan terutama pada jaringan ikat perodonsium.
2.1.1 Struktur dan Komposisi Plak Dental
Plak dental tersusun dari mikroorganisme. Jumlah bakteri yang terkandung
11
dalam 1 gram plak yaitu sekitar 2 x 10 bakteri. Dalam suatu studi penelitian, ditemukan sekitar 500 spesies mikroba dalam dental plak. Terkadang, dapat ditemukan mikroorganisme non-bakteri di dalam plak meliputi spesies Mycoplasma, protozoa, virus dan ragi. Mikroorganisme tersebut dapat diantara matriks intraseluler, yang juga
3 mengandung sedikit sel jaringan seperti sel-sel epitel, makrofag dan leukosit.
Terdapat sekitar 70-80% dari plak merupakan mikroba dan sisanya merupakan matriks intraseluler. Matriks intraseluler plak yang berjumlah 20-30% dari massa plak, produk bakteri. Bahan organiknya mencakup materi polisakarida, protein, glikoprotein dan lemak. Glikoprotein dari saliva merupakan komponen penting dari pelikel yang menempel pada permukaan gigi, dan juga terlibat dalam perkembangan biofilm plak. Polisakarida yang diproduksi oleh bakteri terdiri dari dekstran dan albumin. Lemak terdiri dari debris membran bakteri yang hancur, sel-sel pejamu dan kemungkinan debris makanan. Sedangkan bahan anorganiknya mencakup kalsium, fosfor, sisa
3 magnesium, natrium, kalium dan fluorida.
2.1.2 Proses Pembentukan Plak Proses pembentukan plak dapat dibagi dalam 3 tahap, yaitu sebagai berikut.
a. Pembentukan pelikel Beberapa detik setelah pembersihan gigi, pelikel akan terbentuk berupa lapisan tipis dari protein saliva; sebagian besar glikoprotein, yang terdeposit pada permukaan gigi atau permukaan keras lain di rongga mulut. Beberapa menit setelahnya, ditemukan populasi bakteri pada pelikel tersebut. Sel-sel bakteri secara berkelanjutan ditransport menuju lapisan pelikel yang menyelubungi gigi melalui saliva, berhubungan dengan
13
diet, atau kontak lain dengan lingkungan luar. Pelikel berfungsi sebagai penghalang protektif, yang akan bertindak sebagai pelumas permukaan dan mencegah pengeringan jaringan. Selain itu, pelikel merupakan substrat kemana bakteri sekitarnya akan
3 melekat.
b. Kolonisasi awal bakteri Dalam waktu beberapa jam, bakteri yang pertama-tama mengkoloni permukaan gigi yang telah dibalut pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisme fakultatif
Gramm-positif, seperti Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis. Pengkolonian awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesion, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental. Massa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonialisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologi pada biofilm,
Gramm positif menjadi lingkungan yang memiliki sedikit oksigen dimana yang
3 dominan adalah mikroorganisme anaerob Gramm negatif.
c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak Kolonisasi sekunder adalah mikroorganisme yang tidak turut dalam kolonisasi awal pada permukaan gigi bersih. Beberapa mikroorganisme tersebut adalah Prevotella
intermedia, Prevotella leoscheii, Capnocytophaga sp., Fusobacterium nucleatum, dan
Mikroorganisme tersebut melekat ke bakteri yang telah Porphyromonas gingivalis. berada dalam massa plak. Kemampuan spesies yang berbeda dengan mikroorganisme pada plak untuk melekatkan diri satu sama lain dinamakan koagregasi. Beberapa contoh koagregasi pengkoloni sekunder ke pengkoloni awal terjadi antara
Fusobacterium nucleatum dengan Streptococcus sanguis, Prevotella loescheii dengan
Actinomyces viscus dan Capnocytophaga ochracea dengan Actinomyces viscosus.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa koagregasi terjadi khususnya antar bakteri Gramm positif yang berbeda dan antara bakteri Gramm positif dengan Gramm negatif. Pada stadium akhir pembentukan plak, bakteri yang dominan melakukan koagregasi
3 adalah Fusobacterium nucleatum dengan Porphyromonas gingivalis.
2.2 Kontrol Plak
Kontrol plak merupakan suatu upaya pembuangan dental plak secara teratur dan upaya pencegahan akumulasi plak pada gigi dan sekitar permukaan gingiva. Tanpa prosedur kontrol plak secara teratur, akumulasi plak akan terjadi yang akan mengakibatkan timbulnya penyakit periodontal. Kontrol plak yang teratur dan upaya pembuangan plak sehari-hari dapat mengurangi plak supragingiva, mengurangi sejumlah bakteri yang ada di poket periodontal dan sangat bermanfaat dalam mengurangi sejumlah bakteri plak subgingiva, seperti Porphyromonas gingivalis. Oleh karena itu, kontrol plak merupakan suatu cara yang efektif untuk merawat dan
14 sekaligus mencegah penyakit periodontal.
Kontrol plak dapat dibagi dalam dua cara, yaitu secara mekanis dan kimiawi. Kontrol plak secara mekanis merupakan metode pencegahan yang paling diterima plak secara mekanis dapat berupa tindakan penyikatan gigi dan pembersihan interdental. Kontrol plak secara kimiawi umumnya dilakukan sebagai penunjang setelah dilakukan kontrol plak secara mekanis untuk mengoptimalkan pembuangan
15 plak. Bentuk kontrol plak secara kimiawi yaitu penggunaan obat kumur.
2.3 Obat Kumur
Sebagai upaya tambahan dalam membersihkan plak pada permukaan gigi, perlu dilakukan penggunaan obat kumur. Obat kumur merupakan bahan kimia yang dapat membunuh mikroorganisme atau mengganggu kolonisasi bakteri di permukaan gigi. Bahan kimia ini efektif sebagai bahan anti plak dan anti bakteri. Bahan aktif yang terdapat dalam obat kumur dapat dikelompokkan menjadi bisguanida, senyawa
5 amoniak, senyawa fenol, antiseptik dan ekstrak herbal.
American Dental Association (ADA) juga telah menganjurkan kontrol plak
yang harus dievaluasi dan bisa memperbaiki kesehatan periodontal. Sekarang ini, ADA telah merekomendasi 2 agen sebagai perawatan gingivitis yaitu obat kumur
14 klorheksidin dan obat kumur minyak atsiri ataupun ekstrak herbal lainnya.
2.3.1 Klorheksidin
Klorheksidin merupakan agen kontrol plak yang menunjukkan hasil terbaik yang memiliki efek antiseptik. Suatu studi klinis dalam jangka waktu beberapa bulan melaporkan klorheksidin mengurangi plak dari 45% menjadi 61% dan mengurangi
13
gingivitis dari 27% menjadi 67%. Diglukonat klorheksidin 0,12% merupakan konsentrasi yang efektif dalam mengurangi plak dan juga penyakit gingivitis. Akan tetapi, klorheksidin memiliki efek samping yaitu peningkatan derajat stein pada
14,16
permukaan gigi, lidah dan juga pada bahan tambalan. Akibat efek samping tersebut, para peneliti mulai banyak melakukan penelitian untuk mencari bahan lain sebagai
16 alternatif. Pemanfaatan bahan herbal sebagai komponen aktif mulai dikembangkan dalam kedokteran gigi seiring semangat back to nature saat ini. Bahan herbal dianggap
17
masyarakat relatif lebih aman dibanding bahan sintetis. Banyak penelitian yang telah menunjukkan efek dari penggunaan ekstrak obat kumur herbal, seperti Cinnamon,
Capparis spinosa, Quereucus infectoria, Myrtus communis, Sanguinaria dan lain-lain
dalam mencegah akumulasi olak dental dan mengurangi inflamasi pada gingiva.Penggunaan tanaman tertentu pada obat kumur dilakukan karena efektivitas anti bakterinya yang telah terbukti dan serta dengan beberapa alasan seperti aroma dan
18 rasa.
2.4. Kapulaga
Kapulaga (Elettaria cardamomum) merupakan salah satu jenis tanaman
19
rempah-rempah yang dapat digunakan sebagai obat. Kapulaga dikenal sebagai ratu dari segala rempah- Biji rempah atau yang sering disebut dengan “Queen of all spices.” kapulaga mengandung volatile oil yang digunakan sebagai perasa kue, kari, roti, kopi
12
dan berbagai aneka masakan lainnya. Kapulaga juga dikenal dengan nama latin
Amomum cardamomum Willd, Amomum kapulaga Sprague, Amomum compactum
Solad ex Maton, Alpinia striata Horst, Cardamomum minum Rumph dan Elettaria
20 major Smith.
Kapulaga memiliki banyak khasiat sebagai obat-obatan tradisional untuk mengatasi gangguan pada pencernaan, pernafasan dan saraf. Studi menunjukkan bahwa kapulaga juga memiliki sifat anti kanker dan anti mikroba. Di India, kapulaga
21 digunakan sebagai obat asma, bronkhitis, batu ginjal dan anorexia.
2.4.1 Klasifikasi
Taksonomi dari tanaman kapulaga (kapol) : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida
Famili : Zingiberaceae Genus : Elettaria Spesies : E. cardamomum
20 Gambar 1. Elettaria cardamomum
21
2.4.2 Distribusi
Tanaman ini tumbuh liar di hutan primer dan hutan jati, di daerah pegunungan yang rendah dan tanahnya agak basah, bercurah hujan tinggi, atau di daerah yang selalu berawan, pada ketinggian 200-1000m di atas permukaan laut. Tanaman ini tersebar hampir di seluruh Indonesia, terutama di Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Selain di Indonesia, kapulaga banyak ditemukan di Sri Lanka, India, Guatemala, Tanzania, Papua Nugini dan Malabar.
20
2.4.3 Kandungan
Kapulaga mengandung minyak atsiri yang terutama mengandung sineol, terpineol dan borneol. Disamping itu buah kapulaga banyak mengandung saponin, flavonoid, tanin, senyawa-senyawa polifenol, alkaloid, mangan, pati, gula, lemak, protein dan silikat.
10,20,22
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Prathima Shetty pada
22 bakteri.
Saponin memiliki sifat anti mikroba dengan cara merusak protein dan enzim
10
tertentu dari sel bakteri. Flavonoid dan tanin dapat membentuk ikatan hidrogen dengan karbohidrat dan protein melalui penghambatan beberapa enzim dalam sel
10,22,23 sehingga mengahambat pertumbuhan mikroorganisme bakteri patogen.
Flavonoid juga menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara denaturasi dan koagulasi protein sel bakteri. Tanin memiliki daya antibakteri dengan cara mengkerutkan dinding sel dan membran sel bakteri. Akibat terganggunya permeabilitas, bakteri tidak dapat melakukan aktivitas hidupnya sehingga
24
pertumbuhannya terhambat atau lama kelamaan akan mati. Senyawa polifenol atau fenol mempunyai kemampuan untuk mengikat protein dari bakteri pathogen sehingga merusak struktur sel dan mendenaturasi protein dari bakteri itu sendiri. Senyawa fenol juga menghambat metabolisme biosintesis protein dengan cara merusak asam nukleat
22
bakteri. Alkaloid efektif membunuh mikroorganisme karena kemampuannya melekat pada dinding sel dan DNA bakteri. Terpenoid berfungsi sebagai penghancur dinding
23
sel bakteri. Terpenoid yang bersifat lipofilik dapat mengganggu permeabilitas membran sel bakteri dengan mengikat senyawa fosfolipid pada membrane sel sehingga mengurangi permeabilitas membran. Berkurangnya permeabilitas membrane dapat menyebabkan kebocoran sehingga komponen penting di dalam sel seperti protein, asam nukleat, nukleotida dan sebagainya dapat mengalir keluar sel bakteri. Hal ini mengakibatkan terhambatnya aktivitas hidup dan pertumbuhan bakteri atau bahkan
24 kematian bakteri.
Plak Kontrol plak
Mekanis Kimiawi
Sikat gigi Pembersih interdental Obat kumur Pasta gigi Fitokimia Kimia sintetik
Ekstrak kapulaga 2,5% Klorheksidin 0,12% Saponin Flavonoid Tanin Polifenol Alkaloid Terpenoid kumur
Mengganggu enzim dalam Melekat pada sel sehingga pertumbuhan dinding sel dan mikroorganisme bakteri
DNA bakteri terhambat Merusak protein Merusak struktur sel Menghancurkan dari sel bakteri dan mendenaturasi dinding sel protein dari bakteri bakteri
Akumulasi plak menurun
Variabel bebas Variabel terikat :
1. Obat kumur ekstrak Indeks plak Loe and Silness kapulaga 2,5%
2. Obat kumur klorheksidin 0,12%
Variabel terkendali Variabel tidak terkendali
1. Volume obat kumur
1. Diet
2. Frekwensi dan lamanya berkumur
2. Metode menyikat gigi
3. Waktu dan frekwensi menyikat gigi
4. Jenis sikat gigi dan pasta gigi