LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA BESAR (1)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA
BESAR BUTIR
Oktober 19, 2010
(Fieldtrip Mata Kuliah Sedimentologi P3GL Cirebon)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tujuh puluh persen batuan yang menutupi permukaan bumi ini terdiri dari batuan sedimen. Yaitu
batupasir, batugamping, lanau, lempung, breksi, konglomerat, dan batuan sedimen lainnya.
Batuan tersebut terbentuk secara proses fisika, kimia, dan biologi yang terendapkan secara
alamiah di berbagai lingkungan pengendapan dan terus berjalan hingga saat ini. Pembelajaran
tentang batuan sedimen sangat besar kontribusinya terhadap penentuan dan pembelajaran batuan
batuan sedimen purba atau yang berumur tua dalam skala waktu geologi.
Banyak batuan sedimen purba yang diperkirakan sistem dan lingkungan pengendapannya
dianalogikan dengan proses proses sedimentasi yang terjadi pada saat ini. Proses proses
sedimentasi (fisika, kimia, biologi) sangat berhubungan erat dengan kompaksi, sementasi,
rekristalisasi.
Endapan sedimen (sedimentary deposit) adalah tubuh material padat yang terakumulasi di
permukaan bumi atau di dekat permukaan bumi, pada kondisi tekanan dan temperatur yang
rendah. Sedimen umumnya (namun tidak selalu) diendapkan dari fluida dimana material
penyusun sedimen itu sebelumnya berada, baik sebagai larutan maupun sebagai suspensi.

Definisi ini sebenarnya tidak dapat diterapkan untuk semua jenis batuan sedimen karena ada
beberapa jenis endapan yang telah disepakati oleh para ahli sebagai endapan sedimen: (1)
diendapkan dari udara sebagai benda padat di bawah temperatur yang relatif tinggi, misalnya
material fragmental yang dilepaskan dari gunungapi; (2) diendapkan di bawah tekanan yang
relatif tinggi, misalnya endapan lantai laut-dalam.
1.2.Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui dan memahami alat-alat /
instrument yang digunakan dalam suatu pengambilan sampel serta beberapa cara dalam analisis
besar butir sedimen dan sebagai bahan referensi / informasi tentang study ilmu sedimentology.
1.3 Lokasi

Lokasi yang digunakan untuk pengambilan serta pengolahan sampel :
1.
Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan, Cirebon, Jawa Barat. Sebagai tempat awal
pengambilan sampel
2.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Laut (P3GL) Jl. Kalijaga 101 Cirebon.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sedimentologi
Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan (Wadell, 1932). Sedangkan
sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap
suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada
akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan.
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin,
es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan batuan sedimen adalah suatu batuan yang
terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik maupun secara kimia dan organik.
a. Secara mekanik
Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan. Faktor-faktor yang
penting antara lain :
· Sumber material batuan sedimen :
Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-material asalnya.
Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan jarak transportasi,
tergantung dari prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil.
· Lingkungan pengendapan :
Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga bagian yaitu: Lingkungan
Pengendapan Darat, Transisi dan Laut. Ketiga lingkungan pengendapan ini, dimana batuan yang
dibedakannya masing-masing mempunyai sifat dan ciri-ciri tertentu.

· Pengangkutan (transportasi) :
Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang memiliki peranan yang
paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama transportasi berlangsung, terjadi
perubahan terutama sifat fisik material-material sedimen seperti ukuran bentuk dan roundness.
Dengan adanya pemilahan dan pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan memberi berbagai
macam bentuk dan sifat terhadap batuam sedimen.

· Pengendapan :
Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai menurun hingga berada di bawah titik daya
angkutnya. Ini biasa terjadi pada cekungan-cekungan, laut, muara sungai, dll.
· Kompaksi :
Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/grafitasi dari material-material sedimen sendiri,
sehingga volume menjadi berkurang dan cairan yang mengisi pori-pori akan bermigrasi ke atas.
· Lithifikasi dan Sementasi :
Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi pengerasan terhadap material-material
sedimen. Sehingga meningkat ke proses pembatuan (lithifikasi), yang disertai dengan sementasi
dimana material-material semen terikat oleh unsur-unsur/mineral yang mengisi pori-pori antara
butir sedimen.
· Replacement dan Rekristalisasi :
Proses replacement adalah proses penggantian mineral oleh pelarutan-pelarutan kimia hingga

terjadi mineral baru. Rekristalisasi adalah perubahan atau pengkristalan kembali mineral-mineral
dalam batuan sedimen, akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang relatif rendah.
· Diagenesis :
Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah pengendapan berlangsung, baik tekstur
maupun komposisi mineral sedimen yang disebabkan oleh kimia dan fisika.
b. Secara Kimia dan Organik
Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau akumulasi dari sisa skeleton
organisme. Sedimen kimia dan organik dapat terjadi pada kondisi darat, transisi, dan lautan,
seperti halnya dengan sedimen mekanik.
Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh paket tertentu fisik, kimia, dan biologis
parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh tertentu sedimemen dicirikan oleh tekstur,
struktur, dan komposisi properti. Kita mengacu kepada badan-badan khusus seperti endapan dari
batuan sedimen sebagai bentuk. Istilah bentuk mengacu pada unit stratigrafik dibedakan oleh
lithologic, struktural, dan karakteristik organik terdeteksi di lapangan. Sebuah bentuk sedimen
dengan demikian unit batu itu, karena deposisi dalam lingkungan tertentu, memiliki pengaturan
karakteristik properti. Lithofacies dibedakan oleh ciri-ciri fisik seperti warna, lithology, tekstur,
dan struktur sedimen. Biogfacies didefinisikan pada karakteristik palentologic dasar. Inti
penekanan adalah bahwa lingkungan depositional menghasilkan bentuk sedimen. Karakteristik
properti dari bentuk sedimen yang pada gilirannya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan
deposional.


Stratigrafi adalah studi batuan untuk menentukan urutan dan waktu kejadian dalam sejarah bumi.
Dua subjek yang dapat dibahas untuk membentuk rangkaian kesatuan skala pengamatan dan
interpretasi. Studi proses dan produk sedimen memperkenankan kita menginterpretasi dinamika
lingkungan pengendapan. Rekaman-rekaman proses ini di dalam batuan sedimen
memperkenankan kita menginterpretasikan batuan ke dalam lingkungan tertentu. Untuk
menentukan perubahan lateral dan temporer di dalam lingkungan masa lampau ini, diperlukan
kerangka kerja kronologi.
Ilmu bumi secara tradisional telah dibagi kedalam sub-disiplin ilmu yang terfokus pada aspekaspek geologi seperti paleontologi, geofisika, mineralogi, petrologi, geokimia, dan sebagainya.
Di dalam tiap sub-disiplin ilmu ini, ilmu pengetahuan telah dikembangkan sebagai teknik
analitik baru yang telah diaplikasikan dan dikembangkannya teori-teori inovatif. Diwaktu yang
sama karena kemajuan-kemajuan di lapangan, maka diperkenalkannya integrasi kombinasi ideide dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda-beda. Geologi adalah ilmu
multidisiplin yang sangat baik dipahami jika aspek-aspek berbeda terlihat berhubungan antara
satu dengan lainnya. Sedimentologi perhatiannya tertuju pada pembentukan batuan sedimen.
Kemudian batuan sedimen dibahas hubungan waktu dan ruangnya dalam rangkaian stratigrafi di
dalam cekungan-cekungan sedimen. Tektonik lempeng, petrologi dan paleontologi adalah topik
tambahan.
Metode-metode yang digunakan oleh sedimentologists untuk mengumpulkan data dan bukti pada
sifat dan kondisi depositional batuan sedimen meliputi;
 Mengukur dan menggambarkan singkapan dan distribusi unit batu;

o Menggambarkan formasi batuan, proses formal mendokumentasikan ketebalan,
lithology, singkapan, distribusi, hubungan kontak formasi lain
o Pemetaan distribusi unit batu, atau unit
 Deskripsi batuan inti (dibor dan diambil dari sumur eksplorasi selama hidrokarbon)
 Sequence stratigraphy
o Menjelaskan perkembangan unit batu dalam baskom
 Menggambarkan lithology dari batu;
o Petrologi dan petrography; khususnya pengukuran tekstur, ukuran butir, bentuk
butiran (kebulatan, pembulatan, dll), pemilahan dan komposisi sedimen
 Menganalisis geokimia dari batu
Geokimia isotop, termasuk penggunaan penanggalan radiometrik, untuk menentukan usia batu,
dan kemiripan dengan daerah sumber.
Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang menurut
Reinick (Dalam Kennet, 1992) dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi
daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport
oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi tertransforkan telah
melemah.

2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup

seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi.
3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air
laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar
laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.
4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut
melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa, aktifitas
gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material yang berasal dari luar
angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang
berasal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanik, atau berupa
fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang berasal dari partikel di darat dan terbawa
angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun demikian dapat
juga terjadi pada daerah subtropis saat musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini
umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber yang lain.
(Sugeng Widada)
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi sedimen. Dalam
hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang kedalaman laut.
Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut.
Setelah mencapai dasar lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan
laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersuspensi kembali oleh arus
bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara butir-butir

mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung
penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran mineral. (Agus Supangat dan
Umi muawanah)
Era oseanografi secara sistematis telah dimulai ketika HMS Challenger kembali ke Inggris pada
tanggal 24 Mei 1876 membawa sampel, laporan, dan hasil pengukuran selama ekspedisi laut
yang memakan waktu tiga tahun sembilan bulan. Anggota ilmuan yang selalu menyakinkan
dunia tentang kemajuan ilmiah Challenger adalah John Murray, warga Kanada kelahiran
Skotlandia. Sampel-sampel yang dikumpulkan oleh Murray merupakan penyelidikan awal
tentang sedimen laut dalam.
Distribusi Sedimen Laut :
Sedimen yang masuk ke dalam laut dapat terdistribusi pada :
1. Daerah perairan dangkal, seperti endapan yang terjadi pada paparan benua (Continental
Shelf) dan lereng benua (Continental Slope).
Dijelaskan oleh Hutabarat (1985) dan Bhatt (1978) bahwa ‘Continental Shelf’ adalah suatu
daerah yang mempunyai lereng landai kurang lebih 0,4% dan berbatasan langsung dengan
daerah daratan, lebar dari pantai 50 – 70 km, kedalaman maksimum dari lautan yang ada di
atasnya di antara 100 – 200 meter.

‘Continental Slope’ adalah daerah yang mempunyai lereng lebih terjal dari continental shelf,
kemiringannya anatara 3 – 6 %.

2. Daerah perairan dalam, seperti endapan yang terjadi pada laut dalam.
Endapan Sedimen pada Perairan Dangkal :
Pada umumnya ‘Glacial Continental Shelf’ dicirikan dengan susunan utamanya campuran antara
pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sedangkan ‘Non Glacial Continental Shelf’’ endapannya biasanya
mengandung lumpur yang berasal dari sungai. Di tempat lain (continental shelf) dimana pada
dasar laut gelombang dan arus cukup kuat, sehingga material batuan kasar dan kerikil biasanya
akan diendapkan.
Sebagian besar pada ‘Continental slope’ kemiringannya lebih terjal sehingga sedimen tidak akan
terendapkan dengan ketebalan yang cukup tebal. Daerah yang miring pada permukaannya
dicirikan berupa batuan dasar (bedrock) dan dilapisi dengan lapisan lanau halus dan lumpur.
Kadang permukaan batuan dasarnya tertutupi juga oleh kerikil dan pasir.
Endapan Sedimen pada Perairan Laut Dalam
Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen
Biogenik Pelagis.
1. Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai struktur
halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut.
Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk ‘hujan’ sisasisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk
lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia
air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil

dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan produktifitas
permukaan laut pada zaman dulu.
2. Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang berukuran
sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan
bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang
dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung,
bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa
ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.
Angin merupakan alat transportasi penting untuk memindahkan materi langsung ke laut.
Lempung pelagis yang ada di laut dibawa terutama oleh tiupan angin (aeolian). Ukuran lempung
ini

Komponen utama debu yang terbawa angin adalah kuarsa dan mineral lempung. Pada skala
global, jumlah masuknya materi Vulkanologi ke sedimen laut dalam adalah kecil. Letusan besar
dapat mengeluarkan abu dan debu dalam jumlah yang banyak dengan ketinggian 15-50 km, dan
partikel terkecil berukuran 1-
Selain pengertian sedimen di atas ada pengertian lain tentang sedimen yaitu batuan sedimen
adalah batuan yang terbentuk oleh proses sedimentasi. Sedangkan sedimentasi adalah proses
pengendapan sediemen oleh media air, angin, atau es pada suatu cekungan pengendapan pada

kondisi P dan T tertentu.
Dalam batuan sedimen dikenal dengan istillah tekstur dan struktur. Tekstur adalah suatu
kenampakn yang berhubungan erat dengan ukuran, bentuk butir, dan susunan kompone mineralmineral penyusunnya. Studi tekstur paling bagus dilakukan pada contoh batuan yang kecil atau
asahan tipis.
Struktur merupakan suatu kenampakan yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan
energi pembentuknya. Pembentukannya dapat pada waktu atau sesaat setelah pengendapan.
Struktur berhubungan dengan kenampakan batuan yang lebih besar, paling bagus diamati di
lapangan misal pada perlapisan batuan. (Sugeng Widada : 2002).
 Struktur Sedimen
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen yang
diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya. Pembentukkannya dapat terjadi
pada waktu pengendapan maupun segera setelah proses pengendapan. (Pettijohn & Potter, 1964 ;
Koesomadinata , 1981) Pada batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu :
Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut juga sebagai
struktur primer.
Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar, sesar, dan lipatan.
Pembagian struktur sedimen ada beberapa macam dan versi dari peneliti yang menganalisa dan
mempelajari struktur sedimen, pembagian struktur sedimen menurut Pettijohn 1975:
1. Struktur Sedimen Primer: Struktur pada batuan sedimen yang terjadi pada saat proses
sedimentasi sehingga dapat di gunakan untuk mengidentifikasi mekanisme pengendapan.
2. Struktur Sedimen Sekunder : struktur sedimen yang terjadi pada batuan sedimen pada saat
sebelum dan sesudah proses sedimentasi yang juga dapat merefleksikan lingkungan
pengendapan, keadaan dasar permukaan, lereng,dan kondisi permukaan.
3. Struktur Sedimen organik: Struktur sedimen yang terbentuk akibat dari proses organisme
pada saat dan sesudah terjadi proses sedimentasi.
2.2. Analisa Besar Butir

Analisa granulometri merupakan suatu metoda analisa yang menggunakan ukuran butir sebagai
materi analisa. Analisa ini umum digunakan dalam bidang keilmuan yang berhubungan dengan
tanah atau sedimen. Dalam analisa ini tercakup beberapa hal yang biasa dilakukan seperti
pengukuran rata-rata, pengukuran sorting atau standar deviasi, pengukuran skewness dan
kurtosis. Masing-masing pengukuran tersebut mempunyai rumus-rumus yang berbeda dan
mempunyai batasan-batasan untuk menggambarkan keadaan dari butiran yang diamati atau
dianalisa. Batasan-batasan tersebut biasa disebut dengan verbal limit. Analisa granulometri dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan metode grafis dan metode statistik, dimana metode
grafis memuat berbagai macam grafik yang mencerminkan penyebaran besar butir, hubungan
dinamika aliran dan cara transportasi sedimen klastik, sedangkan metode statistik menghasilkan
nilai rata-rata, deviasi standar, kepencengan dan kemancungan kurva.
Pilihan atau Sortasi dapat menunjukkan batas ukuran butir atau keanekaragaman ukuran butir,
tipe dan karakteristik serta lamanya waktu sedimentasi dari suatu populasi sedimen (Folk, 1968).
Menurut Friedman dan Sanders (1978), sortasi atau pemilahan adalah penyebaran ukuran butir
terhadap ukuran butir rata-rata. Sortasi dikatakan baik jika batuan sedimen mempunyai
penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata pendek. Sebaliknya apabila sedimen
mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap rata-rata ukuran butir panjang disebut sortasi
jelek.
Ada hubungan antara ukuran butir dan sortasi dalam batuan sedimen. Hubungan ini terutama
terjadi pada batuan sedimen berupa pasir kasar sampai pasir sangat halus. Pasir dari berbagai
macam lingkungan air menunjuk bahwa pasir halus mempunyai sortasi yang lebih baik daripada
pasir sangat halus. Sedangkan pasir yang diendapkan oleh angin sortasi terbaik terjadi pada
ukuran pasir sangat halus ( Blatt,dkk dalam Kusumadinata, 1980).
Kepencengan (SKEWNESS) adalah penyimpangan distribusi ukuran butir terhadap distribusi
normal. Distribusi normal adalah suatudistribusi ukuran butir dimana pada bagian tengah dari
sampel mempunyai jumlah butiran paling banyak. Butiran yang lebih kasar serta lebih halus
tersebar disisi kanan dan kiri dalam jumlah yang sama. Apabila dalam suatu distribusi ukuran
butior berlebihan partikel kasar, maka kepencengannya bernilai negatif (Folk, 1974).
Besar butir rata-rata merupakan fungsi ukuran butir dari suatu populasi sedimen (missal pasir
kasar, pasir sedang, dan pasir halus). Besar butir rata-rata dapat juga menunjukkan kecepatan
turbulen/ sedimentasi dari suatu populasi sedimen.
 Adapun partikel-partikel sedimen oleh Friedman dan Sanders (1978) dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok :
1. Hasil rombakan atau hancuran padat dari endapan tua.
2. material yang bukan merupakan hasil rombakan atau hancuran padat yang terdiri dari material
yang dikeluarkan lewat semburan gunung berapi dan material terlarut di air yang
ditransportasikan dan diendapkan pada tempat akumulasi pengendapan oleh sekresi biologis atau
proses pengendapan secara kimia.

Sumber sedimen dapat berasal dari berbagai tempat. Drake (1978) menerangkan bahwa terdapat
3 sumber dari material sedimen yang ditemukan pada permukaan dasar laut yaitu sumber dari
daratan yang menyuplai material hancuran dan material terlarut sumber asli dari laut dan
material angkasa luar. Setelah proses pelapukan terjadi selanjutnya sedimen asal mengalami
proses transportasi dan lithifikasi. Drake (1978) pada proses transportasi, dibawah kondisi
normal, erosi menghasilkan nilai (rate) yang sama dengan pelapukan batuan. Faktor yang
mempengaruhinya adalah:
a.Kecepatan pengendapan
b.Arus aliran fluida
c.Gelombang
Hasil sedimentasi yang telah berlangsung lama akan mengalami konsolidasi atau lithifikasi
(pembatuan). Sedimen yang terlithifikasi disebut batuan sedimen. Faktor yang mempengaruhi
terhadap proses lithifikasi antara lain proses fisika, proses kimiawi dan proses biologi. Ukuran
butiran berpengaruh terhadap sifat-sifat dari butiran tersebut. Krumbreindan Sloss (1963)
menyatakan bahwa pada butiran sedimen , ukuran sedimen berhubungan dengan dinamika
transportasi dan deposisi. Ukuran butiran akan mencerminkan resistensi butiran terhadap proses
pelapukan, erosi dan abrasi, Pada proses transportasi berpengaruh terhadap bentuk, ukuran butir,
kebolaan maupun sifat-sifat dari kumpulan butiran seperti sortasi, kepencengan dan kepuncakan
akibat dari gesekan antara butiran dengan butiran maupun dengan batuan dasar. Besar kecilnya
partikel penyusun tanah tersebut akan menentukan kemampuan dalam hal menahan air,
mengurung tanah, dan produksi bahan organic (Dwijoseputro,1987). Dalam klasifikasi sedimen
berdasarkan ukuran dapat menggunakan skala wentworth (Kusumadinata,1980).
Berikut merupakan macam-macam skala besar butir :
Udden-Wentworth
Cobbles64 mm

Values
-6-2

Engineering
Boulders10 in.

Pebbles

-1

Cobbles

4 mm

0

3 in.

Granules

1

Gravel

2 mm

2

4 mesh

Very Coarse Sand

3

Coarse Sand

1 mm

4

10 mesh

Coarse Sand

8

Medium Sand

0,5 mm

40 mesh

Medium Sand

Fine Sand

0,25 mm

200 mesh

Fine Sand

Fines

0,125 mm
Very Fine Sand
0,0625 mm
Silt
0,0039 mm
Clay

 Klasifikasi Atterberg :
Batas Ukuran
2000 – 200 mm
200 – 20 mm
20 – 2 mm
2 – 0,2 mm
0,2 – 0.02 mm
0,02 – 0,002 mm
< 0,002 mm

Nama
Bongkah (Block)
Kerikil (Cobbles)
Kerikil (Pebbles)
Pasir kasar (Coarse sand)
Pasir halus (Fine Sand)
Lanau (Silt)
Lempung (Clay)

 Skala Besar Butir Phi (Wentworth) dan Zeta (Atterberg) :
Wentworth
32 mm16 mm

σ
-5-4

Atterberg
Zeta
2000 mm200 mm -3-2

8 mm

-3

20 mm

4 mm

-2

2 mm

2 mm

-1

-1

1 mm

0

½ mm

+1

¼ mm

+2

1/8 mm

+3

1/16 mm

+4

1/32 mm

+5

1/64 mm

+6

1/128 mm

+7

1/256 mm

+8

1/512 mm

+9

1/1024 mm

+10

 Skala besar butir yang dipakai dalam analisa besar butir pada Lab. Sedimentologi LGPN
– LIPI :
Mesh
4
6
8
12
16
20
30
40
50
60
65
100
120
150
200
230

Bukaan (mm)
4,670
3,360
2,380
1,680
1,190
0,840
0,590
0,420
0,297
0,250
0,208
0,149
0,125
0,104
0,074
0,062

Phi
-2,3
-1,7
-1,2
-0.7
-0,3
0,2
0,7
1,2
1,7
2,0
2,3
2,7
3,0
3,3
3,7
4,0

270
325
Sisa

0,053
0,044

4,2
4,5

 Daftar batas ukuran butir (menurut Wenworth) serta terminologi klastik :
Ukuran

Sedimenter (epiklastik)
Volkanik (piroklastik)
Bundar, bundar tanggungMenyudut
Menyudut
tanggung
Fragmen
Agregat
Fragmen
Agregat
256 nm64 nm Bongkah
Kerikil
Blok
Breksivolkanik
bongkahKonglomerat
bongkah
4 nm
Kerakal
Kerikil
Bomb
Anglomerat
2 nm
kerakalKonglomerat
kerakal
1/16 nm
Kerikil
KerikilKonglomerat Breksi
TuffLapilli
kerikil
1/256 nm
Granul
Granul
Abu kasarTuff kasar
Pasir
PasirBatu pasr
Lanau
LanauBatu lanau
Abu halusTuff halus
Lempung
Lempung sepih
Dikenal umum dengan nama Skala Wentworth, skema ini digunakan untuk klasifikasi materi
partikel aggregate ( Udden 1914, Wentworth 1922). Pembagian skala dibuat berdasarkan faktor 2
; contoh butiran pasir sedang berdiameter 0,25 mm – 0,5 mm, pasir sangat kasar 1 mm – 2 mm,
dan seterusnya. Skala ini dipilih karena pembagian menampilkan pencerminan distribusi alami
partikel sedimen; sederhananya, blok besar hancur menjadi dua bagian, dan seterusnya.
Empat pembagian dasar yang dikenalkan :
1.
lempung ( 2 mm). Skala phi adalah angka perwakilan pada skala Wentworth. Huruf
Yunani ‘Ф’ (phi) sering digunakan sebagai satuan skala ini. Dengan menggunakan logaritma 2
ukuran butir dapat ditunjukkan pada skala phi sebagai berikut : Ф = – log 2 (diameter butir dalam
mm). Tanda negatif digunakan karena biasa digunakan untuk mewakili ukuran butir pada grafik,
bahwa ukuran butir semakin menurun dari kanan ke kiri. Dengan menggunakan rumus ini, butir
yang berdiameter 1 mm adalah 0Ф; 2mm adalah -1Ф, 4 mm adalah -2Ф, dan seterusnya; ukuran
butir yang semakin menurun, 0,5 mm adalah +1Ф, 0,25 mm adalah 2Ф, dan seterusnya.
Berikut adalah ukuran yang terdapat dalam skala Wenworth :
1. Gravel, terbagi atas 4 bagian yakni : Bolders/Bongkah (>256mm), Cobble/Berangkal (64256mm), Pebble/Kerakal (4-64mm), dan Grit/Granule/Butiran (2-4mm).
2. Sand, Pasir Sangat Kasar (1-2mm), Pasir Kasar (1/2-1mm), Pasir Sedang (1/4-1/2mm),
Pasir Halus (1/8-1/4mm), dan Pasir Sangat Halus(1/16-1/8mm)
3. Mud, terbagi atas 2 : Silt/Lanau (1/256-1/6mm) dan Clay/Lempung (50% carbonate minerals, yaitu: calcite
(CaCO3 – rhombohedral), aragonite (CaCO3 – orthorhombic), dan mineral dolomite (Ca-Mg
(CO3)2). Aragonite termasuk unstable minerals at surface temperature and pressure, sehingga
jarang kita jumpai. Dari hal tersebut munculah 2 komponen penyusun yang penting yaitu calcite
dan dolomite. Dari sini Boggs (1987) mengklasifikasi jika calcite nya >90% maka disebut
Limestone, dan jika dolomite nya yang >90% disebut Dolostone, jika kurang dari itu hanya
mensifati saja misal namanya menjadi Dolomitic limestone, dst.
 Klasifikasi Zigg
Zingg (1935) menggunakan nisbah b/a dan c/b (dimana a, b, dan c berturut-turut panjang, lebar,
dan tebal partikel) untuk mendefinisikan empat kategori bentuk. Kategori-kategori itu—oblate,
prolate, triaxial, dan equi-axial. Dimana klsafikasi ini membagi batuan sedimen berdasarkan
bentuk kebundarannya yaitu sebagai berikut :
1. Angular (menyudut) (0-0,15): sangat sedikit atau tidak ada jejak penghancuran; sudut dan sisi
partikel tajam; sudut sekunder (tonjolan minor dari profil partikel; bukan sudut antar-muka
partikel) banyak dan tajam.

2. Subangular (menyudut tanggung) (0,15-0,25): sedikit jejak penghancuran; sudut dan tepi
partikel hingga tingkat tertentu membundar; banyak terdapat sudut sekunder (10-20), meskipun
tidak sebanyak seperti pada partikel menyudut.
3. Subrounded (membulat tanggung) (0,25-0,40): jejak penghancuran cukup banyak; sudut dan
sisi partikel membundar; jumlah sudut sekunder relatif sedikit (5-10) dan umumnya membundar.
Luas permukaan partikel berkurang; sudut-dalam asli, meskipun membundar, masih terlihat
jelas.
4. Rounded (membundar) (0,40-0,60): Bidang-bidang asli hampir terhancurkan seluruhnya;
bidang yang relatif datar masih dapat ditemukan. Sisi dan sudut asli menjadi melengkung dan
membentuk kurva yang relatif besar; hanya sedikit ditemukan sudut sekunder (0-5). Pada
kebundaran 0,60, semua sudut sekunder hilang. Bentuk asli masih terlihat.
5. Well rounded (sangat bundar) (0,60-1,00): tidak ada permukaan, sudut, atau sisi asli;
semuanya membentuk lengkungan-lekungan besar; tidak ada bagian yang datar; tidak ada sudut
sekunder. Bentuk asli tidak terlihat lagi, amun dapat diperkirakan dari bentuknya yang sekarang.
 Software KUMMOD
Software/program KUMMOD digunakan sebagai langkah berikutnya dari analisis sampel.
KUMMOD adalah suatu program yang digunakan untuk kita mengetahui termasuk jenis sampel
apa dari suatu stasiun/titik pengambilan sampel itu, apakah termasuk lanau,pasir,ataupun
krikilan.
2.3. Pengenalan GPS
GPS (Global Positioning System) adalah sebuah sistem navigasi berbasiskan radio yang
menyediakan informasi koordinat posisi, kecepatan, dan waktu kepada pengguna diseluruh
dunia. Jasa penggunaan satelit GPS tidak dikenakan biaya. Pengguna hanya membutuhkan GPS
Receiver untuk dapat mengetahui koordinat lokasi. Keakuratan koordinat lokasi tergantung pada
tipe GPS receiver.

GPS yang digunakan pada saat pengambilan sampel dikapal
GPS terdiri dari tiga bagian yaitu satelit yang mengorbit bumi (Satelit GPS mengelilingi bumi 2x
sehari), stasiun pengendali dan pemantau di bumi, dan GPS receiver. Satelit GPS dikelola oleh

Amerika Serikat. Alat penerima GPS inilah yang dipakai oleh pengguna untuk melihat
koordinasi posisi. Selain itu GPS juga berfungsi untuk menentukan waktu.
Ada 2 sistim koordinat utama yang dipakai dalam penentuan posisi :
- Koordinat geografi
- Koordinat di atas bidang proyeksi
Hal-hal yang perlu dilakuakan agar kesalahan posisi akibat
salah setting receiver dapat dikurangi :
• Perlu tahu DATUM yang dipakai pada peta kerja
• Setting parameter Receiver sesuai dengan yang ada di peta
Hal-hal lain yang wajib dilaksanakan saat pengukuran di
lapangan :
• Setup harus selalu dicek saat aka ke lapangan maupun setelah
pergantian baterai dilakuakan.
• Hindari pengukuran dekat gedung transmisi tegangan tinggi,
stasiun pemancar besar ( TV, Radio)
• Pengoperasian alat tergantung Receivernya + Metoda yang
dipakai.

BAB III
METODOLOGI
3.1. Pengambilan Sampel
Dalam pengambilan sampel sedimen dalam praktikum ini kita berlayar menuju laut sekitar
kurang lebih 1 km dari pantai dengan penentuan 3 titik sampel, untuk praktikum ini adalah kita
menggunakan alat Grab Sampler, gambaran tentang alat ini sebagai berikut:

 Grab sampler berfungsi untuk mengambil sedimen permukaan yang ketebalannya
tergantung dari tinggi dan dalamnya grab masuk kedalam lapisan sedimen. Alat ini biasa
digunakan untuk mengambil sampel sedimen pada perairan dangkal. Berdasarkan ukuran
dan cara operasional, ada dua jenis grab sampler yaitu grab sampler berukuran kecil dan
besar.
 Grab sampler yang berukuran kecil dapat digunakan dan dioperasionalkan dengan
mudah, hanya dengan menggunakan boat kecil alat ini dapat diturunkan dan dinaikkan
dengan tangan. Pengambilan sampel sedimen dengan alat ini dapat dilakukan oleh satu
orang dengan cara menrunkannya secara perlahan dari atas boat agar supaya posisi grab
tetap berdiri sewaktu sampai pada permukaan dasar perairan. Pada saat penurunan alat,
arah dan kecepatan arus harus diperhitungkan supaya alat tetap konstant pada posisi titik
sampling.
 Grab Sampler yang berukuran besar memerlukan peralatan tambahan lainnya seperti
winch (kerekan) yang sudah terpasang pada boat/kapal survey berukuran besar. Alat ini
menggunakan satu atau dua rahang/jepitan untuk menyekop sedimen. Grab diturunkan
dengan posisi rahang/jepitan terbuka sampai mencapai dasar perairan dan sewaktu
diangkat keatas rahang ini tertutup dan sample sedimen akan terambil.
 Keuntungan pemakaian grab sampler adalah lokasi sampel dapat ditentukan dengan pasti,
prakiraan kedalam perairan dapat diketahui, sedangkan kerugiannya adalah kapal harus
berhenti sewaktu alat dioperasikan, sampel teraduk, dan beberapa fraksi sedimen yang
halus mungkin hilang.

Penurunan dan Penaikan Grab Sampler

3.2. Metode Ayakan
Analisa besar butir ini pada umumnya berdasarkan kepada teori – teori kecepatan endapan
partikel (settling velocity of particle), analisa ayakan dan beberapa teori lainnya. Teori kecepatan
perngendapan partikellebih cocok digunakan pada butir – butir batuan yang lebih halus,
sedangkan butir – butir batuan yang relative lebih halus, sedangkan butir – butir batuan yang
lebih kasar lebih cocok digunakan dengan teori ayakan. Teori ayakan ini mulai dipergunakan
pada tahun 1704 (Krumbein, 1932).

Analisa besar butir
Dalam analisa ayakan diperlukan butiran – butiran batuan sedimen yang benar – benar lepas,
sehingga batuan sedimen klastik yang telah mengalami kompaksi perlu diuraikan menjadio
butiran – butiran lepas . Dan penguraian batuan sedimen dapat diuraikan secara fisik dan
kimiawi. Dalam melakukan analisa besar butir khususnya analisa ayakan sebenarnya tidak
sederhana seperti dalam prakteknya.
Beberapa seri ayakan yang dapat digunakan dalam analisa besar butir diantaranya adalah ASTM
sieve series, Tyler sieve series dan IMM sieve series dan masing – masing mempunyai lubang
bukaan yang berbeda.

Metode ayakan dengan menggunakan sieve
Berikut merupakan table ASTM sieve series, Tyler sieve series, IMM sieve series :
ASTM sieve series
Mesh
5
8
10
16
20
25
30
35
40
45
50
60
70
80
90
100
120

Opening
2.540
1.574
1.270
0.792
0.635
0.508
0.421
0.416
0.317
0.254
0.211
0.180
0.157
0.139
0.127
0.107
0.084

Tyler sieve series

IMM sieve series

Dasar dari metode ayakan adalah bahwa butiran dibagi atas selang-selang kelas yang dibatasi
oleh besarnya lubang ayakan. Penyebaran kumulatif dari besar butir dalam hal ini adalah yang
lebih kasar yang tersangkut. Set dari ayakan ini banyak yang dipergukan dalam teknik dan ada
beberapa macam skala besar butir yangsering dipergunakan dalam analisa ukuran besar butir,
anata lain:
 Skala besar butir “Udden dan Wentworth”
 Skala besar butir “Attenberg”
 Skala besar butir “Enginering”
Dalam analisa besar ukuran butir, macam sklala besar butir yanga akan dipergunakan dapat
dipilih salah satunya dari skala besar butir yang tersebut di atas. Selain skala-skala tersebut di
atas, juga disajikan skala besar butir LBPN-LIPI. Skala besar butir yang sering digunakan adalah
skala besar butir berbentuk logaritma yang merupakan deretan angka-angka hasil minus
logaritma dan disebut dengan skala ‘phi’.
σ (phi) = -2 log d : dimana d adalah diameter menurut skala Wentworth (Krumbein, 1934).
Hal ini disebabkan karena lebih mudah dalam perhitungan dan data yang diperoleh dapat di plot
ke dalam kertas semi log atau kertas probabilitas atau kertas lainnya.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan praktikum lapangan mata kuliah sedimentologi laut ini berlangsung selama 2
hari yaitu 31 Mei-1 Juni 2009 bertempat di Kota Cirebon, Jawa Barat. Lokasi pertama tujuan
praktikum dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan Cirebon, Jawa

Barat. Pengambilan sampel di lakukan dari pukul 13.00-15.00. Setelah itu lokasi selanjutnya
pelaksanaan praktikum lapangan dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Laut
(P3GL) Jl. Kalijaga 101 Cirebon, Jawa Barat. Ditempat itu mahasiswa mendapatkan pengarahan
tentang cara pengolahan serta analisis sampel dan pengolahannya dengan menggunakan software
KUMMOD. Kemudian pada tanggal 1 Juni 2009 dari pukul 11.00-14.00 bertempat di tempat
yang sama (P3GL), mahasiswa mendapatkan pengarahan tentang penggunaan Global Positioning
System (GPS) dan kemudian melaksanakan remind test.
4.2. Metode Ayakan
Dalam analisa besar butir kita akan menggunakan metode ayakan dengan tahapan pengerjaan
sebagai berikut :
 Pertama sampel kita masukan kedalam oven selama 1 – 2 hari dengan suhu 100 – 110 ͣC

Sampel dimasukan kedalam oven
 Setelah sampel mengalami pengeringan kita ambil sampel lalu kita timbang seberat 100
gram

Sampel yang sudah kering ditimbang
 Setelah kita timbang sampel diberi air dengan saringan pan dengan ukuran 4 Ø < dan 4 Ø
>

Disaring dalam pan saringan
 Masukan sisa air saringan kedalam baskom lalu diamkan supaya mengendap hingga
jernih airnya selama 1 hari, setelah itu sampel dikeringkan kembali kedalam oven.

Sampel diendapkan selama 24 jam
 Setelah sampel kering kita gunakan saringan pan dengan 7 tingkat kerapatan saringan

 Lalu gunakan sieve shaker selama 15 menit

 Masukan sampel dari pan saringan 1 – 6 kedalam baskom

 Setelah itu ambil sampel ayakan, ayakan dalam pan saringan terakhir kita saring lagi
dengan pan saringan yang lebih rapat 7 tingkat pula lebih rapat dari pan saringan yang
pertama
 Setelah itu gunakan sieve shaker kembali selama 15 menit

 Lalu ambil sampel yang sudah kita shake masukan kedalam baskom, jadi jumlah sampel
ada 14 baskom lalu masukan kedalam plastic sampel lalu kita beri label

 Lalu kita timbang kembali

 Hasilnya kita tulis di form yang sudah tersediauntuk mengindentifikasi besaran butir
tersebut.
4.3. Metode Analisa Pipet
Dalam metode analisa pipet ini kita menggunakan pipet dalam pengindentifikasian besar butir
dalam penggunaan metode ini biasanya untuk sampel butir yang lebih halus, berikut merupakan
tahapan metode pipet :

 Pertama kita endapkan sampel dalam beaker glass 1000 ml
 Setelah itu kita keringkan dalam oven

Oven pengeringan
 Lalu kita timbang beratnya berapa dalam 1000 ml itu (ex. 20 gram)
 Setelah itu kita masukan kedalam tabung ukur 1000 ml terus kita homogenkan dengan
mengaduknya dalam temperature 30 – 32 ͣC
 Lalu sampel kita kurangi dan masukan kedalam beaker glass setelah itu kita timbang
sampai 4 desimal
 Setelah itu kita tambahkan dalam sampel tersebut natrium oksalat (1,36 gram / 1 liter)
dan natrium benzoate (1,06 gram / 500 ml) yang tujuannya agar menghilangkan buih
untuk memudahkan dalam pengukurannya
 Lalu kita mulai melakukan analisa pipet, sediakan 5 gelas tabung 50 ml

Analisa pipet

 Perlakukan sampel sesuai dengan standard jumlah sampel dan parameter waktu
 Kocok gelas tabung dengan gagang untuk mengocok diamkan hingga 20 detik lalu ambil
dengan pipet 1 (tabung gelas 1)

Alat pengaduk
 Lalu kocok gelas tabung dengan gagang untuk mengocok satu kali lalu diamkan selama
19 detik lalu ambil dengan pipet 2 (tabung gelas 2)

Perlakuan pipet
 Lalu kocok gelas tabung dengan gagang untuk mengocok lima kali lalu diamkan selama
16 detik lalu ambil dengan pipet 3 (tabung gelas 3)

Table waktu perlakuan

 Lalu kocok gelas tabung dengan gagang untuk mengocok dua kali lalu diamkan selama
15 detik lalu ambil dengan pipet 4 (tabung gelas 4)
 Lalu kocok gelas tabung dengan gagang untuk mengocok dua kali lalu diamkan selama
24 menit lalu ambil dengan pipet 5 (tabung gelas 5)
 Lalu pisahkan air dengan endapan sedimen
 Setelah itu masukan endapan sedimen kedalam beaker glass
 Masukan kedalam oven untuk proses pengeringan
 Lalu timbang beratnya
 Setelah itu kita compare dengan data form ukuran besar butir
 Lalu catat hasilnya dalam form yang disediakan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum diatas adalah dalam pelaksanaan praktikum dilaksanakan di pantai
pelabuhan kejawan dan kita analisa di laboratorium P3GL Cirebon, analisa besar butir dalam
praktikum ini kita bagi menjadi dua sesi yaitu pertama sesi pengambilan sampel dilapangan dan
yang kedua kita analisa sampel di laboratorium.

Dalam pengambilan sampel kita menggunakan alat Grab sampel dengan tiga titik pengambilan
sampel dengan menggunakan GPS, kita menggunakan dua metode yaitu metode ayakan dan
analisa pipet, dalam pengerjaannya metode ayakan pada dasarnya menganalisa besar butir yang
tidak terlalu halus dibandingkan dengan metode analisa pipet metode ini digunakan untuk
mengindentifikasi besar butir yang lebih halus.

5.2 Saran

P3GL sebagai salah satu instansi yang meneliti tentang sedimen suatu perairan butuh lebih
banyak sumber daya baik SDM maupun fasilitas yang diperbanyak. Begitu luas laut kita
sehingga dibutuhkan kesadaran bersama-sama bahwa besar pula tanggung jawab kita untuk
mengetahui, mempelajari dan melindungi laut kita dengan cara-cara yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://agusnurul.blogspot.com/2009/04/tugas-mata-kuliah-sedimentology.html
http://alfonsussimalango.blogspot.com/2010/04/sedimentologi-part-2.html
http://k-o-n-inews.blogspot.com/2010/04/praktikum-mata-kuliah-sedimentologi.html
http://spaceboyz-aidysz.blogspot.com/2009/10/sedimen-dasar-laut.html
http://disfaslanal.wordpress.com/
Panduan Praktikum Mata Kuliah Sedimentologi; Analisa Besar Butir. Noor Cahyo,. Yuniarti :
Universitas Padjadjaran 2010.