PKM GT Universitas Sebelas Maret

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
KOFIBAJA ( KOMIK DAN FILM BAHASA JAWA ) UNTUK
MELESTARIKAN BUDAYA BERBAHASA JAWA
BIDANG KEGIATAN
PKM-GAGASAN TERTULIS
Diusulkan Oleh :
ULFAH FARIDAH (M3113143 / Angkatan 2013)
GALIH AGUNG PRABAWA (M3114069 / Angkatan 2014)
RIZKA LISTYANA RATNA DEWI (D1514093 / Angkatan 2014)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

 

ii 
 

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan usulan program
kreativitas mahasiswa dengan judul KoFiBaJa (Komik dan Film Bahasa Jawa)
Untuk Melestarikan Budaya Berbahasa Jawa bidang kegiatan PKM-Gagasan
Tertulis. Dan juga kami berterima kasih kepada beberapa pihak, di antaranya :
1. Bapak Drs. Dwi Tiyanto, S.U. selaku Wakil Rektor Bidang
Kemahasiswaan Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Drs. Y.S. Palgunadi, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Fakultas MIPA UNS
3. Bapak Ovide Decroly Wisnu Ardhi selaku Dosen pengampu mata kuliah
Metodologi Penelitian.
4. Bapak Nanang Maulana S.Si selaku Dosen Pembimbing.
5. Bapak, Ibu dan segenap keluarga penulis yang senantiasa mendukung dan
mendoakan.
6. Segenap keluarga besar mahasiswa universitas Sebelas Maret Surakarta
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu.
Kami sangat berharap usulan program kreativitas mahasiswa ini dapat
bermanfaat bagi kita semua kususnya baagi budaya berbahasa Jawa. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam proposal ini terdapat kekurangankekurangan yang jauh dari apa yang diharapkan, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Surakarta, 19 Maret 2015
Penulis

iii 
 

DAFTAR ISI

 
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................... i 

HALAMAN PENGESAHAN  ............................................ Error! Bookmark not defined. 
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii 
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iv 
RINGKASAN ....................................................................................................................... v 
BAB I .................................................................................................................................... 1 
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1 
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1 
1.2 Tujuan dan Manfaat .................................................................................................... 2 
BAB II .................................................................................................................................. 3 

GAGASAN ........................................................................................................................... 3 
2.1 Sejarah Bahasa Jawa ................................................................................................... 3 
2.2 Unggah - Ungguh Basa Jawa ...................................................................................... 4 
2.3 Faktor Penyebab Memudarnya Bahasa Jawa .............................................................. 7 
2.4 Upaya Pelestarian Bahasa Jawa ................................................................................. 9 
KESIMPULAN .................................................................................................................. 12 
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13 
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................... Error! Bookmark not defined. 
SURAT PERNYATAAN ...................................................... Error! Bookmark not defined. 
 

iv 
 

RINGKASAN
 

Bahasa Jawa adalah budaya daerah Jawa yang menggambarkan perilaku
serta tutur kata yang sopan. Saat ini kemampuan generasi muda terhadap pemakaian
bahasa Jawa terutama ragam krama dan krama inggil dicurigai sangat menurun.

Generasi muda dipandang sebagai biang keladi merosotnya mutu pemakaian bahasa
Jawa terutama pemakaian berbagai ragam yang dikenal dengan unggah-ungguh
‘tingkat tutur’ itu.
Padahal, belum tentu penyebab kemerosotan ini mutlak dipengaruhi oleh
perilaku generasi muda, tetapi juga dapat diduga bahwa generasi sebelumnya (tua)
ikut andil dalam kasus ini. Jika dibiarkan, kemerosotan pemakaian bahasa dapat
berujung pada kepunahan Bahasa, padahal banyak orang asing yang justru
mempelajari Bahasa Jawa dinegaranya. Kita tidak akan rela jika Bahasa dalam
budaya kita diambil dan dijadikan budaya oleh orang lain, tetapi Saat ini para kaum
muda di Pulau Jawa, khususnya yang masih di usia sekolah, sebagian besar tidak
menguasai bahasa Jawa. Hal ini bisa disebabkan oleh gencarnya serbuan beragam
budaya asing dan arus informasi yang masuk melalui bermacam sarana seperti
televisi dan lain-lain.
Maka dari itu untuk mengatasi kemrosotan yang lebih dan lebih mrosot dari
generasi ke genarasi kita dapat melakukan bimbingan dan pelajaran kepada para
generasi muda dan juga anak-anak usia dini dengan menggunakan media baca komik
dan menonton film yang berbahasa jawa, karena anak-anak jaman sekarang lebih
suka membaca komik dan menonton tv dibandingan belajar dari membaca bukubuku kusus. Komik dan film berbahasa jawa dapat dijadikan sebagai kisah-kisah
teladan dan juga dapat menggambarkan bahwa Bahasa jawa adalah budaya yang
harus tetap dijaga dan dilestarikan.



 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini kemampuan generasi muda terhadap pemakaian bahasa Jawa terutama
ragam krama dan krama inggil dicurigai sangat menurun. Generasi muda dipandang
sebagai biang keladi merosotnya mutu pemakaian bahasa Jawa terutama pemakaian
berbagai ragam yang dikenal dengan unggah-ungguh ‘tingkat tutur’ itu. Padahal,
belum tentu penyebab kemerosotan ini mutlak dipengaruhi oleh perilaku generasi
muda, tetapi juga dapat diduga bahwa generasi sebelumnya (tua) ikut andil dalam
kasus ini. Jika dibiarkan, kemerosotan pemakaian bahasa dapat berujung pada
kepunahan Bahasa, padahal banyak orang asing yang justru mempelajari Bahasa kita
dinegaranya.
Bahasa Jawa yang dulu merupakan bahasa yang besar, dengan bertambahnya
waktu, penggunaannya semakin berkurang. Saat ini para kaum muda di Pulau Jawa,
khususnya yang masih di usia sekolah, sebagian besar tidak menguasai bahasa Jawa.
Hal ini bisa disebabkan oleh gencarnya serbuan beragam budaya asing dan arus

informasi yang masuk melalui bermacam sarana seperti televisi dan lain-lain.
Pemakaian bahasa gaul, bahasa asing, dan bahasa seenaknya sendiri (campuran
Jawa-Indonesia Inggris) juga ikut memperparah kondisi bahasa Jawa yang semakin
lama semakin surut. Betapa tidak, saat ini murid tingkat sekolah dasar hingga
sekolah menengah yang mendapatkan pelajaran bahasa Jawa sebagian besar dari
bangku sekolah. Sementara pelajaran bahasa Jawa yang dulunya merupakan
pelajaran wajib sekarang hendak (bahkan sudah mulai) dihilangkan dari daftar
matapelajaran sekolah. Meskipun ada, jam mata-pelajarannya juga sangat sedikit,
hanya 2 X 45 menit dalam seminggu, sedangkan penggunaan bahasa Jawa di
lingkungan rumah pun tidak lagi seketat seperti di masa-masa dulu. Orang tua tidak
lagi membiasakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari untuk berkomunikasi di
keluarga. Sebagian besar malah mengajarkan bahasa Indonesia atau bahasa asing
kepada anak-anak mereka. Bahasa Jawa, apalagi bahasa Krama Inggil pun semakin
terabaikan.


 

Kondisi tersebut juga kian diperparah dengan adanya pandangan generasi muda
terhadap bahasa Jawa. Mereka menganggap bahasa Jawa adalah bahasa orang-orang

desa, orang udik, orang-orang pinggiran, atau orang-orang zaman dulu. Mereka
mengaku malu dan gengsi menggunakan bahasa Jawa dan memilih menggunakan
bahasa Indonesia atau bahasa gaul. Banyak pemuda Jawa yang tidak dapat berbicara
menggunakan bahasa Jawa, namun mengerti jika diajak berbicara menggunakan
bahasa Jawa. Ini disebabkan sejak kecil mereka telah dibiasakan berbicara bahasa
Indonesia oleh keluarganya.
Lunturnya bahasa Jawa membuat kualitas budi pekerti dan tata krama para
pemuda di Jawa semakin menurun. Karena cenderung tidak bisa berbahasa Jawa
halus mereka lebih memilih berbahasa Indonesia yang dianggap lebih mudah. Oleh
karena itu, pendidikan berbahasa Jawa yang baik dan benar perlu ditanamkan sejak
dini supaya bahasa Jawa tetap terjaga kelestariannya dan karakteristik mayarakat
suku Jawa yang dikenal berbudi luhur dan memiliki tata krama yang baik tetap
terjaga. Tulisan ini berusaha mendeskripsikan bentuk penggunaan bahasa Jawa,
faktor penyebab semakin memudarnya penggunaan bahasa Jawa, serta solusi untuk
menyebarluaskan bahasa Jawa dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya
Indonesia.
Oleh karena itu dengan menggunakan komik dan film dengan berbahasa jawa
dapat memberikan dorongan untuk anak Indonesia dalam ketertarikan dan
pemahamannya kepada Bahasa jawa.
1.2 Tujuan dan Manfaat

1. Terjaganya Budaya Bahasa Jawa di Indonesia kususnya daerah Jawa
2. Generasi Muda dapat memahami serta mempraktekkan Bahasa Jawa
3. Terciptanya ketrampilan akan budaya Jawa yaitu berbahasa jawa
4. Memajukan mutu bangsa dengan perilaku yang sopan dengan berbahasa
Jawa yang baik dan benar


 

BAB II
GAGASAN
 

2.1 Sejarah Bahasa Jawa
Bahasa Jawa merupakan bahasa pertama penduduk Jawa yang tinggal di
Propinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Banten,
Lampung, sekitar Medan, daerah-daerah transmigrasi di Indonesia, di antaranya,
sebagian Provinsi Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, dan beberapa tempat di luar
negeri, yaitu Suriname, Belanda, New Caledonia, dan Pantai Barat Johor. Jumlah
penutumya sekarang 75,5 juta. Di dunia terdapat 6.703 bahasa. Bahasa Jawa

menempati urutan ke-11 dalam hal jumlah penutur terbanyak.
Bahasa Jawa secara diakronis berkembang dari bahasa Jawa Kuno. Bahasa Jawa
Kuno berkembang dari bahasa Jawa Kuno Purba. Bahasa Jawa atau disebut bahasa
Jawa Baru/Modern dipakai oleh masyarakat Jawa sejak sekitar abad 16 sampai
sekarang. Berkembangnya bahasa Jawa Baru bersamaan dengan beralihnya
kebudayaan Hindu-Budha-Jawa ke kebudayaan Islam-Jawa. Bahasa Jawa Baru,
yang banyak mendapat pengaruh kosakata bahasa Arab, dipakai sebagai wahana
baik lisan maupun tertulis dalam suasana kebudayaan Islam-Jawa.
Penduduk Jawa yang berpindah ke Malaysia turut membawa bahasa dan
kebudayaan Jawa ke Malaysia, sehingga terdapat kawasan pemukiman mereka yang
dikenal dengan nama kampung Jawa, padang Jawa. Di samping itu, masyarakat
pengguna Bahasa Jawa juga tersebar di berbagai wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kawasan-kawasan luar Jawa yang didominasi etnis Jawa atau dalam
persentase yang cukup signifikan adalah : Lampung (61%), Bengkulu (25%),
Sumatra Utara (antara 15%-25%). Khusus masyarakat Jawa di Sumatra Utara ini,
mereka merupakan keturunan para kuli kontrak yang dipekerjakan di berbagai
wilayah perkebunan tembakau, khususnya di wilayah Deli sehingga kerap disebut
sebagai Jawa Deli atau Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera). Sedangkan
masyarakat Jawa di daerah lain disebarkan melalui program transmigrasi yang
diselenggarakan semenjak jaman penjajahan Belanda. Selain di kawasan Nusantara

ataupun Malaysia. Masyarakat Jawa juga ditemukan dalam jumlah besar di
Suriname, yang mencapai 15% dari penduduk secara keseluruhan, kemudian di

 

Kaledonia Baru bahkan sampai kawasan Aruba dan Curacao serta Belanda.
Sebagian kecil bahkan menyebar ke wilayah Guyana Perancis dan Venezuela.
Dialek-Dialek Bahasa Jawa Bahasa Jawa pada dasarnya terbagi atas dua
klasifikasi dialek, yakni :


Dialek daerah, dan



Dialek social.

Karena bahasa ini terbentuk dari gradasi-gradasi yang sangat berbeda dengan
Bahasa Indonesia maupun Melayu, meskipun tergolong rumpun Austronesia.
Sedangkan dialek daerah ini didasarkan pada wilayah, karakter dan budaya

setempat. Perbedaan antara dialek satu dengan dialek lainnya bisa antara 0-70%.
Untuk klasifikasi berdasarkan dialek daerah, pengelompokannya mengacu kepada
pendapat E.M. Uhlenbeck, 1964, di dalam bukunya : "A Critical Survey of Studies
on the Languages of Java and Madura", The Hague: Martinus Nijhoff[1].

2.2 Unggah - Ungguh Basa Jawa
 

Bahasa Jawa secara global terbagi menjadi dua yaitu Basa Ngoko dan Basa
Krama. Sedangkan untuk Basa Ngoko terdiri dari Basa Ngoko Lugu dan Basa
Ngoko Alus, begitu juga dengan Basa Krama juga terbagi menjadi dua yaitu Basa
Krama Lugu dan Basa Krama Alus.
a. Basa Ngoko Lugu
1.

Anak-anak dengan temannya
Galang : “Fan, kowe wis mangan apa durung?” (Fan, kamu udah
makan belum?)
Alfan : “Durung, apa kowe wis ngelih?” (Belum, apa kamu sudah
lapar?)
Ngoko

Krama Alus

Krama Inggil

Wis

Sampun

Sampun

Mangan

Dhahar

Nedha / Nedhi

Durung

Dereng

Dereng

2. Orang tua kepada anak atau orang yang lebih muda
Bu Lita: “ Iya Lang, Fan, aja lali yen kowe wis bar sinau bareng

 

mengko kudu turu awan ben bengine bisa sinau maneh!” (Iya
Lang, Fan, jangan lupa kalau kalian selesai belajar nanti harus
tidur siang supaya malamnya bias belajar lagi!)
b. Basa Ngoko Alus
Digunakan untuk orang yang sama tuanya tetapi masih saling
menghormati satu sama lain. Umpamanya sesama Guru, Bapak /Ibu
dengan sesama Bapak /Ibu. Basa Ngoko Alus juga digunakan untuk anak
muda kepada orang yang lebih tua namun pangkatnya dibawah anak muda
tersebut dan juga digunakan oleh orang tua kepada orang yang lebih muda
tetapi masih menghormati.
Contoh:
Putri : “Wis jam papat kok Pak Toto durung rawuh ya Tur?”
(Sudah jam empat kok Pak Toto belum datang ya Tur?)
Turi

: “Iya ya kamangka ngendikane wingi kae jam setengah papat para

siswa kudu wis kumpul.” (Iya ya padahal katanya kemarin itu jam
setengah empat para siswa sudah harus berkumpul”
Heri

: “Ora usah diparani mengko tindak Pak Toto kesandung-sandung”

(Tidak usah disambangi nanti jalannya Pak Toto tersandung-sandung)
Ngoko

Krama Alus

Krama Inggil

Durung

Dereng

Dereng

Teka

Dugi

Rawuh

Ngomonge

Mature

Ngendikane

Papat

Sekawan

Sekawan

Mengko

Mangke

Mengkin

Mlaku

Tindak

Melampah

Wis

Sampun

Sampun

Numpak

Nitih

Nitih

c. Basa Krama Lugu
Biasanya digunakan oleh orang yang baru saja bertemu untuk
menghormati orang yang diajak bicara walaupun lawan bicaranya lebih

 

muda. Cirinya adalah bahasa yang digunakan bahasa krama campur
dengan bahasa ngoko.
Contoh:
Yanti

: “pak , sampean badhe kesah dhateng pundi?” (Mas, kamu

mau pergi kemana?)
Parjo

: “Kula badhe dhateng Pekalongan.” (Aku mau ke

Pekalongan)
Yanti

: “Sami, kula inggih badhe teng Pekalongan trus teng Batang.

Mangke saking terminal Pekalongan numpak napa malih nggih?” (Sama,
aku juga mau pergi ke Pekalongan trus ke Batang. Nanti dari terminal
Pekalongan naik apa lagi ya?)
Parjo : “Yen sampean badhe teng Batang mangke numpak bus alit jurusan
Batang.”

(Kalau kamu mau ke Batang nanti naik bus kecil jurusan

Batang)
Yanti

: “Griya sampean niku pundi ta Pak?” (Rumah kamu itu

dimana sih Pak?)
Parjo : “Griya kula Kandangserang.” (Rumahku di Kandangserang)
Ngoko

Krama Alus

Krama Inggil

Aku

Kula

Kulo

Arep

Badhe

Badhe

Datheng

Datheng

Cilik

Alit

Alit

Kowe

Sampean

Panjenengan

Omah

Griyo

Griya

Endi

Pundhi

Pundhi

Numpak

Nitih

Nitih

Reng

/

Mareng

d. Basa Krama Alus
Digunakan oleh anak ketika berbicara dengan orang tuanya, siswa

 

yang berbicara dengan Gurunya dan dengan siapa saja yang dihormati
sekali (umpamanya Para Pejabat).
Contoh:
Gigih

: “Bu Evi badhe tindak dhateng pundi?.” (Bu Evi mau pergi

kemana?)
Evi

: “O...Gigih ta?Iki Gih, Bu Asih arep tindak menyang Purbalingga.”

(O...Gigih ya?Ini Gih, Bu Asih mau pergi ke Purbalingga)
Gigih
Evi

: “Badhe nitih bis menapa, Bu?.” (Mau naik bis apa, Bu?)
: “Ibu arep nitih bis patas muncul ben cepet tur ora panas. Lha koe

arep menyang ngendi?” (Ibu arep numpak bis patas muncul biar cepat
dan tidak panas. Lha kamu mau pergi kemana?)
Gigih : “Kula nengga Andi, Tuti kaliyan Yuli, badhe tumbas pirantos
piknik.” (Aku nunggu Andi, Tuti sama Yuli, mau beli peralatan piknik)
Ngoko

Kromo Alus

Kromo Inggil

Arep

Badhe

Badhe

Ngendi

Pundhi

Pundi

Apa

Nopo

Menopo

Numpak

Nitih

Nitih

Ngenteni

Nengga

Nengga

Tuku

Tumbas

Tumbas

Karo

Kaleh

Kaliyan

Piranti

Pirantos

Pirantos

2.3 Faktor Penyebab Memudarnya Bahasa Jawa
Globalisasi menuntut seseorang terutama kalangan pemuda untuk mampu
menggunakan bahasa yang global dan mendunia sehingga dapat berperan aktif
menuju modernisasi. Misalnya saja penggunaan bahasa Inggris di daerah kota dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat mempengaruhi kedudukan bahasa Jawa yang
rasanya semakin terabaikan.


 

Memudarnya bahasa Jawa di Jawa tentunya memiliki berbagai alasan yang
sangat nyata.Berikut beberapa faktor yang menjadi penyebab pendangkalan bahasa
Jawa di kalangan pemuda.
1. Faktor diri sendiri
Pemuda maupun remaja cenderung merasa malu menggunakan
bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari dengan alasan bahasa Jawa
merupakan bahasa yang sudah ketinggalan jaman, tidak gaul, sulit, tidak tahu
artinya dan juga membingungkan. Sebenarnya perasaan malu ini dipengaruhi
juga oleh per-gaulan teman-teman yang juga malu menggunakan bahasa
Jawa.
2. Faktor keluarga
Orang tua juga berperan dalam perkembangan bahasa Jawa. Orang
tualah yang akan melestarikan budaya ini ke anak-anaknya, sehingga anakanak akan menerapkannya saat berbicara terutama kepada orang yang lebih
tua. Namun sebaliknya, orang tua malah mendidik anaknya dengan
menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa Inggris dalam kehidupan
sehari-hari. Tidak jarang orang tua menggunakan bahasa Indonesia untuk
berkomunikasi dengan anaknya tetapi tetap menggunakan bahasa Jawa
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Jika semua orang tua melakukan hal seperti itu, maka dengan waktu
yang singkat budaya bahasa Jawa di Jawa akan memudar, musnah dan
tenggelam. Tidak ada lagi generasi yang dapat meneruskan bahasa Jawa ini,
karena generasi muda tentu akan menjadi orang tua dan jika mereka kurang
mengetahui bahasa Jawa tidak mungkin dapat mengajari generasi berikutnya
dengan baik pula.
3. Faktor sekolah
Alokasi jumlah jam matapelajaran bahasa Jawa baik di SD, SLTP dan
SMA hanya dua jam. Padahal materi muatan bahasa Jawa sama seperti
muatan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bahkan saat ini ada beberapa
sekolah yang tidak mengajarkan pendidikan bahasa Jawa di sekolahnya. Hal
ini semakin diperkuat dengan banyaknya sekolah terutama sekolah swasta
yang khawatir pembelajaran bahasa Jawa dapat membuat siswa terbebani.
Program Hari Berbahasa Jawa yang digagas Dinas Pendidikan (Dispendik)

 

Kota Surabaya direspons kalangan sekolah swasta. Mereka berkeberatan
apabila penggunaan bahasa lokal itu justru menghambat proses komunikasi
kegiatan belajar mengajar. Muncul kekhawatiran, pencanangan hari
berbahasa Jawa bisa membuat siswa semakin terbebani program
4. Faktor Pemerintah
Pemerintah daerah tidak begitu memperhatikan kegiatan yang mengarah
pada pelestarian bahasa Jawa. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah tidak
mendirikan lembaga/kursus bahasa Jawa, kurangnya pengangkatan guru
pendidikan bahasa Jawa juga dapat menyebabkan pendangkalan bahasa
Jawa.
5. Faktor lingkungan / masyarakat
Kesadaran masyarakat sendiri akan budayanya sangat kurang.
Masyarakat cenderung lebih mencoba mengikuti kebudayaan baru yang
lebih ngetrend agar tidak dibilang kuno maupun primitif. Pelahan lahan
budaya berbahasa Jawa ditinggalkan. Jika hal ini terjadi terus menerus maka
tidak dapat dipungkiri lagi bahasa Jawa akan hilang di pulau Jawa sendiri.
6. Arus globalisasi
Anak-anak sekarang lebih akrab dan senang melihat kartun di televisi
seperti Doraemon, Dragon Ball, Teletubbies, Spongbob, Dora, dan
sebagainya. Tidak terasa anak-anak ini semakin jauh dari kebudayaannya,
yakni Budaya Jawa. Mereka setiap hari dicekoki oleh kebudayaan asing yang
sebenarnya tidak cocok dengan awal kehidupan anak tersebut. Apalagi filmfilm yang beraneka macam, yang penuh kekerasan menjadi hal yang rutin
bagi tontonan anak-anak. Kepribadian mereka perlahan-lahan akan
dipengaruhi oleh kebudayaan asal film yang ditontonnya. Hal ini juga
disebabkan oleh pengaruh zaman yang semakin modern dan juga mondial.

2.4 Upaya Pelestarian Bahasa Jawa

Upaya pelestarian Bahasa Jawa kiranya tidak cukup jika hanya melalui

pembelajaran di sekolah. Kita tahu bahwa hampir sebagian besar masyarakat Jawa
Tengah menggunakan Bahasa Jawa dalam kegiatan non-formal sehari-hari, baik
dalam keluarga, dengan tetangga, maupun dalam situasi-situasi formal yang
mengharuskan orang berbahasa Jawa. Dalam situasi-situasi formal itu misalnya

 

dalam rapat-rapat kampong, pidato dalam acara-acara formal, komunikasi di kantorkantor desa dan sebagainya.
Dalam situasi-situasi formal inilah hendaknya kita lebih menggiatkan
pemakaian Bahasa Jawa tidak menjadi asing di rumah kita sendiri, khususnya bagi
generasi muda. Karena memang generasi muda Etnis Jawa saat ini telah banyak yang
tidak bisa berbahasa Jawa terutama Bahasa Jawa ragam krama. Padahal ini penting
kaitannya dengan unggah-ungguh (tingkat tutur) dalam kehidupan masyarakat.
Unggah-ungguh ini bisa secara otomatis tertanam dalam jiwa orang manakala ia
memahami unggah-ungguh dalam berbahasa.
Dalam kegiatan non-formal lain, misalnya pemakaian Bahasa Jawa dalam
kesenian, khususnya sastra, juga tak kalah pentingnya. Saat ini karya Sastra Jawa
sangat sedikiritan, cerpen, novel, drama. Yang masih sering muncul adalah dalam
bentuk tembang campursari. Tapi ini pun tampaknya telah mulai meredup. Dalam
kenyataan yang lain, anak-anak sekarang lebih suka membaca karya sastra
berbahasa Indonesia, terutama komik terjemahan dari Jepang. Orangtua banyak
yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak sempat lagi mendongeng untuk
anak-anaknya.Dalam kegiatan non-formal yang lain, agar Bahasa Jawa tetap lestari,
bahasa ini sebaiknya juga digunakan oleh para orangtua. Orangtua Jawa juga dinilai
tidak mampu memberikan teladan bagi generasi muda. Orang asing justru lebih
paham soal Bahasa Jawa dibandingkan dengan orang Jawa sendiri. Bahasa Jawa kini
bukan hanya milik orang Jawa, melainkan juga milik semua orang yang tertarik
untuk mempelajari Bahasa Jawa.
Adapun cara atau langkah untuk tetap melestarikan bahasa Jawa supaya
tidak hilang menurut Rahardjo (2001) adalah:
1. Menanamkan sejak dini bahasa dan kebudayaan Jawa kepada anak-anak.
Supaya mereka tidak menganggap bahasa Jawa adalah bahasa yang
kuno, dan supaya mereka terbiasa menggunakan bahasa Jawa.
2. Membiasakan diri menggunakan bahasa Jawa, di dalam kehidupan
sehari-hari dalam berbicara dibiasakan menggunakan bahasa Jawa yang
benar, baik dari segi bahasanya maupun unggah-ungguhnya. Supaya
dapat ditiru oleh anak-anak, jadi bahasa Jawa akan tetep lestari dengan
baik.
10 
 

3. Menambahkan jam untuk mata pelajaran Bahasa Jawa di lingkungan
sekolah. Karena pada era saat ini banyak sekolah – sekolah yang hanya
memakai 2 jam per minggunya untuk mata pelajaran Bahasa Jawa. Untuk
waktu yang sangat minim itu tentunya siswa akan mengalami kesulitan
untuk dapat mengenal atau memahami Bahasa Jawa. Bahkan saat ini
untuk Sekolah Menengah Pertama dan
4. Mengajarkan bahasa Jawa, yaitu mengajarkan bahasa Jawa baik secara
formal (sekolah) maupun informal(masyarakat). Secara formal bahasa
Jawa dan kebudayaan Jawa diajarkan di sekolah-sekolah di dalam
pembelajaran, sehingga anak didik mengenal dan mengetahui bahasa dan
kebudayaan Jawa dengan baik. Secara informal bahasa Jawa bisa
diajarkan kepada anak-anak di lingkungan keluarga atau masyarakat,
mereka akan belajar secara langsung mengenai kebudayaan Jawa yang
ada di masyarakat, sebagai bentuk praktik dari teori yang ada di sekolah
tadi
Melestarikan Budaya Bahasa Jawa dengan menggunakan media Komik dan Film
Pada kalangan pemuda maupun anak-anak banyak diantara mereka suka
bahkan hobi membaca komik dan juga menonton film seperti film kartun, tapi komik
dan film yang mereka tonton kebanyakan berkisah cinta dan berbahasa indonesi
bahakan Bahasa luar Indonesia yang tidak mengajarkan perilaku dan tutur kata yang
sopan. Padahal dinegara kita sendiri kita dapat membuat komik dan film yang
menarik yang menggunakan Bahasa Jawa sebagai sarana pembelajaran dan
sekaligus hiburan, jadi para pembaca baik orang tua, pemuda ataupun anak-anak
akan lebih asik dan dapat lebih mengenal Bahasa Jawa dengan mudah dan tidak
mengeluh Karena harus belajar dengan buku-buku yang membosankan.
Dengan membuat Komik dan Film berbahasa Jawa dapat meningkatkan mutu akan
pemahaman anak Indonesia terutama dipulau Jawa akan budaya Berbahasa Jawa.

11 
 

KESIMPULAN
 

Bahasa Jawa adalah Bahasa yang perlu dijaga dan dilestarikan agar tidak
pudar dan tidak diambil oleh Negara lain untuk dijadikan sebagai budayanya, Kita
semua sebagai pelestari budaya kususnya rakyat Jawa yang memahami akan
manfaat berbahasa Jawa harus lebih andil dalam melestarikannya. Permasalahan
yang dihadapi adalah pemuda dan anak-anak jaman sekarang yang tidak
mempelajari budaya Bahasa begara sendiri tetapi mempelajari buadaya Bahasa
asing, dan anak-anak juga para generasi muda yang lebih suka membaca komik dan
menonton film yang tidak ada manfaatnya malah justru menjurus kepada kejelekan.
Oleh karena itu dengan membuat komik dan film berbahasa Jawa dan cerita
yang mengajarkan perilaku yang baik seperti perlaku orang-orang jawa terdahulu
dapat meningkatkan mutu generasi muda dan anak-anak jaman sekarang akan
kesadaran untuk memahami dan melestarikan budaya Negara Indonesia yaitu
budaya Berbahasa Jawa.
Dengan membaca komik atau menonton tv berbahasa Jawa akan lebih memudahkan
para pembaca dan para penonton untuk memahami dan mempelajari Bahasa Jawa
sehingga Budaya Bahasa Jawa tidak mudah pudar dan terus dilestarikan sebagai
Budaya Indonesia di Jawa.

12 
 

DAFTAR PUSTAKA
 

E.M. Uhlenbeck, 1964, "A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and
Madura"
“Komik lucu Bahasa Jawa”, sumber : www.Gambaranehunik.com
“Pentingnya Bahasa Jawa bagi Pelajar”, sumber : www.batararayamedia.com

13 
 

14 
 

15 
 

 
 

16 
 

SUSUNAN ORGANISASI TIM KEGIATAN DAN PEMBAGIAN TUGAS
No

Nama

Program Studi

Bidang Ilmu

1

Ulfah Faridah /
M3113143
Galih Agung
Prabawa / M3114069
Rizka Listyana Ratna
Dewi / D1514093

D3 Teknik
Informatika
D3 Teknik
Informatika
D3 Manajemen
Administrasi

Desain
Komik/Film
Pengarang
Cerita
Bahasa Jawa

2
3

Alokasi
Waktu
20 Minggu
20 Minggu
20 Minggu

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

17 
 

18 
 

Dokumen yang terkait

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY PADA PRODUK KARTU SELULER PRABAYAR SIMPATI, IM3, DAN JEMPOL (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember)

2 69 20

Hubungan Kualitas Tidur dan Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang

11 91 19

PENGARUH PENILAIAN dan PENGETAHUAN GAYA BUSANA PRESENTER TELEVISI TERHADAP PERILAKU IMITASI BERBUSANA (Studi Tayangan Ceriwis Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Komunikasi Angkatan 2004)

0 51 2

PENGARUH TERPAAN LIRIK LAGU IWAN FALS TERHADAP PENILAIAN MAHASISWA TENTANG KEPEDULIAN PEMERINTAH TERHADAP MASYARAKAT MISKIN(Study Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Pada Lagu Siang Seberang Istana)

2 56 3

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGGUNAAN HANDPHONE QWERTY DI KALANGAN MAHASISWA (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2008 Pengguna Handphone Qwerty)

0 37 44

Perilaku Konsumsi Serat pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Tahun 2012

21 162 166

Ketersediaan koleksi informasi primer pada perpustakaan Universitas Satyagama : analisis sitiran dalam skripsi dan tesis

2 58 95

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1