Karya dan Ilmiah dan IAD

PERAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN DALAM
PEMBANGUNAN NASIONAL DAN IPTEK

DISUSUN OLEH :
YUNIAR ANANDA SARI
A
2017410864

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS FLORES
ENDE
2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ Peran teknologi hasil pertanian dalam pembangunan nasional dan
iptek ”. Adapun tujuan membuat karya ilmiah ini adalah untuk mendapatkan nilai
Ujian Tengah Semester mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar.

Saya berharap karya ilmiah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai peran teknologi hasil pertanian
dalam pembangunan nasional dan iptek. Saya menyadari bahwa pada penulisan
karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu saya
mengharapkan saran dan kritik dosen yang membaca karya ilmiah ini yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya dan berguna bagi diri saya sendiri dan dosen yang membacanya.
Seblumnya saya mohon maaf apabila ada terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan.

ENDE, 28 Maret 2018

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
…………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR

……………………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
……………………………………………………………………………. 1
1.1Latar Belakang
………………………………………………………………………….. 1
1.2Rumusan Masalah
…………………………………………………………………………… 3
1.3Tujuan
……………………………………………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN
……………………………………………………………………………. 3
2.1Pengertian Agroindustri ...................................................
……………………….. 3
2.2 Peranan Teknologi Pasca Panen Dalam Perkembangan IPTEK

…………

4


2.3 Peran Hasil Pertanian Dalam Pembangunan Nasional …………………………………
4
BAB III PENUTUP
……………………………………………………………………………………………………. 9
3.1Keismpulan
……………………………………………………………………………………………….
9
3.2Saran
………………………………………………………………………………………………………

9

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai wilayah daratan yang luas, sehingga
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Potensi ini perlu
dikembangkan dengan menjadikan hasil pertanian dijadikan komoditi ekspor dan sumber

bagi pembangunan bangsa Indonesia. Sesuai dengan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia, alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam menghadapi arus
globalisasi dan regeonalisasi ekonomi tersebut adalah sektor industri yang mempunyai kaitan
langsung dengan sektor pertanian (agroindustri). Sektor agroindustri sekarang ini sedang
mendapat perhatian besar dari khalayak dan pemerintah untuk dapat di kembangkan sebagai
modal pembangunan yang diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pelaksanaan
pembangunan. Dalam pembahasan modal pembangunan nasional ini membatasi tentang
peranan sektor agroindustri dalam pembangunan nasional terutama pembangunan dalam
sektor pertanian agar masyarakat lebih mengenal dan mampu mengembangkan sektor
agroindustri tersebut.
Salah satu program utama dalam PELITA VI adalah pengembangan secara intensif sistem
agribisnis terpadu yang ditopang oleh demokrasi ekonomi sebagai penggerak induslrialisasi
pertanian. Sedangkan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 7.1% per tahun
seperti yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia dalam pidatonya pada Agustus
1995, maka perlu dilakukan peningkatan investasi diberbagai sektor, terutama pada usaha
yang menggunakan sumberdaya nasional terbesar yakni agribisnis. Dengan demikian upaya
pembangunan pertanian khususnya di pedesaan, melalui pengembangan agribisnis menjadi
sangat strategis. Sedangkan sasaran pengembangan agroindustri adalah peningkatan nilai
tambah produk hasil pertanian, yang diharapkan dapat pula meningkatkan pendapatan petani,


penciptaan lapangan kerja produktif dan kesempatan berusaha, serta penguatan daya saing
produk, baik di pasaran domestik maupun intemasioanal. Kegiatan agribisnis yang rentang
kegiatannya dimulai sejak sub-sistem produksi hingga pendistribusian dan pemasaran hasil
diharapkan tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan desa dimana produk pertanian tersebut
dihasilkan, tetapi bisa memenuhi permintaan pasar, baik dalam jumlah maupun kontinyuitas
mutu.

Sedangkan ditinjau dari teknologinya, rendahnya produktifitas dan kualitas hasil pertanian
kita pada umumnya disebabkan oleh dua hal utama, yakni :
 aspek produksi, seperti tidak terdapatnya keselarasan antara kebutuhan tanaman akan
berbagai faktor-faktor tumbuh dan ketersediaan faktor-faktor tersebut yang tidak
merata sepanjang hidup tanaman, hal mana sangat tergantung pada fase
pertumbuhannya, serta ketergantungannya pada keadaan unsur-unsur iklim seperti
cutah hujan, suhu dan cahaya matahari yang selalu berubah-ubah;
 aspek penanganan pasca panen, seperti penggunaan teknologi dan cara penanganan
hasil pertanian yang tidak tepat Volume 2 No.2 September 1996 dan optimum,
sehingga menghasilkan produk yang bermutu rendah, serta tingginya susut pasca
panen. Bedasarkan latar belakang diatas dapat kita temukan masalah yang akan di
bahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut.


1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian agroindustri
2. Peranan teknologi pasca panen dalam perkembangan IPTEK
3. Peran hasil pertanian dalam pembangunan nasional

1.3 Tujuan Penulisan
 Mengetahui apa itu agroindustri
 Mengetahui peranan teknologi pasca panen dalam perkembangan IPTEK
 Mengetahui peran hasil pertanian dalam pembangunan nasional

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agroindustri
 Agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dengan mengoptimalkan
lahan pertanian sebagai sumber agrobisnis. Menurut Soekartawi (1991) ada enam
subsistem dari agrobisnis, yaitu :
 Penyediaan sarana produksi dan peralatan
 Usaha tani
 Pengolahan hasil (agroindustri)
 Pemasaran

 Sarana
 Pembinaan
Keenam subsistem agrobisnis ini perlu dikembangkan karena
sangat menunjang dalam melaksanaan pembangunan.
 Agroindustri merupakan fase pertumbuhan setelah pembangunan pertanian, tetapi
sebelum pembangunan tersebut memulai ke tahapan pembangunan
industri. Agroindustri dapat dibedakan menjadi :
 Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk
pertanian.
 Agroindustri adalah suatu tahapan pembangunan sebagai
kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum mencapai
tahapan pembangunan industri.
Agroindustri didefenisikan menurut para ahli :

 Soeharjo (1991) Agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan karena itu
agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yang disepakati selama
ini yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha tani, pengolahan
hasil (agroindustri), pemasaran, sarana dan pembinaan.
 Manalili dan Sajise (1996) Agroindustri adalah fase pertumbuhan setelah
pembangunan pertanian, tetapi sebelum pembangunan tersebut memulai ke tahapan

pembangunan industri. Jadi setelah pembangunan pertanian diikuti oleh pembangunan
agroindustri kemudian pembangunan industri.

 Menurut Sarigih (2000) Agroindustri dapat digolongkan menjadi 4 yang meliputi :
agroindustri pengolahan hasil pertanian, agroindustri yang memproduksi peralatan
dan mesin pertanian, agroindustri input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida dan
lain-lain) dan, agroindustri jasa sektor pertanian.
 Ø Austin (1981) Agroindustri yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang

berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan).
Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku,
merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Secara eksplisit
pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh Austin (1981) yaitu perusahaan yang
memproses bahan nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh
hewan). Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui
perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri
ini dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan
baku industri lainnya.
Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak produksi bahan
pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oleh

konsumen. Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan (interlasi)produksi,
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan,
pendanaan, pemasaran dan distribusiproduk pertanian. Dari pandangan para
pakar sosial ekonomi, agroindustri (pengolahan hasil pertanian) merupakan bagian dari lima
subsistem agribisnis yang disepakati, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan
peralatan. usaha tani, pengolahan hasil,pemasaran, sarana dan pembinaan. Agroindustri
dengan demikian mencakup IndustriPengolahan Hasil Pertanian (IPHP), Industri Peralatan
Dan Mesin Pertanian (IPMP) dan Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP).
Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP) dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai
berikut :

 IPHP Tanaman Pangan, termasuk di dalamnya adalah





bahan pangan kayakarbohidrat, palawija dan tanaman hortikultura.
IPHP Tanaman Perkebunan, meliputi tebu, kopi, teh, karet, kelapa, kelapa
sawit,tembakau, cengkeh, kakao, vanili, kayu manis dan lain-lain.

IPHP Tanaman Hasil Hutan, mencakup produk kayu olahan dan non kayu
sepertidamar, rotan, tengkawang dan hasil ikutan lainnya.
IPHP Perikanan, meliputi pengolahan dan penyimpanan ikan dan
hasil laut segar,pengalengan dan pengolahan, serta hasil samping ikan dan laut.
IPHP Peternakan, mencakup pengolahan daging segar, susu, kulit, dan hasil samping
lainnya.

Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP) dibagi menjadi dua kegiatan sebagai berikut :
 IPMP Budidaya Pertanian, yang

mencakup alat dan mesin pengolahan lahan(cangkul, bajak, traktor dan lain
sebagainya).
 IPMP Pengolahan, yang meliputi alat dan mesin pengolahan berbagai
komoditaspertanian, misalnya mesin perontok gabah, mesin penggilingan padi, mesin
pengering dan lain sebagainya.
Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP) dibagi menjadi tiga kegiatan sebagai berikut :
 IJSP Perdagangan, yang mencakup kegiatan pengangkutan, pengemasan serta

penyimpanan baik bahan baku maupun produk hasil industri pengolahan pertanian.
 IJSP Konsultasi, meliputi kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengawasan mutu serta

evaluasi dan penilaian proyek.
 IJSP Komunikasi, menyangkut teknologi perangkat lunak yang melibatkan
penggunaan komputer serta alat komunikasi modern lainya.
Dengan pertanian sebagai pusatnya, agroindustri merupakan sebuah sektor ekonomi yang
meliputi semua perusahaan, agen dan institusi yang menyediakan segala kebutuhan
pertanian dan mengambil komoditas dari pertanian untuk diolah dan didistribusikan
kepada konsumen. Nilai strategis agroindustri terletak pada posisinya sebagai jembatan yang
menghubungkan antar sektor pertanian pada kegiatan hulu dan sektor industri pada kegiatan
hilir. Dengan pengembangan agroindustri secara cepat dan baik dapat meningkatkan, jumlah
tenaga kerja, pendapatan petani, volume ekspor dan devisa, pangsapasar domestik
dan internasional, nilai tukar produk hasil pertanian dan penyediaan bahan baku industri.
Salah satu kendala dalam pengembangan agroindustri di Indonesia adalah
kemampuan mengolah produk yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar
komoditas pertanian yang diekspor merupakan bahan mentah dengan indeks retensi
pengolahan sebesar 71-75%. Angka tersebut menunjukkan bahwa hanya 25-29% produk
pertanian Indonesia yang diekspor dalam bentuk olahan. Kondisi ini tentu saja memperkecil

nilai tambah yang yang diperoleh dari ekspor produk pertanian, sehingga pengolahan lebih
lanjut menjadi tuntutan bagi perkembangan agroindustri di era global ini. Teknologi yang
digolongkan sebagai teknologi agroindustri produk pertanian begitu beragam dan sangat luas
mencakup teknologi pascapanen dan teknologi proses. Untuk memudahkan, secara garis
besar teknologi pascapanen digolongkan berdasarkan tahapannya yaitu, tahap atau tahap
sebelum pengolahan, tahap pengolahan dan tahap pengolahan lanjut. Perlakuan pascapanen
tahap awal meliputi, pembersihan, pengeringan, sortasi dan pengeringan berdasarkan mutu,
pengemasan, transport dan penyimpanan, pemotongan/pengirisan, penghilangan biji,
pengupasan dan lainnya. Perlakuan pascapanen tahap pengolahan antara
lain, fermentasi, oksidasi, ekstraksi buah, ekstraksi rempah, distilasi dan sebagainya.

Sedangkan contoh perlakuan pascapanen tahap lanjut dapat digolongkan ke dalam teknologi
proses untuk agroindustri, yaitu penerapan pengubahan (kimiawi, biokimiawi, fisik) pada
hasil pertanian menjadi produk dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti :






Kakao : lemak kakao,bubuk kakao, produk coklat.
Kopi : Kopi bakar, produk-produk kopi, minuman, kafein.
Teh : Produk-produk teh, minuman kesehatan.
Ekstrak/oleoresin : produk-produk dalam bentuk bubuk atau enkapsulasi.
Minyak atsiri : produk-produk aromaterapi, isolat dan turunan kimia.

Produk-produk yang dihasilkan ada yang dapat digunakan secara langsung dari sejak tahap
awal, seperti rempah-rempah, sari buah dan lainnya, serta ada pula yang menjadi bahan baku
untuk industri lainya, seperti industri makanan, kimia dan farmasi.

2.2 Peranan Teknologi Pasca Panen Dalam Perkembangan IPTEK
Proses menghasilkan (proses produksi) komoditas hasil pertanian dipandang perlu untuk
dilakukan secara lebih terencana, baik dalam produktifitas, kualitas, maupun waktu panen.
Dengan demikian, perencanaan produksi dan penanganan hasil, termasuk jaringan distribusi
dan pemasarannya, haruslah dilakukan sebagai suatu sistem terpadu didalam suatu tatanan
industri pertanian yang berbasis bisnis agroindustri yang dapat dikendalikan secara penuh.
Dengan demikian pola pandang pertanian modern semacam ini akan berbeda jika
dibandingkan dengan pertanian pada umumnya (konvensional) yang sangat tergantung
kepada keadaan alam. Dalam hal ini, teknologi produksi dan penanganan pasca panen hasil
pertanian dipandang sebagai ujung tombak serta satu syarat mutlak untuk suatu rangkaian
proses didalam sistem agribisnis. Bila keseluruhan jaringan mata rantai didalam agribisnis
dapat dikendalikan secara ketat, maka putaran bisnis didalamnya akan lebih terjamin
layaknya sebagai suatu industri.
Permasalahan utama yang dihadapi didalam kegiatan agribisnis adalah sifat mudah rusak
(perishable) dari produk ini sehingga mengakibatkan tingginya susut pasca panen serta
terbatasnya masa simpan (sheff life) dari komoditas pertanian setelah pemanenan. Dipihak

lain, sebagian besar komoditas hasil pertanian ini juga bersifat musiman. Tingginya susut
pasca panen akan berakibat menurunnya pendapatan dan nilai jual dari komoditas tersebut,
sedangkan pendeknya masa simpan serta sifat musiman akan membatasi jangkauan
pemasaran dari produk hasil pertanian tersebut. Dengan demikian hal yang paling mendasar
darisegi teknologinya (pra maupun pasca panen) adalah bagaimana caranya agar bisa
menyediakan produk ini selama mungkin di pasaran, tanpa banyak terganggu dengan hal-hal
tersebut.

Teknologi rumah kaca misalnya merupakan salah satu teknologi untuk menghilangkan
ketergantungan musim dalam memproduksinya. Sedangkan dari sisi pasca panennya,
teknologi penyimpanan dengan CA (controled atmosfir) misalnya dapat dijadikan alternatif
untuk memperpanjang masa simpan produk segar hasil pertanian, sehingga pasokan pasar
bisa dilakukan sepanjang tahun, tanpa tergantung pada musim panen. Oleh karena itu,
didalam pengembangan agribisnis, terutama pada produk segar, haruslah dipertimbangkan
beberapa hal sehubungan dengan teknologi penanganan pasca panen, baik teknologi yang
saat ini telah diterapkan baik oleh petani kecil maupun oleh suatu industri pertanian besar,
maupun tingkat teknologi yang akan diintroduksikan, sehingga akan diperoleh keuntungan
secara maksimal dari kegiatan agribisnis yang dilakukan.
Kegiatan penanganan pasca panen didefinisikan sebagai suatu kegiatan penanganan produk
hasil pertanian, sejak pemanenan hingga siap dimeja konsumen, dimana didalamnya juga
termasuk pada kegiatan distribusi dan pemasarannya (Kader, 1988). Sedangkan dari rentang
kegiatannya, cakupan teknologi pasca panen dibedakan menjadi dua kelompok kegiatan
besar, yakni penanganan primer yang meliputi penanganan komoditas hingga menjadi
produk setengah jadi atau produk siap olah, dimana perubahan transformasi produk hanya
terjadi secara fisik, sedangkan perubarlin secara kimiawi biasanya tidak terjadi pada tahap ini.
Yang kedua adalah penanganan sekunder, yakni sebagai kelanjutan dari penanganan primer,
dimana pada tahap ini akan terjadi baik perubahan bentuk fisik maupun komposisi kimia dari
produk akhir melalui suatu proses pengolahan (Shewfelt dan Prusia, 1993).
Termasuk kedalam penanganan primer antara lain adalah pengumpulan di kebun,
pangangkutan dari kebun ketempat penampungan (rumah pengemasan/paeking house),
pembersihan dan pencucian (cleaning and washing), pemilihan dan penggolongan (sorting
and grading), pemberian perlakuan misalnya fumigasi, perlakuan dengan air panas (hot water
treatment) atau uap panas (vapour heat treatment atau VHT), pelapisan lilin untuk buahbuahan (waxing), pelabelan, pengemasan, penyimpanan, pemeraman dan pengangkutan ke
tempat pemasaran, tempat pengolahan atau langsung ke konsumen (transportation and
distribution). Sedangkan yang termasuk kedalam kegiatan penanganan sekunder adalah
seluruh kegiatan yang mengolah lebih lanjut produk penanganan primer menjadi bahan
olahan, misalnya pembuatan sari buah (juice), pengalengan, pengeringan, pembuatan keripik
pisang, pembuatan cabe kering, pembuatan tepung beras, pengolahan sause tomat dan
sejenisnya. Kegiatan penanganan primer biasanya dilakukan didekat daerah sentra produksi,

sedangkan pengolahan pada tahap penanganan sekunder umumnya dilakukan dekat daerah
pemasaran dan dilakukan oleh suatu perusahaan industri pengolahan.

2.3 Peran Hasil Pertanian Dalam Pembangunan Nasional
Sektor pertanian menjadi salah satu komponen pembangunan nasional dalam menuju
swasembada pangan guna mengentaskan kemiskinan. Pentingnya peran sektor pertanian
dalam pembangunan nasional diantaranya:
1.

Penyerap tenaga kerja,

2.

Menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB),

3.

Sumber devisa,

4.

Bahan baku industri,

5.

Sumber bahan pangan dan gizi,

6.

Serta pendorong bergeraknya sektor-sektor ekonomi lainya.

Di era otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki keleluasaan dalam perumusan
permasalahan dan kebijakan pembangunan pertanian. Pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi diharapkan akan mampu menjamin efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
pembangunan pertanian, sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan masyarakat.
Pada kenyataannya, sampai saat ini sektor pertanian masih menghadapi banyak
permasalahan. Kebijakan pemerintah daerah yang kurang berpihak pada sektor pertanian
menjadi kendala dalam perkembangan sektor pertanian. Pemerintah daerah lebih
memperhatikan sektor industri karena sektor industri selama ini diklaim memberikan
pendapatan yang tinggi kepada daerah. Investor juga lebih tertarik menanamkan modalnya
pada sektor industri dibanding sektor pertanian. Ini semakin menambah deretan permasalahan
pembangunan sektor pertanian.
a)

Permasalahan-Permasalahan Dalam Pembangunan Pertanian

Sebagai komponen dalam pembangunan dan penopang seluruh kehidupan masyarakat, sektor
pertanian sering dihadapkan pada berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan dalam
sektor pertanian antara lain :

·

Penguasaan dan akses teknologi pertanian lemah.

Tingkat pendidikan petani yang sebagian besar masih rendah menyebabkan sistem alih
teknologi lemah dan penerapan teknologi kurang tepat sasaran. Akses informasi teknologi
yang mendukung pembangunan pertanian diperdesaan cenderung lebih sulit didapatkan,
sehingga menyebabkan pembangunan pertanian menjadi terhambat. Pada era desentralisasi
kegiatan penyuluhan kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Hal ini
mengakibatkan keterkaitan antara peneliti, penyuluh, dan petani kurang intensif sehingga
diseminasi teknologi menjadi lambat dan kurang tepat sesuai kebutuhan.

·

Infrastruktur pertanian terbatas dan terabaikan.

Masalah yang paling krusial dan sampai saat ini belum teratasi dengan bijaksana yaitu
pengembangan infrastruktur pertanian. Keberadaan kelembagaan seperti balai karantina,
laboratorium uji mutu, irigasi, listrik, transportasi, keuangan, unit pengolahan dan pemasaran
masih terbatas akibatnya usaha pertanian kurang berkembang.
·

Kelembagaan pertanian belum berfungsi secara maksimal.

Kelembagaan petani di tingkat desa sebagian besar merupakan kelembagaan informal dimana
sistem organisasi, manajemen, maupun administrasi kelembagaannya belum dapat berfungsi
secara maksimal. Lembaga petani yang dapat menjadi alat untuk meningkatkan skala usaha
untuk memperkuat posisi tawar petani sudah banyak yang tidak berfungsi.
Pertanian dapat dilihat sebagai suatu yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya
terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut:
– Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada pertumbuhan output di
bidang pertanian, baik dari sisi permintaan maupun penawaran sebagai sumber bahan baku
bagi keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri manufaktur dan perdagangan.
– Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan domestik bagi
produk-produk dari sektor-sektor lainnya.
– Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi
lainnya.
– Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan (sumber devisa).

BAB III
PENUTUP
2.4 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa:
1.
Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan (interlasi) produksi,
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan,
pendanaan, pemasaran dan distribusi produkpertanian. Agroindustri dengan demikian
mencakup Industri Pengolahan Hasil Pertanian(IPHP), Industri Peralatan
Dan Mesin Pertanian (IPMP) dan Industri Jasa Sektor Pertanian(IJSP).
2.
Cakupan teknologi pasca panen dibedakan menjadi dua kelompok kegiatan besar, yakni
penanganan primer dan penanganan sekunder. Penanganan primer yang meliputi penanganan
komoditas hingga menjadi produk setengah jadi atau produk siap olah. Yang kedua adalah
penanganan sekunder, yakni sebagai kelanjutan dari penanganan primer, dimana pada tahap
ini akan terjadi baik perubahan bentuk fisik maupun komposisi kimia dari produk akhir
melalui suatu proses pengolaha.
3.

Peran sektor pertanian dalam pembangunan nasional diantaranya:

a.

Penyerap tenaga kerja,

b.

Menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB),

c.

Sumber devisa,

d.

Bahan baku industri,

e.

Sumber bahan pangan dan gizi,

f.

Serta pendorong bergeraknya sektor-sektor ekonomi lainya.

3.2. Saran
Peranan teknologi hasil pertanian dalam agroindustri sangat baik dan mempunyai
banyak manfaat jika para petani lokal sudah mulai menggunakan kecanggihan alat-alat
modern sehingga hasil dari pertanian baik bahan mentah atau bahan jadi siap memenuhi
kebutuhan masyarakat sehingga pembangunan nasional dalam negeri pun terwujud dan
masyarakat pun hidup makmur. Tidak dipungkiri jika masyarakat masih banyak
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sangat dibutuhkan peran pemerintah dalam
terwujudnya pembangunan nasional dari sektor pertanian bukan pada sektor industry saja
yang dianggap lebih mempunyai keuntungan yang besar.