Makalah kelayakan sistem jaringan GPON

Analisa Rise Time Budget dan Power Link Budget dari STO ke Pelanggan
Infrastruktur GPON ( Gigabit Passive Optical Network)
PT. Telekomunikasi Divisi Access Denpasar
Ida Bagus Pramanabawa
Fakultas Teknik Elektro – Universitas Udayana
Bukit Jimbaran Badung Bali Indonesia
[email protected]
ABSTRAK
Semakin besarnya kebutuhan konsumen akan bandwith untuk layanan data dan penunjang layanan - layanan lainnya.
PT.Telekomunikasi,tbk Denpasar Bali mulai beralih menerapkan pengunaan media serat optik khususnya GPON (Gigabyte
Passive Optical Network) sebagai media penerapan program FTTX (Fiber To The X ) yang dimilikinya. Pemilihan GPON
merupakan solusi yang menunjang saluran informasi yang dengan kemampuan besar. Salah satu jaringan optik GPON existing
adalah jaringan Sentral Telepon Otomat (STO) Tuban Kuta menuju pelanggan Bank Mandiri OSO yang berletak di jalan
Pantai Kuta yang dimana memiliki panjang link ± 4 km.
Dalam laporan ini, dilakukan perhitungan tingkat layanan sistem dengan menggunakan parameter Power Link
Budget dan Rise time Budget pada jaringan STO Tuban Kuta menuju Pelanggan Mandiri OSO kuta. Setelah melakukan
perhitungan hasil di analisis untuk memastikan bahwa jaringan infrastruktur tersebut telah berjalan dengan baik menuju
kepelanggan sehingga pelayanan yang diberikan maksimal.
Hasil pada perhitungan power link budget GPON pada link STO Tuban ke pelanggan Bank Mandiri OSO yang
memiliki ± 4 km. Diperoleh hasil uplink yaitu 2.3 dBm yang merupakan nilai M dimana nilai tersebut berada diatas 0 dBm
dan total redaman 24.7 dB (dimana nilai yang ditetapkan oleh Telkom yaitu minimal 13 dB dan maksimal 28dB), sehingga

hasil nilai tersebut masuk dalam katagori layak power link budget. Dan pada perhitungan downlink power link budget
diperoleh hasil 2.65 dBm yang merupakan nilai M dimana nilai tersebut berada diatas 0 dBm dan total redaman 24.35 dB
(dimana nilai yang ditetapkan oleh Telkom yaitu minimal 13 dB dan maksimal 28dB), sehingga hasil nilai tersebut masuk
dalam katagori layak power link budget.
Dan pada perhitungan rise rime budget, total batasan disperse time rise budget GPON pada link STO Tuban ke
pelanggan Bank Mandiri OSO yang memiliki ± 4 km. Untuk uplink disperse total yaitu 0.25 dimana dibawah maksimum rise
time dan bit rate NRZ yaitu 0.5833, dan untuk downlink disperse total yaitu 0.2533 dimana dibawah maksimum rise time dan
bit rate NRZ yaitu 0.5833, dan untuk downlink disperse total. Dari hasil analisa perhitungan rise time budget di atas dapat
dipastikan kemungkinan terjadinya degradasi (penurunan) sinyal digital sepanjang jaringan transmisi yang disebabkan oleh
komponen yang digunakan tidak ada, dikarenakan jumlah rise time budget yang di peroleh di bawah standart yang telah
ditentukan yaitu 0.5833 (standar bit rate NRZ).
Kata Kunci

: GPON, Power Link Budget, Rise Time Budget.

ABSTRACT
The growing consumer demand for bandwidth for data services and supporting services - other services .
PT.Telekomunikasi , tbk Denpasar Bali start switch to apply the use of fiber optic media especially GPON ( Gigabyte Passive
Optical Network ) as a means of implementing the programs FTTX ( Fiber To The X ) has. The selection of GPON is a
solution that supports the information channel with great capabilities . One of the existing GPON optical network is a network

of Sentral Telepon Otomat ( STO ) Tuban Kuta to Mandiri OSO in the Kuta Beach which has a ± 4 km long link .
In this report , the calculation is done using the system service level parameters Link Power Budget and Budget Rise
time on STO network Kuta to Tuban Kuta Customer Mandiri OSO . After calculating the results in the analysis to ensure that
the network infrastructure has been going well so towards subscription services provided maximum .
Results on the power link budget calculations GPON in Tuban STO link to customers who have a bank Mandiri OSO
± 4 km . Results obtained uplink is 2.3 dBm which is the value of M where the value is above 0 dBm and 24.7 dB of total
attenuation ( where the value is determined by Telkom is at least 13 dB and 28dB maximum ) , so that the value of the results
in the category of decent power link budget . And the downlink power link budget calculation results obtained 2.65 dBm
which is the value of M where the value is above 0 dBm and a total of 24.35 dB attenuation ( where the value is determined by
Telkom is at least 13 dB and 28dB maximum ) , so that the value is in the category decent power link budget .
And the rise rime budget calculation , the total rise time budget constraints disperse GPON in Tuban STO link to
customers Mandiri OSO ± 4 km . For the uplink total dispersion 0,25 under which the maximum rise time and NRZ bit rate is
0.5833 , and for downlink is 0.2533 where the total dispersion below the maximum rise time and NRZ bit rate is 0.5833 , and
for the downlink total dispersion . From the analysis of rise time budget calculations above can be ensured the possibility of
decrease digital signal along the transmission network components used does not exist , because the amount of rise time
budget that was obtained under the specified standard is 0.5833 ( standard bits rate NRZ ) .

1

Keywords : GPON , Power Link Budget , Rise Time Budget

.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring perkembangan teknologi yang semakin
pesat dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi,
kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan layanan yang
praktis, mudah, dan efisien meningkat. Kebutuhan
pelanggan (user) yang meningkat akan layanan informasi
dan komunikasi berupa internet (data), telepon (voice) dan
television menyebabkan dibutuhkannya perangkat yang
mendukung semua permintaan tersebut.
Akses jaringan sebelumnya yaitu copper dan MSAN
(Multi Service Access Node) dinilai tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan konsumen PT. Telkom, khususnya
penyediaan kapasitas bandwidth yang besar untuk
memberikan layanan informasi yang dibutuhkan
pelanggan saat ini. Sehingga PT. Telkom harus merombak
jaringannya dengan menggunakan sistem infrastruktur

baru yang diyakini mampu meningkatkan kualitas
pelayanan menuju konsumen. Infrastruktur jaringan
tersebut adalah Gigabit Passive Optical Network (GPON)
yang merupakan salah satu teknologi dari beberapa
teknologi sistem komunikasi serat optik. GPON bermula
dari passive optical network (PON) yang kemudian
berevolusi dan berkembang hingga sampai tahap sekarang.
Untuk PT. Telkom Devisi Access Denpasar
Infrastruktur ini tergolong baru. Namun telah banyak
pelanggan yang ingin mengganti jaringannya menjadi
GPON, untuk memperoleh layanan maksimal khusunya
pada bandwidth yang besar. Salah satunya konsumen
Mandiri OSO Kuta dimana berhubungan dengan STO
Tuban Kuta, yang mengganti jaringannya yaitu MSAN
menjadi GPON. Dalam Pemasangan jaringan ini pihak PT.
Telkom harus mengetahui apakah infrastruktur ini
memiliki kelayakan sistem atau tidak. Disini penulis akan
mengangkat analisa kelayakan ini sebagai laporan kerja
praktek dimana menggunakan teori perhitungan dengan
parameter Power Link Budget dan Rise Time budget.

1.2 Tujuan
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui
bagaimana sistem dan jaringan Fiber optik GPON
(Gigabyte Passive Optical Network) yang sekarang
digunakan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Diva
(Divisi Access) Denpasar khususnya dari STO menuju
pelanggan, serta menganalisis besaran Power link Budget
dan Rise Time Budget dari jaringannya. Dimana pemilihan
STO berada di Tuban Kuta dan pelanggan Bank Mandiri
OSO Kuta.
1.3 Rumusan Masalah
1. Penentuan sistem dan jaringan Fiber Optik
GPON yang digunakan .
2. Pemilihan jaringan yang akan ditentukan sebagai
perhitungan analisa.
3. Pengambilan data sebagai dasar perhitungan
analisa.
4. Penentuan link power budget dan rise time
budget sebagai parameter yang akan digunakan
untuk analisa


1.4

Batasan Masalah
Penjabaran Arsitektur GPON sebagai analisa
sistem jaringan.
2. Jenis fiber optic yang digunakan G.652 dan
G.657.
3. Pemilihan STO yang berada di Tuban Kuta
menuju Mandiri OSO sebagai analisa
perhitungan.
1.

1.5

Langkah penyelesaian masalah
1. Studi literatur, dengan mempelajari referensi
bacaan yang mendukung dari internet, buku,
ataupun artikel lainnya.
2. Analisa

parameter
jaringan
sebagai
perhitungan analisa.
3. Membuat kesimpulan.

1.6

Sistematika pembahasan
Bab 1 Pendahuluan
Memaparkan latar belakang masalah,
tujuan penulis untuk menganalisa topik yang
akan di angkat.
Bab2 Landasan teori
Pada bab ini membahas tentang teoriteori yang mendukung jaringan akses fiber optic
meliputi karakteristik transimisi fiber optic,
arsitektur jaringan optik secara umum,
perkembangan GPON, parameter yang digunakan
power link budget dan rise time budget.
BAB 3 Pembahasan

Pada bab ini berisikan pembahasan
analisa baik itu perhitungan yang peroleh dari
parameter yang di dapatkan secara refrensi dan
pengukuran langsung di lapangan.
Bab 4 Penutup
Pada bab ini berisi tentang simpulan
yang diperoleh setelah melakukan analisa
perhitungan dan saran yang menyangkut isi
laporan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Serat Optik
Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis
kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat
halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat
digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari
suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang

digunakan biasanya adalah laser atau Light Emitting
Diode (LED) . Kabel ini berdiameter lebih kurang 120
mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat optik tidak
keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada
indeks bias dari udara, karena laser mempunyai spektrum
yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat optik
sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai
saluran komunikasi.
2.2

Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik
Secara dasar komunikasi dapat dianalogikan
sebagai penyampaian suatu informasi dari satu pihak ke
pihak yang lain. Penyampaian atau transfer informasi ini

2

dilakukan dengan memodulasikan informasi pada
gelombang elektromagnetik yang bertindak sebagai
pembawa (carrier) sinyal informasi tersebut. Selanjutnya

setelah sampai di tujuan, untuk memperoleh data yang
asli dilakukan suatu proses demodulasi.
Suatu sistem komunikasi tidak hanya didukung
oleh satu atau dua komponen atau perangkat komunikasi
saja. Di dalamnya pasti terdapat banyak paduan
komponen-komponen yang saling bekerja berkaitan satu
dengan yang lainnya. Perpaduan dan kerja sama tersebut
akan menghasilkan banyak sekali manfaat bagi
kelangsungan transfer informasi sebuah komunikasi.
Dengan demikian , jadilah sebuah sistem telekomunikasi
Suatu sistem komunikasi terdiri dari Secara
umum komponen sistem komunikasi terdiri dari Pengirim
(transmitter), Kanal transmisi (transmission channel),
dan Penerima (receiver) Pengirim (transmitter) berfungsi
untuk memproses isyarat input untuk menghasilkan
isyarat yang ditransmisikan dalam bentuk
sesuai
karakteristik kanal atau media yang digunakan. Proses
yang terjadi pada pengirim antara lain: isyarat asli diubah
oleh transduser menjadi isyarat listrik, kemudian

disandikan oleh encoder dan dimodulasikan dengan
isyarat pembawa oleh modulator, setelah itu dikuatkan
oleh amplifier. Setelah isyarat dalam bentuk sesuai
karakteristik kanal maka isyarat siap untuk dikirimkan.
Kanal transmisi (transmission channels) merupakan
media elektris yang menghubungkan sumber dengan
tujuan, yang dapat berupa kabel koaksial, serat optik,
gelombang radio, dan lain-lain. Tiap-tiap kanal
mempunyai sifat masing-masing mengenai bandwidth,
kapasitas kanal, kecepatan, rugi-rugi, kemudahan
instalasi, dan lain-lain. Penerima (receiver) pada dasarnya
memproses isyarat yang datang sehingga menjadi isyarat
yang di inginkan. Proses yang terjadi pada penerima
adalah kebalikan proses pada pengirim. Proses yang
terjadi antara lain adalah isyarat yang diterima diubah
oleh transduser menjadi isyarat listrik, kemudian di
sandikan oleh decoder dan didemodulasikan oleh
demodulator serta dikuatkan kembali oleh amplifier.
Setelah isyarat dalam bentuk yang sesuai dengan yang
diinginkan maka isyarat tersebut siap untuk dinikmati
oleh penerima.

decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur (bandwidth) yang
besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data
menjadi lebih banyak dan cepat dibandingan dengan
penggunaan kabel konvensional. Dengan demikian serat
optik sangat cocok digunakan terutama dalam aplikasi
sistem telekomunikasi. Pada prinsipnya serat optik
memantulkan dan membiaskan sejumlah cahaya yang
merambat didalamnya. Efisiensi dari serat optik
ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun
gelas/kaca. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit
cahaya yang diserap oleh serat optik.
Proses pengiriman pada serat optik. Pertamatama microphone merubah sinyal suara menjadi sinyal
listrik. Kemudian sinyal listrik ini dibawa oleh
gelombang pembawa cahaya melalui serat optik dari
pengirim (transmitter) menuju alat penerima (receiver)
yang terletak pada ujung lainnya dari serat. Modulasi
gelombang cahaya ini dapat dilakukan dengan merubah
sinyal listrik termodulasi menjadi gelombang cahaya
pada pengirim dan kemudian merubahnya kembali
menjadi sinyal listrik pada penerima. Pada penerima
sinyal listrik dapat dirubah kembali menjadi gelombang
suara. Tugas untuk merubah sinyal listrik ke gelombang
cahaya atau kebalikannya dapat dilakukan oleh
komponen elektronik yang dikenal dengan nama
komponen optoelectronic pada setiap ujung serat optik.
Dalam perjalanannya dari transmitter menuju ke
penerima akan terjadi redaman cahaya di sepanjang kabel
serat optik dan konektor-konektornya (sambungan).
Karena itu bila jarak ini terlalu jauh akan diperlukan
sebuah atau beberapa repeater yang bertugas untuk
memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami
redaman.

Gambar 2.1 Sistem Komunikasi
Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis
kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat
halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat
digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari
suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang
digunakan biasanya adalah laser atau LED. Kabel ini
berdiameter lebih kurang 120 mikrometer. Cahaya yang
ada di dalam serat optik tidak keluar karena indeks bias
dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara,
karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit.
Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga
sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.
Perkembangan teknologi serat optik saat ini, telah dapat
menghasilkan pelemahan (attenuation) kurang dari 20

Gambar 2.2 Blog Diagram sistem komunikasi serat optic
2.3

Definisi Gigabit Passive Optical Network
(GPON)

GPON (Gigabit Passive Optical Network) adalah
suatu teknologi akses optik dengan kecepatan 2,488 Gbps
yang terstandarisasi oleh ITU-T G.984. Teknologi GPON
menawarkan suatu jaringan yang cost-efective, flexible
dan scalbable dalam provisioning voice maupun data
service yang reliable berbasis pada optical access
network.

3

Secara prinsip, GPON terdiri atas OLT (Optical
Line Termination) yang terletak di Central atau pada
STO dan sekumpulan perangkat ONT (Optical network
Terminal) atau ONU (Optical Network Unit) yang
terletak di customer premises. Antara OLT dan ONU
tidak ada perangkat aktif dan dihubungkan melalui ODN
– Optical Distribution Network yang terdiri atas fiber
optik dan passive splitter

a.

b.

Gambar 2.3 Arsitektur Umum GPON
2.4

Prinsip Dasar GPON
Prisip kerja dari GPON yaitu ketika data atau
sinyal dikirimkan dari OLT, maka ada bagian yang
bernama splitter yang berfungsi untuk memungkinkan
serat optik tunggal dapat mengirim ke berbagai ONT.
Untuk ONT sendiri akan memberikan data – data dan
sinyal yang diinginkan oleh user. Pada prinsipnya, Passive
Optical Network adalah sistem point-to-multipoint, dari
fiber ke arsitektur premise network dimana unpowered
optikal splitter (splitter fiber) serat optik tunggal.
Arsitektur sistem GPON berdasarkan pada TDM (Time
Division Multiplexing) sehingga mendukung layanan T1,
E1, dan DS3. ONT mempunyai kemampuan untuk
mentransmisikan data di 3 mode power. Pada mode 1,
ONT akan mentransmisikan pada kisaran daya output
yang normal. Pada mode 2 dan 3 ONT akan
mentransmisikan 3 – 6 dB lebih rendah daripada mode 1
yang mengizinkan OLT untuk memerintahkan ONT
menurunkan dayanya apabila OLT mendeteksi sinyal dari
ONT terlalu kuat atau sebaliknya, OLT akan memberi
perintah ONT untuk menaikkan daya jika terdeteksi sinyal
dari ONT terlalu lemah.
Tabel 2.1 Standar dari Teknologi GPO
Karakteristik
GPON
Standardization
ITU-T G.984
Frame
ATM / GEM
Speed Upstream
1.2 G / 2.4 G
Speed Downstream
1.2 G / 2.4 G
Service
Data, Voice, Video
Transmission Distance
10 km / 20 km
Number of Branches
64
Wavelength Up
1310 nm
Wavelength Down
1490 nm
Splitter
Passive
2.5

Perangkat GPON
Perangkat GPON terdiri dari :

c.

Optical Line Termination (OLT) dipasang di
Central Office, persyaratan umum untuk OLT
yaitu :
 Backplane OLT menyediakan sistem backup
(redudansi) dan koneksi independent 10
Gigabit Ethernet full duplex untuk masingmasing servis slot.
 Kemampuan
switching
fabric
OLT
mempunyai arsitektur non-blocking 150
Gbps full duplex per shelf.
 OLT memiliki universal service slot Untuk
PON card
Sejumlah Optical Network Terminal (ONT) atau
Optical Network Unit (ONT) diletakkan di
beberapa lokasi dalam jaringan akses broadband
point-to-multipoint antara central office dan
customer premises. Persyaratan umum untuk
ONT yaitu :
 Aplikasi di perumahan, kantor, atau pada
building dan curbs.
 Dapat dikontrol secara lokal dan remote
melalui OpenManage Client Instrumentation
(OMCI) sesuai dengan G.984.4
 Menggunakan fiber optik single mode
bidirectional untuk 1310 nm (upstream) dan
1490 nm (downstream)
 Dapat mendukung λ 1550 nm untuk RF
video.
ODN terdiri dari fiber optik dan passive splitters/
couplers serta aksesoris lain seperti konektor
yang
menjadikan
elemen-elemen
ODN
terkoneksi. Spesifikasi untuk ODN (Optical
Distribution Network) yaitu :
 Beroperasi menggunakan transmisi single
optik.
 Physical Reach ODN
 Jarak maksimum dari OLT ke ONT/ONU
sebesar 20 Km dengan cascading splitter 2
stage dan minimum 32 port ONT/ONU.
1. Power link budget
Power link budget dari OLT ke
ONU/ONT minimum 13 dB dan
maksimum 28 dB.
2. Rise time budget
Rise time budget dari OLT ke
ONT/ONU maksimal 0.2917 untuk
pengkodean NRZ dan 0.1458 untuk
pengkodean RZ
3. Fiber Optik
Perangkat
dapat
beroperasi
menggunakan
single
fiber
optic
mengacu standard single mode fiber
(ITU-T G.652).

2.6 Komponen GPON
Komponen-komponen pada teknologi GPON antara
lain yaitu :
1. Sumber cahaya
Sumber cahaya yang digunakan untuk
memancarkan cahaya yang membawa informasi
merupakan hasil pengubahan sinyal listrik menjadi sinyal
optik. Sumber cahaya yang digunakan dalam teknologi

4

GPON adalah Injection Laser Diode (ILD). Jenis ILD
yang digunakan pada sistem GPON antara lain Fabry
Perot Laser dan Distributed Feddback Laser (DFB),
dengan lebar spektrum masing – masing 3nm dan 1nm.
2. Serat optik yang digunakan
Jenis serat optik yang digunakan dalam GPON
yang diaplikasikan untuk komunikasi jarak jauh harus
memiliki kemampuan untuk membawa banyak sinyal
dengan laju bit yang tinggi. Dari dua jenis serat optik yang
ada yaitu single mode dan multimode, yang digunakan
sebagai media transmisi teknologi GPON adalah jenis
single mode, hal ini dikarenakan daerah kerja panjang
gelombang single mode lebih tinggi daripada daerah kerja
panjang gelombang multimode. Sehingga serat optik jenis
ini lebih sesuai digunakan pada transmisi jarak jauh yang
memerlukan transmisi kecepatan tinggi dan rugi – rugi
yang kecil.
3. Optical Line Termination (OLT)
Optikal Line Termination (OLT) sebagai daerah
pusat dari sistem jaringan. OLT merupakan gabungan dari
CWDM,
Gigabit-capable
Ethernet
(GbE)
dan
SONET/SDH yang dipergunakan untuk mentransmisikan
suara, data dan video yang melewati Gigabit-capable
Passive Optikal Network (GPON). OLT mempunyai
fungsi untuk melakukan konversi dari sinyal elektrik
menjadi optik.
Bagian – bagian dari OLT:

Gambar 2.4 Bagian – bagian OLT

4.

Gambar 2.5 Optical Line Terminal
Optical Network Terminal (ONT)

Gambar 2.6 Optical Network Terminal
Optikal Network Terminal (ONT) berada di sisi
pelanggan dari sistem jaringan. Optimate 1000NT (ONT)

mempunyai tugas utama yaitu dipergunakan untuk
mentransmisikan suara, data dan video yang melewati
jaringan Gigabit-capable Passive Optikal Network
(GPON) kepada para pelanggan dan OLT.
5. Flex Manage
Flex Manage yang adalah suatu software untuk
memonitor dari layanan GPON. Flex Manage merupakan
solusi dari management jaringan dari FlexLight yang
dirancang berdasarkan system yang berbasiskan web.
Flexmanage dioperasikan untuk mensetting jaringan atau
mengoperasikan jaringan guna menghindari downtime
(dapat untuk menanggulangi ataupun menghindari
downtime. Dari Flex Manage dapat diketahui alarm apa
yang aktif, sistem reporting, ataupun kegagalan jaringan
GPON.
6. Splitter
Splitter adalah optikal fiber coupler sederhana
yang membagi sinyal optik menjadi beberapa path
(multiple path) atau sinyal – sinyal kombinasi dalam satu
path. Selain itu, splitter juga dapat berfungsi untuk
merutekan dan mengkombinasikan berbagai sinyal optik.
Splitter terdiri dari 3 port dan bisa mencapai dari 32 port.
Berdasarkan
ITU
G.983.1
BPON
Standart
direkomendasikan agar sinyal dapat dibagi untuk 32
pelanggan, namun ratio meningkat menjadi 64
berdasarkan ITU-T G.984 GPON standart. Splitter
mendukung beberapa pilihan ratio pembagian sinyal. Ratio
pembagian dapat menggunakan sebuah alat untuk splitter,
sebagai contoh pemakaian splitter tunggal 1:32, atau
pemakaian splitter secara pararel seperti 1:8 dan 1:4 atau
1:16 atau 1:2.

Gambar 2.7 Splitter
7. Splicer
Alat sambung Serat Optik dikenal dengan
sebutan fusion splicer yaitu suatu alat yang digunakan
untuk menyambung core serat optik yang berbasis kaca
yang mengimplementasikan daya listrik yang sudah
dirubah menjadi sebuah media sinar berbentuk sinar
laser yang berfungsi memanasi kaca yang putus pada
core sehingga terhubung kembali secara baik. Alat
sambung splicer ini harus memiliki keakuratan tinggi
sehingga pada saat penyambungan (splicing) bisa
mendekati sempurna, karena proses terjadinya
pengelasan media kaca terjadi proses peleburan kaca
yang menghasilkan suatu media yang tersambung
dengan utuh tanpa adanya celah karena memiliki
karakter media yang memiliki senyawa yang sama.
Penyambungan bisa saja tidak utuh, karena tidak
mengikuti prosedur penyambungan yang benar. Bila hal
ini terjadi maka proses penyambungan harus diulangi
lagi, hingga mendekati redaman yg sekecil-kecilnya
(dibawah 0.2 dB)
8. Konektor
Konektor terdapat pada ujung dari serat optik
yang terhubung langsung pada perangkat. Konektor
pada fiber optik terbuat dari material yang sederhana
seperti plastik, karet dan kaca sehingga lebih praktis.
Konektor memiliki beberapa jenis, antara lain :
a. FC (Fiber Connector): digunakan untuk kabel
single mode dengan akurasi yang sangat tinggi

5

dalam menghubungkan kabel dengan transmitter
maupun receiver. Konektor ini menggunakan
sistem drat ulir dengan posisi yang dapat diatur,
sehingga ketika dipasangkan ke perangkat lain,
akurasinya tidak akan mudah berubah.
b. SC (Subsciber Connector): digunakan untuk kabel
single mode, dengan sistem dicabut-pasang.
Konektor ini tidak terlalu mahal, simpel, dan dapat
diatur secara manual serta akurasinya baik bila
dipasangkan ke perangkat lain.
c. ST (Straight Tip): bentuknya seperti bayonet
berkunci hampir mirip dengan konektor BNC.
Sangat umum digunakan baik untuk kabel multi
mode maupun single mode. Sangat mudah
digunakan baik dipasang maupun dicabut.
Konfigurasi GPON
Sistem GPON yang dimiliki PT. Telkom
menggunakan isyarat optik dengan panjang gelombang
1490 nm dari metro yang berada disetiap Sentral Telepon
Otomat (STO) untuk downstream dan isyarat optik dengan
panjang gelombang 1310 nm dari metro untuk upstream
yang digunakan untuk mengirim data dan suara.
Sedangkan layanan video dikonversi dahulu ke format
optik dengan panjang gelombang 1550 nm oleh optik
pemancar video (optical video transmitter). Isyarat optik
1550 nm dan 1490 nm ini digabungkan oleh penggabung
(coupler) dan ditransmisikan ke pelanggan secara bersama.
Sehingga dapat dikatakan, tiga panjang gelombang ini
membawa informasi yang berbeda secara bersamaan dan
dalam berbagai arah pada satu kabel serat optik yang
sama.
Konfigurasi sistem GPON pada dasarnya dapat
dibagi menjadi tiga bagian, yatu :
a. Optical Line Terminal (OLT)
OLT menyediakan antarmuka anatara sistem
Passive Optical network (PON) dengan PT.
Telkom (service profider) video, data dan suara.
Bagian ini akan menuju ke sistem operasi pada
metro melalui Element Managemen Sistem
(EMS).
b. Optical Distribution Network (ODN)
ODN merupakan jaringan optik antara OLT
sampai perangkat ONU/ONT. ODN menyediakan
sarana transmisi optik dari OLT terhadap
pelanggan dan sebaliknya. Transmisi ini
menggunakan komponen optik passif. ODN
menyediakan peralatan transmisi optik antara
OLT dan ONU.
ODN sendiri terdiri dari :
 Passive Splitter
 Connector
 Jaringan Fiber optic
 Splices
c. Optical Network Termination / Unit (ONT /
ONU)
ONT / ONU menyediakan interface antara
jaringan optik dengan pelanggan. Sinyal optik
yang ditransmisikan melalui ODN diubah oleh
ONT / ONU menjadikan sinyal elektrik yang
diperlukan untuk layanan pelanggan. Pada
arsitektur FTTH, ONT / ONU diletakan disisi
pelanggan. ONT / ONU dihubungkan melalui

Adaption Unit (AU) yang menyediakan fungsi
penyesuaian antara ONT / ONU dan pelanggan.
Sehingga FTTH atau FTTB sangat sesuai dengan
skema GPON.
d. Set Top Box (STB)
Fungsi dari STB adalah mengkonversi IP
Video (broadcast) menjadi gambar analog yang
dapat ditampilkan pada televisi
2.8

Parameter Untuk Kelayakan Jaringan GPON
Pada sub bab ini akan membahas parameter
jaringan berupa perhitungan power link budget dan rise
time budget jaringan GPON antara STO Tuban menuju
Pelanggan Bank Mandiri OSO Kuta :

2.7

2.8.1 Power Link Budget
Power link budget dihitung sebagai syarat agar
link yang digunakan dayanya melebihi batas ambang dari
daya yang dibutuhkan. Untuk menghitung Power link
budget dapat dihitung dengan rumus:

α tot = L.α serat+Nc.α c+Ns. αs+Sp

Bentuk persamaan untuk perhitungan margin daya adalah :
M = ( Pt – Pr ) - α total - SM
Keterangan :
Pt
= Daya keluaran sumber optik ( dBm)
Pr
= Sensitivitas daya maksimum detektor ( dBm)
SM = Safety margin, berkisar 6-8 dB
α tot = Redaman Total sistem (dB)
L
= Panjang serat optik ( Km)
α c = Redaman Konektor (dB/buah)
αs
= Redaman sambungan ( dB/sambungan)
α serat = Redaman serat optik ( dB/ Km)
Ns
= Jumlah sambungan
Nc
= Jumlah konektor
Sp
= Redaman Splitter (dB)
Margin daya disyaratkan harus memiliki nilai
lebih dari 0 (nol), margin daya adalah daya yang masih
tersisa dari power transmit setelah dikurangi dari loss
selama proses pentransmisian, pengurangan dengan nilai
safety margin dan pengurangan dengan nilai sensitifitas
receiver.
2.8.2 Rise Time Budget
Rise time budget merupakan metode untuk
menentukan batasan dispersi suatu link serat optik.
Metode ini sangat berguna untuk menganalisa sistem
transmisi digital. Tujuan dari metode ini adalah untuk
menganalisa apakah unjuk kerja jaringan secara
keseluruhan telah tercapai dan mampu memenuhi
kapasitas kanal yang diinginkan. Umumnya degradasi
total waktu transisi dari link digital tidak melebihi 70
persen dari satu periode bit NRZ (Non-retum-to-zero)
atau 35 persen dari satu periode bit untuk data RZ
(return-to-zero). Satu periode bit didefinisikan sebagai
resiprokal dari data rate. Untuk menghitung Rise Time
budget dapat dihitung dengan rumus :

6

Keterangan :
ttx
trx
tintermodal
mode)
tintramodal
tmaterial
twaveguide
∆s
uc
d(vb/dv)
∆σ
L
Dm
N2
c
v
a
n1
n2

= Rise time transmitter (ns)
= Rise time receiver (ns)
= bernilai nol (untuk serat optik single
= tmaterial + twaveguide
= ∆σ x L x Dm
= L/C[n2+n2∆ d(vb/dv)]
= (n1-n2)/n1
= 2v1/2
= 1+(uc2+ v2)
= Lebar Spektral (nm)
= Panjang serat optik (Km)
= Dispersi Material (ps/nm.Km)
= Indeks bias selubung
= kecepatan rambat cahaya 3x108
= (2π x a )/( λ) x n1 x (2 x ∆s)1/2
= Jari-jari inti
= indeks bias inti
= Indeks bias selubung
BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Jaringan Optik GPON STO Tuban Kuta ke
Pelanggan
Semakin besarnya kebutuhan konsumen akan
bandwith untuk layanan data dan penunjang layanan layanan lainnya. PT.Telekomunikasi,tbk Denpasar Bali
mulai beralih menerapkan pengunaan media serat optik
khususnya GPON (Gigabyte Passive Optical Network)
sebagai media penerapan program FTTX (Fiber To The
X ) yang dimilikinya. Pemilihan GPON merupakan solusi
yang menunjang saluran informasi yang dengan
kemampuan besar. Salah satu jaringan optik GPON
existing adalah jaringan Sentral Telepon Otomat (STO)
Tuban Kuta menunju pelanggan Bank Mandiri OSO yang
berletak di jalan Pantai Kuta yang dimana memiliki
panjang link ± 4 km.

Gambar 3.1 Skema link GPON ke Pelanggan
Power link budget dan rise time budget dari link
ini harus dianalisa untuk mengetahui peformasi dari
GPON ke pelanggan. Dimana untuk mengetahui redaman
yang terjadi sesuai dengan standar TELKOM yang ada
yaitu redamanan power link budget max 28 dB - min 13
dB serta margin daya di atas 0 dBm, untuk rise time

budget dibawah maksimum rise time dan bit rate sinyal
non-return-to-zero (NRZ) yaitu 0.5833 ns. Sehingga
pelanggan memperoleh pelayanan yang terbaik dari
jaringan GPON itu sendiri.
3.2

Konfigurasi Jaringan Akses
Pada bagian ini kita dapat melihat daftar
perangkat dan jumlah yang digunakan (terdapat pada tabel
3.1). Serta dapat melihat konfigurasi jaringan yang
digunakan berupa teknologi jaringan GPON FTTB (Fiber
To The Building) dari STO Tuban Kuta menuju pelanggan
Bank Mandiri OSO . Dimana skema konfigurasi, OLT
disambungan dengan kabel core menuju ODC, dari ODC
menuju ODP serta berakhir disambungkan ke pelangan
(ONT).
Tabel 3.1 Daftar perangkat yang digunakan
No.

Perangkat

Jumlah

1
2

OLT
ODC

1 unit
1 unit

3

Passive Splitter

1 buah

4

1:4
Distribution

1 buah (500 meter)

5

Cable
ODP Passive

1 unit

6
7

Splitter 1:8
Drop Cable

1 buah
1 buah (100 meter)

8

ONT

1 unit

9
10

Konektor SC
Sambungan

5 buah
5 buah

Splice
3.3

Analisis Jaringan GPON
Setelah mengetahui perangkat dan konfigurasi
jaringan, untuk mengetahui kelayakan sistem maka akan
di analisis parameter power link budget dan rise time
budget.
3.3.1
Power Link Budget
Perhitungan power link budget untuk mengetahui
batasan redaman total yang antara daya keluaran pemancar
dan sensitivitas penerima, apakah sesuai dengan batasan
redaman yang telah ditentukan. Perhitungan power link
budget dilakukan berdasarkan standarisasi ITU-T G.984
dan juga peraturan yang diterapkan PT. TELKOM yaitu
jarak tidak lebih 20 km dan redaman max 28 dB / min 13
dB.
Data – data yang digunakan pada perhitungan antara lain :
Tabel 3.8 Data- data perhitungan Power Link Budget
Data
Besarannya
Daya keluaran Sumber optic
5 dBm
(OLT/ONU)
Sensitivitas detector

-29 dBM

(OLT/ONU)
Redaman serat optik G.652

(0.35, 0.28) dB/Km

(1310/1490)
Redaman serat optik G.657

(0.35, 0.28) dB/Km

7

(1310/1490)
Redaman Splice
Konektor
Jenis Splitter

0.05 dB/splice
0.2 dB

1:4

7.8 dB

1:8
Jumlah sambungan
Jumlah konektor

11 dB
5 buah
5 buah

Perhitungan link power budget pada GPON akan
dibagi menjadi dua bagian, dimana dipengaruhi terhadap
jarak STO dengan ONT. Dikarenakan teknologi GPON
memiliki
panjang
gelombang
asimetrik
dalam
transmisinya. Panjang gelombang untuk uplink sekitar
1310 nm sedangkan untuk downlink sekitar 1490 nm.
Uplink :
Jarak STO Tuban Kuta menuju ONT Bank Mandiri OSO
adalah 4 km dimana dari STO ke ODC 3 km, dari ODC ke
ODP 0.9 km, dan ODP ke ONT 0.1 km.
α tot = L.aserat + Nc.αc + Ns.αs + Sp + Redaman Instalasi
αtot = (4×0.35) + (0.9×0.35) + (0.1×0.35) + (5×0.2) +
(5×0.05) + (11+7.8) + 2.9
αtot = 24.7 dB
Untuk perhitungan margin daya dapat dicari sebagai
berikut :
Pr = Pt - αtot - 6
Pr = 5 - 24.7 - 6
Pr = -25.7 dBm
M = ( PT – PR ) - αtot - SM
M = ( 5 + 29 ) - 25.7 - 6
M = 2.3 dBm
Downlink :
Jarak STO Tuban Kuta menuju ONT Bank Mandiri OSO
adalah 4 km dimana dari STO ke ODC 3 km, dari ODC ke
ODP 0.9 km, dan ODP ke ONT 0.1 km.
α tot = L.αserat + Nc.αc + Ns.αs + Sp + Redaman Instalasi
α tot = (4×0.28) + (0.9×0.28) + (0.1×0.28) + (5×0.2) +
(5×0.05) + (11+7.8) + 2.9
α tot = 24.35 dB
Untuk perhitungan margin daya dapat dicari sebagai
berikut :
Pr = Pt - αtot - 6
Pr = 5 - 24.35 - 6
Pr = -25.35 dBm
M = ( PT – PR ) - αtot - SM
M = ( 5 + 29 ) - 25.35 - 6
M = 2.65 dBm
3.3.2

Rise Time Budget
Rise time budget merupakan metode untuk
menentukan batasan disperse suatu link serat optik.
Metode ini sangat berguna untuk menganalisa sistem
transmisi digital. Tujuannya adalah menganilisis apakah
kinerja jaringan secara keseluruhan telah tercapai dan
mampu memenuhi kapasitas kanal yang di inginkan.
Umumnya degradasi total waktu transisi dari link digital
tidak melebihi 70% dari satu periode bit untuk Return to
Zero. Satu periode bit didefinisikan sebagai resiprokal dari
data rate.
Tabel 3.9 Data - data perhitungan rise time budget
Data
Besarannya

Panjang Gelombang
Lebar Spektral OLT/ONU (

1310 nm dan 1490 nm
1 nm/ 1 nm

∆σ¿
Rise time sumber cahaya

150x10-3/ 200x10-3ns

OLT/ONU (ttx )
Dispersi material (Dm)

0.00356/0.01364

(1310/1490)
Rise time receiver

ns/nm.Km
-

OLT/ONU (trx)
Pengkodean NRZ
Menggunakan Single Mode
Indeks bias inti (n1)
Indek bias selubung (n2)

1.465
1.46

Jari-jari inti (a)

4.5 μm

Sehingga perhitungannya sebagai berikut :
Uplink :
Jarak STO Tuban Kuta menuju ONT Bank Mandiri OSO
adalah 4 km dimana dari STO ke ODC 3 km, dari ODC ke
ODP 0.9 km, dan ODP ke ONT 0.1 km.
Bit rate uplink (Br) = 1.2 Gbps (NRZ)
Tr = (70%)/Br = 0.7/(1.2 × 109 ) = 0.5833 ns
menentukan t intramodal
Tmaterial = ∆σ × L × Dm
= 1nm × 3 Km × 0.00356 ns/( nm.Km )
= 0.01068 ns
∆s
= ( n1 - n2 ) / n1
= (1.465-1.46) / 1.465
= 3.412 × 10-3
V
= ( 2π × a ) / λ × n1 ( 2 × ∆s )1/2
V
= ((2×3.14) × 4.5 μm) / (1.31 μm) × 1.465 ( 2 ×
3.412 × 10-3) )1/2
V
= 2.6081
uc
= 2V1/2
uc
= ( 2 × 2.6081 ) 1/2
uc
= 2.283
d (vb/dv) = 1 + (uc2 / v2 )
d (vb/dv) = 1 + ( 2.283 2 / 2.60812 )
d (vb/dv) = 1.77
twaveguide = L/C [ n2 + n2 ∆ d ( vb / dv ) ]
twaveguide = 3 / ( 3 × 108 ) [ 1.46 + ( 1.46 × 3.412 × 10-3 ) ×
1.77 ]
twaveguide = 1.47 × 10-8 ns
Sehingga besarnya untuk serat optic singlemode :
ttotal
ttotal
ttotal
ttotal
ttotal

= (trx2 + tintramodal2 + tintermodal2 + trx2)1⁄2
= [ (0.2)2 + {(1.47 × 10-8 )2 + 0.01068 2 } + 02 +
0.152 ]1⁄2
= (0.06261)1⁄2
= (0.06261)1⁄2
= 0.25 ns

Downlink :
Jarak STO Tuban Kuta menuju ONT Bank Mandiri OSO
adalah 4 km dimana dari STO ke ODC 3 km, dari ODC ke
ODP 0.9 km, dan ODP ke ONT 0.1 km.
Bit rate downlink (Br) = 2.4 Gbps (NRZ)
Tr = (70%)/Br = 0.7 / ( 2.4 × 109 ) = 0.2917 ns
menentukan t intramodal
Tmaterial = ∆σ × L × Dm

8

= 1nm × 3 Km × 0.01364 ns / (nm.Km)
= 0.04092 ns
∆s
= ( n1 - n2 ) / n1
= ( 1.465 - 1.46 ) / 1.465
= 3.412 × 10-3
V
= ( 2π × a ) / λ × n1 ( 2 × ∆s )1/2
V
= ( ( 2 × 3.14 ) × 4.5 μm ) / (1.49 μm) × 1.465 ( 2
× 3.412 × 10-3)1/2
V
= 2.296
uc
= 2v1/2
uc
= (2×2.296)1/2
uc
= 2.142
d (vb/dv) = 1 + (uc2 / v2)
d (vb/dv) = 1 + ( 2.1422 / 2.2962)
d (vb/dv) = 1.870
twaveguide = L/C [ n2 + n2 ∆ d ( vb / dv ) ]
twaveguide = 3 / ( 3 × 108 ) [ 1.46 + ( 1.46 × 3.412 × 10-3 ) ×
1.870]
twaveguide = 1.47 × 10-8 ns
Sehingga besarnya untuk serat optic singlemode :
ttotal
ttotal
ttotal
ttotal

= (trx2 + tintramodal2 + tintermodal2 + trx2)1⁄2
= [ (0.2)2 + {(1.47 × 10-8 )2 + 0.040922 } + 02 +
0.152 ]1⁄2
= (0.0641)1⁄2
= 0.2533 ns

3.4

Analisa Perhitungan
Setelah dilakukan perhitungan power link budget
dan rise time budget pada jaringan GPON dari STO Tuban
menuju pelanggan Mandiri OSO Kuta dapat disimpulkan
dalam analisa sebagai berikut :
3.4.1

Analisa Power Link Budget
Pada perhitungan power link budget GPON pada
link STO Tuban ke pelanggan Bank Mandiri OSO yang
memiliki ± 4 km. Diperoleh hasil uplink yaitu 2.3 dBm
yang merupakan nilai M dimana nilai tersebut berada
diatas 0 dBm dan total redaman 24.7 dB (dimana nilai
yang ditetapkan oleh Telkom yaitu minimal 13 dB dan
maksimal 28dB), sehingga hasil nilai tersebut masuk
dalam katagori layak power link budget. Dan pada
perhitungan downlink power link budget diperoleh hasil
2.65 dBm yang merupakan nilai M dimana nilai tersebut
berada diatas 0 dBm dan total redaman 24.35 dB (dimana
nilai yang ditetapkan oleh Telkom yaitu minimal 13 dB
dan maksimal 28dB), sehingga hasil nilai tersebut masuk
dalam katagori layak power link budget. Dari hasil analisa
pada perhitungan di atas, dapat mebuktikan bahwa tingkat
kinerja pada pemasangan jaringan sudah baik dimana
sesuai dengan standart total redaman perangkat jaringan
GPON yang di berikan oleh PT. Telekomunikasi, tbk .
3.4.2

Analisa Rise Time Budget
Pada perhitungan rise rime budget, total batasan
disperse time rise budget GPON pada link STO Tuban ke
pelanggan Bank Mandiri OSO yang memiliki ± 4 km.
Untuk uplink disperse total yaitu 0.25 dimana dibawah
maksimum rise time dan bit rate NRZ yaitu 0.5833, dan
untuk downlink disperse total yaitu 0.2533 dimana
dibawah maksimum rise time dan bit rate NRZ yaitu
0.5833, dan untuk downlink disperse total. Dari hasil

analisa perhitungan rise time budget di atas dapat
dipastikan kemungkinan terjadinya degradasi (penurunan)
sinyal digital sepanjang jaringan transmisi yang
disebabkan oleh komponen yang digunakan tidak ada,
dikarenakan jumlah rise time budget yang di peroleh di
bawah standart yang telah ditentukan yaitu 0.5833 (standar
bit rate NRZ). Sehingga jaringan GPON STO Tuban Kuta
memiliki standar sistem yang baik pada rise time budget
sehingga informasi dalam jaringan serat optik tetap
terjamin dan sistem dapat melewatkan bit rate yang
ditransmisikan.
BAB IV
PENUTUP
4.1

Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam sistem jaringan GPON memiliki arsitektur :
Dimana terdiri atas OLT (Optical Line Termination)
yang terletak di Central atau pada STO dan
sekumpulan perangkat ONT (Optical network
Terminal) atau ONU (Optical Network Unit) yang
terletak di customer premises. Antara OLT dan ONU
tidak ada perangkat aktif dan dihubungkan melalui
ODN – Optical Distribution Network yang terdiri atas
fiber optik dan passive splitter. Untuk arsitektur
jaringan lokal akses fiber optik (jarlokaf) terdapat
berbagai modus yaitu fiber to the zone (FTTZ) yang
diterapkan pada daerah perumahan yang jauh dari
sentral, fiber to the curb (FTTC) yang diterapkan bagi
pelanggan bisnis yang terletak di area terbatas, fiber
to the building (FTTB) yang diterapkan bagi
pelanggan bisnis di gedung – gedung bertingkat, dan
fiber to the home (FTTH) yang diterapkan untuk
pelanggan rumahan yang dekat dengan setral. Namun
dalam penerapan GPON di area Denpasar dan
sekitarnya, lebih banyak pada arsitektur jaringan
dengan modus FTTH dan FTTB.
2. Analisa Power Link Budget yang diperoleh pada
jaringan STO Tuban menuju Bank Mandiri OSO :
Dari Perhitungannya total redaman power link budget
dan time rise budget GPON pada link STO Tuban ke
pelanggan Bank Mandiri OSO yang memiliki jarak ±
4 km. Untuk power link budget pada jaringan uplink
memiliki total redaman 24.7 dB (dimana diatas 13 dB
dan dibawah 28 dB) serta memiliki margin di atas 0
dBm yaitu 2.3 dBm, dimana hasil tersebut masuk
dalam kategori layak power link budget. Untuk
downlink budget pada jaringan downlink memiliki
total redaman 24.35 dB (dimana diatas 13 dB dan
dibawah 28 dB) serta memiliki margin di atas 0 dBm
yaitu 2.65 dBm, dimana hasil tersebut masuk dalam
kategori layak power link budget. Jadi dalam hal
redamanan power link budget jaringan GPON STO
Tuban Kuta ke pelanggan Bank Mandiri OSO
memiliki kualitas yang baik dan mampu memberikan
peformansi terbaik ke pelanggan.
3. Analisa Rise Time Budget yang diperoleh pada
jaringan STO Tuban menuju Bank Mandiri OSO :
Dalam Perhitungannya total batasan disperse time rise
budget GPON pada link STO Tuban ke pelanggan
Bank Mandiri OSO yang memiliki ± 4 km. Untuk

9

uplink disperse total yaitu 0.25 dimana dibawah
maksimum rise time dan bit rate NRZ yaitu 0.5833,
dan untuk downlink disperse total yaitu 0.2533
dimana dibawah maksimum rise time dan bit rate
NRZ yaitu 0.5833, dan untuk downlink disperse total.
Jadi pada jaringan GPON STO Tuban Kuta memiliki
standar sistem yang baik pada rise time budget
sehingga informasi dalam jaringan serat optik tetap
terjamin dan sistem dapat melewatkan bit rate yang
ditransmisikan.
4.2
Saran
Berdasarkan kerja praktek yang telah dilakukan,
maka penulis memberikan saran – saran dimana memiliki
hubungan yang erat dengan hal yang dibahas dalam kerja
praktek ini, dimana untuk pihak PT. Telekomunikasi, tbk
Devisi Access Area Denpasar sebaiknya melakukan
perhitungan Power Link Budget dan Rise Time Budget
dengan melakukan pengukuran yang rutin, demi
memperoleh peformansi yang baik untuk jaringan yang
akan diberikan untuk menjaga kepercayaan pelanggan.
Selain hal tersebut, untuk mahasiswa yang akan
membahas topik ini kembali, penulis memberikan saran
untuk melakukan perbandingan secara teori dan praktek,
dengan melakukan pengukuran dengan alat, selain bisa
dijadikan laporan setidaknya membantu pihak PT.
Telekomunikasi, tbk Devisi Access Area Denpasar untuk
menjaga kualitas jaringan yang disediakan khusunya
GPON.

[8]

[9]

UNIKOM, 2011. Sejarah PT. Telkom
Indonesia.tbk
http://elib.unikom.ac.id/download.php?
id=152017 (diakses pada : 10 Juni 2013)
Telkom,
2013.
Info
Perusahaan
http://www.telkom.co.id/info-perusahaan/
(diakses pada : 10 Juni 2013)

DAFTAR PUSTAKA
[1] Adjhis, 2010. Visi dan Misi PT. Telkom.tbk
https://adjhis.wordpress.com/2010/10/12/v
isi-dan-misi-pt-telkom/ (diakses pada : 10
juni 2013)
[2] ITT Telkom, 2011. GPON (Giga Passive
Optical
network).
http://kpg65.wordpress.com/iptek/ftth-2
(diakses pada : 10 Juni 2013)
[3] Palais, J. 2007. Fiber Optic Communications.
New Jersey : Pearson Prentice Hall
[4] Perdana, Hambali, Uripno, 2012. Analisis
Dispersion
Power
Penalty
Pada
Implementasi Teknologi Gigabit Passive
Optical Network (GPON) Studi Kasus
Area Sto Centrum Bandung. Bandung :
Institut Teknologi Telkom
[5] Praja, Aryanta, Lidyawati, 2013. Analisa
Perhitungan dan Pengukuran Transmisi
Jaringan Serat Optik Telkomsel Regional
Jawa Tengah. Malang : Institut teknologi
Nasional
[6] Purna, Vernia, Yetti, 2012. Analisis
Implementasi GPON dan MSAN untuk
Layanan Triple Play pada “Kota 2
ARNET Kota” PT. Telkom Indonesia .
Jakarta : Universitas Bina Nusantara
[7] Rahmadhan, Hambali, Uripno, 2012.
Perancangan Jaringan Akses Fiber To The
Home (Ftth) Menggunakan Teknologi
Gigabit Passive Optical Network (GPON)
Di Perumahan Setraduta Bandung.
Bandung : Institut Teknologi Telkom

10