Makalah Pendidikan Akhlak Sebagai Pembin
NOV
2
Makalah Pendidikan Akhlak Sebagai Pembinaan Kepribadian
PENDIDIKAN AKHLAK SEBAGAI PEMBINAAN KEPRIBADIAN
Oleh :
Feri Fadli
Muhammad Yusran
Muhammad Safri Syaifuddin
Madrasah Aliyah As’adiyah Putera
Sengkang
Di Macanang
2011/2012
PENDIDIKAN AKHLAK SEBAGAI
PEMBINAAN KEPRIBADIAN
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas Bahasa Indonesia yang menjadi
persyaratan untuk mengikuti Ujian Semester Ganjil pada Tahun Ajaran 2011/2012 di
Madrasah Aliyah As’adiyah Putera Sengkang yang berdomisily di Macanang.
Penyusun:
Feri Fadli
Muhammad Yusran
Muhammad Safri Syaifuddin
MADRASAH ALIYAH AS’ADIYAH PUTERA
SENGKANG DI MACANANG
2011/2012
KATAPENGANTAR
Bismillaahir Rahmaanir Rahiim
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah swt. Atas Berkah dan RahmatNya sehingga penyusunan makalah Bahasa Indonesia ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit masalah yang penyusun dapatkan.
Namun berkat kerjasama, do’a restu dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penyusunan
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makanya dari itu penyusun mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan
makalah ini. Terutama ucapan terimah kasih yang tak terhingga kepada:
1) Bapak Mursalim S.Pd selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berkat ilmu yang telah
beliau berikan sehingga masalah yang kami dapatkan dapat teratasi dengan baik.
2) Kanda Agus A.Md. Berkat bimbingan beliau sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu, kritik dan saran sangat kami harapkan dari pihakpihak yang telah membacanya. Atas kritik dan sarannya, penyusun mengucapkan banyak
terima kasih.
Macanang, 17 Desember 2011
Penyusun
DAFTARISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................
HALAMAN JUDUL.......................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................................
1
1.2 Rumusan Masalah.............................................
1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................
1
1.4 Manfaat Penulisan.............................................
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian...........................................................
3
2.2 Akhlak Baik Dan Akhlak Buruk.....................
6
2.2.1 Akhlak Baik..............................................
7
2.2.2 Akhlak Buruk...........................................
8
i
iii
iv
2.3 Berbagai Aliran Tentang Baik Dan Buruk.....
10
2.3.1 Aliran Hedonisme.....................................
10
2.3.2 Aliran Idealisme........................................
10
2.3.3 Aliran Naturalisme...................................
11
2.3.4 Aliran Teologi............................................
12
2.3.5 Aliran Vitalisme........................................
13
2.3.6 Aliran Utilitarisme....................................
13
2.4 Pendidikan Akhlak Sebagai Pendidikan
Budi Pekerti........................................................
14
2.5 Tugas Guru Dalam Pendidikan Akhlak..........
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................
17
3.2 Saran...................................................................
18
RIWAYAT PENYUSUN...............................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................
19
22
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan Akhlak merupakan bagian penting dalam pembinaan kepribadian dan
moral bangsa.Akhlak itu sendiri tidak bisa dipisahkan dari ajaran Islam. Namun dalam
pelaksanaan pendidikannya harus diarahkan untuk membina budi pekerti yang luhur dan
membina moral bangsa.
Dalam melaksanakan pendidikan akhlak, tugas guru adalah membimbing siswa untuk
memiliki kemampuan pemahaman, sikap dan keterampilan dalam berperilaku sebagai
manusia yang berakhlak mulai.Untuk itu guru harus memahami karakter setiap siswa,
berusaha meningkatkan kemampuannya, dan mengantarkan mereka dalam berperilaku sesuai
dengan prinsip-prinsip akhlak mulia.
Pendidikan akhlak yang islami sangat dibutuhkan dan diperlukan pada zaman
sekarang ini.Karena kebudayaan yang baik dari suatu bangsa tidak menjamin memiliki
akhlak dan perilaku yang baik bagi bangsa itu sendiri. Pendidikan akhlak ini dibahas
mengenai pengertian dari pendidikan akhlak, akhlak baik dan akhlak buruk,berbagai aliran
tentang baik dan buruk, pendidikan akhlak sebagai budi pekerti, dan tugas guru dalam
pendidikan akhlak.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan pendidikan akhlak?
2) Mana yang termasuk akhlak baik dan akhlak buruk?
3) Aliran-aliran apa saja yang membahas tentang baik dan buruk?
4) Serta apa tugas guru dalam pendidikan akhlak?
1.3 Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dari karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui maksud dari pendidikan akhlak.
2) Untuk mengetahui akhlak-akhlak yang termasuk akhlak baik atau akhlak buruk.
3) Untuk mengetahui aliran-aliran yang membahas tentang baik dan buruk.
4) Untuk mengetahui tugas guru dalam pendidikan akhlak.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1) Agar menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang pendidikam akhlak.
2) Agar kita dapat membantu dan memperbaiki akhlak bangsa terutama bagi kaum muda-mudi.
3) Agar menambah wawasan bagi penyusun, teman-teman dan bagi pembacanya.
BABII
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan akhlak juga bisa dikatakan sebagai berikut:
a. Perbuatan (hal, cara) mendidik.
b. (ilmu, ilmu didik, ilmu mendidik) pengertian tentang didik/ pendidikan.
c. Pemeliharaan (latihan-latihan) badan, batin dan jasmani.
Pendidikan juga bisa dikatakan sebagai proses membimbing manusia dari kegelapan,
kebodohan, dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas, pendidikan baik formal maupun
yang informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya
sendiri dan tentang dunia tempat tinggal mereka.
Menurut caranya pendidikan terbagi tiga macam :
a. Dressur, yaitu pendidikan berdasarkan paksaan (secara paksa).
b. Latihan untuk membentuk kebiasaan.
c. Pendidikan dimaksudkan untuk membentuk hati nurani yang baik.
Secara istilah pendidikan basa diartikan sebagai latihan mental, moral, dan fisik yang
menghasilkan menusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung
jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan
personalitas serta menanamkan rasa tanggung jawab.
Pendidikan dapat diwujudkan dalam berbagai cara, baik cara yang positif maupun
cara yang negatif. Cara-cara positif : memberi taladan baik, latihan untuk membentuk
kebiasaan, member perintah, memberi pujian dan hadiah. Sementara cara-cara negatif :
mengadakan berbagai larangan, celaan, teguran, dan hukuman.
Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab Akhlaaqun yang merupakan bentuk jamak
dari Khuluqun.Secara bahasa “akhlak” mempunyai arti “budi pekerti, tabiat, watak”.Menurut
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
pengertian sehari-hari umumnya akhlak itu disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan, dan
sopan santun.Khalq merupakan gambaran sifat batin manusia, akhlak merupakan gambaran
bentuk lahir manusia, seperti raut wajah dan badan. Dalam bahasa Yunani,
pengertianKhalq ini dipakai kata ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin,
kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan.Ethicos kemudian berubah menjadi Etika.
Sekalipun pengertian akhlak itu berbeda asal katanya, tapi tidak berjauhan
maksudnya, bahkan kedekatan artinya satu dengan yang lain.
Sedangkan menurut istilah (terminology) para ahli berbeda pendapat tentang definisi
akhlak, tergantung cara pandang masing-masing. Berbagai perbedaan para ahli itu adalah
sebagai berikut :
Farid Ma’ruf mendefinisikan akhlak sebagai kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih
dahulu.
M Abdullah Diroz mendefinisikan akhlak sebagai suatu kekuatan dalam kehendak yang
mantap, kekuatan berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar
(akhlak baik) atau pihak yang jahat (akhlak buruk).
Prof. Dr. Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehandak yang biasa dilakukan.
Segala sesuatu kehendak yang terbiasa dilakukan disebut akhlak.
Sementara itu Ibnu Maskawaih mengemukakan bahwa akhlak adalah perilaku jiwa seseorang
yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan
sebelumnya (kebiasaan sehari-hari).
Sedangkan Al-Gazali memberikan definisi bahwa akhlak adalah segala sifat yang tertanam
dalam hati, yang menimmbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.
Menurut Muhammad bin Ali Asy-Syarif Al-hurjani, akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat
yang tertanam kuat dalam diri yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang mudah dan
ringan tanpa perlu berpikir dan merenung.
Menurut Muhammad bin Ali Al-Faruqi At-Tahanawi, akhlak adalah keseluruhan kebiasaan,
sifat alami, agama, dan harga diri. Selanjutnya Tahanawi menyatakan dengan mengutip
pendapat dari para ulama bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri dengan
kuat yang dapat melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa berpikir panjang,
merenung atau memaksakan diri.
Dari definisi-dedfinisi tersebut terdapat kesamaan dalam hal:
Bahwa akhlak berpangkal pada hati, jiwa atau kehendak.
Diwujudkan dalam perbuatan sebagai kebiasaan (bukan perbuatan yang dibuat-buat, tetapi
sewajarnya).
Dengan demikian untuk mencapai kesempurnaan akhlak, seseorang harus melatih diri
dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari.Seseorang harus berlatih dan
membiasakan diri berpikir dan berkehendak, serta membiasakan mewujudkan pemikiran dan
kehendaknya itu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara demikian seeseorang akan meraih
kesempurnaan akhlak, sebab akhlak seseorang bukanlah tindakan yang direncanakan pada
saat tertentu saja, namun akhlak merupakan keutuhan kehendak dan perbuatan yang melekat
pada seseorang yang akan tampak pada perilakunya sehari-hari.
2.2 Akhlak Baik Dan Akhlak Buruk
Persoalan dengan apa yang menentukan baik dan buruk ini, tidak hanya diperdebatkan
oleh kalangan-kalangan yang berfaham sekulerisme. Problema tersebut tidak terkecuali juga
pernah menjadi bahan perdebatan dikalangan ulama-ulama, hal ini karena adanya perbedaanperbedaan persepsi dalam mengartikan baik dan buruk dari kalangan ulama-ulama islam
tersebut.
Al-Gazali berpendapat bahwa sumber-sumber akhlak baik adalah:
1. Kitab suci Al-Qur’an.
2. Sunnah Nabi.
3. Akal pikiran.
Pendapat Al-Gazali ini sesuai dengan sebuah hadis Nabi yang menyebutkan bahwa
sewaktu Nabi mengutus Mu’as bin Jabal ke negeri Yaman untuk menjadi qadhi (hakim
islam), ketika itu Mu’as ditnya oleh Nabi:”Dengan apakah engkau menjalankan hukum?
Dengan kitab Allah, jawabnya.Kalau engkau tidak mendapatkan? Dengan sunnah Rasul,
jawabnya lagi. Kalau engkau juga tidak mendapatkan keterangan dari sunnah Rasul? Saya
menggunakan akal saya dan saya tidak berputus asa”.
Ada dua penggolongan akhlak secara garis besar yaitu Mahmudah (fadhilah) dan
akhlak Mazmumah (qabihah).Disamping istilah tersebut Imam Al-Gazali meggunakan istilah
“munjiyat” untuk akhlak Mahmudah dan “muhlikat” untuk akhlak Mazmumah.Di kalangan
ahli tasawwuf dikenal sistem pembinaan mental dengan istilahtakhalli, tahalli dan tajalli.
Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, karena
sifat itulah yang dapat mengotori jiwa manusia.Tahalli adalah mengisi jiwa dengan sifat-sifat
terpuji.
Jadi dalam rangka bembinaan mental, penyucian jiwa hingga dapat berada dekat
dengan Tuhan, maka pertama kali yang dilakukan adalah pembersihan jiwa dari sifat-sifat
yang tercela. Setelah itu, jiwa yang bersih diisilah dengan sifat-sifat yang terpuji, hingga
akhirnya sampailah pada tingkat berikutnya yang disebut dengan proses “Tajalli” yaitu
tersingkapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur Ilahi. Akhlak mahmudah ialah segala
macam sikap dan tingkah laku yang baik.Akhlak mazmumah ialah segala macam sikap dan
tingkah laku yang tercela.Akhlak mahmudah dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang
terpendam dalam jiwa manusia, demikian pula dengan akhlak mazmumah dilahirkan oleh
sifat-sifat mazmumah.Oleh karena itu sikap dan tingkah laku yang lahir merupakan cermin
atau gambaran dari sifat batin.
2.2.1 Akhlak Baik
Yang termasuk akhlak baik(mahmudah) ialah sebagai berikut:
a. Ar-Rahman
Yaitu rasa belas kasihan dan lemah lembut.Allah swt.berfirman yang artinya:
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka”(QS. Ali ‘imran/3: 159)
b. Al-Afuww
Yaitu pemaaf dan mau bermusyawarah.Sifat ini harus dimiliki manusia karena pada dasarnya
manusia tidak terbebas dari kesalahan dan kekhilafan.Allah swt.berfirman yang artinya:
“Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu”(QS. Ali ‘imran/3: 159)
c. Amanah
Yaitu percaya dan mampu menepati janji.
d. Anisatun
Yaitu manis muka dan tidak sombong. Manis muka merupakan pembawaan dari lahir, namun
orang yang tidak memilikinya bisa mempelajari dan membiasakan.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
2.2.2
a.
b.
c.
Khusyuk dan Tadarruk
Yaitu tekun dan merendahkan diri di hadapan Allah.Sikap ini hendaknya tidak dilakukan
hanya dalam praktik ibadah semata, tapi sangat dibutuhkan pula dalam aktivitas umum
sehari-hari.
Haya
Yaitu malu kalau diri ini tercela dan malu dihadapan Allah jika melakukan perbuatan
maksiat.
Ikhwan dan Islah
Yaitu persaudaraan dan perdamaian khususnya antara orang beriman.
As-Salihat
Yaitu berbuat baik atau beramal saleh.Amal saleh adalah amal yang diperbolehkan oleh syara
yang disertai ilmu dan niat yang ikhlas.
As-Sabru
Yaitu sabar.Khususnya sabar ketika beribadah dan beramal, sabar untuk tidak melakukan
maksiat, dan sabar ketika tertimpah musibah dan malapetaka.
At-Ta’wun
Yaitu tolong-menolong.Tolong-menolong merupakan cirri kehalusan budi, kesucian jiwa,
dan ketinggian akhlak.
Akhlak Buruk
Yang termasuk akhlak buruk (mazmumah) ialah sebagai berikut:
An-Namimah
Yaitu Egois. Egois artinya hanya mementingkan diri sendiri. Manusia sebagai makhluk
pribadi dan makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri dan memperhatikan kepentingan orang
lain.
Bukhlu
Yaitu kikir.Orang yang kikir adalah orang yang tidak suka berderma, berinfak, bersadaqah,
dan sejenisnya.
Butan
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Yaitu berdusta.Berdusta adalah berbohong baik dengan ucapan, tulisan maupun dengan
isyarat.
Khianat
Yaitu tidak menepati janji.Khianat dapat mengakibatkan kefakiran.
Jubn
Yaitu pengecut.Orang yang penakut untuk mencoba, sebelum mencoba sudah mundur
terlebih dahulu. Sifat pengecut biasanya menimbulkan rasa iri terhadapkeuntungan atau hasil
orang lain.
Gibah
Yaitu menggunjing atau mengumpat. Menggunjing adalah menceritakan kejelekan orang
lain.
Hasad
Yaitu dengki atau iri. Dengki adalah perbuatan yang mengingkari nikmat yang diterimah
orang lain dan menginginkan agar cepat hilang.
Ifsad
Yaitu berbuat kerusakan.
Israf
Yaitu berlebihan atau malampaui batas.Contohnya memakai celana panjang yang menyapu
jalanan, makan terlalu kenyang, dan sebagainya.
Zalim
Artinya aniaya atau tidak adil.
Fawahisyil
Yaitu berbuat dosa besar.
2.3 Barbagai Aliran Tentang Baik Dan Buruk
2.3.1 Aliran Hedonisme
Aliran hedonisme berpendapat bahwa norma baik dan buruk adalah kebahagiaan,
karenanya suatu perbuatan apabila dapat mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu
baik dan sebaliknya perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan. Menurut aliran
ini, setiap manusia selalu menginginkan kebahagiaan, yang merupakan tujuan akhir dari
hidup manusia.Oleh karenanya jalan yang mengantarkan kearahnya dipandang sebagai
keutamaan.
Perbuatan yang baik adalah perbuatan yang menghasilkan kenikmatan atau
kelezatan.Semua manusia ingin mencapai kelezatan karena fitrah manusia dan segala jalan
menuju kelezatan, yang sebabnya tidak mengakibatkan penderitaan.
Kelezatan
ialah
ketentraman
jiwa
yang
berarti
keseimbangan
badan.Hedonisme.Aliran hedonisme mengajarkan manusia agar mencapai kelezatan, karena
pada dasarnya tiap-tiap perbutan ini tidak sunyi dari kelezatan, tetapi aliran ini justru
menyatakan manusia hendak mencari sebesar-besar kelezatan. Apabila ia disuruh memilih
antara beberapa perbuatan wajib ia memilih yang paling besar kelezatannya. Paham ini
mengisyaratkan manusia mencari kelezatan yang sebesar-besarnya bagi dirinya.Setiao
perbuatan harus diarahkan pada kelesatan.Maka apabila terjadi kereguan dalam memilih
perbuatannya, harus diperhitungkan banyak sedikitnya kelesatan dan kepedihannaya.Sesuatu
itu baik apabila diri seseorang yang melakukan perbuatan mengarah pada tujuan.
2.3.2
Aliran Idealisme
Aliran idealisme dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) seseorang yang
berkebangsaan Jerman. Pokok-pokok pandangan etika idealisme adalah:
Wujud yang paling dalam dari kenyataan (hakikat) ialah kerohanian. Seseorang berbuat baik
pada prinsipnya bukan pada orang lain bukan melainkan atas dasar kamauan sendiri dan rasa
kewajiban. Sekalipun diancam dan dicela orsng lain, perbuatan itu dilakukan juga karena
adanya rasa kewajiban yang bersemi dalam rohani manusia.
Factor yang paling penting mempengaruhi manusia adalah kemauan yang melahirkan tindakan
konkrit dan menjadi pokok adalah kemauan baik.
Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan sesuatu hal yang menyempurnakannya
yaitu rasa kewajiban.
Menurut aliran ini, kemauan merupakan faktor terpenting dari wujud tidakan-tindakan
nyata.Oleh karena itu, kemauan yang baik menjadi dasar pokok dalam etika idealisme.
Menurut Kant, untuk dapat terealisasinya tindakan dari kemauan yang baik, kemauan perlu
dihubungkan dengan suatu hal yang baik. Kemauan perlu disempurnakan melalui perasaan
kewajiban.Jadi, ada kemauan yang baik, disertai dengan persaaan kewajiban menjalankan
suatu tindakan, maka terwujudlah tindakan yang baik.
Perbuatan manusia harus berdasarkan prinsip kerohanian yang tinggi, bukan
berdasarkan pada kemauan secara zahir.Perbuatan yang baik berdasarkan atas kemauan
sendiri dan rasa wajib, bukan karena anjuran orang atau mengunginkan pujian orang.Jadi
factor yang mempengaruhi perbuatan manusia adalah kemauan, rasa kewajiban dan tujuan.
2.3.3 Aliran Naturalisme
Manusia dapat berbahagai apabila menurutkan panggilan fitrah dzhahir dan batin
natura kejadian manusia dan inilah yang dikatakan perbuatan yang baik. Jadi, kebahagiaan itu
diperoleh dikala manusia melakukan sesuatu yang sesuai dengan naturanya serta
melangsungkan kehidupannya.
Ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia menurut aliran naturalisme adalah
perbuatan yang sesuai dengan fitrah manusia.Baik mengenai fitrah lahir maupun fitrah
batin.Aliran ini menganggap bahwa kebahagiaan yang menjadi tujuan dari setiap manusia
didapat dengan jalan memenuhi panggilan nature atau kejadian manusia itu sendiri.Itulah
sebabnya, aliran ini dinamakan aliran naturalisme.Aliran ini berpendirian bahwa segala
sesuatu dalam dunia ini menuju pada tujuan yang satu, tetapi dapat dicapainya secara
otomatis tanpa pertimbangan atau perassaan.Hewan menuju kepada tujuan itu dengan naluri
kehewananya, manusia menuju pada tujuan itu dengan akal pikirannya.
2.3.4 Aliran Teologi
Aliran ini berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan
manusia adalah didasarkan atas ajaran Tuhan.Perbuatan itu diperintahkan atau dilarang olehNya.Segala prbuatan yang diperintahkan Tuhan itulah yang baik dan segala perbuatan yang
dilarang Tuhan itulah perbuatan yang buruk.Ajaran-ajaran tersebut sudah dijelaskan dalam
kitab suci.
Perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan instruksi (perintah) Tuhan
dan perbuatan yang tidak baik adalah yang berlawanan dengan perintah Tuhan.Masingmasing agama mempunyai kategori baik dan buruk sendiri-sendiri dan terdapat pula aliranaliran suatu agma yang berlainan dalam ukuran baik dan buruk.Perbedaan itu disebabkan
adanya berbedaan pendapat atau pandangan dalam menginterpretasi dalil-dalil agama. Dosa
berlaku dalam amal bukan dalam fitrah kejadian manusia, demikian menurut islam. Menurut
Kristen, dosa berlaku dalam amal dan dan dalam fitrah kejadian manusia sebagai dosa waris.
2.3.5
Aliran Vitalisme
Perbuatan baik menurut aliran ini ialah orang kuat, dapat memaksakan dan
menekankan kehendaknya agar berlaku dan ditaati oleh orang-orang yang lemah.Manusia
hendaknya memiliki daya hidup (vitalita) yang dapat menguasai dunia dan keselamatan
manusai tergantung atas daya hidupnya.
2.3.6 Aliran Utillitarisme
Paham ini adalah agar manusia dapat mencari kebahagiaan sebesar-besarnya untuk
sesama manusia yang memiliki perasaan.Kelezatan menurut paham ini, bukan kelezatan yang
melakukan perbuatan itu saja, tetapi kelezatan semua orang yang ada hubungannya dengan
perbuatan itu.
Kebahagiaan bersama bagi semua orang harus menjadi pokok pandangan tiap-tiap
orang, bukan kebahagiaan diri sendiri.Kebahagiaan terhitung menjadi keutamaan karena
membuahkan kelezatan bagi manusia lebih banyak dari buah kepediahan.Itulah yang utama,
meskipun memperpedih sebagian orang-orang dan meskipun memperpedih yang melakukan
perbuatan itu sendiri.Demikian pula kerendahan menjadi kerendahan karena kepedihannya
bagi manusia lebih berat daripada kelezatnnaya.
Sifat benar menjadi utama karena ia menambah kebahagiaan masyarakat dan
mempertinggi keadaanya. Demikianlah karena di dalam hidup kita menghajatkan kepada
seorang dokter yang member petunjuk mengenai cara menjaga kesehatan kita, para imsinyur
yang dapat kita percayai perkataannya untuk membangun jembatan-jembatan, ahli-ahli kimia
menerangkan sifat-sifat benda, guru-guru yang mencerdaskan otak pelajar-pelajar dengan apa
yang berguna bagi mereka. Kalau tidak ada sifat benar tidak hak bagi kita untuk
mempercayai kata-kata mereka dan mengambil manfaat dari buah pikiran mereka. Yang baik
adalah yang bermanfaat hasilnya dan yang buruk adalah yang tidak bermanfaat. Manfaat
adalah kebahagiaan manusia yang sebesar mungkin.Sebagai tujuan adalah mencapai
kesenangan hidup sebanyak mungkin dari segi jumlah ataupun nilai.
2.4 Pendidikan Akhlak Sebagai Pendidikan Budi Pekerti
Pendidikan akhlak sering diartiakan dengan pendidikan budi pekerti.Akhlak dan budi
pekerti merupakan dua istilah yang memiliki kesamaan esensi, walaupun akhlak memiliki
cakupan yang lebih luas.Di dalam akhlak terdapat nilai-nilai budi pekerti, baik yang
bersumber dari ajaran agama maupun dari kebudayaan manusia. Budi pekerti mencakup
pengertian watak, sikap, sifat, moral yang tercermin dalam tingkah laku baik dan buruk yang
terukur oleh norma-norma sopan santun, adat istiadat dan tata krama. Sedangkan akhlak
diukur dengan menggunakan norma-norma agama.
Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak
adalah menyiapkan manusia (peserta didik) agar memiliki sikat dan perilaku yang terpuji,
baik ditinjau dari segi norma-norma agama maupun norma-norma sopan santun, adat istiadat
dan tata krama yang berlaku di masyarakatnya.
Secara lebih terperinci lagi bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah “mengkaji dan
menginternalisasi nilai, mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan tumbuh
dan berkembangnya akhlak mulia dalam peserta didik serta mewujudkannya dalam perilaku
sehari-hari dalam konteks sosio-kultural yang berbhineka sepanjang hayat”
Sarana untuk menyampaikan pendidikan akhlak bisa ditempuh melalui beberapa cara
yaitu memanfaatkan substansi dan praktis mata pelajaran yang relevan, memanfaatkan
tanaman dan iklim sosial budaya dunia pendidikan yang sengaja dikembangkan sebagai
lingkungan pendidikan yang memancarkan akhlak/moral luhur, dan memanfaatkan media
massa dan lingkungan masyarakat secara selektif dan adaptif.
2.5 Tugas Guru Dalam Pendidikan Akhlak
Mengenai tugas-tugas, ahli-ahli pendidikan Islam dan ahli-ahli pendidikan Barat telah
sepakat bahwa tugas guru ialah mendidik.Dalam literatur yang ditulis para ahli pendidikan
Islam, tugas guru memiliki peran yang strategis dalam rangka meningkatkan kemampuan
anak didik.Selain itu juga, guru berupaya mengarahkan anak didik untuk menuju manusia
yang cerdas. Adapun tugas guru yaitu:
1. Guru harus mengetahui karakter seorang murid.
2. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya.
3. Guru harus mampu mengantarkan anak didik ke arah pembentukan moral/akhlak mulia.
Ketiga tugas guru ini merupakan sebagian dari beberapa tugas pokok dari seorang
guru.Namun demikian, ketiganya dianggap mewakili dari sekian jumlah tugas guru.Untuk
itu, seorang guru perlu dibantu dengan kekuatan dirinya sendiri dalam upaya “menolong”
anak didiknya agar menjadi manusia yang mampu mengamalkan nilai-nilai normatif dalam
lingkungannya.Dalam hal ini, semua guru harus menjadi sosok teladan yang berwibawa bagi
para siswanya. Hal ini didasari, sebab tidak akan berarti apa-apa bila seorang guru
mengajarkan penyelesaian suatu masalah yang bertentangan dengan cara demokrasi,
sementara guru yang lain dengan cara otoriter. Yaitu seorang guru pendidikan agama dalam
menjawab pertanyaan para siswanya dengan cara yang nalar yaitu dengan menunjukkan dalil/
ketentuan dari agama, perilaku para Nabi dan sahabat, sementara guru yang lain hanya
mengatakan “pokoknya jawabannya harus seperti ini, kalau tidak begitu salah”.
Setiap guru mengajar, tentunya harus membelajarkan para siswanya sesuai dengan
tujuan utuh pendidikan.Tujuan utuh pendidikan jauh lebih liuas dari misi pengajaran yang
dikemas dalam tujuan khusus pendidikan.Rumusan tujuan yang berdasarkan menghendaki
rumusan tujuan yang terukur sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
Para pengembang kurikulum harus dapat membuka diri dalam mengembangkan
pendekatan rumusan tujuan, sebab tidak semua kualitas manusia dapat dinyatakan terukur
berdasarkan kriteria tertentu.Terdapat tujuan-tujuan yang dapat diukur dan bersifat dapat
dikuasai dalam satu atau dua pengalaman belajar, tetapi ada juga yang baru tercapai dalam
waktu belajar yang lebih panjang.Oleh karena itu, pemaksaan suatu pendekatan dalam
pengembangan tujuan tidak dapat dipertahankan lagi.
Dalam penilaian hasil belajar, semua guru seharusnya mengukur kemampuan siswa
dalam segala ranah. Dengan penilaian seperti itu maka akan tergambar sosok utuh siswa
sebenarnya. Akhirnya, dalam menentukan keberhasilan siswa harus dinilai dari berbagai
ranah seperti pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan perilaku (psikomotor).
Selain penilaian dilakukan terhadap semua kemampuan pada saat ujian berlangsung,
boleh jadi seorang gugu memperhitungkan tindak-tanduk siswanya diluar ujian. Seorang guru
mungkin saja tidak akan meluluskan seorang siswa yang mengikuti ujian mata pelajaran
tertentu kerena perilaku siswa tersebut sehari-harinya adalah kurang sopan, selalu usil, dan
suka berbuat keonaran, meskipun dalam melakukan ujian siswa itu berhasil meskipun tidak
menyontek dan menuliskan jawaban ujian dengan tulisan yang jelas dan rapi. Oleh karena itu,
akan tepat apabila setiap mata pelajaran dirumuskan tujuan pelajaran yang mencakupi
kemampuan dalam semua ranah. Artinya, pada setiap rencana pembelajaran termuat
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian, seorang guru akan menilai
kemampuan dalam semua ranah ujian suatu mata pelajaran secara abstrak, tanpa ragu, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Mendasarkan pada pemikiran-pemikiran dan prinsip-prinsip tersebut maka dapat
dimengerti bahwa pendidikan akhlak menghendaki keterpaduan dalam pembelajarannya
dengan semua mata pelajaran.Pendidikan akhlak diintegrasikan kedalam semua mata
pelajaran. Dengan demikian, akan menghindarkan adanya “mata pelajaran batu, media
penyaluran kepentingan, dan pelajaran hafalan yang membosankan”.
BABIII
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari isi pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan menurut bahasa adalah mendidik, melatih, memelihara, dan membimbing.
Sedangkan Secara istilah pendidikan basa diartikan sebagai latihan mental, moral, dan fisik
yang menghasilkan menusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan
tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti
menumbuhkan personalitas serta menanamkan rasa tanggung jawab.
2) Akhlak berasal dari bahasa Arab Akhlaaqun yang merupakan bentuk jamak
dari Khuluqun. Secara bahasa “akhlak” mempunyai arti “budi pekerti, tabiat, watak”.
Sedangkan menurut istilah akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri dengan kuat
yang dapat melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa berpikir panjang,
merenung atau memaksakan diri.
3) Pendidikan akhlak merupakansuatu proses mendidik, memelihara, membetuk, dan
memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berfikir baik yang bersifat formal
maupun informal yang didasarkan pada ajaran-ajaran Islam.
4) Sesuatu yang dikatakan baik apabila ia memberikan kesenangan, kepuasan, dan kenikmatan
sesuai dengan yang diharapkan. Atau dengan kata lain sesuatu yang dinilai positif orang yang
menginginkannya. Sedang buruk apa yang dinila tidak menyenangkan dan tidak memberikan
kepuasan karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga ini dinilai negatif oleh
orang lain.
5) Setiap guru mengajar tentunya harus membelajarkan para siswanya sesuai dengan tujuan
utuh pendidikan. Tujuan utuh pendidikan jauh lebih luas dari misi pembelajaran yang
dikemas dalam tujuan khusus pendidikan. Rumusan tujuan yang berdasarkan pandangan
menghandaki rumusan tujuan yang terukur sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
6) Kepribadian yang secara sederhana adalah “manusia sebagaimana mestinya” (what a man
really is). Jadi, memahami kepribadian seseorang adalah dengan melihat keadaan manusia
sebagaimana mestinya.
3.2 Saran
Adapun saran-saran dari penyusun adalah sebagai berikut:
1) Marilah kita menekankan kepentingan sikap hati serta sikap merendahkan diri yang terletak
didalam lubuk hati untuk menuju kebaikan ataupun kebahagiaan yang didamba-dambakan
setiap insan.
2) Dalam menentukan keberhasilan seorang siswa, setiap guru sebaiknya menilai siswa dari
segala ranah, bukan hanya pada nilai pada saat semester saja.
Nama Lengkap
Nama Panggilan
Tempat dan Tanggal Lahir
Asal Daerah
Makanan Favorit
Minuman Favorit
Warna Favorit
Hobby
Cita-cita
Status
Email
No. Telp/HP
Agama
RIWAYATPENYUSUN
: Feri Fadli
: Very
: Lompulle, 8 juni 1995
: Soppeng
: Nasi Putih
: Air Mineral
: Merah Putih
: Olahraga dan Novel
: Pengarang
: Berpacaran
: xxx
: 0857 6073xxx / 0852 20306xxx
: Islam Sunni
Nama Lengkap
Nama Panggilan
Tempat dan Tanggal Lahir
: Muhammad Yusran
: Ayyunk
: Watampone, 17 Juni 1995
Asal Daerah
Makanan Favorit
Minuman Favorit
Warna Favorit
Hobby
Cita-cita
Status
Email
No. Telp/HP
: Bone
: Nasi Putih
: Air Putih
: Biru
: Sepak Bola
: Jadi Orang Sukses
: Jomblo
: [email protected]
: 0852 38203716
Nama Lengkap
Nama Panggilan
Tempat dan Tanggal Lahir
Asal Daerah
Makanan Favorit
Minuman Favorit
Warna Favorit
Hobby
Cita-cita
Status
Email
No. Telp/HP
: Muhammad Safri S
: Ikky
: Polman, 12 September 1995
: Polman
: Mie Goreng
: Es Kelapa
: Biru dan Merah
: Main Gitar
: Artis Band
: Berpacaran
: [email protected]
: 0878 42982601
DAFTARPUSTAKA
Saputra Thoyib Sah, Wahyuddin. 2008. Aqidah Akhlak. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imperial Bhakti
Utama. Cet. II.
Diposting2nd November 2013olehFeri Fadli
Lihat komentar
Bagi-bagi Ilmu itu Berkah
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
Terkini
Tanggal
Mar 21st
Mar 13th
Dec 19th
Dec 6th
Nov 14th
Nov 7th
Nov 2nd
Oct 29th
Label
Pengarang
Penawaran (Pengantar Ilmu Ekonomi)
Penawaran (Pengantar Ilmu Ekonomi)
PSI-Tujuan dan Ruang Lingkup Studi Islam
PSI-Tujuan dan Ruang Lingkup Studi Islam
Makalah Ushul Fiqhi
Tugas Tafsir Ulumul Qur'an
Tugas Tafsir Ulumul Qur'an
Makalah Seni Rupa Kontemporer
Processor Dan Memory PC
Processor Dan Memory PC
Makalah Pendidikan Akhlak Sebagai Pembinaan Kepribadian
Makalah Pendidikan Akhlak Sebagai Pembinaan Kepribadian
PENGERTIAN AGAMA ARDHI DAN AGAMA SAMAWI
PENGERTIAN AGAMA ARDHI DAN AGAMA SAMAWI
Contoh Biodata Bahasa Inggris
Contoh Biodata Bahasa Inggris
Oct 29th
Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan olehBlogger.
2
Makalah Pendidikan Akhlak Sebagai Pembinaan Kepribadian
PENDIDIKAN AKHLAK SEBAGAI PEMBINAAN KEPRIBADIAN
Oleh :
Feri Fadli
Muhammad Yusran
Muhammad Safri Syaifuddin
Madrasah Aliyah As’adiyah Putera
Sengkang
Di Macanang
2011/2012
PENDIDIKAN AKHLAK SEBAGAI
PEMBINAAN KEPRIBADIAN
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas Bahasa Indonesia yang menjadi
persyaratan untuk mengikuti Ujian Semester Ganjil pada Tahun Ajaran 2011/2012 di
Madrasah Aliyah As’adiyah Putera Sengkang yang berdomisily di Macanang.
Penyusun:
Feri Fadli
Muhammad Yusran
Muhammad Safri Syaifuddin
MADRASAH ALIYAH AS’ADIYAH PUTERA
SENGKANG DI MACANANG
2011/2012
KATAPENGANTAR
Bismillaahir Rahmaanir Rahiim
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah swt. Atas Berkah dan RahmatNya sehingga penyusunan makalah Bahasa Indonesia ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit masalah yang penyusun dapatkan.
Namun berkat kerjasama, do’a restu dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penyusunan
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makanya dari itu penyusun mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan
makalah ini. Terutama ucapan terimah kasih yang tak terhingga kepada:
1) Bapak Mursalim S.Pd selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berkat ilmu yang telah
beliau berikan sehingga masalah yang kami dapatkan dapat teratasi dengan baik.
2) Kanda Agus A.Md. Berkat bimbingan beliau sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu, kritik dan saran sangat kami harapkan dari pihakpihak yang telah membacanya. Atas kritik dan sarannya, penyusun mengucapkan banyak
terima kasih.
Macanang, 17 Desember 2011
Penyusun
DAFTARISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................
HALAMAN JUDUL.......................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................................
1
1.2 Rumusan Masalah.............................................
1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................
1
1.4 Manfaat Penulisan.............................................
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian...........................................................
3
2.2 Akhlak Baik Dan Akhlak Buruk.....................
6
2.2.1 Akhlak Baik..............................................
7
2.2.2 Akhlak Buruk...........................................
8
i
iii
iv
2.3 Berbagai Aliran Tentang Baik Dan Buruk.....
10
2.3.1 Aliran Hedonisme.....................................
10
2.3.2 Aliran Idealisme........................................
10
2.3.3 Aliran Naturalisme...................................
11
2.3.4 Aliran Teologi............................................
12
2.3.5 Aliran Vitalisme........................................
13
2.3.6 Aliran Utilitarisme....................................
13
2.4 Pendidikan Akhlak Sebagai Pendidikan
Budi Pekerti........................................................
14
2.5 Tugas Guru Dalam Pendidikan Akhlak..........
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................
17
3.2 Saran...................................................................
18
RIWAYAT PENYUSUN...............................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................
19
22
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan Akhlak merupakan bagian penting dalam pembinaan kepribadian dan
moral bangsa.Akhlak itu sendiri tidak bisa dipisahkan dari ajaran Islam. Namun dalam
pelaksanaan pendidikannya harus diarahkan untuk membina budi pekerti yang luhur dan
membina moral bangsa.
Dalam melaksanakan pendidikan akhlak, tugas guru adalah membimbing siswa untuk
memiliki kemampuan pemahaman, sikap dan keterampilan dalam berperilaku sebagai
manusia yang berakhlak mulai.Untuk itu guru harus memahami karakter setiap siswa,
berusaha meningkatkan kemampuannya, dan mengantarkan mereka dalam berperilaku sesuai
dengan prinsip-prinsip akhlak mulia.
Pendidikan akhlak yang islami sangat dibutuhkan dan diperlukan pada zaman
sekarang ini.Karena kebudayaan yang baik dari suatu bangsa tidak menjamin memiliki
akhlak dan perilaku yang baik bagi bangsa itu sendiri. Pendidikan akhlak ini dibahas
mengenai pengertian dari pendidikan akhlak, akhlak baik dan akhlak buruk,berbagai aliran
tentang baik dan buruk, pendidikan akhlak sebagai budi pekerti, dan tugas guru dalam
pendidikan akhlak.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan pendidikan akhlak?
2) Mana yang termasuk akhlak baik dan akhlak buruk?
3) Aliran-aliran apa saja yang membahas tentang baik dan buruk?
4) Serta apa tugas guru dalam pendidikan akhlak?
1.3 Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dari karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui maksud dari pendidikan akhlak.
2) Untuk mengetahui akhlak-akhlak yang termasuk akhlak baik atau akhlak buruk.
3) Untuk mengetahui aliran-aliran yang membahas tentang baik dan buruk.
4) Untuk mengetahui tugas guru dalam pendidikan akhlak.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1) Agar menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang pendidikam akhlak.
2) Agar kita dapat membantu dan memperbaiki akhlak bangsa terutama bagi kaum muda-mudi.
3) Agar menambah wawasan bagi penyusun, teman-teman dan bagi pembacanya.
BABII
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan akhlak juga bisa dikatakan sebagai berikut:
a. Perbuatan (hal, cara) mendidik.
b. (ilmu, ilmu didik, ilmu mendidik) pengertian tentang didik/ pendidikan.
c. Pemeliharaan (latihan-latihan) badan, batin dan jasmani.
Pendidikan juga bisa dikatakan sebagai proses membimbing manusia dari kegelapan,
kebodohan, dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas, pendidikan baik formal maupun
yang informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya
sendiri dan tentang dunia tempat tinggal mereka.
Menurut caranya pendidikan terbagi tiga macam :
a. Dressur, yaitu pendidikan berdasarkan paksaan (secara paksa).
b. Latihan untuk membentuk kebiasaan.
c. Pendidikan dimaksudkan untuk membentuk hati nurani yang baik.
Secara istilah pendidikan basa diartikan sebagai latihan mental, moral, dan fisik yang
menghasilkan menusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung
jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan
personalitas serta menanamkan rasa tanggung jawab.
Pendidikan dapat diwujudkan dalam berbagai cara, baik cara yang positif maupun
cara yang negatif. Cara-cara positif : memberi taladan baik, latihan untuk membentuk
kebiasaan, member perintah, memberi pujian dan hadiah. Sementara cara-cara negatif :
mengadakan berbagai larangan, celaan, teguran, dan hukuman.
Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab Akhlaaqun yang merupakan bentuk jamak
dari Khuluqun.Secara bahasa “akhlak” mempunyai arti “budi pekerti, tabiat, watak”.Menurut
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
pengertian sehari-hari umumnya akhlak itu disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan, dan
sopan santun.Khalq merupakan gambaran sifat batin manusia, akhlak merupakan gambaran
bentuk lahir manusia, seperti raut wajah dan badan. Dalam bahasa Yunani,
pengertianKhalq ini dipakai kata ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin,
kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan.Ethicos kemudian berubah menjadi Etika.
Sekalipun pengertian akhlak itu berbeda asal katanya, tapi tidak berjauhan
maksudnya, bahkan kedekatan artinya satu dengan yang lain.
Sedangkan menurut istilah (terminology) para ahli berbeda pendapat tentang definisi
akhlak, tergantung cara pandang masing-masing. Berbagai perbedaan para ahli itu adalah
sebagai berikut :
Farid Ma’ruf mendefinisikan akhlak sebagai kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih
dahulu.
M Abdullah Diroz mendefinisikan akhlak sebagai suatu kekuatan dalam kehendak yang
mantap, kekuatan berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar
(akhlak baik) atau pihak yang jahat (akhlak buruk).
Prof. Dr. Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehandak yang biasa dilakukan.
Segala sesuatu kehendak yang terbiasa dilakukan disebut akhlak.
Sementara itu Ibnu Maskawaih mengemukakan bahwa akhlak adalah perilaku jiwa seseorang
yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan
sebelumnya (kebiasaan sehari-hari).
Sedangkan Al-Gazali memberikan definisi bahwa akhlak adalah segala sifat yang tertanam
dalam hati, yang menimmbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.
Menurut Muhammad bin Ali Asy-Syarif Al-hurjani, akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat
yang tertanam kuat dalam diri yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang mudah dan
ringan tanpa perlu berpikir dan merenung.
Menurut Muhammad bin Ali Al-Faruqi At-Tahanawi, akhlak adalah keseluruhan kebiasaan,
sifat alami, agama, dan harga diri. Selanjutnya Tahanawi menyatakan dengan mengutip
pendapat dari para ulama bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri dengan
kuat yang dapat melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa berpikir panjang,
merenung atau memaksakan diri.
Dari definisi-dedfinisi tersebut terdapat kesamaan dalam hal:
Bahwa akhlak berpangkal pada hati, jiwa atau kehendak.
Diwujudkan dalam perbuatan sebagai kebiasaan (bukan perbuatan yang dibuat-buat, tetapi
sewajarnya).
Dengan demikian untuk mencapai kesempurnaan akhlak, seseorang harus melatih diri
dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari.Seseorang harus berlatih dan
membiasakan diri berpikir dan berkehendak, serta membiasakan mewujudkan pemikiran dan
kehendaknya itu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara demikian seeseorang akan meraih
kesempurnaan akhlak, sebab akhlak seseorang bukanlah tindakan yang direncanakan pada
saat tertentu saja, namun akhlak merupakan keutuhan kehendak dan perbuatan yang melekat
pada seseorang yang akan tampak pada perilakunya sehari-hari.
2.2 Akhlak Baik Dan Akhlak Buruk
Persoalan dengan apa yang menentukan baik dan buruk ini, tidak hanya diperdebatkan
oleh kalangan-kalangan yang berfaham sekulerisme. Problema tersebut tidak terkecuali juga
pernah menjadi bahan perdebatan dikalangan ulama-ulama, hal ini karena adanya perbedaanperbedaan persepsi dalam mengartikan baik dan buruk dari kalangan ulama-ulama islam
tersebut.
Al-Gazali berpendapat bahwa sumber-sumber akhlak baik adalah:
1. Kitab suci Al-Qur’an.
2. Sunnah Nabi.
3. Akal pikiran.
Pendapat Al-Gazali ini sesuai dengan sebuah hadis Nabi yang menyebutkan bahwa
sewaktu Nabi mengutus Mu’as bin Jabal ke negeri Yaman untuk menjadi qadhi (hakim
islam), ketika itu Mu’as ditnya oleh Nabi:”Dengan apakah engkau menjalankan hukum?
Dengan kitab Allah, jawabnya.Kalau engkau tidak mendapatkan? Dengan sunnah Rasul,
jawabnya lagi. Kalau engkau juga tidak mendapatkan keterangan dari sunnah Rasul? Saya
menggunakan akal saya dan saya tidak berputus asa”.
Ada dua penggolongan akhlak secara garis besar yaitu Mahmudah (fadhilah) dan
akhlak Mazmumah (qabihah).Disamping istilah tersebut Imam Al-Gazali meggunakan istilah
“munjiyat” untuk akhlak Mahmudah dan “muhlikat” untuk akhlak Mazmumah.Di kalangan
ahli tasawwuf dikenal sistem pembinaan mental dengan istilahtakhalli, tahalli dan tajalli.
Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, karena
sifat itulah yang dapat mengotori jiwa manusia.Tahalli adalah mengisi jiwa dengan sifat-sifat
terpuji.
Jadi dalam rangka bembinaan mental, penyucian jiwa hingga dapat berada dekat
dengan Tuhan, maka pertama kali yang dilakukan adalah pembersihan jiwa dari sifat-sifat
yang tercela. Setelah itu, jiwa yang bersih diisilah dengan sifat-sifat yang terpuji, hingga
akhirnya sampailah pada tingkat berikutnya yang disebut dengan proses “Tajalli” yaitu
tersingkapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur Ilahi. Akhlak mahmudah ialah segala
macam sikap dan tingkah laku yang baik.Akhlak mazmumah ialah segala macam sikap dan
tingkah laku yang tercela.Akhlak mahmudah dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang
terpendam dalam jiwa manusia, demikian pula dengan akhlak mazmumah dilahirkan oleh
sifat-sifat mazmumah.Oleh karena itu sikap dan tingkah laku yang lahir merupakan cermin
atau gambaran dari sifat batin.
2.2.1 Akhlak Baik
Yang termasuk akhlak baik(mahmudah) ialah sebagai berikut:
a. Ar-Rahman
Yaitu rasa belas kasihan dan lemah lembut.Allah swt.berfirman yang artinya:
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka”(QS. Ali ‘imran/3: 159)
b. Al-Afuww
Yaitu pemaaf dan mau bermusyawarah.Sifat ini harus dimiliki manusia karena pada dasarnya
manusia tidak terbebas dari kesalahan dan kekhilafan.Allah swt.berfirman yang artinya:
“Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu”(QS. Ali ‘imran/3: 159)
c. Amanah
Yaitu percaya dan mampu menepati janji.
d. Anisatun
Yaitu manis muka dan tidak sombong. Manis muka merupakan pembawaan dari lahir, namun
orang yang tidak memilikinya bisa mempelajari dan membiasakan.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
2.2.2
a.
b.
c.
Khusyuk dan Tadarruk
Yaitu tekun dan merendahkan diri di hadapan Allah.Sikap ini hendaknya tidak dilakukan
hanya dalam praktik ibadah semata, tapi sangat dibutuhkan pula dalam aktivitas umum
sehari-hari.
Haya
Yaitu malu kalau diri ini tercela dan malu dihadapan Allah jika melakukan perbuatan
maksiat.
Ikhwan dan Islah
Yaitu persaudaraan dan perdamaian khususnya antara orang beriman.
As-Salihat
Yaitu berbuat baik atau beramal saleh.Amal saleh adalah amal yang diperbolehkan oleh syara
yang disertai ilmu dan niat yang ikhlas.
As-Sabru
Yaitu sabar.Khususnya sabar ketika beribadah dan beramal, sabar untuk tidak melakukan
maksiat, dan sabar ketika tertimpah musibah dan malapetaka.
At-Ta’wun
Yaitu tolong-menolong.Tolong-menolong merupakan cirri kehalusan budi, kesucian jiwa,
dan ketinggian akhlak.
Akhlak Buruk
Yang termasuk akhlak buruk (mazmumah) ialah sebagai berikut:
An-Namimah
Yaitu Egois. Egois artinya hanya mementingkan diri sendiri. Manusia sebagai makhluk
pribadi dan makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri dan memperhatikan kepentingan orang
lain.
Bukhlu
Yaitu kikir.Orang yang kikir adalah orang yang tidak suka berderma, berinfak, bersadaqah,
dan sejenisnya.
Butan
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Yaitu berdusta.Berdusta adalah berbohong baik dengan ucapan, tulisan maupun dengan
isyarat.
Khianat
Yaitu tidak menepati janji.Khianat dapat mengakibatkan kefakiran.
Jubn
Yaitu pengecut.Orang yang penakut untuk mencoba, sebelum mencoba sudah mundur
terlebih dahulu. Sifat pengecut biasanya menimbulkan rasa iri terhadapkeuntungan atau hasil
orang lain.
Gibah
Yaitu menggunjing atau mengumpat. Menggunjing adalah menceritakan kejelekan orang
lain.
Hasad
Yaitu dengki atau iri. Dengki adalah perbuatan yang mengingkari nikmat yang diterimah
orang lain dan menginginkan agar cepat hilang.
Ifsad
Yaitu berbuat kerusakan.
Israf
Yaitu berlebihan atau malampaui batas.Contohnya memakai celana panjang yang menyapu
jalanan, makan terlalu kenyang, dan sebagainya.
Zalim
Artinya aniaya atau tidak adil.
Fawahisyil
Yaitu berbuat dosa besar.
2.3 Barbagai Aliran Tentang Baik Dan Buruk
2.3.1 Aliran Hedonisme
Aliran hedonisme berpendapat bahwa norma baik dan buruk adalah kebahagiaan,
karenanya suatu perbuatan apabila dapat mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu
baik dan sebaliknya perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan. Menurut aliran
ini, setiap manusia selalu menginginkan kebahagiaan, yang merupakan tujuan akhir dari
hidup manusia.Oleh karenanya jalan yang mengantarkan kearahnya dipandang sebagai
keutamaan.
Perbuatan yang baik adalah perbuatan yang menghasilkan kenikmatan atau
kelezatan.Semua manusia ingin mencapai kelezatan karena fitrah manusia dan segala jalan
menuju kelezatan, yang sebabnya tidak mengakibatkan penderitaan.
Kelezatan
ialah
ketentraman
jiwa
yang
berarti
keseimbangan
badan.Hedonisme.Aliran hedonisme mengajarkan manusia agar mencapai kelezatan, karena
pada dasarnya tiap-tiap perbutan ini tidak sunyi dari kelezatan, tetapi aliran ini justru
menyatakan manusia hendak mencari sebesar-besar kelezatan. Apabila ia disuruh memilih
antara beberapa perbuatan wajib ia memilih yang paling besar kelezatannya. Paham ini
mengisyaratkan manusia mencari kelezatan yang sebesar-besarnya bagi dirinya.Setiao
perbuatan harus diarahkan pada kelesatan.Maka apabila terjadi kereguan dalam memilih
perbuatannya, harus diperhitungkan banyak sedikitnya kelesatan dan kepedihannaya.Sesuatu
itu baik apabila diri seseorang yang melakukan perbuatan mengarah pada tujuan.
2.3.2
Aliran Idealisme
Aliran idealisme dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) seseorang yang
berkebangsaan Jerman. Pokok-pokok pandangan etika idealisme adalah:
Wujud yang paling dalam dari kenyataan (hakikat) ialah kerohanian. Seseorang berbuat baik
pada prinsipnya bukan pada orang lain bukan melainkan atas dasar kamauan sendiri dan rasa
kewajiban. Sekalipun diancam dan dicela orsng lain, perbuatan itu dilakukan juga karena
adanya rasa kewajiban yang bersemi dalam rohani manusia.
Factor yang paling penting mempengaruhi manusia adalah kemauan yang melahirkan tindakan
konkrit dan menjadi pokok adalah kemauan baik.
Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan sesuatu hal yang menyempurnakannya
yaitu rasa kewajiban.
Menurut aliran ini, kemauan merupakan faktor terpenting dari wujud tidakan-tindakan
nyata.Oleh karena itu, kemauan yang baik menjadi dasar pokok dalam etika idealisme.
Menurut Kant, untuk dapat terealisasinya tindakan dari kemauan yang baik, kemauan perlu
dihubungkan dengan suatu hal yang baik. Kemauan perlu disempurnakan melalui perasaan
kewajiban.Jadi, ada kemauan yang baik, disertai dengan persaaan kewajiban menjalankan
suatu tindakan, maka terwujudlah tindakan yang baik.
Perbuatan manusia harus berdasarkan prinsip kerohanian yang tinggi, bukan
berdasarkan pada kemauan secara zahir.Perbuatan yang baik berdasarkan atas kemauan
sendiri dan rasa wajib, bukan karena anjuran orang atau mengunginkan pujian orang.Jadi
factor yang mempengaruhi perbuatan manusia adalah kemauan, rasa kewajiban dan tujuan.
2.3.3 Aliran Naturalisme
Manusia dapat berbahagai apabila menurutkan panggilan fitrah dzhahir dan batin
natura kejadian manusia dan inilah yang dikatakan perbuatan yang baik. Jadi, kebahagiaan itu
diperoleh dikala manusia melakukan sesuatu yang sesuai dengan naturanya serta
melangsungkan kehidupannya.
Ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia menurut aliran naturalisme adalah
perbuatan yang sesuai dengan fitrah manusia.Baik mengenai fitrah lahir maupun fitrah
batin.Aliran ini menganggap bahwa kebahagiaan yang menjadi tujuan dari setiap manusia
didapat dengan jalan memenuhi panggilan nature atau kejadian manusia itu sendiri.Itulah
sebabnya, aliran ini dinamakan aliran naturalisme.Aliran ini berpendirian bahwa segala
sesuatu dalam dunia ini menuju pada tujuan yang satu, tetapi dapat dicapainya secara
otomatis tanpa pertimbangan atau perassaan.Hewan menuju kepada tujuan itu dengan naluri
kehewananya, manusia menuju pada tujuan itu dengan akal pikirannya.
2.3.4 Aliran Teologi
Aliran ini berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan
manusia adalah didasarkan atas ajaran Tuhan.Perbuatan itu diperintahkan atau dilarang olehNya.Segala prbuatan yang diperintahkan Tuhan itulah yang baik dan segala perbuatan yang
dilarang Tuhan itulah perbuatan yang buruk.Ajaran-ajaran tersebut sudah dijelaskan dalam
kitab suci.
Perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan instruksi (perintah) Tuhan
dan perbuatan yang tidak baik adalah yang berlawanan dengan perintah Tuhan.Masingmasing agama mempunyai kategori baik dan buruk sendiri-sendiri dan terdapat pula aliranaliran suatu agma yang berlainan dalam ukuran baik dan buruk.Perbedaan itu disebabkan
adanya berbedaan pendapat atau pandangan dalam menginterpretasi dalil-dalil agama. Dosa
berlaku dalam amal bukan dalam fitrah kejadian manusia, demikian menurut islam. Menurut
Kristen, dosa berlaku dalam amal dan dan dalam fitrah kejadian manusia sebagai dosa waris.
2.3.5
Aliran Vitalisme
Perbuatan baik menurut aliran ini ialah orang kuat, dapat memaksakan dan
menekankan kehendaknya agar berlaku dan ditaati oleh orang-orang yang lemah.Manusia
hendaknya memiliki daya hidup (vitalita) yang dapat menguasai dunia dan keselamatan
manusai tergantung atas daya hidupnya.
2.3.6 Aliran Utillitarisme
Paham ini adalah agar manusia dapat mencari kebahagiaan sebesar-besarnya untuk
sesama manusia yang memiliki perasaan.Kelezatan menurut paham ini, bukan kelezatan yang
melakukan perbuatan itu saja, tetapi kelezatan semua orang yang ada hubungannya dengan
perbuatan itu.
Kebahagiaan bersama bagi semua orang harus menjadi pokok pandangan tiap-tiap
orang, bukan kebahagiaan diri sendiri.Kebahagiaan terhitung menjadi keutamaan karena
membuahkan kelezatan bagi manusia lebih banyak dari buah kepediahan.Itulah yang utama,
meskipun memperpedih sebagian orang-orang dan meskipun memperpedih yang melakukan
perbuatan itu sendiri.Demikian pula kerendahan menjadi kerendahan karena kepedihannya
bagi manusia lebih berat daripada kelezatnnaya.
Sifat benar menjadi utama karena ia menambah kebahagiaan masyarakat dan
mempertinggi keadaanya. Demikianlah karena di dalam hidup kita menghajatkan kepada
seorang dokter yang member petunjuk mengenai cara menjaga kesehatan kita, para imsinyur
yang dapat kita percayai perkataannya untuk membangun jembatan-jembatan, ahli-ahli kimia
menerangkan sifat-sifat benda, guru-guru yang mencerdaskan otak pelajar-pelajar dengan apa
yang berguna bagi mereka. Kalau tidak ada sifat benar tidak hak bagi kita untuk
mempercayai kata-kata mereka dan mengambil manfaat dari buah pikiran mereka. Yang baik
adalah yang bermanfaat hasilnya dan yang buruk adalah yang tidak bermanfaat. Manfaat
adalah kebahagiaan manusia yang sebesar mungkin.Sebagai tujuan adalah mencapai
kesenangan hidup sebanyak mungkin dari segi jumlah ataupun nilai.
2.4 Pendidikan Akhlak Sebagai Pendidikan Budi Pekerti
Pendidikan akhlak sering diartiakan dengan pendidikan budi pekerti.Akhlak dan budi
pekerti merupakan dua istilah yang memiliki kesamaan esensi, walaupun akhlak memiliki
cakupan yang lebih luas.Di dalam akhlak terdapat nilai-nilai budi pekerti, baik yang
bersumber dari ajaran agama maupun dari kebudayaan manusia. Budi pekerti mencakup
pengertian watak, sikap, sifat, moral yang tercermin dalam tingkah laku baik dan buruk yang
terukur oleh norma-norma sopan santun, adat istiadat dan tata krama. Sedangkan akhlak
diukur dengan menggunakan norma-norma agama.
Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak
adalah menyiapkan manusia (peserta didik) agar memiliki sikat dan perilaku yang terpuji,
baik ditinjau dari segi norma-norma agama maupun norma-norma sopan santun, adat istiadat
dan tata krama yang berlaku di masyarakatnya.
Secara lebih terperinci lagi bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah “mengkaji dan
menginternalisasi nilai, mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan tumbuh
dan berkembangnya akhlak mulia dalam peserta didik serta mewujudkannya dalam perilaku
sehari-hari dalam konteks sosio-kultural yang berbhineka sepanjang hayat”
Sarana untuk menyampaikan pendidikan akhlak bisa ditempuh melalui beberapa cara
yaitu memanfaatkan substansi dan praktis mata pelajaran yang relevan, memanfaatkan
tanaman dan iklim sosial budaya dunia pendidikan yang sengaja dikembangkan sebagai
lingkungan pendidikan yang memancarkan akhlak/moral luhur, dan memanfaatkan media
massa dan lingkungan masyarakat secara selektif dan adaptif.
2.5 Tugas Guru Dalam Pendidikan Akhlak
Mengenai tugas-tugas, ahli-ahli pendidikan Islam dan ahli-ahli pendidikan Barat telah
sepakat bahwa tugas guru ialah mendidik.Dalam literatur yang ditulis para ahli pendidikan
Islam, tugas guru memiliki peran yang strategis dalam rangka meningkatkan kemampuan
anak didik.Selain itu juga, guru berupaya mengarahkan anak didik untuk menuju manusia
yang cerdas. Adapun tugas guru yaitu:
1. Guru harus mengetahui karakter seorang murid.
2. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya.
3. Guru harus mampu mengantarkan anak didik ke arah pembentukan moral/akhlak mulia.
Ketiga tugas guru ini merupakan sebagian dari beberapa tugas pokok dari seorang
guru.Namun demikian, ketiganya dianggap mewakili dari sekian jumlah tugas guru.Untuk
itu, seorang guru perlu dibantu dengan kekuatan dirinya sendiri dalam upaya “menolong”
anak didiknya agar menjadi manusia yang mampu mengamalkan nilai-nilai normatif dalam
lingkungannya.Dalam hal ini, semua guru harus menjadi sosok teladan yang berwibawa bagi
para siswanya. Hal ini didasari, sebab tidak akan berarti apa-apa bila seorang guru
mengajarkan penyelesaian suatu masalah yang bertentangan dengan cara demokrasi,
sementara guru yang lain dengan cara otoriter. Yaitu seorang guru pendidikan agama dalam
menjawab pertanyaan para siswanya dengan cara yang nalar yaitu dengan menunjukkan dalil/
ketentuan dari agama, perilaku para Nabi dan sahabat, sementara guru yang lain hanya
mengatakan “pokoknya jawabannya harus seperti ini, kalau tidak begitu salah”.
Setiap guru mengajar, tentunya harus membelajarkan para siswanya sesuai dengan
tujuan utuh pendidikan.Tujuan utuh pendidikan jauh lebih liuas dari misi pengajaran yang
dikemas dalam tujuan khusus pendidikan.Rumusan tujuan yang berdasarkan menghendaki
rumusan tujuan yang terukur sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
Para pengembang kurikulum harus dapat membuka diri dalam mengembangkan
pendekatan rumusan tujuan, sebab tidak semua kualitas manusia dapat dinyatakan terukur
berdasarkan kriteria tertentu.Terdapat tujuan-tujuan yang dapat diukur dan bersifat dapat
dikuasai dalam satu atau dua pengalaman belajar, tetapi ada juga yang baru tercapai dalam
waktu belajar yang lebih panjang.Oleh karena itu, pemaksaan suatu pendekatan dalam
pengembangan tujuan tidak dapat dipertahankan lagi.
Dalam penilaian hasil belajar, semua guru seharusnya mengukur kemampuan siswa
dalam segala ranah. Dengan penilaian seperti itu maka akan tergambar sosok utuh siswa
sebenarnya. Akhirnya, dalam menentukan keberhasilan siswa harus dinilai dari berbagai
ranah seperti pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan perilaku (psikomotor).
Selain penilaian dilakukan terhadap semua kemampuan pada saat ujian berlangsung,
boleh jadi seorang gugu memperhitungkan tindak-tanduk siswanya diluar ujian. Seorang guru
mungkin saja tidak akan meluluskan seorang siswa yang mengikuti ujian mata pelajaran
tertentu kerena perilaku siswa tersebut sehari-harinya adalah kurang sopan, selalu usil, dan
suka berbuat keonaran, meskipun dalam melakukan ujian siswa itu berhasil meskipun tidak
menyontek dan menuliskan jawaban ujian dengan tulisan yang jelas dan rapi. Oleh karena itu,
akan tepat apabila setiap mata pelajaran dirumuskan tujuan pelajaran yang mencakupi
kemampuan dalam semua ranah. Artinya, pada setiap rencana pembelajaran termuat
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian, seorang guru akan menilai
kemampuan dalam semua ranah ujian suatu mata pelajaran secara abstrak, tanpa ragu, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Mendasarkan pada pemikiran-pemikiran dan prinsip-prinsip tersebut maka dapat
dimengerti bahwa pendidikan akhlak menghendaki keterpaduan dalam pembelajarannya
dengan semua mata pelajaran.Pendidikan akhlak diintegrasikan kedalam semua mata
pelajaran. Dengan demikian, akan menghindarkan adanya “mata pelajaran batu, media
penyaluran kepentingan, dan pelajaran hafalan yang membosankan”.
BABIII
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari isi pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan menurut bahasa adalah mendidik, melatih, memelihara, dan membimbing.
Sedangkan Secara istilah pendidikan basa diartikan sebagai latihan mental, moral, dan fisik
yang menghasilkan menusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan
tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti
menumbuhkan personalitas serta menanamkan rasa tanggung jawab.
2) Akhlak berasal dari bahasa Arab Akhlaaqun yang merupakan bentuk jamak
dari Khuluqun. Secara bahasa “akhlak” mempunyai arti “budi pekerti, tabiat, watak”.
Sedangkan menurut istilah akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri dengan kuat
yang dapat melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa berpikir panjang,
merenung atau memaksakan diri.
3) Pendidikan akhlak merupakansuatu proses mendidik, memelihara, membetuk, dan
memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berfikir baik yang bersifat formal
maupun informal yang didasarkan pada ajaran-ajaran Islam.
4) Sesuatu yang dikatakan baik apabila ia memberikan kesenangan, kepuasan, dan kenikmatan
sesuai dengan yang diharapkan. Atau dengan kata lain sesuatu yang dinilai positif orang yang
menginginkannya. Sedang buruk apa yang dinila tidak menyenangkan dan tidak memberikan
kepuasan karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga ini dinilai negatif oleh
orang lain.
5) Setiap guru mengajar tentunya harus membelajarkan para siswanya sesuai dengan tujuan
utuh pendidikan. Tujuan utuh pendidikan jauh lebih luas dari misi pembelajaran yang
dikemas dalam tujuan khusus pendidikan. Rumusan tujuan yang berdasarkan pandangan
menghandaki rumusan tujuan yang terukur sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
6) Kepribadian yang secara sederhana adalah “manusia sebagaimana mestinya” (what a man
really is). Jadi, memahami kepribadian seseorang adalah dengan melihat keadaan manusia
sebagaimana mestinya.
3.2 Saran
Adapun saran-saran dari penyusun adalah sebagai berikut:
1) Marilah kita menekankan kepentingan sikap hati serta sikap merendahkan diri yang terletak
didalam lubuk hati untuk menuju kebaikan ataupun kebahagiaan yang didamba-dambakan
setiap insan.
2) Dalam menentukan keberhasilan seorang siswa, setiap guru sebaiknya menilai siswa dari
segala ranah, bukan hanya pada nilai pada saat semester saja.
Nama Lengkap
Nama Panggilan
Tempat dan Tanggal Lahir
Asal Daerah
Makanan Favorit
Minuman Favorit
Warna Favorit
Hobby
Cita-cita
Status
No. Telp/HP
Agama
RIWAYATPENYUSUN
: Feri Fadli
: Very
: Lompulle, 8 juni 1995
: Soppeng
: Nasi Putih
: Air Mineral
: Merah Putih
: Olahraga dan Novel
: Pengarang
: Berpacaran
: xxx
: 0857 6073xxx / 0852 20306xxx
: Islam Sunni
Nama Lengkap
Nama Panggilan
Tempat dan Tanggal Lahir
: Muhammad Yusran
: Ayyunk
: Watampone, 17 Juni 1995
Asal Daerah
Makanan Favorit
Minuman Favorit
Warna Favorit
Hobby
Cita-cita
Status
No. Telp/HP
: Bone
: Nasi Putih
: Air Putih
: Biru
: Sepak Bola
: Jadi Orang Sukses
: Jomblo
: [email protected]
: 0852 38203716
Nama Lengkap
Nama Panggilan
Tempat dan Tanggal Lahir
Asal Daerah
Makanan Favorit
Minuman Favorit
Warna Favorit
Hobby
Cita-cita
Status
No. Telp/HP
: Muhammad Safri S
: Ikky
: Polman, 12 September 1995
: Polman
: Mie Goreng
: Es Kelapa
: Biru dan Merah
: Main Gitar
: Artis Band
: Berpacaran
: [email protected]
: 0878 42982601
DAFTARPUSTAKA
Saputra Thoyib Sah, Wahyuddin. 2008. Aqidah Akhlak. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imperial Bhakti
Utama. Cet. II.
Diposting2nd November 2013olehFeri Fadli
Lihat komentar
Bagi-bagi Ilmu itu Berkah
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
Terkini
Tanggal
Mar 21st
Mar 13th
Dec 19th
Dec 6th
Nov 14th
Nov 7th
Nov 2nd
Oct 29th
Label
Pengarang
Penawaran (Pengantar Ilmu Ekonomi)
Penawaran (Pengantar Ilmu Ekonomi)
PSI-Tujuan dan Ruang Lingkup Studi Islam
PSI-Tujuan dan Ruang Lingkup Studi Islam
Makalah Ushul Fiqhi
Tugas Tafsir Ulumul Qur'an
Tugas Tafsir Ulumul Qur'an
Makalah Seni Rupa Kontemporer
Processor Dan Memory PC
Processor Dan Memory PC
Makalah Pendidikan Akhlak Sebagai Pembinaan Kepribadian
Makalah Pendidikan Akhlak Sebagai Pembinaan Kepribadian
PENGERTIAN AGAMA ARDHI DAN AGAMA SAMAWI
PENGERTIAN AGAMA ARDHI DAN AGAMA SAMAWI
Contoh Biodata Bahasa Inggris
Contoh Biodata Bahasa Inggris
Oct 29th
Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan olehBlogger.