ANALISIS SWOT P T S

Analisis SWOT Program Trans Sarbagita sebagai Strategi Mengurangi
Kemacetan di Bali Khususya Kota Denpasar
HALAMAN
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bali merupakan pulau yang dijuluki oleh mancanegara sebagai pulau
terindah di dunia. Bahkan karena begitu indahnya, bagi mereka yang di luar sana
menyebut Bali sebagai surga terakhir di dunia. Tidak menuntut kemungkinan
sehingga banyak wisatawan asing yang datang ke Bali untuk menikmati
keindahan pulau Bali, baik dari keindahan alamnya hingga keindahan
kebudayaannya. Bahkan terkadang beberapa wisatawan asing rela untuk berlamalama di Bali hanya demi menikmati keindahan Pulau Bali tercinta ini. Betapa Bali
begitu dicintai bukan hanya oleh warganya sendiri melainkan juga oleh warga
dunia. Bahkan Pulau Bali beberapa kali telah mendapat predikat Tujuan
Pariwisata Terbaik Dunia oleh karenanya menjadi tanggung jawab semua
komponen yaitu pemerintah, masyarakat dan komponen lainnya untuk dapat tetap
menjaganya (Dokumentasi UPT Trans Sarbagita, Maret 2013). Selain itu, faktor
keamanan dan kenyamanan dalam semua bidang wajib mendapat perhatian dan
penanganan yang serius dan baik termasuk sistem transportasi. Kita sebagai tuan
rumah sudah harus memulai perancangan sistem infrastruktur modern sebagai
image kota internasional di Kota Denpasar sebagai pusat kota. Sudah merupakan

rahasia umum kondisi beberapa jalan di beberapa penjuru Bali khususnya
Denpasar yang memprihatinkan akibat sering terjadi kemacetan yang semakin
mendekati parah.
Sebenarnya, penyebab utama dari kemacetan lalu lintas Kota Denpasar
yang hampir luar biasa adalah kebiasaan para pengguna transportasi yang bisa
dibilang kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari jalan yang sebagian besar
sempit tetapi hampir seluruh penduduknya menggunakan kendaraan pribadi

khususnya kendaraan roda empat. Berdasarkan data dari Dispenda Bali pada tahun
2007 jumlah total kendaraan mencapai 1.356.392 yang terdiri dari 1.149.777
sepeda motor dan 206.615 mobil, sedangkan pada tahun 2012 atau dalam kurun
waktu lima tahun sudah mencapai 1.946.777 yang terdiri dari 1.636.457 sepeda
motor dan 310.320 mobil. Pertumbuhan kendaraan ini tentu tidak sebanding
dengan pertumbuhan jalan. Jumlah jalan nasional di Bali panjangnya hanya 535
kilometer, sedangkan jalan provinsi 860 kilometer. Apalagi jalan – jalan di Bali
lebarnya bisa dibilang cukup sempit atau kurang lebar. Seiring dengan
berkembangnya

jaman,


banyak

penduduk

atau

masyarakat

Bali

yang

pendapatannya tinggi cenderung memiliki kendaraan lebih dari satu, hal ini dapat
menambah jumlah transportasi yang ada dan tingkat kemacetan di Kota Denpasar.
Tidak hanya itu, terkadang masyarakat yang tinggal di daerah jalan kecil seperti
gang dan tidak memiliki garasi untuk memarkirkan mobilnya tetapi tetap saja
membeli kendaraan pribadi roda empat. Padahal dengan kondisi jalan dan lahan
rumah yang seperti itu sudah tidak memungkinkan untuk memiliki kendaraan roda
empat (mobil). Pada akhirnya mereka akan memarkirkan mobil - mobil mereka di
pinggir jalan raya yang sudah tentu akan membuat kemacetan di sekitar jalan

tersebut. Hal itu sudah menjadi pemandangan umum, yang biasa terjadi di Kota
Denpasar.
Salah satu program pemerintah provinsi untuk mengatasi kemacetan di
wilayah Bali adalah dengan dibentuknya kendaraan umum. Tetapi yang menjadi
permasalahan adalah kurangnya minat masyarakat untuk menaiki kendaraan
umum tersebut karena kurangnya fasilitas-fasilitas yang memadai demi
kenyamanan dan keamanan para penumpang. Tidak hanya itu, tarif penumpang
yang mahal juga menjadi salah satu penghambat minat masyarakat. Maka dari itu,
untuk mewujudkan kelancaran lalu lintas dalam sarana kebutuhan transportasi
Pemerintah Provinsi Bali membentuk suatu program yang dinamai Program Trans
Sarbagita. Program Trans Sarbagita memiliki implementasi angkutan umum yang
terdiri dari Bus dan Elf/Minibus Trans Sarbagita serta microlet/angkutan
pengumpan dengan trayek utama Bus Trans Sarbagita yang merupakan bus
angkutan umum antar kabupaten dan kota yang menghubungkan sejumlah trayek
di empat wilayah Kabupaten/Kota di Bali, yakni wilayah Kota Denpasar,

Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan. Nama Sarbagita diambil dari akronim
Denpasar (Sar), Badung (Ba), Gianyar (Gi) dan Tabanan (Ta). Layanan Trans
Sarbagita diluncurkan oleh Bapak Gubernur Bali pada tanggal 17 Agustus 2011
dan mulai dioperasikan tanggal 18 Agustus 2011 (Dokumentasi UPT Trans

Sarbagita, Maret 2013).
Program Trans Sarbagita merupakan salah satu solusi dari pemerintah
dengan pelaksanaan pengembangan angkutan umum massal berbasis jalan untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan ruas jalan, dimana masyarakat mempunyai
pilihan sarana untuk perjalanan, sehingga kebijakan pembatasan kendaraan di
jalan dan penertiban terhadap pelanggaran lalu lintas dapat dilaksanakan. Dengan
menggunakan tinjauan Analisis SWOT akan dibahas mengenai keunggulan,
kelemahan, peluang serta tantangan Program Trans Sarbagita sebagai salah satu
strategi mengurangi kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar melalui karya
tulis kami.
1.2 Rumusan Masalah
Pernyataan : Melihat keunggulan, kelemahan, peluang dan tantangan Program
Trans Sarbagita sebagai strategi mengurangi kemacetan di Bali khususnya Kota
Denpasar yang memiliki implementasi angkutan umum (trayek) yaitu Bus dan
Minibus Trans Sarbagita serta angkutan pengumpan dengan trayek utama
diduduki oleh Bus Trans Sarbagita.
Harapan : Dapat terwujudnya kelancaran dan ketertiban lalu lintas di jalan, untuk
menunjang kegiatan perekonomian suatu daerah.
1. Apakah keunggulan, kelemahan, peluang dan tantangan pelaksanaan Program
Trans Sarbagita ?

2. Apakah strategi pengembangan program Trans Sarbagita ?
I.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui keunggulan, kelemahan, peluang dan tantangan pelaksanaan
Program Trans Sarbagita.
2. Untuk mengetahui strategi pengembangan Program Trans Sarbagita.

I.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi mengenai Program Trans Sarbagita sebagai strategi
mengurangi kemacetan di Bali khususnya Kora Denpasar.
2. Mewujudkan masyarakat Back to public transport artinya kembali berpergian
dengan transportasi publik, sehingga dapat menciptakan Bali yang bebas
kemacetan.
3. Mewujudkan masyarakat yang sadar akan banyaknya keuntungan yang dapat
diperoleh dari penerapan budaya berpergian dengan transportasi publik.
4. Memberikan pengetahuan kepada penulis mengenai Program Trans Sarbagita
sebagai salah satu alternatif dari pemerintah untuk mengatasi kemacetan di
Bali khususnya Kota Denpasar dalam penulisan karya tulis ilmiah.
5. Mewujudkan masyarakat yang dapat berpikir ke depan mengenai kondisi lalu
lintas di Bali khususnya Kota Denpasar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Trans Sarbagita
2.1.1 ............
Bus Trans Sarbagita adalah bus angkutan umum antar kabupaten dan kota
yang menghubungkan sejumlah trayek di empat wilayah Kabupaten / Kota di
Bali, yakni wilayah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan.
Nama Sarbagita diambil dari akronim Denpasar (Sar), Badung (Ba), Gianyar (Gi)
dan Tabanan (Ta). Layanan Trans Sarbagita diluncurkan oleh Bapak Gubernur
Bali pada tanggal 17 Agustus 2011 dan mulai dioperasikan tanggal 18 Agustus
2011. Adapun dasar penyediaan angkutan umum massal Trans Sarbagita :
1. UU nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan :
a. Pasal 138 ayat (2) Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan
angkutan umum.
b. Pasal 138 ayat (1) Pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan
umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang antarkota antarprovinsi
serta lintas batas Negara.
2. PERDA 16 tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruanng Wilayah (RTRW)

Provinsi Bali.
3. PERDA 6 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJDP) Provinsi Bali Tahun 2005-2025.
2.1.2 Pelaksanaan Program Trans Sarbagita
a. Tahap Implementasi Program Trans Sarbagita
1. Layanan Trans Sarbagita diluncurkan oleh Bapak Gubernur Bali tanggal
17 Agustus 2011 dan mulai dioperasikan pada tanggal 18 Agustus 2011
pada koridor 2 : Batubulan-Nusadua pulang pergi dan Tegal-Bandara
Ngurah Rai pulang pergi.

2. Pada tanggal 7 Oktober 2011 Bapak Bupati Badung meluncurkan 2 trayek
feeder tanjung Benoa-STP-GWK pulang pergi dan Kedongan-GWK
Uluwatu pulang pergi.
3. Pada Trayek Koridor 1 : GOR Ngurah Rai-GWK pulang pergi, layanan
dioperasikan tanggal 10 Agustus 2012, diikuti 4 (empat) trayek feeder
Kota Denpasar mulai bulan September 2012.
b. Standar Pelayanan

II. 2 Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan analisis kondisi internal maupun eksternal

suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang
strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor
kekuatan ( Strength ) dan kelemahan ( Weakness ) sedangkan analisis eksternal
meliputi penilaian terhadap faktor peluang ( Opportunity ) dan tantangan
( Threath ). Berikut ini ada dua macam pendekatan terhadap analisis SWOT, yaitu
:
A. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT yang dikembangkan oleh Kearns
menampilkan delapan kotak, yaitu dua kotak paling atas adalah kotak faktor
eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor
internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya adalah kotak isu-isu
strategis yang akan timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor
internal dan eksternal.
B. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui
perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson
(1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya.
Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah total
perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung


skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian
terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi
penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat
menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai
10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang
peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan
secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah
dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya.
Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang
nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah
point faktor).
2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor
O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada
sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik
pada sumbu Y;
3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran
SWOT.
Opportunity
O


(-,+)

(+,+)

Ubah Strategi

Progresif

W
Weakness

(-,-)
Strategi Bertahan

Kuadran III

Kuadran I

Kuadran IV


Kuadran II

T
Threath

S
Strength

(+,-)
Diversifikasi Strategi

(Sumber : Hisyam, 1998)

Keteragan :
Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima
dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,
memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan
yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi,
artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan
berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus
berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi
disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi
disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus
memperbaiki kinerja organisasi.
Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan
besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya
kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya
organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan
kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil
terus berupaya membenahi diri.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dikawasan Kota Denpasar meliputi halte sarbagita

(halte matahari terbit 1, halte matahari terbit II, ) perumahan akasia dan lapangan
renon. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal Oktober – 31 Oktober2013.
3.2

Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang diambil penulis adalah jenis data primer yaitu data yang

diperoleh langsung dari responden serta narasumber. Responden merupakan
penjawab atas pertanyaan yang diajukan untuk kepentingan penelitian.
3.2.1 Wawancara
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui tanya jawab
secara lisan kepada narasumber (Kepala UPT Sarbagita Drs. I Gede Gunawan
M.Si) pada tanggal 29 Oktober 2013 yang bertempat di UPT Bus Trans Sarbagita
Renon, secara sistematis pertanyaan berlandaskan pada rumusan masalah yang
mengetahui

permasalahan

tersebut.

Wawancara

dilakukan

berdasarkan

pertanyaan, sebanyak 5 buah pertanyaan.
3.2.2 Survei
Survei

merupakan

metode

pengumpulan

data

dengan

melakukan

penyebaran quisioner. Quisioner disebarkan kepada 50 responden yang rata-rata
berumur 17 tahun ke atas secara acak, untuk mengetahui skor yang diperoleh
terhadap setiap pernyataan-pernyataan yang telah diberikan. Responden diminta
untuk memberi skor sesuai skala berikut:
Sangat Setuju

(SS)

=5

Setuju

(S)

=4

Ragu-ragu

(R)

=3

Tidak Setuju

(TS)

=2

Sangat Tidak Setuju

(STS) = 1

3.2.4 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode untuk mencari dokumen atau data-data
yang dianggap penting melalui narasumber (Kepala UPT Sarbagita Drs. I Gede
Gunawan M.Si), artikel koran/majalah, jurnal, pustaka, brosur, buku dokumentasi
serta melalui media elektronik yaitu internet, yang ada kaitannya dengan Program
Trans Sarbagita.
3.2.5 Studi Literatur
Studi literatur adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau
sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu
penelitian. Studi literatur bisa didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku
dokumentasi, internet dan pustaka. .
3.3

Metode Analisis Data

3.3.1 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisi kondisis internal maupun eksternal yang
selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program
kerja. Analisis internal meliputi penilaianterhadap faktor kekuatan (Strength) dan
kelemahan (Weakness).Sementara, analisis eksternal mencangkup faktor peluang
(Opportunity) dan tantangan (Threaths). Yang selanjutnya akan dibentuk strategi
yang tepat untuk pengembangannya (Hasyim, 1998).
3.3.2

Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis lanjutan yang memaparkan hasil

analisis SWOT untuk dijadikan kesimpulan daripada penelitian.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keunggulan, Kelemahan, Peluang, dan Tantangan Program Trans
Sarbagita sebagai Strategi Mengurangi Kemacetan di Bali Khususnya Kota
Denpasar
Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan dengan Kepala UPT
Sarbagita dan 55 responden, diperoleh beberapa keunggulan, kelemahan, peluang
dan tantangan Program Trans Sarbagita sebagai Strategi Mengurangi Kemacetan
di Bali khususnya Kota Denpasar. Hasil wawancara yang kami peroleh adalah
sebagai berikut.
a. Keunggulan Program Trans Sarbagita
Dari hasil wawancara, menurut Kepala UPT Sarbagita ada beberapa
keunggulan Program Trans Sarbagita sebagai strategi mengurangi kemacetan di
Bali khususnya Kota Denpasar adalah :
1. Program Trans Sarbagita merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi
kemacetan di Bali
Menurut responden Program Trans Sarbagita merupakan salah satu
alternatif untuk mengatasi kemacetan dikarenakan permasalahan kemacetan
akan terus berkembang baik intensitasnya maupun cakupan wilayahnya akibat
tidak seimbangnya kapasitas jalan dan kebutuhan pergerakan berdasarkan
faktor – faktor berpengaruh seperti : pertumbuhan penduduk wilayah
Sarbagita di tahun 2001 sampai 2005 sebesar 2,36 % ( Bali hanya 1,64 % ),
pertumbuhan kendaraan bermotor yang tinggi mencapai 12,42 %, dan
rendahnya pertumbuhan jalan yang hanya mencapai 2,28 %. Pertumbuhan
prasana jalan dengan pertumbuhan kendaraan bermotor tidak sebanding
menjadi salah satu penyebab kemacetan, sehingga pemerintah mengeluarkan
alternatif untuk mengatasi kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar
dengan penyediaan angkutan umum bersifat massal yaitu Bus Trans Sarbagita
yang dibuat dengan fasilitas semaksimal mungkin sehingga masyarakat lebih
tertarik untuk berpergian dengan angkutan umum, dimana masyarakat

memiliki pilihan sarana untuk perjalanan sehingga kebijakan pembatasan
kendaraan di jalan dann penertiban terhadap pelanggaran lalu lintas dapat
dilaksanakan sebagai suatu jalan mengurangi kemacetan.
2. Program Trans Sarbagita memiliki standar pelayanan yang tepat waktu.
Menurut responden waktu pengoperasian bus dilakukan setiap hari dengan
asal – tujuan dan rute tetap mulai jam 05.00 – 21.00 WITA, dengan headway rata
– rata 15 menit ( peak season 5 menit dan off peak 25 menit ) dengan toleransi
deviasi 10 %. Waktu menaikkan dan menurunkan penumpang di setiap halte
persinggahan selama 60 detik dengan toleransi 30 detik sehingga penumpang
menunggu kedatangan bus, bukan bus yang menunggu penumpang. Waktu
pengoperasian Bus Trans Sarbagita yang tersusun sedemikian rupa membuat bus
datang dengan terjadwal.
3. Program Trans Sarbagita memiliki fasilitas yang aman dan nyaman.
Menurut responden trayek utama dilayani dengan bus sedang
kapasitas 30 orang dan bus besar dengan kapasitas 50 orang, dan trayek
cabang dilayani kendaraan elf dengan kapasitas 12 orang. Kapasitas yang
cukup besar tentu dapat memuat banyak orang dalam satu bus, selain itu
bus Trans Sarbagita terdapat awak kendaraan yang terdiri dari pramudi
( sopir ) dan pramusaja. Bus Trans Sarbagita memiliki tempat duduk yang
berjejerdi sisi kanan dan kiri dalam bus dimana tempat duduk tersebut
saling berhadapan yang dapat menghindari terjadinya tindak kejahatan
yang sering terjadi pada bus umumnya seperti : pencopetan, hipnotis,
pelecehan, dan lain – lain. Bus Trans Sarbagita juga dilengkapi dengan
fasilitas pintu otomatis, AC dan music yang membuat penumpang menjadi
nyaman berada di dalam bus. Apabila misalnya penumpang lelah sepulang
dari sekolah maupun bekerja, mereka tidak mengendarai kendaraannya
sendiri, cukup dengan naik bus penumpang bisa beristirahat dengan
nyaman dan aman.
4. Program Trans Sarbagita memiliki tarif penumpang yang murah dan dapat
dijangkau semua kalangan masyarakat.

Catatan tarif penumpang Bus Trans Sarbagita berdasarkan SK Gubernur
Bali Nomor 11 Tahun 2011 tanggal 11 April 2011.
 Trayek GOR Ngurah Rai ( Kota ) – GWK
-

Penumpang Umum Rp 3.500

-

Pelajar / Mahasiswa Rp 2.500

 Trayek Batubulan – Nusadua
-

Penumpang Umum Rp 3.500

-

Pelajar / Mahasiswa Rp 2.500

 Trayek Cabang Tegal – Bandara Ngurah Rai
-

Penumpang Umum Rp 3.000

-

Pelajar / Mahasiswa Rp 2.000

Pada tahap pengenalan ini, masih menggunakan karcis yang dapat dibeli di
dalam bus. Setiap penumpang wajib diberi karcis sebagai tanda bukti
pembayaran penumpang. Apabila penumpang berpergian dengan jarak
yang jauh mereka tetap membayar dengan tariff yang sama, yang tentunya
lebih murah dibandingkan berpergian dengan kendaraan pribadi yang
harus membeli bensin. Tarif penumpang dilihat dari catatannya yaitu
murah.
5. Program Trans Sarbagita memiliki layanan tambahan yaitu berupa
angkutan pengumpan yang sangat membantu masyarakat.
Menurut responden, Angkutan (Trayek) Pengumpan dibentuk oleh
Pemerintah Provinsi Bali dengan jumlah 7 trayek yang hanya berada di
wilayah Kota Denpasar untuk memaksimalkan layanan Bus Trans
Sarbagita. Akibat badan Bus Sarbagita yang terlalu besar dan tinggi,
sangat tidak memungkinkan bus memasuki kawasan jalan raya sempit
yang memiliki dua jalur berlawanan arah. Selain itu bus juga tidak bisa
masuk ke wilayah perumahan-perumahan Kota Denpasar, padahal banyak
warga perumahan yang kebanyakan pelajar dan orang kantoran/swasta
memerlukan transportasi umum untuk pergi ke tempat tujuan apalagi bagi
yang tidak memiliki kendaraan roda empat. Maka dari itu, diperlukannya
angkutan pengumpan yang berfungsi untuk membawa penumpang dari
pemukiman menuju halte Trans Sarbagita terdekat. Angkutan Pengumpan

(Feeder) melayani dengan system comuter (tidak berbasis terminal)
dengan menggunakan pola layanan “buy the service” yaitu pembelian
layanan kepada operator dengan acuan Standar Pelayanan Minimal
Angkutan dalam memperhitungkan biaya operasi kendaraan. Selain itu,
angkutan pengumpan dapat dipanggil dengan hanya menelepon dan tarif
penumpangnya pun gratis.
b. Kelemahan Program Trans Sarbagita
1. Program Trans Sarbagita belum dapat mengubah perilaku / budaya / main
set masyarakat dari transportasi pribadi ke arah transportasi massal.
Menurut responden, main set masyarakat belum bisa dirubah
secara revolusioner mengingat banyak faktor yg berpengaruh terhadap
perubahan main set. Salah satunya masyarakat masih menganggap dengan
mengendarai kendaraan pribadi jauh lebih nyaman dan cepat sampai ke
tempat tujuan. Padahal, apabila banyak masyarakat yang mau bepergian
dengan Bus Trans Sarbagita pasti kendaraan pribadi akan semakin
berkurang dan kenyamanan berlalu lintas pun akan muncul karena tidak
timblnya kemacetan di jalan. Tidak hanya itu, masalah gengsi juga
menjadi penyebab utama terutama bagi masyarakat mampu (kalangan
atas) mereka masih mengutamakan penonjolan pada diri sendiri dengan
berkendaraan pribadi (khususnya kendaraan roda empat) dari pada
mengutamakan

kepentingan

masyarakat

banyak

untuk

mengatasi

kemacetan dan mengurangi polusi udara dimana nantinya sangat
berpengaruh pada kesehatan masyarakat di Kota Denpasar.
2. Program Trans Sarbagita belum memiliki jalur khusus.
Menurut responden, Bus Trans Sarbagita belum memiliki jalur
khusus karena kondisi jalan di Bali khususnya Kota Denpasar tidak terlalu
lebar sehingga jalurnya masih menyatu dan menghabiskan sebagian jalan
umum sebagai tempat bus berlaju. Yang mana masih dipengaruhi oleh sepi
ramainya keadaan lalu lintas di jalan raya. Terutama bagi para pekerja
tentu ini sangat tidak menguntungkan karena mereka harus bekerja tepat
waktu. Tetapi, pemerintah tidak mungkin melakukan pelebaran jalan
dengan menggusur pemukiman dan gedung-gedung yang sudah berdiri di

sekitar jalan yang sempit. Tentu itu sangat merugikan masyarakat lainnya
dan proses pembangunan di Kota Denpasar akan terhambat. Selain itu, jika
membuat jalur khusus sekarang tentu itu akan menghabiskan sebagian
jalan umum dan itu justru akan membuat macet apalagi belum terjadinya
perubahan budaya kendaraan pribadi menuju kendaraan umum. Maka dari
itu, karena masih dalam tahap pengenalan, lambat laun bila sudah ada
kemajuan niscaya mengarah ke jalur khusus dan program ini pun akan
berfungsi sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi kemacetan di Bali
khususnya Kota Denpasar.
3. Pada beberapa waktu, kepastian ketepatan waktu Bus Trans Sarbagita
tergantung dari situasi lalu lintas di jalan.
Menurut responden, ini karena Bus Trans Sarbagita belum memiliki jalur
khusus yaitu masih menyatu dengan kendaraan lainnya di jalan umum. Sehingga
bus mengambil sebagian jalur umum untuk berlaju. Jika memiliki jalur khusus
mungkin ketepatan waktu bus tidak tergantung dari situasi lalu lintas di jalan.
Namun, seperti yang telah dikatakan tadi, jika masyarakat yang lain masih
menggunakan kendaraan pribadi sedangkan telah muncul kendaraan umum yang
memiliki fasilitas lengkap seperti AC dan yang lainnya tentu kemacetan lalu lintas
di Kota Denpasar tetap saja tidak berkurang sehingga ketepatan waktu bus akan
telat dan sebaliknya, jika dari dalam diri sendiri telah muncul keinginan
berkendaraan umum maka akan terjamin kepastian ketepatan waktu Bus Trans
Sarbagita akan lancar sebagaimana yang telah diharapkan selama ini.
4. Daerah jangkauan Program Trans Sarbagita masih terbatas.
Menurut responden, daerah jangkauan Bus Trans Sarbagita masih terbatas
karena ada beberapa jalan khususnya di Kota Denpasar tidak sesuai dengan
ukuran tubuh bus yang besar dan tinggi. Sehingga bus tidak bisa melayani
penumpang yang tinggal di jalan-jalan sempit dan pemukiman (perumahan)
dengan maksimal. Maka dari itu, telah diluncurkan kendaraan umum berupa
angkutan pengumpan berwarna hijau dengan aksesbilitas tinggi yang berfungsi
untuk membawa penumpang dari pemukiman menuju halte Trans Sarbagita

terdekat yang telah beroperasi di beberapa wilayah Kota Denpasar. Salah satunya
Feeder TP 01 yang memiliki rute GOR Ngurah Rai-Renon.
5. Bus Trans Sarbagita belum memiliki halte khusus yang menjorok ke
dalam sehingga menggunakan sebagian jalan raya untuk tempat
pemberhentian di depan halte.
Menurut responden, halte khusus belum memungkinkan untuk
dibuat karena lebar jalan yang kurang memadai. Jika dibuat menjorok ke
dalam akan menghalangi pengguna jalan. Halte Bus Trans Sarbagita
hendaknya berada di bibir jalan sehingga memudahkan bagi para
penumpang untuk langsung masuk ke dalam bus seperti Busway di
Jakarta. Tetapi seperti yang telah diungkapkan sebelumnya fasilitas halte
harus dilengkapi fasilitas memadai seperti AC dan CCTV agar penumpang
yang sedang menunggu bus di halte merasa aman dan nyaman. Selain itu,
tinggi halte harus sejajar dengan tinggi bus agar penumpang bisa masuk
langsung menggunakan pintu otomatis.
c. Peluang Program Trans Sarbagita
1. Program Trans Sarbagita dapat mengurangi kemacetan.
Menurut responden, kemacetan disebabkan oleh tidak sebandingnya antara
pertumbuhan kendaraan bermotor dengan pertumbuhan ruas jalan, maka dari itu
pemerintah mencari berbagai alternatif untuk mengatasi kemacetan di Bali
khususnya Kota Denpasar. Adanya program Trans Sarbagita dapat mengurangi
kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar. Apabila masyarakat berpergian
dengan angkutan umum seperti Bus Sarbagita, maka penggunaan kendaraan
pribadi untuk berpergian dapat berkurang sehingga dapat mengurangi jumlah
transportasi pribadi yang berlalu lintas di jalan raya dimana disebabkan oleh
masyarakat yang sudah beralih ke angkutan umum. Oleh karena itu, apabila
masyarakat berpergian dengan Bus Trans Sarbagita maka telah menjalankan
fungsi Bus Sarbagita sebagai alternative yang dapat mengurangi kemacetan di
Bali khususnya Kota Denpasar.
2. Program Trans Sarbagita dapat mengurangi polusi udara.

Menurut responden seluruh kendaraan mengeluarkan gas karbon
monoksida yang menyebabkan polusi udara. Apabila sebagian dari
pengguna kendaraan pribadi di Kota Denpasar beralih untuk berpergian
dengan Bus Trans Sarbagita yang memiliki kapasitas besar, maka Bus
Trans Sarbagita sudah mengurangi penggunaan kendaraan pribadi
sebanyak setengah dari penggunaan kendaraan pribadi seluruhnya. Tentu
hal ini merupakan salah satu bukti Program Trans Sarbagita dapat
mengurangi polusi udara di Bali khususnya Kota Denpasar.
3. Program Trans Sarbagita dapat mengurangi penggunaan BBM.
Menurut responden, Program Trans Sarbagita dapat mengurangi
BBM (Bahan Bakar Minyak) jika kebudayaan lama diganti dengan
kebudayaan baru yang modern. Kebudayaan baru yang modern dalam hal
ini bukan berarti penduduknya kian maju dan menciptakan berbagai
teknologi-teknologi modern seperti mobil mewah dengan fasilitas-fasilitas
lengkap memadai tetapi melainkan lebih meminimalisir produksi dan
penggunaan kendaraan pribadi khususnya yang menggunakan bahan bakar
sebagai sumber energi agar tidak terjadinya kelangkaan Sumber Daya
Alam berupa Bahan Bakar Minyak. Jika kebudayaan lama terus berjalan
mungkin nantinya bukan kelangkaan yang akan terjadi melainkan bahan
bakar minyak akan mengalami kemusnahan.
4. Program Trans Sarbagita dapat menjaga fisik dan keamanan masyarakat.
Menurut responden, Program Trans Sarbagita memiliki peluang
untuk menjaga fisik dan keamanan masyarakat. Hal mana disebabkan oleh
fasilitas kenyamanan seperti full AC, pintu otomatis, dan music yang
membuat penumpang menjadi nyaman untuk beristirahat sejenak di dalam
bus jika mereka merasa lelah. Jadi ini juga merupakan salah satu alternatif
yang dapat meminimalisir kecelakaan pula. Karena, jika masyarakat
sedang mengemudi sebaiknya dianjurkan untuk tidak mengantuk agar
tidak terjadi kecelakaan. Selain itu, Program Trans Sarbagita juga
dilengkapi dengan fasilitas keamanan seperti jendela dan pintu darurat
serta posisi tempat duduk penumpang yang diatur sedemikian rupa untuk
meminimalisir tindak-tindak kejahatan seperti pelecehan, pencurian,

hipnotis, dan sebagainya. Seharusnya, halted an angkutan pengumpan juga
diberikan fasilitas keamanan dan kenyamanan. CCTV juga sebenarnya
sangat berperan penting di dalam halte, angkutan pengumpan dan bus agar
masyarakat lebih tertarik untuk menggunakan Program Trans Sarbagita
untuk bepergian ke tempat tujuan.
5. Program Trans Sarbagita dapat menghemat biaya pengeluaran.
Menurut responden, biaya pengeluaran jauh mejadi lebih hemat
jika masyarakat di Bali khususnya Kota Denpasar mau bepergian
menggunakan

kendaraan

umum.

Karena

jika

masyarakat

mau

memanfaatkan Program Trans Sarbagita dengan maksimal, tentu mereka
tidak akan membeli BBM (Bahan Bakar Minyak) yang harganya semakin
tinggi akibat langkanya BBM kini. Selain itu, masyarakat tidak perlu
mengeluarkan biaya tinggi untuk mendapatkan fasilitas service seperti
ganti oli dan lain-lain. Jadi, cukup Bus Trans Sarbagita dan kendaraan
umum lainnya yang mengeluarkan biaya untuk membeli BBM dan
mendapatkan fasilitas service.
d. Tantangan Program Trans Sarbagita
1. Program Trans Sarbagita belum dapat mengubah main set masyarakat untuk
menutup budaya lama menggunakan kendaraan pribadi.
Menurut responden Program Trans Sarbagita belum dapat merubah main
set masyarakat, ini dapat dilihat dari masih banyaknya masyarakat yang
berpergian dengan kendaraan pribadi sampai saat ini. Masyarakat masih enggan
untuk berpergian dengan kendaraan umum dikarenakan masyarakat merasa
berpergian dengan kendaraan pribadi lebih nyaman dan efisien. Karena kebiasaan
masyarakat yang cenderung berpergian dengan kendaraan pribadi ini-lah yang
membuat Program Trans Sarbagita masih sedikit peminatnya. Hal ini sangat
tergantung dari banyak faktor seperti, harga ticket, jangkauan bus itu sendiri,
fasilitas yg memadai seperti bus yang nyaman, angkutan pengumpan yg nyaman,
halte yg nyaman dan jalur bus yg menyendiri sehingga tidak terpengaruh oleh lalu
lintas umum.

2. Program Trans Sarbagita malah membuat macet karena tidak memiliki
jalur khusus.
Menurut responden Bus Trans Sarbagita malah membuat macet
karena megingat ukuran Bus Sarbagita yang besar tetapi tidak memiliki
jalur khusus. Ukuran dari Bus Sarbagita sudah menghabiskan setengah
badan jalan, sehingga pada jalan dengan dua jalur, Bus Trans Sarbagita
dapat menutup jalur yang satunya. Ini tentu menambah terjadinya
kemacetan. Maka dari itu sebaiknya Bus Trans Sarbagita dibuatkan jalur
khusus agar perjalanan Bus Trans Sarbagita tetap lancar dan dapat datang
tepat waktu bagaimana pun kondisi jalan raya. Selain itu peenumpang juga
dapat sampai di tempat tujuan tepat pada waktunya, dengan begitu
mungkin masyarakat akan lebih tertarik untuk berpergian dengan Bus
Trans Sarbagita.
3. Program Trans Sarbagita kurang sosialisasi dalam media cetak atau media
elektonik lainnya.
Menurut responden banyak yang tidak tahu mengenai Program
Trans Sarbagita karena kurangnya sosialisasi dalam media cetak dan
media elektronik. Bahkan banyak masyarakat yang belum pernah menaiki
Bus Trans Sarbagita. Masyarakat hanya mengenal Bus Trans Sarbagita
dari mulut ke mulut. Oleh sebab itu, beberapa dari masyarakat tidak
mengetahui jalur-jalur mana saja yang dilalui Bus Trans Sarbagita. Selain
itu, masyarakat khususnya Kota Denpasar juga banyak yang belum
mengenal angkutan pengumpan yang sudah beroperasi di beberapa koridor
Denpasar. Hal itu pula, menjadi penyebab masyarakat untuk enggan
bepergian menggunakan Bus Trans Sarbagita karena halte yang kurang
dekat dengan perumahan dan bus tidak melewati jalur tersebut. Padahal, di
saat kondisi lalu lintas yang seperti ini angkutan pengumpan sangat
berperan penting dalam mempermudah masyarakat untuk pergi ke halte
terdekat. Tetapi, apabila fasilitas- fasilitas yang diberikan Program Trans
Sarbagita belum dapat mengubah main set masyarakat untuk lebih

cendrung berkendaraan Sarbagita dari pada menggunakan kendaraan
pribadi, gembar gembor sosialisasi juga tidak akan banyak gunanya.
4. Kurangnya armada yang dioperasikan (bantuan dari pemerintah pusat)
pada program Trans Sarbagita khususnya pada koridor 1.
Menurut responden kurangnya armada yang dioperasikan pada
Program Trans Sarbagita khususnya koridor 1 dikarenakan bantuan yang
diberikan pemerintah pusat belum bisa di realisasikan. Selain itu
disebabkan oleh birokrasi pemerintah sangat rumit dan membutuhkan
biaya yang sangat besar. Seharusnya armada yang dioperasikan pada
koridor 1 lebih ditingkatkan lagi mengingat sudah banyak mahasiswa
menggunakan fasilitas umum Bus Trans Sarbagita.
5. Rendahnya animo masyarakat untuk menggunakan transportasi publik
seperti Bus Trans Sarbagita dan sebagainya di tengah kemacetan saat ini.
Menurut

responden

rendahnya

animo

masyarakat

untuk

menggunakan tranportasi publik dipengaruhi berbagai faktor seperti :
kebiasaan masyarakat yang lebih senang berpergian menggunakan
kendaraan pribadi, kurangnya minat masyarakat untuk berpergian dengan
transportasi publik, dan sebagainya. Mengenai faktor - faktor yg
mempengaruhi sehingga kita tidah bisa merubah main set masyarakat
secara instant tanpa disertai dengan usaha seperti : meningkatkan
sosialisasi mengenai transportasi publik salah satunya Bus Trans Sarbagita
dan meningkatkan kualitas fasilitas dari Bus Trans Sarbagita beserta
fasilitas pendukungnya, sehingga animo masyarakat untuk berpergian
dengan transportasi publik yaitu Bus Trans Sarbagita dapat meningkat.

4.2 Data Analisis SWOT Program Trans Sarbagita Secara Kuantitatif
sebagai Strategi Mengurangi Kemacetan di Bali Khususnya Kota Denpasar
Setelah selesai mencatat hasil data berupa keunggulan, kelemahan,
peluang dan tantangan Program Trans Sarbagita berdasarkan metode kualitatif,

kami melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu berupa penyebaran quisioner untuk
memperoleh skor secara kuantitatif.
Tabel 4.2.1 Hasil Pengamatan Terhadap Program Trans Sarbagita
Kategori

S

W

No

Penyataan

Jumlah respon
SS

S

R

TS

TST

1

Program Trans Sarbagita merupakan salah
satu alternatif untuk mengatasi kemacetan
di Bali.

16

25

6

3

0

2

Program Trans Sarbagita memiliki standar
pelayanan yang tepat waktu.

4

15

20

10

1

3

Program Trans Sarbagita memiliki fasilitas
yang aman dan nyaman.

11

30

9

0

-

4

Program Trans Sarbagita memiliki tarif
penumpang yang murah dan dapat
dijangkau semua kalangan masyarakat.

27

19

3

1

-

5

Program Trans Sarbagita memiliki layanan
tambahan berupa angkutan pengumpan
yang sangat membantu masyarakat.

15

21

12

2

-

1

Program Trans Sarbagita belum dapat
mengubah prilaku / budaya / main set
masyarakat dari transportasi pribadi ke
arah transportasi massal.

5

23

12

9

1

2

Program Trans Sarbagita belum memiliki
jalur khusus.

14

25

3

6

2

3

Pada beberapa waktu, kepastian ketepatan
waktu Bus Trans Sarbagita tergantung dari
situasi lalu lintas di jalan.

15

24

8

3

-

4

Daerah
jangkauan
Program
Sarbagita masih terbatas.

Trans

12

26

5

7

-

5

Bus Trans Sarbagita belum memiliki halte
khusus yang menjorok ke dalam sehingga
menggunakan sebagian jalan raya untuk
tempat pemberhentian di depan halte.

8

20

7

14

1

1

Program
Trans
Sarbagita
mengurangi kemacetan.

dapat

10

14

18

8

-

2

Program

dapat

11

15

15

8

1

Trans

Sarbagita

mengurangi polusi udara.

O

T

3

Program
Trans
Sarbagita
mengurangi penggunaan BBM.

4

dapat

13

16

12

7

2

Program Trans Sarbagita dapat menjaga
fisik dan keamanan masyarakat.

6

23

16

5

-

5

Program Trans Sarbagita dapat menghemat
biaya pengeluaran.

11

32

7

-

-

1

Program Trans Sarbagita belum dapat
mengubah main set masyarakat untuk
menutup budaya lama menggunakan
kendaraan pribadi.

8

24

11

7

-

2

Program Trans Sarbagita malah membuat
macet karena tidak memiliki jalur khusus.

5

19

13

12

1

3

Program Trans Sarbagita kurang sosialisasi
dalam media cetak atau media elektronik
lainnya.

8

21

13

8

-

Kurangnya armada yang dioperasikan
(bantuan dari pemerintah pusat) pada
program Trans Sarbagita khususnya pada
koridor 1.

4

29

15

2

-

Rendahnya animo masyarakat untuk
menggunakan transportasi public seperti
Bus Trans Sarbagita dan sebagainya di
tengah kemacetan saat ini.

14

22

10

4

-

4

5

Berdasarkan hasil pengamatan, selanjutnya menghitung nilai pada masingmasing faktor SWOT, yaitu :


S–W=X

dan


O–T=Y

Keterangan :
S–W=X

(Keunggulan dikurangi kelemahan maka akan diperoleh nilai X)

O–T=Y

(Peluang dikurangi tantangan maka akan diperoleh nilai Y)

Maka diperoleh hasil X = 59 dan Y = 9 (perhitungan lengkap pada
Lampiran ...), yang jika dibuat dalam diagram kartesius maka hasilnya berada
pada Kuadran 1 (Gambar 4.1)
Y = 59

59
Kuadran
II

Kuadran
I

9
Kuadran
IV

X=9
Kuadran
II

Gambar 4.1 lihat contoh....
Dilihat dari data diagram kartesius di atas, hasil penelitian menunjukan
bahwa skor keunggulan dengan peluang berada pada kuadran I sehinggga
menghasilkan nilai X dan Y yang berupa positif dengan positif. Sesuai dengan
pendapat Hisyam, 1998 pada posisi ini menandakan sebuah program yang kuat
dan berpeluang. Maka dari itu, rekomendasi strategi yang cocok untuk
mendukung Program Trans Sarbagita adalah strategi Progresif artinya program
yang dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus
melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara
maksimal. Sehingga Program Trans Sarbagita dapat menjadi salah satu strategi
untuk menngurangi kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar.

4.3 Strategi Program Trans Sarbagita

1. Melakukan kajian-kajian dengan memperbanyak sosialisasi mengenai Program
Trans Sarbagita
Strategi Program Trans Sarbagita dengan memperbanyak sosialisasi ke
sekolah-sekolah, kantor-kantor, hotel dan lain-lain mengenai alternatif pemerintah
dalam mengatasi kemacetan beserta keunggulan dari Program Trans Sarbagita
sehingga minat mayarakat untuk berpergian dengan kendaraan umum dan animo
masyarakat mengenai transportasi publik dapat meningkat.
2. Pemerintah memberikan subsidi ke masyarakat
Pemerintah memberi subsidi ke masyarakat sebagai salah satu strategi
Program Trans Sarbagita dengan memberikan harga tiket Bus Sarbagita yang
dapat dijangkau semua kalangan masyarakat disertai dengan fasilitas yang
memadai sehingga masyarakat merasa lebih nyaman dalam berpergian dengan
transportasi publik tetapi tetap dengan tarif yang murah.

BAB V
PENUTUP
V.1 Simpulan
1. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa ada beberapa keunggulan dan kelemahan Program Trans Sarbagita.
Keunggulannya yaitu Program Trans Sarbagita merupakan salah satu
alternative untuk mengatasi kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar
yang memiliki standar pelayanan yang tepat waktu, fasilitas yang aman dan
nyaman, tarif penumpang yang murah sehingga dapat dijangkau semua
kalangan masyarakat serta memiliki layanan tambahan yaitu berupa angkutan
pengumpan yang sangat membantu masyarakat. Untuk kelemahannya
Program Trans Sarbagita belum dapat mengubah prilaku/budaya/main set
masyarakat dari transportasi pribadi kea rah transportasi massal, belum
memiliki jalur khusus, kepastian ketepatan waktu bus tergantung dari situasi
lalu lintas di jalan, daerah jangkauannya masih terbatas dan belum memiliki
halte khusus yang menjorok ke dalam sehingga menggunakan sebagian jalan
raya untuk tempat pemberhentian di depan halte. Peluang dari Program Trans
Sarbagita yaitu Program Trans Sarbagita dapat mengurangi kemacetan,
mengurangi polusi udara, mengurangi penggunaan BBM, dapat menjaga fisik
dan keamanan masyarakat, serta dapat menghemat biaya pengeluaran.
Sedangkan tantangannya yaitu Program Trans Sarbagita belum dapat
mengubah main set masyarakat untuk menutup budaya lama menggunakan
kendaraan pribadi, program ini malah membuat macet karena tidak memiliki
jalur khusus, kurang sosialisasi dalam media cetak atau media elektronik
lainnya, kurangnya armada yang dioperasikan ( bantuan dari pemerintah
pusat) pada Program Trans Sarbagita khususnya pada koridor 1. Rendahnya
animo masyarakat untuk menggunakan transportasi publik di tengah
kemacetan saat ini juga menjadi salah satu tantangannya.
2. Dilihat dari analisis SWOT secara kuantitatif, Program Trans Sarbagita
merupakan program yang kuat dan berpeluang (kuadran ....) apalagi didukung
rekomendasi strategi Progresif untuk menunjang program ini sehingga dapat

menjadi salah satu alternative untuk mengurangi kemacetan di Bali
khususnya Kota Denpasar. Strategi yang diterapkan oleh Program Sarbagita
yaitu melakukan kajian-kajian dengan memperbanyak sosialisasi mengenai
Program Trans Sarbagita dan memberikan subsidi kepada masyarakat oleh
pemerintah.
V.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan penulis adalah :
1. Kepada pemerintah sebaiknya lebih meningkatkan fasilitas dari Bus Trans
Sarbagita dan lebih gencar mengadakan sosialisasi ke masyarakat khususnya
daerah sekolah sehingga masyarakat bisa lebih tau manfaat dari Program
Trans Sarbagita dan dapat mengubah main set masyarakat ke arah
transportasi publik.
2. Kepada masyarakat sebaiknya menerapkan back to public transport sehingga
dapat melancarkan program pemerintah dalam menciptakan Bali yang bebas
kemacetan.
3. Kepada pelajar yang lain sebaiknya megembangkan penelitian ini agar
Program Trans Sarbagita dapat disempurnakan.