BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis - Perbandingan Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Antara Bank Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Public Dan Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

  Tinjauan pustaka dalam bab II ini terdiri dari tinjauan teoritis yang membahas tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja keuangan bank.

2.1.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

  Tanggung jawab sosial perusahaan di dalam bab II ini membahas antara lain definisi tanggung jawab sosial perusahaan, manfaat tanggung jawab sosial perusahaan, bentuk implementasi tanggung jawab sosial perusahaan, tahap-tahap penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dan indikator kinerja tanggung jawab sosial.

2.1.1.1. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

  Dewasa ini keberhasilam suatu perusahaan ditandai dengan keberlangsungan suatu perusahaan. Dalam melakukan kegiatan operasionalnya sehari-hari tanpa disadari ataupun disadari perusahaan memanfaatkan sumber daya yang ada dilingkungannya baik berupa sumber daya alam ataupun sumber daya manusia. Dunia usaha merupakan bagian dari komunitas masyarakat dan memiliki tanggung jawab sosial yang sama dengan masyarkat.

  Sejarah CSR dunia terbagi atas beberapa fase. Untuk fase pertama tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat bermula di Amerika Serikat sekitar tahun 1900 atau lebih dikenal sebagai permulaan abad ke-

  19. Pada waktu itu Amerika sedang dalam pertumbuhan yang begitu pesat, ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan raksasa yang muncul dan hidup berdampingan dengan masyarakat. Pasa saat itu, banyak perusahaan besar menyalahgunakan kuasa mereka dalam hal diskriminasi harga, menahan buruh dan prilaku lainya yang menyalahi moral kemanusiaan. Dengan kata lain, banyak perusahaan yang berbuat semena- mena terhadap masyarakat. Hal itu jelas membuat emosi masyarakat.

  Emosi yang meluap membuat masyarakat melakukan aksi protes. Menanggapi hal itu, pemerintah Amerika Serikat melakukan perubahan peraturan perusahaan untuk mengatasi masalah tersebut. Dimana perusahaan harus bertindak adil dan menghargai masyarakat. Gaji buruh harus dikeluarkan dan tidak ada diskriminasi harga kepada masyarakat Amerika. Fase kedua munculnya evolousi CSR tercetus pada tahun 1930- an. Dimana pada waktu ini banyak protes yang muncul dari masyarakat akibat ulah perusahaan yang tidak mempedulikan masyarakat sekitarnya. Segala sesuatu hanya diketahui oleh perusahaan, ditambah kenyataan bahwa pada saat itu telah terjadi resesi dunia secara besar-besaran yang mengakibatkan pengangguran dan banyak perusahaan yang bangkrut. Pada masa ini dunia berhadapan dengan kekurangan modal untuk melakukan produksinya. Buruh terpaksa berhenti bekerja, pengangguran sangat meluas dan merugikan pekerjannya. Saat itu timbul ketidakpuasan terhadap sikap perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap pekerjanya karena perusahaan hanya diam dan tidak bisa berbuat apa-apa.

  Menurut masyarakat pada masa ini perusahaan sama sekali tidak memiliki tanggung jawab moral. Menyadari kemarahan masyarakat muncul beberapa perusahaan yang meminta maaf kepada masyarakat dan memberi beberapa jaminan kepada para karyawannya yang dipecat. Sesuatu yang menarik dari kedua fase ini adalah belum dikenalnya istilah CSR. Meskipun upaya perusahaan untuk memperhatikan masyarakat sekitarnya sudah jelas terlihat. Namun usaha itu lebih dikenal sebatas tanggung jawab moral (Gunna Harmayani, diakses 14 Mei 2013).

  Sedangkan untuk sejarah awal penggunaan istilah CSR itu dimulai pada tahun 1970an. Pada saat ini banyak perusahaan yang memberikan bantuan kepada masyarakat baik berupa bantuan bencana alam, tunjangan dan lain sebagainya. Ketenaran istilah CSR semakin menjadi ketika buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998) terbit dipasaran, buku ini adalah karangan John Elkington. Didalam buku ini ia mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity, Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus yang sengaja ia singkat menjadi 3P yaitu singkatan dari profit, planet dan people. Didalam bukunya itu ia menjelaskan bahwa Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). Menurut Elkington dalam Wibisono (2007), sebuah perusahaan tidak akan pernah menjadi besar jika lingkungan dan masyarakat tidak mendukung. Bisa dibayangkan jika lingkungannya rusak, maka tidak akan terjadi arus komunikasi dan transportasi yang bagus untuk kelancaran usaha perusahaan.

  Sedangkan sejarah CSR di Indonesia dimulai pada tahun 1980-an, namun semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Sama seperti sejarah munculnya CSR didunia dimana istilah CSR muncul ketika kegiatan CSR sebenarnya telah terjadi. Di Indonesia, kegiatan CSR ini sebenarnya sudah dilakukan perusahaan bertahun-tahun lamanya. Namun pada saat itu kegiatan CSR Indonesia dikenal dengan nama CSA (Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan” (Gunna Harmayani, diakses 14 Mei 2013).

  Kegiatan CSA ini dapat dikatakan sama dengan CSR karena konsep dan pola pikir yang digunakan hampir sama. Layaknya CSR, CSA ini juga berusaha merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan, misalnya bantuan bencana alam, pembagian Tunjangan Hari Raya (THR), beasiswa dan lain sebagainya. Melalui konsep investasi sosial perusahaan “seat belt”, yang dibangun pada tahun 2000-an. sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang selalu aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Dalam hal ini departemen sosial merupakan pelaku awal kegiatan CSR di Indonesia. Selang beberapa waktu setelah itu, pemerintah mengimbau kepada pemilik perusahaan untuk memperhatikan lingkungan sekitarnya. Namun, ini hanya sebatas himbauan karena belum ada peraturan yang mengikat. Pemerintah menegaskan bahwa yang perlu diperhatikan perusahaan bukan hanya sebatas stakeholders atau para pemegang saham. Melainkan stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, lingkungan, media massa dan pemerintah.. Setelah tahun 2007 tepatnya Undang- Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang kewajiban Perseroan Terbatas keluar, hampir semua perusahaan Indonesia telah melakukan program CSR, meski lagi-lagi kegiatan itu masih berlangsung pada tahap cari popularitas dan keterikatan peraturan pemerintah.

  Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social

  

Responsibility merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk

  berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Untung : 2008).

  Lembaga International The Word Business Council for Sustainable

  

Development (WBCSD) yang dikutip oleh Wibisono (2007:7)

  mendefenisikan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus-menerus bertindak secara etis, melakukan operasional perusahaan secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, dan peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.

  Definisi lain mengenai tanggung jawab sosial dikemukakan oleh

  World Bank dalam Siagian (2010:66) adalah sebagai suatu komitmen

  perusahaan agar bermanfaat bagi pembangunan ekonomi yang berkesinambungan, bekerja dengan para perwakilan mereka, masyrakat untuk meningkatkan kualitas hidup sehingga eksistensi perusahaan akan baik bagi perusahaan itu sendiri dan baik pula bagi pembangunan.

  Selain itu, ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility juga memberikan definisi tanggung jawab sosial yang mulai ditetapkan tahun 2010. Menurut ISO 26000, tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan- keputusan dan kegiatan-kegiatan kepada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang berlaku yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.

  Corporate Social Responsibility merupakan upaya dan komitmen

  suatu perusahaan untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas masyarakat luas untuk memperoleh profit perusahaan dan guna keberlangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Berdasarkan definisi tersebut dapat ditemukan kesamaan yaitu bahwa tanggung jawab sosial menawarkan konsep keseimbangan antar perhatian terhadap aspek ekonomis dan perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungan. Di dalam laporan keuangan bank juga terdapat laporan mengenai tanggung jawab sosial yang dilaksanakan perusahaan dalam kegiatan perbankannya sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitar perusahaan. CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan dimana suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitas keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi social dan lingkungan untuk saat ini maupun jangka panjang. Hal ini menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika.Peraturan pemerintah pada beberapa Negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas. Tanggung jawab sosial perusahaan diatur pemerintah Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang disahkan pada 20 Juli 2007. Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan: 1.

  Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

  2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yangpelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

  3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.

  Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan perbuatan baik. CSR bukan hanya sekedar kegiatan amal, dimana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh stakeholder perusahaan termasuk lingkungan hidup. Skala dan keuntungan dari CSR untuk suatu organisasi dapat berbeda- beda tergantung dari sifat perusahaan tersebut. Banyak pihak berpendapat bahwa amat sulit untuk mengukur kinerja CSR, walaupun sesungguhnya cukup banyak literatur yang memuat tentang cara mengukurnya.

2.1.1.2. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

  Konsep triple bottom line reporting memuat pengertian bahwa bisnis tidak hanya sekedar mencari keuntungan (profit) melainkan juga memberikan kesejahteraan kepada orang lain (people) dan menjamin keberlangsungan hidup bumi (planet) (Nugroho, 2007). Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal, yaitu laba, lingkungan dan masyarakat,yang disebut dengan 3P yaitu : a.

  Profit atau laba sebagai suatu lembaga keuangan bank juga harus berorintasi untuk mencari keuntungan agar dapat terus beroperasi dan berkembang. Dengan diperolehnya laba, perusahaan dapat memberikan deviden bagi pemegang saham, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh guna membiayai pertumbuhan dan pengembangan usaha dimasa depan, serta membayar pajak kepada pemerintah. People atau masyarakat b.

  People atau masyarakat, dalam kegiatannya perusahaan menjamin kelangsungan hidup dan meningkatkan daya saing perusahaan, perusahaan harus memilikikepedulian terhadap kesejahteraan karyawan dan manusia yang merupakan asset berharga dalam organisasi maupun Negara c. Planet atau lingkungan, kepedulian terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati bias dilakukan melalui pelaksanaan program penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman.

  Apabila prinsip triple bottom line dapat diimplementasikan dengan baik, maka akan menunjukkan akuntabilitas perusahaan tidak hanya untuk melaksanakan kegiatan ekonomi saja tetapi juga untuk pelaksanaan kegiatan sosial dan lingkungan yang akan berpengaruh terhadap masyarakat. Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, namun juga turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang.

  Menurut Wibisono (2007:78), manfaat perusahaan menerapkan CSR antara lain: a.

  Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan b.

  Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial (social lisence to

  operate ) c.

  Mereduksi resiko bisnis perusahaan d.

  Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha e. Membuka peluang pasar yang lebih luas f. Mereduksi biaya, misalnya biaya yang terkait dengan dampak pembuangan limbah g.

  Memperbaiki hubungan dengan stakeholders h. Memperbaiki hubungan dengan regulator i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan j. Peluang mendapatkan penghargaan.

2.1.1.3. Bentuk Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

  Menurut Saidi dan Zaim (2004:32) dalam pelaksanaan CSR sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu : a.

  Keterlibatan langsung, artinya perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.

  b.

  Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, artinya perusahaan mendirikan yayasan sendiri dibawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan diperusahaan- perusahaan di Negara maju. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin secara teratur bagi kegiatan yayasan.

  c.

  Bermitra dengan pihak lain, artinya perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/ organisasi non pemerintah (NGO/LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

  d.

  Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium, artinya perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya pola ini lebih berorientasi pada pemebrian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembanguna”.

  Menurut Trevino dan Nelson dalam Ernawan (2007:112) tanggung jawab sosial perusahaan dapat dikonsepkan sebagai piramid yang terdiri dari segi empat macam tanggung jawab yang harus dipertimbangkan secara berkesinambungan, yaitu ekonomi, hukum, etika dan berprikemanusiaan.

  Tanggung Jawab Berprikemanusiaan Tanggung Jawab Etis Tanggung Jawab Hukum

  Tanggung Jawab Ekonomi

Gambar 2.1 Piramida Konsep Tanggung Jawab Sosial

2.1.1.4. Tahap-Tahap Penerapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

  Menurut Wibisono (2007:121) perusahaan-perusahaan yang berhasil dalam menerapkan tanggung jawab sosial menggunakan tahapan sebagai berikut : a.

  Tahap Perencanaan Tahap perencanaan terdiri atas tiga langkah yaitu awareness Building,

  

CSR Assessement dan CSR Manual Building. Awareness Building

  merupakan langkah awal untuk membangu kesadaran mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya dan diskusi kelompok. CSR

  assessment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan

  dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. CSR

  manual building merupakan dasar untuk penyusunan manual atau

  pedoman implementasi CSR. Upaya yang harus dilakukan antara lain dengan cara menggali referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. CSR manual bilding dibuat sebagai acuan, pedoman dan panduan dalam pengelolaan kegiatan sosial kemasyrakatan yang dilakukan oleh perusahaan. b.

  Tahap Implementasi Tahap implementasi terdiri atas tiga langkah utama yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada. Internasilisasi adalah tahap jangka panjang. Internalisasi mencangkup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR didalam seluruh proses bisnis perusahaan misalnya melalui system manajemen kinerja, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya c.

  Tahap Evaluasi Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi bisa dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang telah dilakukan. Langkah ini tak terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur operasi standar tetapi juga mencakup pengendalian resiko perusahaan. Evaluasi dalam bentuk assessment audit atau scoring juga dapat membantu perusahaan memetakan kembali kondisi dan situasi serta pencapaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang diberikan. d.

  Pelaporan Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan diungkapkan didalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Menurut ACCA dalam Angraini (2006:5) Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijkan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable

  development ). Sustainable reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi.

2.1.1.5. Indikator Kinerja Tanggung Jawab Sosial

  `Indikator kinerja pengungkapan tanggung jawab sosial dapat diukur dengan proksi corporate social responsibility disclosure index (CSRDI) berdasarkan Global Reporting Initiatives (GRI) yang diperoleh dari website. Global reporting initiatives (GRI) adalah sebuah kerangka pelaporan untuk membuat sustainability reports yang terdiri atas prinsip-prinsip pelaporan, paduan pelaporan dan standar pengungkapan (termasuk didalamnya insikator kinerja). Indikator kinerja tanggung jawab sosial dalam GRI terdiri dari 6 item yaitu :

  1. Kinerja Ekonomi Indikator kinerja ekonomi menunjukkan aliran dana perusahaan diantara para pemegang kepentingan (stakeholder) dan dampak ekonomi utama organisasi terhadap masyarakat.

  2. Kinerja Lingkungan Indikator lingkungan meliputi kinerja yang berhubungan dengan input yang digunakan perusahaan (misalnya material, energi dan air) dan output yang digunakan perusahaan (misalnya emisi, air limbah dan limbah). Indikator ini juga melingkupi kinerja yang berhubungan dengan biodiversity (keanekaragaman hayati), kepatuhan lingkungan dan informasi relevan lainnya seperti pengeluaran lingkungan (environmental expenditure) dan dampaknya terhadap produk dan jasa.

  3. Kinerja Praktik Tenaga Kerja Indikator praktik kerja meliputi jumlah lapangan pekerjaan yang disediakan oleh perusahaan, hubungan tenaga kerja dengan manajemen, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, pelatihan dan pendidikan tenaga kerja dan keberagaman dan kesempatan yang setara bagi karyawan.

  4. Kinerja Hak Azasi Manusia Indikator kinerja hak azasi manusia menentukan bahwa organisasi harus melaporkan sejauh mana hak azasi manusia diperhitungkan dalam investasi dan praktek pemilihan supplier/ konraktor. Indikator ini meliputi pelatihan mengenai hak azasi manusia bagi karyawan dan aparat keamanan, kebebasan berserikat, tenaga kerja anak, hak adat, serta kerja paksa dan kerja wajib.

  5. Kinerja Sosial Indikator kinerja sosial memperhatikan dampak organisasi terhadap masyarakat dimana mereka beroperasi dan menjelaskan resiko dari interaksi dengan institusi sosial lainnya yang mereka kelola.

  6. Kinerja Tanggung Jawab Produk Indikator kinerja tanggung jawab produk membahas aspek produk dari perusahaan dan jasa yang diberikan oleh perusahaan yang mempengaruhi pelanggan, terutama kesehatan dan keselamatan pelanggan, informasi dan pelabelan produk, pemasaran produk, privasi pelanggan dan kepatuhan mengenai pengadaan dan penggunaan produk.

  Keberhasilan suatu indikator kinerja tanggung jawab sosial menurut GRI dengan menggunakan metode content analys, dengan cara menggunakan checklist pada aspek- aspek berikut :

Tabel 2.1 Indicator Kinerja Tanggung Jawab Sosial

  No Kategori Bank Bank

  Pemerintah Swasta Kinerja Ekonomi

  1 Bantuan financial signifikan yang diterima dari Y T pemerintah

  2 Rentang rasio standar upah terendah Y Y dibandingkan dengan upah minimum setempat pada daerah operasi utama

  3 Prosedur penerimaan pegawai lokal dan proporsi Y Y manajemen senior yang direkrut secara lokal dan diperkerjakan didaerah operasi utama

  4 Pembangunan dan dampak investasi infrastruktur Y T serta jasa yang diberikan kepada publik secara komersial (interaksi dengan komunitas lokal)

  Kinerja Lingkungan

  1 Penggunaan bahan daur ulang Y Y

  2 Pemakaian energi tidak langsung berdasarkan Y Y sumber primer seperti penggunaan listrik

  3 Penghematan energI melalui konservasi dan Y Y peningkatan efisiensi

  4 Total pengambilan atau penggunaan air per Y Y sumber

  5 Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca Y Y dan pencapaiannya.

  Tanggung Jawab Produk

  1 Tahapan daur hidup dimana dampak produk dan Y Y jasa yang menyangkut kesehatan dan keamanan dinilai untuk penyempurnaan, dan persentase dari kategori produk dan jasa yang penting yang harus mengikuti prosedur tersebut

  2 Jumlah ketidak patuhan peraturan mengenai Y Y penyediaan informasi produk dan jasa serta pemberian label per produk

  3 Praktek yang berkaitan dengan kepuasan Y Y pelanggan termasuk hasil survey yang mengukur kepuasan pelanggan

  4 Program-program untuk ketaatan kepada hukum, Y Y standar dan yang terkait dengan komunikasi pemasaran termasuk periklanan, promosi dan sponsor

  5 Jumlah keseluruhan dari pengaduan mengenai Y Y pelanggaran keleluasan pribadi (privacy) pelanggan dan hilangnya data pelanggan

  Praktek Tenaga kerja

  1 Mengungkapkan jumlah angkatan kerja menurut Y Y jenis pekerjaan, kontrak pekerjaan dan wilayah

  2 Mengungkapkan jumlah dan tingkat perputaran Y Y karyawan menurut kelompok usia, jenis kelamin dan wilayah

  3 Memberi manfaat yang disediakan bagi karyawan Y Y tetap yang tidak disediakan bagi karyawan tidak tetap menurut kegiatan pokoknya

  4 Mengungkapkan Persentase jumlah angkatan Y Y kerja yang resmi diwakili dalam panitia kesehatan dan keselamatan antara manjemen dan pekerja yang membantu memantau dan memberI nasihat untuk program keselamatan dan kesehatan jabatan

  5 Melaksanakan program pendidikan, pelatihan, Y Y penyuluhan, bimbingan, pencegahan, pengendalian resiko setempat untuk membantu karyawan, anggota keluarga dan anggota masyarakat mengenai penyakit berat dan berbahaya.

  6 Melaksanakan masalah kesehatan dan Y Y keselamatan yang tercakup dalam perjanjian resmi dengan serikat karyawan

  7 Melaksanakan program untuk pengaturan Y Y keterampilan dan pembelajaran sepanjang hayat yang menunjang kelangsungan pekerjaan karyawan dan membantu mereka dalam mengatur akhir karier

  8 Mengungkapkan persentase karyawan yang Y Y menerima peninjauan kinerja dan pengembangan karier secara teratur

  Hak Azasi Manusia

  1 Menghindari kasus diskriminasi yang terjadi dan Y Y tindakan yang diambil

  2 Memberikan kebebasan berserikat dan Y Y melaksanakan perjanjian bersama serta tindakan yang diambil untuk mendukung hak-hak tersebut

  3 Menghindari kasus pekerja anak dan langkah- Y Y langkah yang diambil untuk mendukung upaya penghapusan pekerja anak

  Masyarakat

  1 Mengurangi persentase dan jumlah unit usaha Y Y yang memiliki resiko terhadap korupsi

  2 Melaksanakan pelatihan pegawai untuk kebijakan Y Y dan prosedur anti korupsi

  3 Tindakan yang diambil dalam menanggapi Y Y kejadian korupsi

  4 Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan Y Y masyarakat

  5 Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, Y Y seminar atau pameran seni Sumber : GRI Ket : Y = Ya

  T = Tidak

2.1.2. Kinerja Keuangan Bank

  Kinerja keuangan bank dalam bab II ini membahas pengertian kinerja keuangan, laporan keuangan bank dan analisis laporan keuangan.

2.1.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan

  Kinerja keuangan adalah suatu hasil dari berbagai macam keputusan yang diambil oleh pihak manajemen secara terus-menerus dalam menjalankan suatu perusahaan. Kinerja keuangan dapat menjadi gambaran atau alat ukur yang sangat efektif untuk menilai tanggung jawab manajemen dalam menjalankan tugasnya, hal ini disebabkan karena yang dimaksud dengan kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam mencapai tujuan suatu perusahaan. Menurut Bastian dalam Fahmi (2012) mengatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategi (strategic planning ) suatu organisasi.

  Terdapat berbagai macam cara yang bisa dilakukan untuk menilai kinerja keuangan, salah satunya adalah analisis rasio terhadap laporan keuangan yang disajikan. Dalam suatu perusahaan, penilaian kinerja keuangan sangat bermanfaat selain membantu manajemen dalam mengambil keputusan juga dapat memotivasi manajemen atau karyawan dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan dari perusahaan tersebut. Seperti yang penulis lakukan dalam penelitian ini, dimana penulis menilai kinerja keuangan bank melalui rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas/ profitabilitas.

2.1.2.2. Laporan Keuangan Bank

  Laporan keuangan merupakan catatan informasi atas kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada periode waktu tertentu yang dapat dijadikan sebagai objek analisis dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Adapun jenis laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, lapoaran perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang merupakan catatan yang tidak dapat dimasukkan dalam laporan-laporan yang telah disebutkan sebelumnya.

  Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan inforamsi tentang posisi keuangan, kinerja maupun perubahan dari posisi keuangan perusahaan yang mana dapat bermanfaat bagi pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi. Selain itu laporan keuangan juga memberikan informasi tentang apa yang telah dilakukan manajemen dalam mengelola perusahaan dan juga untuk mempertanggungjawabkan atas sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen tersebut, sehingga pihak-pihak yang memiliki kepentingan dari perusahaan tersebut dapat mengambil keputusan untuk mempertahankan atau mengganti manajemen tersebut.

  Menurut Munawir (2004) laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Tujuan laporan keuangan menurut PSAK No.1 paragraf 5 adalah tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi dan menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber- sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

  Dalam PSAK No.31 paragraf 80 menyatakan bahwa laporan keuangan bank terdiri atas : a.

  Neraca b. Laporan laba rugi c. Laporan arus kas d. Laporan perubahan ekuitas e. Catatan atas laporan keuangan

  Dari PSAK No.31 yang telah disebutkan diatas, sekilas dapat kita lihat bahwa laporan keuangan bank juga sama dengan laporan keuangan bukan bank, hanya saja yang membedakannya adalah dalam catatan atas laporan keuangan, perusahaan perbankan diwajibkan untuk membuat laporan komitmen dan kontinjensi, sedangkan dalam laporan keuangan perusahaan bukan bank tidak terdapat laporan tersebut.

2.1.2.3. Analisis Laporan Keuangan

  Analisa laporan keuangan merupakan suatu alat yang dipergunakan agar laporan keuangan yang disajikan lebih berarti dan mudah dipahami oleh banyak pihak. Melakukan analisis terhadap laporan keuangan berarti menggali lebih jauh informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, sebagaimana telah diketahui bahwa laporan keuangan merupakan cakupan informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan.

  Menurut Harahap (2008) analisis laporan keuangan merupakan suatu cara untuk menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut Wild, dkk (2005) mengemukakan bahwa analisis laporan keuangan (financial

  

statement analysis) adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk

  laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis.

  Analisis laporan keuangan mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan dan intuisi dalam pengambilan keputusan sehingga menjadi pertimbangan yang dapat membuat suatu pihak tidak salah dalam mengambil keputusan. Analisis laporan keuangan dapat memberikan informasi yang maksimal, lebih luas dan akurat dari informasi yang relatif sedikit jika hanya dengan melihat laporan keuangan yang disajikan. Selain itu analisis laporan keuangan juga dapat mengetahui kesalahan-kesalahan baik yang tidak disengaja ketika proses akuntansi seperti salah dalam mencatat, menjumlahkan, memposting dan menjurnal atau kesalahan yang disengaja seperti tidak mencatat, menghilangkan data dan sebagainya.

  Dapat diketahuinya kesalahan-kesalahan ini tidak lain karena proses analisis laporan keuangan hampir identik dengan proses dalam melakukan pembukuan. Analisis laporan keuangan sangat bermanfaat terhadap berbagai pihak untuk lebih mudah memahami laporan keuangan sehingga keputusan yang diambil nantinya akan lebih tepat. Tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein yang dikutip Harahap (2008) adalah sebagai berikut: a.

  Screening Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger.

  b.

  Forcasting Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.

  c.

  Diagnosis Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah- masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi keuangan atau masalah lainnya.

  d.

  Evaluation Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efesiensi dan lain-lain.

  Menurut Kasmir (2008), adanya berbagai tujuan dan manfaat dengan adanya analisis laporan keuangan, yaitu: a.

  Untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode b. Untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan apa saja yang dimiliki perusahaan c.

  Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan kedepan yang berkaitan dengan posisi keuangan saat ini d.

  Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen kedepan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

  e.

  Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.

  Walaupun analisis laporan keuangan sangat membantu dalam proses pembuatan keputusan, terkadang hasil analisis keuangan juga dapat mengalami kesalahan sehingga keputusan yang diambil tidak sesuai dengan yang diharapkan.

  Manurut Martono (2005) analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio keuangan. Rasio keuangan sangat besar peranannya dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan, dimana rasio keuangan dapat menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos satu dengan yang lainnya sehingga dapat dengan cepat memberikan informasi untuk lebih mudah dalam menilai dan mengambil keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

  Teknik analisis dengan menggunakan rasio keuangan sangat bagus karena dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, selain itu juga memungkinkan manajer memperkirakan reaksi kreditor dan investor serta dapat memberikan pandangan bagaimana kira-kira dana dapat dihimpun/dikumpulkan. Walaupun teknik analisis rasio merupakan alat yang sangat bagus dalam melakukan analisis laporan keuangan, tetap saja tidak terlepas dari berbagai kekurangan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan dari alat analisis rasio tersebut.

  Perbedaan jenis perusahaan dapat mengakibatkan perbedaan jenis- jenis rasio yang akan dipergunakan dalam menganalisa laporan keuangan.

  Perbankan merupakan bisnis jasa yang tergolong dalam industri “kepercayaan” dan mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas. Menurut Sawir (2005) “Rasio-rasio keuangan perbankan dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok rasio, yaitu rasio likuiditas, rasio rentabilitas/profitabilitas, rasio solvabilitas /permodalan, rasio risiko usaha bank dan rasio efesiensi usaha”. Rasio keuangan bank berbeda dengan rasio keuangan perusahaan umumnya. Hal ini disebabkan karena komponen neraca dan laporan laba rugi yang dimiliki oleh bank berbeda dengan laporan neraca dan laba rugi perusahaan bukan bank sehingga rasio keuangan bank mempunyai peraturan perundang-undangan sendiri dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Menurut Rahardjo (2007:115) rasio keuangan perusahaan diklasifikasikan menjadi lima kelompok berikut : a.

  Rasio Likuiditas Rasio likuiditas atau sering disebut sebagai rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiaban jangka pendeknya pada saat ditagih atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Bank bias dikatakan likuid jika dapat membayar kembali semua depositonya, mampu melunasi kewajiban utang-utangnya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukannya tanpa terjadinya penangguhan. Oleh sebab itu menurut Sawir (2005) bank dikatakan likuid apabila: 1.

  Bank tersebut memiliki asset kas sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya

  2. Bank tersebut memiliki asset kas yang lebih sedikit dari butir (a) diatas, tetapi yang berasngkutan juga mempunyai asset lainnya (khususnya surat-surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasar

3. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan asset kas baru melalui berbagai bentuk utang.

  Menurut James O.Gill yang dikutip oleh Kasmir (2008) mengatakan rasio likuiditas mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo. Likuiditas sebaliknya tidak dikelola sembarangan, karena sangat berakibat fatal dalam kelangsungan hidup perusahaan, seperti yang pernah terjadi pada masa krisis moneter tahun 1997. Likuitas bank sebaiknya dikelola dengan terencana, terus menerus dan selalu menerapkan manajemen resiko dalam setiap pengambilan keputusan.

  Hasil dari analisis rasio likuiditas sangat besar manfaatnya bagi pihak- pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, terlebih terhadap manajemen perusahaan karena dapat mengambil sikap atau keputusan yang tepat agar operasional perusahaan dapat terus berjalan. Rasio likuiditas terdiri rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio kas (cash ratio) dan lain-lain.

  b.

  Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas sering juga disebut dengan istilah rasio permodalan.

  Rasio solvabilitas merupakan ukuran kemampuan bank dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban apabila terjadi likuidasi (dibubarkan) terhadap perusahaan. Menurut Dendawijaya (2005): “Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Disamping itu rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antar volume (jumlah) dana yang diperolehdari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-sumber lain diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank”.

  Rasio solvabilitas yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain (Dendawijaya, 2005). CAR adalah jumlah modal minimal yang harus dimiliki oleh suatu bank sehingga kepentingan para investor dapat terlindungi dari ancaman terjadinya insolvensi kegiatan usaha perbankan, dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko misalnya kredit yang diberikan.

  Perhitungan CAR diperoleh dari perbandingan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) yang dihitung bank bersangkutan. Semakin besar persentase CAR suatu bank menunjukkan semakin besar daya tahan suatu bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta yang bermasalah. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%, hal ini didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for International

Settlement ). Sesuai dengan ketentuan Peraturan Bank Indonesia No.

  10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 tentang kewajiban modal minimum bank umum (Pandia,2012:31). Rasio solvabilitas terdiri dari rasio hutang atas aktiva (total debt to total assets ratio), rasio hutang jangka panjang atas aktiva (long term debt to total assets), rasio hutang jangka panjang atas modal (long term to equity ratio) dan lain-lain.

  c.

  Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas atau sering juga disebut rasio profitabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan (Sawir, 2005).

  Pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah kemampuan suatu bank didalam menghasilkan keuntungan baik berasal dari kegiatan operasional bank yang bersangkutan maupun dari hasil-hasil non operasionalnya.

  Menurut Kasmir (2008) tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan adalah untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. d.

  Rasio Aktivitas Rasio aktivitas menunjukkan tingkat aktivitas atau efisiensi penggunaan dana yang tertanam pada pos-pos aktiva dalam neraca perusahaan. Semakin tinggi perputarannya semakin aktif aktiva perusahaan yang bersangkutan. Rasio aktivitas terdiri dari perputaran total aktiva (total assets turnover), rasio perputaran piutang (receivables

  

turnover ratios ), rasio rata-rata pengumpulan piutang (average collect5ion

period ratios ), ratio perputaran persediaan (inventory turnover), rasio rata-

  rata persediaan tersimpan (average days inventory), rasio hari rata-rata hutang dagang (account payable period), rasio perputaran modal kerja (working capital turnover) dan rasio perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover ).

  e.

  Rasio Investasi Rasio investasi menunjukkan tingkat imbalan (rate of return) dari dana yang ditanamkan atau diinvestasikan ke dalam perusahaan. Rasio investasi ini biasanya diperlukan dan digunakan oleh para pemegang saham ataupun calon investor dan kreditor. Rasio investasi terdiri dari : rasio jaminan bunga (time interest earned), rasio jaminan dividen saham preferen, rasio penghasilan per lembar saham biasa (earning per share), rasio pembayaran deviden (dividend payout ratio), rasio nilai tambah pasar (market value added) dan lain-lain.

2.1.3. Pengertian Bank

  Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan dalam pasal 1 butir 2, yang merupakan perubahan atas Undang –Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang dimaksud dengan “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dari pengertian ini dapat dilihat bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dimana aktivitas utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat yang dikenal dengan istilah funding. Menghimpun dana ini maksudnya ialah mengumpulkan atau mencari dana dari masyarakat luas dengan cara menggunakan berbagai strategi seperti memberikan rangsangan berupa balas jasa yang dapat berbentuk bunga, hadiah, bagi hasil, pelayanan dan berbagai bentuk lainnya yang dapat membuat masyarakat berminat untuk menanamkan dananya dalam bentuk simpanan.

  Jenis simpanan dapat berupa tabungan, giro dan deposito. Setelah dana diperoleh dari masyarakat maka dana tersebut akan dikelola atau diputar kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau dikenal dengan istilah kredit (lending), dimana dana tersebut dapat diergunakan oleh masyarakat untuk memajukan perekonomian baik dengan cara membuka lapangan pekerjaan maupun cara lainnya sehingga dapat meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan utama perbankan adalah menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending).

  Menurut PSAK No.31 paragraf 1 menyatakan Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

  

intermediary ) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

  memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan deposito berjangka serta memberikan kredit bagi pihak yang memerlukan dana. Menurut Wikipedia Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai bank note. Jenis-jenis Bank yaitu : 1.

  Bank Sentral, yaitu bank yang tugasnya dalam menerbitkan uang kertas dan logam sebagai alat pembayaran yang sah dalam suatu negara dan mempertahankan konversi uang dimaksud terhadap emas atau perak atau keduanya.

  2. Bank Umum, yaitu bank yang bukan saja dapat meminjamkan atau menginvestasikan berbagai jenis tabungan yang diperolehnya, tetapi juga dapat memberikan pinjaman dari menciptakan sendiri uang giral.

  3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

4. Bank Syariah, yaitu bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil (sesuai kaidah ajaran islam tentang hukum riba).

2.1.3.1. Perbedaan Bank Pemerintah dengan Bank Swasta

  Bank pemerintah dan bank swasta sebenarnya dalam hal menjalankan usaha atau operasionalnya memiliki kesamaan, seperti cara menghimpun dana, menyalurkan pinjaman dan dan jasa-jasa lainnya. Perbedaan antara bank pemerintah dan bank swasta hanya menyangkut aspek kepemilikan, dimana yang dikatakan bank pemerintah adalah bank yang akte pendiriannya maupun modal dan saham bank baik seluruh atau sebagian besar dimiliki oleh pemerintah Indonesia sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah. Sedangkan yang dikatakan bank swasta adalah bank yang akte pendirian maupun sahamnya baik seluruh atau sebagian besar dimiliki oleh pihak swasta nasional.

Dokumen yang terkait

Perbandingan Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Antara Bank Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Public Dan Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 75 91

Analisis Empiris Dan Studi Perbandingan Dari Rasio Risiko Kredit Antara Bank Umum Pemerintah Dan Bank Komersial Swasta Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 35 82

Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk

7 46 97

Perbandingan Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Banking Ratio antara Bank Pemerintah dengan Bank Swasta yang Go Public pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 30 86

Pengaruh Net Working Capital (NWC), Debt To Equity Ratio (DER ) Dan Return On Asset Ratio (ROA) Terhadap Stock Return Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

8 116 73

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Dan Capital Adequency Ratio (CAR) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Sektor Pebankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 3 1

Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada PT. Bank Mandiri (persero) Tbk

0 6 1

Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Return On Asset (ROA) (Studi Kasus Pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012)

2 17 34

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Stakeholders - Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan Pada Nilai Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 27