Perbandingan Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Banking Ratio antara Bank Pemerintah dengan Bank Swasta yang Go Public pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

S K R I P S I

PERBANDINGAN RETURN ON ASSETS (ROA), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), DAN BANKING RATIO ANTARA BANK PEMERINTAH DENGAN BANK SWASTA YANG GO PUBLIC PADA PERBANKAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

O l e h :

EDI PUTRA

070503020

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perbandingan Return

on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Banking Ratio antara Bank

Pemerintah dengan Bank Swasta yang Go Public pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul ini belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar, apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 23 juni 2011

Yang Membuat Pernyataan,

Nama : Edi Putra NIM : 070503020


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin. segala puji hanyalah milik Allah SWT, Tuhan

yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Banking Ratio antara Bank Pemerintah dengan Bank Swasta yang Go Public pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” dengan baik dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, nasihat, bantuan, dan semangat dari berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak


(4)

3. I yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapakselaku Dosen Penguji I

(satu) dan Bapakselaku Dosen Penguji II

(dua) atas segala masukan dan saran yang telah diberikan.

5. Kedua orang tua saya, (alm) Marhaban dan Jasmani, saudara-saudara saya yang selama ini senantiasa melimpahkan cinta dan kasih sayangnya serta selalu mendoakan dan mendukung saya, dan juga kepada sahabat seperjuangan yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, 23 Juni 2011 Peneliti

Edi Putra


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan rasio keuangan bank pemerintah dengan bank swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian perbandingan dua rata-rata dari dua populasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 31 perusahaan bank pemerintah dan bank swasta yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2009 dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 21 perusahaan. Metode purposive

sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Jenis data dalam penelitian ini

adalah data sekunder yang diperoleh dari website BEI yaitu Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, CAR dan Banking Ratio. Penelitian ini menggunakan analisis perbandingan independent sample t-test untuk analisis statistik dan uji hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA dan Banking Ratio ada perbedaan signifikan antara bank pemerintah dengan bank swasta, sedangkan variabel CAR tidak berbeda secara signifikan antara bank pemerintah dengan bank swasta.


(6)

ABSTRACT

This research aims to analyze the comparative financial ratio of Goverment bank and private bank which are listed in Indonesia Stock Exchange.

The design of this research is comparative research design which compare two averages from two populations. The population in this research is 31 companies Government Bank and Private Bank which are listed Indonesia Stock Exchange during the period of 2007-2009 while the amount of the research samples are 21 enterprises. Purposive sampling method used in sample selection. Type of data in this research are secondary data obtained from the Indonesia Stock Exchange website www.idx.co.id. Data collection method used is the documentation study. The variables used in this research are ROA, CAR dan

Banking Ratio. This research uses comparative analysis of independent sample

t-test for statistical analysis and hypothesis t-testing.

The results showed that ROA and Banking Ratio there are significant differences between Government Bank and Private bank, while CAR variable do not differ significantly between Government Bank and Private Bank.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... .8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... .8

1.3.2 Manfaat Penelitian ... .9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis ... 10

2.1.1 Kinerja keuangan bank ... 10

2.1.2 Laporan keuangan bank ... 11

2.1.3 Analisis laporan keuangan ... 14


(8)

b. Rasio solvabilitas ... 25

c. Rasio rentabilitas ... 28

2.1.5 Pengertian bank ... 29

2.1.6 perbedaan bank pemerintah dengan bank swasta ... 30

2.1.7 Sumber dana bank ... 31

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 32

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis penelitian ... 35

2.3.1 Kerangka Konseptual ... 35

2.3.2 Hipotesis penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 37

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 41

3.6 Metode Analisis Data ... 42

3.7 jadwal penelitian ... 45

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian ... 46

4.2 Pengujian Hipotesis ... 48

4.2.1 Pengujian Hipotesis Rasio ROA ... 49

4.2.2 Pengujian Hipotesis Rasio CAR ... 51


(9)

4.3 Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 52

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Keterbatasan ... 56

5.3 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan penelitian terdahulu ... 32

Tabel 3.1 Daftar populasi ... 38

Tabel 3.2 Daftar sampel ... 39

Tabel 3.3 jadwal penelitian ... 45

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif ... 46


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Perbankan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia ... 60 Lampiran 2 Data Penelitian 2007-2009 ... 62 Lampiran 3 Hasil Ouput SPSS ... 65


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan rasio keuangan bank pemerintah dengan bank swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian perbandingan dua rata-rata dari dua populasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 31 perusahaan bank pemerintah dan bank swasta yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2009 dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 21 perusahaan. Metode purposive

sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Jenis data dalam penelitian ini

adalah data sekunder yang diperoleh dari website BEI yaitu Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, CAR dan Banking Ratio. Penelitian ini menggunakan analisis perbandingan independent sample t-test untuk analisis statistik dan uji hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA dan Banking Ratio ada perbedaan signifikan antara bank pemerintah dengan bank swasta, sedangkan variabel CAR tidak berbeda secara signifikan antara bank pemerintah dengan bank swasta.


(14)

ABSTRACT

This research aims to analyze the comparative financial ratio of Goverment bank and private bank which are listed in Indonesia Stock Exchange.

The design of this research is comparative research design which compare two averages from two populations. The population in this research is 31 companies Government Bank and Private Bank which are listed Indonesia Stock Exchange during the period of 2007-2009 while the amount of the research samples are 21 enterprises. Purposive sampling method used in sample selection. Type of data in this research are secondary data obtained from the Indonesia Stock Exchange website www.idx.co.id. Data collection method used is the documentation study. The variables used in this research are ROA, CAR dan

Banking Ratio. This research uses comparative analysis of independent sample

t-test for statistical analysis and hypothesis t-testing.

The results showed that ROA and Banking Ratio there are significant differences between Government Bank and Private bank, while CAR variable do not differ significantly between Government Bank and Private Bank.


(15)

ABSTRACT

This research aims to analyze the comparative financial ratio of Goverment bank and private bank which are listed in Indonesia Stock Exchange.

The design of this research is comparative research design which compare two averages from two populations. The population in this research is 31 companies Government Bank and Private Bank which are listed Indonesia Stock Exchange during the period of 2007-2009 while the amount of the research samples are 21 enterprises. Purposive sampling method used in sample selection. Type of data in this research are secondary data obtained from the Indonesia Stock Exchange website www.idx.co.id. Data collection method used is the documentation study. The variables used in this research are ROA, CAR dan

Banking Ratio. This research uses comparative analysis of independent sample

t-test for statistical analysis and hypothesis t-testing.

The results showed that ROA and Banking Ratio there are significant differences between Government Bank and Private bank, while CAR variable do not differ significantly between Government Bank and Private Bank.


(16)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... .8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... .8

1.3.2 Manfaat Penelitian ... .9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis ... 10

2.1.1 Kinerja keuangan bank ... 10

2.1.2 Laporan keuangan bank ... 11

2.1.3 Analisis laporan keuangan ... 14


(17)

b. Rasio solvabilitas ... 25

c. Rasio rentabilitas ... 28

2.1.5 Pengertian bank ... 29

2.1.6 perbedaan bank pemerintah dengan bank swasta ... 30

2.1.7 Sumber dana bank ... 31

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 32

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis penelitian ... 35

2.3.1 Kerangka Konseptual ... 35

2.3.2 Hipotesis penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 37

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 41

3.6 Metode Analisis Data ... 42

3.7 jadwal penelitian ... 45

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian ... 46

4.2 Pengujian Hipotesis ... 48

4.2.1 Pengujian Hipotesis Rasio ROA ... 49

4.2.2 Pengujian Hipotesis Rasio CAR ... 51


(18)

4.3 Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 52

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Keterbatasan ... 56

5.3 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(19)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan penelitian terdahulu ... 32

Tabel 3.1 Daftar populasi ... 38

Tabel 3.2 Daftar sampel ... 39

Tabel 3.3 jadwal penelitian ... 45

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif ... 46


(20)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Perbankan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia ... 60 Lampiran 2 Data Penelitian 2007-2009 ... 62 Lampiran 3 Hasil Ouput SPSS ... 65


(22)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perbankan merupakan industri yang sangat penting peranannya dalam perekonomian suatu negara pada era modern seperti saat sekarang ini. Banyak sektor yang ditopang pertumbuhannya oleh industri perbankan, misalnya saja sektor pertanian, peternakan, pembangunan (konstruksi), perdagangan, real estate dan property, dan masih banyak lagi sektor-sektor perekonomian lain yang perkembangannya dewasa ini di topang oleh sektor perbankan, bahkan dibeberapa negara maju sektor perbankan merupakan sektor utama yang menujang perekonomian negara tersebut. Sektor-sektor tersebut sangat tergantung pada perbankan, oleh karena itu apabila sektor perbankan mengalami masalah, maka secara otomatis sektor-sektor industri tersebut akan terkena imbasnya juga sehingga perekonomian suatu negara pun akan terganggu.

Industri perbankan merupakan lembaga yang mempunyai peran strategis dalam kelancaran perekonomian, dimana perbankan dapat mendorong pengembangan dan pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara sehingga dapat meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Lembaga keuangan perbankan ini berfungsi sebagai lembaga yang mempercepat penyaluran dana dari pihak yang memiliki dana lebih (surflus unit) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit unit), fungsi ini dikenal sebagai fungsi perantara (financial


(23)

Seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan dalam dunia usaha, membuat persaingan dalam bisnis perbankan pun semakin tajam, hal ini dapat dilihat dengan terus bertambahnya jumlah bank yg beroperasi baik itu bank pemerintah, bank swasta, maupun bank asing yang ikut meramaikan dunia persaingan perbankan di Indonesia. Selain itu, pengetahuan masyarakat saat sekarang ini semakin berkembang, sehingga membuat masyarakat semakin selektif dalam memilih bank yang mereka percayai untuk mengelola dana mereka. Masyarakat mempercayai bahwa bank yang baik adalah bank yang dapat memberikan layanan yang berkualitas baik bagi bisnis maupun pribadinya, dan juga dapat memenuhi segala kebutuhan finansial nasabahnya.

Semakin ketatnya persaingan dalam dunia perbankan membuat manajemen bank melakukan berbagai macam cara agar laporan yang diberikan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap bank yang bersangkutan merasa puas atas kinerja manajemen bank dalam mengelola aset yang dipercayakan kepada mereka, sehingga terkadang manajemen bank salah dalam mengambil keputusan yang akhirnya dapat berakibat fatal, dimana suatu bank dapat saja ditutup oleh akibat kesalahan manajemen bank tersebut, dan yang lebih dikhawatirkan lagi akibat dari kesalahan ini dapat berdampak besar terhadap dunia usaha atau perekonomian suatu negara.

Sejarah telah mencatatkan bahwa dunia perbankan pernah memporak-porandakan hampir seluruh sendi perekonomian Indonesia pada pertengahan tahun 1997 sampai tahun 1998, dimana krisis keuangan di Asia atau di Indonesia biasa disebut dengan krisis moneter berawal dari Thailand pada bulan Juli yang


(24)

membawa dampak sangat besar terhadap nilai tukar, bursa saham, dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia. Krisis yang berawal dari Thailand pada saat itu sampai ke Indonesia dimulai dengan jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, sehingga banyak bank yang mengalami kerugian, terutama bank yang mempunyai pinjaman dalam mata uang asing dan tidak melakukan lindung nilai (hedging) atas pinjamannya. Akibat dari pergolakan nilai tukar (kurs) dan ditambah dengan semakin memburuknya arus kas perbankan menyebabkan banyak bank mengalami kesulitan likuiditas, sehingga membuat bank kehilangan kepercayaan masyarakat dan mengakibatkan nasabah beramai-ramai melakukan penarikan dananya secara besar-besaran (rush), akibatnya banyak bank yang harus ditutup sehingga berdampak pada lumpuhnya perekonomian secara total. Oleh karena itu pemerintah dan Bank Indonesia melakukan inisiatif untuk menyelamatkan perbankan pada saat itu, namun biaya dari penyelamatan itu juga tidak sedikit karena jumlah bank yang harus diselamatkan juga sangat banyak.

Selain dari pengalaman krisis yang terjadi pada tahun 1997 tersebut, masih segar dalam ingatan kita krisis keuangan global tahun 2008 yang melanda Amerika dan beberapa negara di Eropa. Imbas dari krisis yang ditimbulkan dari kegagalan industri properti (sub-prime mortgage) di Amerika menjadi pemicu jatuhnya institusi keuangan di negara tersebut dan berakibat dunia mengalami krisis global yang sempat dirasakan di Indonesia, hal ini dapat dilhat dari beberapa indikator, yaitu nilai tukar rupiah sempat melonjak menjadi Rp 10.000, dan Bursa Efek Indonesia sempat menghentikan (suspen) perdagangan saham selama dua hari. Hal ini untuk menghindari jatuhnya indeks bursa lebih parah dan turunnya


(25)

modal sekitar 300 ribu investor lokal yang seketika dapat mengalami kerugian sangat besar karena harga saham yang mereka pegang merosot hingga 50%. Selain itu kondisi perbankan pun sempat kewalahan dibuatnya, ini terlihat dari keringnya likuiditas di pasar yang membuat perbankan kesulitan dalam mencari dana segar. Buktinya tiga bank BUMN sampai meminta bantuan pemerintah sebagai bos besar ketiga bank pelat merah itu untuk menambahkan likuiditas, alhasil ketiga bank tersebut mendapatkan suntikan dana masing-masing sebesar Rp 5 triliyun. Namun demikian, akibat yang ditimbulkan oleh krisis keuangan global yang bermula dari Amerika ini tidak seburuk akibat krisis moneter yang tejadi pada tahun 1997, hal ini dikarenakan pemerintah dan Bank Indonesia cepat tanggap untuk melakukan antisipasi atau pencegahan melalui perealisasian ketentuan perbankan untuk menghindari jatuhnya sistem keuangan dan perbankan. Tindakan ini dilakukan agar dana nasabah di bank aman sehingga nasabah tidak perlu melakukan rush terhadap dananya, akibatnya rush tidak terjadi dan sistem perbankan tetap aman sehingga perekonomian dapat terbebas dari krisis yang telah didepan mata.

Krisis keuangan dan semakin meningkatnya persaingan dalam dunia perbankan dapat memicu permasalah sehingga banyak bank dinyatakan bangkrut dan harus ditutup. Secara rinci bank dapat mengalami kebangkrutan disebabkan oleh beberapa faktor baik secara langsung atau tidak langsung, diantaranya bank bisa bangkrut dan harus ditutup jika kinerjanya buruk akibat naiknya nilai kredit macet atau aset bermasalah secara signifikan, kesulitan likuiditas karena penarikan dana secara besar-besaran dalam waktu bersamaan (rush) akibat


(26)

terjadinya krisis yang bersifat sistemik maupun menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut, banyaknya pemilik bank yang ikut campur dalam kegiatan operasional bank, pemberian kredit yang tidak hati-hati karena kurang memperhatikan aspek manajemen risiko dan Good Corporate Governance (GCG). Jadi, dengan jelas dapat diketahui bahwa penyebab bangkrutnya suatu bank dapat diakibatkan oleh bank itu sendiri maupun berasal dari dampak kondisi ekonomi yang memburuk.

Krisis keuangan dan praktik-praktik perbankan yang tidak legal mebuat terjadinya krisis kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan, oleh karena itu pembenahan disektor perbankan dan mengembalikan kepercayaan masyarakat baik nasional maupun internasional dipandang sebagai suatu hal yang mendesak, karena sekali kepercayaan masyarakat hilang maka dunia perbankan Indonesia akan mengalami krisis yang berkepanjangan.

Akhir-akhir ini dengan didorong oleh kemajuan perekonomi maka sektor perbankan perlahan-lahan bangkit kembali. Bank pemerintah dan swasta saling bersaing dalam hal pelayanan dan pemenuhan kewajiban kepada nasabahnya. Segmen-segmen dari bank ini tentunya menawarkan kekuatan (strength) dan memberikan gambaran kelemahan (weakness) masing-masing, misalnya saja bank pemerintah yang menawarkan keamanan yang lebih dan tingkat bunga yang menarik dibandingkan bank swasta, sebaliknya bank swasta diharapkan menawarkan bunga yang kompetitif, tinggi untuk funding (menghimpun dana) dan rendah untuk lending (menyalurkan dana/kredit) , akses yang mudah dan produk yang bervariasi. Beberapa tahun terakhir bank pemerintah telah berusaha


(27)

dan berhasil mengembangkan pelayanan staf, proses pelayanan, dan melengkapi fisik dengan pelayanan yang unggul, selain itu produk-produk yang diciptakan juga semakin bervariasi sehingga ini menjadi kekuatan positif bank dan bermanfaat sebagai pencitraan merek bank. Contohnya saja Bank Mandiri, dalam beberapa tahu ini memimpin dalam kualitas pelayanan nasabah. Hal ini diukur dalam Bank Service Excellence Monitor (BSEM) yang dilakukan Marketing

Research Indonesia (MRI). Ini menambah kekuatan Bank Mandiri yang tidak lain

adalah bank pemerintah tanpa menghilangkan karakteristik keamanan bank umum yang dimiliki oleh bank pemerintah (InfoBankNews.com : 14 Juli 2010).

Marketing Research Indonesia (MRI) mencoba membaca tren yang terjadi di

masyarakat yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Hasil survei menunjukkan banyak faktor yang menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, diantaranya terutama yang berhubungan dengan persepsi mereka terhadap keamanan bank, yaitu tentang pengenalan masyarakat terhadap suatu bank, ukuran suatu bank, dan juga kepemilikan bank oleh pemerintah atau dijamin oleh lembaga pemerintah. Sebaliknya yang menyebabkan masyarakat curiga dengan suatu bank adalah besarnya biaya administrasi, penawaran suku bunga yang tinggi, berita-berita penyalahgunaan terkait dengan bank, jumlah nasabah yang (semakin) sedikit, dan bank yang tidak besar-besar. Sebenarnya ini merupakan masalah tangible (nyata) yang membuat masyarakat curiga. Masalah lain tentang bank sering ditutup-tutupi dan kemudian diumumkan pemerintah bahwa suatu bank perlu “dirawat” atau langsung ditutup, masalah keterbukaan seperti inilah yang sangat sulit untuk


(28)

diketahui oleh masyarakat. Disinilah perlunya pengetahuan masyarakat tentang penilaian kinerja industri perbankan. Melalui penilaian kinerja tersebut, masyarakat dapat mengetahui apakah kinerja dan operasional bank tersebut buruk atau tidak. Jika dinilai buruk maka diharapkan bank dapat memperbaikinya. Jika kinerjanya sudah baik, diharapkan perusahaan dapat mempertahankan atau meningkatkan kinerja dan operasionalnya agar lebih baik. Salah satu dimensi pokok kinerja perbankan adalah kinerja keuangan, karena kinerja keuangan merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Penilaian kinerja perbankan dapat diukur melalui Return On Assets (ROA), Capital Adequacy ratio (CAR), dan banking Ratio.

Secara umum kinerja perbankan di Indonesia menunjukan perkembangan yang semakin membaik, baik itu bank pemerintah maupun bank swasta memperlihatkan pertumbuhan aset perbankan yang terus meningkat. Beberapa indikator lainnya juga semakin membaik, seperti laba bersih meningkat, dana meningkat, ekspansi kredit semakin tinggi, dan tingkat kredit bermasalah menurun. Hal ini memperlihatkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan mulai berangsur-angsur membaik setelah dilanda oleh berbagai krisis dan masalah lainnya. Peningkatan ini dapat dilihat dari kepercayaan masyarakat terhadap bank-bank pemerintah, yaitu Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Tabungan Negara (BTN) mencapai Tingkat yang paling tinggi dewasa ini yaitu sebesar 62%. Sedangkan


(29)

kepercayaan terhadap bank-bank swasta yaitu mencapai 42% (InfoBank No. 367 Edisi Juli 2009).

Berangkat dari hasil survei yang telah dijelaskan sebelunya, terlihat bahwa persepsi masyarakat cenderung menilai bahwa bank pemerintahlah yang lebih baik kinerjanya dibandingkan bank swasta, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian apakah persepsi masyarakat tersebut benar adanya jika dilihat dari indikator kinerja keuangan, selain itu kita juga dapat mengetahui kinerja manajemen bank mana yang lebih baik dalam mengelola dana nasabah yang dipercayakan kepada mereka. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Return On Assets (ROA),

Capital Adequacy ratio (CAR), dan Banking Ratio antara bank pemerintah dengan

bank swasta yang go public pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan antara kinerja bank pemerintah dengan bank swasta yang diukur dari

Return On Assets (ROA), Capital Adequacy ratio (CAR), dan Banking Ratio ?”.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara kinerja bank pemerintah dengan bank swasta yang diukur dari Return


(30)

1.3.2Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian mengenai perbandingan kinerja keuangan bank pemerintah dengan bank swasta ini antara lain:

1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan mengenai dunia perbankan khususnya perbedaan antara Return On Assets (ROA), Capital Adequacy

ratio (CAR), dan Banking Ratio antara bank pemerintah dengan bank

swasta

2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan atau referensi dan sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya

3. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan dan sumber informasi agar lebih bijak dalam memilih bank sebagai tempat untuk menyimpan uang dan berinvestasi nantinya.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Kinerja Keuangan Bank

Kinerja keuangan adalah suatu hasil dari berbagai macam keputusan yang diambil oleh pihak manajemen secara terus menerus dalam menjalankan suatu perusahaan. Kinerja keuangan dapat menjadi gambaran atau alat ukur yang sangat efektif untuk menilai tanggung jawab manajemen dalam menjalankan tugasnya, hal ini disebabkan karena yang dimaksud dengan kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam mencapai tujuan suatu perusahaan.

Kinerja keuangan dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan, namun terlebih dahulu haruslah dilakukan analisa yang mendalam untuk mengetahui maksud dari angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut. Terdapat berbagai macam cara yang bisa dilakukan untuk menilai kinerja keuangan, salah satunya adalah analisis rasio terhadap laporan keuangan yang disajikan. Seperti yang penulis lakukan dalam penelitian ini, dimana penulis menilai kinerja keuangan bank melalui rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas/profitabilitas.

Kinerja keuangan bank merupakan gambaran dari keadaan keuangan suatu bank yang dapat dilihat dalam laporan keuangan dan merupakan hasil dari berbagai macam keputusan manajemen dalam mengelola aset yang dipercayakan kepada mereka, dimana kinerja keuangan tersebut dapat diketahui setelah adanya


(32)

analisis terhadap laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Dalam suatu perusahaan, penilaiaan kinerja keuangan sangat bermanfaat selain membantu manajemen dalam mengambil keputusan juga dapat memotivasi manajemen atau karyawan dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan dari perusahaan tersebut.

2.1.2 Laporan keuangan bank

Laporan keuangan merupakan catatan informasi atas kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada periode waktu tertentu yang dapat dijadikan sebagai objek analisis dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Myer dalam bukunya Financial statement Analysis yang dikutip oleh Munawir (2004) bahwa yang dimaksud laporan keuangan adalah “dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar tersebut adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surflus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan)”. Adapun jenis laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang merupakan catatan yang tidak dapat dimasukkan dalam laporan-laporan yang telah disebutkan sebelumnya.

Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, maupun perubahan dari posisi keuangan perusahaan yang mana dapat bermanfaat bagi pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi. Selain itu


(33)

laporan keuangan juga memberikan informasi tentang apa yang telah dilakukan manajemen dalam mengelola perusahaan dan juga untuk mempertanggung jawabkan atas sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen tersebut, sehingga pihak-pihak yang memilki kepentingan dari perusahaan tersebut dapat mengambil keputusan untuk mempertahankan atau mengganti manajemen tersebut. Menurut Munawir (2004) laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud “untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress

report) secara periodik yang dilakukan pihak manjemen yang bersangkutan”.

Tujuan laporan keuangan menurut PSAK No.1 paragraf 5 adalah “tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”.

Laporan keuangan merupakan media yang sangat penting untuk melihat kondisi keuangan suatu perusahaan, karena pihak-pihak yang berkepentingan tehadap perusahaan tidak dapat atau mampu secara langsung untuk melakukan pengamatan atas suatu perusahaan, oleh sebab itulah yang membuat laporan keuangan menjadi sangat penting sebagai sarana informasi atau media bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Banyak pihak-pihak-pihak-pihak yang memilki kepentingan terhadap suatu perusahaan seperti pemegang saham, investor, kreditor, manjemen, karyawan dan serikat pekerja, pemerintah seperti bank indonesia dan instansi pajak, analis pasar modal, pelanggan atau masyarakat,


(34)

lembaga swadaya masyarakat, dan peneliti seperti akdemisi atau lembaga pemeringkat.

Meskipun laporan keuangan merupakan gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan, para pemakai laporan keuangan sebaiknya juga haru jeli dalam mengambil keputusan dari laporan tersebut, karena laporan keuangan juga tedapat keterbatasan yang membuat hasil yang disajikan tidak akurat. Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikutip oleh Harahap (2008) menyatakan bahwa keterbatasan laporan keuangan terdiri dari:

a. laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan kejadian yang telah lewat bukan masa kini

b. laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi pihak tertentu

c. proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan

d. akuntansi hanya melaporkan hasil yang material

e. laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian f. laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu

peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (substance over form) g. laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan

pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan

h. adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan

i. informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantitatifkan umumnya diabaikan.

Laporan keuangan yang disajikan bank tidaklah jauh berbeda dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan bukan bank, dimana laporan keuangan bank juga terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dana laporan-laporan lainnya, namun demikian berbeda industri sudah pasti terdapat beberapa perbedaan terhadap laporan yang disampaikan maupun peraturan-peraturan dalam menyusun laporan tersebut. Laporan keuangan yang disajikan oleh bank umum untuk dipublikasikan


(35)

kepada masyarakat, berpedoman pada peraturan Bank Indonesia No. 3/22/PBI tanggal 13 Desember 2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 tentang Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta laporan tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia.

Dalam PSAK No.31 paragraph 80 menyatakan bahwa laporan keuangan bank terdiri atas:

a. Neraca

b. Laporan laba rugi c. Laporan arus kas

d. Laporan perubahan ekuitas e. Catatan atas laporan keuangan

Dari PSAK No.31 yang telah disebutkan diatas dapat kita lihat bahwa laporan keuangan bank juga sama dengan laporan keuangan bukan bank, hanya saja yang membedakannya adalah dalam catatan atas laporan keuangan, perusahaan perbankan diwajibkan untuk membuat laporan komitmen dan kontinjensi, sedangkan dalam laporan keuangan perusahaan bukan bank tidak terdapat laporan tersebut.

2.1.3 Analisis Laporan keuangan

Analisis laporan keuangan merupakan suatu alat yang dipergunakan agar laporan keuangan yang diasajikan lebih berarti dan mudah dipahami oleh banyak pihak. Melakukan analisis terhadap laporan keuangan berarti menggali lebih jauh informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, sebagaimana telah diketahui


(36)

bahwa laporan keuangan merupakan cakupan informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Menurut Harahap (2008) analisis laporan keuangan merupakan suatu cara untuk “menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”. Sedangkan menurut Wild, dkk. (2005) mengemukakan bahwa “analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Analisis laporan keuangan mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan, dan intuisi dalam pengambilan keputusan.”

Analisis laporan keuangan dapat memberikan informasi yang maksimal, lebih luas, dan akurat dari informasi yang relatif sedikit jika hanya dengan melihat laporan keuangan yang disajikan. Hasil analisis dapat menghilangkan firasat, ketidak pastian, tebakan, atau pertimbangan pribadi yang dapat membuat suatu pihak salah dalam mengambil keputusan. Selain itu analisis laporan keuangan juga dapat mengetahui kesalahan-kesalahan baik yang tidak disengaja ketika proses akuntansi seperti salah dalam mencatat, menjumlah, memposting, dan menjurnal atau kesalahan yang disengaja seperti tidak mencatat, menghilangkan data, dan sebagainya. Dapat diketahuinya kesalahan-kesalahan ini tidak lain karena proses analisis laporan keuangan hampir identik dengan proses dalam


(37)

melakukan pembukuan, hal ini sejalan dengan pengertian analisis laporan keuangan oleh Bernstein yang dikutip oleh Harahap (2008). Bernstein mengemukakan bahwa “analisis laporan keuangan merupakan kebalikan dari kegiatan pembukuan. Kalau proses pembukuan dimulai dari transaksi, dicatat kebuku, diproses dan akhirnya jadi laporan keuangan, maka dalam analisis laporan keuangan kegiatan dimulai dari laporan keuangan ditelusuri kebuku, sampai ketransaksi perusahaan”.

Analisis laporan keuangan sangat bermanfaat terhadap berbagai pihak untuk lebih mudah memahami laporan keuangan sehingga keputusan yang diambil nantinya akan lebih tepat. Menurut Kasmir (2008), ada berbagai tujuan dan manfaat dengan adanya analisis laporan keuangan, yaitu:

a. untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode

b. untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan apa saja yang dimilki perusahaan

c. untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan kedepan yang bekaitan dengan posisi keuangan saat ini

d. untuk melakukan penilaian kinerja manajemen kedepan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal

e. dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.

Dari sudut lain tujuan anlisis laporan keuangan menurut Bernstein yang dikutip harahap (2008) adalah sebagai berikut:

a. Screening

analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger

b. Forcasting

analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang


(38)

c. Diagnosis

analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manjemen, operasi keuangan atau masalah lainnya

d. Evaluation

analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efesiensi dan lain-lain

Analisis laporan keuangan membuat informasi yang terkandung dalam laporan keuang lebih dalam untuk dipahami dan memberikan gambaran hubungan antara pos-pos dalam laporan keuangan yang dapat menjadi indikator dalam menilai posisi, kondisi, dan prestasi suatu perusahaan. Secara lengkap kegunaan laporan keuangan dikemukakan oleh Harahap (2008) sebagai berikut:

a. dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dalam laporan keuangan biasa

b. dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit)

c. dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan d. dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam

hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan

e. mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating)

f. dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh pengambil keputusan, seperti penilaian prestasi perusahaan, proyeksi keuangan perusahaan, kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu, dan melihat komposisi struktur keuangan dan arus dana

g. dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis

h. dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal i. dapat memahami situasi dan kondisi yang dialami perusahaan, baik posisi

keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya

j. bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dimiliki perusahaan dimasa yang akan datang.


(39)

Walaupun analisis laporan keuangan sangat membantu dalam proses pembuatan keputusan, terkadang hasil analisis keuangan juga dapat mengalami kesalahan sehingga keputusan yang diambil tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kesalahan dalam hasil analisis ini dapat terjadi karena analisis laporan keuangan juga terdapat berbagai kelemahan, seperti yang diungkapkan Harahap (2008) berikut ini:

a. analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah

b. objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan tidak hanya cukup dari angka-angka laporan keuangan, kita juga harus melihat aspek lainnya, seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, gaya manajemen, budaya perusahaan, dan budaya masyarakat c. objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan

kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan

d. jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu juga dilihat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan angka, misalnya prinsip akuntansi, size perusahaan, jenis industri, periode laporan, laporan individual atau konsolidasi, dan jenis perusahaan aspek

profit motive atau non profit motive

e. laporan keuangan hasil konsolidasi atau hasil konversi mata uang asing perlu mendapat perhatian tersendiri karena perbedaan bisa saja timbul karena masalah kurs konversi atau metode konsolidasi

f. adanya kelemahan-kelemahan dalam analisis rasio.

Dalam melakukan penilaian terhadap posisi dan kondisi keuangan perusahan analisis laporan keuangan memerlukan metode dan teknik dalam menganalisis laporan keuangan. Metode dan teknik ini merupakan tolok ukur yang digunakan untuk mengukur atau menetukan hubungan antara data yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat diketahui perubahan dari setiap data tersebut. Terdapat dua metode yang dapat digunakan dalam melakukan analisis laporan keuangan, yaitu:


(40)

a. Analisis horizontal

Merupakan metode analisis dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode sehingga akan diketahui perubahannya

b. Analisis vertikal

Merupakan analisis terhadap laporan keuangan dengan cara membandingkan laporan hanya dalam satu periode saja, yaitu dengan membandingkan pos-pos atau data-data yang satu dengan yang lainnya. Ada banyak teknik yang dapat digunakan dalam menganalisis laporan keuangan, teknik ini merupakan bagaimana cara dalam melakukan analisis. Menurut Munawir (2004), teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah:

a. analisis perbandingan laporan keuangan,

b. trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam persentase (trend percentage analysis),

c. laporan dengan persentase perkomponen atau common size statement d. analisis sumber dan penggunaan modal kerja

e. analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis) f. analisis rasio

g. analisis perubahan laba kotor (gross profit margin) h. analisis break-even

Menurut Martono (2005) analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio keuangan. Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat dibedakan:

a. Perbandingan internal, yaitu membandingkan rasio pada saat ini dengan rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama.


(41)

b. Perbandingan eksternal dan sumber-sumber rasio industri, yaitu membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada saat yang sama.

2.1.4 Rasio Keuangan Bank

Sebagaimana telah kita ketahui bahwasanya laporan keuangan merupakan laporan yang bersifat historis, artinya laporan keuangan merupakan aktivitas yang sudah dilakukan dalam suatu periode waktu tertentu. Aktivitas-aktivitas ini disajikan dalam bentuk angka-angka berdasarkan pos-posnya dalam laporan keuangan, dimana pos-pos ini akan dibandingkan satu sama lainnya sehingga menghasilkan suatu laporan yang lebih berguna bagi berbagai pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan, perbandingan antara pos-pos inilah yang dimaksud dengan rasio keuangan. Menurut harahap (2008), “rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”. Rasio keuangan sangat besar peranannya dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan, dimana rasio keuangan dapat menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos satu dengan yang lainnya sehingga dapat dengan cepat memberikan informasi untuk lebih mudah dalam menilai dan mengambil keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Melakukan analisis terhadap berbagai macam hubungan antara pos-pos dalam laporan keuangan merupakan dasar untuk bisa menginterpretasikan posisi dan kondisi keuangan perusahaan, dengan adanya alat analisis rasio ini dapat


(42)

menjelaskan kepada analis tentang sehat atau tidaknya kondisi suatu perusahaan. Teknik analisis dengan menggunakan rasio keuangan sangat bagus karena dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, selain itu juga memungkinkan manajer memperkirakan reaksi kreditor dan investor serta dapat memberikan pandangan bagaimana kira-kira dana dapat dihimpun. Berikut ini adalah keunggulan analisis rasio dibandingkan dengan teknik analisis lainnya menurut Harahap (2008):

a. rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan

b. merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit

c. mengetahui posisi perusahaan ditengan industri lain

d. sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model keputusan dan model prediksi

e. menstandarisir size perusahaan

f. lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series” g. lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa

datang.

Walaupun teknik analisis rasio merupakan alat yang sangat bagus dalam melakukan analisis laporan keuangan, tetap saja tidak terlepas dari berbagai kekurangan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan dari alat analisis rasio tersebut. Menurut Sawir (2005), keterbatasan analisis rasio antara lain:

a. kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak dibeberapa bidang usaha b. rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara

penafsiran yang berbeda dan bisa merupakan hasil manipulasi

c. perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan dan penilaian persediaan d. informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan


(43)

Perbedaan jenis perusahaan dapat mengakibatkan perbedaan jenis-jenis rasio yang akan dipergunakan dalam menganalisis laporan keuangan. Perbankan merupakan bisnis jasa yang tergolong dalam industri “kepercayaan” dan mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas. Menurut Sawir (2005) “Rasio-rasio keuangan perbankan dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok rasio, yaitu: rasio likuiditas, rasio rentabilitas/profitabilitas, rasio solvabilitas/permodalan, rasio risiko usaha bank, dan rasio efesiensi usaha”. Rasio keuangan bank berbeda dengan rasio keuangan perusahaan umumnya, Hal ini disebabkan karena komponen neraca dan laporan laba rugi yang dimiliki oleh bank berbeda dengan laporan neraca dan laba rugi perusahaan bukan bank sehingga rasio keuangan bank mempunyai peraturan perundang-undangan sendiri dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Dalam penelitian ini tidak semua rasio yang telah disebutkan sebelumnya akan digunakan untuk melakukan analisis. hanya rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas yang akan digunakan.

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas atau sering disebut sebagai rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Bank bisa dikatakan likuid jika dapat membayar kembali semua depositonya, mampu melunasi kewajiban utang-utangnya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukannya tanpa terjadinya penangguhan. Oleh sebab itu menurut Sawir (2005) bank dikatakan likuid apabila:


(44)

b. bank tersebut memiliki aset kas yang lebih sedikit dari butir (a) diatas, tetapi yang bersangkutan juga mempunyai aset lainnya (khususnya surat-surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya

c. bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan aset kas baru melalui berbagi bentuk utang.

Menurut james O. Gill yang dikutip oleh kasmir (2008) menyebutkan “rasio likuiditas mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo”. Likuiditas sebaiknya tidak dikelola sembarangan, karena sangat berakibat fatal dalam kelangsungan hidup perusahaan, seperti yang pernah terjadi pada masa krisis moneter tahun 1997. Likuiditas bank sebaiknya dikelola dengan terencana, terus menerus, dan selalu menerapkan manajemen risiko dalam setiap pengambilan keputusan.

Hasil dari analisis rasio likuditas sangat besar manfaatnya bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, terlebih terhadap manajemen perusahaan karena dapat mengambil sikap atau keputusan yang tepat agar operasional perusahaan dapat terus berjalan. Bukan hanya bermanfaat terhadap perusahaan, rasio likuiditas juga bermanfaat terhadap pihak diluar perusahaan. Menurut kasmir (2008), berikut adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil analisis raio likuiditas:

a. untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih

b. untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan

c. untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persedian

d. untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan jumlah modal kerja


(45)

e. untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang

f. sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan hutang

g. untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu kewaktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode

h. untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan kewajiban lancar

i. menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

Rasio likuiditas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Banking Ratio. Menurut kasmir (2008) “Banking Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki”. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditas bank semakin rendah karena jumlah pinjaman yang diberikan semakin besar. Pinjaman atau kredit merupakan item yang mengandung risiko, jadi jika semakin besar pinjaman yang diberikan maka akan semakin besar tingkat risiko kegagalan dapat terjadi dan akhirnya dapat menggangu likuiditas bank. Rasio ini juga untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan menarik kembali kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debitornya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

b. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas sering juga disebut dengan istilah rasio permodalan. Rasio solvabilitas merupakan ukuran kemampuan bank dalam membayar kewajiban


(46)

jangka panjangnya atau kewajiban apabila terjadi likuidasi (dibubarkan) terhadap perusahaan. Menurut Dendawijaya (2005):

“Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Disamping itu rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antar volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-sumber lain diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagi jenis aktiva yang dimiliki bank”.

Modal faktor penting bagi bank dalam menjalankan, mengembangkan usaha, dan menopang risiko kerugian yang dapat timbul dari penanaman dana terhadap aktiva-aktiva produktif yang mengundang risiko serta untuk membiayai penanaman terhadap aktiva lainnya. Berdasarkan ketentuan bank Indonesia modal bank terdiri dari:

1. Modal inti

Modal inti terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak. Secara rinci modal inti dapat berupa: a. Modal disetor

b. Agio saham

c. Cadangan umum dan Cadangan tujuan d. Laba ditahan


(47)

f. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasi.

2. Modal pelengkap

Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. Secara rinci modal pelengkap dapat berupa:

a. Cadangan evaluasi aktiva tetap

b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan c. Modal kuasi

d. Pinjaman subordinasi

Rasio solvabilitas atau leverage ratio bertujuan mengukur efisiensi bank dalam menjalankan aktivitasnya. Analisis rasio solvabilitas menurut Sawir (2005) digunakan untuk:

a. ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan

b. sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak dipakai dan lain-lain

c. alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya

d. dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut.

Rasio solvabilitas yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini adalah

Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa

jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di


(48)

masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain (Dendawijaya, 2005). CAR adalah jumlah modal minimal yang harus dimiliki oleh suatu bank sehingga kepentingan para investor dapat terlindungi dari ancaman terjadinya insolvensi kegiatan usaha perbankan, dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.

Perhitungan CAR diperoleh dari perbandingan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) yang dihitung bank bersangkutan. Semakin besar persentase CAR suatu bank menunjukkan semakin besar daya tahan suatu bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta yang bermasalah. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%, hal ini didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank

for International Settlement). Sesuai dengan ketentuan Peraturan Bank Indonesia

No. 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 tentang kewajiban modal minimum bank umum, rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

c. Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas atau sering juga disebut rasio profitabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan (Sawir, 2005). Pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah kemampuan suatu bank di dalam menghasilkan keuntungan


(49)

baik berasal dari kegiatan operasional bank yang bersangkutan maupun dari hasil-hasil non operasionalnya.

Menurut Kasmir (2008), tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan adalah:

a. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu

b. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang

c. untuk menilai perkembangan laba dari waktu kewaktu

d. untuk menilai besarnya laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri e. untuk mengukur produktivitas seluruh dan perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Rasio rentabilitas yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah Return

on Assets (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manjemen

bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2005). Rasio ini dirumuskan sesuai dengan Surat Edaran No. 6/23/DPNP tanggal 13 mei 2004 sebagai berikut:

2.1.5 Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan dalam pasal 1 butir 2, yang merupakan perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, yang dimaksud dengan “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam


(50)

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Dari pengertian ini dapat dilihat bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dimana aktivitas utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat yang dikenal dengan istilah funding. Menghimpun dana ini maksudnya ialah mengumpulkan atau mencari dana dari masyarakat luas dengan cara menggunakan berbagai strategi seperti memberikan rangsangan berupa balas jasa yang dapat berbentuk bunga, hadiah, bagi hasil, pelayanan dan berbagai bentuk lainnya yang dapat membuat masyarakat berminat untuk menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan dapat berupa tabungan, giro, dan deposito. Setelah dana diperoleh dari masyarakat maka dana tersebut akan dikelola atau diputar kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau dikenal dengan istilah kredit (lending), dimana dana tersebut dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk memajukan perekonomian baik dengan cara membuka lapangan pekerjaan maupun cara lainnya sehingga dapat meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan utama perbankan adalah menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending). Menurut PSAK No.31 paragraf 1 menyatakan pengertian bank sebagai berikut:

Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan

dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito berjangka serta memberikan kredit bagi pihak yang memerlukan dana.


(51)

2.1.6 Perbedaan Bank pemerintah dengan Bank Swasta

Bank pemerintah dan bank swasta sebenarnya dalam hal menjalankan usaha atau operasionalnya memiliki kesamaan, seperti cara meghimpun dana, menyalurkan pinjaman, dan jasa-jasa lainnya. Perbedaan antara bank pemerintah dengan bank swasta hanya menyangkut aspek kepemilikan, dimana yang dikatakan bank pemerintah adalah bank yang akte pendiriannya dimiliki oleh pemerintah pusat dan sahamnya baik seluruh atau sebagian besar juga dimiliki oleh pemerintah pusat. Sedangkan yang dikatakan bank swasta adalah bank yang akte pendirian maupun sahamnya baik seluruh atau sebagian besar dimiliki oleh pihak swasta.

Walaupun yang membedakan bank pemerintah dengan bank swasta hanya berdasarkan kepemilikannya saja, ini sangat menentukan kinerja dari bank tersebut ketika menjalankan usahanya, contohnya saja dalam hal pemilihan direksi, mereka akan ditunjuk berdasarkan rapat umum pemegang saham. Direksi sama-sama kita ketahui adalah orang yang akan mengelola bank tersebut nantinya, apakah akan semakin baik kinerja bank tersebut atau malah sebaliknya. Dalam rapat umum pemegang saham, biasanya bank yang sahamnya dominan dimiliki oleh suatu pihak inilah yang akan menentukan diterima atau tidaknya calon direksi yang diajukan, dengan demikian dapat dikatakan bank pemerintah yang sahamnya dominan dimiliki oleh pemerintah secara otomatis kebijakan pemilihan ini tergantung pemerintah, demikian pula sebaliknya dengan bank swasta.


(52)

2.1.7 Sumber Dana Bank

Bank merupakan bisnis keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya. Dana dapat disalurkan apabila dana tersebut telah dapat dihimpun baik dari masyarakat mapun dari pihak-pihak lain. Menurut Sinungan yang dikutip oleh Irmayanto, dkk (2009), dana-dana bank yang dipakai sebagi alat operasional dapat diperoleh dari berbagai sumber:

1. Dana pihak kesatu (sumber dana sendiri)

Dananya diperoleh dari modal sendiri yang berasal dari pemegang saham. Dalam neraca bank dana modal sendiri terdiri atas modal disetor, agio saham, cadangan-cadangan, dan laba ditahan

2. Dana pihak kedua (sumber dana pihak luar)

Merupakan sumber dana yang berasal dari pihak luar selain masyarakat, yang dapat berupa call money, pinjaman biasa antar bank, pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank, dan pinjaman dari bank sentral (Bank Indonesia).

3. Dana pihak ketiga (sumber dana masyarakat)

Dana yang diperoleh bank dari simpanan masyarakat dapat berupa giro

(demand deposit), tabungan (saving), deposito (time deposit), dan


(53)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan penelitian terdahulu

No Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian Variabel yang Diteliti

Hasil penelitian 1. Puspita Sari

Handayani (2005) Analisis Perbandingan Kinerja Bank Nasional, Bank Campuran, dan Bank Asing Dengan Menggunakan Rasio Keuangan • CAR • RORA • NPM • ROA • CMR • LDR • OR

CAR, NPM, ROA, dan OR tidak ada perbedaan kinerja keuangan, Namun jika dilihat dari RORA, CMR dan LDR ada perbedaan kinerja keuangan

2. Agustinus Purwoko (2007)

Analisis Kinerja Bank Pemerintah dan Bank Swasta ditinjau dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Return On Equity (ROE), dan Return On Assets (ROA)

• CAR

• NIM

• ROE

• ROA

Analisis korelasi menunjukkan ada dua pasang rasio yang

memiliki hubungan, yaitu CAR dengan NIM dan ROE dengan ROA. Analisis One-Way ANOVA hanya CAR, ROE, dan ROA yang memiliki rata-rata populasi yang sama. analisis deskriptif menunjukkan semua variabel mengalami kondisi fluktuatif 3 Prima

Naomi Sucianti (2007) Perbandingan Indikator Kinerja Bank Dominasi Asing dan Dominasi Negara pada Bank yang Go Public di BEI

• LDR, • CAR, • ROE, • BOPO, • PBV, • PER

Tidak ada perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan dilihat dari Analisis Rasio LDR,CAR, ROE, BOPO, PBV, PER pada bank dengan

kepemilikan asing dengan bank kepemilikan negara


(54)

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2005) adalah untuk menilai kinerja keuangan antara bank nasional, bank campuran, dan bank asing. Teknik analisis yang digunakan oleh Handayani melalui uji Analysis of Variance (Anova), dimana hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa

Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets

(ROA), Operating Ratio (OP) tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan, sedangkan Return On Risk Assets (RORA), Call Money Ratio (CMR), dan Loan

to Deposit Ratio (LDR) terdapat perbedaan kinerja keuangan. Perbedaan

penelitian penulis dengan penelitian Handayani ini adalah penulis melakukan penelitian tentang bank pemerintah dan bank swata, dimana penulis tidak membedakan antara bank swasta nasional maupun bank swasta asing. Pengukuran kinerja keuangan bank juga berbeda antara penelitian penulis dengan penelitian Handayani.

Purwoko (2007) melakukan penelitian mengenai penilaian kinerja bank pemerintah dan bank swasta dengan variabel pengukuran yang digunakan adalah

Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM). Return On Equity

(ROE), dan Return On Assets (ROA). Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis korelasi, dan one-way ANOVA. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa CAR, NIM, ROE, dan ROA mengalami kondisi yang berfluktuatif ketika dilakukan analisis deskriptif. Analisis korelasi yang merupakan analisis untuk melihat hubungan antar variabel menunjukkan bahwa ada dua pasang rasio yang memiliki hubungan, yaitu CAR dengan NIM dan ROE dengan ROA. Analisis one-way ANOVA untuk melihat perbedaan menghasilkan


(55)

CAR, ROE, dan ROA yang memiliki rata-rata populasi yang sama, sedangkan NIM memiliki rata-rata populasi yang tidak sama. Terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian Purwoko ini, seperti alat analisis yang digunakan dan metode pengujian terhadap variabel yang ditelitipun berbeda, dimana penulis melakukan pengujian perbedaan antara bank melalui

Independent sample T-test sedangkan Purwoko melalui one-way ANOVA. Selain

itu penulis tidak melakukan analisis untuk melihat hubungan antara variabel yang diteliti melainkan hanya untuk mengetahui perbedaan kinerja antara bank tersebut saja.

Penelitian Sucianti (2007) adalah mengenai penilaian kinerja keuangan antara bank kepemilikan asing dengan bank kepemilikan negara. Variabel pengukuran yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Equity (ROE), Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO), Price Earning Ratio (PER), dan Price Book Value (PBV). Pengujian yang dilakukan menggunakan statistik non-parametrik melalui uji Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja antar bank kepemilikan asing dengan bank kepemilikan negara untuk semua variabel yang digunakan. Dari keterangan ini dapat diketahui bahwa penelitian penulis dengan Sucianti sangat jauh berbeda, selain bank yang diteliti adalah antara kepemilikan asing dan kepemilikan negara, metode statistik dan variabel penelitian yang digunakan oleh Sucianti juga berbeda.


(56)

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka konseptual

Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

Dibandingkan

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Kerangka konseptual diatas adalah gambaran mengenai perbandingan kinerja keuangan bank. Dalam penelitian ini bank dibagi menjadi dua jenis, yaitu bank pemerintah dan bank swasta. kedua bank ini sama-sama kita ketahui akan menghasilkan laporan keuangan, dimana laporan keuangan masing-masing bank tersebut akan dianalisis oleh peneliti mengenai kinerja keuangannya dengan teknik atau alat analisis yang digunakan adalah melalui

Return On Assets (ROA), Capital Adequacy ratio (CAR), dan Banking Ratio.

BANK

Bank Pemerintah Bank Swasta

Kinerja keuangan:

 ROA

 CAR

Banking Ratio

Kinerja keuangan:

 ROA

 CAR

Banking Ratio


(57)

Setelah kinerja keuangan masing-masing bank tersebut diketahui, maka tahap selanjutnya membandingkan hasil analisis antara kedua bank tersebut untuk melihat kinerja keuangan bank mana yang lebih baik dalam mengelola aset yang mereka miliki.

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalan kalimat pertanyaan (Sugiyono,2004). Berdasarkan perumusan masalah sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan antara kinerja bank pemerintah dengan bank swasta yang diukur dari Return On Assets (ROA), Capital Adequacy ratio (CAR), dan Banking Ratio.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian

Berdasarkan tingkat eksplanasi, yaitu penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, penelitian dapat dikelompokkan menjadi penelitian deskriptif, komparatif, dan asosiatif (Sugiyono:2004). Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini adalah penelitian komparatif, yaitu penelitian yang membandingkan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya.

3.2Populasi dan Sampel

Menurut Erlina (2008) “Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu”. Populasi dalam penelitian ini diambil dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Tercatat di Bank Indonesia jumlah bank umum per mei 2010 adalah sebanyak 122 bank, dimana jumlah bank pemerintah sebanyak 4 bank dan jumlah bank swasta sebanyak 118 bank, sedangkan bank yang mencatatkan dirinya pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007, 2008, dan 2009 adalah sebanyak 31 bank.

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

non probability sampling, yaitu pengambilan sampel yang tidak memberikan

kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Metode non probability sampling yang digunakan adalah


(59)

berdasarkan kriteria atau pertimbangan. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. bank pemerintah dan swasta telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 hingga tahun 2009.

2. bank pemerintah dan swasta tidak berubah status pada tahun 2007 sampai tahun 2009.

3. bank pemerintah dan swasta yang mempunyai laba sebelum pajak pada tahun 2007 sampai tahun 2009

Tabel 3.1 Daftar populasi

No Kode Nama Perusahaan

Kriteria

Sampel

1 2 3

1 AGRO Bank Agroniaga Tbk x -

2 ANKB Bank Arta Niaga Kencana Tbk x x - 3 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk Sampel 1

4 BBKP Bank Bukopin Tbk Sampel 2

5 BNBA Bank Bumi Arta Tbk Sampel 3

6 BABP Bank Bumiputera Indonesia Tbk Sampel 4

7 BACA Bank Capital Indonesia Tbk x -

8 BBCA Bank Central Asia Tbk Sampel 5

9 BCIC Bank Century Tbk x -

10 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk Sampel 6

11 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk Sampel 7

12 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk x -

13 BEKS Bank Eksekutif Internasional Tbk x - 14 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk Sampel 8 15 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk Sampel 9

16 BKSW Bank Kesawan Tbk Sampel 10

17 LPBN Lippo Bank Tbk x x -

18 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk Sampel 11 19 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk Sampel 12


(60)

22 NISP Bank OCBC NISP Tbk Sampel 15 23 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk Sampel 16

24 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk Sampel 17

25 BNLI Bank Permata Tbk Sampel18

26 BBRI Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Sampel 19

27 BSWD Bank Swadesi Tbk Sampel 20

28 BBIA Bank UOB Buana Tbk x -

29 BTPN Bank Tabungan Pensiunan nasional Tbk x - 30 BVIC Bank Victoria InternationalTbk Sampel 21 31 MCOR Bank Windu Kentjana Internasional Tbk x -

Sumber: BEI (diolah penulis)

Berdasarkan dari kriteria tersebut diatas, maka jumlah sampel yang dapat memenuhi kriteria tersebut adalah sebanyak 21 bank, yang terdiri dari 3 bank pemerintah dan 18 bank swasta. Bank-bank yang menjadi sampel tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3.2 Daftar sampel

No Kode Nama Perusahaan Status

1 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk Bank Swasta

2 BBKP Bank Bukopin Tbk Bank Swasta

3 BNBA Bank Bumi Arta Tbk Bank Swasta

4 BABP Bank Bumiputera Indonesia Tbk Bank Swasta

5 BBCA Bank Central Asia Tbk Bank Swasta

6 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk Bank Swasta

7 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Swasta 8 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk Bank Swasta 9 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk Bank Swasta

10 BKSW Bank Kesawan Tbk Bank Swasta

11 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank Pemerintah 12 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk Bank Swasta

13 MEGA Bank Mega Tbk Bank Swasta

14 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk Bank Pemerintah

15 NISP Bank OCBC NISP Tbk Bank Swasta

16 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Swasta


(61)

19 BBRI Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Bank Pemerintah

20 BSWD Bank Swadesi Tbk Bank Swasta

21 BVIC Bank Victoria InternationalTbk Bank Swasta Sumber: hasil pengolahan tabel 3.1

3.3Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Umar (2001) “Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain”. Sumber data sekunder ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari gabungan yang melibatkan satu waktu tertentu (cross sectional) dan data yang melibatkan urutan waktu (time series). Data gabungan ini biasa disebut pooling data atau data panel.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini. Studi dokumentasi adalah pengumpulan data-data dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasi dan menganalisis data yang berhubungan dengan masalah penelitian yang diperoleh dengan cara mengunduh dari Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia. Data yang diambil ini adalah berupa laporan keuangan tahunan tahun 2007, 2008, dan 2009 yang telah diaudit oleh akuntan publik.

3.5Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa variabel penelitian ini adalah tentang kinerja keuangan


(62)

bank pemerintah dan bank swasta yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, dimana indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja tersebut adalah sebagai berikut:

1. Return On Assets (ROA)

ROA mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. ROA dapat diformulasikan:

2. Capital Adequacy ratio (CAR)

CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. Rasio ini dapat dihitung dengan cara berikut:

3. Banking Ratio

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank. Perhitungannya adalah dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki.

3.6 Metode Analisis Data

Penelitian in termasuk dalam kategori penelitian komparatif (perbandingan) yang datanya terdiri dari dua populasi, yaitu bank pemerintah dan bank swasta. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software statistic SPSS dengan metode statsistik yang digunakana berupa uji beda dua rata-rata


(63)

sehingga tidak diperlukan lagi melakukan uji asumsi klasik. Sebelum melakukan pegujian hipotesis kesamaan rata-rata dua populasi melalui uji beda dua rata-rata, terlebih dahulu akan dilakukan uji homogenitas untuk melihat varians populasi dari dua sampel, apakah sama (equal variances assumed) atau berbeda (equal

variances not assumed). Hal ini sangat dibutuhkan karena untuk memutuskan

apakah akan digunakan metode uji beda dua rata-rata sampel independen dengan asumsi varians kedua populasi diasumsikan homogen atau menggunakan uji beda dua rata-rata sampel independen dengan asumsi varians kedua populasi tidak homogen, untuk melakukan pengujian terhadap asumsi ini dilakukan melalui

Levene’s Test for Quality of Variances .

Data dikatakan homogen jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Jika Fhitung > Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant

sebesar 0,05, maka dikatakan kedua populasi memiliki varians yang berbeda, dan untuk uji hipotesis akan digunakan asumsi varians populasi yang berbeda (equal variance not assumed).

b) Jika Fhitung < Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant

sebesar 0,05, maka dikatakan kedua populasi memiliki varians yang sama, dan untuk uji hipotesis juga akan digunakan asumsi varians populasi yang sama (equal variance assumed).

Setelah melakukan uji homogenitas, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis, yaitu melalui uji beda dua rata (independent sample t-test). Uji beda dua rata-rata atau uji beda t-test merupakan metode yang dilakukan dalam menguji kesamaan rata-rata dari dua populasi yang bersifat independen. Independen


(64)

artinya populasi yang satu tidak mempengaruhi populasi yang lain atau poluasi yang satu tidak berhubungan dengan populasi yang lain. Uji ini dilakukan dengan membandingkan rata-rata (mean) dua variabel bebas tersebut apakah sama atau berbeda, gunanya adalah untuk menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil penelitian yang berupa perbandingan dari dua rata-rata sampel variabel bebas tersebut).

Dalam melakukan uji beda t-test, terlebih dahulu haruslah dibuat hipotesis statistik sebagai berikut:

: artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bank pemerintah dengan bank swasta yang diukur dari Return On Assets (ROA), Capital Adequacy ratio (CAR), dan Banking Ratio.

: artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara bank pemerintah dengan bank swasta yang diukur dari Return On Assets (ROA),

Capital Adequacy ratio (CAR), dan Banking Ratio.

Keterangan:

= rata-rata ROA, CAR, dan Banking Ratio bank pemerintah = rata-rata ROA, CAR, dan Banking Ratio bank swasta

Kriteria yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis statistik tersebut diatas adalah sebagai berikut:

a) H0 diterima jika –ttabel < thitung < ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas >

level of significant sebesar 0,05.

b) Ha diterima apabila –ttabel > thitung >ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas


(65)

3.7 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3 Jadwal penelitian Tahapan penelitian Des 2010 Jan 2011 Feb 2011 Mar 2011 Apr 2011 Mei 2011 Jun 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pemilihan judul Penyelesaian proposal Bimbingan proposal Pengumpulan data Seminar proposal Pengolahan data Bimbingan skripsi Penyelesaian laporan penelitian Ujian komprehensif


(1)

30 BVIC Bank Victoria InternationalTbk Sampel 21 31 MCOR Bank Windu Kentjana Internasional Tbk x -

Sampel

No Kode Nama Perusahaan Status

1 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk Bank Swasta

2 BBKP Bank Bukopin Tbk Bank Swasta

3 BNBA Bank Bumi Arta Tbk Bank Swasta

4 BABP Bank Bumiputera Indonesia Tbk Bank Swasta

5 BBCA Bank Central Asia Tbk Bank Swasta

6 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk Bank Swasta

7 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Swasta 8 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk Bank Swasta 9 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk Bank Swasta

10 BKSW Bank Kesawan Tbk Bank Swasta

11 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank Pemerintah 12 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk Bank Swasta

13 MEGA Bank Mega Tbk Bank Swasta

14 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk Bank Pemerintah

15 NISP Bank OCBC NISP Tbk Bank Swasta

16 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Swasta 17 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk Bank Swasta

18 BNLI Bank Permata Tbk Bank Swasta

19 BBRI Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Bank Pemerintah

20 BSWD Bank Swadesi Tbk Bank Swasta


(2)

Lampiran 2

Data penelitian 2007-2009 Bank pemerintah

ROA

2007 2008 2009

Bank Mandiri (Persero) Tbk 2.16 2.38 2.87

Bank Negara Indonesia Tbk 0.84 1.00 1.60

Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk 4.34 3.92 3.51

CAR

2007 2008 2009

Bank Mandiri (Persero) Tbk 21.10 15.70 15.60 Bank Negara Indonesia Tbk 15.74 13.47 13.78 Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk 15.84 13.18 13.20

Banking Ratio

2007 2008 2009

Bank Mandiri (Persero) Tbk 50.73 56.25 57.80 Bank Negara Indonesia Tbk 59.92 65.17 60.45 Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk 63.96 75.53 75.90

Bank swasta ROA

2007 2008 2009

Bank Bukopin Tbk 0.28 0.33 0.46

Bank Bumi Arta Tbk 1.65 1.64 1.49

Bank Bumiputera Indonesia Tbk 1.62 2.08 0.55

Bank Central Asia Tbk 0.56 0.09 0.17

Bank CIMB Niaga Tbk 3.24 3.33 3.39

Bank Danamon Indonesia Tbk 2.40 1.10 2.06

Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 3.86 2.72 2.30 Bank Internasional Indonesia Tbk 3.65 3.21 2.33

Bank Kesawan Tbk 0.70 1.17 0.07

Bank Mayapada Internasional Tbk 0.35 0.22 0.28

Bank Mega Tbk 1.44 1.20 0.91


(3)

Bank OCBC NISP Tbk 2.26 1.93 1.72 Bank Nusantara Parahyangan Tbk 1.32 1.44 1.72

Bank Pan Indonesia Tbk 1.28 1.09 1.08

Bank Permata Tbk 2.79 1.96 1.98

Bank Swadesi Tbk 1.91 1.62 1.39

Bank Victoria InternationalTbk 2.53 2.39 3.50

CAR

2007 2008 2009

Bank Bukopin Tbk 12.24 14.93 13.87

Bank Bumi Arta Tbk 12.84 11.20 14.36

Bank Bumiputera Indonesia Tbk 34.30 31.15 28.42

Bank Central Asia Tbk 11.86 11.78 11.19

Bank CIMB Niaga Tbk 19.20 15.80 15.30

Bank Danamon Indonesia Tbk 17.03 15.59 13.59 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 19.30 15.40 20.70 Bank Internasional Indonesia Tbk 14.99 12.75 13.96

Bank Kesawan Tbk 20.19 19.58 14.71

Bank Mayapada Internasional Tbk 10.36 10.43 12.56

Bank Mega Tbk 29.95 23.69 19.37

Bank OCBC NISP Tbk 11.84 16.09 18.13

Bank Nusantara Parahyangan Tbk 16.15 17.01 18.00

Bank Pan Indonesia Tbk 17.00 14.04 12.56

Bank Permata Tbk 21.58 20.31 21.79

Bank Swadesi Tbk 13.30 10.80 12.20


(4)

Banking Ratio

2007 2008 2009

Bank Bukopin Tbk 80.26 91.85 82.53

Bank Bumi Arta Tbk 64.19 81.40 75.24

Bank Bumiputera Indonesia Tbk 51.24 59.00 68.52

Bank Central Asia Tbk 82.41 88.40 87.31

Bank CIMB Niaga Tbk 42.66 52.51 48.79

Bank Danamon Indonesia Tbk 90.07 85.92 92.89 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 86.25 85.73 86.84 Bank Internasional Indonesia Tbk 92.38 100.38 93.54

Bank Kesawan Tbk 75.55 78.92 77.10

Bank Mayapada Internasional Tbk 67.50 73.83 66.25

Bank Mega Tbk 102.38 98.19 82.14

Bank OCBC NISP Tbk 46.10 63.81 55.93

Bank Nusantara Parahyangan Tbk 87.96 75.22 70.44

Bank Pan Indonesia Tbk 48.50 65.23 73.13

Bank Permata Tbk 90.33 76.63 71.01

Bank Swadesi Tbk 118.88 113.63 112.78 Bank Victoria InternationalTbk 60.53 81.69 79.97


(5)

Lampiran 3

Hasil output SPSS Statistik deskriptif

Group Statistics

Jenis N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

ROA Pemerintah 9 2.5133 1.25015 .41672

Swasta 54 1.6289 1.00968 .13740

CAR Pemerintah 9 15.2900 2.47331 .82444

Swasta 54 17.5052 6.10705 .83106

Banking_Ratio Pemerintah 9 62.8567 8.42616 2.80872


(6)

Uji hipotesis

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper ROA Equal variances

assumed

.955 .332 2.352 61 .022 .88444 .37602 .13255 1.63634 Equal variances

not assumed

2.016 9.816 .072 .88444 .43878 -.09571 1.86460 CAR Equal variances

assumed

4.914 .030 -1.068 61 .290 -2.21519 2.07476 -6.36392 1.93354 Equal variances

not assumed

-1.892 28.134 .069 -2.21519 1.17062 -4.61259 .18222 Banking_

Ratio

Equal variances assumed

4.631 .035 -2.277 61 .026 -13.85389 6.08557 -26.02274 -1.68504 Equal variances

not assumed

-3.732 22.513 .001 -13.85389 3.71209 -21.54213 -6.16565


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth Firm Size, Debt To Equity Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Lq-45 Yang Terdaftar Di Bursa efek Indonesia Tahun 2010 -2012

2 105 101

Perbandingan Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Antara Bank Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Public Dan Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 75 91

Studi Beda Capital Adequacy Ratio Bank Swasta Nasional dan Bank Asing di Bursa Efek Indonesia Studi Kasus Periode 2007-2010

0 30 103

Pengaruh Risiko Usaha Bank Terhadap Return On Assets pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

0 24 102

Pengaruh Capital Adequecy Ratio dan Banking Ratio Terhadap Return On Asset pada Bank Pemerintah dan Bank Swasta yang Go Publik di BEJ.

0 24 93

Pengaruh Return On Equity, Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin Dan Dividen Payout Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

1 45 79

Pengaruh Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (Car) Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2015

0 3 96

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis - Perbandingan Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Antara Bank Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Public Dan Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Perbandingan Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Antara Bank Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Public Dan Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 10

Perbandingan Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Antara Bank Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Public Dan Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 11