BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Stakeholders - Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan Pada Nilai Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Stakeholders

  Stakeholders adalah setiap individu, kelompok manusia, komunitas

  atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial memiliki hubungan erat dengan perusahaan. Pihak yang berhubungan dengan perusahaan bukan hanya kreditor atau investor saja. Tetapi pemerintah, karyawan, masyarakat setempat, dan pelanggan juga termasuk ke dalam

  stakeholders. Perusahaan tidak dapat dipisahkan dari elemen-elemen

  tersebut. Masyarakat, karyawan, pemasok, pelanggan, investor dan kreditor memiliki kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan sehinga masing-masing elemen tersebut membuat sebuah hubungan fungsional dengan perusahaan untuk bisa memenuhi kebutuhannya masing-masing. Perusahaan tidak dapat beroperasi tanpa stakeholders dan stakeholders membutuhkan perusahaan untuk memenuhi kepentingan mereka. Jadi dapat dikatakan stakeholders adalah pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh setiap aktivitas atau kebijakan perusahaan. Menurut teori stakeholder, perusahaan merupakan entitas yang beroperasi bukan hanya untuk kepentingan perusahaan itu sendiri tetapi juga harus memberikan manfaat kepada stakeholder-nya. Oleh sebab itu, dukungan dari stakeholder sangat mempengaruhi keberadaan suatu perusahaan. Jensen (2001) Bidhari (2013) menyatakan bahwa keputusan manajemen harus memperhatikan stakeholder-nya untuk meningkatkan nilai perusahaan. Stakeholder juga mempunyai hak terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, seperti halnya pemegang saham.

2.1.2 Corporate Social Responbility

  Corporate Social Responbility (CSR) atau yang dikenal dengan

  tanggungjawab sosial perusahaan diperkenalkan oleh Bowmen didalam bukunya yang terbit di Amerika Serikat yang berjudul Corporate Social Responbility dan menjadi buku terlaris dibidang badan usaha pada tahun 1950-1960. CSR pun mulai menyebar ke berbagai Negara termasuk di Indonesia. Di Asia, CSR mulai berkembang pada tahun 1998 dan pada tahun 2001 CSR sudah dikenal di Indonesia terkhusus di berbagai perusahaan dan instansi.

  Sampai saat ini, belum ada definisi standar yang diakui oleh pihak-pihak yang ada didalamnya. Namun ada beberapa defenisi CSR yang disampaikan oleh beberapa pihak. The Word Business Council for Sustainable Development (WBCSD) menyebutkan defenisi CSR adalah “Continuing commitment by

  

business to behave ethically and contribute to economic development while

improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the

local community and society at large ” atau “komitmen dunia usaha untuk terus

  menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas”. Dan Untung (2008:1) mengartikan “CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan”.

  John Elkington menyebutkan di dalam bukunya yang berjudul Cannibals

  

with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness pada tahun

  1997 tentang konsep triple bottom line dalam istilah economic prosperity,

  

environmental quality, dan social justice yang berarti perusahaan harus

  memperhatikan profit, people, dan planet. Ketiga prinsip tersebut harus saling mendukung dan merata. Sebab perusahaan tidak dapat dipisahkan dari implementasi CSR. Perusahaan yang memperhatikan kesinambungan bisnis, akan memperhitungkan CSR menjadi bagian dari program yang harus dilaksanakan dan dikembangkan secara terus-menerus.

  Saat ini, sudah banyak perusahaan yang menerapkan tanggung jawab sosial mereka. Sebab kewajiban pelaksanaan CSR telah diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 ayat 1 yaitu “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal juga mengatur tentang kewajiban untuk melaksanakan CSR bagi semua perusahaan yang menanam modal di Indonesia. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 15 menyebutkan bahwa

  Setiap penanam modal berkewajiban :

a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

  b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

  c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

  Kemudian, ada sanksi yang diterima perusahaan yang mengabaikan pelaksanaan tanggung jawab sosial tersebut. Sanksi tersebut terdapat dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi “Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Pemberian sanksi juga diatur dalam Undang- Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dalam pasal 34 yang menyebutkan bahwa

  Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa :

  a. Peringatan tertulis;

  b. Pembatasan kegiatan usaha;

  c. Pembekuan kegiatan usaha dan/ atau fasilitas penanaman modal; atau

d. Pencabutan kegiatan usaha dan/ atau fasilitas penanaman modal.

A. Alasan Penerapan CSR

  Setiap perusahaan memiliki alasan menerapkan CSR. Adapun alasan-alasan tersebut adalah :

  1. Dari Segi Huku m Sebagian perusahaan yang melaksanakan CSR karena peraturan pemerintah yang berlaku. Seperti dalam Undang-Undang PT No. 40 Pasal 74 yang menyebutkan perusahaan-perusahan yang terkait terhadap sumber daya alam diwajibkan melaksanakan CSR. Dalam ayat 1 disebutkan “Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan segala sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”.Dalam ayat 2 disebutkan “Tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dandiperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

  Dalam ayat 3 disebutkan “Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana Pasal 1 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

  2. Dari Segi Sosial Perusahaan yang beroperasi dalam menjalankan bisnisnya merupakan pihak luar yang berada di wilayah orang lain. Oleh karena itu, perusahaan tersebut mengambil andil dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan dengan memenuhi tanggungjawab sosial perusahaan tersebut.

  3. Dari Segi Ekonomi Tidak dapat dihilangkan bahwa perusahaan pada dasarnya ingin memperoleh keuntungan atau laba untuk mengembangkan dan mempertahankan kelangsungan perusahaan (going concern). CSR menjadi strategi perusahaan untuk menciptakan dan menaikkan citra baik dengan tujuan menarik simpati masyarakat yang kemudian akan mendukung keberlangsungan kegiatan operasional dari perusahaan tersebut dan meningkatkan profit.

  B. Prinsip-Prinsip CSR

  Untuk memudahkan memahami CSR, ada beberapa prinsip yang dikemukakan oleh para ahli.

  1. Menurut Hadi dalam Siagian et.al (2011:59), ada tiga prinsip CSR yaitu : a.

  Sustainability Perusahaan memperhatikan upaya menjaga kelangsungan bisnis dalam jangka panjang.

  b.

  Accountability Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai strategi untuk membangun citra perusahaan dan kerjasama terhadap pemangku kepentingan (stakeholders).

  c.

  Transparancy Prinsip ini bermanfaat untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan.

  C. Manfaat-Manfaat CSR

  Manfaat-manfaat yang diterima dari pelaksanaan CSR adalah sebagai berikut.

  1. Manfaat secara finansial Yaitu manfaat yang berhubungan finansial atau uang.

  a. Memperluas area pemasaran produk perusahaan dan meningkatkan kuantitas penjualan di setiap periode. b. Meningkatkan nilai saham agar terjadi pertumbuhan yang signifikan dan menguntungkan.

  c. Karyawan merasakan kesejahteraan.

  d. Mampu memikat calon investor agar bergabung dalam perusahaan untuk mencapai profit.

  e. Menjadi suatu tindak preventif dari dampak sosial yang ditimbulkan (masyarakat dimana perusahaan tersebut beroperasi)

  f. Menjadi suatu tindak preventif dari dampak alam yang ditimbulkan (lingkungan dimana perusahaan tersebut berada).

  2. Manfaat secara non-finansial Manfaat yang dimaksudkan adalah manfaat yang tidak bersangkutan dengan uang atau finansial melainkan peningkatan kapasitas dan kapabilitas perusahaan secara kualitatif. Manfaat tersebut merupakan Reputasi Perusahaan dengan item-item sebagai berikut.

  a. Kepercayaan Kepercayaan akan membantu perusahaan untuk menjalankan bisnis yang berkesinambungan. Prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk membangun kepercayaan adalah transparansi, kode etik, keterbukaan, proses bisnis yang beretika dan mekanisme audit yang melibatkan stakeholders.

  b. Kredibilitas

  Kredibilitas uang dimaksud adalah kredibilitas sosial, finansial dan lingkungan.

  c. Tanggung Jawab Tanggung jawab yang dapat dilihat dari cara perusahaan tersebut dalam mengelola dampak negatif dari kegiatan bisnis yang berlangsung akan menjadi penilaian bagi perusahaan

  d. Akuntabilitas Akuntabilitas melalui pelaporan program pelaksanaan CSR terhadap stakeholder akan memperkuat akuntabilitas perusahaan.

  e. Pengelolaan risiko bisnis secara tanggap dan rinci.

  Reputasi perusahaan akan dipengaruhi oleh strategi perusahaan dalam mengelola risiko yang ditimbulkan dari kegiataan bisnis secara presisi, detail dan peka. Menurut Untung (2008:6), manfaat-manfaat dari CSR adalah sebagai berikut.

  1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merk perusahaan.

  2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.

  3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan.

  4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha 5.

  Membuka peluang pasar yang lebih luas 6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah 7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders 8. Memperbaiki hubungan dengan regulator 9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan 10.

  Peluang mendapatkan penghargaan

2.1.3 Kinerja Keuangan Setiap perusahaan memiliki kinerja yang harus diperhatikan dan dipantau.

  Sebab kinerja perusahaan menggambarkan tentang kondisi baik atau tidaknya perusahaan tersebut pada periode tertentu, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak internal atau eksternal.Menurut Fabozzi (1999) dalam Dj (2011), kinerja suatu perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berada dalam kendali pihak manajemen perusahaan, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berada di luar kendali manajemen perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dilakukan melalui analisis rasio keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan.

2.1.3.1 Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan

  Penilaian kinerja keuangan memiliki manfaat yang dapat dirasakan oleh pihak perusahaan.

  Berikut ini adalah manfaat dilakukannya penilaian terhadap kinerja keuangan.

  1. Mengetahui prestasi atau keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha pada periode tertentu.

  2. Mengetahui kemampuan setiap bagian perusahaan untuk berkontribusi dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.

  3. Mengetahui dasar yang akan digunakan perusahaan untuk merencanakan strategi perusahaan untuk menghadapi kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang.

  4. Membantu bagian organisasi perusahaan secara umum dan khusus (divisi/ komisi/ departemen/) untuk menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan dan menetapkan keputusan.

  5. Sebagai dasar untuk menciptakan efisiensi dan produktivitas perusahaan melalui kebijakan dalam penanaman modal.

2.1.3.2 Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan

  Berikut ini adalah tujuan penilaian kinerja keuangan : 1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas.

  Yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi.

  1. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas Yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek atau jangka panjang apabila terjadi likuidasi pada perusahaan tersebut.

  2. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas Yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit dalam periode tertentu.

  3. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha.

  Yaitu kemampuan perusahaan beroperasi secara stabil atau tetap. Stabilitas dapat diukur dengan meninjau kemampuan perusahaan membayar beban bunga atas utang-utang dan pokok pinjaman dengan tepat waktu serta meninjau kemampuan perusahaan membayar dividen kepada para pemegang saham tanpa mengalami kemacetan. Rasio kinerja keuangan adalah berikut ini.

  A. Capital Adequacy Ratio

  Modal adalah sesuatu yang digunakan oleh perbankan dalam menjalankan kegiatan operasi. Perbankan yang menjalankan kegiatan operasi pinjam meminjam cenderung memiliki risiko yang tinggi. Oleh karena, dibutuhkan dana yang akan digunakan untuk menutupi risiko yang kemungkinan akan terjadi. CAR adalah rasio yang dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menutupi kerugian atau risiko yang dialami selama kegiatan operasi.

  Rumus mencari CAR adalah : Modal x 100%

  = Aset Tertimbang Menurut Risiko

  B. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional

  Perbankan dituntut untuk menjalankan kegiatan secara efisien dan efektif. BOPO adalah rasio yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan perbankan dalam menjalan operasinya. Apabila beban operational lebih besar disbanding pendapatan operasional, bank akan mengalami kerugian. Namun jika beban operasional lebih kecil dibandingkan pendapatan operasional, maka bank akan meningkatkan laba. Oleh karena itu, bank berusaha meminimalisirkan beban dan memaksimalkan pendapatan.

  Rumus mencari BOPO adalah sebagai berikut.

  Beban Operasional x 100% =

  Pendapatan Operasional

  C. Non Performing Loan

  NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutupirisiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank.

  Ketentuan Bank Indonesia ialah bahwa bank harus menjaga NPL-nya dibawah 5%. Hal ini sejalan dengan ketentuan Bank Indonesia.

  Apabila bank mampu menekan rasio NPL 5%, maka potensi keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar, karena bank- bank akan menghemat uang yang diperlukan untuk membentuk cadangan kerugian kredit bermasalah atau Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Rendahnya PPAP yang dibentuk oleh bank- bank maka profitabilitas akan semakin besar sehingga kinerja bank secara keseluruhan akan menjadi baik.

  Rumus untuk mencari NPL adalah sebagai berikut.

  Kredit Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet x 100% =

  Total Kredit

  D. Net Interest Margin

  Pengertian Net Interest Margin (NIM) menurut Surat Edaran Bank Indonesia No 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut: “Net Interest Margin (NIM) merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktifnya.” Rasio NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan, 2007). Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan.

  Rumus untuk mencari nilai NIM adalah sebagai berikut.

  Pendapatan Bunga Bersih x 100% =

  Aset Produktif

E. Loan to Deposit Ratio

  Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio keuangan perusahaan

yang berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR merupakan rasio

perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat dalam

bentuk kredit, dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang

digunakan. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal

  

31 Mei 2004 Lampiran 1E, Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat diukur

dari perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap

dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan

  menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi. Semakin tinggi Loan to Deposit

  

Ratio (LDR) maka laba perusahaan semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif, sehingga jumlah kredit macetnya akan kecil).

  Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, besarnya standar nilai

  Loan to Deposit Ratio (LDR) menurut Bank Indonesia adalah antara

  85% - 100%. Dan LDR yang berlaku di Indonesia adalah maksimum 115%. LDR merupakan perbandingan antara seluruh jumlah kredit atau pembayaran yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank.

  Rumus untuk mencari nilai LDR adalahsebagai berikut.

  Total Kredit x 100% =

  Total DPK F.

   Return On Equity

  ROE adalah rasio yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan modal yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang bagi pemegang saham. Apabila nilai ROE naik, maka semakin tinggi keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham. Tentu saja pihak pemegang saham menginginkan nilai ROE selalu meningkat. Rumus untuk mencari ROE adalah sebagai berikut.

  Laba Setelah Pajak x 100% =

  Total Ekuitas

2.1.4 Nilai Perusahaan (Firm Value)

  Nilai perusahaan adalah keadaan perusahaan yang menggambarkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut sejak perusahaan itu berdiri. Setiap pemilik tentu akan terus meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Nilai perusahaan selalu dikaitkan dengan kesejahteraan para pemilik saham. Jika nilai perusahaan tinggi, maka nilai saham juga akan tinggi. Tentu saja akan memberi keuntungan kepada para pemegang saham.

  Nilai perusahaan juga dapat diartikan sebagai nilai jual perusahaan dalam pasar modal. Perusahaan akan berupaya untuk memaksimalkan pencapaian tujuan perusahaan yang akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham dengan memaksimalkan nilai present value keuntungan pemegang saham dalam investasi.

  Salah satu tolok ukur yang diperhatikan oleh investor adalah nilai perusahaan tersebut dan dikaitkan dengan harga saham. Ketika nilai perusahaan tinggi, calon investor akan tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Dan sebaliknya, jika nilai perusahaan rendah, calon investor akan mencari perusahaan lain yang memiliki nilai perusahaan yang lebih tinggi untuk melakukan investasi.

  Salah satu rasio yang menunjukkan nilai perusahaan adalah Price Earning

  

Ratio . PER menjadi salah satu ukuran untuk menganalisis saham. Setelah nilai

  PER diketahui, dapat dilakukan analisis tingkat kewajaran harga saham. Caranya adalah dengan membandingkan dengan perusahaan lain dalam sector yang sama dan dengan melihat kinerja perusahaan diperiode yang lalu.Untuk mencari nilai PER, maka harga saham dibandingkan dengan laba yang diperoleh dari perlembar saham. Semakin tinggi nilai PER, maka semakin mahal harga saham perusahaan tersebut. Rumus untuk mencari PER adalah sebagai berikut.

  Share Price =

  Earning per Share

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Penelitian dengan variabel independen yang sama yaitu tentang pengungkapan CSR telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti yang telah disebutkan dalam tabel 2.1. Variabel dependen atau variabel terikat yang diteliti peneliti sebelumnya juga berhubungan dengan kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Penelitian tersebut dapat menjadi bahan referensi dalam pengerjaan penelitian ini.

  Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang ditinjau untuk mendukung penelitian ini.

  Suhartati et.al (2011) meneliti bagaimana hubungan pengungkapan tanggung jawab sosial dan praktik tata kelola perusahaan terhadap nilai perusahaan untuk periode 2007-2008. Penelitian ini menggunakan sebanyak 31 perusahaan manufaktur. Variabel bebas penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan tata kelola perusahaan. Tata kelola perusahaan diproksikan pada jumlah dewan komisaris, jumlah komisaris independen, komite audit. Penelitian ini juga menetapkan variabel kontrol yaitu umur perusahaan, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan perusahaan dan ukuran perusahaan. Variabel terikat penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diproksikan dalam Tobin’s Q. Hasil penelitian yang diperoleh menyatakan bahwa tanggung jawab sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan tata kelola perusahaan berpengaruh nilai perusahaan.

  Wardoyo (2013) meneliti bagaimana pengaruh good corporate governance,

  corporate social responsibility dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan untuk tahun 2008-2010. Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan sebanyak 29. Variabel bebasnya adalah CSR, GCG yang diukur dari jumlah dewan komisaris, independensi dewan komisaris, ukuran dewan direksi, dan jumlah anggota komite audit; dan kinerja keuangan yang diproksikan dalam ROA dan ROE. Variabel terikatnya adalah nilai perusahaan yang diukur dalam Tobin’s

  Q. hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa CSR tidak berpengaruh secara

  signifikan pada nilai perusahaan, ROA dan ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan, GCG yang diukur dalam ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap nilai perusahaan sedangkan GCG yang diukur dari jumlah dewan komisaris, independensi dewan komisaris, dan jumlah anggota komite tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

  Bidhari et.al (2013) meneliti bagaimana pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan untuk tahun 2008- 2011. Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang berjumlah 15. Variabel bebasnya adalah CSR. Variabel terikat pertama adalah kinerja keuangan yang diproksikan dalam ROA, ROE dan ROS. Kemudian variabel terikat kedua adalah nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q. Hasil penelitian membuktikan bahwa CSR berpengaruh secara signifikan terhadap ROA, ROE, ROS, Tobin’s Q;ROA dan ROE berpengaruh secara signifikan terhadap Tobin’s Q ; sedangkan ROS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Tobin’s Q.

  Sulistyati (2011) meneliti bagaimana pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan CSR sebagai variabel moderasi untuk tahun 2007-2009. Objek penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 35. Variabel bebasnya adalah kinerja keuangan yang diukur dengan ROA. Variabel terikatnya adalah price to book

  

value (PBV). Dan variabel moderasinya adalah CSR. Hasil penelitian yang

  diperoleh adalah ROA berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan analisis untuk variabel moderasi CSR tidak mempengaruhi hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

  Munir (2007) meneliti bagaimana pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan kelompok pertanian, kehutanan, dan perikanan.

  Variabel bebasnya adalah kinerja keuangan yang diproksikan dalam dividen

  

payout ratio, leverage ratio, debt to equity ratio, return on investment, return on

equity . Variabel terikatnya adalah nilai perusahaan. Hasil penelitian ini

  menunjukkan bahwa dividen payout ratio dan return on equity tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan leverage ratio, debt to equity ratio, return

  on investment berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

  Nugraheni (2010) meneliti bagaimana pengaruh tanggungjawab sosial perusahaan terhadap nilai perusahaan untuk tahun 2008. Variabel bebasnya adalah tanggung jawab sosial. Variabel terikatnya adalah nilai perusahaan yang diukur dalam MVE (Market Value of Equity). Objek penelitiannya adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 100 perusahaan. Variabel kontrolnya adalah tipe perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan tipe industri sebagai variabel kontrol juga berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian terdahulu No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil

  1. Suhartati et.al (2011) Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Praktik Tata Kelola Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan

  Variabel bebas :

  Tanggung jawab sosial perusahaan, jumlah dewan komisaris, jumlah komisaris independen, komite audit.

  Variabel terikat : Tobin’s Q. Variabel kontrol :

  Umur perusahaan, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan perusahaan dan ukuran perusahaan

  Tanggung jawab sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan tata kelola perusahaan berpengaruh nilai perusahaan.

  2.. Wardoyo (2013)

  Pengaruh Good

  Corporate Governance, Corporate Social Responsibility,

  dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan

  Variabel bebas :

  CSR, jumlah dewan komisaris, independensi dewan komisaris, ukuran dewan direksi, dan jumlah anggota komite audit, ROA dan ROE.

  Variabel terikat : Tobin’s Q

  CSR tidak berpengaruh secara signifikan pada nilai perusahaan, ROA dan ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan, GCG yang diukur dalam ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap nilai perusahaan sedangkan GCG yang diukur dari jumlah dewan komisaris, independensi dewan komisaris, dan jumlah anggota komite tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

  3. Bidhari et.al (2013)

  dan return on

  Go Public di

  Bursa Efek Jakarta

  Variabel bebas :

  Dividen

  payout ratio, leverage ratio, debt to equity ratio, return on investment, return on equity Variabel terikat :

  Nilai Perusahaan Dividen payout

  ratio

  equity tidak

  5. Munir (2007)

  berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan

  leverage ratio, debt to equity ratio, return on investment

  berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

  6. Nugraheni (2010)

  Pengaruh

  Corporate Social Responsibility

  (CSR) Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan

  Variabel bebas : Corporate Social

Responsibility

Variabel terikat : Market Value of

  Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Kelompok Pertanian, Kehutanan, dan perikanan yang

  CSR ROA berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan analisis untuk variabel moderasi CSR tidak mempengaruhi hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

  Effect of Corporate Social Responsibility Information Disclosure on Financial Performance and Firm Value in Banking Industry Listed at Indonesia Stock Exchange

  Tobin’s Q ;

  Variabel bebas :

  CSR

  Variabel terikat :

  ROA, ROE, ROS,

  Tobin’s Q

  CSR berpengaruh secara signifikan terhadap ROA, ROE, ROS, Tobin’s

  Q ;ROA dan ROE

  berpengaruh secara signifikan terhadap

  sedangkan ROS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Tobin’s Q

  Variabel

moderasi:

  4. Sulistyati (2011)

  Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan

  Corporate Social Responsibility

  Sebagai Variabel Moderasi

  Variabel bebas :

  ROA

  Variabel terikat :

  PBV

  CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan tipe industri sebagai variabel kontrol juga berpengaruh

  (Studi Empiris Equity terhadap nilai pada Perusahaan perusahaan. yang Terdaftar di Variabel kontrol : Bursa Efek Tipe Industri Indonesia

2.3 Kerangka Konseptual

  Di dalam penelitian kuantitatif, kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang menjelaskan tentang variabel- variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian yang terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris.

  Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang memberi pengaruh terhadap faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau ditentukan oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara masalah yang diteliti. Variabel independen disebut juga variabel eksogen. Sedangkan variabel terikat atau variabel dependen adalah faktor-faktor yang diteliti dan menentukan pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas. Variabel independen disebut juga variabel indogen.

  Berdasarkan latar belakang masalah, hasil penelitian terdahulu dan tinjauan pustaka maka kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

  H1

  Pengungkapan CSR (X1)

  H1

CAR (X2)

  H1

  BOPO (X3)

  H1

  NPL (X4) Nilai Perusahaan

  H1

  (Y) NIM (X5)

  H1

  LDR (X6)

  H1

  ROE (X7)

  H2

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

  Dari kerangka konseptual diatas, dapat dilihat bahwa pengungkapan CSR, CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR, dan ROE mempengaruhi PER.

2.3.1 Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan

  Proses kegiatan perusahaan tidak dapat dipisahkan dari kepentingan

  stajeholders sebagai pihak yang mempengaruhi maupun yang dipengaruhi

  dari setiap keputusan atau kebijakan perusahaan. Pihak perusahaan harus mengutamakan kepentingan stakeholders seperti karyawan, pelanggan, pemerintah, masyarakat dan lain-lain. Hal itu ditujukan untuk mempertahankan keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang.

  Ketika perusahaan memperhatikan atau memprioritaskan kepentingan

  stakeholders , ada keuntungan yang diperoleh dan dimanfaatkan oleh

  perusahaan. Hubungan harmonis yang terjalin antara perusahaan dengan

  

stakeholders akan memicu semakin baik citra perusahaan yang diikuti oleh

  semakin baik kualitas kegiatan perusahaan. Tentu saja hal itu akan menambah penghasilan atau laba bagi perusahaan tersebut. Dalam jangka panjang, masyarakat akan menaruh kepercayaan pada perusahaan disbanding perusahaan lain, karyawan tetap mengabdikan diri untuk meningkatkan kinerja perusahaan, investor tertarik menanamkan modal pada perusahaan, dan pemerintah tetap mendukung semua aktivitas perusahaan.Penelitian terdahulu yang membuktikan pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan adalah Bidhari, et.al (2013) yang menunjukkan bahwa CSR berpengaruh pada nilai perusahaan. Kemudian, Nugraheni (2010) juga menunjukkan bahwa CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan tanggung jawab sosial perusahaan yang berkaitan erat dengan stakeholders dapat mempengaruhi nilai perusahaan atau menaikkan nilai perusahaan tersebut.

  H1 : CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2.3.2 Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan

  Setiap perusahaan tentu berupaya secara maksimal untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat menunjukkan kualitas perusahaan tersebut pada periode tertentu. Oleh karena itu, kinerja perusahaan yang baik merupakan hal yang penting untuk dicapai, diperhatikan maupun ditingkatkan. Cara mengetahui kinerja dari suatu perusahaan adalah melakukan penilaian kinerja. Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan yang berdasar pada sasaran, standar, dan kinerja yang telah ditentukan. Kinerja dapat dilihat dari penganalisaan laporan keuangan dan harga saham perusahaan. Apabila kinerja perusahaan berkualitas baik, diharapkan akan menaikkan nilai perusahaan.

  a. Capital Adequacy Ratiodan Nilai Perusahaan Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang digunakan

  untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki perbankan untuk menunjang aset yang memiliki resiko seperti kredit yang diberikan kepada nasabah. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aset produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Apabila perusahaan memiliki modal yang cukup untuk menanggung risiko yang ditimbulkan akibat pemberian kredit, maka diharapkan dapat menaikkan nilai perusahaan.

  H1 : CAR berpengaruh terhadap nilai perusahaan

  b. BOPOdan Nilai Perusahaan

  BOPO digunakan untuk melihat bagaimana kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profatibilitas bank yang bersangkutan yang berpengaruh pada harga saham perusahaan sebagai pengukur nilai perusahaan.

  H1 : BOPO berpengaruh terhadap nilai perusahaan

  c. Non Performing Loan dan Nilai Perusahaan

  NPL merupakan rasio yang menunjukkan tingkat risiko yang dimiliki perbankan akibat dari kredit yang disalurkan kepada nasabah. Jika nilai NPL tinggi, perusahaan menanggung tingkat risiko yang tinggi pula. Sehingga nilai NPL harus selalu rendah untuk menunjukkan bahwa risiko kredit yang ditanggung bank kecil. Tinggi atau rendah nilai NPL akan mempengaruhi nilai perusahaan.

  H1 : NPL berpengaruh terhadap nilai perusahaan

  d. Net Interest Margin dan Nilai Perusahaan

  NIM adalah rasio yang menunjukkan tingkat laba yang diperoleh perbankan dari bunga kredit yang diterima bank. Nilai NIM yang tinggi menunjukkan bahwa bank mampu memperoleh laba yang tinggi dari kredit yang disalurkan. Laba yang diperoleh akan berpengaruh pada laba bersih per saham yang mempengaruhi nilai perusahaan.

  H1 : NIM berpengaruh terhadap nilai perusahaan

  e. Loan to Deposit Ratio dan Nilai Perusahaan

  LDR merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan dalam bentuk kredit dengan dana yang diterima bank dan modal yang dimiliki bank sebagai pendukung kegiatan operasional perusahaan. Jika dana yang disalurkan sedikit dibandingkan dana yang dihimpun bank, maka total bunga yang diterima dari kredit juga akan lebih sedikit dibanding bunga yang dibayarkan peda nasabah. Hal ini berarti semakin tinggi nilai LDR, semakin baik. Rasio ini juga berhubungan dengan laba yang diperoleh yang juga akan berhubungan dengan laba bersih per saham. EPS pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan.

  H1 : LDR berpengaruh terhadap nilai perusahaan

f. Return On Equity dan Nilai Perusahaan

  Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan efisiensi

  dari penggunaan modal sendiri. ROE menjadi alat untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Apabila nilai ROE semakin tinggi, maka perusahaan dalam keadaan baik karena akan meningkatkan nilai saham. Demikian jika nilai ROE menurun, berarti perusahaan dalam keadaan kurang baik. Nilai perusahaan yang dapat dilihat dari harga sahamnya dapat dijadikan sebagai indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan. Sebuah penelitian telah dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya pengaruhi ROE terhadap nilai perusahaan. Wardoyo (2013) membuktikan bahwa ROE dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

  H1 : ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan H2 : Tanggung jawab sosial perusahaan, CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR dan ROE berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan.

2.4 Hipotesis Penelitian

  Hipotesis atau hipotesa merupakan jawaban sementara yang bersifat praduga terhadap suatu masalah yang masih perlu dibuktikan kembali kebenarannya. Setelah diuraikan rumusan masalah dan kerangka konseptual, maka peneliti akan menguji hipotesis berikut ini.

  H1 : Tanggung jawab sosial perusahaan, CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR dan ROE berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H2 : Tanggung jawab sosial perusahaan, CAR, BOPO, NPL, NIM,

  LDR dan ROE berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan Pada Nilai Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 73 108

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Agensi - Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Terhadap Tindakan Pajak Agresif Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 -2013

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Nilai Perusahaan - Pengaruh CAMEL & Indeks Corporate Governace Terhadap Nilai Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kinerja Perusahaan - Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Corporate Social Responsibility 2.1.1 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) - Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Debt to Equity Ratio Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pertambangan Batubara Di Bursa Efek

0 1 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Agency - Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerialdan Kepemilikan Institusionalserta Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012

0 0 44

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Saham 2.1.1.1 Pengertian Saham - Pengaruh Analisis Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2009-2013).

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori sinyal (signalling theory) - Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perrusahaan Perbankan Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 30