Perbandingan Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Antara Bank Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Public Dan Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

(1)

SKRIPSI

PERBANDINGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), RETURN ON ASSETS (ROA) DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR)

ANTARA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA YANG GO PUBLIC DAN TERDAFTAR PADA

BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

OLEH :

FITHRI YANTI ADHAINI 090522104

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Perbandingan Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Antara Bank Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Public Dan Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etikapenulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, 11 Desember 2013 Yang membuat pernyataan,

NIM : 090522104 Fithri Yanti Adhaini


(3)

ABSTRAK

PERBANDINGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), RETURN ON ASSETS (ROA) DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR)

ANTARA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA YANG GO PUBLIC DAN TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tanggung jawab sosial perusahaan, return on asset dan capital adequacy ratio antara bank pemerintah dan bank swasta. Penelitian ini dilakukan pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatif. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode nonprobability sampling. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011 yang diperoleh dari

purposive sampling,

pengujian data menggunakan uji beda dua rata-rata (independent sample t-test). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa corporate social responsibility dan return on assets antara bank pemerintah dan bank swasta memiliki perbedaan sedangkan capiral adequacy ratio antara bank pemerintah dan bank swasta tidak memiliki perbedaan.

Kata kunci : Tanggung Jawab Sosial (CSR), Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR)


(4)

ABSTRACT

COMPARATIVE CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), RETURN ON ASSETS (ROA) AND CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR)

BANK BETWEEN THE GOVERNMENT AND PRIVATE BANKS GO PUBLIC AND LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX)

This study aims to determine the ratio of corporate social responsibility , return on assets and capital adequacy ratio between state banks and private banks . This research was conducted at the bank listed on the Indonesia Stock Exchange .

The method used in this study is causal comparative . The data used in the form of financial statements and annual reports listed banks in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2011. The sample with nonprobability sampling method . The data used in the form of financial statements and annual reports listed banks in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2011 were obtained from www.idx.co.id . The sample purposive sampling method , test data using two different test average ( independent sample t - test) .

The results of this study concluded that corporate social responsibility and return on assets between banks and the government , while private banks have capiral adequacy ratio difference between government and private banks, the banks do not have a difference .

Keywords : Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR)


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilaalamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun laporan skripsi ini dengan judul “ Perbandingan Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Antara Bank Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Public Dan Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) ”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua saya Azwar Manday dan H. Hasniah Hanim, S.pd yang senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada penulis dan kepada berbagai pihak yang banyak membantu penulis, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak., selaku sekertaris DEpartemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Bapak Keulana Erwin S.E., Ak., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Drs. Zainal Abidin Tarigan Silangit, Ak., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah meluangkan waktu,tenaga dan fikiran untuk membaca dan menilai skripsi ini.

6. Kepada abang kakak dan adik penulis Khairil Azmi S.H, Neni Apriani, Annisa Sri Rizki S.E, Didin Manday, Hanum, Rifa Lucia S.H, dan Zalni Fartinal dan sahabat-sahabat penulis Widya, Risha, Ayu, Novi, Hydri, Samsuri, Eka, Ali, Yuli, Wanda dan rekan-rekan kerja penulis kak Linda, Riris, Novita, Sukma, Wira dan semua team yang ada di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk cabang SM. Raja yang telah memberikan dukungan dan doa.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penulis membuka diri atas segala kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, 11 Desember 2013

NIM 090522104 Fithri Yanti Adhaini


(7)

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ……… i

ABSTRAK ………...………… ii

ABSTRACT ……… iii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ……….……….. vi

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR GAMBAR ……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN ……….. x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ……… …… 1

1.2.Perumusan Masalah ……… 9

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 9

1.3.1. Tujuan Penelitian ………. 9

1.3.2. Manfaat Penelitian ………..……. 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Teoritis ……….. 11

2.1.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaa... 11

2.1.1.1. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan... 11

2.1.1.2. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan……….… 18

2.1.1.3. Bentuk Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ……… 20

2.1.1.4. Tahap – Tahap Penerapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaa……… 22

2.1.1.5. Indikator Kinerja Tanggung Jawab Sosial ……….….. 24

2.1.2. Kinerja Keuangan Bank ………. 29

2.1.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan ………….. 29

2.1.2.2. Laporan Keuangan Bank ……...……….. 30

2.1.2.3. Analisis Laporan Keuangan ………. 32

2.1.3. Pengertian Bank ……… 41

2.1.3.1. Perbedaan Bank Pemerintah dengan Bank Swasta ………... 43

2.1.3.2. Sumber Dana Bank ………. 44


(8)

2.3.Kerangka Konseptual ……….. 48

2.4.Hipotesis Penelitian ……….. 50

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1.Desain Penelitian ……….. 51

3.2.Populasi Sampel ………... 51

3.3.Jenis dan Sumber Data ……… 55

3.4.Teknik Pengumpulan Data ………. 55

3.5.Definisi Operasional Variabel ………... 55

3.6.Metode Analisis Data …..……….. 58

3.7.Jadwal Penelitian ………... 61

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Analisis Data Penelitian …………...………. 62

4.1.1. Sekilas Gambaran Mengenai BEI.……... 62

4.1.2. Deskripsi Data Variabel ……….... 64

4.2.Pengujian Hipotesis ……… 66

4.2.1. Pengujian Hipotesis CSR ………... 67

4.2.2. Pengujian Hipotesis ROA ……….. 68

4.2.3. Pengujian Hipotesis CAR ……….. 70

4.3.Pembahasan Hasil Penelitian ……… 71

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ………..……….. 73

5.2.Keterbatasan Penelitian ...………. 75

5.3.Saran …………..……… 75

DAFTAR PUSTAKA ………. 77


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Indikator Kinerja Tanggung Jawab Sosial ………. 26

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ……… 45

3.1 Daftar Populasi ……….……… 52

3.2 Daftar Sampel ……….………. 54

3.7 Jadwal Penelitian ………. 61

4.1 Hasil Perhitungan Deskripsi Statistik Group Statistics... 64


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Piramida Konsep Tanggung Jawab Sosial ……….. 21

2.2 Kerangka Konseptual ………….………. 49


(11)

DATA LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Data-Data Sampel Perusahaan ……...…… 79

2 Group Statistics ………...………. 80

3 Independent Sample Test ………...……… 81

4 Independent Sample Test …………...……… 82


(12)

ABSTRAK

PERBANDINGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), RETURN ON ASSETS (ROA) DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR)

ANTARA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA YANG GO PUBLIC DAN TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tanggung jawab sosial perusahaan, return on asset dan capital adequacy ratio antara bank pemerintah dan bank swasta. Penelitian ini dilakukan pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatif. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode nonprobability sampling. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011 yang diperoleh dari

purposive sampling,

pengujian data menggunakan uji beda dua rata-rata (independent sample t-test). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa corporate social responsibility dan return on assets antara bank pemerintah dan bank swasta memiliki perbedaan sedangkan capiral adequacy ratio antara bank pemerintah dan bank swasta tidak memiliki perbedaan.

Kata kunci : Tanggung Jawab Sosial (CSR), Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR)


(13)

ABSTRACT

COMPARATIVE CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), RETURN ON ASSETS (ROA) AND CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR)

BANK BETWEEN THE GOVERNMENT AND PRIVATE BANKS GO PUBLIC AND LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX)

This study aims to determine the ratio of corporate social responsibility , return on assets and capital adequacy ratio between state banks and private banks . This research was conducted at the bank listed on the Indonesia Stock Exchange .

The method used in this study is causal comparative . The data used in the form of financial statements and annual reports listed banks in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2011. The sample with nonprobability sampling method . The data used in the form of financial statements and annual reports listed banks in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2011 were obtained from www.idx.co.id . The sample purposive sampling method , test data using two different test average ( independent sample t - test) .

The results of this study concluded that corporate social responsibility and return on assets between banks and the government , while private banks have capiral adequacy ratio difference between government and private banks, the banks do not have a difference .

Keywords : Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR)


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari pihak yang memilik dana lebih dan menyalurkannya ke pihak yang kekurangan dana dan memberikan jasa-jasa lainnya. Ditopang dengan kecanggihan tekhnologi dizaman sekarang ini perbankan sudah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat. Perbankan merupakan industri yang dibutuhkan dan memiliki peranan yang sangat penting sekarang ini terutama bagi dunia bisnis. Dalam kegiatan bisnis bank merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatannya, bank diperlukan untuk mengatur lalu lintas pembayaran dari berbagai macam jual beli yang dilakukan oleh masyarakat. Banyak sektor yang ditopang pertumbuhannya oleh industri perbankan, bahkan dibeberapa negara maju pebankan merupakan sektor utama yang menunjang perkonomian negara tersebut. Perbankan dapat mendorong pengembangan dan pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara sehingga dapat meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara (Kasmir, 2005:7). Lembaga keuangan perbankan ini berfungsi sebagai lembaga yang mempercepat penyaluran dana dari pihak yang memiliki dana lebih dengan pihak yang kekurangan dana fungsi ini dikenal sebagai fungsi perantara (financial intermediation). Bank sebagai perantara keuangan memperoleh keuntungan dari selisih bunga yang diberikan kepada penyimpan dana (bunga simpanan) dengan bunga yang diterima dari peminjam


(15)

(bunga kredit) dan bank juga memperoleh keuntungan dari biaya kegiatan jasa-jasa lainnya yang dikenal dengan istilah fee based. Pada bank konvensional keuntungan ini disebut Spread Based, sedangkan pada bank syariah tidak dikenal bunga karena diharamkan sedangkan keuntungan yang diperoleh dikenal dengan istilah bagi hasil atau profit sharing (Kasmir, 2005;10).Seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan dalam dunia usaha membuat persaingan dalam bisnis perbankan pun semakin tajam, hal ini dapat dilihat dengan terus bertambahnya jumlah bank yang beroperasi baik itu bank pemerintah, bank swasta maupun bank asing yang bersaing di dalam perbankan di Indonesia. Selain itu, pengetahuan masyarakat saat sekarang ini semakin berkembang, sehingga membuat masyarakat semakin selektif dalam memilih bank yang mereka percayai untuk mengelola dana mereka. Masyarakat memiliki pertimbangan-pertimbangan untuk menyimpankan dananya pada suatu bank. Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain keamanan, teknologi, citra bank, kepedulian suatu bank terhadap lingkungan sekitarnya dan keunggulan produk-produk yang ditawarkan suatu bank. Semakin ketatnya persaingan dalam dunia perbankan membuat manajemen bank melakukan berbagai macam cara agar laporan yang diberikan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap bank yang bersangkutan merasa puas atas kinerja manajemen bank dalam mengelola asset yang dipercayakan kepada mereka.

Keberhasilan suatu perusahaan biasanya ditandai dengan kinerja keuangan yang positif, baik dari segi pencapaian laba maupun pertumbuhan perusahaan tersebut, namun ada hal lain yang tak kalah pentingnya menandai keberhasilan


(16)

suatu perusahaan yaitu keberlangsungan (sustainability) (Wibisono, 2007:5). Keberlangsungan suatu perusahaan juga tergantung pada penerimaan publik atau masyarakat akan kehadiran perusahaan tersebut. Untuk mencapai keberlangsungan tersebut lahirlah suatu konsep yang dikenal dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) (Elkington dalam Wibisono 2007:7). Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan sebuah gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada aspek keuntungan semata, yaitu nilai perusahaan yang direflesikan dalam kondisi keuangan, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Konsep CSR menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga terhadap para stakeholders yang terkait dan atau terkena dampak dari keberadaan perusahaan. Perusahaan tidak lagi hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada Single Bottom Line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya (Altman & Berman dalam Wibisono:2007). Dunia usaha bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan usahanya, melainkan juga tanggung jawab terhadap sosial dan lingkungannya. Menurut Global Compact Initiative (2002) menyebutkan pemahaman CSR dengan 3P atau dikenal dengan Triple Bottom Line yaitu Profit (keuntungan), People (masyarakat) dan Planet (lingkungan).

Kesadaran tentang pentingnya menerapkan CSR ini menjadi tren seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk


(17)

yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial. Salah satu contoh kongkretnya adalah bank-bank yang memberikan beasiswa pendidikan kepada masyarakat yang kurang mampu tetapi memiliki kemauan untuk belajar. Corporate Social Responsibility saat ini bukan lagi bersifat sukarela/komitmen yang dilakukan perusahaan didalam mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Disamping itu beberapa peristiwa yang terjadi belakangan akibat aktivitas perusahaan yang menyebabkan timbulnya permasalahan dan kerusakan pada lingkungan sekitar perusahaan ini menyadarkan arti pentingnya penerapan CSR (Wibisono, 2007:4). Seperti pada kasus PT Freeport Indonesia yang berada di Papua yang mengakibatkan timbulnya konflik antara penduduk sekitar dengan perusahaan yang dipicu oleha aktivitas perusahaan PT Freeport Indonesia dalam mendulang emas yang berada di Gunung Earnsberg menyebabkan perusakan terhadap lingkungan disekitar gunung yang mengakibatkan timbulnya kerukan yang menyebabkan terbentuknya danau yang dikenal dengan Danau Wilson. Timbulnya pelanggaran hak azasi pekerja yang ditandai dengan penembakan yang berakibat kematian pada pekerja karena berunjuk rasa untuk menuntut hak mereka. Dan tidak adanya kejujuran dan transparansi perusahaan dalam menyampaikan laporan perusahaan kepada pemerintah bahwa perusahaan semenjak tahun 2010 bukan hanya mengelola emas tetapi juga mengelola timah dan tembaga yang berasal dari daerah eksplorasi (Dominggus A. Mampioper, www.kabarindonesia,com diakses 11/08/2009 dan 27/04/2001).


(18)

PT Exxon Mobil Indonesia yang berada di Aceh mengeksplor gas alam yang ada di daerah Arun, pada tahun 1999 PT Exxon Mobil Indonesia dinyatakan sebagai perusahaan petrokimia terbesar di dunia dan setahun kemudian perusahaan dilaporkan menjadi korporasi dengan keuntungan terbesar di dunia tetapi sedikit sekali keuntungan yang dihasilkan dari perusahaan untuk dipakai dalam pembangunan daerah Aceh, aktivitas perusahaan menimbulkan kerusakan lingkungan yang signifikan, tanah masyarakat sekitar diambil tanpa kompensasi, karyawan Indonesia yang direkrut bukan dari masyarakat setempat tetapi dari luar Aceh khususny Jawa dan dengan adanya explorasi yang dilakukan PT Exxon Mobil Indonesia yang tidak didukung dengan tindakan yang memperhatikan kehidupan dan permasalahan masyarakat Aceh sedangkan perusahaan terus-menerus menguras kekayaan alam yang ada di daerah tersebut menimbulkan kemarahan masyarakat sekitar sehingga terciptanya suatu kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang mewakili keinginan masyarakat sekitar

Selanjutnya kasus lumpur Lapindo yang diakibatkan kesalahan teknis dalam operasi PT Lapindo Brantas menimbulkan dampak yang sangat luas, masyarakat lokal di beberapa desa sekitar telah kehilangan rumah dan pekerjaan, kerusakan sarana pabrik, infrastruktur, jalan tol dan bahkan perusahaan kecil menengah dan industri besar ikut terkena dampaknya. Contohnya PT Petrokimia Gresik terpaksa harus menghentikan operasi pabrik amoniak dan ureanya. PT PLN terpaksa harus menurunkan dayanya dan mensubtitusi bahan bakarnya dengan solar yang memberi beban biaya empat kali lipat dibandingkan gas. Keputusan perusahaan


(19)

akan melaksanakan program tentu tidak terlepas dari tujuan utamanya untuk menghasilkan keuntungan. Walaupun program CSR bersifat sosial, tentu perusahaan ingin menjalankan program yang mendukung kinerja perusahaan dan memberikan manfaat bagi perusahaan (Wibisono, 2007 : 49).

Krisis yang terjadi pada dunia perbankan di Indonesia pertengahan tahun 1997 sampai tahun 1998 menjadi awal dari penyebab kehidupan masyarakat Indonesia menjadi terpuruk, dimana krisis keuangan di Asia atau di Indonesia biasa disebut dengan krisis moneter berawal dari Thailand pada bulan Juli yang membawa dampak sangat besar terhadap nilai tukar, bursa saham, dan harga asset lainnya di beberapa negara asia. Akibat dari pergolakan nilai tukar (kurs) yaitu nilai tukar rupiah yang jatuh terhadap dollar dan ditambah dengan semakin memburuknya arus kas perbankan menyebabkan banyak bank mengalami kesuliatan likuiditas, sehingga membuat bank kehilangan kepercayaan masyarakat dan mengakibatkan nasabah beramai-ramai melakukan penarikan dananya secara besar-besaran (rush), akibatnya banyak bank yang harus ditutup sehingga berdampak pada lumpuhnya perekonomian secara total. Selain dari pengalaman krisis yang terjadi pada tahun 1997, pada tahun 2008 krisis keuangan global melanda Amerika dan beberapa negara di Eropa. Imbas dari krisis yang ditimbulkan oleh kegagalan industri properti di Amerika menjadi pemicu jatuhnya institusi keuangan di negara tersebut dan berakibat dunia mengalami krisis global yang sempat dirasakan Indonesia, yaitu nilai tukar rupiah sempat melonjak dan Bursa Efek Indonesia sempat menghentikan (suspen) perdagangan saham selama dua hari, hal ini untuk menghindari jatuhnya indeks bursa lebih parah.


(20)

Krisis keuangan dan semakin meningkatanya persaingan dalam dunia perbankan dapat memicu permasalahan sehingga banyak bank dinyatakan bangkrut dan harus ditutup. Krisis keuangan dan praktik-praktik perbankan yang tidak legal membuat terjadinya krisis kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan, karena itu pembenahan di sektor perbankan dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat baik nasional maupun internasional dipandang sebagai suatu hal yang mendesak, karena sekali kepercayaan masyarakat hilang maka dunia perbankan Indonesia akan mengalami krisis yang berkepanjangan.Dengan didorong oleh kemajuan perekonomian maka sektor perbankan perlahan-lahan bangkit kembali. Bank pemerintah dan swasta saling bersaing dalam hal pelayanan dan pemenuhan kewajiban kepada nasabahnya. Segmen-segmen dari bank ini tentunya menawarkan kekuatan (strength) dan memberikan gambaran kelemahan (weakness) masing-masing.

Bagi manajemen nilai asset perlu dicermati karena menjadi dasar pengukuran prestasi keuangan perusahaan. Ukuran ini menjadi pembanding prestasi sesuatu perusahaan dengan prestasi perusahaan yang lain dalam hal yang sama, apakah lebih baik atau tidak, sehingga dapat menjadi dasar keputusan manajemen untuk mempertahankan atau meningkatkannya. Pengelolaan asset bank mempunyai pengaruh terhadap, likuiditas maupun keamanan usaha bank. Manajemen harus mampu mengelola asset bank sedemikian rupa sehingga berhasil menciptakan pendapatan yang optimal dengan tingkat likuiditas yang sehat dan aman. Asset bank pada dasarnya terbentuk oleh dana yang dapat dihimpun dari masyarakat (Pandia, 2012:58). Asset inilah nantinya yang akan berputar secara aktif sehingga


(21)

menghasilkan pendapatan bagi bank (Pandia, 2012:59). Asset inilah nantinya yang akan menunjukkan kemampuan aktiva untuk mmenghasilkan laba. Maka return on assets berfungsi untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu bank maka semakinbesar tingkat keuntungan bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset.

Modal merupkan uang yang ditanamkan oleh pemiliknya sebagai pokok untuk memulai usaha maupun untuk memperbesar usahanya yang dapat menghasilkan sesuatu guna menambah kekayaan. Modal merupakam faktor penting dalam bisnis perbankan namun modal hanya membiayai sebagian kecil dari harta bank, artinya modal bagi bank penting dalam rangka pengembangan usaha dan menampung resiko kerugiaannya. Selain itu modal juga berfungsi untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Keberhasilan suatu bank bukan terletak pada jumlah modal yang dimilikinya, tetapi bagaimana bank tersebut mempergunakan modal itu untuk mendapatkan sebanyak mungkin dana masyarakat yang kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan sehingga membentuk pendapatan bagi bank (Pandia, 2012:28,31).

Asumsi masyarakat Indonesia cenderung menilai bahwa bank pemerintahlah yang lebih baik kinerjanya dibandingkan bank swasta. Masyarakat Indonesia pada umumnya lebih cenderung memiliki pola pikir bahwa bank pemerintah lebih unggul dan lebih baik untuk menjadi pilihan mereka untuk mempercayakan dananya untuk dikelola bank. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan


(22)

penelitian apakah asumsi masyarakat tersebut benar adanya jika dilihat dari indikator kinerja keuangan, selain itu kita juga dapat mengetahui kinerja manajemen bank mana yang lebih baik dalam mengelola dana nasabah yang dipercayakan kepada mereka. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Perbandingan Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Antara Bank Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Publik Dan Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia “.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan Corporate Social Responsibility (CSR) antara bank pemerintah dan bank swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah terdapat perbedaan Return on Assets (ROA) antara bank pemerintah

dan bank swasta yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah terdapat perbedaa Capital Adequacy Ratio (CAR) antara bank pemerintah dan bank swasta yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?”

1.3.Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui perbedaan antara pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) bank pemerintah dan dank swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


(23)

2. Mengetahui perbedaan antara kinerja Return On Assets (ROA) antara bank pemerintah dan bank swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Mengetahui perbedaan antara kinerja Capital Adequacy Ratio (CAR) antara bank pemerintah dan bank swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian mengenai perbandingan tangung jawab sosial perusahaan dan kinerja keuangan bank pemerintah dengan bank swasta ini antara lain :

1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan mengenai dunia perbankan khususnya tentang kinerja keuangan yang dilihat dari Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR).

2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan atau referensi dan sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

3. Bagi masyarakat, sebahai bahan masukan dan sumber informasi agar lebih bijak dalam memilih bank sebagai tempat untuk menyimpan uang dan berinvestasi nantinya.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Teoritis

Tinjauan pustaka dalam bab II ini terdiri dari tinjauan teoritis yang membahas tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja keuangan bank.

2.1.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan di dalam bab II ini membahas antara lain definisi tanggung jawab sosial perusahaan, manfaat tanggung jawab sosial perusahaan, bentuk implementasi tanggung jawab sosial perusahaan, tahap-tahap penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dan indikator kinerja tanggung jawab sosial.

2.1.1.1. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Dewasa ini keberhasilam suatu perusahaan ditandai dengan keberlangsungan suatu perusahaan. Dalam melakukan kegiatan operasionalnya sehari-hari tanpa disadari ataupun disadari perusahaan memanfaatkan sumber daya yang ada dilingkungannya baik berupa sumber daya alam ataupun sumber daya manusia. Dunia usaha merupakan bagian dari komunitas masyarakat dan memiliki tanggung jawab sosial yang sama dengan masyarkat.

Sejarah CSR dunia terbagi atas beberapa fase. Untuk fase pertama tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat bermula di Amerika Serikat sekitar tahun 1900 atau lebih dikenal sebagai permulaan abad ke-19. Pada waktu itu Amerika sedang dalam pertumbuhan yang begitu pesat,


(25)

ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan raksasa yang muncul dan hidup berdampingan dengan masyarakat. Pasa saat itu, banyak perusahaan besar menyalahgunakan kuasa mereka dalam hal diskriminasi harga, menahan buruh dan prilaku lainya yang menyalahi moral kemanusiaan. Dengan kata lain, banyak perusahaan yang berbuat semena-mena terhadap masyarakat. Hal itu jelas membuat emosi masyarakat. Emosi yang meluap membuat masyarakat melakukan aksi protes. Menanggapi hal itu, pemerintah Amerika Serikat melakukan perubahan peraturan perusahaan untuk mengatasi masalah tersebut. Dimana perusahaan harus bertindak adil dan menghargai masyarakat. Gaji buruh harus dikeluarkan dan tidak ada diskriminasi harga kepada masyarakat Amerika. Fase kedua munculnya evolousi CSR tercetus pada tahun 1930-an. Dimana pada waktu ini banyak protes yang muncul dari masyarakat akibat ulah perusahaan yang tidak mempedulikan masyarakat sekitarnya. Segala sesuatu hanya diketahui oleh perusahaan, ditambah kenyataan bahwa pada saat itu telah terjadi resesi dunia secara besar-besaran yang mengakibatkan pengangguran dan banyak perusahaan yang bangkrut. Pada masa ini dunia berhadapan dengan kekurangan modal untuk melakukan produksinya. Buruh terpaksa berhenti bekerja, pengangguran sangat meluas dan merugikan pekerjannya. Saat itu timbul ketidakpuasan terhadap sikap perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap pekerjanya karena perusahaan hanya diam dan tidak bisa berbuat apa-apa. Menurut masyarakat pada masa ini perusahaan sama sekali tidak memiliki


(26)

tanggung jawab moral. Menyadari kemarahan masyarakat muncul beberapa perusahaan yang meminta maaf kepada masyarakat dan memberi beberapa jaminan kepada para karyawannya yang dipecat. Sesuatu yang menarik dari kedua fase ini adalah belum dikenalnya istilah CSR. Meskipun upaya perusahaan untuk memperhatikan masyarakat sekitarnya sudah jelas terlihat. Namun usaha itu lebih dikenal sebatas tanggung jawab moral (Gunna Harmayani, diakses 14 Mei 2013).

Sedangkan untuk sejarah awal penggunaan istilah CSR itu dimulai pada tahun 1970an. Pada saat ini banyak perusahaan yang memberikan bantuan kepada masyarakat baik berupa bantuan bencana alam, tunjangan dan lain sebagainya. Ketenaran istilah CSR semakin menjadi ketika buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998) terbit dipasaran, buku ini adalah karangan John Elkington. Didalam buku ini ia mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity, Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus yang sengaja ia singkat menjadi 3P yaitu singkatan dari profit, planet dan people. Didalam bukunya itu ia menjelaskan bahwa Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). Menurut Elkington dalam Wibisono (2007), sebuah perusahaan tidak akan pernah menjadi besar jika lingkungan dan masyarakat tidak mendukung. Bisa dibayangkan jika


(27)

lingkungannya rusak, maka tidak akan terjadi arus komunikasi dan transportasi yang bagus untuk kelancaran usaha perusahaan.

Sedangkan sejarah CSR di Indonesia dimulai pada tahun 1980-an, namun semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Sama seperti sejarah munculnya CSR didunia dimana istilah CSR muncul ketika kegiatan CSR sebenarnya telah terjadi. Di Indonesia, kegiatan CSR ini sebenarnya sudah dilakukan perusahaan bertahun-tahun lamanya. Namun pada saat itu kegiatan CSR Indonesia dikenal dengan nama CSA (Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan” (Gunna Harmayani, diakses 14 Mei 2013).

Kegiatan CSA ini dapat dikatakan sama dengan CSR karena konsep dan pola pikir yang digunakan hampir sama. Layaknya CSR, CSA ini juga berusaha merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan, misalnya bantuan bencana alam, pembagian Tunjangan Hari Raya (THR), beasiswa dan lain sebagainya. Melalui konsep investasi sosial perusahaan “seat belt”, yang dibangun pada tahun 2000-an. sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang selalu aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Dalam hal ini departemen sosial merupakan pelaku awal kegiatan CSR di Indonesia. Selang beberapa waktu setelah itu, pemerintah mengimbau kepada pemilik perusahaan untuk memperhatikan lingkungan sekitarnya. Namun, ini hanya sebatas himbauan karena belum


(28)

ada peraturan yang mengikat. Pemerintah menegaskan bahwa yang perlu diperhatikan perusahaan bukan hanya sebatas stakeholders atau para pemegang saham. Melainkan stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, lingkungan, media massa dan pemerintah.. Setelah tahun 2007 tepatnya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang kewajiban Perseroan Terbatas keluar, hampir semua perusahaan Indonesia telah melakukan program CSR, meski lagi-lagi kegiatan itu masih berlangsung pada tahap cari popularitas dan keterikatan peraturan pemerintah.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Untung : 2008).

Lembaga International The Word Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yang dikutip oleh Wibisono (2007:7) mendefenisikan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus-menerus bertindak secara etis, melakukan operasional perusahaan secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, dan peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya


(29)

sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.

Definisi lain mengenai tanggung jawab sosial dikemukakan oleh World Bank dalam Siagian (2010:66) adalah sebagai suatu komitmen perusahaan agar bermanfaat bagi pembangunan ekonomi yang berkesinambungan, bekerja dengan para perwakilan mereka, masyrakat untuk meningkatkan kualitas hidup sehingga eksistensi perusahaan akan baik bagi perusahaan itu sendiri dan baik pula bagi pembangunan.

Selain itu, ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility juga memberikan definisi tanggung jawab sosial yang mulai ditetapkan tahun 2010. Menurut ISO 26000, tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatan kepada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang berlaku yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.

Corporate Social Responsibility merupakan upaya dan komitmen suatu perusahaan untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas masyarakat luas untuk memperoleh profit perusahaan dan guna keberlangsungan hidup perusahaan dalam jangka


(30)

panjang. Berdasarkan definisi tersebut dapat ditemukan kesamaan yaitu bahwa tanggung jawab sosial menawarkan konsep keseimbangan antar perhatian terhadap aspek ekonomis dan perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungan. Di dalam laporan keuangan bank juga terdapat laporan mengenai tanggung jawab sosial yang dilaksanakan perusahaan dalam kegiatan perbankannya sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitar perusahaan. CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan dimana suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitas keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi social dan lingkungan untuk saat ini maupun jangka panjang. Hal ini menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika.Peraturan pemerintah pada beberapa Negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas. Tanggung jawab sosial perusahaan diatur pemerintah Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang disahkan pada 20 Juli 2007. Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yangpelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.


(31)

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.

Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan perbuatan baik. CSR bukan hanya sekedar kegiatan amal, dimana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh stakeholder perusahaan termasuk lingkungan hidup. Skala dan keuntungan dari CSR untuk suatu organisasi dapat berbeda-beda tergantung dari sifat perusahaan tersebut. Banyak pihak berpendapat bahwa amat sulit untuk mengukur kinerja CSR, walaupun sesungguhnya cukup banyak literatur yang memuat tentang cara mengukurnya.

2.1.1.2. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Konsep triple bottom line reporting memuat pengertian bahwa bisnis tidak hanya sekedar mencari keuntungan (profit) melainkan juga memberikan kesejahteraan kepada orang lain (people) dan menjamin keberlangsungan hidup bumi (planet) (Nugroho, 2007). Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal, yaitu laba, lingkungan dan masyarakat,yang disebut dengan 3P yaitu :

a. Profit atau laba sebagai suatu lembaga keuangan bank juga harus berorintasi untuk mencari keuntungan agar dapat terus beroperasi dan berkembang. Dengan diperolehnya laba, perusahaan dapat


(32)

memberikan deviden bagi pemegang saham, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh guna membiayai pertumbuhan dan pengembangan usaha dimasa depan, serta membayar pajak kepada pemerintah. People atau masyarakat

b. People atau masyarakat, dalam kegiatannya perusahaan menjamin kelangsungan hidup dan meningkatkan daya saing perusahaan, perusahaan harus memilikikepedulian terhadap kesejahteraan karyawan dan manusia yang merupakan asset berharga dalam organisasi maupun Negara

c. Planet atau lingkungan, kepedulian terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati bias dilakukan melalui pelaksanaan program penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman.

Apabila prinsip triple bottom line dapat diimplementasikan dengan baik, maka akan menunjukkan akuntabilitas perusahaan tidak hanya untuk melaksanakan kegiatan ekonomi saja tetapi juga untuk pelaksanaan kegiatan sosial dan lingkungan yang akan berpengaruh terhadap masyarakat. Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, namun juga turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang. Menurut Wibisono (2007:78), manfaat perusahaan menerapkan CSR antara lain:


(33)

a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan

b. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial (social lisence to operate)

c. Mereduksi resiko bisnis perusahaan

d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha e. Membuka peluang pasar yang lebih luas

f. Mereduksi biaya, misalnya biaya yang terkait dengan dampak pembuangan limbah

g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders h. Memperbaiki hubungan dengan regulator

i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan j. Peluang mendapatkan penghargaan.

2.1.1.3. Bentuk Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut Saidi dan Zaim (2004:32) dalam pelaksanaan CSR sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu :

a. Keterlibatan langsung, artinya perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.

b. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, artinya perusahaan mendirikan yayasan sendiri dibawah perusahaan atau grupnya. Model


(34)

ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan diperusahaan-perusahaan di Negara maju. Biasanya diperusahaan-perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin secara teratur bagi kegiatan yayasan.

c. Bermitra dengan pihak lain, artinya perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/ organisasi non pemerintah (NGO/LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. d. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium, artinya

perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya pola ini lebih berorientasi pada pemebrian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembanguna”.

Menurut Trevino dan Nelson dalam Ernawan (2007:112) tanggung jawab sosial perusahaan dapat dikonsepkan sebagai piramid yang terdiri dari segi empat macam tanggung jawab yang harus dipertimbangkan secara berkesinambungan, yaitu ekonomi, hukum, etika dan berprikemanusiaan.

Gambar 2.1

Piramida Konsep Tanggung Jawab Sosial Tanggung Jawab

Berprikemanusiaan

Tanggung Jawab Etis

Tanggung Jawab Hukum


(35)

2.1.1.4. Tahap-Tahap Penerapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut Wibisono (2007:121) perusahaan-perusahaan yang berhasil dalam menerapkan tanggung jawab sosial menggunakan tahapan sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan terdiri atas tiga langkah yaitu awareness Building, CSR Assessement dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah awal untuk membangu kesadaran mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya dan diskusi kelompok. CSR assessment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. CSR manual building merupakan dasar untuk penyusunan manual atau pedoman implementasi CSR. Upaya yang harus dilakukan antara lain dengan cara menggali referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. CSR manual bilding dibuat sebagai acuan, pedoman dan panduan dalam pengelolaan kegiatan sosial kemasyrakatan yang dilakukan oleh perusahaan.


(36)

b. Tahap Implementasi

Tahap implementasi terdiri atas tiga langkah utama yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada. Internasilisasi adalah tahap jangka panjang. Internalisasi mencangkup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR didalam seluruh proses bisnis perusahaan misalnya melalui system manajemen kinerja, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya

c. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi bisa dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang telah dilakukan. Langkah ini tak terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur operasi standar tetapi juga mencakup pengendalian resiko perusahaan. Evaluasi dalam bentuk assessment audit atau scoring juga dapat membantu perusahaan memetakan kembali kondisi dan situasi serta pencapaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang diberikan.


(37)

d. Pelaporan

Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan diungkapkan didalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Menurut ACCA dalam Angraini (2006:5) Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijkan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainable reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi.

2.1.1.5. Indikator Kinerja Tanggung Jawab Sosial

`Indikator kinerja pengungkapan tanggung jawab sosial dapat diukur dengan proksi corporate social responsibility disclosure index (CSRDI) berdasarkan Global Reporting Initiatives (GRI) yang diperoleh

dari website

(GRI) adalah sebuah kerangka pelaporan untuk membuat sustainability reports yang terdiri atas prinsip-prinsip pelaporan, paduan pelaporan dan standar pengungkapan (termasuk didalamnya insikator kinerja). Indikator kinerja tanggung jawab sosial dalam GRI terdiri dari 6 item yaitu :


(38)

1. Kinerja Ekonomi

Indikator kinerja ekonomi menunjukkan aliran dana perusahaan diantara para pemegang kepentingan (stakeholder) dan dampak ekonomi utama organisasi terhadap masyarakat.

2. Kinerja Lingkungan

Indikator lingkungan meliputi kinerja yang berhubungan dengan input yang digunakan perusahaan (misalnya material, energi dan air) dan output yang digunakan perusahaan (misalnya emisi, air limbah dan limbah). Indikator ini juga melingkupi kinerja yang berhubungan dengan biodiversity (keanekaragaman hayati), kepatuhan lingkungan dan informasi relevan lainnya seperti pengeluaran lingkungan (environmental expenditure) dan dampaknya terhadap produk dan jasa.

3. Kinerja Praktik Tenaga Kerja

Indikator praktik kerja meliputi jumlah lapangan pekerjaan yang disediakan oleh perusahaan, hubungan tenaga kerja dengan manajemen, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, pelatihan dan pendidikan tenaga kerja dan keberagaman dan kesempatan yang setara bagi karyawan.

4. Kinerja Hak Azasi Manusia

Indikator kinerja hak azasi manusia menentukan bahwa organisasi harus melaporkan sejauh mana hak azasi manusia diperhitungkan dalam investasi dan praktek pemilihan supplier/ konraktor. Indikator ini meliputi pelatihan mengenai hak azasi manusia bagi karyawan dan aparat keamanan,


(39)

kebebasan berserikat, tenaga kerja anak, hak adat, serta kerja paksa dan kerja wajib.

5. Kinerja Sosial

Indikator kinerja sosial memperhatikan dampak organisasi terhadap masyarakat dimana mereka beroperasi dan menjelaskan resiko dari interaksi dengan institusi sosial lainnya yang mereka kelola.

6. Kinerja Tanggung Jawab Produk

Indikator kinerja tanggung jawab produk membahas aspek produk dari perusahaan dan jasa yang diberikan oleh perusahaan yang mempengaruhi pelanggan, terutama kesehatan dan keselamatan pelanggan, informasi dan pelabelan produk, pemasaran produk, privasi pelanggan dan kepatuhan mengenai pengadaan dan penggunaan produk.

Keberhasilan suatu indikator kinerja tanggung jawab sosial menurut GRI dengan menggunakan metode content analys, dengan cara menggunakan checklist pada aspek- aspek berikut :

Tabel 2.1

Indicator Kinerja Tanggung Jawab Sosial

No Kategori Bank

Pemerintah

Bank Swasta Kinerja Ekonomi

1 Bantuan financial signifikan yang diterima dari pemerintah

Y T

2 Rentang rasio standar upah terendah dibandingkan dengan upah minimum setempat pada daerah operasi utama

Y Y

3 Prosedur penerimaan pegawai lokal dan proporsi manajemen senior yang direkrut secara lokal dan


(40)

diperkerjakan didaerah operasi utama

4 Pembangunan dan dampak investasi infrastruktur serta jasa yang diberikan kepada publik secara komersial (interaksi dengan komunitas lokal)

Y T

Kinerja Lingkungan

1 Penggunaan bahan daur ulang Y Y

2 Pemakaian energi tidak langsung berdasarkan sumber primer seperti penggunaan listrik

Y Y

3 Penghematan energI melalui konservasi dan peningkatan efisiensi

Y Y

4 Total pengambilan atau penggunaan air per sumber

Y Y

5 Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pencapaiannya.

Y Y

Tanggung Jawab Produk 1 Tahapan daur hidup dimana dampak produk dan

jasa yang menyangkut kesehatan dan keamanan dinilai untuk penyempurnaan, dan persentase dari kategori produk dan jasa yang penting yang harus mengikuti prosedur tersebut

Y Y

2 Jumlah ketidak patuhan peraturan mengenai penyediaan informasi produk dan jasa serta pemberian label per produk

Y Y

3 Praktek yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan termasuk hasil survey yang mengukur kepuasan pelanggan

Y Y

4 Program-program untuk ketaatan kepada hukum, standar dan yang terkait dengan komunikasi pemasaran termasuk periklanan, promosi dan sponsor

Y Y

5 Jumlah keseluruhan dari pengaduan mengenai pelanggaran keleluasan pribadi (privacy) pelanggan dan hilangnya data pelanggan

Y Y

Praktek Tenaga kerja 1 Mengungkapkan jumlah angkatan kerja menurut

jenis pekerjaan, kontrak pekerjaan dan wilayah

Y Y

2 Mengungkapkan jumlah dan tingkat perputaran karyawan menurut kelompok usia, jenis kelamin dan wilayah


(41)

3 Memberi manfaat yang disediakan bagi karyawan tetap yang tidak disediakan bagi karyawan tidak tetap menurut kegiatan pokoknya

Y Y

4 Mengungkapkan Persentase jumlah angkatan kerja yang resmi diwakili dalam panitia kesehatan dan keselamatan antara manjemen dan pekerja yang membantu memantau dan memberI nasihat untuk program keselamatan dan kesehatan jabatan

Y Y

5 Melaksanakan program pendidikan, pelatihan, penyuluhan, bimbingan, pencegahan, pengendalian resiko setempat untuk membantu karyawan, anggota keluarga dan anggota masyarakat mengenai penyakit berat dan berbahaya.

Y Y

6 Melaksanakan masalah kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam perjanjian resmi dengan serikat karyawan

Y Y

7 Melaksanakan program untuk pengaturan keterampilan dan pembelajaran sepanjang hayat yang menunjang kelangsungan pekerjaan karyawan dan membantu mereka dalam mengatur akhir karier

Y Y

8 Mengungkapkan persentase karyawan yang menerima peninjauan kinerja dan pengembangan karier secara teratur

Y Y

Hak Azasi Manusia 1 Menghindari kasus diskriminasi yang terjadi dan

tindakan yang diambil

Y Y

2 Memberikan kebebasan berserikat dan melaksanakan perjanjian bersama serta tindakan yang diambil untuk mendukung hak-hak tersebut

Y Y

3 Menghindari kasus pekerja anak dan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung upaya penghapusan pekerja anak

Y Y

Masyarakat

1 Mengurangi persentase dan jumlah unit usaha yang memiliki resiko terhadap korupsi

Y Y


(42)

3 Tindakan yang diambil dalam menanggapi kejadian korupsi

Y Y

4 Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat

Y Y

5 Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni

Y Y

Sumber : GRI Ket : Y = Ya

T = Tidak

2.1.2. Kinerja Keuangan Bank

Kinerja keuangan bank dalam bab II ini membahas pengertian kinerja keuangan, laporan keuangan bank dan analisis laporan keuangan.

2.1.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah suatu hasil dari berbagai macam keputusan yang diambil oleh pihak manajemen secara terus-menerus dalam menjalankan suatu perusahaan. Kinerja keuangan dapat menjadi gambaran atau alat ukur yang sangat efektif untuk menilai tanggung jawab manajemen dalam menjalankan tugasnya, hal ini disebabkan karena yang dimaksud dengan kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam mencapai tujuan suatu perusahaan. Menurut Bastian dalam Fahmi (2012) mengatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategi (strategic planning) suatu organisasi.

Terdapat berbagai macam cara yang bisa dilakukan untuk menilai kinerja keuangan, salah satunya adalah analisis rasio terhadap laporan


(43)

keuangan yang disajikan. Dalam suatu perusahaan, penilaian kinerja keuangan sangat bermanfaat selain membantu manajemen dalam mengambil keputusan juga dapat memotivasi manajemen atau karyawan dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan dari perusahaan tersebut. Seperti yang penulis lakukan dalam penelitian ini, dimana penulis menilai kinerja keuangan bank melalui rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas/ profitabilitas.

2.1.2.2. Laporan Keuangan Bank

Laporan keuangan merupakan catatan informasi atas kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada periode waktu tertentu yang dapat dijadikan sebagai objek analisis dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Adapun jenis laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, lapoaran perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang merupakan catatan yang tidak dapat dimasukkan dalam laporan-laporan yang telah disebutkan sebelumnya.

Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan inforamsi tentang posisi keuangan, kinerja maupun perubahan dari posisi keuangan perusahaan yang mana dapat bermanfaat bagi pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi. Selain itu laporan keuangan juga memberikan informasi tentang apa yang telah dilakukan manajemen dalam mengelola perusahaan dan juga untuk mempertanggungjawabkan atas sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen tersebut, sehingga pihak-pihak


(44)

yang memiliki kepentingan dari perusahaan tersebut dapat mengambil keputusan untuk mempertahankan atau mengganti manajemen tersebut. Menurut Munawir (2004) laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Tujuan laporan keuangan menurut PSAK No.1 paragraf 5 adalah tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi dan menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Dalam PSAK No.31 paragraf 80 menyatakan bahwa laporan keuangan bank terdiri atas :

a. Neraca

b. Laporan laba rugi c. Laporan arus kas

d. Laporan perubahan ekuitas e. Catatan atas laporan keuangan

Dari PSAK No.31 yang telah disebutkan diatas, sekilas dapat kita lihat bahwa laporan keuangan bank juga sama dengan laporan keuangan bukan bank, hanya saja yang membedakannya adalah dalam catatan atas laporan keuangan, perusahaan perbankan diwajibkan untuk membuat


(45)

laporan komitmen dan kontinjensi, sedangkan dalam laporan keuangan perusahaan bukan bank tidak terdapat laporan tersebut.

2.1.2.3. Analisis Laporan Keuangan

Analisa laporan keuangan merupakan suatu alat yang dipergunakan agar laporan keuangan yang disajikan lebih berarti dan mudah dipahami oleh banyak pihak. Melakukan analisis terhadap laporan keuangan berarti menggali lebih jauh informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, sebagaimana telah diketahui bahwa laporan keuangan merupakan cakupan informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan.

Menurut Harahap (2008) analisis laporan keuangan merupakan suatu cara untuk menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut Wild, dkk (2005) mengemukakan bahwa analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis.

Analisis laporan keuangan mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan dan intuisi dalam pengambilan keputusan sehingga


(46)

menjadi pertimbangan yang dapat membuat suatu pihak tidak salah dalam mengambil keputusan. Analisis laporan keuangan dapat memberikan informasi yang maksimal, lebih luas dan akurat dari informasi yang relatif sedikit jika hanya dengan melihat laporan keuangan yang disajikan. Selain itu analisis laporan keuangan juga dapat mengetahui kesalahan-kesalahan baik yang tidak disengaja ketika proses akuntansi seperti salah dalam mencatat, menjumlahkan, memposting dan menjurnal atau kesalahan yang disengaja seperti tidak mencatat, menghilangkan data dan sebagainya. Dapat diketahuinya kesalahan-kesalahan ini tidak lain karena proses analisis laporan keuangan hampir identik dengan proses dalam melakukan pembukuan. Analisis laporan keuangan sangat bermanfaat terhadap berbagai pihak untuk lebih mudah memahami laporan keuangan sehingga keputusan yang diambil nantinya akan lebih tepat. Tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein yang dikutip Harahap (2008) adalah sebagai berikut:

a. Screening

Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger.

b. Forcasting

Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.


(47)

Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi keuangan atau masalah lainnya.

d. Evaluation

Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efesiensi dan lain-lain.

Menurut Kasmir (2008), adanya berbagai tujuan dan manfaat dengan adanya analisis laporan keuangan, yaitu:

a. Untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode

b. Untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan apa saja yang dimiliki perusahaan

c. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan kedepan yang berkaitan dengan posisi keuangan saat ini d. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen kedepan apakah perlu

penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. e. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis

tentang hasil yang mereka capai.

Walaupun analisis laporan keuangan sangat membantu dalam proses pembuatan keputusan, terkadang hasil analisis keuangan juga dapat mengalami kesalahan sehingga keputusan yang diambil tidak sesuai dengan yang diharapkan.


(48)

Manurut Martono (2005) analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio keuangan. Rasio keuangan sangat besar peranannya dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan, dimana rasio keuangan dapat menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos satu dengan yang lainnya sehingga dapat dengan cepat memberikan informasi untuk lebih mudah dalam menilai dan mengambil keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Teknik analisis dengan menggunakan rasio keuangan sangat bagus karena dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, selain itu juga memungkinkan manajer memperkirakan reaksi kreditor dan investor serta dapat memberikan pandangan bagaimana kira-kira dana dapat dihimpun/dikumpulkan. Walaupun teknik analisis rasio merupakan alat yang sangat bagus dalam melakukan analisis laporan keuangan, tetap saja tidak terlepas dari berbagai kekurangan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan dari alat analisis rasio tersebut.

Perbedaan jenis perusahaan dapat mengakibatkan perbedaan jenis-jenis rasio yang akan dipergunakan dalam menganalisa laporan keuangan. Perbankan merupakan bisnis jasa yang tergolong dalam industri “kepercayaan” dan mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas. Menurut Sawir (2005) “Rasio-rasio keuangan perbankan dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok rasio, yaitu rasio likuiditas, rasio rentabilitas/profitabilitas, rasio solvabilitas /permodalan, rasio risiko usaha


(49)

bank dan rasio efesiensi usaha”. Rasio keuangan bank berbeda dengan rasio keuangan perusahaan umumnya. Hal ini disebabkan karena komponen neraca dan laporan laba rugi yang dimiliki oleh bank berbeda dengan laporan neraca dan laba rugi perusahaan bukan bank sehingga rasio keuangan bank mempunyai peraturan perundang-undangan sendiri dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Menurut Rahardjo (2007:115) rasio keuangan perusahaan diklasifikasikan menjadi lima kelompok berikut :

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas atau sering disebut sebagai rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiaban jangka pendeknya pada saat ditagih atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Bank bias dikatakan likuid jika dapat membayar kembali semua depositonya, mampu melunasi kewajiban utang-utangnya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukannya tanpa terjadinya penangguhan. Oleh sebab itu menurut Sawir (2005) bank dikatakan likuid apabila:

1. Bank tersebut memiliki asset kas sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya

2. Bank tersebut memiliki asset kas yang lebih sedikit dari butir (a) diatas, tetapi yang berasngkutan juga mempunyai asset lainnya (khususnya surat-surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasar


(50)

3. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan asset kas baru melalui berbagai bentuk utang.

Menurut James O.Gill yang dikutip oleh Kasmir (2008) mengatakan rasio likuiditas mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo. Likuiditas sebaliknya tidak dikelola sembarangan, karena sangat berakibat fatal dalam kelangsungan hidup perusahaan, seperti yang pernah terjadi pada masa krisis moneter tahun 1997. Likuitas bank sebaiknya dikelola dengan terencana, terus menerus dan selalu menerapkan manajemen resiko dalam setiap pengambilan keputusan.

Hasil dari analisis rasio likuiditas sangat besar manfaatnya bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, terlebih terhadap manajemen perusahaan karena dapat mengambil sikap atau keputusan yang tepat agar operasional perusahaan dapat terus berjalan. Rasio likuiditas terdiri rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio kas (cash ratio) dan lain-lain.

b. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas sering juga disebut dengan istilah rasio permodalan. Rasio solvabilitas merupakan ukuran kemampuan bank dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban apabila terjadi likuidasi (dibubarkan) terhadap perusahaan. Menurut Dendawijaya (2005): “Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk


(51)

mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Disamping itu rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antar volume (jumlah) dana yang diperolehdari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-sumber lain diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank”.

Rasio solvabilitas yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain (Dendawijaya, 2005). CAR adalah jumlah modal minimal yang harus dimiliki oleh suatu bank sehingga kepentingan para investor dapat terlindungi dari ancaman terjadinya insolvensi kegiatan usaha perbankan, dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko misalnya kredit yang diberikan.

Perhitungan CAR diperoleh dari perbandingan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) yang dihitung bank bersangkutan. Semakin besar persentase CAR suatu bank menunjukkan


(52)

semakin besar daya tahan suatu bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta yang bermasalah. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%, hal ini didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for International Settlement). Sesuai dengan ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 tentang kewajiban modal minimum bank umum (Pandia,2012:31). Rasio solvabilitas terdiri dari rasio hutang atas aktiva (total debt to total assets ratio), rasio hutang jangka panjang atas aktiva (long term debt to total assets), rasio hutang jangka panjang atas modal (long term to equity ratio) dan lain-lain.

c. Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas atau sering juga disebut rasio profitabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan (Sawir, 2005). Pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah kemampuan suatu bank didalam menghasilkan keuntungan baik berasal dari kegiatan operasional bank yang bersangkutan maupun dari hasil-hasil non operasionalnya.

Menurut Kasmir (2008) tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan adalah untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.


(53)

d. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas menunjukkan tingkat aktivitas atau efisiensi penggunaan dana yang tertanam pada pos-pos aktiva dalam neraca perusahaan. Semakin tinggi perputarannya semakin aktif aktiva perusahaan yang bersangkutan. Rasio aktivitas terdiri dari perputaran total aktiva (total assets turnover), rasio perputaran piutang (receivables turnover ratios), rasio rata-rata pengumpulan piutang (average collect5ion period ratios), ratio perputaran persediaan (inventory turnover), rasio rata-rata persediaan tersimpan (average days inventory), rasio hari rata-rata hutang dagang (account payable period), rasio perputaran modal kerja (working capital turnover) dan rasio perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover).

e. Rasio Investasi

Rasio investasi menunjukkan tingkat imbalan (rate of return) dari dana yang ditanamkan atau diinvestasikan ke dalam perusahaan. Rasio investasi ini biasanya diperlukan dan digunakan oleh para pemegang saham ataupun calon investor dan kreditor. Rasio investasi terdiri dari : rasio jaminan bunga (time interest earned), rasio jaminan dividen saham preferen, rasio penghasilan per lembar saham biasa (earning per share), rasio pembayaran deviden (dividend payout ratio), rasio nilai tambah pasar (market value added) dan lain-lain.


(54)

2.1.3. Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan dalam pasal 1 butir 2, yang merupakan perubahan atas Undang –Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang dimaksud dengan “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dari pengertian ini dapat dilihat bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dimana aktivitas utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat yang dikenal dengan istilah funding. Menghimpun dana ini maksudnya ialah mengumpulkan atau mencari dana dari masyarakat luas dengan cara menggunakan berbagai strategi seperti memberikan rangsangan berupa balas jasa yang dapat berbentuk bunga, hadiah, bagi hasil, pelayanan dan berbagai bentuk lainnya yang dapat membuat masyarakat berminat untuk menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan dapat berupa tabungan, giro dan deposito. Setelah dana diperoleh dari masyarakat maka dana tersebut akan dikelola atau diputar kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau dikenal dengan istilah kredit (lending), dimana dana tersebut dapat diergunakan oleh masyarakat untuk memajukan perekonomian baik dengan cara membuka lapangan pekerjaan maupun cara lainnya sehingga dapat meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan utama


(55)

perbankan adalah menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending).

Menurut PSAK No.31 paragraf 1 menyatakan Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan deposito berjangka serta memberikan kredit bagi pihak yang memerlukan dana. Menurut Wikipedia Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai bank note.

Jenis-jenis Bank yaitu :

1. Bank Sentral, yaitu bank yang tugasnya dalam menerbitkan uang kertas dan logam sebagai alat pembayaran yang sah dalam suatu negara dan mempertahankan konversi uang dimaksud terhadap emas atau perak atau keduanya.

2. Bank Umum, yaitu bank yang bukan saja dapat meminjamkan atau menginvestasikan berbagai jenis tabungan yang diperolehnya, tetapi juga dapat memberikan pinjaman dari menciptakan sendiri uang giral.


(56)

3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

4. Bank Syariah, yaitu bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil (sesuai kaidah ajaran islam tentang hukum riba).

2.1.3.1. Perbedaan Bank Pemerintah dengan Bank Swasta

Bank pemerintah dan bank swasta sebenarnya dalam hal menjalankan usaha atau operasionalnya memiliki kesamaan, seperti cara menghimpun dana, menyalurkan pinjaman dan dan jasa-jasa lainnya. Perbedaan antara bank pemerintah dan bank swasta hanya menyangkut aspek kepemilikan, dimana yang dikatakan bank pemerintah adalah bank yang akte pendiriannya maupun modal dan saham bank baik seluruh atau sebagian besar dimiliki oleh pemerintah Indonesia sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah. Sedangkan yang dikatakan bank swasta adalah bank yang akte pendirian maupun sahamnya baik seluruh atau sebagian besar dimiliki oleh pihak swasta nasional.

Walaupun yang membedakan bank pemerintah dengan bank swasta hanya berdasarkan kepemilikannya saja, ini sangat menentukan manajemen yang akan mengelola bank tersebut nantinya, dimana manajemen merupakan pihak yang akan menentukan keberhasilan bank tersebut melalui keputusan-keputusan yang mereka ambil. Contohnya saja dalam hal pemilihan direksi, mereka akan ditunjuk berdasarkan rapat


(57)

umum pemegang saham. Direksi sama-sama kita ketahui adalah bagian dari manajemen yang akan mengelola bank tersebut nantinya, apakah akan semakin baik kinerja bank tersebut atau malah sebaliknya. Dalam rapat umum pemegang saham, biasanya bank yang sahamnya dominan dimiliki oleh suatu pihak inilah yang akan menentukan diterima atau tidaknya calon direksi yang diajukan, dengan demikian dapat dikatakan bank pemerintah yang sahamnya dominan dimiliki oleh pemerintah secara otomatis kebijakan pemilihan ini tergantung pemerintah demikian pula sebaliknya dengan bank swasta.

2.1.3.2. Sumber Dana Bank

Bank merupkan bisnis keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalukannya. Dana dapat disalurakan apabila dana tersebut telah dihimpun baik dari masyarakat maupun dari pihak-pihak lain. Menurut Sinungan yang dikutip oleh Irmayanto, dkk (2009), dana-dana bank yang dipakai sebagai alat operasional dapat diperoleh dari berbagai sumber :

1. Dana pihak kesatu (sumber dana sendiri)

Dananya diperoleh dari modal sendiri yang berasal dari pemegang saham. Dalam neraca bank dana modal sendiri terdiri atas modal disetor, agio saham, cadangan-cadangan dan laba ditahan

2. Dana pihak kedua (sumber dana pihak luar)

Merupakan sumber dana yang berasal dari pihak luar selain masyarakat, yang dapat berupa call money, pinjaman biasa antar bank,


(58)

pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank dan pinjaman dari bank sentral (Bank Indonesia)

3. Dana pihak ketiga (sumber dana masyarakat)

Dana yang diperoleh bank dari simpanan masyarakat dapat berupa giro (demand deposit), tabungan (saving), deposito (time deposit) dan simpanan sementara.

2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2

Tinjauan penelitian terdahulu

No Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian Variabel yang Diteliti

Hasil Penelitian

1 Agustinus Purwoko (2007)

Analisis Kinerja Bank Pemerintah dan Bank Swasta ditinjau dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Return On Equity (ROE) dan Return On Assets (ROA)

• CAR • NIM • ROE • ROA Analisi korelasi menunjukkan ada dua pasang rasio yang memiliki hubungan, yaitu CAR dengan NIM dan ROE dengan ROA. Analisis One Way ANOVA hanya CAR, ROE dan ROA yang memiliki rata-rata populasi yang sama. 2 Prima

Naomi Sucianti (2007) Perbandingan Indikator Kinerja Bank Dominasi Asing dan Dominasi Negara pada Bank yang Go Public di BEI • LDR • CAR • ROE • BOPO • PBV • PER

Tidak ada perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan dilihat dari Analisis Rasio LDR, CAR, ROE, BOPO, PBV, PER pada bank dengan kepemilikan asing dengan bank


(59)

kepemilikan negara. 3 Edi Putra

(2011)

Perbandingan Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Banking Ratio antara Bank Pemerintah denga Bank Swasta yang Go Public pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia • ROA • CAR • BANKI NG RATIO Terdapat perbedaan yang signifikan antar bank

pemerintah dan bank swasta, bank

pemerintah memiliki ROA dan Banking Ratio yang lebih tinggi dari bank Swasta. Sedangkan bank swasta

memiliki CAR yang lebih tinggi

dibandingkan bank pemerintah.

4 Alfientry Putri Lubis (2013) Pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar dibursa efek Indonesia • ROA • NPM • PER • CASH FLOW LIQUID ITY RATIO Terdapat perbedaan antara objek yang diteliti penulis dengan peneliti sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Purwoko (2007) melakukan penelitian kinerja bank pemerintah dan bank swasta dengan variabel pengukuran yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Return On Equity (ROE) dan Return On Assets (ROA). Alat analisis yang digunakan adalah anlisis deskriptif, analisis korelasi dan one-way ANOVA. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa CAR, NIM, ROE, dan ROA mengalami kondisi yang berfluktuatif ketika dilakukan analisis deskriptif. Analisis korelasi yang merupakan analisis untuk melihat hubungan antar variabel menunjukkan bahwa


(60)

ada dua pasang rasio yang memiliki hubungan, yaitu CAR dengan NIM dan ROE dengan ROA. Analisis one-way ANOVA untuk melihat perbedaan menghasilkan CAR, ROE dan ROA yang memiliki rata-rata populasi yang sama, sedangkan NIM memiliki rat-rata populasi yang tidak sama. Terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian Purwoko ini, seperti alat analisis yang digunakan dan metode pengujian terhadap variabel yang diteliti pun berbeda, dimana penulis melakukan pengujian perbedaan antara bank melalui independent sample T-test sedangkan Purwoko melalui one-way ANOVA. Selain itu penulis tidak melakukan anlisis untuk melihat hubungan antara variabel yang diteliti melainkan hanya untuk mengetahui perbedaan kinerja antara bank tersebut saja.

Penelitian Sucianti (2007) adalah mengenai penilaian kinerja keuangan antara bank kepemilikan asing dengan bank kepemilikan negara. Variabel pengukuran yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Equity (ROE), Biaya Olperasional Pendapatan Operasional (BOPO), Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PVB). Pengujian yang dilakukan menggunakan statistik non-parametik melalui uji Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja antara bank kepemilikan asing dengan bank kepemilikan negara untuk semua variabel yang digunakan. Dari keterangan ini dapat diketahui bahwa penelitian penulis dengan Sucianti sangat jauh berbeda, selain bank yang diteliti adalah antara kepemilikan asing dan kepemilikan negara, metode statistik dan variabel penelitian yang digunakan oleh Sucianti juga berbeda.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Berdasarkan uji independent t-test dapat diketahui bahwa tanggung jawab sosial (CSR) bank pemerintah dan bank swasta memiliki perbedaan yang signifikan hal ini dibukt ikan dari nilai thitung > ttabel (9,220 > 2,110 ) dan nilai probabilitas < 0,05 (0 < 0,05), artinya hipotesis ditolak bahwa tanggung jawab sosial bank pemerintah berbeda dengan bank swasta karena bank pemerintah melakukan CSR lebih baik dari bank swasta dibandingkan dengan penelitian sebelunnya dapat disimpulkan bahwa CSR antara bank pemerintah dan swasta memiliki perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya oleh Alfientry Putri Lubis dikarenakan objek yang diteliti oleh peneliti berbeda dengan peneliti sebelumnya dan uji yang digunakan juga berbeda dengan penelitian sebelumya menggunakan uji normalitas dan uji t-test sedangkan peneliti menggunakan uji sample independent t-test.


(2)

bank pemerintah dan bank swasta berbeda ROA bank pemerintah lebih tinggi dibandingkan bank swasta yang berarti bank pemerintah lebih baik dalam menghasilkan laba dalam pengelolaan asetnya daripada bank swasta. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya oleh Edi Putra, bahwa hasil penelitian keduanya menunjukkan bahwa kinerja ROA bank pemerintah lebih baik dibandingkan dengan bank swasta.

3. Berdasarkan uji Berdasarkan uji independent t-test dapat diketahui bahwa capital adequacy ratio (CAR) bank pemerintah dan bank swasta memiliki perbedaan yang signifikan hal ini dibuktikan dari nilai thitung > ttabel (0,801 < 2,048) dan probabilitas < level of significant (0,430 > 0,05) artinya hipotesis diterima bahwa CAR bank pemerintah dan swasta artinya tidak terdapat perbedaan. Hal ini menunjukkan bank pemerintah dan bank swasta mempunyai modal yang besar untuk melakukan aktivitas-aktivitasnya dengan resiko yang cukup minim. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Edi Putra, penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki persamaan dengan peneliti sebelumnya bahwa hasil dari penelitian menunjukkan kinerja CAR bank pemerintah lebih baik dari bank swasta.


(3)

5.2.Keterbatasan Penelitian

Beberapa hal yang penulis sadari sebagai keterbatasan penelitian adalah : 1. Sampel dalam penelitian ini dibatasi pada perusahaan perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menyebebakan hasil penelitian hanya dapat memberikan pemahaman dan kesimpulan mengenai perusahaan yang menjadi sampel penelitian tersebut.

2. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian hanya terbatas pada tahun 2009-2011 sehingga data yang diperoleh tidak memperlihatkan dalam jangka panjang.

5.3.Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mencoba memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Diharapkan bank swasta kedepannya dalam menerapkan program tanggung jawab sosialnya lebih baik lagi tidak hanya sekedar hanya dalam bidang-bidang tertentu tetapi mencakup seluruh aspek sosial yang ada disekitarnya, sedangkan untuk penerapan CSR bank pemerintah agar dapat menjaga dan terus meningkatkan programnya kearah yang lebih baik dari sebelumnya.

2. Diharapkan kinerja ROA bank swasta untuk kedepannya lebih baik dalam mengelola asset yang ada sehingga menghasilkan laba lebih maksimal dan


(4)

3. Kinerja CAR bank swasta dan bank pemerintah sudah cukup baik karena keduanya memiliki CAR diatas 8% dari ketentuan CAR oleh BIS (Bank for International Settlement). CAR Bank swasta harus lebih ditingkatkan dengan cara bank swasta harus lebih baik untuk memperhatikan dan memilih kreditur-kreditur yang akan diberi pinjaman sehingga meminimalisir resiko kerugian yang akan ditimbulkan nantinya, sedangkan bank pemerintah sudah cukup baik dalam melakukan operasionalnya dalam pemberian kredit sehingga menghasilkan CAR yang cukup baik dan harus dapat meningkatkannya.

4. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menambah periode waktu penelitian dan menambah variabel lainnya agar hasil penelitian lebih akurat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Erlina. 2008. Metodelogi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen. USU Press : Medan.

Ernawan, Erni R. 2007. Business Ethics. Alfabeta : Bandung

Fahmi, Irfan. 2012. Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi. Alfabeta : Bandung.

Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

_____,2012. SPSS 20. Wahana Computer dan CV Andi Offset : Semarang. Kasmir, S.E, MM. 2005. Pemasaran Bank. Prenada Media : Jakarta. Kasmir, S.E, MM. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT. Raja

Grafindo Persada : Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad Ph.d..2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga : Jakarta.

Pandia, Frianto, S.E, MM. 2012. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Rineka Cipta : Jakarta.

Martono, D Agus Harjito. 2005. Manajemen Keuangan. Ekonisia : Yogyakarta. Putri, Alfientry Lubis. 2013. Pengaruh tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara : Medan.

Putra, Edi. 2011. Perbandingan Return On Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Banking Ratio antara Bank Pemerintah dengan Bank Swasta yang Go Publik pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara : Medan

Rahardjo, Budi. 2007. Keuangan dan Akuntansi untuk Manajer Nonkeuangan. Graham Ilmu : Yogyakarta.


(6)

Zaim, Saidi dan Hamid Abidin. Menjadi Bangsa Pemurah : Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia. Piramida : Jakarta.

Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta : Bandung.

Sarwono, Jonathan, 2006. Paduan Cepat dan Mudah SPSS 14. CV Andi Offset : Yogyakarta.

Sukardi, David, dkk.2009. Manajemen Keuangan Based on Empirical Research. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Tangkilisan, Hessel Nogi S, Drs. Msi. 2003. Good Corporate Governance. Balairung Co : Yogyakarta.

Trihendradi,C.2009. Step by Step SPSS 16 Analisi Data Statistik. CV Andi Offset : Yogyakarta.

Wild, Jhon J, dkk. 2005. Financial Statement Analysis. Salemba Empat : Jakarta. Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho

Publishing : Gresik. Refrensi Bukan Buku www.idx.co.id

Gunna Harmayani diakses 14 Mei, melalui

http://mamrh.wordpress.com/2008/07/21/53/ diakses 12 Januari 2013

Dominggus A. Mampioper diakses 11 Agustus 2009 dan 11 Juli 2011 melalui


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth Firm Size, Debt To Equity Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Lq-45 Yang Terdaftar Di Bursa efek Indonesia Tahun 2010 -2012

2 105 101

Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 44 97

Studi Beda Capital Adequacy Ratio Bank Swasta Nasional dan Bank Asing di Bursa Efek Indonesia Studi Kasus Periode 2007-2010

0 30 103

Perbandingan Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Banking Ratio antara Bank Pemerintah dengan Bank Swasta yang Go Public pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 30 86

Pengaruh Risiko Usaha Bank Terhadap Return On Assets pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

0 24 102

Pengaruh Capital Adequecy Ratio dan Banking Ratio Terhadap Return On Asset pada Bank Pemerintah dan Bank Swasta yang Go Publik di BEJ.

0 24 93

Pengaruh Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (Car) Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2015

0 3 96

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis - Perbandingan Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Antara Bank Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Public Dan Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Perbandingan Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Antara Bank Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Public Dan Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 10

Perbandingan Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Antara Bank Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Public Dan Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 11