BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Perencanaan anggaran, Pengelolaan Kas dan Pelaporan terhadap kinerja SKPD ( Studi kasus Pemerintah Kota Pematang Siantar )

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Sejalan dengan semangat otonomi daerah yang didukung dengan UU No.25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, pemerintah daerah dituntut untuk dapat mewujudkan pemerintahan yang partisipatif, transparan, akuntabel dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam good

  governance . Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan suatu sistem pengelolaan

  keuangan daerah tepat, efisien, efektif, dan bertanggung jawab membutuhkan adanya transparansi dalam proses penyusunan anggaran dan akuntabilitas dalam pengelolaan sumber daya ekonomi yang ada dan mengedepankan proses penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis sesuai dengan kewajiban Pemerintah Pusat dan Daerah dalam mensinkronkan dokumen perencanaan dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP/D) kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagai dokumen perencanaan lima tahunan, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai rencana tahunan.

  Aspek mendasar yang harus diatur oleh pemerintah daerah dalam kaitannya dengan pemerintah pusat adalah pada bidang pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Dalam bidang keuangan, lebih dikenal Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD). Dalam kaitannya dengan dokumen perencanaan, RKPD merupakan materi utama sebagai dasar penyusunan APBD. APBD digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja (Mardiasmo, 2004).

  Perubahan penganggaran terjadi sejak tahun 2002 setelah dikenalkannya sistem anggaran kinerja (performance budgeting). Pendekatan kinerja tersebut mengutamakan partisipasi masyarakat, yang juga melibatkan stakeholder lain termasuk Pemerintah dan DPRD. Pentingnya keterikatan antar elemen pembangunan dalam membangun sistem yang sinergis dijelaskan berturut-turut dengan dikeluarkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah dan UU no 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Khusus pada UU no. 25 Tahun 2004 dijelaskan bahwa proses perencanaan diselenggarakan secara sinergis. Tahapan perencanaan disatukan dengan tahapan penganggaran hingga menghasilkan APBD.

  Michael (2000) menjelaskan untuk mengukur kinerja sebuah pemerintah lokal dalam perbandingannya dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan maka diperlukan akuntabel oleh pemerintah lokal. Pengukuran kinerja tentunya tidak sebatas pada masalah pemakaian anggaran, namun lebih dari itu. Pengukuran kinerja mencakup berbagai aspek sehingga dapat memberikan informasi yang efisien dan efektif dalam pencapaian kinerja tersebut. Sesuai dengan pendekatan kinerja yang digunakan dalam penyusunan anggaran, maka setiap alokasi biaya yang direncanakan harus dikaitkan dengan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai.

  Pentingnya peran Satuan Kerja Perangkat Daerah dapat dilihat dari keberhasilan mengelola keuangan daerah yang berasal dari pelaksanaan dan penatausahaan anggaran. Fungsi lainnya adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan nasional.

  Perwujudan tugas kepemerintahan tersebut terbagi dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang berperan untuk melindungi , melayani dan memberdayakan masyarakat sesuai dengan fungsinya masing-masing. semakin meningkat tekanan dari masyarakat agar pemerintah daerah meningkatkan kinerja dan akuntabilitas demi terwujudnya good government menyebabkan pemerintah daerah harus membenahi diri untuk merespon perubahan yang diinginkan oleh masyarakat sebagai stakeholder. Satuan kerja perangkat daerah diharapkan memiliki kinerja yang baik yaitu dengan memperbaiki kualitas pelayanan kepada masyarakat. Salah satu indikator kinerja pemerintah daerah adalah memiliki kemampuan pengelolaan keuangan publik yang baik.

  Kerangka Pengelolaan Keuangan Publik (PKP) dikembangkan oleh Bank Dunia dan Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia untuk menilai kapasitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Kerangka ini terbagi menjadi sembilan bidang strategis yang utama untuk pengelolaan keuangan publik yang efektif pada tingkat pemerintah daerah: (1) kerangka peraturan perundangan daerah; (2) perencanaan dan penganggaran; (3) pengelolaan kas; (4) pengadaan; (5) akuntasi dan pelaporan; (6) audit internal; (7) hutang dan investasi publik; (8) pengelolaan aset; dan (9) audit eksternal dan pengawasan (Peter Rooney et all,2007).

  Setiap bidang stragis terbagi atas satu hingga lima hasil, dan sebuah daftar indikator diberikan untuk setiap hasil. Hasil-hasil ini mencerminkan pencapaian yang diharapkan pada setiap bidang strategis dan indikator-indikator digunakan untuk menilai sejauh mana pemerintah daerah telah berhasil mencapai hasil-hasil ini.

  Walaupun kerangka ini menggunakan beberapa konsep dan perangkat dari PKP nasional dan internasional, kerangka PKP ini telah khusus dirancang untuk pemerintah daerah di Indonesia. Sehingga, walaupun standar minimum internasional telah ditetapkan, standar tersebut tidak dijadikan dasar dalam mengidentifikasi hasil- hasil yang ideal, atas pertimbangan bahwa standar-standar tersebut terlalu tinggi untuk membuat penilaian yang valid terhadap pemerintah daerah dalam konteks Indonesia. Salah satu indikator yang sangat mempengaruhi keberhasilan kinerja pemerintah daerah adalah perencanaan dan penganggaran yang efektif, pengelolaan kas yang transparan dan pelaporan yang memiliki akuntabilitas. Anggaran yang tertuang dalam konsep perencanaan anggaran pemerintah daerah.

  Perencanaan anggaran yang efektif merupakan inti dari pengelolaan keuangan yang efektif. Pemerintah daerah tidak akan dapat mengelola keuangannya secara efektif apabila sistem perencanaan anggaran yang dimiliki buruk. Tujuan strategisnya adalah untuk pembuatan anggaran daerah multi tahun yang seksama yang secara jelas terkait dengan renca na daerah dan mengenai “konsistensi antara proses perencanaan partisipatif bottom- up, pembangunan daerah, perencanaan sektoral dan APBD” merupakan sepertiga dari total nilai bidang strategis dalam menilai kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah. (Peter Rooney et all,2007).

  Anggaran menjadi sangat penting dan relevan di Pemerintah daerah, karena anggaran berdampak terhadap kinerja pemerintah yang dikaitkan dengan fungsi pemerintah dalam memberi pelayanan kepada masyarakat. Anggaran merupakan alat untuk mencegah informasi asimetri dan perilaku disfungsional dari pemerintah daerah (Yuhertiana, 2003) serta merupakan proses akuntabilitas public (Bastian, 2001). Disamping itu, anggaran memiliki efektivitas dan efisiensi hasil sebagai indikator keberhasilan kinerja managerial. Keberhasilan kinerja tersebut selalu didukung oleh adanya integritas pimpinan, etika yang tinggi, transparansi, kewajaran dan pertanggungjawaban yang tinggi dalam konsep corporate governance. Sistem penganggaran terdapat 2 karakteristik yaitu partisipasi dalam penyusunan anggaran dan kejelasan sasaran anggaran, Kenis (1979). Dalam penyusunan APBD, pemerintah daerah telah menerapkan partisipasi setiap satuan kerja dalam penyusunan anggaran. Masing-masing SKPD memuat Rencana Kerja Anggaran (RKA) yang biasa disebut RKA SKPD. Dalam RKA SKPD, masing-masing SKPD telah memuat indikator kinerja yang akan dicapai untuk setiap program dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

  Dalam RKA, telah memuat input, output dan outcome dari masing-masing program dan kegiatan, jadi dalam RKA telah memuat sasaran anggaran. Pada konteks pemerintah daerah, kejelasan sasaran anggaran berimplikasi pada aparat, untuk menyusun anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai instansi pemerintah. Aparat akan memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi masa depan secara tepat. Selanjutnya, hal ini akan menurunkan perbedaan antara anggaran yang disusun dengan estimasi terbaik bagi organisasi sehingga dapat meningkatkan kinerja SKPD yang baik dan diharapkan adanya motivasi dari pengguna anggaran pada lingkungan pemerintah daerah untuk dapat menghasilkan tingkat efektivitas, efesiensi dan ekonomis dalam pengelolaan keuangan daerah yang merupakan salah satu tujuan organisasi pemerintah yang telah ditetapkan bersama.

  Dalam perkembangan penilaian keuangan daerah, penempatan pengelolaan kas sebagai bidang strategis yang terpisah mencerminkan pentingnya menginstitusionalisasikan praktek-praktek penanganan kas yang tepat di pemerintah daerah. Hal ini dapat menjadi bidang strategis yang paling mudah untuk mendapatkan nilai baik, karena pengelolaan kas yang efektif dan tepat merupakan komponen dasar pengelolaan keuangan yang mantap. Namun dalam pelaksanaannya sering terjadi masalah dimana terdapat kekurangan peraturan dan pedoman mengenai hal ini,pemberitahuan tagihan tidak disampaikan kepada wajib pajak, sistem penerimaan tidak dirancang untuk mencegah penggelapan, seringkali pembayaran tidak diambil tepat pada waktunya, denda tidak dikenakan atas pembayaran yang terlambat dan sistem penagihan dan pengumpulan tidak terintegrasi. Peraturan daerah mengenai pengelolaan kas yang sejalan dengan peraturan nasional yang belum mengadakan pelatihan pegawai secara rutin dalam pengelolaan kas dan inspektorat daerah juga tidak melaksanakan evaluasi kepatuhan pengelolaan kas tahunan.

  Indikator lain yang penting dalam mendukung penilaian kinerja atas pengelolaan keuangan daerah berasal dari pelaporan. Bidang ini memerlukan prosedur yang tertata dengan baik dan pegawai yang terlatih untuk melakukan pencatatan data-data keuangan. Tujuan strategis adalah untuk membuat sebuah sistem akuntansi yang memastikan akuntansi yang cepat untuk semua transaksi keuangan dan membuat laporan keuangan eksternal dan internal yang terpercaya, berimbang dan tepat waktu. Bidang ini meliputi empat hasil: kapasitas sumber daya manusia dan institusi, sistem akuntansi dan pelaporan yang terintegrasi; pencatatan yang cepat dan akurat untuk semua transaksi keuangan pemerintah daerah; dan, laporan informasi pengelolaan keuangan yang terpercaya. Sebaiknya aset dinilai secara sesuai dan didokumentasikan, sistem pembukuan double-entry diterapkan dan pencatatan akuntansi dan catatan bank direkonsiliasi secara berkala. Masalah yang masih ada berkaitan dengan pelaporan adalah sistem akuntansi dan manajemen tidak terintegrasi dan transaksi keuangan dan neraca tidak dicatat secara tepat waktu dan akurat.

  Pemerintah Propinsi Sumatera Utara (Pempropsu) tampaknya sadar bahwa pengelolaan aset menjadi pemicu belum sempurnanya laporan keuangan, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lebih teliti dalam mengelola dan melaporkan aset di lingkungan masing-masing. Hasil penilaian laporan keuangan pemerintah daerah (pemda) di Sumut yang masih jauh dari harapan baik itu pertanggungjawaban pelaporan keuangan maupun ketepatan waktu. Salah satunya kota Pematangsiantar masih tidak baik pelaporan keuangannya dan pengelolaan asset, untuk meningkatkan disiplin dan pengelolaan laporan keuangan yang baik, kegiatan sosialisasi yang dilakukan patut didukung dan dimaksimalkan. Hasil audit BPK RI untuk anggaran tahun 2011 diberi opini wajar dengan pengecualian, opini yang diberikan BPK RI menjadi perhatian serius Pemko Pematangsiantar untuk perbaikan ke depan. Terutama pengendalian Intern dan sistem akuntansi pemerintahan agar dimasa yang akan datang laporan keuangan lebih baik. Masih rancunya sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundangan dalam pengelolaan keuangan daerah. Dimana masih terdapat tumpang tindih seperti yang terjadi pada Dinas kesehatan. Dana Jamkesmas telah digunakan oleh dinas secara langsung tanpa melalui penyetoran kekas daerah.

  Dari fenomena yang ada sehingga penulis berkeinginan untuk meneliti pengaruh perencanaan anggaran, pengelolaan kas dan pelaporan baik secara parsial maupun secara simultan terhadap kinerja kepala SKPD daerah Pemerintah Kota Pematang Siantar.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

  Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

  Apakah ada pengaruh perencanaan anggaran, pengelolaan kas dan pelaporan baik secara parsial maupun secara simultan terhadap kinerja SKPD daerah Pemerintah Kota Pematang Siantar?

  1.3. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk menganalisa pengaruh perencanaan anggaran, pengelolaan kas dan pelaporan baik secara parsial maupun secara simultan terhadap kinerja SKPD daerah

  Pemerintah Kota Pematang Siantar.

  1.4. Manfaat penelitian

  Ada beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu: a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam penganggaran sektor publik sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku serta meningkatkan kemampuan analisis tentang APBD.

  b. Bagi pemerintah daerah dalam hal ini SKPD yang terdapat pada Pemerintah Kota Pematang Siantar diharapkan sebagai sumbangan pikiran dalam peningkatan kinerja terkait bidang perencanaan anggaran, pengelolaan kas dan pelaporan.

  c. Bagi akademis diharapkan dapat memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya terutama pada bidang penelitian yang sama.

1.5. Originalitas Penelitian

  Penelitian tentang penganggaran dan kinerja sudah banyak dilakukan oleh penelitian lain. Penelitian ini merupakan replikasi dari peneliti yang dilakukan oleh Haykal, (2007). Haykal telah melakukan penelitian tentang Analisis Peran dan Fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam pengelolaan Keuangan Daerah serta pengaruhnya terhadap Kinerja SKPD (studi kasus pada Pemkab Aceh Timur), dengan variabel independen berupa Perencanaan Anggaran, Penyusunan anggaran, Pelaksanaan Anggaran dan Pelaporan Anggaran dan variabel dependennya Kinerja SKPD .

  Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Haykal, (2007) yakni pada variabel independen Pengelolaan Kas dan varibel dependennya tetap yakni kinerja SKPD. Penelitian ini dilakukan di Kota Pematang Siantar tahun 2011.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perencanaan anggaran, Pengelolaan Kas dan Pelaporan terhadap kinerja SKPD ( Studi kasus Pemerintah Kota Pematang Siantar )

5 104 102

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - BAB I PENDAHULUAN

0 3 16

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang - Pengaruh Mutasi Terhadap Semangat Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Pematang Siantar

1 10 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Reses dan Kebijakan Pemerintah ( Studi Analisis (Hasil Reses sebagai Rujukan dalam Pembuatan Kebijakan di Kota Gunungsitoli)

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengelolaan Hutan Oleh Masyarakat Kabupaten Samosir

0 14 22

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah - Peranan Aparatur Pemerintah Kota Pematang Siantar Dalam Pelayanan Pengurusan Kartu Tanda Penduduk Elektronik Studi Pada Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan ( Studi Pada (PDAM) Tirtanadi Cabang Medan Kota)

0 4 32

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Determinan Kinerja Petugas Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kota Pematang Siantar Tahun 2013

0 0 10

Pengaruh Perencanaan anggaran, Pengelolaan Kas dan Pelaporan terhadap kinerja SKPD ( Studi kasus Pemerintah Kota Pematang Siantar )

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping) - Pengaruh Perencanaan anggaran, Pengelolaan Kas dan Pelaporan terhadap kinerja SKPD ( Studi kasus Pemerintah Kota Pematang Siantar )

0 0 17