Pengaruh Perencanaan anggaran, Pengelolaan Kas dan Pelaporan terhadap kinerja SKPD ( Studi kasus Pemerintah Kota Pematang Siantar )
PENGARUH PERENCANAAN ANGGARAN, PENGELOLAAN
KAS DAN PELAPORAN, TERHADAP KINERJA KEPALA SKPD
(Studi kasus pada Pemerintah kota Pematang Siantar)
TESIS
Oleh
TIAS ASMARANI
097017002/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
(2)
PENGARUH PERENCANAAN ANGGARAN, PENGELOLAAN
KAS DAN PELAPORAN, TERHADAP KINERJA KEPALA SKPD
(Studi kasus pada Pemerintah kota Pematang Siantar)
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Dalam program Studi Ilmu Akuntansi
Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
TIAS ASMARANI
097017002/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
(3)
JUDUL TESIS : PENGARUH PERENCANAAN ANGGARAN, PENGELOLAAN KAS DAN PELAPORAN, TERHADAP KINERJA KEPALA SKPD
(Studi kasus pada Pemerintah kota Pematang Siantar)
NAMA MAHASISWA : TIAS ASMARANI
NOMOR POKOK : 097017074
PROGRAM STUDI : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Erlina, M.Si, Ph.D, AK) (Dra. Sri Mulyani, MBA, AK) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE)
(4)
Telah Diuji Pada
Tanggal : 12 Februari 2013
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Erlina, M.Si, Ph.D, AK Anggota : 1. Dra. Sri Mulyani, MBA, AK
(5)
PERNYATAAN
“PENGARUH PERENCANAAN ANGGARAN,PENGELOLAAN KAS DAN PELAPORAN,TERHADAP KINERJA KEPALA SKPD
(Studi kasus pada Pemerintah kota PematangSiantar)”
Dengan ini saya penulis menyatakan bahwa tesis ini di susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Apabila d kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dala bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Oktober 2013 Yang membuat pernyataan
(6)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa Perencanaan anggaran, Pengelolaan kas dan Pelaporan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Kinerja Kepala SKPD Pemerintah Pematang Siantar.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan data primer, yaitu kuesioner dengan menggunakan teknik judgment sampling. Sampel penelitian yaitu pejabat penguna anggaran daerah (PPAD) dan pejabat pembuat komitmen daerah (PPKD) yang terdiri dari 33 SKPD yaitu badan, dinas, kantor, camat di kota Pematang Siantar berjumlah 66 responden. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini dengan analisis regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik. Variabel dalam penelitian ini adalah Perencanaan anggaran, Pengelolaan kas dan Pelaporan sebagai variable independen dan Kinerja Kepala SKPD sebagai variable dependen.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa perencanaan anggaran, pelaporan dan pengelolaan kas secara simultan berpengaruh terhadap kinerja kepala SKPD. Sedangkan Pengelolaan kas tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja kepala SKPD.
Kata Kunci : Perencanaan anggaran, Pengelolaan kas, Pelaporan, Kinerja Kepala SKPD
(7)
ABSTRACT
The aim of the research was to know and to analyze the influence of Budget Proposal, Cash Management, and Reporting simultaneously and partially on the performance of heads of SKPD at Pematang Siantar Regional Administration.
The samples of the research were taken by using primary data; namely, questionnaires, using judgment sampling technique. The samples comprised 66 respondents. They were PPAD (official empowered to use regional budget) and PPKD (officials empowered to make regional commitment) which consisted of 33 SKPDs that comprised boards, Services, offices, and Subdistrict heads at Pematang Siantar. The types of test used in the research were multiple regression analysis with classic assumption test. The Cash Management and Reporting constituted independent variables and the performance of Heads of SKPD as dependent variable.
The result of the research showed that budget proposal, reporting, and cash management simultaneously influenced the performance of Heads of SKPD, while cash management partially did not influence the performance of Heads of SKPD.
Keywords: Budget Proposal, Cash Management, Reporting, Performance of Heads of SKPD
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul
“Pengaruh Perencanaan anggaran, Pengelolaan Kas dan Pelaporan terhadap
kinerja SKPD ( Studi kasus Pemerintah Kota Pematang Siantar )”.
Tesis ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan di Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Dalam kesempatan ini
penulis tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, (CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, SE, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua
Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara dan bertindak sebagai dosen pembanding yang telah banyak
memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.
4. Ibu Dra. Hj. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program
Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan
bertindak sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran
(9)
5. Ibu Prof.Dr.Erlina, SE, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan
penulisan untuk menyusun tesis ini.
6. Ibu Sri Mulyani SE, MBA, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan
penulisan untuk menyusun tesis ini.
7. Bapak Arifin Akhmad SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah
banyak memberi saran dan kritik untuk perbaikan tesis ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen dan seluruh pegawai Sekolah Pascasarjana Fakultas
Ekonomi USU-MEDAN
9. Bapak Walikota Pematang Siantar, Drs.Hulman Sitorus yang memberikan izin
penelitian beserta Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
banyak membantu dalam proses penelitian.
10.Bapak Dr.Dede Ruslan M.Si selaku pimpinan STIE IBMI yang telah
memberikan izin pendidikan dan beserta staff-staff STIE IBMI.
11.Papa yang tercinta, Drh. Asmadi dan mama, Drh.Setyowati yang telah
memberikan kasih sayang dan pendidikan serta selalu mendoakan sehingga
dapat menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pasca Sarjana. Terima-kasih juga
untuk Eyangku Alm.Gono Sastrowardoyo dan Almh.Siti Sundari,
Alm.H.Salim dan Hj.Asni yang turut mendidik penulis dimasa kecil.
12.Suami, Tiyo Muji Handika SH dan Anakku tersayang Aryo Muji
(10)
Pramitasari SE dan Tias Nugraha Putra yang selalu mendorong sehingga
dapat terselesaikan tesis ini.
13.Sahabat-sahabatku Bang Fauzi,bang Riva, Wan, Irza, Vina, Tengku Riska dan
teman-teman angkatan 17 atas dukungannya dan yang lainnya tidak bisa
penulis sebutkan namanya satu persatu.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Rabbal Alamin…
Medan, Oktober 2013
Penulis
(11)
RIWAYAT HIDUP A. Data Pribadi
Nama : Tias Asmarani
Tempat/ tanggal lahir : Medan, 1 Januari 1984 Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl.Perwira no.33 Medan
Jl.Kaliurang km.5.5/ Pandega Tamtama CT 1/G.16 Yogyakarta
Telp/ Hp : 081260500323
Pendidikan
1. Tamatan SD IKAL Medan tahun 1996
2. Tamatan SMP HARAPAN 2 Medan tahun 1999 3. Tamatan SMU HARAPAN 1 Medan tahun 2002 4. Tamatan STIE HARAPAN Medan tahun 2007
5. Tamatan Pendidikan Profesi Akuntansi Universitas Sumatera Utara tahun 2008
B. Pengalaman Kerja
1. Tahun 2009 - 2010 bekerja di Kantor Akuntan Publik Paul Hadiwinata, Hidajat, Ade fatma dan rekan sebagai auditor.
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8
1.3 Manfaat Penelitian ... 9
1.4 Originalitas Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 11
2.2 Landasan Teori ... 14
2.1.1 Perencanaan Anggaran ... 14
2.1.2 Pelaporan ... 20
2.1.3 Pengelolaan Kas ... 23
2.1.4 Kinerja Pemerintah Daerah ... 26
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 29
3.1 Kerangka Konsep ... 29
3.2 Hipotesis Penelitian ... 33
BAB IV METODE PENELITIAN ... 34
4.1 Jenis Penelitian ... 34
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
4.3 Populasi dan Sampel ... 34
4.4 Metode Pengumpulan Data ... 35
4.5 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 36
4.6 Metode dan Analisa Data ... 40
4.6.1 Metode Analisa Data ... 40
4.6.2 Teknik Analisa Data ... 40
4.6.2.1 Uji Kualitas Data ... 47
4.6.2.1.1 Uji Validitas ... 47
4.6.2.1.2 Uji Reliabilitas ... 47
4.6.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 42
(13)
4.6.2.2.2 Uji Multikolinieritas ... 42
4.6.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 43
4.6.3 Pengujian Hipotesis ... 43
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
5.1 Gambaran Umum Responden ... 46
5.1.1 Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin ... 46
5.1.2 Karakteristik berdasarkan lama bekerja ... 47
5.1.3 Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan ... 47
5.1.4 Karakteristik berdasarkan golongan ... 48
5.1.4 Karakteristik berdasarkan mengikuti kursus/diklat/bintek .... 48
5.2 Statistik Deskriptif Data Penelitian ... 49
5.3 Analisis Hasil Penelitian ... 50
5.3.1 Hasil Uji Kualitas Data ... 50
5.3.1.1 Uji Validitas ... 50
5.3.1.2 Uji Rebilitas ... 51
5.3.2 Pengujian Asumsi Klasik... 52
5.3.2.1 Hasil Uji Normalitas ... 53
5.3.2.1.1 Analisis Grafik ... 53
5.3.2.1.2 Uji Statistik ... 54
5.3.2.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 55
5.3.2.3 Pengujian Multikolineritas ... 56
5.3.3 Hasil Uji Hipotesis... 57
5.3.3.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 57
5.3.3.2 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 58
5.3.3.3 Hasil Uji Parsial (Uji T) ... 59
5.3.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Keterbatasan ... 66
C. Saran ... 67
(14)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Tinjauan atas penelitian terdahulu 13
4.1 Defenisi Operasional Variabel 38
5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 46 5.2 Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja 47 5.3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan 47
5.4 Karakteristik responden berdasarkan golongan 48
5.4 Karakteristik responden berdasarkan mengikuti kursus/diklat 48
5.6 Descriptive statistik 49
5.7 Uji validitas 50
5.8 Hasil Uji Reabilitas 52
5.9 One sample kolmogorov-smirnov test 54
5.10 Uji Multikolineritas 57
5.11 Uji Koefisien Determinasi 58
5.12 Hasil Pengujian Hipotesa Uji F 59
(15)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Rencana Kerja Anggaran 15
2.2 Perencanaan menyeluruh perusahaan 16
3.1 Kerangka konseptual 29
5.1 Histogram Uji Normalitas 53
(16)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa Perencanaan anggaran, Pengelolaan kas dan Pelaporan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Kinerja Kepala SKPD Pemerintah Pematang Siantar.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan data primer, yaitu kuesioner dengan menggunakan teknik judgment sampling. Sampel penelitian yaitu pejabat penguna anggaran daerah (PPAD) dan pejabat pembuat komitmen daerah (PPKD) yang terdiri dari 33 SKPD yaitu badan, dinas, kantor, camat di kota Pematang Siantar berjumlah 66 responden. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini dengan analisis regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik. Variabel dalam penelitian ini adalah Perencanaan anggaran, Pengelolaan kas dan Pelaporan sebagai variable independen dan Kinerja Kepala SKPD sebagai variable dependen.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa perencanaan anggaran, pelaporan dan pengelolaan kas secara simultan berpengaruh terhadap kinerja kepala SKPD. Sedangkan Pengelolaan kas tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja kepala SKPD.
Kata Kunci : Perencanaan anggaran, Pengelolaan kas, Pelaporan, Kinerja Kepala SKPD
(17)
ABSTRACT
The aim of the research was to know and to analyze the influence of Budget Proposal, Cash Management, and Reporting simultaneously and partially on the performance of heads of SKPD at Pematang Siantar Regional Administration.
The samples of the research were taken by using primary data; namely, questionnaires, using judgment sampling technique. The samples comprised 66 respondents. They were PPAD (official empowered to use regional budget) and PPKD (officials empowered to make regional commitment) which consisted of 33 SKPDs that comprised boards, Services, offices, and Subdistrict heads at Pematang Siantar. The types of test used in the research were multiple regression analysis with classic assumption test. The Cash Management and Reporting constituted independent variables and the performance of Heads of SKPD as dependent variable.
The result of the research showed that budget proposal, reporting, and cash management simultaneously influenced the performance of Heads of SKPD, while cash management partially did not influence the performance of Heads of SKPD.
Keywords: Budget Proposal, Cash Management, Reporting, Performance of Heads of SKPD
(18)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejalan dengan semangat otonomi daerah yang didukung dengan UU
No.25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, pemerintah daerah
dituntut untuk dapat mewujudkan pemerintahan yang partisipatif, transparan,
akuntabel dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam good
governance. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan suatu sistem pengelolaan
keuangan daerah tepat, efisien, efektif, dan bertanggung jawab membutuhkan adanya
transparansi dalam proses penyusunan anggaran dan akuntabilitas dalam pengelolaan
sumber daya ekonomi yang ada dan mengedepankan proses penyelenggaraan
pemerintahan yang demokratis sesuai dengan kewajiban Pemerintah Pusat dan
Daerah dalam mensinkronkan dokumen perencanaan dalam bentuk Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP/D) kedalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagai dokumen perencanaan lima tahunan, dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai rencana tahunan.
Aspek mendasar yang harus diatur oleh pemerintah daerah dalam kaitannya
dengan pemerintah pusat adalah pada bidang pengelolaan keuangan daerah dan
anggaran daerah. Dalam bidang keuangan, lebih dikenal Anggaran Penerimaan dan
(19)
merupakan materi utama sebagai dasar penyusunan APBD. APBD digunakan sebagai
alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu
pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di
masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk
evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua
aktivitas dari berbagai unit kerja (Mardiasmo, 2004).
Perubahan penganggaran terjadi sejak tahun 2002 setelah dikenalkannya
sistem anggaran kinerja (performance budgeting). Pendekatan kinerja tersebut
mengutamakan partisipasi masyarakat, yang juga melibatkan stakeholder lain
termasuk Pemerintah dan DPRD. Pentingnya keterikatan antar elemen pembangunan
dalam membangun sistem yang sinergis dijelaskan berturut-turut dengan
dikeluarkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintah Daerah dan UU no 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Khusus pada UU no. 25 Tahun 2004
dijelaskan bahwa proses perencanaan diselenggarakan secara sinergis. Tahapan
perencanaan disatukan dengan tahapan penganggaran hingga menghasilkan APBD.
Michael (2000) menjelaskan untuk mengukur kinerja sebuah pemerintah lokal
dalam perbandingannya dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan maka diperlukan
akuntabel oleh pemerintah lokal. Pengukuran kinerja tentunya tidak sebatas pada
masalah pemakaian anggaran, namun lebih dari itu. Pengukuran kinerja mencakup
berbagai aspek sehingga dapat memberikan informasi yang efisien dan efektif dalam
(20)
penyusunan anggaran, maka setiap alokasi biaya yang direncanakan harus dikaitkan
dengan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai.
Pentingnya peran Satuan Kerja Perangkat Daerah dapat dilihat dari
keberhasilan mengelola keuangan daerah yang berasal dari pelaksanaan dan
penatausahaan anggaran. Fungsi lainnya adalah perwujudan tugas kepemerintahan di
bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan nasional.
Perwujudan tugas kepemerintahan tersebut terbagi dalam Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang berperan untuk
melindungi , melayani dan memberdayakan masyarakat sesuai dengan fungsinya
masing-masing. semakin meningkat tekanan dari masyarakat agar pemerintah daerah
meningkatkan kinerja dan akuntabilitas demi terwujudnya good government
menyebabkan pemerintah daerah harus membenahi diri untuk merespon perubahan
yang diinginkan oleh masyarakat sebagai stakeholder. Satuan kerja perangkat daerah
diharapkan memiliki kinerja yang baik yaitu dengan memperbaiki kualitas pelayanan
kepada masyarakat. Salah satu indikator kinerja pemerintah daerah adalah memiliki
kemampuan pengelolaan keuangan publik yang baik.
Kerangka Pengelolaan Keuangan Publik (PKP) dikembangkan oleh Bank
Dunia dan Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia untuk menilai kapasitas
pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Kerangka ini terbagi menjadi sembilan
bidang strategis yang utama untuk pengelolaan keuangan publik yang efektif pada
tingkat pemerintah daerah: (1) kerangka peraturan perundangan daerah; (2)
(21)
pelaporan; (6) audit internal; (7) hutang dan investasi publik; (8) pengelolaan aset;
dan (9) audit eksternal dan pengawasan (Peter Rooney et all,2007).
Setiap bidang stragis terbagi atas satu hingga lima hasil, dan sebuah daftar
indikator diberikan untuk setiap hasil. Hasil-hasil ini mencerminkan pencapaian yang
diharapkan pada setiap bidang strategis dan indikator-indikator digunakan untuk
menilai sejauh mana pemerintah daerah telah berhasil mencapai hasil-hasil ini.
Walaupun kerangka ini menggunakan beberapa konsep dan perangkat dari PKP
nasional dan internasional, kerangka PKP ini telah khusus dirancang untuk
pemerintah daerah di Indonesia. Sehingga, walaupun standar minimum internasional
telah ditetapkan, standar tersebut tidak dijadikan dasar dalam mengidentifikasi
hasil-hasil yang ideal, atas pertimbangan bahwa standar-standar tersebut terlalu tinggi
untuk membuat penilaian yang valid terhadap pemerintah daerah dalam konteks
Indonesia. Salah satu indikator yang sangat mempengaruhi keberhasilan kinerja
pemerintah daerah adalah perencanaan dan penganggaran yang efektif, pengelolaan
kas yang transparan dan pelaporan yang memiliki akuntabilitas. Anggaran yang
tertuang dalam konsep perencanaan anggaran pemerintah daerah.
Perencanaan anggaran yang efektif merupakan inti dari pengelolaan keuangan
yang efektif. Pemerintah daerah tidak akan dapat mengelola keuangannya secara
efektif apabila sistem perencanaan anggaran yang dimiliki buruk. Tujuan strategisnya
adalah untuk pembuatan anggaran daerah multi tahun yang seksama yang secara jelas
(22)
partisipatif bottom-up, pembangunan daerah, perencanaan sektoral dan APBD” merupakan sepertiga dari total nilai bidang strategis dalam menilai kinerja pemerintah
daerah dalam pengelolaan keuangan daerah. (Peter Rooney et all,2007).
Anggaran menjadi sangat penting dan relevan di Pemerintah daerah, karena
anggaran berdampak terhadap kinerja pemerintah yang dikaitkan dengan fungsi
pemerintah dalam memberi pelayanan kepada masyarakat. Anggaran merupakan alat
untuk mencegah informasi asimetri dan perilaku disfungsional dari pemerintah daerah
(Yuhertiana, 2003) serta merupakan proses akuntabilitas public (Bastian, 2001).
Disamping itu, anggaran memiliki efektivitas dan efisiensi hasil sebagai indikator
keberhasilan kinerja managerial. Keberhasilan kinerja tersebut selalu didukung oleh
adanya integritas pimpinan, etika yang tinggi, transparansi, kewajaran dan
pertanggungjawaban yang tinggi dalam konsep corporate governance. Sistem
penganggaran terdapat 2 karakteristik yaitu partisipasi dalam penyusunan anggaran
dan kejelasan sasaran anggaran, Kenis (1979). Dalam penyusunan APBD, pemerintah
daerah telah menerapkan partisipasi setiap satuan kerja dalam penyusunan anggaran.
Masing-masing SKPD memuat Rencana Kerja Anggaran (RKA) yang biasa disebut
RKA SKPD. Dalam RKA SKPD, masing-masing SKPD telah memuat indikator
kinerja yang akan dicapai untuk setiap program dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Dalam RKA, telah memuat input, output dan outcome dari masing-masing program
dan kegiatan, jadi dalam RKA telah memuat sasaran anggaran. Pada konteks
(23)
menyusun anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai instansi pemerintah.
Aparat akan memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi masa depan secara
tepat. Selanjutnya, hal ini akan menurunkan perbedaan antara anggaran yang disusun
dengan estimasi terbaik bagi organisasi sehingga dapat meningkatkan kinerja SKPD
yang baik dan diharapkan adanya motivasi dari pengguna anggaran pada lingkungan
pemerintah daerah untuk dapat menghasilkan tingkat efektivitas, efesiensi dan
ekonomis dalam pengelolaan keuangan daerah yang merupakan salah satu tujuan
organisasi pemerintah yang telah ditetapkan bersama.
Dalam perkembangan penilaian keuangan daerah, penempatan pengelolaan
kas sebagai bidang strategis yang terpisah mencerminkan pentingnya
menginstitusionalisasikan praktek-praktek penanganan kas yang tepat di pemerintah
daerah. Hal ini dapat menjadi bidang strategis yang paling mudah untuk mendapatkan
nilai baik, karena pengelolaan kas yang efektif dan tepat merupakan komponen dasar
pengelolaan keuangan yang mantap. Namun dalam pelaksanaannya sering terjadi
masalah dimana terdapat kekurangan peraturan dan pedoman mengenai hal
ini,pemberitahuan tagihan tidak disampaikan kepada wajib pajak, sistem penerimaan
tidak dirancang untuk mencegah penggelapan, seringkali pembayaran tidak diambil
tepat pada waktunya, denda tidak dikenakan atas pembayaran yang terlambat dan
sistem penagihan dan pengumpulan tidak terintegrasi. Peraturan daerah mengenai
(24)
pelatihan pegawai secara rutin dalam pengelolaan kas dan inspektorat daerah juga
tidak melaksanakan evaluasi kepatuhan pengelolaan kas tahunan.
Indikator lain yang penting dalam mendukung penilaian kinerja atas
pengelolaan keuangan daerah berasal dari pelaporan. Bidang ini memerlukan
prosedur yang tertata dengan baik dan pegawai yang terlatih untuk melakukan
pencatatan data-data keuangan. Tujuan strategis adalah untuk membuat sebuah sistem
akuntansi yang memastikan akuntansi yang cepat untuk semua transaksi keuangan
dan membuat laporan keuangan eksternal dan internal yang terpercaya, berimbang
dan tepat waktu. Bidang ini meliputi empat hasil: kapasitas sumber daya manusia dan
institusi, sistem akuntansi dan pelaporan yang terintegrasi; pencatatan yang cepat dan
akurat untuk semua transaksi keuangan pemerintah daerah; dan, laporan informasi
pengelolaan keuangan yang terpercaya. Sebaiknya aset dinilai secara sesuai dan
didokumentasikan, sistem pembukuan double-entry diterapkan dan pencatatan
akuntansi dan catatan bank direkonsiliasi secara berkala. Masalah yang masih ada
berkaitan dengan pelaporan adalah sistem akuntansi dan manajemen tidak terintegrasi
dan transaksi keuangan dan neraca tidak dicatat secara tepat waktu dan akurat.
Pemerintah Propinsi Sumatera Utara (Pempropsu) tampaknya sadar bahwa
pengelolaan aset menjadi pemicu belum sempurnanya laporan keuangan, Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lebih teliti dalam mengelola dan melaporkan aset di
lingkungan masing-masing. Hasil penilaian laporan keuangan pemerintah daerah
(pemda) di Sumut yang masih jauh dari harapan baik itu pertanggungjawaban
(25)
masih tidak baik pelaporan keuangannya dan pengelolaan asset, untuk
meningkatkan disiplin dan pengelolaan laporan keuangan yang baik, kegiatan
sosialisasi yang dilakukan patut didukung dan dimaksimalkan.Hasil audit BPK RI
untuk anggaran tahun 2011 diberi opini wajar dengan pengecualian, opini yang
diberikan BPK RI menjadi perhatian serius Pemko Pematangsiantar untuk perbaikan
ke depan. Terutama pengendalian Intern dan sistem akuntansi pemerintahan agar
dimasa yang akan datang laporan keuangan lebih baik. Masih rancunya sistem
pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundangan dalam
pengelolaan keuangan daerah. Dimana masih terdapat tumpang tindih seperti yang
terjadi pada Dinas kesehatan. Dana Jamkesmas telah digunakan oleh dinas secara
langsung tanpa melalui penyetoran kekas daerah.
Dari fenomena yang ada sehingga penulis berkeinginan untuk meneliti
pengaruh perencanaan anggaran, pengelolaan kas dan pelaporan baik secara parsial
maupun secara simultan terhadap kinerja kepala SKPD daerah Pemerintah Kota
Pematang Siantar.
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan permasalahan sebagai
(26)
Apakah ada pengaruh perencanaan anggaran, pengelolaan kas dan pelaporan
baik secara parsial maupun secara simultan terhadap kinerja SKPD daerah
Pemerintah Kota Pematang Siantar?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk menganalisa pengaruh perencanaan anggaran, pengelolaan kas dan
pelaporan baik secara parsial maupun secara simultan terhadap kinerja SKPD daerah
Pemerintah Kota Pematang Siantar.
1.4. Manfaat penelitian
Ada beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini,
yaitu:
a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam penganggaran
sektor publik sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku serta
meningkatkan kemampuan analisis tentang APBD.
b. Bagi pemerintah daerah dalam hal ini SKPD yang terdapat pada Pemerintah Kota Pematang Siantar diharapkan sebagai sumbangan pikiran dalam peningkatan kinerja terkait bidang perencanaan anggaran, pengelolaan kas dan pelaporan. c. Bagi akademis diharapkan dapat memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya
(27)
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian tentang penganggaran dan kinerja sudah banyak dilakukan oleh
penelitian lain. Penelitian ini merupakan replikasi dari peneliti yang dilakukan oleh
Haykal, (2007). Haykal telah melakukan penelitian tentang Analisis Peran dan Fungsi
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam pengelolaan Keuangan Daerah serta
pengaruhnya terhadap Kinerja SKPD (studi kasus pada Pemkab Aceh Timur), dengan
variabel independen berupa Perencanaan Anggaran, Penyusunan anggaran,
Pelaksanaan Anggaran dan Pelaporan Anggaran dan variabel dependennya Kinerja
SKPD .
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Haykal,
(2007) yakni pada variabel independen Pengelolaan Kas dan varibel dependennya
tetap yakni kinerja SKPD. Penelitian ini dilakukan di Kota Pematang Siantar tahun
(28)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)
Mahfatik ( 1997) telah melakukan penelitian tentang Pengukuran Kinerja
Pemda, Studi Kasus pada Kabupaten Sleman. Variabel yang digunakan yaitu
Pengeluaran Pemerintah dan Kinerja SKPD Pengeluaran pemerintah pada setiap
kategori infrastuktur cenderung lebih besar dari kebutuhannya dan kinerja yang
dihasilkan oleh pengeluaran Pemerintah Kabupaten Sleman untuk infrastruktur masih
memberikan kelemahan dan ancaman pada tugas pokok dan fungsi unit kerja yang
menangani.
Haykal (2007) melakukan penelitian di Pemkab Aceh Timur yang berjudul Analisis peran dan fungsi SKPD dalam Pengelolaan keuangan daerah serta
pengaruhnya terhadap kinerja SKPD. Dalam penelitian ini yang menghasilkan bahwasanya pengujian secara simultan perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja SKPD pada Pemkab Aceh timur, sedangkan pengujian secara parsial dapat diketahui hanya variabel penyusunan anggaran yang secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja SKPD.
Bangun (2009) melakukan penelitian tentang partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, dan struktur desentralisasi terhadap kinerja kepala perangkat daerah dengan pengawasan internal sebagai variabel
pemoderasi (studi kasus pada pemerintah Kabupaten Deli Serdang). kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan internal tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja managerial SKPD .
Syahrida (2009) telah melakukan penelitian tentang bagaimana pemahaman sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah dijajaran pemerintah daerah yang dikaitkan dengan kinerja SKPD pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini mengambil kesimpulan bahwasanya adanya pengaruh secara simultan pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD dan
(29)
Adanya pengaruh secara parsial pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD.
Warisno ( 2009 ) Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja SKPD di
lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi. Kualitas SDM, Komunikasi, Sarana
pendukung dan Komitmen Organisasi secara simultan mempengaruhi Kinerja SKPD
sedangkan secara parsial hanya kualitas SDM dan Komunikasi saja yang berpengaruh
terhadap kinerja SKPD.
Tinjauan peneliti terdahulu berupa tahun penelitian, nama penelitian, variabel penelitian dan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Tinjauan atas Penelitian Terdahulu No Nama
peneliti / Tahun Topik Penelitian Variabel yang Digunakan Hasil Penelitian 1 1 Mahfatik ( 1997)
Pengukuran Kinerja Pemda, Studi Kasus pada Kabupaten Sleman.
Pengeluaran Pemerintah dan Kinerja SKPD
Pengeluaran pemerintah pada setiap kategori infrastuktur cenderung lebih besar dari kebutuhannya dan kinerja yang dihasilkan oleh pengeluaran Pemerintah Kabupaten Sleman untuk infrastruktur masih memberikan kelemahan dan ancaman pada tugas pokok dan fungsi unit kerja yang menangani.
2 2
Haykal, (2007)
Analisis peran dan fungsi SKPD dalam Pengelolaan keuangan daerah serta pengeruhnya terhadap kinerja SKPD (studi kasus pada Pemkab Aceh Timur)
Dependen variabel : Kinerja SKPD
Independen variabel: Perencanaan anggaran,
penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran, dan pelaporan anggaran
Dalam pengujian secaara simultan perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja SKPD pada Pemkab Aceh timur, sedangkan parsial dapat diketahui hanya variabel penyusunan anggaran yang secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Varabel perencanaan anggaran dan pelaporan anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD.
6 3
Bangun (2009)
Pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, dan struktur desentralisasi terhadap kinerja kepala perangkat daerah dengan pengawasan internal sebagai variabel pemoderasi (studi kasus pada pemerintah Kabupaten Deli Serdang)
Dependen variabel : Kinerja SKPD
Independen variabel: partisipasi dalam
penyusunan anggaran, kejelasan sasaran
Hasil penelitian menujukkan bahwa pengawasan internal tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja managerial SKPD
(30)
anggaran, dan struktur desentralisasi
Moderator variabel : pengawasan internal 7
4 Syahrida, (2009)
Pengaruh pemahaman sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap kinerja SKPD pada pemerintahan Provinsi Sumatera Utara
Variabel Dependen: Kinerja SKPD
Variabel Independen: Pemahaman Sistem Akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah
1. Adanya pengaruh secara simultan pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD.
2. Adanya pengaruh secara parsial pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD
5
5. Warisno ( 2009 )
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi
Kualitas SDM, Komunikasi, Sarana pendukung, komitmen Organisasi dan Kinerja SKPD
Kualitas SDM, Komunikasi, Sarana pendukung dan Komitmen Organisasi secara simultan mempengaruhi Kinerja SKPD sedangkan secara parsial hanya kualitas SDM dan Komunikasi saja yang berpengaruh terhadap kinerja SKPD.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Perencanaan Anggaran
Perencanaan adalah proses memutuskan program-program utama yang akan
dilakukan suatu organisasi dalam rangka implementasi strategi dan menaksir jumlah
sumber daya yang akan dialokasikan untuk tiap-tiap program jangka panjang
beberapa tahun yang akan datang. Perencanaan dibutuhkan dalam kegiatan organisasi
atau pusat pertanggungjawaban dalam jangka pendek. Penentuan tujuan merupakan
langkah pertama dalam perencanaan. Tahap berikutnya adalah penentuan strategi
pokok yang akan digunakan untuk mencapai tujuan kemudian diikuti oleh
(31)
anggaran untuk setiap pusat pertanggungjawaban. Anggaran berfungsi sebagai alat
perencanaan untuk menjalankan kegiatan perusahaan.
Menurut Supriyono (2000), hal-hal yang harus dilakukan dalam perencanaan
anggaran adalah :
a. Perencanaan dan anggaran didasarkan pada estimasi atau proyeksi yang
ketepatannya tergantung kepada kemampuan mengestimasi. Ketidaktepatan
estimasi akan mengakibatkan manfaat perencanaan tidak dapat dicapai.
b. Perencanaan dan anggaran didasarkan pada kondisi dan asumsi tertentu. Jika
kondisi dan asumsi yang mendasari berubah maka perencanaan dan anggaran
harus dikoreksi.
c. Perencanaan dan anggaran tidak dapat dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajemen dan “pertimbangan” manajemen.
Penganggaran sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan. Proses penganggaran akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga pengawas khusus (oversight body) yang bertugas mengontrol proses
perencanaan dan pengendalian anggaran. Proses Rencana Kerja Anggaran
Gambar 2.1.Rencana Kerja Anggaran
Renja RKA Pembahasan RKA Penelaahan RKA(DJA)
Himpunan RKA (Pertengahan agustus)
DPR UU APBN
(akhir okt)
Rincian APBN (akhir nov) SEB Pagu Indikatif (maret) SE MK Pagu Sementara (Juni)
(32)
Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan tahapan yang cukup
rumit dan mengandung aspek yang bersifat politis sehingga proses penganggaran
dalam organisasi sektor publik dapat dikategorikan sebagai proses politik bukan
hanya proses ekonomi. Hal ini sangat berbeda dengan penganggaran pada perusahaan
swasta yang relatif kecil bahkan mungkin tidak mengandung aspek politis. Pada
sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup
untuk publik, namun sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus
diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan .
Anggaran sektor publik mearupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana
publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik
(Mardiasmo, 2004).
Dijelaskan oleh Mulyadi (2003) bahwa langkah-langkah proses perencanaan
dalam perusahaan secara menyeluruh dilaksanakan melalui empat tahap: (1)
penetapan filosofi dan misi, (2) penetapan tujuan dan strategi, (3) penyusunan
program, dan (4) penyusunan anggaran.
Pada saat perusahaan akan memulai operasinya terlebih dahulu ditetapkan
filosofi dan misi perusahaan tersebut. Misi yang telah dirumuskan kemudian
diuraikan menjadi tujuan perusahaan dan dibentuk pula strategi dalam mencapai
(33)
Gambar 2.2: Perencanaan Menyeluruh Perusahaan (Total Business Planning) Sumber: Mulyadi, (2003)
Penjelasan istilah:
a. Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar (basic beliefs) yang menjadi
parameter bagi perusahaan dan karyawannya. Filosofi mencakup apa yang
sebaiknya dilakukan dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan.
b. Misi merupakan fokus utama bisnis perusahaan yang memberikan jawaban atas pertanyaan: “Dalam bisnis apa perusahaan menempatkan diri?”.
c. Tujuan adalah akhir suatu kegiatan atau hasil yang ingin dicapai, yang menjawab pertanyaan: “Kemana perusahaan akan berjalan?”.
d. Strategi adalah metode atau rangkaian kegiatan untuk menghadapi persaingan. Strategi memberikan jawaban atas pertanyaan: “Perusahaan perusahaan mana yang ada dalam bisnis sejenis, dan bagaimana berhubungan dengan mereka?”.
(34)
e. Program merupakan kegiatan pokok yang akan dilakukan perusahaan untuk
menerapkan strategi yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategik.
Dalam perusahaan, tiap-tiap produk atau lini produk (product line) merupakan
suatu program, namun disamping program tersebut, perusahaan dapat memiliki
berbagai program lain seperti program pendidikan dan latihan karyawan, program
penetrasi pasar, program penemuan produk baru dan sebagainya.
Dari gambar 2.2 terlihat bahwa penyusunan anggaran merupakan tahap akhir
dari proses perencanaan menyeluruh perusahaan. Dalam hal ini anggaran berfungsi
sebagai alat perencanaan jangka pendek dan merupakan kesanggupan manajer pusat
pertanggungjawaban untuk melaksanakan program atau bagian program dalam
jangka pendek.
Anggaran merupakan rencana yang diungkapkan secara kuantitatif, biasanya
dalam unit moneter (Halim et al., 2004). Sementara Mardiasmo (2004) memberikan
definisi mengenai angagaran, bahwa anggaran merupakan pernyataan mengenai
estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan
dalam ukuran finansial.
Standar Analisis Belanja untuk perencanaan anggaran adalah konsep yang
harus diterjemahkan dan disinkronkan dengan keadaan masing masing daerah untuk
mencapai hasil yang efektif. Keadaan daerah satu dengan yang lain (sangat) berbeda,
baik ketersediaan sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun kondisi
wilayahnya. Dalam penerapannya, konsep tersebut di atas, baik yang telah
(35)
anggaran. Menurut Peter Rooney et all (2007) indikator perencanaan anggaran
adalah:
1. Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up yang
partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral dan APBD
2. Anggaran memihak kelompok-miskin
3. Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam proses
perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
4. Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
5. Target anggaran layak dan berdasarkan proses Penyusunan anggaran yang
realistis.
6. Pengendalian Pengeluaran digunakan Untuk Memastikan Kinerja Anggaran
7. Koordinasi dengan PPKD
Anggaran merupakan rencana kerja jangka pendek yang dinyatakan secara
kuantitatif dan diukur dalam satuan moneter yang penyusunannya sesuai dengan
rencana kerja jangka panjang yang telah ditetapkan sebelumnya. Anggaran
mempunyai dua peran penting di dalam sebuah organisasi. Di satu sisi anggaran
berperan sebagai alat untuk perencanaan (planning) dan di satu sisi anggaran
berperan sebagai alat untuk pengendalian (control) jangka pendek bagi suatu
organisasi. Sebagai sebuah rencana tindakan, anggaran dapat digunakan sebagai alat
untuk mengendalikan kegiatan organisasi atau unit organisasi dengan cara
membandingkan antara hasil sesungguhnya yang dicapai dengan rencana yang telah
(36)
Budget (Anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter
dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. M. Nafarin (2004) : “Anggaran (budget) adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program-program yang telah disahkan”. Mulyadi (2001) : “Anggaran adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam
satuan moneter dan satuan ukuran waktu yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun”.
2.1.2 Pengelolaan Kas
Penempatan pengelolaan kas sebagai bidang strategis yang terpisah
mencerminkan pentingnya menginstitusionalisasikan praktek-praktek penanganan kas
yang tepat di pemerintah daerah. Hal ini dapat menjadi bidang strategis yang paling
mudah untuk mendapatkan nilai baik, karena pengelolaan kas yang efektif dan tepat
merupakan komponen dasar pengelolaan keuangan yang mantap. Kas merupakan
bentuk aktiva yang paling likuid yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi
kewajiban financial perusahaan. Masalah utama bagi pengelolaan kas adalah
menyediakan kas yang memadai, tidak terlalu banyak yang dapat mengurangi
keuntungan dan tidak terlalu sedikit yang dapat mengganggu likuditasnya.
Laporan arus kas merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang
harus dibuat oleh perusahaan. Laporan arus kas dibuat untuk memenuhi tujuan – tujuan berikut ini : (Secokusumo et all, 1998)
(37)
1. Untuk memperkirakan arus kas masa mendatang Sumber dan penggunaan kas
perusahaan tidaklah berubah secara dramatis dari tahun ke tahun, oleh karena itu
penerimaan dan pengeluaran kas dapat diterima sebagai alat yang baik untuk
memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas di masa yang akan datang.
2. Untuk mengevaluasi keputusan manajemen. Laporan arus kas akan melaporkan
kegiatan investasi perusahaan, sehingga memberikan informasi arus kas kepada
investor dan kreditur untuk mengevaluasi keputusan manajer.
3. Untuk menentukan kemampuan perusahaan membayar deviden kepada pemegang
saham, pembayaran bunga dan pokok pinjaman kepada kreditur. Pemegang saham
tertarik pada penerimaan deviden dari investasinya dalam saham perusahaan.
4. Untuk menunjukkan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas perusahaan.
Biasanya kas dan laba bersih bergerak bersama. Tingginya tingkat laba cenderung
menyebabkan peningkatan kas dan sebaliknya. Akan tetapi nilai sisa kas bisa
menurun ketika laba bersih tinggi dan kas bisa meningkat ketika laba bersih
rendah. Adanya kemungkinan bangkrutnya suatu perusahaan yang mempunyai
laba bersih yang cukup tinggi tetapi arus kas yang rendah, menyebabkan
diperlukannya informasi arus kas bagi investor.
Indikator pengelolaan kas menurut Peter Rooney et all (2007) adalah :
1. Adanya kapasitas SDM dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi akuntansi
dan keuangan
(38)
3. Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara akurat dan
tepat waktu
4. Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat diandalkan.
Pengelolaan kas daerah didasarkan atas efektivitas dan efisiensi penanganan
dana-dana yang berasal dari penerimaan daerah dan dari pemerintah pusat.
Penerimaan daerah berasal Pendapatan Asli Daerah dan penerimaan dari pusat
berasal dari Dana Perimbangan yaitu Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan
Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Respon tiap-tiap pemerintah daerah terhadap
pengelolaan keuangan atau kas daerah dan dana transfer yang diberikan oleh
pemerintah pusat berbeda-beda. Tidak semua daerah memiliki kesiapan dalam
menerima dana transfer tersebut. Dampaknya adalah terjadi perilaku yang tidak
simetris sebagai respon terhadap dana transfer yang diberikan. Wulan, (2008)
menguraikan bahwa ketika pemerintah pusat memberikan bantuan transfer kepada
pemerintah daerah sebagai upaya untuk meningkatkan belanja daerah, terdapat
indikasi respon yang asimetris terhadap bantuan tersebut. Wulan (2008) menunjukkan
bahwa transfer pemerintah pusat berpengaruh terhadap besarnya pengeluaran yang
dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten atau kota. Pada saat pemerintah daerah
menerima transfer dari pemerintah pusat dana itu digunakan tanpa adanya upaya
untuk meningkatkan PAD tiap-tiap daerah.
Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas
(39)
mempunyai fungsi perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai
bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan umum
negara/daerah.Menurut Undang-Undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara,Bendaharawan Umum Negara (BUN) Indonesia dipegang oleh Menteri
Keuangan. Sedangkan Kuasa Bendaharawan Umum Negara (Kuasa BUN) dipegang
oleh DirektoratPengelolaan Kas Negara (Dir PKN) Dirjen Perbendaharaan. Maka unit
organisasi yangmempunyai fungsi perbendaharaan adalah Departemen Keuangan c.q.
Dirjen Perbendaharaan. Jadi entitas pelaporan untuk Laporan Arus Kas Pemerintah
Pusat adalah:
1. KPPN yangmenghasilkan LAK - KPPN
2. Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang menghasilkan LAK - Kanwil
3. Direktorat PKN yang menghasilkan LAK - BUN
4. Ditjen Perbendaharaan c.q. DIA yang menghasilkan LAK- PP.
Lebih lanjut Priyo (2008) menjelaskan bahwa saat masyarakat (pemerintah
daerah) menerima transfer maka akan terjadi kenaikan penerimaan pajak daerah dan
peningkatan konsumsi barang publik. Hal ini menunjukkan bahwa transfer
meningkatkan konsumsi akan barang publik namun tidak menjadi substitut pajak
daerah. Kondisi inilah yang dalam berbagai literatur disebut dengan flypaper effect.
Dewi (2006) menyebutkan flypaper effect merupakan suatu keganjilan dimana
kecenderungan dari dana bantuan (transfer) akan meningkatkan belanja publik yang
lebih besar dibandingkan dengan pertambahan pendapatan yang diperoleh dari
(40)
pemerintah pusat digunakan sepenuhnya untuk membiayai kegiatan belanja
pemerintah daerah tanpa diimbangi dengan peningkatan PAD.
2.1.3. Pelaporan
Menurut Halim, 2004 dalam buku yang berjudul Akutansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah, menjelaskan bawa: “Laporan Keuangan adalah Informsi keuangan yang disusun oleh suatu entitas bagi kepentingan pihak
internal maupun eksternal dari entitas tersebut.” Sedangkan menurut Ismaya,2005 dalam buku yang berjudul Kamus Akuntansi, menjelaskan bahwa: “Pelaporan keuangan adalah suatu laporan yang disertai segala implementasinya dengan
melalui penyiapan neraca dan ikhtisar laba rugi.”
Berdasarkan definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pelaporan keuangan adalah Informsi keuangan yang disusun oleh suatu entitas
bagi kepentingan pihak enternal maupun eksternal dari entitas tersebut segala
implementasinya.
Menurut American Accounting Association, tujuan akuntansi untuk setiap
bentuk organisasi adalah untuk menyediakan informasi bagi:1. Pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya yang terbatas,termasuk
pengidentifikasian terhadap berbagai keputusan penting dan penentuan sasaranserta
tujuan organisasi.2. Pengarahan dan pengendalian sumber daya manusia dan bahan
baku secara efektif.3. Pengurusan dan pelaporan penyirnpanan berbagai sumber
(41)
memenuhi kebutuhan serta permintaan seluruh masyarakat untuk tujuan pengendalian
social fungsi-fungsi mereka.
Laporan keuangan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan. Laporan keuangan juga menunjukkan apa
yang telah dilakukan manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber
daya yang dipercayakan kepadanya.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 Tentang Pedoman
Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan. Badan Layanan Umum menyatakan bahwa
sistem Akuntansi Keuangan adalah sistem akuntansi yang menghasilkan laporan
keuangan pokok untuk tujuan umum (general purpose). Tujuan laporan keuangan
adalah:
a. Akuntabilitas; mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada BLU dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara periodik.
b. Manajemen; membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
suatu BLU dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian atas seluruh penerimaan, pengeluaran, aset,
kewajiban, dan ekuitas BLU untuk kepentingan stakeholders.
c. Transparansi; memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
(42)
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang-undangan.
Menurut Peter Rooney et all (2007) indikator pelaporan adalah :
1. Adanya kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan yang memadai untuk
fungsi akuntansi dan keuangan
2. Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
3. Seluruh laporan keuangan pemerintah daerah dicatat secara akurat dan tepat
waktu
4. Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat diandalkan
2.1.4 Kinerja Pemerintah Daerah
Witmore (1997) menyatakan bahwa kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi
yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum
keterampilan. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan
dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil
suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau
perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan
operasional.
Penilaian kinerja ( performance appraisal ) pada dasarnya merupakan factor
kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena
adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada
(43)
pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat
diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja lembaga. Kinerja dan
kemampuan keuangan daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan
untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah (Halim, 2004).
Hasil analisis pendapatan dan pengeluaran merupakan komponen dalam
menganalisis keuangan daerah. Jika pendapatan lebih besar daripada pengeluaran,
akan terjadi surplus anggaran dan jika pengeluaran lebih besar daripada pendapatan
akan terjadi defisit anggaran. Dalam hal ini perlu diperhatikan bagaimana kondisi
keuangan yang ada pada tahun sekarang dan kecendurangannya pada tahun-tahun
mendatang, sehingga pola surplus dan defisit anggaran dapat diprediksikan. Dilihat
dari sisi pendapatan, keuangan daerah yang berhasil adalah keuangan daerah yang
mampu meningkatkan penerimaan daerah secara berkesinambungan seiring dengan
perkembangan perekonomian tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan
keadilan. Dilihat dari sisi pengeluaran, keuangan daerah yang berhasil adalah
keuangan daerah yang mampu membelanjakan pendapatan yang diterima untuk
selanjutnya memberikan timbal balik atas pengeluaran tersebut. Timbal balik dalam
hal ini seperti pendapatan pajak dan retribusi. Analisis sisi pendapatan menggunakan
pendapatan asli daerah sebagai titik sentral analisisnya, sedangkan analisis sisi
pengeluaran menekankan pada belanja daerah sebagai titik setral analisisnya.
Menurut Ramandei (2009), kinerja manajerial adalah kinerja para individu
anggota organisasi dalam kegiatan manajerial, antara lain perencanaan, investigasi,
(44)
kinerja secara keseluruhan. Sedangkan pandangan Robertson et. al. (dalam
Ramandei, 2009), terhadap kinerja seseorang lebih bersifat situasional, tergantung
pada kondisi internal dan faktor eksternal yang melingkupi individu organisasi dalam
melakukan pekerjaan. Faktor eksternal berupa target dan persaingan yang menuntut
kinerja yang tinggi dari individu itu sendiri. Sedangkan faktor internal berupa
lingkungan kerja, gaji, kesempatan, supervise dan yang meliputi dimensi kepuasan
kerja. Kinerja merupakan efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan
karyawannya berdasarkan standar, sasaran, dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya (Ramandei, 2009).
Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu
menghasilkan suatu kinerja manajerial. Berbeda dengan kinerja karyawan umumnya
yang bersifat konkrit, kinerja manajerial adalah bersifat abstrak dan kompleks
(Mulyadi, 2001). Manajer menghasilkan kinerja dengan mengerahkan bakat dan
kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berada didalam daerah
wewenangnya. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat
(45)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti
mengindentifikasi tiga variabel independent yakni Perencanaan anggaran (X1),
Pengelolaan Kas (X2) dan Pelaporan (X3) yang diperkirakan mempengaruhi baik
simultan maupun parsial terhadap kinerja Kepala SKPD (Y).
Kerangka Konseptual yang digunakan dalam penelitan ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Perencanaan Anggaran (X1)
Pengelolaan Kas (X2)
Kinerja Kepala SKPD (Y)
Pelaporan (X3)
(46)
Berdasarkan gambar diketahui bahwa anggaran pemerintah daerah sebagai
rencana kerja pemerintah daerah merupakan disain teknis pelaksanaan strategi untuk
mencapai tujuan daerah. Jika kualitas anggaran pemerintah daerah rendah, maka
kualitas pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah cenderung lemah. Anggaran
pendapatan dan belanja daerah seharusnya tidak hanya berisi mengenai informasi
sumber pendapatan dan penggunaan dana, tetapi juga harus menyajikan informasi
mengenai kondisi kinerja yang ingin dicapai.
Perencanaan Anggaran sangat berpengaruh terhadap kinerja kepala SKPD
pada suatu kabupaten/kota dikarenakan bila suatu perencanaan dijalankan sesuai
dengan standar peraturan daerah yang sudah ada maka kinerja tersebut akan baik,
berjalan dengan efektif dan begitu juga sebaliknya. Komponen pelayanan dan tingkat
pencapaian yang diharapkan pada setiap bidang kewenangan pemda yang akan
dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Pemerintah daerah sulit meningkatkan
kinerja dan tidak akan dapat mengelola keuangannya secara efektif apabila sistem
perencanaan yang dimiliki buruk. Tujuan strategisnya adalah untuk pembuatan
anggaran daerah multi tahun yang seksama yang secara jelas terkait dengan rencana
daerah. Kejelasan tujuan suatu perencanaan anggaran akan mendukung pencapaian
sasaran dari dinas-dinas sehingga kinerja perangkat pemerintah daerah dapat dicapai
dengan baik. Jika perencanaan anggaran memiliki pedoman yang jelas dan perlu
dibuat untuk pemerintah daerah yang berisikan strategi untuk meningkatkan
(47)
dapat diwujudkan melalui pencapaian setiap unit SKPD. Reformasi di bidang
perencanaan anggaran harus dilakukan dan membutuhkan perbaikan bukan hanya
pada proses tetapi juga pada sikap-sikap pemerintah daerah. Kenyataan bahwa
anggaran sering tidak disetujui pada waktunya, dengan penundaan terkadang sampai
tahun berikutnya, menunjukkan bahwa kinerja masih rendah. Hal ini tidak hanya
menimbulkan masalah dalam perencanaan dan pelaksanan tetapi juga mengurangi
kepercayaan publik terhadap proses anggaran. Transparansi perlu untuk berubah dari
hanya sekedar kata-kata mutiara di lingkungan pemerintah daerah menjadi anggaran
yang berbasis kinerja. Pemberian informasi secara berkala pada waktu-waktu yang
tepat, membuat informasi ini dapat diakses dengan mudah dan memberikan ruang
untuk diskusi dan perbedaan pendapat akan menjadi langkah dalam meningkatkan
kinerja perangkat daerah.
Pengelolaan kas berpengaruh terhadap kinerja kepala SKPD dikarenakan bila
keuangan daerah mengalami kegagalan maka kegagalan tersebut akan berdampak
pada peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan kegagalan dalam mencapai
sasaran anggaran sehingga berakibat pada turunnya krediabilitas pemerintah daerah.
Penempatan pengelolaan kas sebagai bidang strategis yang terpisah mencerminkan
pentingnya menginstitusionalisasikan praktek-praktek penanganan kas yang tepat
akan meningkatkan kinerja SKPD daerah melalui akuntabilitas dan transparansi yang
(48)
mudah untuk mendapatkan kinerja yang baik, karena pengelolaan kas yang efektif
dan tepat merupakan komponen dasar pengelolaan keuangan yang berbasis kinerja.
Pelaporan berpengaruh terhadap suatu kinerja Kepala SKPD karena pelaporan
tersebut merupakan Indikator lain yang penting dalam mendukung penilaian kinerja
atas pengelolaan keuangan daerah. Bidang ini memerlukan prosedur yang tertata
dengan baik dan pegawai yang terlatih untuk melakukan pencatatan data-data
keuangan. Tujuan strategis adalah untuk membuat sebuah sistem akuntansi yang
memastikan akuntansi yang cepat untuk semua transaksi keuangan dan membuat
laporan keuangan eksternal dan internal yang terpercaya, berimbang dan tepat waktu.
Pelaporan akuntansi yang tepat waktu akan meningkatkan kapasitas dan keakuratan
data sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran data, hal tersebut akan mendukung
peningkatan kinerja manajerial. Jika akuntansi dan pelaporan memiliki kapasitas
sumber daya manusia dan institusi, sistem akuntansi dan pelaporan yang terintegrasi;
pencatatan yang cepat dan akurat untuk semua transaksi keuangan pemerintah daerah;
dan, laporan informasi pengelolaan keuangan yang terpercaya maka hasilnya akan
mampu mendukung kinerja kepala daerah yang handal dan terpercaya. Laporan
keuangan yang disajikan Pemerintah Daerah harus memenuhi kriteria pelaporan yang
(49)
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan
diatas, maka hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah Perencanaan
Anggaran, pengelolaan kas dan pelaporan berpengaruh baik secara parsial maupun
secara simultan terhadap kinerja Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah
(50)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kausal (causal), Umar (2008)
menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel
mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat
eksperimen dimana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh
peneliti untuk melihat dampak pada variabel dependennya secara langsung. Penelitian
ini merupakan penelitian hubungan kausal untuk membuktikan secara empiris dan
menganalisis perencanaan anggaran, pengelolaan kas dan pelaporan sebagai variabel
independen terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai variabel
dependen pada Pemerintah Kota Pematang Siantar.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilingkungan Pemerintah Kota Pematang Siantar dan
Sedangkan waktu penelitian yakni Februari 2011 sampai dengan selesai
( lampiran ).
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang terkait dengan perencanaan anggaran di lingkungan Pemerintah Kota Pematang
(51)
untuk sampel. Pejabat tersebut yakni 1 (satu) dari Pengguna Anggaran dan 1 (satu)
dari Pejabat Penatausahaan Keuangan sehingga total populasi berjumlah 66 yang
menjadi sampel dalam penelitian ini 53 sampel ( lampiran 2). Pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara judgment sampling yaitu pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Indriantoro, 2002). Judgment sampling
artinya bahwa penentuan sampel mempertimbangkan hal-hal tertentu yang telah
dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan
dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data dalam penelitian ini
adalah data primer. Indriantoro (2002) menyebutkan data primer merupakan sumber
data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media
perantara). Jenis penelitian adalah penelitian survey. Penelitian survey adalah metode
pengumpulan data primer berdasarkan komunikasi antara peneliti dan responden
dimana data penelitian berupa subjek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman,
karakteristik subjek penelitian secara individu atau secara kelompok (Indrintoro dan
Supomo, 2002). Untuk mendapatkan data dari responden digunakan instrumen
pertanyaan kepada responden yang dijadikan sebagai sampel penelitian berupa
kuesioner yang akan diantar sendiri oleh penulis dengan 2 tahap yaitu Tahap 1
dengan cara menyebarkan kuesioner kemasing-masing SKPD dan ditunggu selama
12 hari yaitu dikirim sebanyak 66 kuesioner dan yg kembali 53. Kemudian sisanya 13
(52)
Sehingga yang menjadi sampel sebanyak 53. Tidak adanya perbedaan waktu dalam
pengumpulan data maka tidak diperlukan Respon bias.
4.5 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Ada lima variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : (1) Kinerja
Manajerial SKPD, (2) Perencanaan anggaran, (3) Pengelolaan kas, (4) Pelaporan.
variabel operasional yang akan diteliti sebagai dasar dalam menyusun kuesioner
penelitian, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kinerja SKPD (Y) sebagai dependent variabel merupakan hasil dari proses
aktivitas manajerial yang efektif mulai dari proses perencanaan dan
penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan staffing.
Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner dengan skala likert,
skala ini menghasilkan data interval. Pengukuran variabel ini menggunakan
instrumen kuesioner dengan skala likert 5 point yang adopsi dari Mahoney et. al.,
(1963), ”Development of Managerial Performance a Research Approact”, dan dimodifikasi kuesioner ini oleh peneliti dengan skor sebagai berikut:
angka 5 = Sangat baik
angka 4 = Baik
angka 3 = Netral
angka 2 = Tidak baik
(53)
2. Perencanaan Anggaran (X1) sebagai independent variabel yakni proses
perencanaan atas partisipasi manajerial SKPD dalam proses penganggaran
daerah, seperti program dan kegiatan yang akan dilaksanakan, keikutsertaan
dalam menentukan target dan anggaran dan sebagainya. Untuk mengukur
variabel ini digunakan skala likert dan skala ini menghasilkan data interval.
Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner dengan skala likert 5
point yang diadopsi dan dimodifikasi dari Peter Rooney et all,2007.
3. Pengelolaan Kas (X2) sebagai independent variabel yakni proses penentuan
kegiatan yang mencerminkan pentingnya menginstitusionalisasikan
praktek-praktek penanganan kas yang tepat di pemerintah daerah. Variabel ini diukur
dengan skala likert untuk menunjukkan derajat otoritas yang didelegasikan orang
yang terlibat. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner dengan
skala likert 5 point yang diadopsi dan dimodifikasi dari Peter Rooney et all,2007
4. Pelaporan (X3) sebagai independent variabel yakni sistem akuntansi yang
memastikan pelaporan yang cepat untuk semua transaksi keuangan dan membuat
laporan keuangan eksternal dan internal yang terpercaya, berimbang dan tepat
waktu. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner dengan skala
likert 5 point yang diadopsi dan dimodifikasi dari Peter Rooney et all,2007
Kuesioner perencanaan anggaran, pengelolaan kas dan pelaporan diukur
dengan data interval dengan skor sebagai berikut :
(54)
angka 4 = Sangat Setuju angka 3 = Setuju
angka 2 = Kurang Setuju
angka 1 = Tidak Setuju
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Variabel
Penelitian Definisi Operasional Indikator
Skala Pengukuran Dependen Variabel Kinerja Manajerial SKPD (Y)
Melihat secara umum system pengelolaan keuangan daerah dari proses penyusunan anggaran sampai dengan evaluasi terhadap
program atau kegiatan yang telah dilakukan oleh masing-masing SKPD.
1. Kinerja dalam Perencanaan 2. Kinerja dalam investigasi 3. Kinerja dalam
Pengkoordinasian 4. Kinerja dalam Evaluasi 5. Kinerja dalam Pengawasan 6. Kinerja dalam Pemilihan
staff Interval Independen Variabel Perencanaan anggaran
(X1)
Konsistensi perencanaan partisipatif penyusunan anggaran untuk
pembuatan anggaran daerah multi tahun yang seksama yang secara jelas terkait dengan rencana daerah
1. Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up
yang partisipatif,
perencanaan pembangunan
daerah, perencanaan
sektoral dan APBD
2. Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah 3. Target anggaran layak dan
berdasarkan proses
Penyusunan anggaran yang realistis
4. Anggaran memihak
kelompok-miskin
(55)
5. Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yangkomprehensif dalam proses perencanaan dan
penganggaran telah
terbentuk
6. Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk
Memastikan Kinerja Anggaran
7. Koordinasi dengan PPKD
Pengelolaan kas (X2)
Penempatan pengelolaan kas sebagai bidang strategis yang terpisah mencerminkan
pentingnya
menginstitusionalisasikan praktek-praktek
penanganan kas yang tepat di pemerintah daerah.
1. Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk menyusun laporan keuangan.
2. Sistem pembuatan laporan dan manajemen sudah terintegrasi
3. Seluruh laporan keuangan pemerintah daerah dicatat secara akurat dan tepat waktu
4. Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat diandalkan
(56)
Pelaporan (X3)
Pelaporan keuangan eksternal dan internal yang terpercaya, berimbang dan tepat waktu.
1. Adanya kapasitas SDM dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi akuntansi dan keuangan
2. Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
3. Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara akurat dan tepat waktu
4. Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat diandalkan.
Interval
4.7 Model dan Teknik Analisa Data 4.7.1 Model Analisa Data
Model dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dan
analisis regresi bertingkat yang dijabarkan dibawah ini :
Model analisis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e Keterangan :
X1 = Perencanaan Anggaran
(57)
X3 = Pelaporan
Y = Kinerja SKPD
e = Error term
4.7.2 Teknik Analisa Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model
regresi. Untuk keabsahan hasil kedua analisis regresi tersebut terlebih dahulu
dilakukan uji kualitas instrumen pengamatan, uji normalitas data dan uji asumsi
klasik. Pengolahan data menggunakan software statistik SPSS .
4.7.2.1 Uji Kualitas Data 4.7.2.1.1 Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauh mana suatu alat ukur diyakini dapat
dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan/pernyataan kuesioner
dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas pertanyaan/
pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan
ketentuan : jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka skor butir pertanyaan/
pernyataan kuesioner valid tetapi sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel,
maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner tidak valid. Selain itu untuk
kuesioner yang di disain sendiri akan dilakukan uji pra test sebelum dilakukan
(58)
4.7.2.1.2 Uji Reliabilitas
Uji realibilitas dilakukan dengan melihat nilai r hitung dibandingkan dengan
nilai r table. Jika r hitung lebih besar dari r table, maka item pertanyaan tersebut
dinyatakan valid. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji kestabilan dan
konsistensi instrument dalam mengukur konsep. Selain itu, pengujian reliabilitas
dilakukan untuk membantu menetapkan kesesuaian pengukur. Pengujian reliabilitas
setiap variabel dilakukan dengan teknik Cronbach alpha. Teknik ini merupakan
pengujian yang paling umum dilakukan pada pengujian reliabilitas inter item, yaitu
menggunakan item-item pertanyaan yang berskala multipoint (Sekaran,2002). Suatu
instrument dikatakan reliable jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,5
(Gozali, 2005).
4.7.2.2 Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas, mulikolinearitas, hetoroskedastisitas.
4.7.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel independen dan dependen memiliki distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik apabila distribusi data normal atau mendekati normal
(Ghozali,2005). Uji normalitas dideteksi dengan melihat penyebaran data pada sumbu
diagonal dari grafik atau dapat juga dengan melihat histogram dari resudalnya. Jika
(59)
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas, begitu juga sebaliknya.
4.7.2.2.2 Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2005). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Pengujian
multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji collinierity statistic.
Menurut (Ghozali, 2005) dalam melakukan uji multikolinearitas harus terlebih dahulu
diketahui Variance Inflation Factor (VIF). Pedoman untuk mengambil suatu
keputusan adalah sebagai berikut :
a. Jika Variance Inflation Factor (VIF) > 10, maka artinya terdapat persoalan
multikolinieritas diantara variabel bebas.
b. Jika Variance Inflation Factor (VIF) < 10, maka artinya tidak terdapat
persoalan multikolinieritas diantara variabel bebas.
4.7.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari data pengamatan yang satu ke pengamatan
yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas ini adalah dengan
melihat pola sebaran pada grafik scatter plot. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik
(60)
heteroskedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2005).
4.7.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis yaitu Perencanaan anggaran, pengelolaan kas dan
pelaporan berpengaruh terhadap kinerja kepala perangkat daerah menggunakan
analisa regresi berganda. Untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh perencanaan
anggaran, pengelolaan kas dan pelaporan terhadap kinerja kepala perangkat daerah
secara simultan dan parsial digunakan pengujian hipotesis secara parsial dengan uji t,
dan secara simultan dengan uji F.
1. Uji t.
Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan uji t, yaitu menguji pengaruh
parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi
bahwa variabel lain dianggap konstan. Hasil dalam pengambilan keputusan untuk
uji t adalah sebagai berikut :
Ho : ρ = 0 Perencanaan anggaran, pengelolaan kas dan pelaporan tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Ha : ρ≠ 0 Perencanaan anggaran, pengelolaan kas dan pelaporan berpengaruh secara parsial terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Nilai t tabel dapat dilihat dengan menggunakan tabel t. Dasar pengambilan
(61)
a. Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
b. Jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima.
2. Uji F.
Uji F menguji pengaruh simultan antara variabel independen terhadap variabel
dependen. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji F
adalah sebagai berikut :
Ho : ρ = 0 Perencanaan anggaran, pengelolaan kas dan pelaporan tidak berpengaruh secara simultan terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Ha : ρ≠ 0 Perencanaan anggaran, pengelolaan kas dan pelaporan berpengaruh secara simultan terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Pada tabel ANOVA didapat uji F yang menguji semua variabel bebas
yang akan mempengaruhi persamaan regresi.
Statistik hitung dan statistik tabel dapat juga diambil keputusan berdasarkan
probabilitas, dengan dasar pengambilan keputusan :
a. Jika probabilitas > tingkat signifikan, maka Ha ditolak dan Ho diterima.
(62)
BAB V
ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1Gambaran Umum Responden
Dalam penelitian ini telah disebarkan sebanyak 66 kuesioner kepada Pengguna
Anggaran (Kuasa Pengguna Anggaran) dan Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK).
Dari 66 kuesioner yang disebarkan, hanya 53 kuesioner yang dikembalikan. Seluruh
kuesioner yang dikembalikan dapat diolah karena kuesioner diisi dengan lengkap
oleh responden. Dalam hal penulis hanya mengklarifikasikan karakteristik sampel
atas jenis kelamin, lama bekerja, tingkat pendidikan dan golongan dan seberapa
sering mengikuti pelatihan.
5.1.1 Karakteristik berdasarkan Jenis kelamin
Tabel 5.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase(Pembulatan)
Laki-laki 35 66
Perempuan 18 34
Jumlah 53 100%
Sumber: Kuesioner 2011 (Persentase dibulatkan)
Dari tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa responden terdiri dari 35 orang laki-laki
atau 66 % dari total responden dan 18 orang perempuan atau 34% dari total
(63)
5.1.2 Karakteristik berdasarkan lama bekerja.
Tabel 5.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja Jumlah (orang) Persentase (pembulatan)
1-5 Tahun 8 17
6-10 tahun 22 43
11-15 tahun 12 23
16-20 tahun 6 10
>21 tahun 4 8
Jumlah 53 100%
Sumber: Kuesioner 2011
Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa responden yang bekerja di antara 1-5
tahun sebanyak 8 orang atau 17%, responden yang bekerja diantara 6-10 tahun
sebanyak 22 orang atau 43 %, dan responden yang bekerja diantara 11-15 tahun
sebanyak 12 orang atau 23%, responden yang bekerja diantara 16-20 tahun sebanyak
4 orang atau 10% dan responden yang bekerja diatas 21 tahun sebanyak 4 orang atau
8%. Selain itu, data diatas menunjukkan bahwa responden dikategorikan orang-orang
yang sudah lama bekerja dan mereka adalah orang yang berpengalaman.
5.1.3 Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan.
Tabel 5.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (pembulatan)
D3 4 8
S1 46 87
S2 3 5
Jumlah 53 100%
(1)
Cronbach's
Alpha N of Items
.915 6
4. Validitas dan reliabilitas pelaporan
Item-Total StatisticsScale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
PEL1 11.0189 5.673 .810 .898
PEL2 10.9811 6.211 .685 .922
PEL3 11.1132 5.679 .882 .885
PEL4 11.1132 5.487 .960 .869
PEL5 11.1698 5.874 .662 .931
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.920 5
Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 53 100.0
Excludeda 0 .0
(2)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 53 100.0
Excludeda 0 .0
Total 53 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Kinerja_skpd 3.8747 .41403 53
Perencanaan_anggaran 2.8887 .46478 53
Pelaporan 2.7698 .59536 53
Pengelolaan_kas 2.8208 .51229 53
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Kinerja_skpd 8.4792 2.043 .003 .889
Perencanaan_anggaran 9.4653 1.327 .630 .609
Pelaporan 9.5842 .922 .824 .443
Pengelolaan_kas 9.5332 1.148 .736 .531
2.Uji Reliabilitas
Reliability StatisticsCronbach's
Alpha N of Items
.730 4
(3)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kinerja_skpd 53 3.00 5.00 3.8747 .41403
Perencanaan_anggaran 53 1.80 4.00 2.8887 .46478
Pelaporan 53 1.00 4.00 2.7698 .59536
Pengelolaan_kas 53 1.00 4.00 2.8208 .51229
Valid N (listwise) 53
Uji Asumsi klasik
(4)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 53
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .37744301
Most Extreme Differences Absolute .182
Positive .149
Negative -.182
Kolmogorov-Smirnov Z 1.323
Asymp. Sig. (2-tailed) .060
a. Test distribution is Normal.
2. Uji Heteroskedastisitas
3.Uji Multikolineritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF
(5)
Pelaporan .283 3.536
Pengelolaan_kas .404 2.473
a. Dependent Variable: Kinerja_skpd
Lampiran 9. Uji Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi
Model SummarybModel R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .411a .169 .118 .38883
a. Predictors: (Constant), Pengelolaan_kas, Perencanaan_anggaran, Pelaporan
b. Dependent Variable: Kinerja_skpd
2.Uji Simultan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.506 3 .502 3.320 .027a
Residual 7.408 49 .151
Total 8.914 52
a. Predictors: (Constant), Pengelolaan_kas, Perencanaan_anggaran, Pelaporan b. Dependent Variable: Kinerja_skpd
3. Uji Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
(6)
1 (Constant) 4.323 .364 11.892 .000
Perencanaan_anggaran -.574 .187 -.645 -3.076 .003
Pelaporan .366 .170 .527 2.150 .037
Pengelolaan_kas .069 .166 .086 .420 .677