STANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN

  

STANDAR 1

  

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA

STRATEGI PENCAPAIAN

  

1.1 Jelaskan dasar penyusunan dan mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan

sasaran institusi perguruan tinggi, serta pihak-pihak yang dilibatkan dalam penyusunannya.

  Undana telah memiliki visi, misi, tujuan dan sasaran yang sangat jelas, realistik,

dan saling terkait satu sama lain. Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan

sasaran Undana melibatkan dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, alumni dan

masyarakat. Sebagaimana perguruan tinggi lainnya, Undana telah menata diri dalam

lingkungan yang semakin dinamis dan kompetitif untuk meretas jalan ke masa depan.

Pemandu gerak strategik ini adalah visi, seperti yang dirumuskan dalam Statuta

Undana, yaitu:

  “Perguruan Tinggi Berwawasan Global”. Visi ini menjadi roh dalam pembenahan pengembangan Undana sebagai salah

satu instrumen pendidikan tinggi negeri di Kawasan Timur Indonesia, agar dapat

berperan secara lebih signifikan di ranah pengembangan IPTEKS, pembangunan, dan

kesejahteraan masyarakat. Visi tersebut juga menjadi inspirasi bagi Undana untuk

berkiprah secara internasional dengan mengedepankan sejumlah keunggulan lokal

yang menjadi penciri dari Pola Ilmiah Pokok (PIP) Undana, yaitu: pertanian lahan

kering, perikanan dan kelautan, dan pariwisata. Internasionalisasi dimaksud akan

diwujudkan lewat sejumlah langkah strategik yang memungkinkan adanya pengakuan

secara internasional terhadap eksistensi Undana di kawasan Asia Pasifik.

  Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran Undana dikembangkan

dengan melakukan evaluasi diri dan telaah mendalam terhadap kondisi dan kebutuhan

internal dan eksternal Undana. Tim perumus visi, misi, tujuan dan sasaran Undana

merupakan keterwakilan dari semua unsur yang melibatkan sejumlah pihak seperti

pimpinan universitas, fakultas, alumni, pengguna alumni, para pakar serta stakeholder

yang kompeten dan relevan. Penyusunan draft visi, misi, tujuan dan sasaran Undana

didasarkan pada masukan stakeholder dari berbagai pihak, baik internal maupun

  

eksternal. Hasil rumusan tim perumus disusun dalam bentuk draft Statuta Undana

yang disosialisasikan dengan melibatkan seluruh unit dan sivitas akademika Undana.

  Sebelum diajukan ke senat universitas, renstra yang memuat visi, misi, tujuan,

dan sasaran Undana, terlebih dahulu difinalisasi pada rapat pimpinan terbatas

(Rapimtas) Undana tahun 2007, rumusan tersebut kemudian disosialisasikan kembali

pada Rapat Pimpinan (Rapim) Undana tahun 2007. Hasil perumusan visi, misi, tujuan

dan sasaran selanjutnya diajukan ke Rektor Universitas Nusa Cendana untuk dibahas

di tingkat Senat Universitas untuk mendapat persetujuan dalam bentuk Statuta

Undana. Setelah mendapat persetujuan senat, Statuta Undana dalam rapat tim kerja

terpadu diharmonisasi sebelum disampaikan ke Menteri Pendidikan Nasional.

  Statuta Undana ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional di Jakarta, pada

tanggal 15 Januari 2009 dalam bentuk Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2009 tentang Statuta Undana (Alur mekanisme

penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran Undana dapat dilihat pada Gambar 1).

  Gambar 1. Mekanisme Penyusunan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Undana Pernyataan Visi Pernyataan Visi

  Melalui mekanisme penyusunan sebagaimana dikemukan di atas, rumusan visi Undana adalah : “Perguruan Tinggi Berwawasan Global” yang tercantum pada

  

Statuta Undana Bab II Pasal 2. Gelombang globalisasi telah melanda seluruh dunia

dengan intensitas, cakupan dan kecepatan yang tinggi. Fenomena global dalam

proses konvergensi menyentuh hampir seluruh sendi kehidupan, termasuk pendidikan

tinggi, karena ciri perubahan didorong oleh ilmu pengetahuan dan teknologi

(knowledge and technology-driven society).

  Dalam perkembangan masyarakat yang padat pengetahuan, pendidikan menjadi

pusat perubahan dengan mengandalkan invensi dan inovasi untuk menciptakan

peluang baru bagi peningkatan kesejahteraan manusia secara multidimensi.

Globalisasi yang digerakkan salah satunya oleh revolusi teknologi informasi dan

komunikasi telah merelatifkan batas-batas antar-negara dan antar-perguruan tinggi

yang mengukuhkan hukum persaingan bebas yang berbasis keunggulan saing dengan

mengintegrasikan pendidikan tinggi ke dalam satu standar mutu universal.

Transparansi dan keterbukaan informasi telah memudahkan setiap peserta didik

(konsumen) untuk lebih bebas mengakses informasi mutakhir pada setiap perguruan

tinggi dan melakukan pembandingan kritis sebelum memilih perguruan tinggi yang

sesuai minatnya untuk melanjutkan studi. Tanpa memperhatikan kaidah-kaidah dan

ukuran-ukuran universal tentang good university governance, dapat dipastikan

perguruan tinggi yang tidak dapat diakses kondisi terkininya di komunitas internal

yang tidak berwawasan global, akan mengalami devaluasi dan terancam

eksistensinya.

  Konsekuensi logis ini yang memicu dan memacu Undana untuk memposisikan

diri dalam formasi pendidikan global dengan mengembangkan model tipikal

organisasi masa depan yang berwawasan global. Oleh karena itu, dalam membuat

skenario masa depannya Undana tidak dapat melepaskan diri dari perspektif global,

sehingga secara sadar mencanangkan visi 2025

  “Perguruan Tinggi Berwawasan

  

Global”. Perguruan tinggi berwawasan global artinya sebuah wawasan/cara pandang

terhadap diri pribadi (tataran individu/diri sendiri dan tataran organisasi dalam hal ini

Undana) dan dunia sekitar (masyarakat NTT, masyarakat Indonesia, masyarakat Asia

dan masyarakat global) yang patut dimiliki oleh setiap warga dari komunitas Undana

termasuk wisudawan yang kemudian menjadi alumni (dimana saja berada dan

bekerja, dengan harapan mereka juga akan melanggengkan nilai ini dalam dunianya

masing-masing). Wawasan global Undana tetap berakar pada jati dirinya (far

reaching , but ground touching) sebagai universitas yang hidup berakar dan

bertumbuh pada lingkungan lokal Nusa Tenggara Timur dengan keunikan wilayah

geobiosospolbud dan sejarah perkembangannya. Identitas lokal yang menjadi pusat

unggulan saing Undana adalah pertanian semiringkai kepulauan-plus (lahan kering,

kelautan dan pariwisata).

  Dengan ditetapkannya visi Undana sebagai universitas berwawasan global

berarti semua komponen dalam lingkungan organisasi Undana harus menyesuaikan

diri dengan visi tersebut. Perancangan pengembangan program studi, pengembangan

SDM, profil lulusan, pengembangan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat

serta pengembangan manajemen diharapkan dapat mengartikulasi wawasan global

sebagai penggerak perubahan. Tanpa penyesuaian terhadap visi ini, mustahil dapat

dicapai visi tersebut. Untuk mewujudkan visi dan misi Undana, telah disusun peta

jalan (roadmap) Undana mengikuti tahapan yang sistematis. Dalam jangka

menengah, Renstra disusun dengan mengacu pada roadmap sebagai langkah-langkah

strategis dalam tahapan-tahapan perkembangan yang menjembatani pencapaian visi;

sedangkan jangka pendek, telah disusun rencana kegiatan tahunan (RKT). Pernyataan Misi

  Pernyataan Misi Misi yang diemban Universitas Nusa Cendana dalam proses penyelenggaraan

pendidikan tinggi telah ditetapkan sebagai berikut (sebagaimana tercantum pada

  Statuta Undana Bab II Pasal 3) :

  1. Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui penyelenggaraan perguruan tinggi terstandar dan berdaya saing.

  2. Mewujudkan budaya penelitian yang berwawasan global dan berkontribusi pada proses peningkatan kualitas pembelajaran, pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni serta memiliki nilai aplikasi dalam pembangunan.

  3. Meningkatkan pengabdian berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni kepada masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan.

  4. Meningkatan pembinaan dan pengembangan mahasiswa yang berkualitas dalam penalaran, bakat dan minat serta kesejahteraan mahasiswa.

  5. Membina dan meningkatkan kerjasama dengan lembaga lain, baik nasional maupun internasional.

  6. Mewujudkan sistem manajemen yang dinamis dan profesional, efektif, efisien dan akuntabel.

  Sebenarnya secara de-facto Statuta Undana 2009 dan OTK Undana 1995

sudah tidak relevan lagi dengan kondisi obyektif dan dinamika perkembangan

Undana selama beberapa tahun terakhir, sehingga mengalami penyesuaian seperti

dalam Renstra 2011-2015. Misi berdasarkan Renstra 2011-2015 adalah sebagai

berikut : 1.

  Mewujudkan pendidikan tinggi bermutu, relevan dan berdaya saing.

  2. Menjadi universitas riset dalam bidang pertanian semiringkai.

  3. Mewujudkan pengabdian pada masyarakat yang berorientasi kesejahteraan masyarakat.

  4. Mewujudkan organisasi pendidikan tinggi yang sehat dalam konteks good university governance.

  Kebijakan Utama dalam pencapaian misi yang diemban Undana adalah sebagai berikut : A.

  

Kebijakan untuk Misi 1: Mewujudkan pendidikan tinggi bermutu, merata, relevan

dan berdaya saing nasional dan internasional.

  1. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan yang berdaya saing internasional.

  Peningkatan mutu pendidikan tinggi mengacu pada standar nasional pendidikan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 maupun standardisasi internasional menurut ISO 9001:2008. Diharapkan dalam periode 2011-2015 semua prodi telah terakreditasi oleh BAN-PT dan mendapat ijin penyelenggaraan akademik dengan nilai yang meningkat. Dalam pengembangan mutu pendidikan, prodi dan jurusan adalah street-level management yang menjadi tulang punggung penyelenggaraan dan supervisi pendidikan berdasarkan pada baku mutu yang disusun. Mutu dan relevansi pendidikan ditentukan pula oleh penerapan Pedoman Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dikukuhkan dengan Peraturan Rektor Undana Nomor 261A/PP/2011 yang diikuti dengan perubahan metode pembelajaran dari teacher centered learning menjadi student-centered learning . Semua prodi dan jurusan segera mengadopsi KBK sehingga

menjamin peningkatan kompetensi lulusan yang relevan dengan dunia kerja.

  2. Kebijakan peningkatan kualitas dosen dan tenaga kependidikan.

  Sesuai ketentuan Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, minimal dosen berkualifikasi magister (S-2) untuk mengajar pada program strata 1 (S-1) dan dosen berkualifikasi doktor (S-3) untuk mengajar pada strata 2 dan strata 3. Percepatan peningkatan kualifikasi pendidikan dosen agar setara dengan tuntutan kebijakan pemerintah telah dilakukan dan akan terus ditingkatkan bukan saja mencapai batas minimal S2, tetapi diwajibkan untuk mencapai S-3. Dalam rangka mengembangkan pendidikan S-1 dan S-2 yang berorientasi internasional, peningkatan kemampuan bahasa Inggris menjadi syarat utama. Sementara itu pendidikan non-gelar, magang dan studi banding dilakukan untuk melengkapi kompetensi. Untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, pengembangan karir tenaga kependidikan baik secara struktural maupun fungsional terus diupayakan agar sejalan dengan peningkatan kualifikasi dosen. Tenaga fungsional bidang perpustakaan, analisi, laboran, teknisi, arsiparis, kehumasan terus ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitas. Sementara itu, pendidikan penjenjangan dan regenerasi tenaga kependidikan secara karier dilakukan dengan pendekatan meritokrasi. Agar pengembangan manajemen SDM lebih terarah dan terencana, baik untuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dibutuhkan cetak biru (blue print) pengembangan SDM universitas.

3. Kebijakan peningkatan ketersediaan (mutu dan jumlah) prasarana serta sarana akademis.

  Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Pengembangan sarana dan prasrana perkualiahan sebagaimana dimaksud di atas, memperhatikan rasio mahasiswa yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi pembelajaran yang ramah TIK, sehingga menjamin proses belajar mengajar berlangsung secara inovatif, efektif, efisien, komunikatif dan humanis. Kebijakan penambahan dan perbaikan sarana pembelajaran diperlukan untuk mengantisipasi kebijakan perluasan layanan pendidikan tinggi melalui kehadiran fakultas atau lembaga baru, seperti Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Kedokteran Hewan, dan Fakultas Kelautan dan Perikanan. Peningkatan mutu laboratorium, bengkel kerja dan venue olahraga (sport center ) diprioritaskan sebagai upaya peningkatan kompetensi mahasiswa dan lulusan. Untuk mendukung peningkatan jumlah dan mutu hasil penelitian dosen serta mahasiswa dalam menghasilkan penelitian yang memiliki hak cipta, perlu dibangun laboratorium sains terpadu, pertanian dan kesehatan yang lebih mutakhir dilengkapi dengan analisis, teknisi dan laboran. Kebijakan pengembangan perpustakaan sebagai jantung pendidikan tinggi perlu mendapat perhatian serius dengan meningkatkan manajemen perpustakaan, jumlah koleksi (buku dan jurnal), mutu pelayanan, pengembangan kualifikasi pendidikan dan karier pustakawan serta peningkatan akses pada sumber buku dan jurnal elektronik. Selain itu, dengan berkembangnya teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran untuk menciptakan civitas akademika yang berorientasi global, maka dibutuhkan pelayanan pendidikan tinggi di Undana yang berbasis TIK. Karena itu, dibutuhkan kehadiran ICT Policy dan ICT Masterplan sebagai strategi menciptakan e-campus.

4. Kebijakan pemerataan dan perluasan akses pendidikan tinggi.

  Secara umum, angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di Indonesia masih rendah, sehingga semua pengelola pendidikan tinggi diharapkan dapat meningkatkan ekstensifikasi pendidikan untuk menaikkan APK. Peningkatan APK terutama dapat menjangkau kelompok masyarakat marjinal yang kurang mampu dan kurang memiliki akses untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi. Apalagi Undana berada di wilayah NTT sebagai provinsi kepulauan yang penduduknya tersebar dan terisolasi pada daerah-daerah tertinggal dan perbatasan. Dalam desain penerimaan mahasiswa baru ke depan, baik melalui skema nasional maupun mandiri, diupayakan suatu kebijakan afirmasi untuk menjangkau mereka yang selama ini kurang terjangkau. Kebijakan pemerataan akses pendidikan didasarkan pada paradigma pendidikan untuk semua (education for all) sebagai suatu kerangka pendidikan tinggi yang memberikan jaminan kepada semua warga negara yang memiliki potensi akademik tinggi untuk melanjutkan ke PT tanpa dihambat oleh keterbatasan biaya. Arah kebijakan peningkatan akses pendidikan tinggi dilakukan melalui penjaringan prestasi akademik bagi siswa dengan penyediaan beasiswa atau kebijakan pembebasan uang kuliah. Kebijakan afirmasi kepada seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dilakukan secara transparan dengan melibatkan unsur pemerintahan daerah dan masyarakat.

  Peningkatan akses dilakukan dalam bentuk perluasan daya tampung, baik dengan meningkatkan perluasan pada prodi yang telah ada maupun dengan pengadaan prodi baru pada strata S1, S2 dan S3. Selain itu, dalam kerangka pemerataan akses, perlu dipertimbangkan untuk membuka progran studi jarak jauh maupun dengan program berbasis TIK, mengingat jumlah tamatan SMA/SMK/MA/MAK yang dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi setiap tahun hanya sebahagian kecil. Program studi di luar domisili menjadi solusi khas bagi Provinsi NTT sebagai provinsi kepulauan yang memiliki banyak daerah yang terpencil dan terisolasi. Pengembangan perluasan pendidikan dilakukan pula dengan mengembangkan pendidikan profesi di Undana, baik itu pendidikan profesi dokter, dokter hewan, pendidikan profesi guru (PPG), dan notariat serta pendidikan berbasis masyarakat atau akademi komunitas yang disesuaikan dengan basis keunggulan ekonomi daerah.

5. Kebijakan pengembangan kemahasiswaan dan lulusan.

  Mahasiswa adalah stakeholders primer yang menentukan eksistensi dan keberlanjutan organisasi pendidikan tinggi. Kebijakan dan program pengembangan kemahasiswaan yang seimbang antara penalaran, minat, bakat dan kesejahteraan mahasiswa. Menyadari akan hal tersebut, Undana ke depan perlu membangun sistem pendidikan yang lebih atraktif dengan memberikan layanan kemahasiswaan yang makin bermutu untuk meningkatkan kompetensi soft skills dan hard skills mahasiswa. Dalam konteks soft skill, dirancang suatu model orientasi mahasiswa baru sebagai bahagian dari pembudayaan masyarakat akademis dengan dihapuskannya sistem perpoloncoan. Untuk itu, perlu diciptakan kode etik mahasiswa yang menjamin agar mahasiswa dapat tersosialisasi dan berinteraksi dengan nilai-nilai etika akademis sebagai bahagian dari pendidikan tinggi yang humanis untuk memajukan peradaban. Untuk membentuk dan menghasilkan lulusan yang insani, kebijakan kurikulum tidak hanya terfokus pada kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual sebagai implementasi tujuan pendidikan nasional untuk menciptakan manusia Indonesia yang komprehensif. Kebijakan pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam sistem KBK tiap prodi dengan penilaian soft skill sebagai indikator penentu kelulusan tiap mata kuliah di Undana.

  Dalam kerangka pembinaan mahasiswa, dikembangkan pembinaan penalaran serta minat dan bakat mahasiswa yang seimbang, dimana selain dapat mengembangkan kepribadian mahasiswa, juga dapat meningkatkan kecakapan dan prestasi secara akademik dan non-akademik. Untuk mewadahi peningkatan pembinaan mahasiswa, organisasi mahasiswa perlu ditata struktur, fungsi dan perannya, baik dalam wadah badan eksekutif maupun legislatif mahasiswa serta himpunan mahasiswa jurusan/program studi yang bersifat intra kurikuler. Pada tataran implementasi semua pembinaan ekstra kokurikuler diwadahi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Sementara itu, untuk meningkatkan kesejahteraan mahasiswa, maka perlu dikembangkan pelayanan bimbingan akademik (student advisory center), poliklinik universitas, jasa boga, asrama mahasiswa dan peningkatan jumlah beasiswa melalui kebijakan pemerintah pusat maupun jalinan kemitraan dengan lembaga-lembaga pemerintah, swasta dan LSM. Pendidikan kewirausahaan untuk membentuk sikap dan mentalitas mandiri dalam berusaha diprioritaskan agar mahasiswa yang menyelesaikan studi di Undana tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi memiliki kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) untuk menciptakan pekerjaan.

  B.

  

Kebijakan untuk Misi 2: Menjadi universitas riset dalam bidang pertanian

semiringkai.

  1. Kebijakan peningkatan mutu, relevansi dan daya saing penelitian berbasis PIP Kebijakan penelitian merupakan dharma yang memiliki kontribusi yang bermakna terhadap muatan kurikulum berbasis kompetensi dan sekaligus dapat diramu ke dalam paket teknologi terapan untuk meningkatkan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat (PkM). Sesuai dengan PIP Undana yang berciri pertanian lahan kering terpadu, dibutuhkan desain kebijakan peta jalan dan renstra penelitian yang dapat mengakomodasi PIP sebagai pusat unggulan dalam penelitian, baik berskala nasional maupun internasional. Roadmap dan renstra penelitian berfungsi untuk mengoordinasi, mensinergikan dan menggerakkan peran dosen secara optimal untuk berpartisipasi dalam penelitian yang berdimensi sains dan empiris untuk mengembangkan ilmu dan teknologi terapan yang berorientasi pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat dalam ekosisitem lahan kering. Dalam rangka menegaskan diri sebagai pusat keunggulan dalam riset pertanian lahan kering daerah kepulauan kelas dunia, dibutuhkan pengadaan

  “Laboratorium Lapangan Terpadu Pertanian Lahan Kering” yang lengkap dan modern.

  Peningkatkan kompetensi dan daya saing penelitian, diperlukan rancangan pelatihan metodologi penelitian untuk meningkatkan kapasitas peneliti agar lebih bersaing dalam merebut tawaran skema penelitian nasional dan internasional. Semakin banyak dosen Undana terlibat dalam pengajuan proposal dan memperoleh dana penelitian yang dilaksanakan oleh Dikti maupun badan-badan nasional dan internasional, maka semakin signifikan sumbangan Undana dalam percaturan perkembangan iptek. Dalam hal ini diperlukan peningkatan jejaring kerjasama penelitian baik dengan lembaga pemerintah, perguruan tinggi, swasta dan LSM agar semua potensi peneliti Undana dengan kekayaan keragaman bidang ilmu dapat didayagunakan secara optimal.

2. Kebijakan peningkatan publikasi hasil penelitian dan paten.

  Atmosfir akademik terukur dari jumlah publikasi penelitian, baik melalui seminar, lokakarya, penerbitan buku dan penulisan pada jurnal ilmiah yang diterbitkan pada prodi, maupun jurnal nasional terakreditasi serta jurnal internasional yang diakui Dikti. Berkaitan dengan itu, Undana perlu menggalakkan seminar ilmiah secara nasional dan internasional, serta mendorong peningkatan jumlah peneliti Undana untuk berpartisipasi aktif dalam pertemuan ilmiah di berbagai level. Selanjutnya, pembinaan jurnal ilmiah yang dikelola tiap prodi dan lembaga agar memperoleh pengakuan sebagai jurnal terakreditasi oleh Dikti mendapat perhatian khusus, mengingat sampai kini belum satupun penerbitan jurnal di Undana yang terakreditasi oleh Dikti. Berkaitan dengan peningkatan publikasi, Undana perlu secara terencana dan bertahap mengimplementasi kebijakan Dikti yang mempersyaratkan setiap lulusan pada program sarjana melakukan publikasi hasil penelitian di jurnal lokal, magister pada jurnal terakreditasi nasional dan doktor di jurnal internasional. Untuk mendorong dan mewadahi kegiatan penulisan ilmiah dosen dan mahasiswa, Undana dapat mengembangkan unit Production House dan Undana Press yang bertugas menghimpun dan mempublikasi hasil karya penelitian dosen Undana untuk diterbitkan di jurnal maupun dalam bentuk buku yang ber-ISBN. Terakhir, dalam rangka mendorong agar para peneliti di Undana memperoleh hak paten atas hasil temuannya, maka perlu adanya dana stimulan yang kompetitif bagi penelitian yang memiliki “catur guna”, yaitu dipublikasi dalam seminar ilmiah, diterbitkan pada jurnal, disusun dalam bentuk buku ajar (modul atau buku) dan sekaligus menghasilkan paten, terutama yang berhubungan dengan PIP Undana.

3. Kebijakan penataan kelembagaan dan tatalaksana penelitian.

  Kelembagaan penelitian untuk mengelola dharma penelitian kini diperhadapkan pada tantangan untuk meningkatkan kapasistas manajemen dan kemandirian dalam rangka desentralisasi penelitian sebagai implementasi kebijakan nasional. Secara organisatoris, lembaga penelitian Undana terdiferensiasi ke dalam pusat-pusat penelitian yang bertanggungjawab atas pelaksanaan rumpun penelitian berdasarkan bidang-bidang keilmuan yang strategis. Untuk penguatan dan efektivitas kelembagaan, maka ke depan perlu ditata kembali pusat-pusat yang bernaung di bawah lembaga, apakah dengan merger atau menambah pusat baru yang dipandang urgen untuk menyehatkan tata kelola lembaga serta meningkatkan produktivitas penelitian. Selain itu juga, diperlukan komitmen anggaran dari Undana baik melalui BOPTN maupun PNBP. Dalam rangka meningkatkan mutu penelitian, maka perlu dilakukan sistem rekrutmen reviewer yang profesional agar menyeleleksi secara ketat setiap usulan maupun hasil penelitian. Diharapkan Undana dapat memiliki sejumlah reviewer nasional yang berperan besar dalam meningkatkan kualitas penelitian sehingga usulan penelitian dosen Undana yang direkomendasi semakin

berpeluang memenangkan persaingan di level nasional dan internasional.

Adaministrasi penelitian yang transparan dan akuntabel perlu diimplementasi melalui penciptaan tatalaksana penelitian dalam bentuk standar baku (SOP) penelitian untuk mengatur mekanisme pengusulan penelitian dan pendanaannya serta laporan hasil penelitian. Untuk mendorong peningkatan penelitian, anggaran penelitian perlu ditingkatkan dengan mempertimbangkan pula kemampuan tiap-tiap pusat menjadi entitas swadana serta secara bertahap pusat-pusat menjadi sumber pendapatan dalam skema PNBP Undana. Karena itu, perlu ditingkatkan kemampuan lembaga dan pusat-pusat untuk membangun jejaring kerjasama penelitian dengan pemerintah, pemerintah daerah, lembaga non-pemerintah, dan pihak swasta.

  C.

  

Kebijakan untuk Misi 3: Mewujudkan pengabdian pada masyarakat yang

berorientasi kesejahteraan masyarakat.

1. Kebijakan aplikasi ipteks yang bermutu untuk kesejahteraan rakyat.

  Arah kebijakan dharma pengabdian kepada masyarakat (PkM) berpijak pada hasil penelitian yang dikemas dalam teknologi terapan untuk memecahkan masalah masyarakat, terutama masyarakat petani lahan kering kepulauan. Kehadiran Undana akan bermakna bagi masyarakat sepanjang Undana berpartisipasi aktif menjawab kebutuhan masyarakat dan langkah pemecahannya melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat secara berkelanjutan. Karena itu, perlu digagas model-model pengabdian masyarakat yang bermutu dan relevan yang berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Seluruh potensi dosen pada level fakultas, prodi, laboratorium harus didayagunakan secara maksimal, melalui pelatihan peningkatan kapasitas atau kompetensi di bidang PkM agar mampu bersaing merebut peluang yang semakin luas berdasarkan skema PkM yang disediakan oleh PNBP maupun sumber APBN serta swasta. Kemajuan PkM terukur dari jumlah dosen yang terlibat dalam pengajuan proposal PkM, dan jumlah usulan yang lolos selekasi nasional. Di samping PkM yang dilakukan oleh dosen, PkM juga dikerjakan oleh mahasiswa melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN), baik KKN reguler, tematik maupun KKN nasional yang digelar secara bersama secara lintas universitas. Untuk menjamin agar PkM (dosen atau mahasiswa) berjalan efektif, maka Lembaga Pengabdian Masyarakat diharapkan dapat merumuskan Roadmap dan Renstra PkM yang berpijak pada PIP Undana, sehingga PIP Undana sungguh-sungguh mewarnai tridharma pendidikan dan berkontribusi terhadap perubahan sosial-ekonomi di NTT.

2. Kebijakan link and match dalam bentuk kerjasama segi empat antara akademisi, pemerintah, bisnis dan masyarakat.

  Kebijakan kerjasama dalam pelaksanaan dharma PkM dapat terwujud dengan membentuk pola segi empat strategis sebagai kolaborasi antara Undana, Pemerintah (daerah), swasta dan masyarakat dalam berbagai bentuk kesepakatan umum dan perjanjian kerjasama yang mengikat dan saling menguntungkan. Dalam hal ini, Undana bersama para stakeholders dapat

membangun proyek percontohan, inkubasi bisnis, dan desa binaan serta bentuk- bentuk lain yang disepakati sebagai wahana untuk melaksanakan PkM secara terfokus, setara dan menguntungkan secara timbal-balik (mutualis). Desain pengembangan PkM juga dapat diintegrasikan ke dalam pengembangan Laboratorium Lapangan Pertanian Lahan Kering Terpadu dengan melibatkan dosen, mahasiswa untuk melayani dan membina petani secara individual maupun kelompok. Berkaitan dengan kesiapan lulusan untuk masuk dalam dunia kerja, maka program-program kewirausahaan untuk membina mahasiswa menjadi wirausahawan sukses, agar mereka tidak lagi menjadi pencari kerja tetapi pencipta kerja terus digalakkan. Bimbingan karier, bursa kerja dan pusat konsultasi untuk memberikan akses informasi terhadap kebutuhan tenaga kerja terdidik perlu diintensifkan dengan membangun kerjasama antara Undana dengan Departemen Nakertrans, lembaga-lembaga bisnis dan industri terkait serta para alumni.

  3. Kebijakan penataan kelembagaan dan tatalaksana PPM.

  Restrukturisasi lembaga pengabdian yang terintegrasi dengan penelitian (LPPM) diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan PkM. Berbagai pusat yang selama ini berada dalam payung LPM dievaluasi kembali, baik untuk disederhanakan maupun untuk menambah pusat-pusat baru yang dipandang strategis dalam mewujudkan visi Undana, khususnya dalam misi PkM. Untuk menjamin tata kelola PkM sesuai prinsip good university

  , maka sebaiknya PkM memiliki sistem tatlaksana secara governance transparan, akuntabel dan adil melalui standar baku pelayanan PkM. Sumber daya manusia pengelola PkM agar dapat ditingkatkan jumlah dan mutu yang dilengkapi dengan perangkat kerja yang memadai dan modern, termasuk di dalamnya peningkatan mutu reviewer PkM.

  D.

  

Kebijakan untuk Misi 4: Mewujudkan organisasi pendidikan tinggi yang sehat

dalam konteks good university governance

  1. Kebijakan standardisasi mutu dan akreditasi.

  Kebijakan standardisasi dilakukan dalam dua aras, yaitu penjaminan mutu internal dan eksternal melalui akreditasi. Penjaminan mutu internal dilakukan oleh lembaga penjaminan mutu melalui penguatan dan peningkatan kapasitas kelembagaan yang bertanggungjawab atas penjaminan mutu internal. Sistem penjaminan mutu PT membutuhkan dokumen primer sebagai acuan baku bagi setiap program studi yang disesuaikan dengan standar dan kebijakan mutu secara nasional. Selain penjaminan mutu internal, dalam kebijakan mutu PT, akreditasi sebagai representasi status mutu dari program studi maupun institusi perlu ditingkatkan secara berkala hingga mencapai penilaian akreditasi. Selain evaluasi mutu eksternal oleh BAN-PT, dipersiapkan pula akreditasi yang merujuk pada ketentuan profesi dalam bentuk Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM). Karena itu, perlu dibangun manajemen mutu dan komitmen mutu dari seluruh komponen pengelola pendidikan tinggi di Undana melalui berbagai pelatihan maupun seminar/lokakarya tentang mutu. Penerapan standar mutu internal sampai ke fakultas dan prodi menghendaki adanya organisasi gugus penjamin mutu di tingkat fakultas dan gugus kendali mutu di tingkat prodi. Kehadiran organisasi mutu ini dan auditor mutu diharapkan dapat mengembangkan sistem evaluasi mutu secara terus menerus yang berujung pada peningkatan kepuasan layanan akademik kepada stakeholders . Evaluasi mutu internal atau evaluasi diri berbasis pada pengembangan pangkalan data pendidikan tinggi (PDPT) terus dilakukan setiap semester yang outputnya dapat digunakan untuk perumusan perbaikan mutu secara berkelanjutan.

2. Kebijakan pengembangan pendidikan berbasis TIK.

  Kebijakan pendidikan berbasis TIK merupakan langkah pembaharuan atau inovasi yang terus dibangun. Selain dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran, juga dapat meningkatkan efisiensi, baik efisiensi biaya dan waktu maupun tenaga. Pendidikan berbasis TIK membutuhkan dukungan perangkat lunak dan keras yang bermutu dan mutakhir agar kompatibel dengan kebutuhan pengembangan organisasi. Karena itu, penerapan sistem informasi kemahasiswaan, kepegawaian, keuangan, dan aset yang dilakukan secara elektronik harus mendapat perhatian yang utama. Demikian pula, sistem pelayanan registrasi administrasi dan akademik dilaksanakan secara online yang memudahkan bagi mahasiswa untuk memperoleh pelayanan dengan cepat, tepat dan murah (faster, better and cheaper).

  3. Kebijakan peningkatan otonomi dan akuntabilitas.

  Kebijakan peningkatan otonomi PT di Undana diarahkan pada tiga hal, yaitu otonomi pendidikan, otonomi kelembagaan, dan otonomi keuangan. Otonomi pendidikan dilakukan dengan peningkatan mutu kebebasan mimbar yang beretika melalui berbagai tindakan untuk membangun sikap kritis yang independen serta netral. Undana diharapkan dapat menjadi lembaga yang senantiasa mengusung dan membela nilai-nilai moral dan kerakyatan melalui kegiatan mimbar bebas secara ilmiah. Salah satu wujud otonomi pendidikan yang penting adalah melalui pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan permintaan publik dan pengembangan wilayah. Otonomi kelembagaan dimanifestasikan dalam kebijakan pengembangan organisasi program sarjana, magister dan doktor serta pusat-pusat kajian, laboratorium yang dirangkum dalam statuta universitas dan organisasi dan tata

kelola (OTK) universitas yang sesuai dengan dinamika perkembangan zaman.

Otonomi keuangan dilakukan dengan meningkatkan status universitas dari Satuan Kerja (Satker) menjadi Badan Layanan Umum (BLU) yang diharapkan dapat merangsang sektor ekstraktif atau kapasitas fiskal melalui peningkatan pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Dalam rangka menjamin agar otonomi PT berjalan efektif maka perlu dibangun sistem akuntablitas organisasi yang berbasis pada kinerja (performance-based organization ), laporan kinerja organisasi (LAKIP), dan pelaksanaan audit internal dan eksternal. Pelaksanaan audit internal dilakukan dengan peningkatan kapasitas kelembagaan Satuan Pengawas Internal (SPI) yang bersinergi dengan inspektorat Kemendikbud. Sementara itu, audit eksternal dilakukan melalui kerjasama dengan BPK dan BPKP.

  4. Kebijakan pengembangan manajemen sumberdaya organisasi.

  Kebijakan pengembangan sumberdaya organisasi mencakup pengembangan sumberdaya manusia (SDM), sumberdaya fisik, dan sumberdaya informasi. Pengembangan SDM meliputi tenaga fungsional dosen dan pegawai dan tenaga administratif secara struktural. Dalam konteks ini sangat penting untuk dibangun sistem perencanaan pengembangan SDM yang mensinkronkan kebutuhan pengadaan SDM dosen dan pegawai administrasi pada semua aras organisasi Undana. Peningkatan jumlah dan mutu dosen, diarahkan pada ketersediaan jumlah dosen per program studi sesuai ketentuan dan kebutuhan serta peningkatan kualifikasi dosen ke jenjang doktor secara linear. Sementara

itu, pengembangan SDM staf administrasi terutama untuk pendidikan pra-

jabatan dan pengembangan pendidikan dalam jabatan, baik itu untuk jabatan struktural maupun fungsional (pustakawan, laboran, teknisi, legal drafting, kehumasan, arsiparis dll.). Pengembangan sumberdaya fisik kerja diarahkan pada aspek legalitas aset dan sistem pengelolaan administrasi perkantoran modern, mulai dari perencanaan pengadaan, inventarisasi dan penghapusan aset. Sementara itu, menyangkut kebijakan sumberdaya informasi diarahkan pada peningkatan mutu pelayanan administrasi akademik, kepegawaian, kemahasiswaan, aset, dan keuangan yang berbasis elektronik serta pengadaan standar pelayanan operasional (SPO).

5. Kebijakan pengembangan kerjasama.

  Kebijakan pengembangan organisasi diarahkan pada kerjasama yang berbasis pada tridharma, yaitu kerjasama di bidang akademik, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, baik dengan perguruan tinggi pemerintah, swasta, organisasi profesi, LSM secara lokal, regional, nasional dan internasional. Pengelolaan kerjasama didasarkan atas prinsip mutualitas, mutu, etika dan moral akademis. Selain itu, kerjasama juga terjalin dengan alumni Undana yang kini mencapai 43.000 orang yang tersebar di berbagai negara, daerah, lembaga pemerintah maupun swasta. Sistem pengelolaan alumni dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat prodi, fakultas maupun universitas dengan mengembangkan ikatan alumni, di mana alumni juga diberikan tanggung jawab dalam berkontribusi mengembangkan prodi, fakultas maupun Undana. Studi rekam jejak alumni agar dilakukan secara sistematik dan berkala untuk menerima umpan balik yang berfaedah dalam perbaikan kurikulum secara kontinu .

  Pernyataan Tujuan Pernyataan Tujuan

  Berdasarkan pernyataan visi dan misi di atas, tujuan yang ingin dicapai Undana

dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi adalah (sebagaimana tercantum pada

Renstra 2011-2015): 1.

  Pemberdayaan program studi untuk mencapai tingkat akreditasi A dan minimal B serta penyiapan standardisasi mutu internasional.

  2. Peningkatan kapasitas kelembagaan penelitian, program penelitian dan peneliti untuk mampu berkompetisi secara nasional dengan mutu hasil penelitian berbasis PIP yang dapat dipublikasi secara nasional dan internasional.

  3. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengabdian masyarakat untuk mengaplikasi ipteks yang berorientasi PIP untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  4. Pengembangan kapasitas organisasi untuk mencapai organisasi yang sehat, modern, akuntabel, transparan dan demokratis yang kondusif untuk mendorong percepatan perubahan.

  

1.2 Pernyataan mengenai tonggak-tonggak capaian (milestones) tujuan yang dinyatakan

dalam sasaran-sasaran yang merupakan target terukur, dan penjelasan mengenai strategi serta tahapan pencapaiannya.

1. Rencana pembangunan Undana Tahap I (2007-2011)

  Pada tahap ini, diawali dengan adanya dokumen Renstra 2007-2011 yang

memuat enam misi yang telah dilaksanakan yaitu (1) pendidikan dan pengajaran; (2)

penelitian; (3) pengabdian pada masyarakat; (4) kemahasiswaan; (5) manajemen; dan

(6) kerjasama. Oleh karena tahapan pengembangan ini merupakan fase penguatan

institusi (institution building), maka Undana melalui misi telah berupaya untuk

meletakkan dasar yang kokoh untuk merealisasikan visi Undana sebagai Perguruan

Tinggi Berwawasan Global pada tahun 2025. Beberapa capaian penting dari

pelaksanaan Renstra 2007-2011, adalah (1) di bidang pendidikan dan pengajaran

meliputi penerapan KBK, peningkatan jumlah prodi yang diakreditasi, peningkatan

sarana dan prasarana pembelajaran (ruang kuliah, perpustakaan dan laboratorium),

peningkatan jumlah dosen yang mengikuti pelatihan PEKERTI dan AA; (2) bidang

penelitian, Undana telah mendorong peran Lembaga Penelitian untuk melaksanakan

kegiatan penelitian yang bermutu dan dapat dipublikasi dalam jurnal ilmiah. Untuk

mendukung peran LP, maka berbagai kegiatan penting telah dilakukan antara lain

pelatihan metodologi penelitian dan penulisan proposal bagi dosen, pelatihan

penulisan jurnal nasional dan internasional bagi dosen, melaksanakan kegiatan

penelitian baik yang didanai institusi, pendanaan oleh Dikti Kemdikbud, kerjasama

dengan berbagai pihak baik nasional maupun internasional, meningkatkan sarana

dan prasarana penelitian; (3) bidang pengabdian kepada masyarakat, Undana telah

mendorong LPM untuk melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang

bermutu. Beberapa capaian dalam kegiatan PkM, yaitu peningkatan jumlah kegiatan

PkM yang didanai oleh DP2M DIKTI, pelaksanaan kegiatan KKN khusus melalui

pendanaan DP2M DIKTI, peningkatan kerjasama di bidang PkM dengan berbagai

pihak seperti LIPI dan Pertamina, peningkatan kerjasama dalam penyusunan

kebijakan publik hampir di semua kabupaten/kota di NTT dan RDTL, peningkatan

sarana dan prasarana PkM; (4) di bidang Kemahasiswaan, Undana telah mendorong

peningkatan jumlah mahasiswa dari 7000 pada tahun 2005 menjadi 17.000 pada

tahun 2011, peningkatan keterlibatan mahasiswa dalam berbagai kegiatan

pengembangan penalaran, minat, dan bakat, peningkatan sarana dan prasarana

  

kegiatan kemahasiswaan; (5) di bidang manajemen, Undana terus mendorong

pengelolaan organisasi secara sehat, hal tersebut terlihat dari capaian Undana dalam

meningkatkan jumlah doktor dan guru besar, meningkatkan jumlah sarana pendidikan

melalui pembangunan gedung-gedung baru (gedung kuliah, laboratorium, student

center , auditorium), pengembangan laboratorium lapangan dan wilayah binaan,

pengembangan kelembagaan baik fakultas, lembaga, dan unit-unit penunjang; (6) di

bidang kerjasama, Undana telah melakukan berbagai terobosan dalam menggalang

kerjasama baik di tingkat regional, nasional, dan internasional. Capaian Undana

dalam bidang kerjasama tampak dari meningkatnya jumlah kerjasama di tingkat

regional, nasional, dan internasional.

  2. Rencana pembangunan Undana Tahap II (2011-2015) Tema utama pembangunan Undana untuk periode 2011-2015 adalah

konsolidasi dan transformasi (consolidation and transformation). Program-program

prioritas pada tahap ini meliputi (1) konsolidasi organisasi dan pendidikan

berorientasi pada standar mutu pendidikan tinggi secara nasional dan inisiasi

internasionalisasi berbasis ICT; (2) peningkatan kapasitas institusi (pengelolaan

akademik, sdm, aset, finansial); (3) percepatan peningkatan jumlah dosen bergelar

doktor dan tenaga kependidikan yang profesional; (4) peningkatan sarana prasarana

yang bermutu; (5) pengembangan kurikulum berbasis kompetensi dan potensi

sumberdaya lokal; (6) kebijakan pengelolaan, payung, dan roadmap penelitian

berdasar rekam jejak; (7) pengembangan sistem monev; (8) peningkatan peringkat

akreditasi program studi/institusi; (9) pengembangan kerjasama; dan (10) inisiasi

sistem pelayanan internasional.

  3. Rencana Pembangunan Undana Tahap III Tema utama pembangunan Undana untuk periode 2016-2020 adalah

peningkatan mutu berkelanjutan dan otonomi (quality improvement sustainability and

autonomy ). Program-program prioritas dalam periode ini meliputi: (1) keberlanjutan