5 PERAN PENGAJIAN ANTARA MAGHRIB ISYA (PAMI) DALAM MENGATASI BUTA AKSARA AL-QUR’AN DI DESA OLAK KECATAMAN MUARA BULIAN-BATANG HARI JAMBI Ansori Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian ansori1183yahoo.co.id Abstract - View of PERAN PENGA
5
PERAN PENGAJIAN ANTARA MAGHRIB ISYA (PAMI)
DALAM MENGATASI BUTA AKSARA AL-QUR’AN DI
DESA OLAK KECATAMAN MUARA BULIAN-BATANG
HARI JAMBI
Ansori *
* Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian
[email protected]
Abstract
The child is living ornaments parents, power and glory
as well as the bastion of older people. Providing
education and religious debriefing for children from an
early age is a very important task, because children are
the soul sedative and tranquilizing heart. Therefore,
parents should pay attention to the religious education of
their children because of religious development in
childhood, occurs through the experience of his life since
childhood, whether in family, school and community
environments. The more experience that are either
religious (in accordance with the teachings of the
religion), will be the more religious elements in the
person of the child. If the child's personal many religious
elements, the attitude and the behavior of action and the
way the child would face life in accordance with
religious teachings. Educating children is the
responsibility of parents. As set forth in Q.S. At-Tahriim
paragraph 6. The focus of the problem in this research is
to determine the role and PAMI teachers obstacle in
overcoming illiteracy Qur'an in Desa Olak Kecamatan
Muara Bulian as well as efforts to overcome these
obstacles. The purpose of this study to determine the role
and constraints faced by PAMI teachers in Desa Olak
Kecamatan Muarabulian Kabuapten Batang Hari. In
conclusion, the first: The Role of PAMI in overcoming
illiteracy of the Qur’an in Desa Olak Kecamatan
Muarabulian been running quite well, it is proved by the
rise of children who regularly come home after sunset
each teacher to recite / learning al- Quran. Second: the
185
At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 184-197
obstacles found in the field is that there are some
children who lack the discipline to chant, in some places
there is a lack of teachers PAMI for pretty much his
cause children to feel tired of waiting for their turn.
anak tinggal ornamen orang tua, kuasa dan kemuliaan
serta benteng orang tua. Memberikan pendidikan dan
pembekalan agama untuk anak-anak dari usia dini
adalah tugas yang sangat penting, karena anak-anak
adalah obat penenang jiwa dan penenang hati. Oleh
karena itu, orang tua harus memperhatikan pendidikan
agama anak-anak mereka karena perkembangan agama
di masa kecil, terjadi melalui pengalaman hidupnya
sejak kecil, baik dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat lingkungan. Semakin banyak pengalaman
yang baik agama (sesuai dengan ajaran agama), akan
menjadi elemen yang lebih religius dalam pribadi anak.
Jika banyak unsur keagamaan pribadi anak, sikap dan
perilaku tindakan dan cara anak akan menghadapi hidup
sesuai dengan ajaran agama. Mendidik anak adalah
tanggung jawab orang tua. Sebagaimana diatur dalam
Q.S. At-Tahriim ayat 6. Fokus masalah dalam penelitian
ini adalah untuk menentukan peran dan Pami guru
kendala dalam mengatasi buta huruf Al Qur'an di Desa
Olak Kecamatan Muara Bulian serta upaya untuk
mengatasi hambatan tersebut. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui peran dan kendala yang dihadapi guru
Pami di Desa Olak Kecamatan Muara Bulian Kabuapten
Batang Hari. Kesimpulannya, pertama: Peran Pami
dalam mengatasi buta huruf Al-Qur'an di Desa Olak
Kecamatan Muara Bulian sudah berjalan cukup baik,
hal ini terbukti dengan munculnya anak-anak yang
secara teratur datang ke rumah setelah matahari
terbenam setiap guru untuk membaca / belajar alQuran. Kedua: hambatan yang ditemukan di lapangan
adalah bahwa ada beberapa anak-anak yang kurang
disiplin untuk menyanyi, di beberapa tempat ada
kurangnya guru Pami untuk cukup banyak penyebabnya
anak merasa bosan menunggu giliran mereka
Keywords: Peran pengajian antara maghrib dan isya
(PAMI), Buta aksara Al-qur’an
Peran Pengajian antara maghrib dan isya (PAMI)... – Ansori 186
Pendahuluan
Anak adalah perhiasan hidup orang tua, kekuatan dan
keagungan serta benteng pertahanan orang tua. Memberikan
pendidikan dan pembekalan agama bagi anak anak sejak dini
merupakan tugas yang sangat penting, karena anak-anak adalah
penenang jiwa dan penenang hati. Oleh sebab itu, seharusnya orang
tua memperhatikan pendidikan agama anak-anaknya karena
perkembangan agama pada masa anak terjadi melalui pengalaman
hidupnya sejak kecil, baik dalam keluarga, di sekolah dan lingkungan
masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama
(sesuai dengan ajaran agama), akan semakin banyak pula unsur
agama dalam pribadi anak. Apabila dalam pribadi anak banyak
unsur agama, maka sikap dan tindakan kelakuan dan cara anak
menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama. Mendidik anak
merupakan tanggung jawab orang tua. Sebagaimana Allah SWT
berfirman yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.1
(Q.S. At Tahriim : 6)
Berdasarkan ayat di atas Allah SWT memerintahkan orangorang beriman untuk menjaga diri dan keluarga dengan cara
mendidik keluarga dan diri mereka dengan baik, sehingga menjadi
sebuah keluarga yang benar-benar menjalankan syari’at Islam
(keluarga muslim). Dalam kaitan dengan pendidikan agama Bahwa
anak sebagai amanah Allah harus dibina dan dididik dengan benar,
sehingga kelak anak menjadi orang yang memiliki kepribadian dan
berakhlak mulia. Termasuk diantaranya adalah meningkatkan
kemampuan membaca dan menulis huruf Al-Qur’an selanjutnya
memahami dan mengamalkannya.
Memasyarakatkan Al-Qur’an merupakan kelaziman yang
perlu dikembangkan dan perlu digalakkan sejak dari kanak-kanak
sampai dewasa, seperti telah berjalan dikalangan masyarakat
muslim sesuai dengan perkembangan budaya yang semakin maju,
dan menurut Kementrian Agama Provinsi Jambi bahwa ada + 18.024
anak Se-Provinsi Jambi yang buta aksara Al-Qur’an dan dari 18.024
anak diantaranya 126 anak ada di Kabupaten Batang Hari yang buta
aksara Al-Qur’an.2 Oleh sebab itu, sangat perlu adanya suatu
pendidikan dan pengajaran mengenai metode dan cara-cara
1
2
Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahnya. 1994. Jakarta : Depag RI, hal 951.
Anonim, Data Kementrian Agama Provisi Jambi. Tahun 2014
187
At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 184-197
pemahaman membaca Al-Qur’an, terutama dalam meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur’an kepada para murid-murid PAMI.
Berdasarkan grand tour atau pengamatan penulis,
sebagaimana Peraturan Daerah Kabupaten Batang Hari Nomor 17
Tahun 2013 Tentang Kewajiban Mampu Baca Tulis Al-Qur’an Dan
Melaksanakan Shalat Fardlu Bagi Siswa Yang Beragama Islam. 3
Kegiatan PAMI di Desa Olak sudah berjalan dengan baik dan
diterapkan sejak lama sampai sekarang ini. Di Desa Olak Kecamatan
Muara Bulian ada banyak terdapat PAMI, kegiatan pengajian
diadakan di rumah-rumah yang diasuh oleh para guru PAMI. Anakanak tidak hanya mempelajari cara membaca Al-Qur’an tetapi juga
diajarkan cara shalat, do’a pendek dan aqidah-akhlaq. Para guru
PAMI pada umummya menggunakan beberapa metode dalam
mendidik peserta didik mereka diantaranya metode iqra’ dan metode
baghdadiyah. Di samping itu, orang tua juga ikut serta dalam
mengawasi.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merasa
tertarik meneliti tentang “Peran Pengajian Antar Magrib dan Isya
(PAMI) dalam Mengatasi Buta Aksara Al-Qur’an di Desa Olak
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari”.
Metode Penelitian
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif, yaitu
memaparkan apa adanya kondisi di lapangan melalui sudut sosiokultural. Subjek penelitian terdiri dari Kepala Desa, guru PAMI,
Orang tua murid, dan anak murid PAMI khususnya PAMI ar-Rasyid
bertempat di RT. 02 Desa Olak Kecamatan Muara Bulian Kabupaten
Batanghari.
Teknik sampling dengan menggunakan purpossive sampling.
Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis
dengan teknik reduksi (reduction) data, penyajian (display) data dan
penarikan kesimpulan (conclusion). Proses pengabsahan data dengan
trianggulasi data sumber dan metode.
Pengertian Pengajian Antara Maghrib dan Isya (PAMI)
Pengajian Antara Maghrib dan Isya (PAMI) merupakan
sistem pembelajaran dan pengajian Al-Qur’an yang waktunya
dilaksanakan ba’da sholat Maghrib sampai menjelang sholat Isya.
Sistem pengajian seperti ini banyak menyebar di kalangan
masyarakat khususnya yang beragama Islam, pengajian ini dilakukan
di masjid-masjid atau mushola dan dibina secara langsung oleh
seorang atau beberapa orang ustad. Pengajian berasal dari kata ngaji
3
Anonim, Peraturan Daerah Kabupaten Batang Hari No. 17 Tahun 2013
Peran Pengajian antara maghrib dan isya (PAMI)... – Ansori 188
atau mengaji yang merupakan pengakuan dan penerimaan secara
berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia.4
Pengajian atau dalam bahasa tarbiyah disebut ta’lim adalah
suatu kegiatan yang bergerak dibidang keagamaan dengan
mengajarkan nilai-nilai dan dasar-dasar agama kepada anak. Dari
segi bahasa (ethymologi) Al-Qur’an adalah isim masdar dari kata
“qara’ah” dengan makna isim maf’ul yang artinya dibaca.
Pengertian ini sejalan dengan maksud diturunkannya Al-Qur’an itu,
yakni agar dibaca.5
Al-Qur’an adalah sumber ajaran pertama dan utama, menurut
keyakinan umat Islam yang diakui kebenarannya oleh penelitian
ilmiah. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang memuat firman-firman
Allah, sama benarnya yang disampaikan malaikat jibril kepada nabi
Muhammad SAW sebagai rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22
tahun 2 bulan 22 hari, yang pada mulanya diturunkan di Mekah
kemudian di Madinah.6
Berdasarkan uraian di atas, PAMI adalah suatu kegiatan yang
mempelajari Al-Quran sebagai wahyu dari Allah SWT. PAMI
merupakan bagian dari pendidikan Islam non formal yang
mempunyai kedudukan penting karena langsung berada di tengahtengah masyarakat dan mereka mengikuti PAMI serta menerima
ilmu untuk mempelajari al-Quran. Penanaman ilmu agama kepada
anak sejak dini akan menjadikan ilmu itu sebagai pengawas diri
dalam berbuat. pelaksanaannya sesudah maghrib dan selesai sebelum
isya’. PAMI merupakan implementasi dari syiar Islam dengan tujuan
untuk membentuk dan membina generasi Qur’ani berbalut akhlakul
karimah.
Muhammad Zuhaili mengatakan tanggung jawab pendidikan
Islam, sesuai dengan dasar-dasar pendidikan modern, terletak pada
tiga pihak utama, yaitu keluarga, masyarakat dan sekolah. Ini pada
masa balita dan kanak-kanak. Ditambah dengan tangung jawab yang
harus dipikul oleh anak terhadap dirinya sendiri, yakni ia mencapai
usia baligh. Saat itu, tumbuhlah pohon yang ditanam orang tua dan
para pengajar, serta tersiramilah tanaman yang ditanam oleh
masyarakat dengan berbagai cara yang berbeda.7
Muhammad Zuhaili, Di antara kurikulum Islam dalam
pendidikan adalah mengajari anak-anak menghafal Al-Qur’an dari
4
Pustaka.
Poerwadarminta. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
LBIQ.Belajar Membaca Al-Qur’an dengan Lagu. Jakarta : Jaya Raya.
1991, hlm 6
6
M.Daud Ali, Pendidikan Agama Islam . Jakarta: Raja Grafindo Persada.
1998, hlm. 93
7
Muhammad Zuhaili, 2002. Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini.
Jakarta: Ba’adillah Press. Hal. 28
5
189
At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 184-197
kecil. Karena Al-Qur’an membangun perilaku dan akhlak, juga
memelihara lisan, mengokohkan aqidah serta menjamin masa depan
pemuda.8
Adapun periode yang terpenting dalam pendidikan anak
termasuk di dalamnya dalam mengajarkan Al-Quran menurut Athiyah
Al-Abrosyi ada sebagai berikut :
Periode yang terpenting dalam pendidikan anak ialah masa
anak-anak. Apabila anak-anak kurang mendapat perhatian pada
permulaan hidupnya, sebagian besarnya menjadi besar dengan akhlak
yang rusak, suka pembohong, dengki, pencuri, pencela, mengijak dan
suka campur tangan dalam urusan orang lain, anak yang seperti itu
akan cenderung kepada membuat konspirasi-konspirasi tipu daya dan
menjerumuskan orang lain. Untuk menghindarkan anak-anak dari
sifat-sifat ini tidak sukar, yaitu dengan pendidikan dan pengajaran
yang baik, dengan mengisi waktu kosongnya, menyuruh dia belajar
Al-Qur’an, mempelajari riwayat hidup orang-orang besar hikayat
orang-orang besar hikayat orang-orang saleh, orang-orang baik serta
prilaku mereka itu, agar menjadi pedoman anak-anak tadi rasa cinta
pada orang-orang yang taqwa dan saleh.9
Keberhasilan mengajarkan anak dalam menghafal Al-Qur’an
adalah melalui tindakan:
1. Orang tua selalu mengarahkan anak untuk belajar Al-Qur’an
2. Memilih pendidikan yang baik bagi anak, mulai dari guru
ngajinya, tempatnya dan lain sebagainya.
3. Memberikan hadiah dan hukuman kepada anak yang belajar AlQur’an.10
Tujuan dari PAMI sebagaimana yang dijelaskan dalam buku
yang diterbitkan oleh Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji adalah
yaitu:
1. Agar murid mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, benar dan
tepat makhraj hurufnya, panjang pendeknya, ghunnah dan lain
sebagainya
2. Agar murid suka dan senang membiasakan diri membaca AlQur’an dengan baik.
3. Agar murid dapat menghapal sejumlah surah-surah pendek dalam
Al-Qur’an yang ditetapkan dalam shalat-shalat sehari-hari.
4. Agar murid taat dan patuh kepada Allah SWT dalam
melaksanakan ibadahnya, seperti salat, puasa dan sebagainya
8
Ibid,. 78
Attiyah Al-Abrasy. 1978. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta:
Bulan Bintang, hal.117
10
Ibid,. 76-77
9
Peran Pengajian antara maghrib dan isya (PAMI)... – Ansori 190
sehingga merupakan sebagian dari pengamalan dan penghayatan
isi kandungan Al-Qur’an.11
Setiap Muslim yang beriman kepada Allah SWT dan kitabNya diharuskan mempelajari isi kandungan Al-Qur’an. Sedangkan
untuk dapat mempelajari dan memahami kandungan itu haruslah
dimulai dari membaca kemudian mengamalkannya sebagaimana
dalam hadits dinyatakan:
) (ا ه بخ اى.ِح َي ُرا ُر ْم َي ْم َي َي َّل َي ْم لُر ْم آَي َي َي َّل َي ُر
Artinya : “Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari AlQur’an dan mengajarkannya”.12 (Riwayat Bukhari)
Menurut Muhammad Suwaid, seyogyanya setiap orang tua
mengajarkan Al-Qur’an kepada putra-putrinya sejak kecil.
Tujuannya, mengarahkan mereka kepada keyakinan bahwa Allah
adalah Rabb mereka dan bahwa ini merupakan firman-Nya,
sehingga ruh Al-Qur’an bisa berhembus dalam jiwa mereka, serta
cahayanya bersinar dalam pemikiran dan intelektualitas mereka.
Dengan demikian mereka akan menerima aqidah Al-Qur’an sejak
kecil dan kemudian tumbuh dan berkembang di atas kecintaan
kepada Allah dan Rasul-Nya dan mempunyai keterkaitan erat
dengannya. Selanjutnya mereka akan melaksanakan perintahperintah
Al-Qur’an
dan
menjauhi
larangan-larangannya,
berakhlakkan Al-Qur’an dan berjalan di atas manhaj Al-Qur’an.13
Menurut Syaikh Khalid Abdul Mun’im Ar Rifa’i ” Usia
yang afdhal untuk mulai untuk mulai mengajarkan Al-Quran kepada
anak adalah sejak tiga tahun. Karena ketika itu akalnya mulai
berkembang, memorinya masih bersih murni, ia masih senang
dengan kisah-kisah dan ia masih mudah menuruti apa yang
diperintahkan”.14
Menurut Ahsin Sakho Rektor Institut Ilmu Quran (IIQ)
Jakarta, anak sudah bisa diajarkan membaca Alquran sejak ia bisa
bicara. "Usia tiga hingga empat tahun sebaiknya memang sudah
diajarkan membaca Alquran atau paling tidak diajarkan melafalkan
huruf-huruf Alquran.15
Anonim. 1983. Pedoman Pengajian Al-Qur’an bagi Anak-Anak. Jakarta:
Dirjen Bimas Islam, hal. 4-5
12
Imam Nawawi. 1999. Riyadhus Sholihin, Jilid II. Jakarta: Pustaka Amani,
hal. 115
13
Muhammad Suwaid. 2004. Mendidik Anak Bersama Nabi. Solo: Pustaka
Arafah, hal. 147
14
Syaikh
Khalid
Abdul
Mun’im
Ar
Rifa’i,
200,
http://ar.islamway.net/fatwa/40439
15
Dr.
Ahsin
Sakho
Muhammad,
2013,
http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara
11
191
At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 184-197
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa cara yang
dapat digunakan untuk memberantas buta huruf dalam membaca AlQur’an salah satunya adalah dengan menitipkan anak ditempat
Pengajian Antara Magrib Isya (PAMI) untuk diajarkan ilmu cara
membaca al-Quran.
Untuk membiasakan anak membaca Al-Qur’an harus dimulai
dari kecil saat usia 4 tahun supaya anak dapat lancar membaca AlQur’an. Dan yang menjadi dasar belajar membaca adalah karena
membaca merupakan satu fungsi tertinggi otak manusia. Dan dari
semua makhluk di dunia ini hanya manusia yang dapat membaca dan
semua proses belajar juga didasarkan kemampuan membaca.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1. Peran Pengajian Antara Magrib dan Isya (PAMI) dalam
Mengatasi Buta Aksara Al-Qur’an Di Desa Olak
Proses pendidikan merupakan salah satu upaya untuk
mengembangkan dan menumbuhkan seluruh aspek pribadi dalam
mempersiapkan suatu kehidupan yang mulia dan berhasil dalam
suatu masyarakat. Proses pendidikan di sekolah yang terpenting
dilakukan adalah kegiatan pembelajaran, karena kegiatan
pembelajaran merupakan kegiatan yang pokok. Ini berarti bahwa
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak
didik. Pembelajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan
sebab keduanya penyebab timbulnya perhatian. Sesuatu yang
menarik minat dan kebutuhan anak akan menarik perhatiannya
dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.
Kegiatan PAMI dalam mengatasi buta aksara Al-Quran di
Desa Olak kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari,
dilaksanakan sudah puluhan tahun dan mendapat dukungan dari
para orang, juga guru dan para tokoh masyarakat setempat. Tujuan
kegiatan pengajian tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan
anak-anak untuk membaca Al-Qur’an.
Wawancara Penulis dengan Kepala Desa Olak Bapak
Sumardi sebagai pembina PAMI di Desa Olak, mengatakan :
Peran Pengajian Antara Maghrib dan Isya’ (PAMI) dalam
mengatasi buta aksara Al-Qu’an di Desa Olak sangat dibutuhkan.
Hal ini ditandai dengan antusias anak dalam menerima dan
mempelajari Al-Qur’an sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
guru PAMI serta orang tua yang ikut mendukung pelaksanaan
pengajian ini dengan menyertakan anak-anaknya mengikuti
pengajian di beberapa tempat PAMI yang dilaksanakan di rumah
penduduk. Disamping itu, dibuktikan dengan adanya sejumlah
prestasi yang dicapai anak-anak pada setiap kegiatan-kegiatan lomba
Peran Pengajian antara maghrib dan isya (PAMI)... – Ansori 192
seperti MTQ yang dilaksanakan di dalam maupun diluar Desa Olak.
Dengan begitu, PAMI dianggap sudah memenuhi kebutuhan
rohaniah sebagai transfer ilmu cara membaca al-Qur’an dengan baik
dan benar.16
Wawancara penulis dengan guru PAMI yaitu bapak Sayuti
yang mengatakan sebagai berikut.
Peran PAMI di desa Olak ini sangat banyak, yaitu sebagai
wadah atau tempat berkumpulnya anak-anak desa Olak untuk
mendapatkan pendidikan berupa pengajian al-Quran , mulai dari
mengenal huruf, membaca, menghafal hingga membawakan ayatayat dengan baik dengan lantunan suara yang baik pula. Selain itu
peran PAMI di sini bukan hanya belajar membaca al-Quran saja,
akan tetapi di tempat ini juga para anak-anak diajarkan pendidikan
Islam seperti belajar sholat, pidato dan juga do’a-do’a pendek, serta
ditanamkan nilai-nilai akhlakul karimah bagi anak-anak sesuai
dengan ajaran Islam.17
Pernyataan di atas dibenarkan oleh informan lainnya yaitu
bapak Abu Bakar selaku Imam Desa Olak yang mengatakan sebagai
berikut.
Sangat banyak peran PAMI bagi masyarakat desa Olak,
terutama bagi anak-anak, dan bagi orang tua yang belum tentu
mampu memberikan pendidikan atau mengajarkan al-Quran dengan
baik bagi anak mereka. Di sinilah peran PAMI yang sesungguhnya
menjadi tempatnya anak-anak belajar mengaji yang diyakini jika
tidak di PAMI ini belum tentu mereka belajar dengan baik dirumah
dengan keterbatasan kemampuan orang tua mereka. Selain mereka
bisa mengaji di sini juga diajarkan tatacara sholat, barjanzi serta
ilmu-ilmu agama Islam dengan baik. Dan para orang tua bersyukur
dengan adanya PAMI ini bisa meringankan beban mereka dalam
menanamkan nilai-nilai agama Islam serta menjauhi anak-anak
mereka dari buta aksara Al-Quran .18
Selain pernyataan di atas, penulis juga mendapatkan
tambahan informasi dari beberapa orang tua murid yang belajar di
PAMI ini yang mengatakan bahwa peran PAMI sangatlah
mendukung dalam mengatasi buta aksara al-Qur’an di desa Olak,
karena dengan adanya PAMI ini masyarakat desa Olak bisa
mengantarkan anak-anak mereka untuk belajar mengaji dan belajar
ilmu agama di sini, dengan diajarkan oleh guru yang benar-benar
mampu untuk memberikan yang terbaik dalam membaca al-Quran
bagi anak mereka.19
16
Wawancara, 29 Agustus 2015
Wawancara, 29 Agustus 2015
18
Wawancara, 29 Agustus 2015
19
Wawancara, 29 Agustus 2015
17
193
At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 184-197
Kemudian hasil wawancara Penulis dengan Zalfa, seorang
murid PAMI yang mengatakan bahwa : “Saya lebih senang mengaji
bersama teman-teman di tempat PAMI, karena hal ini membuat saya
merasa sangat senang mengikuti pengajian. Jika mengaji di rumah
sendiri, orang tua kurang memperhatikan karena kesibukannya”. 20
Berdasarkan hasil temuan di atas dapat penulis pahami bahwa
peran PAMI sangatlah banyak dan didukung oleh seluruh unsur
masyarakat desa Olak karena peran PAMI sebagai tempat anak-anak
mendapatkan ilmu pengetahuan seperti belajar mengaji membaca alQur’an dengan baik, belajar sholat dan do’a-do’a pendek serta belajar
tentang adab dan akhlak.
Pelaksanaan kegiatan Pengajian Maghrib dan Isya (PAMI) ini
mendapat dukungan dari para orang tua sehingga anak-anak
termotivasi untuk belajar mengaji di PAMI tersebut. Peran PAMI di
Desa Olak Kecamatan Muara Bulian jelas sangat dibutuhkan oleh
masyarakat Desa Olak, karena selain anak-anak belajar mengaji, para
guru PAMI juga memberikan pengajaran berupa nilai-nilai
pendidikan Islam yang akan di dapatkan di PAMI tersebut berupa
tata cara berwuduk, praktik shalat dan pelajaran akhlak.
2. Kendala Guru Pengajian Antara Magrib dan Isya (PAMI)
dalam Mengatasi Buta Aksara Al-Qur’an di Desa Olak
Kendala yang dihadapi oleh guru PAMI dalam meningkatkan
kemampuan anak membaca Al-Qur’an beragam dan dalam berbagai
bentuk kegiatan terutama masalah pengajian PAMI khususnya di
Desa Olak. kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan pengajian
tersebut adalah:
Pertama, anak yang kurang disiplin untuk belajar Al-Qur’an.
Kendala dalam pelaksanaan belajar Al-Qur’an di Desa Olak
adalah adanya sebagian anak yang kurang aktif. Hal ini sebagaimana
hasil observasi Penulis terhadap pelaksanaan pengajian di PAMI,
bahwa kendala dalam pelakanaan pengajian di Desa Olak ini adalah
ada sebagian anak-anak yang kurang aktif, sehingga mempengaruhi
sekali bagi anak-anak yang lainnya. Sedangkan orang tua mereka
tidak memberikan dorongan dan semangat serta motivasi bagi anakanak mereka tersebut.21
Hal yang sama Penulis temukan sebagaimana hasil
wawancara dengan guru PAMI Ibu Zaimah A.Ma, mengatakan
bahwa: “Anak-anak kadang-kadang tidak mengaji karena ada
kesibukan belajar untuk sekolah, sehingga mereka tidak mengaji
dengan alasan mengerjakan PR dari sekolah yang sangat sulit,
sehingga mereka lebih memilih mengerjakan tugasnya disekolah
20
21
Wawancara, 30 Agustus 2015
Observasi, 5 September 2015
Peran Pengajian antara maghrib dan isya (PAMI)... – Ansori 194
ketimbang untuk mengaji, seperti Matematika, pelajaran ini
merupakan pelajaran sulit sehingga mereka tidak masuk”. 22
Berdasarkan temuan di atas, dapat dipahami bahwa masalah
kurangnya kedisiplinan anak-anak PAMI dikarenakan berbagai sebab
yaitu karena ada kesibukan lain seperti mengerjakan tugas sekolah.
Dan orang tuapun tidak mendorong atau memberikan arahan kepada
anak-anaknya.
Kedua, kurangnya tenaga pengajar PAMI
Masih kurangnya tenaga pengajar dibidang pembelajaran AlQur’an ini akan sangat mempengaruhi tingkat kemampuan dan
kelancaran para siswa-siswi untuk memahami cara-acara membaca
Al-Qur’an.
Hal ini sebagaimana pengamatan Penulis terhadap
pelaksanaan pengajian di PAMI sebagai bahwa pada saat
pembelajaran PAMI antrian antara murid pertama dan kedua cukup
lama, sehingga terlihat sedikit membosankan bagi murid yang
menunggu giliran belajar tersebut.
Sebagaimana hasil wawancara Penulis dengan guru PAMI
yaitu bapak Sayuti, mengatakan bahwa:
“Pada PAMI kami masih kekurangan tenaga pengajar, sebab
anak yang mengaji sebanyak 24 orang sementara guru hanya 2 orang.
1 orang guru PAMI mengajar 12 orang proses sehingga pembelajaran
kurang efektif disebabkan terlalu banyak murid untuk satu orang
guru. Waktu belajar untuk satu orang anak berkisar 7-10 menit
perorang. dan juga anak-anak di sini semakin tahun terus bertambah
jumlahnya, sehingga diperlukan penambahan tenaga pengajar di
PAMI”.23
Berdasarkan hasil temuan di atas bahwa jika dilihat dari
jumlah anak dan waktu belajar memang kekurangan guru PAMI.
Ketiga, Keterbatasan waktu belajar PAMI.
Masalah waktu ini akan sangat menjadi masalah, karena itu
hanya 1 jam, ini akan sangat menjadi kendala dan permasalahan.
Karena paling tidak waktu disediakan lebih dari 1 jam dengan
jumlah anak-anak yang cukup banyak dalam satu PAMI, agar
kemahiran dan kemampuan para anak dapat tercapai.
Sebagaimana pengamatan terhadap pelaksanaan pengajian di
PAMI sebagai berikut “waktu yang dipergunakan dalam
pembelajaran pengajian pada PAMI di Desa Olak ini masih sangat
sedikit sekali dan kurang sekali, karena hanya satu jam dalam satu
kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran. Proses belajar lembaga
pendidikan yang hanya memiliki waktu 1 jam sangat minim sekali
22
23
Wawancara, 5 September 2015
Wawancara, 5 September 2015
195
At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 184-197
dengan bentuk membaca secara bergiliran dan satu murid hanya 7-10
menit mereka untuk membacakan ayat-ayat Al-Qur’an”.24
Senada dengan hasil wawancara Penulis dengan murid
pengajian PAMI bernama Haris mengatakan: Bila kami perhatikan
waktu yang digunakan untuk belajar Al-Qur’an di PAMI kami masih
kurang waktunya, karena bila jumlah teman-teman banyak, sehingga
kami hanya belajar sebentar dalam belajar Al-Qur’an.25
Berdasarkan temuan di atas, memang nampak bahwa waktu
belajar mengaji PAMI sangat kurang, jika dipaksakan untuk
menambahkan waktu sampai malam juga tidak memungkinkan.
Karena yang namanya anak jika belajar malam sangat mungkin akan
mengantuk.
Penutup
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut : pertama: Peran PAMI dalam mengatasi Buta Aksara
Al-Qur’an di Desa Olak Kecamatan Muara Bulian telah berjalan
dengan cukup baik, hal ini terbukti dengan maraknya anak-anak yang
secara rutin datang kerumah guru setiap sesudah magrib untuk
mengaji / belajar al-Quran. Kedua: kendala yang ditemukan
dilapangan adalah ada beberapa orang anak yang kurang disiplin
untuk mengaji, dibeberapa tempat PAMI terdapat kurangnya tenaga
pengajar karena muridnya cukup banyak yang menyebabkan anak
merasa bosan menunggu giliran.
Saran-saran
Dalam penelitian ini, ada beberapa saran yang penulis
kemukakan, sebagai berikut:
1. Kegiatan PAMI harus terus dipertahankan dan dilestarikan
dengan meningkatkan metode pembelajaran dan SDM gurunya.
2. Untuk para orang tua diharapkan selalu memberikan dorongan,
motivasi dan dukungan serta selalu memperhatikan anakanaknya untuk belajar al-Qur’an dan mendisiplinkan anakanaknya untuk belajar mengaji. Mendayagunakan anak-anak
yang sudah pintar mengaji untuk ikut membantu mengajar agar
kekurangan tenaga pengajar dapat teratasi. Para guru mengaji
khususnya harus selalu bekerja sama dengan pihak orang tua,
keluarganya dan pemuka masyarakat lainnya dalam
meningkatkan mutu dan prestasi para anak dan mengatasi
kedisiplinan belajar anak-anak ditempat pengajiannya.
24
25
Observasi, 6 September 2015
Wawancara, 6 September 2015
Peran Pengajian antara maghrib dan isya (PAMI)... – Ansori 196
Daftar Pustaka
_____. (2013) Pedoman Penulisandan Penelitian Skripsi, Jambi:
Penerbit Kopertais.
_____. (1983) Pedoman Pengajian Al-Qur’an bagi Anak-Anak.
Jakarta: Dirjen Bimas Islam.
_____. (2003) Fatwa Syaikh Khalid Abdul Mun’im Ar Rifa’i –
hafizhahullah, sumber : http://ar.islamway.net/fatwa/40439
_____. (2013) Dr Ahsin Sakho Muhammad, sumber: Jakarta,
http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara
_____. (2013) Peraturan Daerah Kabupaten Batang Hari No. 17,
Muara Bulian: Salinan Peraturan Daerah Kabupaten Batang
Hari
_____. (2014) Data Kementrian Agama Provisi Jambi. Jambi,
http://jambi.kemenag.go.id
Abd Bin Nuhdan Oemar Bakry. (1998) Kamus Indonesia-Arab,
Arab-Indonesia, Jakarta: Bentara Antar Asia.
Ahmad Syarifuddin. (2004). Mendidik Anak Membaca, Menulis dan
Mencintai Al-Qur’an. Jakarta: GemaInsani.
Anonim. (1989), Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta :Penerbit
Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Depag RI.
Athiyyah al Abrasyi. Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam.
Bandung : Pustaka Setia 2003
Attiyah Al-Abrasy. (1978). Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.
Hamka. (1967) Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Agung.
Huberman, Michael A. dan Matthew B Miles. (1992) Analisis Data
Kualitatif, Jakarta: UI.
Imam Nawawi. (1999). Riyadhus Sholihin, Jilid II. Jakarta: Pustaka
Amani.
LBIQ.Belajar Membaca Al-Qur’an dengan Lagu. Jakarta : Jaya
Raya. 1991
M.Daud Ali, SH, Pendidikan Agama Islam . Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 1998
Muhammad Suwaid. (2004) Mendidik Anak Bersama Nabi. Solo:
Pustaka Arafah.
197
At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 184-197
Muhammad Zuhaili (2002) Pentingnya Pendidikan Islam Sejak
Dini.Jakarta: Ba’adillah Press.
Poerwadarminta. (1999) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Sanapiah Faisal, (1990), Metode Penelitian Kualitatif dan dasardasar Aplikasinya, Jakarta: Penerbit Pustaka KaryaCipta.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R &
D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (1998) ProsedurPenelitian. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sutrisno Hadi. ,(1999), Metode Risearch, Yokyakarta : UGM.
PERAN PENGAJIAN ANTARA MAGHRIB ISYA (PAMI)
DALAM MENGATASI BUTA AKSARA AL-QUR’AN DI
DESA OLAK KECATAMAN MUARA BULIAN-BATANG
HARI JAMBI
Ansori *
* Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian
[email protected]
Abstract
The child is living ornaments parents, power and glory
as well as the bastion of older people. Providing
education and religious debriefing for children from an
early age is a very important task, because children are
the soul sedative and tranquilizing heart. Therefore,
parents should pay attention to the religious education of
their children because of religious development in
childhood, occurs through the experience of his life since
childhood, whether in family, school and community
environments. The more experience that are either
religious (in accordance with the teachings of the
religion), will be the more religious elements in the
person of the child. If the child's personal many religious
elements, the attitude and the behavior of action and the
way the child would face life in accordance with
religious teachings. Educating children is the
responsibility of parents. As set forth in Q.S. At-Tahriim
paragraph 6. The focus of the problem in this research is
to determine the role and PAMI teachers obstacle in
overcoming illiteracy Qur'an in Desa Olak Kecamatan
Muara Bulian as well as efforts to overcome these
obstacles. The purpose of this study to determine the role
and constraints faced by PAMI teachers in Desa Olak
Kecamatan Muarabulian Kabuapten Batang Hari. In
conclusion, the first: The Role of PAMI in overcoming
illiteracy of the Qur’an in Desa Olak Kecamatan
Muarabulian been running quite well, it is proved by the
rise of children who regularly come home after sunset
each teacher to recite / learning al- Quran. Second: the
185
At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 184-197
obstacles found in the field is that there are some
children who lack the discipline to chant, in some places
there is a lack of teachers PAMI for pretty much his
cause children to feel tired of waiting for their turn.
anak tinggal ornamen orang tua, kuasa dan kemuliaan
serta benteng orang tua. Memberikan pendidikan dan
pembekalan agama untuk anak-anak dari usia dini
adalah tugas yang sangat penting, karena anak-anak
adalah obat penenang jiwa dan penenang hati. Oleh
karena itu, orang tua harus memperhatikan pendidikan
agama anak-anak mereka karena perkembangan agama
di masa kecil, terjadi melalui pengalaman hidupnya
sejak kecil, baik dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat lingkungan. Semakin banyak pengalaman
yang baik agama (sesuai dengan ajaran agama), akan
menjadi elemen yang lebih religius dalam pribadi anak.
Jika banyak unsur keagamaan pribadi anak, sikap dan
perilaku tindakan dan cara anak akan menghadapi hidup
sesuai dengan ajaran agama. Mendidik anak adalah
tanggung jawab orang tua. Sebagaimana diatur dalam
Q.S. At-Tahriim ayat 6. Fokus masalah dalam penelitian
ini adalah untuk menentukan peran dan Pami guru
kendala dalam mengatasi buta huruf Al Qur'an di Desa
Olak Kecamatan Muara Bulian serta upaya untuk
mengatasi hambatan tersebut. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui peran dan kendala yang dihadapi guru
Pami di Desa Olak Kecamatan Muara Bulian Kabuapten
Batang Hari. Kesimpulannya, pertama: Peran Pami
dalam mengatasi buta huruf Al-Qur'an di Desa Olak
Kecamatan Muara Bulian sudah berjalan cukup baik,
hal ini terbukti dengan munculnya anak-anak yang
secara teratur datang ke rumah setelah matahari
terbenam setiap guru untuk membaca / belajar alQuran. Kedua: hambatan yang ditemukan di lapangan
adalah bahwa ada beberapa anak-anak yang kurang
disiplin untuk menyanyi, di beberapa tempat ada
kurangnya guru Pami untuk cukup banyak penyebabnya
anak merasa bosan menunggu giliran mereka
Keywords: Peran pengajian antara maghrib dan isya
(PAMI), Buta aksara Al-qur’an
Peran Pengajian antara maghrib dan isya (PAMI)... – Ansori 186
Pendahuluan
Anak adalah perhiasan hidup orang tua, kekuatan dan
keagungan serta benteng pertahanan orang tua. Memberikan
pendidikan dan pembekalan agama bagi anak anak sejak dini
merupakan tugas yang sangat penting, karena anak-anak adalah
penenang jiwa dan penenang hati. Oleh sebab itu, seharusnya orang
tua memperhatikan pendidikan agama anak-anaknya karena
perkembangan agama pada masa anak terjadi melalui pengalaman
hidupnya sejak kecil, baik dalam keluarga, di sekolah dan lingkungan
masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama
(sesuai dengan ajaran agama), akan semakin banyak pula unsur
agama dalam pribadi anak. Apabila dalam pribadi anak banyak
unsur agama, maka sikap dan tindakan kelakuan dan cara anak
menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama. Mendidik anak
merupakan tanggung jawab orang tua. Sebagaimana Allah SWT
berfirman yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.1
(Q.S. At Tahriim : 6)
Berdasarkan ayat di atas Allah SWT memerintahkan orangorang beriman untuk menjaga diri dan keluarga dengan cara
mendidik keluarga dan diri mereka dengan baik, sehingga menjadi
sebuah keluarga yang benar-benar menjalankan syari’at Islam
(keluarga muslim). Dalam kaitan dengan pendidikan agama Bahwa
anak sebagai amanah Allah harus dibina dan dididik dengan benar,
sehingga kelak anak menjadi orang yang memiliki kepribadian dan
berakhlak mulia. Termasuk diantaranya adalah meningkatkan
kemampuan membaca dan menulis huruf Al-Qur’an selanjutnya
memahami dan mengamalkannya.
Memasyarakatkan Al-Qur’an merupakan kelaziman yang
perlu dikembangkan dan perlu digalakkan sejak dari kanak-kanak
sampai dewasa, seperti telah berjalan dikalangan masyarakat
muslim sesuai dengan perkembangan budaya yang semakin maju,
dan menurut Kementrian Agama Provinsi Jambi bahwa ada + 18.024
anak Se-Provinsi Jambi yang buta aksara Al-Qur’an dan dari 18.024
anak diantaranya 126 anak ada di Kabupaten Batang Hari yang buta
aksara Al-Qur’an.2 Oleh sebab itu, sangat perlu adanya suatu
pendidikan dan pengajaran mengenai metode dan cara-cara
1
2
Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahnya. 1994. Jakarta : Depag RI, hal 951.
Anonim, Data Kementrian Agama Provisi Jambi. Tahun 2014
187
At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 184-197
pemahaman membaca Al-Qur’an, terutama dalam meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur’an kepada para murid-murid PAMI.
Berdasarkan grand tour atau pengamatan penulis,
sebagaimana Peraturan Daerah Kabupaten Batang Hari Nomor 17
Tahun 2013 Tentang Kewajiban Mampu Baca Tulis Al-Qur’an Dan
Melaksanakan Shalat Fardlu Bagi Siswa Yang Beragama Islam. 3
Kegiatan PAMI di Desa Olak sudah berjalan dengan baik dan
diterapkan sejak lama sampai sekarang ini. Di Desa Olak Kecamatan
Muara Bulian ada banyak terdapat PAMI, kegiatan pengajian
diadakan di rumah-rumah yang diasuh oleh para guru PAMI. Anakanak tidak hanya mempelajari cara membaca Al-Qur’an tetapi juga
diajarkan cara shalat, do’a pendek dan aqidah-akhlaq. Para guru
PAMI pada umummya menggunakan beberapa metode dalam
mendidik peserta didik mereka diantaranya metode iqra’ dan metode
baghdadiyah. Di samping itu, orang tua juga ikut serta dalam
mengawasi.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merasa
tertarik meneliti tentang “Peran Pengajian Antar Magrib dan Isya
(PAMI) dalam Mengatasi Buta Aksara Al-Qur’an di Desa Olak
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari”.
Metode Penelitian
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif, yaitu
memaparkan apa adanya kondisi di lapangan melalui sudut sosiokultural. Subjek penelitian terdiri dari Kepala Desa, guru PAMI,
Orang tua murid, dan anak murid PAMI khususnya PAMI ar-Rasyid
bertempat di RT. 02 Desa Olak Kecamatan Muara Bulian Kabupaten
Batanghari.
Teknik sampling dengan menggunakan purpossive sampling.
Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis
dengan teknik reduksi (reduction) data, penyajian (display) data dan
penarikan kesimpulan (conclusion). Proses pengabsahan data dengan
trianggulasi data sumber dan metode.
Pengertian Pengajian Antara Maghrib dan Isya (PAMI)
Pengajian Antara Maghrib dan Isya (PAMI) merupakan
sistem pembelajaran dan pengajian Al-Qur’an yang waktunya
dilaksanakan ba’da sholat Maghrib sampai menjelang sholat Isya.
Sistem pengajian seperti ini banyak menyebar di kalangan
masyarakat khususnya yang beragama Islam, pengajian ini dilakukan
di masjid-masjid atau mushola dan dibina secara langsung oleh
seorang atau beberapa orang ustad. Pengajian berasal dari kata ngaji
3
Anonim, Peraturan Daerah Kabupaten Batang Hari No. 17 Tahun 2013
Peran Pengajian antara maghrib dan isya (PAMI)... – Ansori 188
atau mengaji yang merupakan pengakuan dan penerimaan secara
berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia.4
Pengajian atau dalam bahasa tarbiyah disebut ta’lim adalah
suatu kegiatan yang bergerak dibidang keagamaan dengan
mengajarkan nilai-nilai dan dasar-dasar agama kepada anak. Dari
segi bahasa (ethymologi) Al-Qur’an adalah isim masdar dari kata
“qara’ah” dengan makna isim maf’ul yang artinya dibaca.
Pengertian ini sejalan dengan maksud diturunkannya Al-Qur’an itu,
yakni agar dibaca.5
Al-Qur’an adalah sumber ajaran pertama dan utama, menurut
keyakinan umat Islam yang diakui kebenarannya oleh penelitian
ilmiah. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang memuat firman-firman
Allah, sama benarnya yang disampaikan malaikat jibril kepada nabi
Muhammad SAW sebagai rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22
tahun 2 bulan 22 hari, yang pada mulanya diturunkan di Mekah
kemudian di Madinah.6
Berdasarkan uraian di atas, PAMI adalah suatu kegiatan yang
mempelajari Al-Quran sebagai wahyu dari Allah SWT. PAMI
merupakan bagian dari pendidikan Islam non formal yang
mempunyai kedudukan penting karena langsung berada di tengahtengah masyarakat dan mereka mengikuti PAMI serta menerima
ilmu untuk mempelajari al-Quran. Penanaman ilmu agama kepada
anak sejak dini akan menjadikan ilmu itu sebagai pengawas diri
dalam berbuat. pelaksanaannya sesudah maghrib dan selesai sebelum
isya’. PAMI merupakan implementasi dari syiar Islam dengan tujuan
untuk membentuk dan membina generasi Qur’ani berbalut akhlakul
karimah.
Muhammad Zuhaili mengatakan tanggung jawab pendidikan
Islam, sesuai dengan dasar-dasar pendidikan modern, terletak pada
tiga pihak utama, yaitu keluarga, masyarakat dan sekolah. Ini pada
masa balita dan kanak-kanak. Ditambah dengan tangung jawab yang
harus dipikul oleh anak terhadap dirinya sendiri, yakni ia mencapai
usia baligh. Saat itu, tumbuhlah pohon yang ditanam orang tua dan
para pengajar, serta tersiramilah tanaman yang ditanam oleh
masyarakat dengan berbagai cara yang berbeda.7
Muhammad Zuhaili, Di antara kurikulum Islam dalam
pendidikan adalah mengajari anak-anak menghafal Al-Qur’an dari
4
Pustaka.
Poerwadarminta. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
LBIQ.Belajar Membaca Al-Qur’an dengan Lagu. Jakarta : Jaya Raya.
1991, hlm 6
6
M.Daud Ali, Pendidikan Agama Islam . Jakarta: Raja Grafindo Persada.
1998, hlm. 93
7
Muhammad Zuhaili, 2002. Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini.
Jakarta: Ba’adillah Press. Hal. 28
5
189
At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 184-197
kecil. Karena Al-Qur’an membangun perilaku dan akhlak, juga
memelihara lisan, mengokohkan aqidah serta menjamin masa depan
pemuda.8
Adapun periode yang terpenting dalam pendidikan anak
termasuk di dalamnya dalam mengajarkan Al-Quran menurut Athiyah
Al-Abrosyi ada sebagai berikut :
Periode yang terpenting dalam pendidikan anak ialah masa
anak-anak. Apabila anak-anak kurang mendapat perhatian pada
permulaan hidupnya, sebagian besarnya menjadi besar dengan akhlak
yang rusak, suka pembohong, dengki, pencuri, pencela, mengijak dan
suka campur tangan dalam urusan orang lain, anak yang seperti itu
akan cenderung kepada membuat konspirasi-konspirasi tipu daya dan
menjerumuskan orang lain. Untuk menghindarkan anak-anak dari
sifat-sifat ini tidak sukar, yaitu dengan pendidikan dan pengajaran
yang baik, dengan mengisi waktu kosongnya, menyuruh dia belajar
Al-Qur’an, mempelajari riwayat hidup orang-orang besar hikayat
orang-orang besar hikayat orang-orang saleh, orang-orang baik serta
prilaku mereka itu, agar menjadi pedoman anak-anak tadi rasa cinta
pada orang-orang yang taqwa dan saleh.9
Keberhasilan mengajarkan anak dalam menghafal Al-Qur’an
adalah melalui tindakan:
1. Orang tua selalu mengarahkan anak untuk belajar Al-Qur’an
2. Memilih pendidikan yang baik bagi anak, mulai dari guru
ngajinya, tempatnya dan lain sebagainya.
3. Memberikan hadiah dan hukuman kepada anak yang belajar AlQur’an.10
Tujuan dari PAMI sebagaimana yang dijelaskan dalam buku
yang diterbitkan oleh Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji adalah
yaitu:
1. Agar murid mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, benar dan
tepat makhraj hurufnya, panjang pendeknya, ghunnah dan lain
sebagainya
2. Agar murid suka dan senang membiasakan diri membaca AlQur’an dengan baik.
3. Agar murid dapat menghapal sejumlah surah-surah pendek dalam
Al-Qur’an yang ditetapkan dalam shalat-shalat sehari-hari.
4. Agar murid taat dan patuh kepada Allah SWT dalam
melaksanakan ibadahnya, seperti salat, puasa dan sebagainya
8
Ibid,. 78
Attiyah Al-Abrasy. 1978. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta:
Bulan Bintang, hal.117
10
Ibid,. 76-77
9
Peran Pengajian antara maghrib dan isya (PAMI)... – Ansori 190
sehingga merupakan sebagian dari pengamalan dan penghayatan
isi kandungan Al-Qur’an.11
Setiap Muslim yang beriman kepada Allah SWT dan kitabNya diharuskan mempelajari isi kandungan Al-Qur’an. Sedangkan
untuk dapat mempelajari dan memahami kandungan itu haruslah
dimulai dari membaca kemudian mengamalkannya sebagaimana
dalam hadits dinyatakan:
) (ا ه بخ اى.ِح َي ُرا ُر ْم َي ْم َي َي َّل َي ْم لُر ْم آَي َي َي َّل َي ُر
Artinya : “Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari AlQur’an dan mengajarkannya”.12 (Riwayat Bukhari)
Menurut Muhammad Suwaid, seyogyanya setiap orang tua
mengajarkan Al-Qur’an kepada putra-putrinya sejak kecil.
Tujuannya, mengarahkan mereka kepada keyakinan bahwa Allah
adalah Rabb mereka dan bahwa ini merupakan firman-Nya,
sehingga ruh Al-Qur’an bisa berhembus dalam jiwa mereka, serta
cahayanya bersinar dalam pemikiran dan intelektualitas mereka.
Dengan demikian mereka akan menerima aqidah Al-Qur’an sejak
kecil dan kemudian tumbuh dan berkembang di atas kecintaan
kepada Allah dan Rasul-Nya dan mempunyai keterkaitan erat
dengannya. Selanjutnya mereka akan melaksanakan perintahperintah
Al-Qur’an
dan
menjauhi
larangan-larangannya,
berakhlakkan Al-Qur’an dan berjalan di atas manhaj Al-Qur’an.13
Menurut Syaikh Khalid Abdul Mun’im Ar Rifa’i ” Usia
yang afdhal untuk mulai untuk mulai mengajarkan Al-Quran kepada
anak adalah sejak tiga tahun. Karena ketika itu akalnya mulai
berkembang, memorinya masih bersih murni, ia masih senang
dengan kisah-kisah dan ia masih mudah menuruti apa yang
diperintahkan”.14
Menurut Ahsin Sakho Rektor Institut Ilmu Quran (IIQ)
Jakarta, anak sudah bisa diajarkan membaca Alquran sejak ia bisa
bicara. "Usia tiga hingga empat tahun sebaiknya memang sudah
diajarkan membaca Alquran atau paling tidak diajarkan melafalkan
huruf-huruf Alquran.15
Anonim. 1983. Pedoman Pengajian Al-Qur’an bagi Anak-Anak. Jakarta:
Dirjen Bimas Islam, hal. 4-5
12
Imam Nawawi. 1999. Riyadhus Sholihin, Jilid II. Jakarta: Pustaka Amani,
hal. 115
13
Muhammad Suwaid. 2004. Mendidik Anak Bersama Nabi. Solo: Pustaka
Arafah, hal. 147
14
Syaikh
Khalid
Abdul
Mun’im
Ar
Rifa’i,
200,
http://ar.islamway.net/fatwa/40439
15
Dr.
Ahsin
Sakho
Muhammad,
2013,
http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara
11
191
At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 184-197
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa cara yang
dapat digunakan untuk memberantas buta huruf dalam membaca AlQur’an salah satunya adalah dengan menitipkan anak ditempat
Pengajian Antara Magrib Isya (PAMI) untuk diajarkan ilmu cara
membaca al-Quran.
Untuk membiasakan anak membaca Al-Qur’an harus dimulai
dari kecil saat usia 4 tahun supaya anak dapat lancar membaca AlQur’an. Dan yang menjadi dasar belajar membaca adalah karena
membaca merupakan satu fungsi tertinggi otak manusia. Dan dari
semua makhluk di dunia ini hanya manusia yang dapat membaca dan
semua proses belajar juga didasarkan kemampuan membaca.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1. Peran Pengajian Antara Magrib dan Isya (PAMI) dalam
Mengatasi Buta Aksara Al-Qur’an Di Desa Olak
Proses pendidikan merupakan salah satu upaya untuk
mengembangkan dan menumbuhkan seluruh aspek pribadi dalam
mempersiapkan suatu kehidupan yang mulia dan berhasil dalam
suatu masyarakat. Proses pendidikan di sekolah yang terpenting
dilakukan adalah kegiatan pembelajaran, karena kegiatan
pembelajaran merupakan kegiatan yang pokok. Ini berarti bahwa
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak
didik. Pembelajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan
sebab keduanya penyebab timbulnya perhatian. Sesuatu yang
menarik minat dan kebutuhan anak akan menarik perhatiannya
dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.
Kegiatan PAMI dalam mengatasi buta aksara Al-Quran di
Desa Olak kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari,
dilaksanakan sudah puluhan tahun dan mendapat dukungan dari
para orang, juga guru dan para tokoh masyarakat setempat. Tujuan
kegiatan pengajian tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan
anak-anak untuk membaca Al-Qur’an.
Wawancara Penulis dengan Kepala Desa Olak Bapak
Sumardi sebagai pembina PAMI di Desa Olak, mengatakan :
Peran Pengajian Antara Maghrib dan Isya’ (PAMI) dalam
mengatasi buta aksara Al-Qu’an di Desa Olak sangat dibutuhkan.
Hal ini ditandai dengan antusias anak dalam menerima dan
mempelajari Al-Qur’an sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
guru PAMI serta orang tua yang ikut mendukung pelaksanaan
pengajian ini dengan menyertakan anak-anaknya mengikuti
pengajian di beberapa tempat PAMI yang dilaksanakan di rumah
penduduk. Disamping itu, dibuktikan dengan adanya sejumlah
prestasi yang dicapai anak-anak pada setiap kegiatan-kegiatan lomba
Peran Pengajian antara maghrib dan isya (PAMI)... – Ansori 192
seperti MTQ yang dilaksanakan di dalam maupun diluar Desa Olak.
Dengan begitu, PAMI dianggap sudah memenuhi kebutuhan
rohaniah sebagai transfer ilmu cara membaca al-Qur’an dengan baik
dan benar.16
Wawancara penulis dengan guru PAMI yaitu bapak Sayuti
yang mengatakan sebagai berikut.
Peran PAMI di desa Olak ini sangat banyak, yaitu sebagai
wadah atau tempat berkumpulnya anak-anak desa Olak untuk
mendapatkan pendidikan berupa pengajian al-Quran , mulai dari
mengenal huruf, membaca, menghafal hingga membawakan ayatayat dengan baik dengan lantunan suara yang baik pula. Selain itu
peran PAMI di sini bukan hanya belajar membaca al-Quran saja,
akan tetapi di tempat ini juga para anak-anak diajarkan pendidikan
Islam seperti belajar sholat, pidato dan juga do’a-do’a pendek, serta
ditanamkan nilai-nilai akhlakul karimah bagi anak-anak sesuai
dengan ajaran Islam.17
Pernyataan di atas dibenarkan oleh informan lainnya yaitu
bapak Abu Bakar selaku Imam Desa Olak yang mengatakan sebagai
berikut.
Sangat banyak peran PAMI bagi masyarakat desa Olak,
terutama bagi anak-anak, dan bagi orang tua yang belum tentu
mampu memberikan pendidikan atau mengajarkan al-Quran dengan
baik bagi anak mereka. Di sinilah peran PAMI yang sesungguhnya
menjadi tempatnya anak-anak belajar mengaji yang diyakini jika
tidak di PAMI ini belum tentu mereka belajar dengan baik dirumah
dengan keterbatasan kemampuan orang tua mereka. Selain mereka
bisa mengaji di sini juga diajarkan tatacara sholat, barjanzi serta
ilmu-ilmu agama Islam dengan baik. Dan para orang tua bersyukur
dengan adanya PAMI ini bisa meringankan beban mereka dalam
menanamkan nilai-nilai agama Islam serta menjauhi anak-anak
mereka dari buta aksara Al-Quran .18
Selain pernyataan di atas, penulis juga mendapatkan
tambahan informasi dari beberapa orang tua murid yang belajar di
PAMI ini yang mengatakan bahwa peran PAMI sangatlah
mendukung dalam mengatasi buta aksara al-Qur’an di desa Olak,
karena dengan adanya PAMI ini masyarakat desa Olak bisa
mengantarkan anak-anak mereka untuk belajar mengaji dan belajar
ilmu agama di sini, dengan diajarkan oleh guru yang benar-benar
mampu untuk memberikan yang terbaik dalam membaca al-Quran
bagi anak mereka.19
16
Wawancara, 29 Agustus 2015
Wawancara, 29 Agustus 2015
18
Wawancara, 29 Agustus 2015
19
Wawancara, 29 Agustus 2015
17
193
At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 184-197
Kemudian hasil wawancara Penulis dengan Zalfa, seorang
murid PAMI yang mengatakan bahwa : “Saya lebih senang mengaji
bersama teman-teman di tempat PAMI, karena hal ini membuat saya
merasa sangat senang mengikuti pengajian. Jika mengaji di rumah
sendiri, orang tua kurang memperhatikan karena kesibukannya”. 20
Berdasarkan hasil temuan di atas dapat penulis pahami bahwa
peran PAMI sangatlah banyak dan didukung oleh seluruh unsur
masyarakat desa Olak karena peran PAMI sebagai tempat anak-anak
mendapatkan ilmu pengetahuan seperti belajar mengaji membaca alQur’an dengan baik, belajar sholat dan do’a-do’a pendek serta belajar
tentang adab dan akhlak.
Pelaksanaan kegiatan Pengajian Maghrib dan Isya (PAMI) ini
mendapat dukungan dari para orang tua sehingga anak-anak
termotivasi untuk belajar mengaji di PAMI tersebut. Peran PAMI di
Desa Olak Kecamatan Muara Bulian jelas sangat dibutuhkan oleh
masyarakat Desa Olak, karena selain anak-anak belajar mengaji, para
guru PAMI juga memberikan pengajaran berupa nilai-nilai
pendidikan Islam yang akan di dapatkan di PAMI tersebut berupa
tata cara berwuduk, praktik shalat dan pelajaran akhlak.
2. Kendala Guru Pengajian Antara Magrib dan Isya (PAMI)
dalam Mengatasi Buta Aksara Al-Qur’an di Desa Olak
Kendala yang dihadapi oleh guru PAMI dalam meningkatkan
kemampuan anak membaca Al-Qur’an beragam dan dalam berbagai
bentuk kegiatan terutama masalah pengajian PAMI khususnya di
Desa Olak. kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan pengajian
tersebut adalah:
Pertama, anak yang kurang disiplin untuk belajar Al-Qur’an.
Kendala dalam pelaksanaan belajar Al-Qur’an di Desa Olak
adalah adanya sebagian anak yang kurang aktif. Hal ini sebagaimana
hasil observasi Penulis terhadap pelaksanaan pengajian di PAMI,
bahwa kendala dalam pelakanaan pengajian di Desa Olak ini adalah
ada sebagian anak-anak yang kurang aktif, sehingga mempengaruhi
sekali bagi anak-anak yang lainnya. Sedangkan orang tua mereka
tidak memberikan dorongan dan semangat serta motivasi bagi anakanak mereka tersebut.21
Hal yang sama Penulis temukan sebagaimana hasil
wawancara dengan guru PAMI Ibu Zaimah A.Ma, mengatakan
bahwa: “Anak-anak kadang-kadang tidak mengaji karena ada
kesibukan belajar untuk sekolah, sehingga mereka tidak mengaji
dengan alasan mengerjakan PR dari sekolah yang sangat sulit,
sehingga mereka lebih memilih mengerjakan tugasnya disekolah
20
21
Wawancara, 30 Agustus 2015
Observasi, 5 September 2015
Peran Pengajian antara maghrib dan isya (PAMI)... – Ansori 194
ketimbang untuk mengaji, seperti Matematika, pelajaran ini
merupakan pelajaran sulit sehingga mereka tidak masuk”. 22
Berdasarkan temuan di atas, dapat dipahami bahwa masalah
kurangnya kedisiplinan anak-anak PAMI dikarenakan berbagai sebab
yaitu karena ada kesibukan lain seperti mengerjakan tugas sekolah.
Dan orang tuapun tidak mendorong atau memberikan arahan kepada
anak-anaknya.
Kedua, kurangnya tenaga pengajar PAMI
Masih kurangnya tenaga pengajar dibidang pembelajaran AlQur’an ini akan sangat mempengaruhi tingkat kemampuan dan
kelancaran para siswa-siswi untuk memahami cara-acara membaca
Al-Qur’an.
Hal ini sebagaimana pengamatan Penulis terhadap
pelaksanaan pengajian di PAMI sebagai bahwa pada saat
pembelajaran PAMI antrian antara murid pertama dan kedua cukup
lama, sehingga terlihat sedikit membosankan bagi murid yang
menunggu giliran belajar tersebut.
Sebagaimana hasil wawancara Penulis dengan guru PAMI
yaitu bapak Sayuti, mengatakan bahwa:
“Pada PAMI kami masih kekurangan tenaga pengajar, sebab
anak yang mengaji sebanyak 24 orang sementara guru hanya 2 orang.
1 orang guru PAMI mengajar 12 orang proses sehingga pembelajaran
kurang efektif disebabkan terlalu banyak murid untuk satu orang
guru. Waktu belajar untuk satu orang anak berkisar 7-10 menit
perorang. dan juga anak-anak di sini semakin tahun terus bertambah
jumlahnya, sehingga diperlukan penambahan tenaga pengajar di
PAMI”.23
Berdasarkan hasil temuan di atas bahwa jika dilihat dari
jumlah anak dan waktu belajar memang kekurangan guru PAMI.
Ketiga, Keterbatasan waktu belajar PAMI.
Masalah waktu ini akan sangat menjadi masalah, karena itu
hanya 1 jam, ini akan sangat menjadi kendala dan permasalahan.
Karena paling tidak waktu disediakan lebih dari 1 jam dengan
jumlah anak-anak yang cukup banyak dalam satu PAMI, agar
kemahiran dan kemampuan para anak dapat tercapai.
Sebagaimana pengamatan terhadap pelaksanaan pengajian di
PAMI sebagai berikut “waktu yang dipergunakan dalam
pembelajaran pengajian pada PAMI di Desa Olak ini masih sangat
sedikit sekali dan kurang sekali, karena hanya satu jam dalam satu
kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran. Proses belajar lembaga
pendidikan yang hanya memiliki waktu 1 jam sangat minim sekali
22
23
Wawancara, 5 September 2015
Wawancara, 5 September 2015
195
At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 184-197
dengan bentuk membaca secara bergiliran dan satu murid hanya 7-10
menit mereka untuk membacakan ayat-ayat Al-Qur’an”.24
Senada dengan hasil wawancara Penulis dengan murid
pengajian PAMI bernama Haris mengatakan: Bila kami perhatikan
waktu yang digunakan untuk belajar Al-Qur’an di PAMI kami masih
kurang waktunya, karena bila jumlah teman-teman banyak, sehingga
kami hanya belajar sebentar dalam belajar Al-Qur’an.25
Berdasarkan temuan di atas, memang nampak bahwa waktu
belajar mengaji PAMI sangat kurang, jika dipaksakan untuk
menambahkan waktu sampai malam juga tidak memungkinkan.
Karena yang namanya anak jika belajar malam sangat mungkin akan
mengantuk.
Penutup
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut : pertama: Peran PAMI dalam mengatasi Buta Aksara
Al-Qur’an di Desa Olak Kecamatan Muara Bulian telah berjalan
dengan cukup baik, hal ini terbukti dengan maraknya anak-anak yang
secara rutin datang kerumah guru setiap sesudah magrib untuk
mengaji / belajar al-Quran. Kedua: kendala yang ditemukan
dilapangan adalah ada beberapa orang anak yang kurang disiplin
untuk mengaji, dibeberapa tempat PAMI terdapat kurangnya tenaga
pengajar karena muridnya cukup banyak yang menyebabkan anak
merasa bosan menunggu giliran.
Saran-saran
Dalam penelitian ini, ada beberapa saran yang penulis
kemukakan, sebagai berikut:
1. Kegiatan PAMI harus terus dipertahankan dan dilestarikan
dengan meningkatkan metode pembelajaran dan SDM gurunya.
2. Untuk para orang tua diharapkan selalu memberikan dorongan,
motivasi dan dukungan serta selalu memperhatikan anakanaknya untuk belajar al-Qur’an dan mendisiplinkan anakanaknya untuk belajar mengaji. Mendayagunakan anak-anak
yang sudah pintar mengaji untuk ikut membantu mengajar agar
kekurangan tenaga pengajar dapat teratasi. Para guru mengaji
khususnya harus selalu bekerja sama dengan pihak orang tua,
keluarganya dan pemuka masyarakat lainnya dalam
meningkatkan mutu dan prestasi para anak dan mengatasi
kedisiplinan belajar anak-anak ditempat pengajiannya.
24
25
Observasi, 6 September 2015
Wawancara, 6 September 2015
Peran Pengajian antara maghrib dan isya (PAMI)... – Ansori 196
Daftar Pustaka
_____. (2013) Pedoman Penulisandan Penelitian Skripsi, Jambi:
Penerbit Kopertais.
_____. (1983) Pedoman Pengajian Al-Qur’an bagi Anak-Anak.
Jakarta: Dirjen Bimas Islam.
_____. (2003) Fatwa Syaikh Khalid Abdul Mun’im Ar Rifa’i –
hafizhahullah, sumber : http://ar.islamway.net/fatwa/40439
_____. (2013) Dr Ahsin Sakho Muhammad, sumber: Jakarta,
http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara
_____. (2013) Peraturan Daerah Kabupaten Batang Hari No. 17,
Muara Bulian: Salinan Peraturan Daerah Kabupaten Batang
Hari
_____. (2014) Data Kementrian Agama Provisi Jambi. Jambi,
http://jambi.kemenag.go.id
Abd Bin Nuhdan Oemar Bakry. (1998) Kamus Indonesia-Arab,
Arab-Indonesia, Jakarta: Bentara Antar Asia.
Ahmad Syarifuddin. (2004). Mendidik Anak Membaca, Menulis dan
Mencintai Al-Qur’an. Jakarta: GemaInsani.
Anonim. (1989), Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta :Penerbit
Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Depag RI.
Athiyyah al Abrasyi. Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam.
Bandung : Pustaka Setia 2003
Attiyah Al-Abrasy. (1978). Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.
Hamka. (1967) Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Agung.
Huberman, Michael A. dan Matthew B Miles. (1992) Analisis Data
Kualitatif, Jakarta: UI.
Imam Nawawi. (1999). Riyadhus Sholihin, Jilid II. Jakarta: Pustaka
Amani.
LBIQ.Belajar Membaca Al-Qur’an dengan Lagu. Jakarta : Jaya
Raya. 1991
M.Daud Ali, SH, Pendidikan Agama Islam . Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 1998
Muhammad Suwaid. (2004) Mendidik Anak Bersama Nabi. Solo:
Pustaka Arafah.
197
At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 184-197
Muhammad Zuhaili (2002) Pentingnya Pendidikan Islam Sejak
Dini.Jakarta: Ba’adillah Press.
Poerwadarminta. (1999) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Sanapiah Faisal, (1990), Metode Penelitian Kualitatif dan dasardasar Aplikasinya, Jakarta: Penerbit Pustaka KaryaCipta.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R &
D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (1998) ProsedurPenelitian. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sutrisno Hadi. ,(1999), Metode Risearch, Yokyakarta : UGM.