BAB II - 3. Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya Turots dkk di Indonesia

BAB II
PAHAM SURURIYYAH
Dalam Bab ini kita membahas lebih lanjut tentang paham Sururiyyah sebelum kita nantinya
mendapati penulis menyebut seseorang, organisasi yang memiliki pemahaman atau pembela
Sururiyyah dengan sebutan Sururi, yang dinisbahkan atas seseorang yang bernama
Muhammad Surur Nayef Zainal Abidin yang kini tinggal di London mendirikan yayasan Al
Muntada Al Islami dan menerbitkan majalah Al Bayan. Dan salah satu pecahan dari Sururi
dikenal nama Turotsi, paham Turotsi ini diaplikasikan oleh petinggi Ihya Turats al Islami, Kuwait,
yakni Abdurrahman Abdul Khaliq, yang pernah dihadirkan oleh Yusuf Utsman Ba’isa (wakil
Lajnah Dakwah PP Al Irsyad) di Ma’had Al Irsyad Tengaran Boyolali. Sementara cabang
yayasan Al Muntada Al Islami di Indonesia memiliki nama yang sama, Al Muntada, dipimpin
oleh Muhammad ibn Ibrahim Al Khalaf dari Unaizah Saudi Arabia, namun pada tahun 1993
namanya menjadi yayasan Al Sofwa.

2.1 Jejak-jejak Ihya Turots di Indonesia

Gambar 1. Screen shot dari situs www.alturath.org
Menurut situsnya sendiri, www.alturath.org, Ihya Turats yang berpusat di Kuwait ini memiliki
cabang-cabang diantaranya di Eropa, Arab, Asia, India, Amerika, Afrika dst.
Adapun menurut informasi yang masuk, berikut nama orang yang pernah/aktif di Jum’iyyah Ihya
At Turats dan berhubungan dengan Majelis At Turots Al Islami, Yogyakarta, Al

Irsyad/Abdurrahman Tamimi, LBI Al Atsary sebagai berikut : Andi Muhammad Arief, Ahmad
Zawawi, Asas el-Izzi Makhis, Adnan (Kuwait), Daud Al Asyusyi (Kuwait), Jamal Daddad
(Direktur Ihya At Turats Kuwait Perwakilan Asia Tenggara).
Sementara di Indonesia, nama-nama yayasan/lembaga yang terlibat pernah/aktif dengan
Jum’iyyah Ihya’ At Turats al Islamiyyah dari Kuwait ini diantaranya :
a. Yayasan Al Sofwa alias Muntada Al Islami yang berpusat di Lenteng Agung, Jakarta Selatan,
didirikan oleh Muhammad Ibn Ibrahim Al Kholaf ini banyak berhubungan dengan organisasi lain
seperti Al Haramain Al Khairiyyah/Al Haramain Foundation maktab Indonesia, International
Islamic Relief Organization/IIRO/Hai'atul Ighotsah. Nama-nama petingginya diantaranya Aman
Abdurrahman, Lc (Imam Tetap Masjid Al Sofwa) yang belakangan di penjara di Sukamiskin,
Bandung karena ledakan bom di rumahnya Cimanggis, Abu Bakar Ibn Muhammad Altway, Lc
(Direktur Al Sofwa), Musthafa Aini, Lc (ketua Dept. Dakwah), Suroso Abdussalam, MPd (ketua
Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

32

Divisi Pendidikan), Zainal Abidin Ibn Syamsuddin, Lc (Wakil ketua Dept Dakwah), Abu
Muhammad Ibn Shadiq (ketua Divisi Litbang). Adapun para da’i yang berhubungan/disepakati
Al Sofwa dengan Al Sofwa, Muzayyin Abdul Wahab, MA (DDII) dll. Sementara lembaga asing
yang Al Sofwa berhubungan dengannya diantaranya Al Haramain Foundation/Al-Haramain alKhairiyyah, Al-Haramain Maktab Indonesia, Rabithah Alam Islami/Organisasi Konferensi Islam,

IIRO/International Islamic Relief Organization, Hai’atul Ighotsah Islamiyah ‘Alamiyah, Al-Lajnah
Al-Khairiyah Al-Musytarakah (Ihya ut Turots). Jadi jelas dimana-mana tetap sama, sesama hizbi
berkumpul dan saling tolong-menolong.
Berikut nama-nama da’i-da’i yang pernah/aktif berhubungan atau pembicara di Al Sofwa :
1. Abdul Hakim Abdat (da’i masjid DDII, Pengajar Kitab Shahih Bukhari di Masjid Nurul Iman
Jakarta)
2. Abdullah Al-Hadhrami (penulis Majalah As Sunnah, penceramah bedah buku Siapa Khawarij
Siapa Teroris karya Abduh Zulfidar Akaha)
3. Abdullah Al-Muqhim (Riyadh-KSA, penceramah di acara Al Sofwa)
4. Abu Aziz
5. Abu Haidar Al-Sundawy (Mudir Yayasan Ihya'u Al-Sunnah, Bandung)
6. Abu Hamzah Agus Hasan Bashari, Lc, MAg (Alumni LIPIA Jakarta dan Magister di IAIN
Malang)
7. Abu Ihsan Al-Medani, Lc., MA (penulis majalah As Sunnah, tinggal di Medan)
8. Abu Nida' Khomsaha Sofwan, Lc (Yayasan Majelis At Turats, Yogyakarta)
9. Abu Qatadah (mantan murid Syaikh Muqbil, dai resmi Al Sofwa)
10. Abu Sa'ad Muhammad Nur Huda, Lc, MA (Mudir Ma'had Jamilurrahman, Da'i Majelis At
Turats Al Islami, LBIA (Lembaga Bimbingan Islam Al Atsary) Yogyakarta)
11. Ade Hermansyah ibn Bunyamin, Lc. (Mudir Ma'had Al-Ma'tuq, Sukabumi)
12. Afifi Abdul Wadud (Kedokteran Gigi UGM, alumni Ma'had Al-Furqan Gresik, pemilik toko

Ihya)
13. Ahmad Bahamam (Riyadh-KSA, penceramah di acara Al Sofwa)
14. Ahmad Farhan Hamim Lc
15. Ahmad Rofi', Lc (Alumni Fak. Hadits, Univ. Islam Madinah, Direktur Utama Sekolah Tinggi
Kader Da'i Al-I'tisham Karawang)
16. Ahmas Fais Asifuddin, Lc (Pimpinan Ponpes. Imam Bukhari Solo, Jawa Tengah)
17. Ahzami Sami'un Jazuli, Dr, MA (Dosen Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Dewan
Syariah PKS)
18. Ainul Haris Umar Thayyib, Lc., M.Ag (Direktur Yayasan Nida'ul Fithrah, Surabaya)
19. Ali Hijrah (Yayasan As-Sunnah Cirebon, Jawa Barat)
20. Ali Nur, Lc., MA (Sumut)
21. Aman Abdurrahman, Lc (Alumni LIPIA Jakarta, Staf Pengajar LIPIA matakuliah Al-Qur'an,
dan Imam Tetap Masjid Jami' ALSOFWA
22. Andri Kurniawan
23. Anwar Harun, Lc
24. Anwar Zain (Takmili LIPIA Jakarta, Pengajar di Ponpes Baitus Shalihat, Kediri dan
Mulazamah di Majelis Syaikh Muhammad ibn Shalih Al-Utsaimin rahimahullah)
25. Arief Syarifuddin, Lc (Alumni Syari'ah Univ. Islam Madinah-KSA, Islamic Center Bin Baz
Yogyakarta)
26. Aslam Muhsin ibn Syamsuddin, Lc. (Alumni Fak. Hadits-Univ. Islam Madinah-KSA, Direktur

Internal Sekolah Tinggi Kader Da'i Al-I'tisham Karawang)
27. Asmuji Muhayyat, Lc(Mahad Imam Syafi'I Cilacap, binaan Al Sofwa)
28. Aunur Rofiq Ghufron (Alumni Univ. Malik Su'ud Riyadh, KSA dan sekaligus Mudir Ma'had
Al-Furqan, Gresik) [rekan Abdurrahman Tamimi, sesama dai Al Irsyad, Surabaya)
29. Bandar ibn Nafi' Al-Abdaliy (penceramah di acara Al Sofwa)
30. Dr. Ahmad ibn Abdurrahman Al-Qadhiy, Dosen dan Kepala Bidang Penelitian Islam Ilmiah
di Univ. Malik Su'ud, Qashim, KSA (penceramah di acara Al Sofwa)
31. Dr. Muhammad Al-Uraifiy (penceramah di acara Al Sofwa)
32. Drs. Tjahjo Suprajogo, M.Si (Dosen IIP, Magister Administrasi tata negara UGM
Yogyakarta, Yayasan Qolbun Salim Malang, Jawa Timur)
33. Eko Pramono (Sekarang Pimpinan Majalah El-Fata dan Nikah)
34. Faqih Edi Susilo, Kandidat Doktor UNDIP Semarang(· Yayasan Nurus Sunnah Semarang,
Jawa Tengah )
35. Farid Ahmad Oqbah (Lajnah Dakwah PP Al Irsyad)
Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

33

36. Fariq Qashim Anuz (Yayasan As Sunnah Cirebon, Jeddah Da'wah Center-Jeddah-KSA)
37. Geis ibn Umar Bawazir (Al-Irsyad-Pemalang)

38. Hanifuddin Abdul Ma'in (Da'i ALSOFWA, alumni Pondok Gontor)
39. Haris Budiatna, ST
40. Hartono Ahmad Jaiz (Penulis buku-buku Islam, sekaligus pengamat da'wah Indonesia)
41. Hasyim Rifa'i (Mudir Ma'had Baitus Shalihat, Kediri, Da'i ALSOFWA, mantan petinggi di
sekte sesat LDII)
42. Heru Sunoto (Departemen Dakwah Al Sofwa)
43. Husein bin Zainal Abidin, Lc (Alumni Fak. Hadits, Univ. Islam Madinah-KSA, dengan
predikat "Cumlaude"
44. Husnul Yaqin Lc
45. Ir. Syafiq Abrori (Direktur Ma'had Yatim Ibnu Taimiyah, Cijeruk, Bogor, pembicara di acara
Al Sofwa)
46. Ir. Ummu Fathimah Adiyati Rozana
47. Iriyanis, Lc
48. Isnen Azhar Lc
49. Khalid ibn Abdullah Al-Mushlih (Menantu Ibnu Utsaimin, penceramah di acara Al Sofwa)
50. Khalid Syamhudi, Lc (PP Imam Bukhari, Solo, Alumni Fak. Hadits-Univ. Islam MadinahKSA, Pernah menjadi Staf Pengajar di Ma'had Jamilurrahman Yogyakarta, Staf Ahli Majalah
As-Sunnah, Solo)
51. Luqman Hakim Badri, Lc (Staf Pengajar Gontor dan Alumni Univ. Islam Madinah-KSA)
52. M. Syi'aib Al-Fais, Lc
53. Masruhin Sahal (Mudir Ma'had Al-Tha'ifah Al-Manshurah, Kediri)

54. Masrur Zainuddin, Lc ( · Yayasan Al-Muwahidin Makassar)
55. Masyhudi Subari, Lc (Alumni Gontor sekaligus Alumni Univ. Islam Madinah-KSA)
56. Miftahurrahman Majidi
57. Miftahurrahman Majidi (Da'i ALSOFWA, Alumni Ponpes Al-Furqan Gresik, dan D-1 LIPIA
Jakarta)
58. Mudzakar Idris, Lc (Alumni Fak. Da'wah dan Ushuluddin, Univ. Islam Madinah-KSA)
59. Mudzakir Arif, Lc (Dewan Syariah PKS dari Makassar)
60. Muhammad Arif, Lc
61. Muhammad Dahri Qomaruddin, Lc (LIPIA Jakarta)
62. Muhammad Shafwan, Lc
63. Muhammad Tuwaijiriy (Riyadh-KSA, penceramah di acara Al Sofwa)
64. Muhammad Wujud Arba'in (PP AL Furqan, Magelang)
65. Muhammad Yusuf Harun, MA (Magister Konsentrasi Aqidah, Univ. Islam Madinah-KSA,
Dosen LIPIA, dan Direktur L-DATA)
66. Mus'ab Al-Atsary
67. Mushlih Abdul Karim, Dr (S-3 Konsentrasi Tafsir Al-Qur'an, Univ. Islam Madinah-KSA dan
Dosen LIPIA, Dewan Syariah Pusat PKS, ikhwani)
68. Musthafa Aini, Lc (Ketua Dept. Da'wah-ALSOFWA, Alumni Fak. Da'wah dan Ushuluddin,
Univ. Islam Madinah-KSA, Pasca Sarjana di Univ. Muhammadiyah Jakarta, da'I L-DATA,
ikhwani)

69. Muttaqin Sa'id (Alumni Pondok Gontor, dan Alumni Fakultas Al-Qur'an, Univ. Islam
Madinah)
70. Muzayyin Abdul Wahhab, MA (S-1 dan S-2 konsentrasi Tarikh-Univ. Islam Madinah-KSA,
Deputi Hubungan luar negeri DDII Jakarta)
71. Nizar Sa'ad Jabal, Lc. (Mudir Ma'had Al-Irsyad Tengaran-Salatiga, Alumni LIPIA Jakarta
dan Direktur Ma'had Al-Irsyad Al-Islamiy Tengaran Salatiga)
72. Nurul Mukhlishin, Lc (Alumni Fak. Syari'ah, Univ. Islam Madinah-KSA dan Ketua Dept.
Da'wah Yayasan Nida'ul Fithrah, Surabaya)
73. Prof. Dr. Buya Hamka [kasetnya disebarkan al Sofwa]
74. Ridhwan Hamidi (Alumni Univ. Islam Madinah-KSA, ketua Yayasan Al Madinah Yogyakarta,
ikhwani)
75. Sholeh Su'aidi
76. Syaikh Mudrika Ilyas, Lc
77. Syarif Abadi (Kepala bidang Peningkatan Kualitas SDM Pengajar Ponpes Darussalam
Gontor, pembicara dalam acara Al Sofwa)
78. Yazid Abdul Qadir Jawwas (mudir PP Minhajus Sunnah, Bogor, Murid Ulama Besar Saudi
Arabia, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin)
Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

34


79. Yusuf Syahroni (Majelis Ta'lim Masjid Nurul Jamil, Dago, Bandung, DO PP Ihya Sunnah
Yogyakarta karena kasus akhlaq)
80. Yusuf Utsman Baisa Da'i dari kota Udang Cirebon, Alumni Syari'ah-Univ. Islam MadinahKSA, Mantan Direktur Ma'had Al-Irsyad, Tengaran, Salatiga, Jawa Tengah, Da'i Rabithah Alam
Islami, Da'i Atase Agama, dan Da'i Al-Lajnah Al-Khairiyah Al-Musytarakah Ihya At Turats yang
berkantor di bilangan Bali Mester, Jakarta Timur, wakil ketua lajnah Dakwah PP Al Irsyad,
yayasan As Sunnah Cirebon)
81. Zaid
82. Zainal Abidin ibn Syamsuddin, Lc (alumni LIPIA Jakarta, Wakil Ketua Dept. Da'wahALSOFWA, pernah mulazamah di Majelisnya Syaikh Abdul Aziz ibn Baaz)
(Sumber : Bukti-bukti keterkaitan jaringan Al Sofwa, At Turots, Ikhwani, dkk, Ibrahim dkk)

Gambar 1a. Masjid Al Sofwa, di Lenteng Agung
Berikut informasi dari L-DATA tentang PP Ibnu Taimiyyah, Bogor yang didanai penuh oleh
Jam’iyyah Ihya Turats Lajnah Janub Syarq Asia, pada gambar 2 dan acara Al Sofwa diadakan
di PP Ibnu Taimiyyah pada gambar 3 :

Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

35


Gambar 2. PP Ibnu Taimiyyah didanai Ihya Turats Al Islami

Gambar 3. Acara Al Sofwa bersama Muhammad Khalaf, Yazid Jawwas, Abu Nida, Abu Ihsan,
dll di Mahad Ibnu Taimiyyah, Bogoro, binaan Ihya Turats Al Islami
b. Majelis At Turats Al Islami direktur Eksekutifnya Tri Mardiyono (Pasca Sarjana Unmuh
Jakarta), pimpinannya Abu Nida Chomsaha Sofwan, Lc yang membawahi Ma’had
Jamilurrahman As Salafy, ICBB (Islamic Center Bin Baz yang dipimpin Arif Syarifuddin, Lc), RSI
(Khusus Bersalin) At Turots, Lajnah Peduli Ummat. Nama-nama yang diketahui terkait langsung
dengan yayasan ini selain Abu Nida adalah Abu Sa’ad Muhammad Nur Huda, Lc, MA, Kholid
Syamhudi, Lc, Abu Mush’ab, Fakhruddin. Sementara binaan yayasan ini yang disebut lembaga
‘satelit’nya dijalankan oleh Abu Sa’ad Muhammad Nur Huda yang diberi nama Lembaga
Bimbingan Islam Al Atsary dengan situsnya www.muslim.or.id, www.manhaj.or.id dan
www.muslimah.or.id. Simak gambar 4 untuk lebih jelasnya berikut ini :

Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

36

Gambar 4. Tamu lembaga Islamic Center Bin Baz, yang berada di bawah Yayasan Majelis
Turats Al Islami, Yogyakarta, pimpinan Abu Nida Chomsaha Sofwan, Lc.

c. Ma’had Ali Al Irsyad di Butuh, Tengaran, Boyolali, dulunya dipegang oleh Yusuf Utsman
Ba’isa, Lc, da’i resmi Lajnah Al Khairiyyah Al Musytarakah Ihya Turats dari kota Udang,
Cirebon, sampai kini memegang peranan penting di PP Al Irsyad, menjadi wakil dari Ketua
Lajnah Dakwah PP Al Irsyad, Farid Ahmad Okbah. Kini nama yang ditemui, Nizar Sa’ad Jabal,
Lc, Muhammad Qasim, Lc, Ali Saman, Lc, Romlan, Lc, dll. Lihat gambar 5, screen shot dari
situs Mahad Ali Al Irsyad Tengaran, Boyolali yang menunjukkan pengakuan kerjasama dengan
Ihya Turats Al Islami Kuwait.

Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

37

Gambar 5. Screen shot dari situs Mahad Ali Al Irsyad Tengaran, Boyolali www.alirsyad.8m.net
yang menunjukkan pengakuan kerjasama dengan Ihya Turats Al Islami Kuwait.
d. Yayasan As Sunnah, Cirebon yang pernah diketuai oleh Ali Hijrah. Dai’nya adalah Fariq
Qasim Anuz, Muhammad Thoharah, Yusuf Utsman Ba’isa dll. Berikut tampak pada gambar 6
screen shot dari persaksian al Akh Abdurrahman Abu Muhammad Ibn Sarijan Cirebon yang
bermukim di Kuwait dan kini belajar pada Dr. Khalid Dzufairi, pengasuh Rabee.net/Sahab.net.

Gambar 6. Persaksian Al Akh Abdurrahman tentang Yayasan As Sunnah Cirebon dan Jum’iyah

Ihya At Turats Kuwait
Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

38

e. Yayasan Imam Bukhari, Selokaton Gondangrejo, Solo yang menerbitkan majalah As Sunnah.
Nama yang dikenal disana adalah Ahmas Faiz Asifuddin, Khalid Syamhudi, Lc, Abu Ihsan Al
Maidani (penulis Majalah As Sunnah, tinggal di Medan), Abu Umar Basyir Al Maidani (pimpinan
majalah El-Fata), Eko Pramono (majalah Nikah, El-Fata), Arief Budiman (Imam Bukhari, Solo).
f. Ma’had Ali Al Irsyad As Salafi, Surabaya pimpinan Abu Auf Abdurrahman bin Abdul Karim At
Tamimi yang menerbitkan majalah Adz Dzakhirah. Nama yang dikenal disana adalah Cholid
Bawazeer (ketua PW Al Irsyad Jatim yang dicap ilegal oleh Mahkamah Agung RI), Ahmad
Abdul Karim At Tamimi, Mubarak Bamualim, Aunur Rafiq Ghufran, Abdurrahman Thoyyib,
Abdullah Sholeh Hadrami, Salim Ghanim, Imam Wahyudi, Abu Salma Abu Hudzaifah
Muhammad Rachdie Pratama dll. Berikut screen shot dari file yang dikirim orang dalam (?) dari
sumber Ma’had Ali Al Irsyad As Salafi Surabaya sendiri, lihat gambar 7 :

Gambar 7. Inilah daftar peserta daurah Al Irsyad tanggal 10-13 Juli 2006 di Malang, diantaranya
nomor 25 Ahmad Zawawi dan nomor 40 Asas el Izzi Makhis dari Ihya Turats Kuwait
cabang Indonesia nampak beralamat Jl. Basuki Rahmat no 8 B, kel. Bali Mester,
Jatinegara, Jakarta Timur, nomor 46 Farid Ahmad Okbah (Lajnah Dakwah PP Al Irsyad),
nomor 48 Fariq Qasim Anuz (As Sunnah, Cirebon), nomor 50 Fathurahman Sardal (Pustaka Al
Kautsar/L-DATA), nomor 47 Farouk Bajabir (Ketua PP Al Irsyad), nomor 41 Aunur Rafiq
Ghufran (Dai Al Irsyad, Gresik), Ainul Harits (Nidaul Fithrah, Surabaya). Turut dalam acara
tersebut Adil Tharmum (PC Al Irsyad Pamekasan), Abdullah Taslim, Abdullah Zen, Abdul Hakim
Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

39

Abdat, Abdullah Hadrami, Abu Ihsan, Abu Haidar, Abu Nida’, Abu Qatadah, Abu Sa’ad
Muhammad Nur Huda (LBI Al Atsary/dai Islamic Center Bin Baz/Yayasan Majelis At Turats Al
Islami), Agus Hasan Bashari, Armen Halim, Arif Syarifuddin, Fariq Qasim Anuz, Fuad
Baswedan (PP Al Irsyad), Khalid Syamhudi, Khairuddin (PC Al Irsyad Pamekasan), Masrur
Zainuddin, Muh Elvy Syam, Muh Nafi’ (Al Irsyad Tengaran), M Ramlan (Al Irsyad Tengaran),
Muhammad Qasim (Al Irsyad Tengaran), Muhammad Wujud, Nizar Sa’ad Jabal (Al Irsyad
Tengaran), Randi Fidayanto, Lc (Unmuh Purwokerto), Rasul Dahri (Malaysia), Rizal Yuliar (Al
Irsyad Tengaran), Saiful Haq (Al Irsyad Tengaran), Yazid Jawwas, Yusuf Utsman Ba’isa (As
Sunnah Cirebon/PP Al Irsyad) dan dai Al Irsyad lainnya.
g. Pustaka Cahaya Islam, PO Box 391 Bogor email lerahi_sudahi@plasa.com /
www.muslim.co.id. Penulis Pustaka Cahaya Islam adalah Abu Abdil Muhsin Firanda Ibnu Abidin
as Soronji, Lc, Abu Auf Abdurrahman At Tamimi, Abu Ihsan Al Atsari Al Maidani, Ahmas Faiz
bin Asifuddin, Abu Faris Adni Kurniawan, Lc. Dalam buku Firanda berjudul Lerai Pertikaian
Sudahi Permusuhan Menyikapi Fenomena Hajr di Indonesia, nampak rujukan utamanya adalah
buku resmi terbitan Jum’iyyah Ihya at Turats Al Islami, Kuwait berjudul Syahadat Muhimmah li
Ulama’ al Ummah fi Manhaj wa A’mali wa Isdarat. Lihat scan gambar 8, 9, 10 dan 11 pada
buku Lerai berikut ini :

Gambar 8. Sampul dalam buku Lerai Pertikaian Cetakan Pertama yang membawa pesan jelas
untuk membela Ihya At Turats Al Islami, kendati lembaga ini jelas membawa virus hizbiyyahnya.

Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

40

Gambar 9. Rujukan buku Lerai Pertikaian Cetakan Pertama yang membawa pesan untuk
mendamaikan pertikaian antara Turotsi pembela Ihya At Turats Kuwait dan Salafi yang
menentang hizbiyyun tersebut. Sementara buku Lerai ini memiliki rujukan utama yakni
Syahadat Muhimmmah karya resmi Ihya At Turats Al Islami yang isinya penuh dengan
pemutarbalikkan fatwa ulama.

Gambar 10. Buku Lerai Pertikaian Cetakan Kedua dan nama-nama petinggi Turotsi

Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

41

Gambar 11. Rujukan buku Lerai Pertikaian Cetakan Kedua ditambahkan ke Daftar Pustaka, no
62 jelas tertulis Syahadat Muhimmah li Ulama’ al Ummah fi Manhaj wa A’mali wa Isdarat
Jum’iyyah Ihya’ at Turats al Islami, sebelumnya tidak ditulis oleh Firanda dalam daftar
pustakanya
Dari nama-nama, organisasi dan lembaga yang ada di atas, cukup menggambarkan jejak-jejak
dakwah Ihya at Turats al Islami di Indonesia. Banyak sekali muslimin yang menjadi bingung
karena rata-rata nama-nama di atas memiliki gelar Licente (Lc), Master of Art (MA), bahkan
Doctor (Dr) dari universitas terkemuka di Timur Tengah dan Indonesia. Namun alhamdulillah
dengan bimbingan para ulama Asy Syaikh Profesor Doktor Rabi Ibn Hadi Al Madkhali, Asy
Syaikh Ubaid Al Jabiri (mantan profesor di Jami’ah Islamiyyah), Ahmad An Najmi (mufti Jizan,
Saudi Arabia), juga asy Syaikh Muqbil Ibn Haadi al Wadi’I (ahli hadits dari Ma’had Darul Hadits,
Dammaj, Yaman ), Asy Syaikh Yahya Al Hajuri (pengganti syaikh Muqbil sepeninggal beliau),
Asy Syaikh Dr. Muhammad ibn Haadi Al Madkhali, Asy Syaikh Zaid ibn Haadi Al Madkhali, dll,
beliau semuanya menjelaskan kejelekannya dan terlarangnya berhubungan dengan mereka
dengan dalil dan bukti detail. Walhamdulillah. Simak dalam CD yang kami sebarkan dalam
direktori kelompok – ihyaturots dan kelompok – bantahan_kesaksian atau kliping bab V
Bantahan Paham Sururiyyah yang dikumpulkan oleh sdr. Ibrahim Ibn Muhammad dkk.

2.2 Inilah Dakwah Sururiyyah
Pertanyaan pada Syaikh Muqbil Ibn Haadi rahimahullah, ulama Yaman:
Apakah Sururiyyah itu beserta ciri-cirinya yang sangat jelas? Apakah hal ini adalah suatu yang
nyata/benar-benar ada atau hanya sekedar imajinasi/khayalan seseorang saja?
Asy Syaikh Muqbil rahimahullah menjawab.
Jawaban :
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah, semoga shalawat serta salam atas nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga keluarganya dan para shahabatnya. Aku bersaksi
bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah saja, yang Satu dan tak ada sekutu
bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Amma ba’du,

Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

42

Sururisme (sururiyyah) adalah suatu penisbatan yang ditujukan kepada Muhammad Surur
Zainal ‘Abidin. Pada awalnya dia berdiam di Kuwait, dimana dia mengeluarkan (mengarang)
beberapa kitab yang baik yang didalamnya menjelaskan tentang aqidah Syi’ah serta buku-buku
bagus lainnya. Kemudian dia pindah ke Jerman lalu ke Inggris (United Kingdom,red), dimana
akhirnya dia menetap disana.
Lalu disana dia memproduksi majalah berjudul “Al Bayan”, kami dulu benar-benar gembira akan
hal itu. Kemudian dia pun memproduksi majalah lainnya, yaitu “As Sunnah”, dan kami pun
bersikap sama. Dan pada waktu itu kami katakan, “Inilah jawaban yang selama ini kita tunggutunggu”. Beberapa saudara kita pun memuji majalah Al Bayan dan kami pun waktu itu
memujinya dengan mengatakan : “Tidak didapati (majalah) yang dapat menyamainya”. Namun
seperti itulah keadaan dari hizbiyyah, pada awalnya mereka seakan-akan berdakwah kepada Al
Qur’an dan As Sunnah sehingga hati umat melekat pada mereka, dan kekuatan mereka pun
bertambah meningkat. Ketika mereka (ummat) mengetahui ada bahwa ada kritikan atasnya,
maka kritikan tersebut tidak berpengaruh apa-apa padanya, sehingga mereka menampakkan
apa yang mereka sebenarnya ada diatasnya.
Majalah “As Sunnah”, atau lebih tepat disebut “Al Bid’ah”, menyerukan umat untuk menjauhi
para ulama dan menuduh para ulama sebagai tidak proaktif, dibayar oleh pemerintah dan tidak
mempunyai pemahaman terhadap hal-hal terkini (fiqhul waqi’).
Namun, Alhamdulillah, topeng dari sururi-sururi (pengikut paham sururiyyah,red) itu pun
terbongkar pada masa perang Teluk. Ini adalah anugerah dari Allah ‘Azza wa Jalla. Saya ingat
waktu itu membaca beberapa perkataan (di dalam majalah mereka) yang didalamnya terdapat
celaan terhadap Syaikh Al Albani – rahimahullah - , dikarenakan beliau membuat sebuah
ceramah yang direkam yang berjudul “Pertemuan dengan Sururi”. Kemudian di halaman yang
lainnya mereka memberikan pujian kepada Syaikh Bin Baz. Maka aku pun sadar terhadap arti
dari pujian ini, yaitu agar mereka tidak dikatakan “Mereka menyerang para ulama”.
Beberapa hari setelah dikeluarkannya fatwa Syaikh Bin Baz tentang diperbolehkannya
membuat perjanjian damai dengan Yahudi, mereka pun melancarkan serangan terhadap beliau.
Maka inilah fakta dalam rencana mereka yang sebelumnya dipendam dengan baik, dalam
rangka menjauhkan umat dari para ulama!. Dan majalah Al Bayan dan As Sunnah telah
memberikan kontribusi pemahaman bahwa saat ini lebih patut untuk menyerahkan kepada
“Salafiyyin di Yaman” yang mengerti permasalahan krisis yang terjadi di Yaman.
Maka aku katakan “Hai kalian orang-orang miskin, siapakah yang tidak mengetahui tentang
kondisi kaum muslimin? Justru kamilah yang menemukan diri-diri kami yang memperbaiki
situasi ini semua. (miskin = orang membutuhkan uluran tangan orang lain, artinya orang yang
rendah/hina, red)
Maka, apa yang menjadikan terjatuhnya kaum muslimin ke dalam kerugian, ketakutan dan
penderitaan, yakni diakibatkan oleh dosa-dosa yang kita lakukan. Allah berfirman :
ْ
ْ ‫ت ءَا ِم َن ًة م‬
‫ا‬
‫“ َوضَ رَ بَ ا‬
ْ
َ َ ِ ‫ت ِبأ َ ْنع ُِم ا‬
ْ َ‫ان َف َك َفر‬
ْ ‫ا ُ َم َثلً َقرْ ي ًَة َكا َن‬
‫ُوع َو ْال َخ ْوفِ ِبمَا َكا ُنوا‬
ٍ ‫ُط َم ِئ ان ًة يَأتِي َه ا ِر ْزقُهَا رَ غَ ًدا مِنْ ُك ّل َم َك‬
ِ ‫ا َفأذا َقهَا اُ ِلبَاسَ الج‬
[١١٢ :‫﴾ ]النحل‬١١٢﴿ َ‫َيصْ َنعُون‬
(yang artinya ): “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang
dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap
tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari ni`mat-ni`mat Allah; karena itu Allah merasakan
kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka
perbuat.” [QS An Nahl: 112] .
Sehingga jika kita menyadari tentang adanya penyakit, lalu apakah obatnya? Allah berfirman :
‫َوعَدَ ا‬
‫ض َكمَا اسْ َت ْخلَفَ الاذِينَ مِنْ َق ْبل ِِه ْم َولَ ُي َم ّك َننا لَ ُه ْم دِي َن ُه ُم الاذِي ارْ َتضَى لَ ُه ْم‬
ِ ‫ا ُ الاذِينَ ءَا َم ُنوا ِم ْن ُك ْم َوعَ مِلُوا الصاالِحَ ا‬
ِ ْ‫ت َل َيسْ َت ْخلِ َف ان ُه ْم فِي الَر‬
ُ
َ
ْ
َ
ً
ً
ْ
ُ
ُ
َ
‫ا‬
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
ّ
[٥٥ :‫﴾ ]النور‬٥٥﴿ َ‫َول ُي َبدلن ُه ْم مِنْ َبعْ ِد خ ْوف ِِه ْم أمْ نا َيعْ ُبدُوننِي ل ُيش ِركونَ ِبي ش ْيئا َو َمنْ كفرَ َبعْ دَ ذلِكَ فأولئِكَ ُه ُم الفاسِ قون‬
(yang artinya ) : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada
Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

43

dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah
(janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” [QS An Nuur: 55]
Dosa inilah yang membawa kehinaan bagi kaum muslimin. Dan dosa-dosa itu diantaranya
adalah mereka berurusan dengan hal yang menarik perhatian (harta, red), menghalalkan
perzinaan di banyak negeri-negeri Islam, mereka gandrung dan menyerahkan diri pada hukumhukum buatan manusia, yang dibuat dengan menurut cara para musuh Islam, dan banyak lagi
yang bisa kita sebutkan…dan keluar dengan tanpa Hijab dan mempertontonkan hal-hal yang
tidak senonoh,dan memcampuradukkan laki-laki dan wanita (ikhtilath) di sekolah-sekolah dan
universitas-universitas.
Maka obat dari hal ini adalah kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, lalu kembali kepada para Ulama. Allah berfirman :
ُ ‫ُول َوإِلَى أُولِي الَمْ ر ِم ْن ُه ْم لَعَ لِ َم ُه الاذِينَ َيسْ َت ْن ِب‬
‫ا‬
ِ ‫طو َن ُه ِم ْن ُه ْم َولَ ْولَ َفضْ ُل ا‬
ِ ‫َوإِ َذا جَ ا َء ُه ْم أَمْ ٌر مِنَ الَمْ ِن أَ ِو ْال َخ ْوفِ أَ َذاعُوا ِب ِه َولَ ْو رَ دّوهُ إِلَى الرا س‬
ِ
َ ‫عَ لَ ْي ُك ْم َورَ حْ َم ُت ُه لَ ات َبعْ ُت ُم ال اشي‬
ً‫ْطانَ إِلا َقلِيل‬
(yang artinya ) : “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan
Ulil Amri diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan
dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan
rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di
antaramu).” [QS An Nisaa: 83]
Maka sudah menjadi keharusan bagi kita untuk kembali kepada para ulama.
َ
َ‫اس َومَا َيعْ قِلُهَا إِلا ْالعَ الِمُون‬
ِ ‫َوت ِْلكَ المْ َثا ُل َنضْ ِر ُبهَا لِل ان‬
(yang artinya ) : “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada
yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” [QS Al 'Ankabuut: 43]
Tapi apa yang kalian lihat, adalah seorang yang menghafal beberapa subyek/hal saja, lalu
kemudian dia mengedarkannya berkeliling ke masjid-masjid, sambil menyeruduk dan
membenturkan kepalanya (seperti banteng). Lalu teman-temannya memberikan julukan
padanya “Syaikhul Islam!”. Inikah yang namanya ilmu? Padahal ilmu itu didapatkan dengan
duduk diatas tikar dengan kebutuhanmu dilipat dibawahmu (mendengar langsung dari Syaikh),
dengan bersabar dari kesusahan akibat perut yang lapar dan kosong. Sebagaimana bisa dilihat
pada keadaan para shahabat Rasulullah - shallallahu ‘alaihi wa sallam - dan atas apa yang
mereka dapatkan. Para Ulama’, merekalah yang mampu membawa segala sesuatu sesuai
dengan kedudukannya, sebagaimana yang telah dijelaskan pada ayat sebelumnya. Allah Ta’ala
berfirman :
ٍ ‫إِنا فِي َذلِكَ َليَا‬
َ‫ت ل ِْلعَ الِمِين‬
(yang artinya ) : “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang mengetahui.” [QS Ar Ruum: 22]
Dan Allah berfirman :
‫ب‬
ِ ‫أَ َف َمنْ َيعْ لَ ُم أَ انمَا أ ُ ْن ِز َل إِلَ ْيكَ مِنْ رَ بّكَ ْالحَ ّق َك َمنْ ه َُو أَعْ مَى إِ انمَا َي َت َذ اك ُر أُولُو الَ ْلبَا‬
(yang artinya ) : “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal
saja yang dapat mengambil pelajaran”. [QS Ar Ro'd: 19]
Penderitaan yang kaum muslimin diuji dengannya adalah dikarenakan mereka bodoh terhadap
agamanya. Oleh karenanya, ketika ada seseorang yang menghafal beberapa ayat dan hadits
kemudian dia mulai berbicara dengannya, apalagi dia mempunyai kemampuan berbicara
dengan lancar, maka orang-orang pun mengatakan “Inilah Syaikh!”.
Alhamdulillah, realita dari hal ini menjadi jelas, sebagaimana dikatakan (penyair, red),
“Jika kamu mendengar seseorang yang pintar berbicara itu mulai berbicara, jangan berikan
dirimu padanya.
Sebab karena hal yang tak biasa adalah sesuatu yang dibuat-buat,
Puaskanlah dengan mengambil ilmu dan pemahaman, dan
Kepandaian bicaranya akan berakhir, tanpa ada perlawanan.”
Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

44

Dan Allah berfirman menceritakan tentang kisah Qarun :
ّ َ‫َف َخرَ جَ عَ لَى َق ْو ِم ِه فِي ِزي َن ِت ِه َقا َل الاذِينَ ي ُِري ُدونَ ْالحَ يَا َة ال ّد ْنيَا يَالَيْتَ َل َنا م ِْث َل مَا أُوتِيَ َقارُونُ إِ ان ُه َل ُذو ح‬
‫﴾ َو َقا َل الاذِينَ أُو ُتوا ْالع ِْل َم‬٧۹﴿ ‫ظ عَظِ ٍيم‬
ْ‫صرُو َن ُه مِن‬
ُ ‫ار ِه الَرْ ضَ َفمَا َكانَ لَ ُه مِنْ فِ َئ ٍة َي ْن‬
ِ ‫َو ْيلَ ُك ْم َث َوابُ ا‬
ِ ‫ا َخ ْي ٌر لِ َمنْ ءَامَنَ َوعَ ِم َل صَ الِحً ا َولَ ُيلَ اقاهَا إِلا الص‬
ِ َ‫﴾ َف َخسَ ْف َنا ِب ِه َو ِبد‬۸۰﴿ َ‫اابرُون‬
ُ ‫ا َي ْبس‬
‫مْس َيقُولُونَ َو ْي َكأَنا َا‬
َ‫ُط الرّ ْزقَ لِ َمنْ َي َشا ُء مِنْ عِ بَا ِد ِه َو َي ْق ِد ُر لَ ْول‬
‫﴾ َوأَصْ بَحَ الاذِينَ َت َم ان ْوا َم َكا َن ُه ِبالَ ِا‬۸١﴿ َ‫ا َومَا َكانَ مِنَ ْال ُم ْن َتصِ ِرين‬
ِ ‫ُون ا‬
ِ ‫د‬
‫أَنْ مَنا ا‬
[۸٢ - ٧۹ :‫﴾ ]القصص‬۸٢﴿ َ‫ا ُ عَ لَ ْي َنا لَ َخسَ فَ ِب َنا َو ْي َكأ َ ان ُه لَ ُي ْفلِ ُح ْال َكافِرُون‬
(yang artinya ) : “Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah
orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti
apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar". [80] Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan
yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar". [81] Maka
Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu
golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang
(yang dapat) membela (dirinya). [82] Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan
kedudukan Karun itu. berkata: "Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia
kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan
karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak
beruntung orang-orang yang mengingkari (ni`mat Allah)". [QS Al Qoshosh: 79 - 82]
Oleh karena itu, adalah merupakan kewajiban bagi kita untuk kembali kepada Ahlul Ilmi (Ulama)
dan menuntut ilmu (thalabul ilmi, red), sebagaimana jibril mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk mengajarkan para shahabat bagaimana cara menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Dan saya tidak akan lupa dengan apa yang dikatakan oleh si dungu ‘Abdul Qadir Asy Syaibani,
“Kami akan mengirimkan beberapa saudara kami kepada Abi ‘Abdirrahman (yakni - kunyah Syaikh Muqbil) untuk mendapatkan beberapa tegukan (ilmu) dalam waktu dua bulan, dan
kemudian kami akan mengirimkannya ke beberapa markas (pusat dakwah) untuk mengambil
alih markas tersebut dari Al Ikhwanul Muslimin”. Maka saya katakan “Dalam dua bulan, apakah
mungkin bisa menghasilkan da’i ilallah?”
Jika kebodohan macam ini yang menguasai tujuan-tujuan dari berbagai kelompok dakwah,
maka aku akan memberikan kabar akan hancurnya kelompok dakwah model itu. Maka, kita
harus berkumpul dengan para ulama dan menimba ilmu dari mereka, sebagaimana yang telah
dilakukan oleh para ulama kita terdahulu. Salman Al Farisi duduk dan mencari ilmu kepada
ulama yang dia temui pertama kali sampai ulama itu meninggal dan kemudian terhadap yang
kedua dan ketiga sampai akhirnya dia bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
mengikuti beliau (Shalallahu ‘alaihi wassalam). Dan hal ini juga ditempuh shahabat Mu’adz bin
Jabal. Sebelum dia meninggal, mereka bertanya padanya, “Kepada siapa kami harus pergi
(mencari ilmu setelah darimu)? Dia menjawab “Kepada Abdullah bin Mas’ud”.
Dan ketika salah seorang saudara kita meminta kepada seorang hizbiyyin untuk menuntut ilmu,
dia berkata (dengan menukil ayat Al Qur’an),
‫مَا ُت ِحبّونَ ِم ْن ُك ْم َمنْ ي ُِري ُد ال ّد ْنيَا َو ِم ْن ُك ْم َمنْ ي ُِري ُد الخِرَ َة‬
(artinya) : “Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang
yang menghendaki akhirat.” [QS Aali 'Imroon: 152]. Kemudian dia berkata, “Allah berfirman
dalam ayat ini adalah berkaitan dengan para shahabat, maksudnya, mereka menyadari bahwa
mereka tak mempunyai kesabaran dalam mencari ilmu dan menderita kelaparan. Mereka lebih
memilih untuk hidup dengan orang-orang di rumah-rumah dan kendaraan-kendaraan dan dalam
kehidupan dunia. Kemudian kami mendengar dari mereka, “Engkau menyerang organisasiorganisasi lain”, Lantas siapa yang mengatakan padamu bahwa kami menyerang oraganisasiorganisasi lain ? Ya, kami menyerang organisasi-oraganisasi yang didalamnya terdapat unsur
hizbiyyah, berloyalitas terlarang, pencurian dan penyalahgunaan uang, organisasi semacam
itulah yang kami kritisi dan kami menyerukan kepada umat agar menjauhinya”.
Inilah dakwah (yang dilancarkan hizbiyyah diatas, red) yang berbasis atas kedustaan dan
muslihat, namun keadaan yang sebenarnya akan terbongkar nanti. Sebagaimana dakwahnya
Ali bin Al Fadl yang telah terbongkar dengan sendirinya, begitu juga realita dengan dakwahnya
Mu’tazilah, Syi’ah dan Sufi pun telah terlihat dengan nyata. Dan satu-satunya yang akan
Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

45

membongkar dan membuat keadaan asli mereka terlihat dengan nyata, dengan ijin Allah,
adalah Ahlus Sunnah.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Ahlus Sunnah adalah satu-satunya yang selalu memeriksa
dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada di umat muslim. Rasulullah bersabda “ Tidak
akan hilang dari umatku sekelompok orang yang selalu menampakkan kebenaran, tidak akan
merugikan mereka orang-orang yang menghinakan mereka, mereka tetap berada dalam kondisi
yang demikian sampai datang keputusan Allah” (HR. Muslim) .
Maka Syaikh Rabi’ bin Hadi, semoga Allah menjaganya, membongkar kedok para hizbiyyin dan
menjelaskan keyakinan-keyakinan yang mereka berada diatasnya. Sebagaimana Syaikh Abul
Hasan * di Ma’rib (Penting untuk diketahui bahwa hal ini tertulis pada artikel yang dicetak pada
edisi pertama tahun 2000 dari kitab Tuhfatul Mujiib. Sejak itu, yakni sejak meninggalnya Imam
Muqbil Al Wadi’I rahimahullah, para Ulama’ memperingatkan dari kesalahan aqidah dan manhaj
yang dianut dari pihak Abul Hasan al Ma’ribi. Sehingga seperti Syaikh Rabi al Madkhali, Syaikh
Ahmad an Najmi dan Syaikh Ubaid all Jabiri mengingkarinya dan mentahdzirnya dan
memperingatkan agar hati-hati atasnya, red), Syaikh Muhammad bin ‘Abdulwahhab di
Hudaidah, Syaikh Muhammad Al Imam di Ma’bar, Syaikh Qasim dan Al Akh Muhammad As
Sumali di Jami’ul Khair Shan’a.
Maka aku nasehatkan kepada saudara-saudara sekalian, sebab banyak dari mereka,
alhamdulillah - segala puji bagi Allah -yang mau menerima (nasehat), untuk kembali kepada
Alqur’an dan As Sunnah dan mendakwahkannya, dan tidak menyia-nyiakan kehidupan mereka
untuk memuliakan syaikh anu dan anu. Dan jika mereka meninggalkan syaikh tertentu, maka
mereka akan berkata “Hati-hatilah padanya, dia berasal dari Jama’at takfir” atau “dia adalah
agen pemerintah”. Ini adalah perkataan-perkataan dari seseorang yang tidak takut pada Allah.
(Diterjemahkan secara bebas dari artikel Inilah Sururiyyah, berhati-hatilah darinya. Penulis
Imam Muqbil bin Hadi al Wadi’I rahimahullah, dalam kitab beliau Tuhfat-ul-Mujib 'alaa As'ilat-ilHaadir wal-Gharib (hal 179-185), dimuat dalam url http://www.al-ibaanah.com/articles.php?
ArtID=10). Sumber artikel : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=837.

Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

46

2.3 Paham Sururiyyah, Quthbiyyah dan Ihya Turats
Sururiyyah Syaikh Ayyid Asy Syamari hafidhahullah, pengajar di Makkah al Mukaramah :
Ada sekelompok muslim yang mengikuti kaidah salaf dalam perkara Asma’ dan Sifat ALLAH,
Iman dan Taqidr. Tapi, ada salah satu prinsip mereka yang sangat fatal yaitu mengkafirkan
kaum muslimin. Mereka terpengaruh oleh prinsip Ikhwanul Muslimin. Pelopor aliran ini bernama
Muhammad bin Surur.
Muhammad bin Surur yang lahir di Suriah dahulunya adalah anggota Ikhwanul
Muslimin. Kemudian ia menyempal dari jamaah sesat ini dan membangung gerakannya sendiri
berdasarkan pemikiran-pemikiran Sayyid Quthub (misalnya dalam masalah demontrasi, kudeta
dan yang sejenisnya).
Dalam hal Asma dan Sifat, ia mengikut manhaj Salaf, sehingga dari sinilah ia dapat
masuk ke kerajaan Saudi dan belajar disana.
Jama’ahnya dinamakan Quthbiyah, dinasabkan kepada Sayyid Quthub karena dia
memperbarui manhaj Ikhwanul Muslimin dan menciptakan gerakan-gerakan dakwah yang sesat
tersebut. Mereka bisa disebut Ikhwanul Muslimin apabila disandarkan kepada induknya atau
Sururiyah bila disandarkan kepada dainya yang bergerak pertama kali di Saudi, yakni
Muhammad Bin Surur. Jika tidak, maka Sururiyah adalah Quthbiyah dan Ikhwanul Muslimin itu
sendiri.
Sururiyah memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan Ikhwanul Muslimin dalam
masalah takfir, demonstrasi, tanzhim, mobilisasi massa, dan mengikat pengikut dengan imamat
(kepemimpinan seorang Imam, red). Bentuk mereka bermacam-ragam sesuai dengan kondisi
negara setempat. Contohnya di Mesir, sebelum diketahui mereka berprinsip ikhwani, sebagian
anggota mereka memulai dengan membangun masjid-masjid. Setiap masjid memiliki
penanggung-jawab, dan setiap penanggung-jawab harus melapor kepada ketua wilayah dan
ketua wilayah melapor kepada ketua umum. Sebagian mereka bergerak dalam pembangunan
perpustakaan-perpustakaan, lalu hasilnya dilaporkan dan dikumpulkan sampai diketahui oleh
pucuk pimpinan. Sebagian lainnya membentuk halaqah Al Quran dan dipimpin oleh seorang
ketua halaqah. Kemudian beberapa ketua halaqah dikumpulkan untuk melaporkan hasil-hasil
gerakannya kepada ketua umum. Inilah yang disebut pemikiran Hasan Al Banna, tapi beda
nama! Sururiyah melakukan ini semua dan mereka adalah Ikhwanul Muslimin.
Diantara kesamaan-kesamaan Sururiyah dan Ikhwanul Muslimin ialah :
1. Sururiyah memegangi prinsip Ikhwanul Muslimin : “Kita saling tolong-menolong pada apa
yang kita sepakati dan saling memaafkan pada apa yang kita perselisihkan.”, akan tetapi
dengan cara yang berbeda. Mereka merasa cocok dengan dakwah Ikhwanul Muslimin dan
meniru Hasan Al Banna, Sayyid Quthub, AL Hadhami dan At Tilmisani yang beraqidah sufi dan
asy’ari (Pengaruh Abul Hasan al Asy’ari, red). Tokoh-tokoh itu menamakan diri dengan apa ?
Dengan nama Ikhwanul Muslimin ! Bukan dengan nama sufi dan asy’ari, walaupun pada
dasarnya mereka adalah asy’ari dan sufi. Oleh karena itu Sururiyah bekerjasama dengan firqah
Jama’ah Tabligh dan Ikhwanul Muslimin, saling memaafkan pada apa yang mereka
perselisihkan (termasuk dalam masalah aqidah). Jama’ah Sururiyah berada pada satu barisan
dengan firqah (aliran) Tabligh. Ikhwanul Muslimin memasukkan ajaran sufi, asy’ari dan syi’ah.
Sementara Sururiyah memiliki satu pemikiran yang sama dengan Ikhwanul Muslimin yaitu
“saling
memaafkan
pada
perkara
yang
mereka
perselisihkan”.
2. Sururiyah memiliki satu pemikiran dengan Hasan al Banna dan Sayyid Quthub dalam
masalah mengkafirkan golongan lain dan pemerintahan muslim.
3. Sururiyah satu ide dengan Ikhwanul Muslimin dalam masalah demonstrasi, mobilisasi dan
selebaran-selebaran.
4. Sururiyah sama dengan Ikhwanul Muslimin dalam masalah pembinaan revolusi dalam rangka
kudeta
5. Sururiyah sama dengan Ikhwanul Muslimin dalam hal tanzhim (aturan) dan sistem
kepemimpinan yang mengkerucut (seperti piramid). Namanya berbeda, tapi hakikatnya satu.
6. Sururiyah sama dengan Ikhwanul Muslimin dalam masalah politik dan tenggelam dalam
politik. Sehingga fatwa-fatwa mereka dibangun diatas dasar pertimbangan politik.
Apa yang bisa dimanfaatkan dari gerakan ini ? Mereka berdalil dengan prinsip-prinsip
Ikhwanul Muslimin dan mereka tidak bisa mengambil dalil-dalil syar’i. Dalam perang
Afghanistan (melawan Russia, red), mereka meninggalkan Syaikh Jamilur Rahman. Padahal
beliau seorang muwahid dan memerangi bid’ah. Namun disebabkan politik kebid’ahan yang ada
pada mereka, maka merekapun menahan hukum syariat (tidak ditegakkan, red). Mereka
meninggalkan ahli tauhid dan tidak mau bekerjasama dengan ahli tauhid. Akan tetapi mereka

Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

47

tegak bersama ahli bid’ah, sementara Islam mewajibkan mereka untuk bekerjasama dengan
ahli tauhid. Dan mereka tidak melakukannya.
Sururiyah yang ditokohi oleh Salman Al Audah dan Safar Hawali semuanya
bekerjasama dengan kalangan sufi dan asy’ari seperti Hikmatiyar, Rabbani dan Syah Mahmud.
Setelah ketiganya berselisih dan berpecah-belah, mereka menggandeng Hikmatiyar dan Abdur
Rabb Ar Rasul Sayyaf karena mereka termasuk golongan Ikhwanul Muslimin dan tidak
terpengaruh oleh buku-buku Sayyid Quthub.
Perlu diketahui bahwa Hikmatiyar ini pernah meminta bantuan kepada orang-orang
komunis dan ini berlawanan dengan prinsip Sururiyah yang melarang meminta bantuan kepada
orang-orang kafir. Namun karena alasan politis mereka membolehkan hal ini ! Ketika Hikmatiyar
jatuh dan pemerintahan dipegang orang-orang Taliban, maka Sururiyah memandang negeri ini
tidak bermanfaat, lalu mereka memalingkan perhatiannya ke arah lain dan tidak memuji negara
yang dikuasai orang-orang Taliban. Sekarang orang-orang Sururi memfokuskan perhatiannya
kepada negara Chechnya yang sedang diserang orang-orang kafir (Rusia, red) – semoga
ALLAH menolong para mujahidin dan kaum muslimin disana.
Demikianlah jalan dakwah mereka selalu diwarnai politik. Metode berpolitik ini mereka
adopsi dari Hasan Al Banna. Al Banna, kita tahu, selalu menyikapi dalil-dalil syar’i secara politis.
Walhasil, dia membiarkan ahli maksiat dan orang-orang fasik dan menyatukan mereka ke
dalam satu golongan (partai) dalam rangka merealisasikan konsepnya. Ia mendiamkan ahli
maksiat dan orang-orang fasik agar tercipta kondisi yang stabil dan mengokohkan golongannya.
Demikian juga muammalah mereka bersama para saudagar dan orang-orang kaya
dengan cara “mendompleng” mereka dalam rangka mengumpulkan dana. Tanpa dana mereka
tidak dapat berbuat apa-apa dalam menjalankan roda dakwah sebagaimana Ikhwanul Muslimin
dakwahnya tergantung sekali dengan dana.
Al Quthbiyyah
Adapun Al Quthbiyyah disandarkan (dinasabkan) pada ajaran Sayyid Quthub. Sayyid Quthub
adalah anggota (anak-buah, red) Hasan al Banna yang sangat loyal kepada Ikhwanul Muslimin
dan menjalankan dengan baik semua apa yang dikehendaki Hasan al Banna.
Sayyid Quthub adalah seorang yang menghabiskan umurnya dengan sesuatu yang tidak ada
hubungannya dengan Islam. Termasuk salah seorang murid al ‘Aqqad (sastrawan dan pemikir)
yang sangat membenci komunis. Sayyid Quthub banyak menulis buku-buku umum yang tidak
berhubungan dengan Islam.
Dia juga menulis banyak kisah dan syair-syair umum (sosial). Dia hanya seorang penulis dan
kutu buku. Setelah itu ia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin dan memba’iat al Hadhami. Ia
menjadi seorang anggota Ikhwanul Muslimin yang sangat loyal, membela dakwah dan konsepkonsep Ikhwan dengan pena dan buku-bukunya.
(Setelah) Hasan al Banna terbunuh, lalu Al Hadhami dan Jamal Abdul Nasher membelanya dan
dapat mengkudeta pemerintah raja Faruq.
Dalam perjalanan pemerintahannya, terjadilah silang pendapat antara Jamal Abdul Nasher dan
Ikhwanul Muslimin, sehingga banyak dari anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara termasuk
Sayyid Quthub. Di penjara dia menulis tafsir Al Quran yang berjudul “Fi Zhilalil Qur’an” (edisi
Indonesia Di bawah Naungan Al Quran) dan kitab-kitab lainnya.
Setelah keluar dari penjara, Sayyid masih aktif menulis dan menyusun konsep-konsep revolusi,
pemutarbalikan Islam dan kudeta terhadap pemerintah. Konsep-konsep tersebut dia adopsi dari
AbulA’la Al Maududi dan Hasan Al Banna.
Selanjutnya ia menghidupkan tanzhim di masa As Sindi dan memperbaharui tandzim di atas
tandzim khusus – tanzhim khususnya dipaparkan Al ‘Isymari dalam buku “Sirriyatut Tarikh
Ikhwanul Muslimin,” (sejarah Rahasia Ikhwanul Muslimin). Ia sebutkan bahwa pemimpin
pengganti as Sindi adalah Shalih Al’Isymari.
Pada masa pemerintahan Jamal Abdul Nasher, Shalih Al Isymari disingkirkan dari keanggotaan
tandzhim khusus dan setelah itu Sayyid Qutbmemperalat Ali Isymari untuk memperbarui
tanzhim khusus dan melengkapi anggota Ikhwannul Muslimin dengan senjata dan alat-alat
kerusuhan (bahan peledak).
Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007

48

Ali ‘Isymari mengabarkan bahwa mereka membawa senjata, gerakan ini disokong seorang
wanita muslimah bernama Zainal Al Ghazali. Dialah pemasok dana dan senjata yang didapat
dari beberapa negara.
Selanjutnya Ali ‘Isymari yang pernah duduk bersama Sayyid Quthub mengatakan bahwa
apabila terjadi suatu gangguan terhadap dakwahnya (IM), Sayyid memerintahkan agar mereka
segera menuntaskannya dengan melancarkan berbagai macam kerusuhan dan peledakan
besar, seperti mensabotase jembatan-jembatan, pusat-pusat listrik dan tempat-tempat lainnya,
hingga akhirnya dapat menggulingkan Jamal Abdun Nasher.
Sayyid Quthub dalam bukunya “Limadza yahjuruni ?” (Mengapa Mereka Mengucilkanku ?”)
mengakui bahwa dialah yang merancang berbagai macam peledakan dan kerusuhan.
Ucapannya persis sama dengan apa yang dikatakan Ali Al ‘Isymari dalam bukunya “Sejarah
Rahasia Ikhwanul Muslimin.”
Sayyid Quthub berupaya mengulang sejarah “tanzhim khusus” dengan cara melakukan
peledakan-peledakan, serta mengumpulkan senjata-senjata dan melatih anggota membiasakan
gerakan-gerakan yang serupa. Sayyid Quthub adalah seorang konseptor Ikhwanul Muslimin
yang merancang pemikiran tersebut sebagai sebuah filsafat pengkafiran yang mendatangkan
kerancuan agama.
Sayyid Quthub mengkafirkan pemerintah dan masyarakat muslimin. Dialah yang menafsirkan
kalimat Tauhid (Laa ilaaha illa ALLAH) dengan tafsir bid’ah yang kaum salaf tidak pernah
menafsirkannya. Disamping itu, ia membuang semua Tauhid Asma’ dan Sifat ALLAH yang ada
dalam Al Quran. (Karena) Ia adalah seorang penganut tasawuf. Tafsirnya terhadap ayat 1 dari
‫قُ ْل ه َُو ا‬, cukuplah sebagai buktinya (Dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran, red).
Surat Al Ikhlas ‫اُ أَحَ ٌد‬
Ia juga seorang aqlani (rasionalis, pemuja akal) yang lebih mengutamakan logika daripada nash
Al Quran dan Asunnah. Bukti-bukti yang menunjukkan ia seorang aqlani adalah :
1. Ia mencela orang yang berpoligami. Menurut logika Sayyid, kalau jumlah kaum wanita
banyak daripada kaum pria, baru boleh dijalankan poligami. Pemikirannya ini mirip dengan
pemikiran orang-orang kiri (komunis, red).
2. Tentang masalah perbudakan, ia berpendapat bahwa perbudakan sekarang sudah tidak ada
dan dahulu perbudakan hanya ada pada kelompok tertentu.
3. Kalau sudah tegak daulah Islam dengan cara yang ia tempuh atau jalan pengikutnya, ia akan
mengambil semua harta manusia kemudia ia bagi-bagikan walaupun sebagian rakyatnya
memiliki harta dengan jalan yang benar. Caranya ini persis cara-cara komunis. Darimana
dalilnya ? Tidak ada, ia berbicara semaunya.
Oleh karena itu, kalau kita tanyakan kepada teman-teman Sayyid : apakah ia seorang ahli
fiqih ? Bukan. Apakah ia memiliki fatwa-fatwa dalam amsalah ekonomi, muammalah dan ibadah
? Tidak. Apakah ia pernah menulis kita-kitab ushul fiqih ? Tidak pernah . Apakah ia pernah
membahas masalah hadits-hadits dan atsar shahabat ? Tidak pernah. Apakah ia menafsirkan
ayat-ayat hukum dalam Al Quran dengan mengikuti metode Al Qurthubi dan membawakan dalildalil Al Qur’an sendiri dan As Sunnah ? Tidak. Bahkan ia menafsirkan Al Quran dengan jalan
logika dan tidak merujuk kepada kitab-kitab tafsir Ulama terdahulu.
Ia membuang sifat-sifat ALLAH, ia