HUBUNGAN KINESTHETIC PERCEPTION DENGAN KETERAMPILAN JUGGLING FREESTYLE SOCCER.

(1)

HUBUNGAN KINESTHETIC PERCEPTION DENGAN KETERAMPILAN JUGGLING FREESTYLE SOCCCER

(Studi Deskriptif pada Komunitas N-WAE Freestyle Soccer Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh

Yoseph Ferdian Marbun 0901682

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

HUBUNGAN KINESTHETIC PERCEPTION DENGAN KETERAMPILAN JUGGLING FREESTYLE SOCCER

(Studi Deskriptif pada Komunitas N-WAE Freestyle Soccer Bandung)

Oleh:

Yoseph Ferdian Marbun 0901682

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

©Yoseph Ferdian Marbun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

YOSEPH FERDIAN MARBUN 0901682

HUBUNGAN KINESTHETIC PERCEPTION DENGAN KETERAMPILAN JUGGLING FREESTYLE SOCCER

(Studi Deskriptif pada Komunitas N-WAE Freestyle Soccer Bandung) disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. H. R. Boyke Mulyana, M.Pd. NIP. 1962120231989031001

Pembimbing II

Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd. NIP. 196812181994021001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Dr. H. R. Boyke Mulyana, M.Pd. NIP. 1962120231989031001


(4)

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

ABSTRAK

HUBUNGAN KINESTHETIC PERCEPTION DENGAN KETERAMPILAN JUGGLING FREESTYLE SOCCER

(Studi Deskriptif pada Komunitas N-WAE Freestyle Soccer Bandung)

Pembimbing: 1. Dr. H. R. Boyke Mulyana, M.Pd. 2. Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd.

Yoseph Ferdian Marbun*

Penelitian ini berawal dari permasalahan kemampuan seorang Freestyler dalam menguasai keterampilan juggling freestyle soccer. Dari permasalahan tersebut terlihat adanya perbedaan seorang freestyler dalam memberikan sentuhan terhadap bola dan kesadaran merasakan akan perpindahan posisi tubuhnya sendiri. penelitian ini dilaksanakan pada sebuah komunitas freestyle soccer di kota Bandung yang bernama N-WAE Freestyle Soccer Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah Frestyler yang tergabung dalam komunitas N-WAE Freestyle Soccer Bandung. Oleh karena populasi penelitian terbatas, maka sampel yang digunakan berasal dari populasi. Sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi atau disebut dengan sampel total berjumlah 20 orang. Instrumen tes untuk mengetahui kemampuan kinesthetic perception yaitu dengan tes distance perception jump, dan instrumen untuk mengetahui kemampuan melakukan keterampilan juggling freestyle soccer yaitu dengan tes juggling freestyle soccer. Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penghitungan distribusi normal menghasilkan Lo untuk kinesthetic perception (X)= 0,2517, untuk keterampilan

juggling freestyle soccer (Y) = 0,1143. Semua nilai (Lo) tersebut menunjukkan

nilai yang lebih besar dari L-tabel = 0,190 dalam taraf derajat kepercayaan α = 0,05 sehingga analisis tersebut menunjukkan data yang diteliti berdistribusi normal. Hasil penghitungan koefisien korelasi sebesar 0,80. Selanjutnya hasil penghitungan uji signifikan koefisien korelasi diperoleh thitung 5,65 yang lebih

besar dari ttabel dengan taraf signifikansi = 0,05 dan dk (18) = 1,73. Kesimpulan Ho

ditolak dan hasil signifikan. Langkah terakhir menghitung koefisien determinan yang menghasilan persentase hubungan kinesthetic perception dengan keterampilan juggling freestyle soccer yaitu sebesar 64%. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: Terdapat hubungan yang positif antara kinesthetic perception dengan keterampilan juggling freestyle soccer.


(5)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN KINESTHETIC PERCEPTIONS WITH JUGGLING FREESTYLE SOCCER SKILL

(Descriptive Research to N-WAE Freestyle Soccer Community of Bandung)

Adviser: 1. Dr. H. R. Boyke Mulyana.M.Pd. 2. Dr.Dikdik Zafar Sidik, M.Pd.

Yoseph Ferdian Marbun*

This research begins with the problem faced by a Freestyler in mastering the juggling freestyler soccer skill. Based on that phenomenon, it can be seen that there are differences among the freestylers in doing the ball touch giving and their consciousness to feel the movement of the body position. This research was conducted to a freestyle soccer community in Bandung named N-WAE Freestyle Soccer Bandung. This research used a descriptive method. The populations in this study were the 20 members of Freestyler in N-WAE Freestyle Soccer Bandung community. Because of the population of this research was limited, so the samples used are based on the population. It made this research categorized as population research which used all the members of the community as the samples. The instruments of the test included distance perception jump test in order to discover the kinesthetic perception skill and also juggling freestyle soccer test in order to find the capability of the player in doing juggling freestyle soccer. This research used descriptive quantitative analysis in analyzing the data. The result of normal distribution produced Lo for kinesthetic perception (X) = 0,2517 and (Y) = 0, 1143

for juggling freestyle soccer. This data showed that the (Lo) score was higher than

L-table = 0,190 in the level of degree that α = 0,05, so that this analysis showed that the data which was analyzed has a normal distribution. The result of correlation coefficient was 0,80. Furthermore, the result of calculation of the correlation coefficient significant test gained Tcount = 5, 65 which was higher than

Ttable with the level of significance = 0,05 and dk (18) = 1,73. The conclusion

showed that the H0 was rejected and the result of this study was significant. The

final step was counting the determinant coefficient. It showed the percentage of the relationship between kinesthetic perceptions with juggling freestyle soccer skill that reached 64%. Based of the result of the research, the researcher concluded that there is positive relationship between the kinesthetic perceptions with juggling freestyle soccer.


(6)

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Batasan Penelitian ... 8

F. Struktur Organisasi Skripsi... 9

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 11

A. Keterampilan Juggling Freestyle Soccer ... 11

B. Pengertian Kinesthetic Perception ... 34

C. Hubungan Kinesthetic Perception Terhadap Pembelajaran Gerak ... 39


(7)

D. Hubungan Kinesthetic Perception dengan Penguasaan

Keterampilan Juggling Freestyle Soccer ... 41

E. Anggapan Dasar ... 42

F. HIPOTESIS ... 44

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 45

A. Metode Penelitian ... 45

B. Populasi dan Sempel ... 45

C. Desain Penelitian ... 46

D. Definisi Operasional ... 47

E. Instrumen Penelitian ... 48

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 57

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 60

A. Pengolahan Data ... 60

B. Diskusi Temuan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(8)

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Juggling freestyle soccer adalah sejenis gabungan antara olahraga sepak bola dan keindahan. Keindahan ini tercipta ketika gerakan sepak bola yang sudah divariasikan bertemu dengan gerakan-gerakan lainnya seperti gerakan breakdance, akrobat, dan lain-lain. Dalam juggling freestyle soccer tidak ada lagi aturan-aturan dan teknik standar permainan sepak bola yang dipraktikan. Seperti dikutip dari wikipedia the free enchyclopedia (2013, hal. 1) yang memberikan batasan tentang keterampilan juggling freestyle soccer bahwa “freestyle football is the art of juggling with a football using feet, knees, chest, soulders, and head while simultaneously performing creative, skillfull moves and keeping the ball airborne.

Maksud dari kutipan di atas adalah bahwa keterampilan juggling freestyle soccer merupakan suatu seni dari juggling dengan menggunakan hampir seluruh anggota tubuh, seperti kaki, lutut, dada, bahu, dan kepala yang dilakukan secara berkesinambungan dengan pergerakan yang kreatif, terampil dalam bergerak dan menjaga bola di udara agar tidak jatuh ke tanah. Mengutip pendapat Luxbacher dalam buku yang ditulis Bambang Sugeng. Luxbacher (dalam Sugeng , 2004, hal. 8) bahwa „juggling freestyle soccer adalah upaya menjaga bola tetap di udara tanpa terjatuh dengan menggunakan bagian-bagian badan tertentu.‟

Seiring perkembangan zaman juggling freestyle soccer semakin diminati oleh orang-orang yang secara khusus menggeluti keterampilan juggling freestyle soccer ini. Keterampilan juggling freestyle soccer pada saat ini sering ditampilkan sebagai tontonan yang menarik dan menghibur karena memiliki nilai entertaint yang tinggi. Seperti contoh keterampilan juggling freestyle soccer ini sering menjadi sesi hiburan disetiap even olahraga futsal, nonton bareng siaran langsung pertandingan sepak bola, video clip, dan iklan-iklan produk olahraga maupun non olahraga.


(9)

Juggling freestyle soccer hanya dimainkan oleh satu orang saja. Seorang freestyler (panggilan untuk pemain juggling freestyle soccer) biasanya memainkan bola sepak dengan menggunakan kaki, kepala, punggung , dan bagian tubuh lainnya. Seorang freestyler akan menggunakan bagian tubuhnya untuk menciptakan suatu trik yang unik dan dapat membuat setiap orang yang menyaksikannya kagum. Juggling freestyle soccer juga sering dipertunjukkan oleh pemain sepak bola dalam aksi individu pada sebuah pertandingan sepak bola, yaitu pada saat face to face dengan lawan. Seperti yang dikutip dari www.freestylesoccerera.com (2013, hal. 1) bahwa “freestyle has been around a while now, it„s not known when exaclty it began, we all know who PELE and MARADONA are the showed the world their freestyle soccer skills a match and at training.”

Maksud dari kutipan di atas adalah bahwa Pele dan Maradona telah menunjukkan kepada dunia melakukan keterampilan juggling freestyle soccer pada saat bertanding dan disaat sela-sela latihan.

Keterampilan juggling freestyle soccer memiliki trik atau gerakan yang sangat beragam, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Around The World (ATW)

Around The World (ATW) artinya mengelilingi bumi, maksudnya yaitu kaki bergerak mengelilingi bola. Seperti yang dikutip dari I Love Freestyle.com (2013: 1) yang menjelaskan bahwa “Around The World (ATW) is foot moves around the ball.”

Maksud dari kutipan di atas bahwa Around The World (ATW) yaitu memainkan bola di udara dengan kaki bergerak mengelilingi bola.

2. Cross Over

Cross Over merupakan salah satu gerakan dasar, disebut dengan gerakan menyilang. Seperti yang dikutip dari I Love Freestyle.com (2013, hal. 1) yang menjelaskan bahwa “Croos over is one of the basic tricks. This move requires the player to kick the ball into the air by his trail leg, while the other leg goes around the ball.”


(10)

3

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

Maksud dari kutipan di atas bahwa Croos Over yaitu memainkan bola di udara dengan posisi kaki meloncat sambil menyilang.

3. X-over

X-over disebut juga sebagai gerakan menyilang. Seperti yang dikutip Dari I Love Freestyle.com (2013, hal. 1) yang menjelaskan bahwa “Air move is criss -cross motion of legs while ball in the air.”

Maksud dari kutipan di atas bahwa X-over yaitu memainkan bola di udara dengan posisi kaki menyilang seperti huruf X.

4. Head Stall

Head Stall artinya menempatkan bola di atas kepala, seperti yang dikutip dari I Love Freestyle.com (2013, hal. 1) yang menjelaskan bahwa “Stall is moves involve catching the ball in a stationary position…”

Maksud dari kutipan di atas bahwa Head Stall yaitu menempatkan bola di atas kepala pada posisi diam.

Keterampilan juggling freestyle soccer memiliki gerakan yang sangat beragam dan terlihat aspek-aspek gerak kompleksitas disaat pelaksanaannya. Untuk melakukan juggling freestyle soccer tersebut sangat memerlukan kesempurnaan indera-indera yang pada hakekatnya manusia miliki sejak lahir. Terutama indera penglihatan, pendengaran, dan peraba. Indera penglihatan melibatkan organ mata. Fungsi dari organ mata ini yaitu untuk melihat. Indera penglihatan ini sangat berperan penting dalam melihat, mengawasi, dan mencerna semua proses atau kegiatan untuk dijadikan tindakan apa yang harus dilakukan khususnya dalam melakukan keterampilan juggling freestyle soccer. Indera pendengaran melibatkan organ telinga. Fungsi dari organ telinga ini yaitu untuk mendengar segala jenis suara. Indera pendengaran sangat berperan penting untuk mendengarkan instruksi dan perintah-perintah dalam melakukan keterampilan juggling freestyle soccer. Indera peraba melibatkan kulit sensitif kita untuk merasakan kontak fisik dengan bola. Sehingga kita bisa merasakan dan merespon apa yang harus kita lakukan dalam melakukan keterampilan juggling freestyle soccer.


(11)

Alat indera merupakan alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Proses penginderaan akan berlangsung setiap saat pada waktu individu menerima stimulus dari luar. Indera-indera yang hakikatnya dimiliki oleh manusia sejak lahir tersebut sangatlah penting dan menjadi penunjang suksesnya olahragawan untuk mencapai prestasi terutama dalam melakukan keterampilan juggling freestyle soccer.

Selain indera-indera yang sudah dipaparkan di atas sebuah persepsi dalam melakukan keterampilan gerak sangatlah diperlukan. Oleh karena persepsi merupakan suatu proses yang di dahului oleh penginderaan yang merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga di sebut proses sensoris. Selanjutnya stimulus tersebut diteruskan dan timbulah persepsi terhadap stimulus tersebut. Lalu kinestetik yang kerapkali disebut juga dengan propriosepsi mengacu pada sensasi dan persepsi anggota tubuh, togok, dan gerakan kepala. Meskipun kemampuan ini kerapkali di abaikan sebagai salah satu indera dasar manusia (Nugroho, 2005, hal. 237).

Terkait dengan diperlukannya sebuah persepsi dalam melakukan keterampilan gerak, terdapat ilmu keolahragaan yang mempelajari mengenai kinesthetic perception. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Johnson & Nelson (1969, hal. 182) yang menyatakan bahwa “Kinesthetic Perception the ability to perceive the position and movement of the body and it‟s joints during muscular action, is often referred to as the sixth sense.”

Maksud dari kalimat di atas bahwa kinesthetic perception merupakan kemampuan untuk merasakan posisi dan perpindahan tubuh dan persendiannya selama pergerakan otot, sering kali ditujukan sebagai indera keenam.

Indera otot sangat penting dalam pembelajaran gerak. Seperti yang dikemukakan oleh Johnson & Nelson (1969: 182) menekankan pentingnya indera otot dengan menyatakan bahwa “Otot kita bisa melihat lebih dari yang mata kita lakukan.” Seperti pada sebuah penelitian di bidang Sport Science yang berjudul Cristiano Ronaldo Tested To The Limit yang melibatkan pemain sepak bola dunia yang bernama Cristiano Ronaldo. Cristiano Ronaldo dapat dengan tepat memasukan bola ke gawang menggunakan bagian tubuh manapun yang


(12)

5

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

diperbolehkan dalam peraturan permainan sepak bola dalam situasi bola tidak terlihat. penelitian tersebut dilakukan dilabolatorium olahraga yang melibatkan para peneliti profesional dunia seperti Andy Ansah di bidang Football Consultant, Neal Smith di bidang Sport Biomechanics, Zoe Wimshurst di bidang Sport Psychologist (Special Internests, Visual Awareness Training ), dan juga dihadiri oleh pejabat-pejabat sepak bola seperti Fabio Capello manajer tim nasioanal Inggris, dan Arsene wenger manajer club Arsenal dari Inggris. Tes tersebut dilakukan di lapangan sepak bola dengan ukuran yang dimodifikasi khusus laboratorium olahraga pada malam hari yang bertujuan agar tidak ada pencahayaan sedikitpun. Tes dilakukan sebanyak tiga kali. Bentuk tes berupa tendangan sudut di mana disediakan tester sebagai penendang dan Cristiano Ronaldo sebagai pencetak gol. Cristiano Ronaldo berdiri di dalam kotak penalti dan harus memasukan bola tanpa ada pencahayaan sedikitpun. Selain itu disediakan pemain sepak bola amatir sebagai pembanding.

Tes pertama dan kedua dilakukan tendangan sudut dengan diberikan pencahayaan yang cukup, lalu pada saat bola melambung sebelum masuk ke daerah penalti pencahayaan dimatikan total. Tes ketiga dilakukan tendangan sudut dengan diberikan pencahayaan yang cukup, namun pencahayaan dimatikan lebih awal yaitu pada saat terjadi impac antara bola dengan kaki penendang. Pertama-tama pemain sepak bola amatir yang sudah disediakan sebagai pembanding terlebih dahulu untuk melakukan tes tersebut. Namun pada tes pertama pemain sepak bola amatir tersebut tidak berhasil untuk memasukan bola ke gawang bahkan tidak dapat menyentuh bola sedikitpun, yang mengakibatkan tes selanjutnya tidak dilakukan. Lalu setelah itu giliran Cristiano Ronaldo yang melakukan tes tersebut. Tes pertama dan kedua dapat dilakukan dengan tepat oleh Cristiano Ronaldo dengan menggunakan kepala (sundulan) dan kaki kanan (tendangan) . Tes yang ketiga masih dapat dilakukan dengan tepat oleh Cristiano Ronaldo menggunakan bahunya. Setelah melakukan tes Cristiano Ronaldo memaparkan apa yang dia alami ketika pelaksanaan tes berlangsung. Dia memaparkan bahwa ketika bola di tendang dia merekam dalam memori pikirannya dan berimajinasi kemana arah bola akan datang dan apa yang harus dia


(13)

lakukan. Ketika pencahayaan dimatikan dia berusaha memutar memori pikirannya tersebut dan timbul persepsi respon apa yang harus dia lakukan atas stimulus yang diterima mengenai gerak dan arah (Sumber: youtube, Cristiano Ronaldo tested to the limit).

Berdasarkan penelitian yang diuraikan di atas bahwa tidak hanya cukup kemampuan indera penglihatan saja dalam melakukan tes tersebut. Melainkan dibutuhkan pula kemampuan kinesthetic perception yang sering ditujukan sebagai indera keenam. Johnson & Nelson (1969, hal. 182) memaparkan bahwa:

Kinesthetic Perception the ability to perceive the position and movement of the body and it‟s joints during muscular action, is often referred to as the sixth sense. Individuals who can observe a demonstration and perceive the significance of the sequence of movement are able to develop a physical empathy which enables them to learn a movement much faster than others whose kinesthetic perception is not as highly developed.

Maksud dari kalimat di atas bahwa kinesthetic perception adalah kemampuan untuk merasakan posisi dan perpindahan tubuh dan persendiannya selama pergerakan otot, sering kali ditunjukan sebagai indera keenam. Individu yang mampu merasakan serangkaian perpindahan yang signifikan mampu untuk mengembangkan sebuah keterampilan gerak yang memungkinkan mereka untuk mempelajari perpindahan yang lebih cepat dari orang lain yang kemampuan kinestetiknya tidak berkembang setinggi itu.

Kinesthetic perception mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penguasaan keterampilan gerak, terutama ketika seseorang diperkenalkan kepada keterampilan gerak yang baru dipelajari dan bersifat kompleks. Mengutip pendapat Magill dalam jurnal yang ditulis Setyo Nugroho. Magill (dalam Nugroho, 2005, hal. 237) mengemukakan bahwa „kinestetik penting sebagai sumber umpan balik dan selalu memberi informasi sensori kepada sistem syaraf pusat mengenai hal-hal yang terkait dengan karakteristik gerakan, seperti arah, posisi, kecepatan, dan aktivasi otot.‟ Melalui kinesthetic perception, freeestyler akan lebih mudah untuk mempelajari keterampilan gerak dalam mengontrol, menguasai bola dan merasakan perpindahan akan posisi tubuhnya sendiri.


(14)

7

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

Keterampilan juggling freestyle soccer memiliki gerakan yang sangat beragam dan terlihat aspek-aspek gerak kompleksitas, tidak semua orang dapat melakukannya dengan baik. Mengutip pendapat Magill dalam jurnal yang ditulis Setyo Nugroho. Magill (dalam Nugroho, 2005, hal. 237) mengemukakan bahwa „seseorang tidak dapat melakukan koreksi gerakan karena waktu yang terbatas meskipun umpan balik kinestesis tersedia.‟

Fenomena yang terjadi dalam melakukan keterampilan juggling freestyle soccer yaitu sering kali seorang freestyler melakukan kesalahan dalam mengontrol bola yang dikarnakan sentuhan terhadap bola yang tidak tepat sehingga pergerakan arah bola tidak sesuai dengan apa yang di inginkan dan mengakibatkan bola tidak dapat dikendalikan dengan baik. selain kesalahan dalam mengontrol bola, pada saat melakukan teknik gerakan keterampilan juggling freestyle soccer yang rumit seperti teknik gabungan (combo), terkadang seorang freestyler melakukan kesalahan dalam melakukan teknik dasar tersebut yang dikarnakan tidak tepatnya mengontrol perpindahan posisi tubuhnya sendiri sehingga teknik dasar yang dilakukan tidak seirama dengan pergerakan arah bola yang mengakibatkan bola tidak dapat dikendalikan. Maka dari pada itu perlu ditelusuri faktor penyebabnya, apakah terdapat hubungan yang positif antara kinesthetic perception dengan keterampilan juggling freestyle soccer?

Berdasarkan uraian di atas peneliti menganggap penting untuk diangkat dalam bentuk penelitian, khususnya penelitian mengenai hubungan kinesthetic perception dengan keterampilan juggling freestyle soccer. Sehingga peneliti mengambil judul HUBUNGAN KINESTHETIC PERCEPTION DENGAN KETERAMPILAN JUGGLING FREESTYLE SOCCER.

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah sangat diperlukan dalam sebuah penelitian, karena dengan terlebih dahulu melakukan perumusan terhadap permasalahan yang akan diteliti, maka peneliti akan mendapat kemudahan dan kejelasan langkah-langkah yang dapat diambil penelitian. Arikunto (2002, hal. 3) berpendapat bahwa “agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan


(15)

masalahnya terlebih dahulu sehingga jelas dari mana harus mulai, ke mana harus pergi, dan dengan apa.”

Setelah melihat pokok pemikiran di atas terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini, adapun permasalahan pokok yang akan di kemukakan yaitu hubungan kinesthetic perception dengan keterampilan juggling freestyle soccer. Untuk menjawab semua permasalahan tersebut, maka penulis membuat pernyataan sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan yang positif antara kinesthetic perception dengan keterampilan juggling freestyle soccer?”

C.Tujuan Penelitian

Ingin mendapatkan data dan informasi yang jelas mengenai hubungan yang positif antara kinesthetic perception dengan keterampilan juggling freestyle soccer.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis paparkan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa khususnya FPOK dan umumnya bagi pihak lain yang berkecimpung dibidang juggling freestyle soccer.

1. Di pandang secara teoretis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan bagi yang berkecimpung dibidang juggling freestyle soccer maupun bagi yang khusus menggeluti juggling freestyle soccer.

2. Di pandang secara praktis dapat menjadi acuan bagi atlet, pelatih, serta para pembina juggling freestyle soccer dimanapun berada.

E. Batasan Penelitian

Batasan penelitian sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar masalah yang diteliti lebih terarah dan jelas kemana tujuannya. Mengenai batasan penelitian di jelaskan oleh Surakhmad (1998, hal. 36) sebagai berikut:

Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga untuk dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang di perlukan untuk


(16)

9

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

pemecahannya: tenaga, kecekatan, waktu, biaya, dan lain sebagainya yang timbul dari rencana tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini di batasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Penelitian ini yaitu mengenai hubungan kinesthetic perception dengan keterampilan juggling freestyle soccer.

2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinesthetic perception.

3. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan juggling freestyle soccer.

4. Populasi dalam penelitian ini adalah freestyler yang tergabung dalam komunitas N-WAE Freestyle Soccer Bandung.

5. Sampel yang digunakan berjumlah 20 orang.

6. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut rencana penulis untuk membuat kerangka penulisan yang akan diuraikan berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II TINJAUAN TEORETIS

Berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan tentang keterampilan juggling freestyle soccer, pengertian kinesthetic perception, hubungan kinesthetic perception dengan pembelajaran gerak, dan hubungan kinesthetic perception dengan penguasaan keterampilan juggling freestyle soccer. kemudian membahas pula mengenai anggapan dasar dan hipotesis penelitian.


(17)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Membahas mengenai metode penelitian, populasi dan sampel, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengolahan dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang pengolahan data dan diskusi temuan dari hasil penelitian yang dilakukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang diberikan.


(18)

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Tentang metode deskriptif dijelaskan oleh Sudjana (2001, hal. 64) sebagai berikut:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang. dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Hal serupa dikemukakan oleh Arikunto (2002, hal. 309) yang menyatakan bahwa ”Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.”

Berdasar pada beberapa pendapat di atas penelitian deskriptif adalah penelitian dengan tujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa pada saat sekarang yang nampak dalam suatu situasi. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dikumpulkan, dijelaskan, dan dianalisis untuk menetapkan kesimpulan. Hal ini untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan penelitian tercapai seperti yang diharapkan.

B. Populasi dan Sampel

Dalam menyusun sampel dengan menganalisis data sehingga mendapatkan gambaran sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukan sumber data. Pada umumnya sumber data dalam penelitian disebut populasi dan sampel penelitian.


(19)

Sudjana (2001, hal. 84) menjelaskan bahwa “populasi maknanya berkaitan dengan elemen, yakni unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut dapat berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi dan lain-lainnya”. Arikunto (2002, hal. 102) menjelaskan bahwa “Populasi adalah

keseluruhan subyek penelitian”. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian tempat diperolehnya informasi yang dapat berupa individu maupun kelompok.

Populasi dalam penelitian ini yaitu atlet atau freestyler yang tergabung dikomunitas N-WAE freestyler soccer Bandung berjumlah 20 orang. Oleh karena populasi penelitian terbatas hanya 20 orang yang tergabung dalam komunitas N-WAE freestyler soccer Bandung maka sumber yang dapat digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi atau disebut sampel total karena sampel penelitian berasal dari keseluruhan anggota populasi. Surakhmad (1998, hal. 100) menjelaskan bahwa

“Adakalanya masalah penarikan sampel ini ditiadakan sama sekali dengan memasukkan seluruh populasi sebagai sampel, yakni selama jumlah populasi itu

diketahui terbatas”. Pengambilan sampel secara keseluruhan pula pada

karakteristik sampel yang relatif sama.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang penulis laksanakan ini adalah seperti pada gambar di bawah ini:

rxy

Gambar 3.1. Desain Penelitian

Keterangan:

X : Kinesthetic Perception Y : Juggling Freestyler Soccer

rxy : koefisien korelasi variabel x dengan y


(20)

47

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

Dalam memudahkan proses penelitian ini, selanjutnya penulis menyusun langkah-langkah dari desain penelitian yang telah penulis buat.

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut dapat penulis gambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2.

Langkah-langkah Penelitian D. Definisi Operasional

Istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini harus dijelaskan agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda-beda terhadap istilah-istilah tersebut. Sehingga pembaca dapat mengikuti apa yang penulis ingin sampaikan. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengertian hubungan menurut kamus bahasa Indonesia (1996, hal. 79) adalah berangkaian, bertalian atau karena; oleh karena; berkenaan dan lain-lain.

Populasi

Sampel

Kesimpulan Analisis data Tes Kinesthetic

Perception

Tes Keterampilan Juggling Freestyler

Soccer Data


(21)

2. Pengertian Kinesthetic Perception adalah kemampuan untuk merasakan posisi dan perpindahan tubuh dan persendiannya selama pergerakan otot, sering kali ditunjukan sebagai indera ke enam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Johnson & Nelson (1969, hal. 182) yang menyatakan bahwa “Kinesthetic Perception the ability to perceive the position and movement of the body and it’s joints during muscular action, is often referred to as the sixth sense.” 3. Keterampilan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1996, hal. 79) bahwa

keterampilan adalah penguasaan gerak khususnya yang diukur berdasarkan skor, ketepatan, kecepatan atau frekwensi melakukan dalam batas waktu tertentu. Keterampilan dalam penelitian ini adalah keterampilan dalam juggling freestyle soccer.

4. Juggling freestyle soccer merupakan suatu seni dari juggling dengan menggunakan hampir seluruh anggota tubuh, seperti kaki, lutut, dada, bahu, dan kepala yang dilakukan secara berkesinambungan dengan pergerakan yang kreatif, terampil dalam bergerak dan menjaga bola di udara agar tidak jatuh ke tanah. Sebagaimana dikutip dari wikipedia the free enchyclopedia (2013, hal. 1) yang memberikan batasan mengenai keterampilan juggling freestyle soccer

bahwa “freestyle football is the art of juggling with a football using feet, knees, chest, soulders, and head while simultaneously performing creative, skillfull moves and keeping the ball airborne”. Juggling freestyle soccer menurut pendapat Luxbacher dalam buku yang ditulis Bambang Sugeng. Luxbacher (dalam Sugeng, 2004, hal. 8) yang menyatakan bahwa “juggling freestyle soccer adalah upaya menjaga bola tetap di udara tanpa terjatuh dengan menggunakan bagian-bagian badan tertentu.”

E. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrumen. Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam penelitian terutama berkaitan dengan proses pengumpulan data. Mengenai instrumen penelitian dijelaskan oleh Arikunto (2002, hal. 121) bahwa “Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan suatu metode”. Berkaitan dengan


(22)

49

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

penelitian ini maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengukur kemampuan kinesthetic perception menggunakan distance perception jump (Johnson & Nelson, 1969, hal. 183).

2. Untuk mengukur keterampilan juggling freestyle soccer digunakan tes dari World Freestyle Football Association (WFFA) yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya oleh Anton Firmansyah (Firmansyah, 2008, hal. 69).

1. Tes Kinesthetic Perception (Distance Perception Jump)

Tujuan: Untuk menentukan kemampuan pelaku untuk merasakan jarak dengan berkonsentrasi pada usaha yang melibatkan lompatan.

Tingkatan Usia: Usia 10 tahun hingga usia perguruan tinggi.

Jenis Kelamin: Bisa dilakukan dengan mudah oleh laki-laki maupun perempuan. Reliabilitas : 0.44

Validitas: Face validity

Alat/Perlengkapan:Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah kayu meteran atau pita pengukur, penutup mata, dan kapur atau pita penanda.

Petunjuk pelaksanaan: Pelaksana diintruksikan untuk merasakan jarak antara dua garis dengan jarak 24 inci tanpa latihan percobaan terlebih dulu. Pelaksana kemudian ditutup matanya dan diminta untuk melompat dari belakang salah satu garis mengarah ke garis lainnya mencoba untuk mendaratkan tumitnya sedekat mungkin dengan garis.


(23)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.3 di bawah ini:

Gambar 3.3.

Test Distance Perception Jump

(Sumber: Johnson & Nelson, 1969, hal. 183)

Penilaian: Penilaiannya merupakan ukuran inci antara tumit dengan garis target terdekat. Dua percobaan dijumlahkan untuk penilaian.

Tabel 3.1.

Rentang Nilai Tes Distance Perception Jump Penilaian Tes Distance Perception Jump

Dalam satuan inci

Sangat Baik Cukup Jelek

0.5 5.25 10.25

(Sumber: Johnson & Nelson, 1969, hal. 184) 2. Tes Keterampilan Juggling Freestyle Soccer

Tujuan: Mengukur keterampilan dalam penguasaan bola. Perpindahan bola, penggunaan seluruh anggota tubugh, kombinasi gerakan, penempatan bola, variasi gerakan, tingkat kesulitan dan kreatifitas dalam memainkan bola.


(24)

51

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

Reliabilitas: Reliabilitas tes keterampilan juggling freestyle soccer yang telah diuji oleh Anton Firmansyah (Firmansyah, 2008, hal. 70) sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Reliabilitas Tes Keterampilan Juggling Freestyle Soccer

Item Tes Reabilitas

Kontrol 0,66

Perpindahan bola 0,83

Penggunaan kedua kaki 0,61

Penggunaan seluruh anggota tubuh 0,83

Kombinasi (gabungan gerakan) 0,72

Penempatan Bola 0,59

Variasi/ keberagaman kelihaian 0,41

Tingkat kesulitan 0,58

Kreativitas 0,80

Bersifat daya tarik atau memukau 0,69

Validitas: Validitas tes keterampilan juggling freestyle soccer yang telah diuji oleh Anton Firmansyah (Firmansyah, 2008, hal. 70) sebagai berikut:

Tabel 3.3.

Validitas Tes Keterampilan Juggling Freestyle Soccer

Item Tes Reabilitas

Kontrol 0,91

Perpindahan bola 0,94

Penggunaan kedua kaki 0,76

Penggunaan seluruh anggota tubuh 0,90

Kombinasi (gabungan gerakan) 0,90

Penempatan Bola 0,93

Variasi/ keberagaman kelihaian 0,82

Tingkat kesulitan 0,81

Kreativitas 0,94


(25)

Alat/Perlengkapan: Lapangan, Perlengkapan atau pakaian olahraga, Bola sepak, Stop Watch, Peluit, Alat tulis.

Petunjuk pelaksanaan:

1) Pada aba-aba “siap”, teste berdiri bebas dengan bola dalam penguasaan kakinya

2) Pada aba-aba “ya” teste memainkan bola sambil melakukan gerakan teknik keterampilan juggling freestyle soccer.

3) Lakukan kegiatan ini didaerah yang telah disediakan selama tiga menit.

Penilaian: Penilaian dilakukan oleh tiga orang juri yang berpengalaman dan berkompeten dibidang juggling freestyle soccer baik sebagai juri, bintang iklan djarum super versi juggling freestyle soccer maupun sebagai pengisi acara penutupan piala Asia. Serta menjuarai berbagai konteks juggling freestyle soccer baik kategori individu maupun kategori tim.

Dalam penelitian ini penilaian dilakukan oleh tiga orang juri dengan memberikan angka atau skor pada scoring sheet.

World Freestyle Football Association (W.F.F.A) dalam skripsi yang ditulis Anton Firmansyah (Firmansyah, 2008, hal. 1) menjelaskan mengenai kriteria penjurian, kategori-kategori penjurian, penilaian, dan peraturan permainan yaitu sebagai berikut:

W.F.F.A Article 10: Judging Criteria

Official Rules and Regulation Of World Freestyle Football Association (W.F.F.A) Judging and freestyler soccer criteria

Judging is based on criteria set forth by the world freestyle football Association and it’s governing guidelines and rulebook. Judges will be asked to score contestants based on 10 spesific categories.

W.F.F.A Article 11: Judging categories

1. Control: maintaining ball control by use of various stall, showing different methonds of control, different body parts.

2. Transitions: smoothly moving from one foot or moveor dynamic to another with both feet.

3. Use of both feet: Competitors showing control, menoeuvring ball and completing tricks with borh feet.


(26)

53

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

4. Use of entire body: Competitors showing control, manoeuring ball and compeleting tricks with head, back, chest, thighs, shoulders, knees back end. 5. Combinations: Combing two or more different moves, consistently completing the same move twice or more.

6. Sick: Stalling, cacthing and grabbing the ball on/win different parts of the body.

7. Vrienty of tricks: The number of various tricks succeeded or atumpted, the ability to perform a number of different tricks (pop ups, grund moves, air moves). 8. Level of difficulty: The effort required to perform trick, skill required to perform rutine, the complexity of specific moves and overall performance.

9. Creativity: Originalitand imagination used to perform routine consider entertainment factor and crowd reaction), presentation of performer ans performance.

10. Blotto: Originality or signature trick that pushes the envelop of the sport to new level.

W.F.F.A Article 12: Scoring

1. Control/1-10 2. Transitions/1-10 3. Use Of Both Feet/1-10 4. Use Of Entire Body/1-10 5. Combinations/1-10 6. Sticks/1-10

7. Varienty Of Tricks/1-10 8. Level Of Difficuly/1-10 9. Creativity/1-10

10. Blotto/1-10 Total Score: 100

W.F.F.A. Article 14: Low of the game

1. The Ball: The ball shall be an official W.F.F.A specific freestyle soccer ball siza #5. Lach ball must have a minimum required amound of air we begind the routine as determined by the W.F.F.A.

2. The Playing Surface: The Playing surface can be anything from readsurf to artificial truf to concrete with a minimum of 50 square feet to compete.

3. Method of scoring: Each competitor will be judged by qualified W.F.F.A. judges based on 10 specific skill categories. Each category will be rated out of 10 with a perfect score of 100 being the top score a competitor can achieve.


(27)

5. The Judges: 3 W.F.F.A Judges are on hand scoring in 10 categories.

6. The duration of the competition: Compulsory segment of the competition minimum of 3 minutes long.

Maksud dari uraian di atas adalah sebagai berikut:

W.F.FA. Pasal 10: Kriteria Penjurian

Peraturan dan ketentuan resmi World Freestyle Football Association (WFFA) penjurian dan kriteria sepak bola gaya bebas.

Penjurian didasarkan pada kriteria yang ditetapkan oleh WFFA serta mengatur pedoman-pedoman dan buku peraturan. Para juri akan memberikan skor atau angka kepada para peserta lomba (kontestan) berdasarkan pada 10 kategori khusus.

W.F.F.A. Pasal 11: Kategori-kategori Penjurian

1. Kontrol : Menjaga penguasaan bola dengan menggunakan berbagai posisi dan gerakan penguasaan bola, memperlihatkan cara-cara penguasaan bola yang berbeda dengan bagian-bagian anggota tubuh yang berbeda.

2. Perpindahan bola: Melakukan gerakan dengan mulus dari suatu kaki atau gerakan ataupun perpindahan ke kaki yang lain dengan mudah dan luwes serta bergerak dengan lancar.

3. Penggunaan kedua kaki: Para peserta kompetensi mempertunjukkan kontrol bola yang baik selama bola bergerak dan memainkan bola dengan lihai dengan kedua kaki.

4. Penggunaan seluruh anggota tubuh: Para peserta kompetesi mempertunjukkan kemahiran dalam memainkan bola. melakukan gerak dengan bola dan melakukan kelihaian memainkan bola dengan menggunakan kepala, punggung, dada, kedua paha, kedua lutut dan seterusnya.

5. Kombinasi (gabungan gerakan): Melakukan kombinasi atau gabungan dua gerakan atau lebih secara konsisten


(28)

55

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

6. Penempatan bola: Menahan, menangkap dan menguasai bola dengan bagian-bagian badan yang berbeda.

7. Variasi/keberagaman kelihaian (tricks): jumlah dari berbagai kelihaian (tricks) berturut-turut diperagakan, kemampuan memperagakan sejumlah kelihaian yang berbeda-beda.

8. Tingkat kesulitan: Upaya yang diperlukan untuk memperagakan kelihaian keterampilan yang diperlukan dalam memperagakan gerakan secara rutin. Kompleksitas gerakan-gerakan khusus dan peragaan yang menyeluruh.

9. Kreativitas: keaslian dan imajinasi digunakan pada peragaan secara rutin dengan mempertimbangkan faktor hiburan dan reaksi penonton, penampilan, rasa bersaing, dan prestasi.

10. Bersifat daya tarik atau memukau: Keaslian atau kelihaian yang menonjol dan mendorong pengembangan suatu kelihaian atau trik ke tingkatan yang lebih baru.

W.F.F.A. pasal 12: Penilaian

1. Kontrol/1-10

2. Perpindahan Bola/1-10 3. Penggunaan Kedua Kaki/1-10

4. Penggunaan Seluruh Anggota Tubuh/1-10 5. Kombinasi (Gabungan Gerakan)/1-10 6. Penempatan Bola/1-10

7. Variasi/ Keberagaman Kelihaian (Tricks)/1-10 8. Tingkat Kesulitan /1-10

9. Kreativitas /1-10

10. Bersifat Daya Tarik atau Memukau /1-10 Total Skor: 100

W.F.F.A. Pasal 14: Peraturan Permainan

1. Bola: Bola yang di gunakan adalah bola sepak (kaki) khusus berukuran #5 yang ditetapkan secara resmi oleh World Freestyle Football Asociation (WFFA).


(29)

2. Permukaan bidang/lapangan permainan: Permukaan bidang permainan dapat terbuat dari lapangan rumput asli atau lapangan rumput buatan ataupun lapangan beton dengan luas minimum 50 kaki persegi yang digunakan dalam kompetisi. 3. Metode Pemberian Angka: Setiap peserta kompetisi akan dinilai oleh tiga orang juri yang memenuhi kualifikasi WWFA berdasarkan kepada 10 kategori keterampilan khusus. Setiap kategori akan diberi skor 1 sampai dengan 10 dengan angka sempurna 100 yang menjadi angka tertinggi yang dapat diraih peserta kompetisi.

4. Wasit: Wasit yang bertugas menguasai waktu (timer).

5. Juri: tiga orang juri bertugas memberi angka dalam 10 kategori.

6. Lamanya waktu kompetisi: Kompetisi dilangsungkan minimum selama 3 menit.

Bentuk Denah Tes Keterampilan Juggling Freestyle Soccer sebagai berikut:

Gambar 3.4.

Denah Tes Keterampilan Juggling Freestyle Soccer (Sumber: Dokumen pribadi, 2013)

Keterangan:

A1 = Juri I B = Wasit

A2 = Juri II C = Teste

A3 = Juri III

C 50 feet 2


(30)

57

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Mencari nilai rata-rata peneliti menggunakan pendekatan rumus statistika menurut Nurhasan (2008, hal. 24) sebagai berikut:

̅

Keterangan:

̅

: Nilai rata-rata yang dicapai X : Skor yang diperoleh N : Jumlah Orang

∑ : “sigma” yang berarti jumlah

2. Mencari simpangan baku peneliti menggunakan pendekatan rumus statistika menurut Nurhasan (2008, hal. 39) sebagai berikut:

S= √∑ ̅ Keterangan:

S : Simpangan baku

XI : Skor yang dicapai

̅ : Nilai rata-rata

n : Jumlah Sampel

3. Mencari T-skor menggunakan pendekatan rumus statistika menurut Nurhasan (2008, hal. 50) sebagai berikut:

T-skor = 50 + 10

[

̅

]

untuk satuan nominal

T-skor = 50 + 10

[

̅

]

untuk satuan waktu Keterangan:

T-skor = Skor standar yang dicari X = Skor yang diperoleh seseorang

̅ = Nilai rata-rata


(31)

4. Menguji normalitas data dengan menggunakan Uji Kenormalan Liliefors. Prosedur yang digunakan menurut Nurhasan (2008, hal. 118) sebagai berikut:

a. Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari nilai pengamatan yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar

b. Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan pendekatan

Z-skor yaitu: Z = ̅

c. Untuk tiap baku angka tersebut, dengan bantuan tabel distribusi normal baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing nilai Z (Fzi) dengan ketentuan: Jika nilai Z negatif, maka dengan menentukan nilai Fzi-nya adalah 0,5 - luas daerah distribusi Z pada tabel. Jika nilai Z positif, maka dengan menentukan nilai Fzi-nya adalah 0,5 + luas daerah distribusi Z pada tabel.

d. Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi

)

dengan cara melihat kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyak sampel. Jika ada dua atau lebih nilai yang sama, maka untuk nilai Z-nya diambil nomor urut yang paling besar.

e. Hitung selisih antara (Fzi) - (Szi) dan tentukan harga mutlaknya.

f. Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari seluruh sampel yang ada dan berilah simbol LO.

g. Dengan bantuan tabel Nilai Kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukanlah nilai L.

h. Bandingkanlah nilai L tersebut dengan nilai LO untuk mengetahui diterima

atau ditolak hipotesisnya, dengan kriteria sebagai berikut: Terima HO jika

LO < Lα = Normal. Tolak HO jika LO > Lα= Tidak normal.

5. Menghitung koefisien dengan cara mengkorelasi data variabel X dengan variabel Y menggunakan rumus korelasi product moment menurut Pearson dalam buku yang ditulis Arikunto. Pearson (dalam Arikunto, 2010, hal. 72) seperti yang tertera di halaman 59.


(32)

59

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

r

xy

=

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑ Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel

yangdikorelasikan.

X = nilai rata-rata soal-soal tes pertama perorangan

∑X = jumlah nilai-nilai X

∑X2

= jumlah kuadrat nilai-nilai X

Y = nilai rata-rata soal-soal tes kedua perorangan

∑Y = jumlah nilai-nilai Y

∑Y2

= jumlah kuadrat nilai-nilai Y

XY = perkalian nilai-nilai X dan Y perorangan

∑XY = jumlah perkalian nilai X dan Y n = banyaknya pasangan nilai

6. Menguji signifikan korelasi menggunakan rumus menurut Riduwan (2009, hal. 98) sebagai berikut:

t

hitung= √

√ keterangan:

t = nilai thitung

r = koefisien korelasi hasil rhitung

n = jumlah responden

Distribusi (Tabel t) untuk = 0,05 dan derajat kebebasan (dk= n-2). Kaidah keputusan: jika thitung ttabel berarti signifikan, sebaliknya jika thitung ttabel berarti

tidak signifikan.

7. Menghitung besarnya hubungan menggunakan rumus koefisien determinan menurut Riduwan (2009, hal. 139) sebagai berikut:

KP = r2 x 100% Keterangan:

KP = Nilai Koefisien Determinan r = Nilai Koefisien Korelasi


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Terdapat hubungan yang positif antara Kinesthetic perception dengan keterampilan juggling freestyle soccer. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan seseorang dalam menguasai keterampilan juggling freestyle soccer dipengaruhi oleh kinesthetic perception.

B. Saran

Saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi para pelatih atau pembina yang berkecimpung di dalam juggling freestyle soccer, dalam proses pencarian talenta-talenta di bidang tersebut sebaiknya tidak hanya mengacu pada pendekatan kondisi fisik atlet semata, namun perlu diketahui juga tingkat kinesthetic perception yang dimiliki oleh seorang atlet sebagai kemampuan dasar untuk merasakan perpindahan posisi tubuh dan sentuhan terhadap bola. dalam hal ini efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan akan lebih optimal.

2. Bagi rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian mengenai keterampilan juggling freestyle soccer sebaiknya melakukan pengkajian terhadap aspek lainnya seperti fisik, teknik, dan mental tentunya dengan instrumen yang lebih tepat dan akurat.


(34)

Yoseph Ferdian Marbun, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, A. (2008). Uji validitas dan reliabilitas tes keterampilan juggling freestyle dalam cabang olahraga sepak bola. (Skripsi). FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Google. (2013). Freestyle soccer Indonesia. [Online]. Tersedia di:

http//betafreestyler.blogspot.com/?=1. Diakses 8 september 2013.

Imanudin, I. (2008). Keterkaitan antara motor educability, kebugaran jasmani, dan prestasi belajar dengan penguasaan teknik dasar sepak bola pada anak sekolah dasar. (Tesis). Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Johnson, B.L. & Jack K.N. (1969). Pratical measurements for evaluation in physical education. Minneapolis : Burgess Publishing Company.

Luxbacher, J. (2004). Sepak bola taktik dan teknik bermain. Jakarta: PT. RajaGrafindo Perseda.

Mastersport Multimedia Ltd. (2004). Football juggling tricks, skills and training methods. [Online]. Tersedia di: http//en.multimedialtd.org/. Diakses 8 september 2013.

Nugroho, S. (2005). Jurnal peran kinestetis dalam pembelajaran motorik. [Online]. Tersedia di: http//www.google.com/search?q =peran+kinestetis+dalam+pembelajaran+motorik&btnG=&client=ms-opera-mini-android&channel=new. Diakses 8 september 2013.

Nurhasan. (2008). Modul mata kuliah statistika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Riduwan. (2009). Belajar mudah penelitian untuk guru, karyawan dan peneliti pemula. Bandung: Alfabeta.

Sudjana. (2005). Metoda statistik. Bandung: Tarsito.

Surakhmad. (1998). Pengantar penelitian ilmiah. Bandung: Tarsito.

The Free Encyclopedia. (2010). Freestyle football. [Online]. Tersedia di: http://en.m.wikipedia.org/wiki/Freestyle_football. Diakses 8 september 2013.


(35)

Youtube. (2012) Cristiano Ronaldo tested to the limit. [Online]. Tersedia di: http://m.youtube.com/watch?v=vSL-gPMPVXI. Diakses 8 september 2013.


(1)

57

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Mencari nilai rata-rata peneliti menggunakan pendekatan rumus statistika menurut Nurhasan (2008, hal. 24) sebagai berikut:

̅

Keterangan:

̅

: Nilai rata-rata yang dicapai X : Skor yang diperoleh N : Jumlah Orang

∑ : “sigma” yang berarti jumlah

2. Mencari simpangan baku peneliti menggunakan pendekatan rumus statistika menurut Nurhasan (2008, hal. 39) sebagai berikut:

S= √∑ ̅

Keterangan:

S : Simpangan baku XI : Skor yang dicapai ̅ : Nilai rata-rata n : Jumlah Sampel

3. Mencari T-skor menggunakan pendekatan rumus statistika menurut Nurhasan (2008, hal. 50) sebagai berikut:

T-skor = 50 + 10

[

̅

]

untuk satuan nominal

T-skor = 50 + 10

[

̅

]

untuk satuan waktu Keterangan:

T-skor = Skor standar yang dicari X = Skor yang diperoleh seseorang

̅ = Nilai rata-rata


(2)

58

4. Menguji normalitas data dengan menggunakan Uji Kenormalan Liliefors. Prosedur yang digunakan menurut Nurhasan (2008, hal. 118) sebagai berikut:

a. Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari nilai pengamatan yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar

b. Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan pendekatan

Z-skor yaitu: Z = ̅

c. Untuk tiap baku angka tersebut, dengan bantuan tabel distribusi normal baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing nilai Z (Fzi) dengan ketentuan: Jika nilai Z negatif, maka dengan menentukan nilai Fzi-nya adalah 0,5 - luas daerah distribusi Z pada tabel. Jika nilai Z positif, maka dengan menentukan nilai Fzi-nya adalah 0,5 + luas daerah distribusi Z pada tabel.

d. Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi

)

dengan cara melihat kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyak sampel. Jika ada dua atau lebih nilai yang sama, maka untuk nilai Z-nya diambil nomor urut yang paling besar.

e. Hitung selisih antara (Fzi) - (Szi) dan tentukan harga mutlaknya.

f. Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari seluruh sampel yang ada dan berilah simbol LO.

g. Dengan bantuan tabel Nilai Kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukanlah nilai L.

h. Bandingkanlah nilai L tersebut dengan nilai LO untuk mengetahui diterima

atau ditolak hipotesisnya, dengan kriteria sebagai berikut: Terima HO jika

LO < Lα = Normal. Tolak HO jika LO > Lα= Tidak normal.

5. Menghitung koefisien dengan cara mengkorelasi data variabel X dengan variabel Y menggunakan rumus korelasi product moment menurut Pearson dalam buku yang ditulis Arikunto. Pearson (dalam Arikunto, 2010, hal. 72) seperti yang tertera di halaman 59.


(3)

59

r

xy

=

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel

yangdikorelasikan.

X = nilai rata-rata soal-soal tes pertama perorangan

∑X = jumlah nilai-nilai X

∑X2

= jumlah kuadrat nilai-nilai X

Y = nilai rata-rata soal-soal tes kedua perorangan

∑Y = jumlah nilai-nilai Y

∑Y2

= jumlah kuadrat nilai-nilai Y

XY = perkalian nilai-nilai X dan Y perorangan

∑XY = jumlah perkalian nilai X dan Y n = banyaknya pasangan nilai

6. Menguji signifikan korelasi menggunakan rumus menurut Riduwan (2009, hal. 98) sebagai berikut:

thitung

= √

keterangan: t = nilai thitung

r = koefisien korelasi hasil rhitung

n = jumlah responden

Distribusi (Tabel t) untuk = 0,05 dan derajat kebebasan (dk= n-2). Kaidah keputusan: jika thitung ttabel berarti signifikan, sebaliknya jika thitung ttabel berarti

tidak signifikan.

7. Menghitung besarnya hubungan menggunakan rumus koefisien determinan menurut Riduwan (2009, hal. 139) sebagai berikut:

KP = r2 x 100% Keterangan:

KP = Nilai Koefisien Determinan r = Nilai Koefisien Korelasi


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Terdapat hubungan yang positif antara Kinesthetic perception dengan keterampilan juggling freestyle soccer. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan seseorang dalam menguasai keterampilan juggling freestyle soccer dipengaruhi oleh kinesthetic perception.

B. Saran

Saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi para pelatih atau pembina yang berkecimpung di dalam juggling

freestyle soccer, dalam proses pencarian talenta-talenta di bidang tersebut

sebaiknya tidak hanya mengacu pada pendekatan kondisi fisik atlet semata, namun perlu diketahui juga tingkat kinesthetic perception yang dimiliki oleh seorang atlet sebagai kemampuan dasar untuk merasakan perpindahan posisi tubuh dan sentuhan terhadap bola. dalam hal ini efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan akan lebih optimal.

2. Bagi rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian mengenai keterampilan juggling freestyle soccer sebaiknya melakukan pengkajian terhadap aspek lainnya seperti fisik, teknik, dan mental tentunya dengan instrumen yang lebih tepat dan akurat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, A. (2008). Uji validitas dan reliabilitas tes keterampilan juggling

freestyle dalam cabang olahraga sepak bola. (Skripsi). FPOK, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Google. (2013). Freestyle soccer Indonesia. [Online]. Tersedia di:

http//betafreestyler.blogspot.com/?=1. Diakses 8 september 2013.

Imanudin, I. (2008). Keterkaitan antara motor educability, kebugaran jasmani,

dan prestasi belajar dengan penguasaan teknik dasar sepak bola pada anak sekolah dasar. (Tesis). Program Pascasarjana, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Johnson, B.L. & Jack K.N. (1969). Pratical measurements for evaluation in

physical education. Minneapolis : Burgess Publishing Company.

Luxbacher, J. (2004). Sepak bola taktik dan teknik bermain. Jakarta: PT. RajaGrafindo Perseda.

Mastersport Multimedia Ltd. (2004). Football juggling tricks, skills and training

methods. [Online]. Tersedia di: http//en.multimedialtd.org/. Diakses 8

september 2013.

Nugroho, S. (2005). Jurnal peran kinestetis dalam pembelajaran motorik. [Online]. Tersedia di: http//www.google.com/search?q =peran+kinestetis+dalam+pembelajaran+motorik&btnG=&client=ms-opera-mini-android&channel=new. Diakses 8 september 2013.

Nurhasan. (2008). Modul mata kuliah statistika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Riduwan. (2009). Belajar mudah penelitian untuk guru, karyawan dan peneliti

pemula. Bandung: Alfabeta.

Sudjana. (2005). Metoda statistik. Bandung: Tarsito.

Surakhmad. (1998). Pengantar penelitian ilmiah. Bandung: Tarsito.

The Free Encyclopedia. (2010). Freestyle football. [Online]. Tersedia di: http://en.m.wikipedia.org/wiki/Freestyle_football. Diakses 8 september 2013.


(6)

68

Youtube. (2012) Cristiano Ronaldo tested to the limit. [Online]. Tersedia di: http://m.youtube.com/watch?v=vSL-gPMPVXI. Diakses 8 september 2013.