INTERNALISASI NILAI DISIPLIN DAN TANGGUNGJAWAB DALAM KURIKULUM BOARDING SCHOOL : Studi pada SMP-SMA SEMESTA Bilingual Boarding School Kota Semarang.

(1)

INTERNALISASI NILAI DISIPLIN DAN TANGGUNGJAWAB DALAM KURIKULUM BOARDING SCHOOL

(Studi pada SMP-SMA SEMESTA Bilingual Boarding School Kota Semarang)

DISERTASI

Disusun untuk Memenuhi sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan

dalam Bidang Pengembangan Kurikulum

Oleh:

ABDUL ROHMAN NIM: 110 2500

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

INTERNALISASI NILAI DISIPLIN DAN TANGGUNGJAWAB DALAM KURIKULUM BOARDING SCHOOL

(Studi pada SMP-SMA SEMESTA Bilingual Boarding School Kota Semarang)

Oleh Abdul Rohman

Drs. IAIN Walisongo Semarang, 1993 M.Ag. IAIN Sunan Kalijaga Yogjakarta, 1997

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Sekolah Pascasarjana

© Abdul Rohman 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Nopember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR HAK CIPTA... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi dan Pembatasan Masalah ... 6

C.Rumusan Masalah ... 13

D.Tujuan Penelitian ... 14

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 14

F. Struktur Organisasi ... ... 17

BAB II INTERNALISASI NILAI DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB DAN KURIKULUM BOARDING SCHOOL A.Pengembangan Kurikulum ... 19

1. Pengertian Kurikulum ... 19

2. Pengertian Pengembangan Kurikulum ... 23

3. Landasan dan Model Konsep Kurikulum... 27

4. Desain Kurikulum ... 34

5. Implementasi Kurikulum ... 41

6. Evaluasi Kurikulum ... 51

B.Konsep Kurikulum Boarding School ... 54

1. Pengertian Boarding School ... 54

2. Kurikulum Boarding School ... 56

3. Boarding School sebagai “Pesantren Plus” ... 58

4. Boarding School System sebagai Representasi Tri Pusat Pendidikan ... 64

C.Perkembangan Psikologis Anak ... 67


(5)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

2. Perkembangan Aspek Moral ... 67

3. Perkembangan Aspek Kognitif ... 69

4. Perkembangan Aspek Sosial ... 70

D.Konsep Internalisasi Nilai Disiplin dan Tanggung Jawab ... 70

1. Konsep tentang Nilai ... 70

2. Macam-macam Nilai ... 77

3. Disiplin dan Tanggung jawab sebagai Nilai yang Harus Diinternalisasikan ... 81

4. Pengertian Internalisasi Nilai Disiplin dan Tanggung Jawab ... 87

5. Pentingnya Internalisasi Nilai dalam Pendidikan ... 90

6. Pendekatan dan Strategi dalam Internalisasi Nilai ... 93

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Internalisasi Nilai ... 101

E. Kerangka Berpikir... 106

BAB III. METODE PENELITIAN A.Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 110

B.Lokasi dan Subyek Penelitian ... 111

C.Teknik Pengumpulan Data ... 112

1. Wawancara mendalam ... 112

2. Observasi ... 113

3. Studi Dokumentasi ... 115

D.Teknik Analisis Data ... 116

1. Reduksi Data ... 117

2. Penyajian Data ... 118

3. Penarikan Kesimpulan ... 118

E. Pengecekan Keabsahan Data ... 119

1. Derajat Kepercayaan (Credibility) ... 119

2. Keteralihan (Transferability) ... 121


(6)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

4. Kepastian (Confirmability) ... 121

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A.Hasil Penelitian ... 123

1. Landasan Kurikulum SMP-SMA Semesta BBS ... 123

2. Desain Kurikulum SMP-SMA Semesta BBS ... 124

3. Implementasi Kurikulum SMP-SMA Semesta BBS... 161

4. Evaluasi Kurikulum SMP-SMA Semesta BBS ... 204

B.Pembahasan Penelitian ... 207

1. Landasan Kurikulum ... 207

2. Desain Kurikulum ... 217

3. Implementasi Kurikulum ... 252

4. Evaluasi Kurikulum ... 269

C.Temuan Penelitian ... 273

1. Gambaran tentang Nilai Disiplin dan Tanggung Jawab sebagai Hasil Internalisasi Nilai pada Siswa-siswi SMP- SMA Semesta BBS ... 273

2. Sistem Boarding School sebagai Wahana untuk Internali- sasi Nilai Disiplin dan Tanggung Jawab di SMP-SMA Semesta BBS ... 275

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Simpulan ... 278

B.Rekomendasi ... 280

DAFTAR PUSTAKA ... 283 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Abdul Rohman, 2014, Disertasi, "Internalisasi Nilai Disiplin dan Tanggung Jawab dalam Kurikulum Boarding School: Studi pada SMP-SMA Semesta Bilingual

Boarding School Kota Semarang”, Program Pengembangan Kurikulum, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Promotor: Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd., Co-promotor: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd., Anggota Promotor: Dr. H. Azis Mahfuddin, M.Pd.

Penelitian ini dilatarbelakangi realitas rendahnya nilai disiplin dan tanggung jawab di kalangan siswa, yang diindikasikan dengan maraknya kenakalan remaja, semrawutnya kondisi bangsa: KKN, dan berbagai rendahnya moralitas bangsa lainnya di satu sisi, namun di sisi lain terdapat sekolah yang siswa-siswanya memiliki nilai disiplin dan tanggung jawab yang baik, yakni SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang. Penelitian ini dilakukan di sekolah tersebut dengan tujuan untuk mengetahui internalisasi nilai disiplin dan tangung jawab pada siswa dalam konteks kurikulum boarding school-nya. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus, dan didukung metode observasi, wawancara, dokumentasi, angket dalam pengumpulan datanya, penelitian ini menemukan bahwa sekolah yang dikelola dengan menggunakan sistem boarding memberikan tawaran solutif terhadap terwujudnya pendidikan yang komprehensif-integratif dalam kawasan domain pendidikan, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotorik (Bloom et al., 1976); thinking, feeling, acting (Gable, 1986); good dan smart (Lickona, 1992), karena mendasarkan pada kurikulum terpadu, baik dalam level landasan, desain, impelementasi maupun evaluasi. Dari sudut landasan, kurikulum berlandaskan pada filsafat, psikologi, sosiologi dan sain-teknologi secara eklektik-integratif. Dari sudut desain, kurikulum dirancang bersamaan dengan perencanaan semua aspek dalam kurikulum, berbentuk kurikulum tertulis (written curriculum) dan kurikulum yang tersembunyi (hidden

curriuculum), dengan ciri “kurikulum nasional plus”. Dari sudut implementasi,

SMP-SMA Semesta BBS melaksanakan kurikulumnya secara menyatu dengan kegiatan pembelajaran dan kegiatan pendidikan lainnya, baik di sekolah maupun di asrama, yang berbentuk beberapa kegiatan, yakni: (1) penciptaan iklim dan budaya, (2) pembelajaran, (3) pembiasaan, (4) ekstra kurikuler, (5) bimbingan (rehberlik dan sohbet), (6) camping. Akan tetapi, dari sudut evaluasi, SMP-SMA Semesta belum melaksanakan evaluasi kurikulum secara ideal, evaluasi masih terfokus pada evaluasi proses pembelajaran yang merupakan salah satu bagian evaluasi kurikulum. Dari penelitian ini, ada beberapa rekomendasi, yakni: (1) di samping model tradisional yang muncul dalam bentuk pembiasaan, conditioning, model internalisasi nilai yang berbasis pada penyadaran lewat faktor internal (pendekatan modern, pendekatan moral-kognitif) perlu mendapatkan perhatian yang lebih intensif untuk membangun kesadaran siswa pada pengamalan nilai; (2) Penelitian lanjutan tentang faktor-faktor determinan terhadap pembentukan nilai (value) secara kuantitatif perlu dilakukan, untuk mengetahui sumbangan masing-masing faktor tersebut.


(8)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu


(9)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Abdul Rohman, 2014, Dissertation, "Internalizing Discipline and Responsibility in the Boarding-Based Curriculum: The Study of SMP-SMA Semesta Bilingual Boarding School Semarang", Curriculum Development Program, Postgraduate School of Indonesian University of Education. Promotor: Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd., Co-promotor: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd., Member of Promotor: Dr. H. Azis Mahfuddin, M.Pd.

This research is based on the reality of students’ lack of discipline and

responsibility that is indicated by the current rampant juvenile delinquency, the chaotic state of the nation: corruption, lack of morality and a variety of other nations in one side, but in other side, there is a school that concerns highly with the internalizing values to the students, namely: SMP-SMA Semesta BBS Semarang. The research conducted at the school was aimed to find out what the foundation of curriculum is, how to design, to implement and to evaluate the

curriculum in order to internalize students’ discipline and responsibility. By using

a qualitative approach and case study which was supported by observation, interviews, documentation, and questionnaire deliveries to collect the data, the study found that the school which is managed with boarding system provides an opportunity to establish a comprehensive education that is integrated with the educational domains: the cognitive, affective, and psychomotor (Bloom et al., 1976); thinking, feeling, acting (Gable, 1986); good and smart (Lickona, 1992), because of the integratedness of its curriculum in the levels of foundation, design, implementation and evaluation. In the view of foundation, the curriculum is based on the comprehensive foundation in philosophy, psychology, sociology and technology. From the point of design, the curriculum is designed in the same time with the planning of all curriculum aspects, in the form of the written curriculum and the hidden one, which is characterized with “the plus national curriculum”. From the point of implementation, SMP-SMA Semesta BBS performs the implementing curriculum and learning activities in general education integrally, both at school and in the dorms. The form of activities in this case are: (1) establishing a climate and culture, (2) performing instruction, (3) creating habituation, (4) doing extracurricular activities, (5) counseling (rehberlik and

sohbet), (6) camping. However, from the point of evaluation, SMP-SMA Semesta BBS hasn’t conducted ideal curriculum evaluation yet since it is still focused on the evaluation of the learning process that is considered as one part of the curriculum evaluation. Based on the conducted research, some recommendations are given as follows: (1) Beside the application of the traditional model that appears in the form of habituation and modelling, another model based on the internalization of awareness through internal factors (the modern approach, the moral-cognitive approach) is recommended to be intensively considered in order to build awareness for performing values; (2) Further studies on the determinant factors of the value formation is necessary to be done quantitatively to determine the contributions of each factor.


(10)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah.

Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan kepribadian manusia (Sadullah, 2011: 57), yang mencakup aspek cognitive, affective dan

psychomotor (Benjamin S. Bloom et al, 1976); intellligence plus character

(Martin Luther King, 1948); smart dan good (Thomas Lickona, 1992);

intelligence quotiont, emotional quotiont & spiritual quotiont (Ary Ginanjar

Agustian, 1997); karakter, pikiran & tubuh (Ki Hadjar Dewantara, 1962);

thinking, acting, feeling (Gable, 1986); thought, feeling & behaviour (Carl Gustav

Jung, dalam Hall & Lindzey, 1985). Dalam perspektif Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (selanjutnya disingkat UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (pasal 1), yang dilaksanakan pada jalur formal, informal dan nonformal (pasal 13), pada jenjang dasar, menengah dan tinggi (pasal 14), pada jenis pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus (pasal 15).

Pendidikan yang merupakan usaha sadar dan terencana tersebut bertujuan untuk berkembangnya seluruh aspek kepribadian, yang berupa potensi peserta didik, yakni “agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UUSPN Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3). Dari formulasi tujuan pendidikan nasional ini, dapat dipahami bahwa pendidikan di Indonesia di antaranya mengamatkan terbentuknya warga negara yang bertanggung jawab. Tanggung jawab merupakan


(11)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

sebagaimana harus dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara, Tuhan Yang Maha Esa” (Aqib dan Sujak, 2011: 6). Seseorang yang bertanggung jawab adalah seseorang yang bila memiliki pekerjaan atau tugas, mereka selalu menyelesaikan pekerjaan atau tugas tersebut dengan sebaik-baiknya (Lickona, 1992: 45), bahkan mereka akan berusaha membantu orang lain bila ada kesempatan, dan memiliki kreativitas melebihi yang diharapkan (Lickona, 2012: 258-259).

Riset tentang tanggung jawab telah banyak dilakukan di berbagai negara dengan tujuan untuk membentuk siswa yang bertanggung jawab di sekolah (Lewis, 2001). Tanggung jawab memiliki hubungan erat dengan disiplin. Disiplin merupakan “sikap dan perilaku tertib dan patuh terhadap berbagai ketentuan dan

peraturan” (Aqib dan Sujak, 2011: 6). Bila ketertiban dan kepatuhan dilakukan secara terus menerus, akan membentuk sebuah kesadaran untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Kesadaran ini disebut tanggung jawab. Disiplin dibentuk pada diri seseorang dalam rangka membentuk tanggung jawab. Tata aturan kedisiplinan diciptakan di sekolah diarahkan untuk terbentuknya anak yang disiplin, dan pada gilirannya menjadi anak yang bertanggung jawab.

Dalam perspektif pendidikan karakter di Indonesia, disiplin dan tanggung jawab merupakan dua nilai yang harus ditanamkan pada diri siswa, di samping nilai-nilai lain. Hasan dkk (2010: 9-10) mengidentifikasi nilai-nilai tersebut ke dalam 18 nilai karakter, Megawangi mengelompokkannya ke dalam sembilan pilar karakter (Mulyasa, 2011: 5). Dalam riset ini, internalisasi nilai lebih difokuskan pada nilai disiplin dan tanggung jawab, yang bagi siswa memiliki posisi yang sangat penting, karena: (1) untuk mencapai keberhasilan studinya di lembaga pendidikan, (2) merupakan persiapan mereka untuk berperan di masyarakat (Lewis et al, 2005). Dalam konteks yang lebih luas, disiplin dan tanggung jawab merupakan dua nilai yang sangat penting untuk dimiliki oleh seseorang demi terwujudnya sistem pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik bagi suatu negara sangat penting untuk menjadikan sebagai negara yang maju dan bermartabat.


(12)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Hasil survei PERC (Political and Economic Risk Consultancy) yang menunjukkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia menempati posisi terburuk di kawasan Asia, ini merupakan akibat dari rendahnya disiplin dan tanggung jawab. Laporan UNDP (United Nations Development Program) tahun 2004 dan 2005 menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia terpuruk. Tahun 2004 Indonesia menempati posisi 111 dari 175, menempati posisi di bawah negara-negara miskin seperti Kirgistan (110), Equatorial Guinea (109) dan Algeria (108); sedangkan tahun 2005 berada di posisi 110 dari 177 negara. Padahal negara-negara tetangga jauh lebih baik, yakni Singapura (25), Brunai Darussalam (33), Malaysia (58), Thailand (76), Filipina (83). Indonesia hanya berada satu tingkat di atas Vietnam (112), Mianmar (112), beberapa tingkat dari Kamboja (130), dan Laos (132) (Muslich, 2011: 2). Di sisi lain, Korea Selatan yang dinilai memiliki sistem pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang, Taiwan, India, Cina, Malaysia dikarenakan mereka bangsa yang disiplin dan tanggung jawab (Muslich, 2011: 2). Supriadi (1998: 333) menyatakan bahwa Jepang, Taiwan dan China (tiga negara di Asia) dikategorikan sebagai negara yang maju, dikarenakan mereka memiliki pendidikan yang baik, dan hal ini karena tingginya nilai disiplin dan tanggung jawab yang dimilikinya.

Pentingnya nilai disiplin dan tanggung jawab ini juga dipertegas oleh Lickona (2013: 63) bahwa nilai tanggung jawab (responsibility) merupakan nilai sentral yang memiliki konsekuensi dan implikasi terhadap nilai-nilai lainnya, nilai-nilai lain bersumber dari nilai ini.

Mendasarkan rumusan tujuan pendidikan, sebagaimana diamanatkan dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 tersebut, siswa-siswi di sekolah dan madrasah mestinya merupakan siswa-siswi yang memiliki disiplin dan tanggung jawab yang baik, karena semua sekolah dan madrasah di Indonesia harus merumuskan tujuan kelembagaannya berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut. Dengan kata lain, karena tujuan institusional (kelembagaan) merupakan darivasi tujuan pendidikan nasional, maka di antara rumusan tujuan sekolah juga “membentuk siswa-siswi yang disiplin dan tanggung jawab” tersebut. Akan tetapi kenyataan


(13)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

menunjukkan lain. Data menunjukkan akan rendahnya nilai disiplin dan tanggung jawab di kalangan siswa-siswi di Indonesia.

Temuan Tim Kelompok Kerja Penyalahgunaan Narkoba DEPDIKNAS tahun 2004 menunjukkan bahwa dari empat pecandu narkotika, 20 % di antaranya berstatus anak sekolah. Lebih memprihatinkan lagi, pecandu narkotika bukan hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi sudah meluas ke pelosok-pelosok daerah (Zubaedi, 2011: 1). Data Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Bandung menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba/napza selama tahun 2010-2012 mencapai 1.783 kasus, dan di antara kasus tersebut sebagian besar (903 kasus) dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa (Suwanto, 2013: 2). Lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

Jumlah Kasus Penyalahgunaan Narkoba pada Pelajar dan Mahasiswa di Kota Bandung Tahun 2010-2012

Tahun

Jenjang Pendidikan

SD SMP SMA PT

2010 2011 2012

11 7 3

77 40 59

278 285 128

9 7 0

Jumlah 20 176 691 16

Sumber: Suwanto (2013: 2)

Hasil penelitian Fuadah (2011) di SMA Muhammadiyah Kendal juga menunjukkan rendahnya nilai disiplin dan tanggung jawab di kalangan siswa, di mana siswa membolos sebanyak 59%, merokok di lingkungan sekolah berjumlah 7,10%, membawa telepon genggam ke sekolah sebanyak 70%, dan menyimpan gambar atau rekaman porno sejumlah 47%. Jumlah persentase yang cukup tinggi terdapat pada pelanggaran siswa yang tidak mengikuti sholat berjamaah sebanyak 96%, dan 97% siswa yang pernah tidak mengerjakan pekerjaan rumah.

Penelitian Masngudin, sebagaimana dinyatakan Suherman & Sauri (2012: 110) juga menemukan bahwa perilaku-perilaku menyimpang dan tidak disiplin di kalangan siswa, yakni: berbohong, pergi keluar rumah tanpa pamit, keluyuran,


(14)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

begadang, membolos sekolah, berkelahi, buang sampah sembarangan, membaca buku porno, menonton buku porno, menonton film porno, berkendaraan tanpa SIM, kebut-kebutan. Hal ini juga dipertegas oleh adanya kenakalan yang dilakukan oleh remaja dalam bentuk tawuran antar sekolah. Menurut data KPAI, kasus tawuran di JABODETABEK pada tahun 2012 meningkat daripada tahun 2011 (Niafitriani, 2013). Di samping itu, dalam konteks yang lebih luas, bisa dilihat bahwa kesopanan, sifat ramah, tenggang rasa, rendah hati, suka menolong, dan solidaritas sosial yang ini merupakan jati diri bangsa berabad-abad seolah-olah kurang begitu melekat secara kuat dalam diri mereka (Zubaedi, 2009: v). Bahkan sekarang ini, Indonesia yang sedang mengalami krisis multidimensi yang antara lain ditandai dengan perilaku masyarakat yang korup, masyarakat awam yang rapuh dan kehilangan arah, mudah goyah dan tanpa orientasi, mendemonstrasikan sikap anti sosial, anti kemapanan, beringas, dan kehilangan keseimbangan antara rasio dan emosinya (Prabowo & Sidi, 2010: 166), juga merupakan indikator rendahnya nilai disiplin dan tanggung jawab. Kecenderungan meningkatnya tindak amoral dan kejahatan sebagai indikator dari rendahnya dua nilai disiplin dan tanggung jawab, juga bisa dilihat pada penelitian Sudrajat (1995), Yudohusodo (1995), Lopa (1995), Siswono (1995) (Lihat Sjarkawi, 2011: 44).

Meningkatnya penggunaan kekerasan terhadap orang lain yang berbeda kepercayaan, berbeda suku, berbeda golongan, makin semrawutnya lalu lintas, makin rusaknya lingkungan hidup (Zubaedi, 2011: 1), juga merupakan indikator akan rendahnya disiplin dan tanggung jawab. Riset Shochib (2010: v) menunjukkan bahwa maraknya pelanggaran nilai moral merupakan perwujudan dari rendahnya disiplin. Pribadi yang disiplin adalah pribadi yang memiliki sikap dan perilaku tertib dan patuh terhadap berbagai ketentuan dan peraturan; pribadi yang bertanggung jawab adalah pribadi yang memiliki sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya. Individu yang menyimpang dengan berbagai varian tersebut, terjadi karena mereka belum memiliki sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya serta belum memiliki sikap dan


(15)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

perilaku tertib dan patuh terhadap berbagai ketentuan dan peraturan. Mereka merupakan pribadi yang belum memiliki sikap dan perilaku disiplin dan tanggung jawab. Hal ini terjadi karena nilai-nilai tersebut belum tertanamkan ke dalam dirinya.

Dari realitas maraknya penyimpangan-penyimpangan aturan sebagai indikasi rendahnya nilai disiplin dan tanggung jawab di satu sisi, sebagaimana telah dipaparkan di bagian sebelumnya, ternyata di sisi lain ada sebuah lembaga pendidikan yang memberikan perhatian secara khusus pada penanaman nilai, siswa-siswinya memiliki sikap dan perilaku disiplin dan tanggung jawab yang baik, yakni SMP-SMA Semesta Bilingual Boarding School Kota Semarang. Riset Ali (2011) yang dilakukan di SMP-SMA Semesta Bilingual Boarding School Kota Semarang menunjukkan realitas tersebut. Selain itu, studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di sekolah tersebut juga menunjukkan bahwa sikap dan perilaku disiplin dan tanggung jawab siswa-siswi SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang dikategorikan baik.

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah.

Disiplin dan tanggung jawab yang tinggi atau rendah bukan merupakan variabel tunggal. Tinggi-rendahnya nilai-nilai ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat) merupakan faktor yang sangat penting dalam pembentukan nilai disiplin dan tanggung jawab anak. Dalam perspektif UUSPN, pendidikan diselenggarakan secara saling melengkapi melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal (UUSPN Nomor 20 Tahun 2003, Bab VI, pasal 13). Di samping itu, guru, metode pembelajaran, kurikulum, evaluasi, manajemen juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya nilai disiplin dan tanggung jawab.

Keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam pembentukan karakter atau penanaman nilai pada anak (Dewantara, 1962: 100; Mulyana, 2011: 143; Amini, 2008: 108; Shochib, 2010: 6-7; Hufad & Sauri, 2010: 62). Hal ini karena sebagian besar waktu anak berada di keluarga atau rumah. Pada dasarnya,


(16)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

pendidikan yang berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan, merupakan tanggung jawab orang tua (Sukmadinata, 2011: 2), sekolah hanyalah berpartisipasi (Dewantara, 1962: 374). Tetapi yang sering terjadi, karena berbagai alasan, orang tua menyerahkan anak-anaknya ke lembaga sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang fungsi pendidik diperankan oleh seorang guru yang memang dipersiapkan secara formal untuk tugas tersebut.

Sekolah juga memiliki peran yang tidak kecil dalam rangka menanamkan nilai pada anak (Mulyana, 2011: 142; Sutjiati, 2010: 127; Linda Darling-Hammond, 2006: 20-21, Lickona, 1992: 35), termasuk di dalamnya nilai disiplin dan tanggung jawab. Dalam beberapa hal, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan dibandingkan keluarga dan masyarakat sebagai lembaga pendidikan informal dan non-formal (Sukmadinata, 2011: 2-3). Karena sifatnya yang formal, seringkali program-program yang dicanangkan di sekolah lebih mendapatkan perhatian dari anak. Termasuk di dalamnya guru yang merupakan elemen penting dari lembaga sekolah, juga lebih memiliki kewibawaan dibandingkan orang tua dan masyarakat. Oleh karena itu, bila pendidikan nilai dilaksanakan di sekolah secara baik, maka problem moralitas akan mendapatkan solusi dengan baik pula. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kecakapan dalam menetapkan suatu keputusan untuk bertindak atau tidak bertindak, mengembangkan kemampuan intelektual dan moral (Sjarkawi, 2011: 42-43).

Berbeda dengan pendidikan di keluarga, pendidikan di sekolah dilakukan secara formal, di mana seorang guru yang memerankan diri sebagai pendidik sudah dipersiapkan oleh lembaga pendidikan guru (Sukmadinata, 2011: 3). Mereka telah dibina untuk memiliki kepribadian sebagai pendidik, mereka diangkat dan diberikan kepercayaan oleh masyarakat untuk menjadi guru, mereka melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dengan rencana dan persiapan yang matang. Mereka mengajar dengan tujuan yang jelas, bahan-bahan yang telah


(17)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

disusun secara sistematis dan rinci, dengan cara-cara dan alat-alat yang telah dipilih dan dirancang secara cermat. Di sekolah, guru melakukan interaksi pendidikan secara berencana dan sadar. Sukmadinata (2011: 2-3) menyatakan bahwa ada beberapa kelebihan pendidikan formal dibandingkan dengan pendidikan keluarga (informal), yakni: (1) Pendidikan formal di sekolah memiliki lingkup isi pendidikan yang lebih luas, bukan hanya berkenaan dengan pembinaan segi-segi moral tetapi ilmu pengetahuan dan ketrampilan, (2) Pendidikan di sekolah dapat memberikan pengetahuan yang lebih tinggi, lebih luas dan mendalam, (3) Karena memiliki kurikulum secara formal dan tertulis, pendidikan di sekolah dilaksanakan secara secara berencana, sistematis dan lebih disadari.

Masyarakat sebagai lembaga pendidikan non-formal juga memiliki peran dalam internalisasi nilai anak (Hufad & Sauri, 2010: 62), termasuk di dalamnya nilai disiplin dan tanggung jawab. Masyarakat merupakan lingkungan yang tidak bisa dilepaskan dari keluarga. Masyarakat terbentuk dari sekumpulan keluarga dalam suatu lingkungan tertentu. Tanpa ada keluarga, tidak akan terbentuk masyarakat. Akan tetapi keberadaan masyarakat, juga akan mempengaruhi keluarga. Masyarakat dan keluarga merupakan dua entitas yang saling mempengaruhi.

Pembelajaran, yang dalam konteks kurikulum merupakan salah satu bentuk implementasi kurikulum (Oliva, 2009: 7) dan seringkali dianggap sebagai kegiatan inti pendidikan, juga merupakan faktor penting dalam internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab anak. Dalam pembelajaran, interaksi terjadi antara berbagai komponen: guru-murid, murid-murid, murid-media, murid-sumber belajar, dan lain-lain. Dalam proses ini, pembelajaran akan memberikan effect kepada siswa, baik instructional effect maupun nurturant effect. Oleh karena itu, bila pembelajaran dimanfaatkan secara baik untuk internalisasi nilai, persoalan moral akan mendapat kontribusi solutifnya.

Namun, pendidikan yang memiliki peran sentral dalam rangka memberikan perubahan masyarakat (termasuk di dalamnya internalisasi nilai) ini, akan ditentukan oleh kurikulumnya, karena kurikulum merupakan “blue print” (Oliva,


(18)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

2009: 7) dari pendidikan. Penelitian Peshkin (1992: 253) menunjukkan bahwa melalui kurikulum bisa dilihat bagaimana potensi pendidikan untuk memerankan diri “as the means to change some aspect of society”. Bahkan kurikulum memiliki

fungsi dan peran yang sangat penting dan lebih luas, yakni “as content or subject

matter, as a program of planned activites, as intended learning outcomes, as cultural reproduction, as experience, as discrete tasks and concepts, as agenda for social reconstruction, as currere (Schubert, 1986: 26-33). Sebagai reproduksi

sosial (social reproduction), kurikulum diharapkan mampu memberikan jawaban yang bisa menyiapkan generasi mendatang yang lebih baik. Sebagai rekonstruksi sosial (social reconstruction), kurikulum harus “provide an agenda of knowledge and values that guides students to improve society and the cultural institutions, beliefs and activities that support it” (Schubert, 1986: 32). Dalam penelitian ini,

permasalahan difokuskan pada faktor kurikulum. Kurikulum bisa berfungsi sebagai instrumen untuk menanamkan nilai disiplin dan tanggung jawab siswa.

McNeil (1977: 6) menegaskan bahwa kurikulum bisa berfungsi sebagai “common and general education” di mana kurikulum harus mampu mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat dan warga negara yang bertanggung jawab, kurikulum harus memberikan pengalaman belajar kepada anak agar mampu menginternalisasikan nilai-nilai dalam kehidupan, memahami hak dan kewajiban sebagai makhluk sosial.

Konstruksi dan implementasi kurikulum sebagai pengejawantahan proses internalisasi nilai ini, akan dilihat dalam konteks sekolah yang menerapkan

“sistem boarding”, suatu sistem yang “... some or all pupils study and live during the school year with their fellow student and possibly teachers and/or administrators” (http://en.wikipedia.org/wiki/Boarding_school, tgl 24 Des 2011). Sistem boarding ini menunjukkan signifikansinya karena fenomena banyaknya proses pendidikan yang lebih didominasi oleh ranah kognitif, sedangkan ranah psikomotorik dan afektif kurang mendapatkan perhatian (Sjarkawi, 2011: 37; Prabowo & Sidi, 2010: 166; Azra, 2002:178; Mas’ud, 2002: 212; Freire, 2002:


(19)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

190; Sanjaya, 2008: 1; Bukhori, 1992: 2; Nasution, 1995: 3; Muhaimin, 2009: 23; Fuaduddun & Bisri, 1999: 2; Abdullah, 1998: 5).

Sekolah dengan sistem boarding ---yang sebenarnya merupakan suatu integrasi fungsi keluarga, sekolah dan masyarakat---, merupakan alternatif yang bisa ditempuh untuk mengatasi keterbatasan hubungan antara tiga jenis lembaga pendidikan formal (sekolah), informal (keluarga) dan nonformal (masyarakat) sehingga berujung pada problem moralitas bangsa. Hal ini karena biasanya dalam keluarga orang tua lebih menanamkan nilai-nilai (values) kepada anak-anaknya, di sekolah biasanya lebih menekankan pada aspek intelektual, dan di masyarakat anak biasanya melakukan ekplorasi dan pemantapan nilai-nilai. Penanaman nilai akan efektif bila dilakukan dengan pendekatan integralistik (Nurchaili, 2010: 237; Creasy, 2010: 6; Oladipo, 2009: 149; Hasan, 2010: 15; Sjarkawi, 2011: 42; Durkheim, 1990: 7). Dewantara (1962: 369) menyebut ketiga sistem pendidikan

ini dengan nama sistem AMONG, yang dilaksanakan melalui “Tri Pusat Pendidikan”. Dengan pendekatan integralistik, pendidikan nilai atau karakter

merupakan misi setiap mata pelajaran, dilaksanakan melalui keseharian pembelajaran yang sudah berjalan di sekolah, tidak diajarkan dalam mata pelajaran khusus (Nurchaili, 2010: 237). Pendidikan menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, yang dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum (kewaraganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama, pendidikan jasmani dan olah raga, seni, ketrampilan). Bahkan, pendidikan nilai atau karakter dapat diintegrasikan dalam kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Perencanaan dan pelaksanaannya dilakukan secara bersama oleh kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan (konselor) sebagai sebuah komunitas pendidik yang diterapkan ke dalam kurikulum melalui: (1) program pengembangan diri, (2) pengintegrasian ke dalam semua mata pelajaran, (3) pengintegrasian ke dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler dan (4) pembiasaan (Hasan, 2010: 15).

Cina dikategorikan sebagai bangsa yang berhasil dalam menerapkan pendidikan nilai atau karakter bangsanya, karena Cina telah mengukir akhlak


(20)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

bangsanya melalui proses yang integralistik, yakni knowing the good, loving the

good dan acting the good (Megawangi, 2007: 20). Pendidikan nilai atau karakter

yang dilakukan oleh Cina merupakan suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek-aspek kognitif, emosi dan fisik sehingga akhlak mulia, luhur dan agung bisa terukir menjadi habit of minds, heart and hands (Prabowo & Sidi, 2010: 167). Karena secara teoretik, internalisasi nilai (termasuk nilai disiplin dan tanggung jawab) tidak cukup hanya diajarkan lewat kognisi. Kognisi memiliki kontribusi pembentukan afeksi (Bloom et al., 1976: 20), akan tetapi ia juga memerlukan pembiasaan (Azizy, 2002: 146), dan agar pembiasaan berjalan efektif, ia memerlukan keteladanan (Zaenuddin dkk., 1991:106; Azizy, 2002: 146; Dewantara, 1962: 28; Noddings 2002, 2005).

Sistem boarding memiliki kelebihan-kelebihan, yakni proses pembelajarannya lebih humanistik, religius dan tidak bersifat non-dikhotomik (Maksudin, 2013: 114), dibangun atas dasar Islam, yang tidak mengenal dikhotomi dan humanis (Mas’ud, 2002: 17). Di samping itu, kelebihan-kelebihan sekolah model ini juga bisa dilihat pada beberapa aspek: (1) Jumlah siswa dalam kelas biasanya lebih kecil daripada kelas-kelas yang ada di sekolah-sekolah

nonboarding, agar memudahkan guru dalam melibatkan seluruh siswa dalam

belajar dan mendorong peran aktif semua siswa dalam berinteraksi secara langsung di dalam kelas, (2) Mutu pendidikan akademik dan keahlian khusus bagi siswa merupakan prioritas utama, (3) Sumber daya yang ada pada sekolah sistem

boarding, seperti perpustakaan, fasilitas teater, sarana olah raga, pilihan lokal

bermutu lebih memadai, (4) Sekolah sistem boarding memiliki standar akademik yang lebih tinggi dan hal ini merupakan tantangan bagi siswa, (5) Pilihan mata pelajaran atau keterampilan di sekolah dengan sistem boarding lebih banyak dan bervariasi serta memiliki cakupan yang lebih luas, (6) Penasehat sekolah sistem

boarding biasanya merupakan tenaga ahli yang relevan (Maksudin, 2013:

106-107). Sekolah dengan sistem boarding juga lebih menghargai waktu, di mana sistem pembinaan dan pelayanan pendidikannya dilakukan sangat bersentuhan dengan nilai-nilai moral (Maksudin, 2012: 106), sekolah dengan sistem boarding


(21)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

lebih menekankan prinsip-prinsip kemandirian (Maksudin, 2013: 110). Prinsip ini memuat berbagai nilai moral yang dilukiskan ke dalam empat gambaran kepribadian, yaitu: (1) pribadi yang selalu menjalani hidup sebagai bentuk pertumbuhan dan perkembangan, (2) pribadi yang memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya, (3) pribadi yang senantiasa terbuka dan peka terhadap kebutuhan orang lain, (4) pribadi yang menggambarkan suatu kebulatan kesadaran.

Penelitian tentang internalisasi nilai dalam konteks sistem boarding bukanlah hal baru. Ada beberapa penelitian, di antaranya yaitu penelitian yang dilakukan Maksudin (2009), IPB (2010).

Maksudin melakukan penelitian tentang “Pendidikan Karakter Sistem Boarding School di SMP IT Abu Bakar Yogjakarta” pada tahun 2009. Penelitian

untuk disertasi pada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta ini dilakukan terhadap sekolah Islam yang menerapkan sistem boarding, di mana semua siswa diasramakan secara integratif. Integralitas ini terejawantahkan pada prinsip integrasi kurikulum, integrasi iman-ilmu-amal, integrasi pengelolaan, dan integrasi program. Sistem boarding terbukti efektif untuk pendidikan nilai moral. Efektivitasnya terletak pada semua aktivitas sekolah diatur secara jelas dari waktu ke waktu yang syarat dengan nilai-nilai (values) moral. Hal ini dikarenakan mendidik karakter membutuhkan waktu yang panjang, pengulangan terus menerus, pemberian teladan, bimbingan, dan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebenarnya penelitian ini dilakukan terhadap sekolah yang menerapkan sistem boarding, juga dilakukan terhadap siswa SMP, tetapi yang dilihat adalah masalah umum dan sekolahnya merupakan sekolah Islam dengan konsep terpadu.

Penelitian dengan pengembangan model dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2010. Internalisasi nilai atau pendidikan karakter ini

difokuskan pada kegiatan mahasiswa di asrama yang dinamakan “Asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB)”. Bentuk-bentuk pelaksanaan terbagi ke dalam empat bidang, yaitu: (1) bidang mental spiritual seperti kegiatan pembinaan ruhani, apel


(22)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

pagi, gerakan budaya bersih asramadan gugus disiplin asrama. (2) bidang wawasan dan akademik seperti kegiatan Let’s Fight Against Drugs, tutor sebaya, bengkel karya tulis, dan mahasiswa cinta pertanian. (3) bidang minat dan bakat seperti kegiatan klub komputer (Cybertron), klub cinta lingkungan, klub seni (art

dormitory club), klub fotografi dan klub bahasa. (4) bidang sosial budaya yang

dituangkan dalam kegiatan seperti welcome party, farewell party, leadership

training, dan dormitory fair. Penelitian ini sebenarnya dilakukan terhadap sistem

pendidikan dengan model boarding, tetapi dilakukan terhadap mahasiswa yang secara mental-psikologis sudah mendekati kedewasaan.

Berkaitan dengan nilai disiplin dan tanggung jawab, ada beberapa penelitian

yang telah dilakukan, di antaranya Lewis (2001) dengan judul “Classroom Discipline and Student Responsibility: the Students’ View”; Lewis, Romi, Qui & Katz (2005) dengan judul “Teachers’ Classroom Discipline and Student

Misbehavior in Australia, China and Israel”; Psunder (2005) dengan judul “How Effective is School Discipline in Preparing Students to Become Responsible Citizens? Slovenian Teachers’ and Students’ Views”; Apaydin & Ercan (2010)

dengan judul “A Structural Equation Model Analysis of Turkish School Managers’ View on Social Responsibility”; Hammet & Staeheli (2011) dengan judul “Respect and Responsibility: Teaching Citizenship in South African High Schools”; Hammet, Daniel; Staeheli, Linn A. (2011). Dengan judul “Respect and

Responsibility: Teaching Citizenship in South African High Schools”.

Mendasarkan pada latar belakang ini, penelitian ini dilakukan. Penelitian

dengan judul “Internalisasi Nilai Disiplin dan Tanggung Jawab dalam Kurikulum

Boarding School: Studi pada SMP-SMA Semesta Bilingual Boarding School

Kota Semarangini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu, yang melihat bagaimana nilai disiplin dan tanggung jawab diinternalisasikan melalui pendidikan yang menerapkan kurikulum boarding school system. Penelitian dilakukan di SMP-SMA Semesta Bilingual Boarding School (selanjutnya disingkat BBS) Kota Semarang, sebuah sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Semesta bekerjasama dengan Yayasan PASIAD Turki. SMP-SMA


(23)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Semesta BBS merupakan sekolah umum, bukan sekolah agama, tetapi memiliki kultur religius dengan dominasi Islam, karena mayoritas siswa beragama Islam.

C.Rumusan Masalah.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab dalam kurikulum boarding school di SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang? Bila dirinci, rumusan masalah penelitian ini yaitu: 1. Apa landasan kurikulum di SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang?

2. Bagaimana desain kurikulum dalam konteks internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab di SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang?

3. Bagaimana implementasi kurikulum dalam konteks internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab di SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang?

4. Bagaimana evaluasi kurikulum dalam konteks internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab siswa SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang?

D.Tujuan Penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab dalam kurikulum boarding school di SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang. Bila dirinci, tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan landasan kurikulum SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang.

2. Untuk mendeskripsikan desain kurikulum dalam konteks internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab di SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang. 3. Untuk mendeskripsikan implementasi kurikulum dalam konteks internalisasi

nilai disiplin dan tanggung jawab di SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang. 4. Untuk mendeskripsikan evaluasi kurikulum dalam konteks internalisasi nilai

disiplin dan tanggung jawab siswa SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang.

E.Manfaat/Signifikansi Penelitian. 1. Manfaat teoretis.


(24)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Studi ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pengetahuan terutama dalam bidang pengembangan kurikulum dan pembelajaran pada umumnya, khususnya pada pendidikan nilai. Dalam konteks Indonesia, realitas menunjukkan bahwa selama ini pembelajaran di lembaga pendidikan, baik lembaga formal, informal maupun nonformal lebih didominasi oleh aspek kognitif

(cognitive-oriented). Pembelajaran yang seperti ini, secara hakiki bertentangan dengan fitrah

manusia, karena secara mendasar pada diri manusia terdapat tiga karakteristik dasar yang tidak dapat dipisahkan, dan ketiganya mesti mendapatkan porsi yang memadai bila mereka diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang utuh. Ketiga hal tersebut menurut Gable (1986: 3) yaitu thinking, acting, feeling; menurut Bloom et al. (1976) kognitif, afektif dan psikomotor. Praktek pendidikan yang hanya menitikberatkan pada aspek tertentu saja, hanya akan menghasilkan anak didik yang memiliki pribadi yang tidak lengkap. Pendidikan yang baik, menurut Lickona (1992: 6), harus mengarahkan anak didik menjadi pribadi yang baik (good) dan pintar (smart). Pribadi yang baik (good) merupakan pondasi bagi terbentuknya pribadi yang pintar (smart). Persoalan baik (good) merupakan persoalan nilai (value) yang merupakan kajian domain afektif. Konsep teoretik yang terbangun secara induktif dari praktek terbaik (best practice) dunia pendidikan merupakan salah satu alternatif yang bisa dipertimbangkan. Karenanya, studi ini diharapkan memberikan kerangka teoretis tentang pentingnya internalisasi nilai dalam diri peserta didik. Lebih dari ini, bagaimana bangunan metodologis tentang nilai-nilai harus ditanamkan dalam diri anak merupakan kontribusi lain yang juga tidak kalah penting.

2. Manfaat Praktis.

Di samping manfaatnya sebagai pijakan teoretis bagi pemecahan persoalam teoretis-normatif, studi tentang internalisasi nilai terutama bila dikaitkan dengan pengembangan kurikulumnya baik menyangkut desain, implementasi maupun evaluasinya, juga memiliki signifikansi praktis-empiris. Secara praktis, model internalisasi nilai yang ditemukan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan


(25)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Manfaatnya terutama berkaitan dengan urgensinya merekonstruksi pendidikan yang berbasis nilai (value-based

education), yang dimulai dari desain kurikulum, implementasi dan sampai

evaluasinya.

a. Pribadi Peneliti.

Di bawah bimbingan pembimbing yang kompeten, penelitian ini memiliki manfaat yang signifikan khususnya bagi pribadi peneliti karena hasil penelitian ini menjadi salah satu tagihan profesi dalam menjalankan aspek pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010, pasal 93 ayat 8 dijelaskan bahwa hasil penelitian perguruan tinggi yang dilaksanakan oleh dosen bisa dimanfaatkan untuk memperkaya materi pembelajaran mata kuliah yang relevan.

b. Pengambil Kebijakan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pengembang kurikulum, terutama bagi desainer pembelajaran atau perkuliahan yang tidak hanya didominasi oleh aspek kognitif, tetapi bagaimana kurikulum yang didesain, diimplementasikan dan dievaluasi itu berlandaskan pada nilai (value).

c. Perguruan Tinggi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi peningkatan mutu proses dan hasil perkuliahan terutama menindaklanjuti amanat kurikulum 2013 yang menekankan pada nilai (value). Pengembangan kurikulum, yang secara integral memiliki tahap-tahap desain, implementasi dan evaluasi ini,

tidak hanya berhenti pada desain saja. Desain yang sudah “momot” nilai, harus

ditindaklanjuti dengan implementasi dan evaluasi yang berbasis nilai juga (value


(26)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

d. Dosen.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, acuan, dan perbandingan bagi dosen dalam menyusun dan mengembangkan pembelajaran yang kreatif, variatif, inovatif dan adaptif sesuai dengan situasi dan kondisi perkuliahan di perguruan tinggi.

e. Guru.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, acuan, dan perbandingan bagi guru dalam menyusun dan mengembangkan pembelajaran yang kreatif, variatif, inovatif dan adaptif sesuai dengan situasi dan kondisi pembelajaran di sekolah masing-masing.

f. Orang Tua.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan, masukan bagi orang tua tentang signifikansi keluarga bagi internalisasi nilai. Keluarga merupakan lembaga pendidikan informal, tetapi keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama. Bila orang tua merasa dirinya tidak bisa memfungsikan diri secara maksimal dalam upaya internalisasi nilai bagi anaknya, maka boarding school merupakan alternatif yang bisa dipertimbangkan.

g. Peneliti lain.

Peneliti yang memiliki minat penelitian tentang pembelajaran dalam konteks pengembangan kurikulum dan nilai (value), dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai varian model pembanding. Peneliti lain juga dapat memanfaatkannya sebagai acuan dalam riset kualitatif dan mentransfer ke setting lain yang memiliki karakteristik sejenis. Dan dalam upaya mengembangkan lebih lanjut, perlunya penelitian lanjutan untuk melihat praktek sejenis di setting lain dengan karakteristik yang sama atau berbeda.


(27)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Disertasi ini diorganisasikan dalam struktur: bab pertama pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, struktur organisasi.

Bab kedua menyajikan kerangka teoretik yang membahas tentang internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab dan kurikulum boarding school, yang pembahasannya terdiri dari: (1) pengembangan kurikulum yang membahas pengertian kurikulum, pengertian pengembangan kurikulum, landasan dan model konsep kurikulum, desain kurikulum, implementasi kurikulum, evaluasi kurikulum; (2) konsep kurikulum boarding school yang membahas tentang pengertian, boarding school sebagai “pesantren plus”, kurikulum boarding

school, boarding school system sebagai representasi tri pusat pendidikan; (3)

Perkembangan psikologis anak yang membahas tentang perkembangan dalam apresiasi terhadap nilai, perkembangan aspek moral, perkembangan aspek kognitif, perkembangan aspek sosial; (4) Konsep tentang internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab yang membahas tentang konsep tentang nilai, macam-macam nilai, disiplin dan tanggung jawab sebagai nilai yang harus diinternalisasikan, pengertian internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab, pentingnya internalisasi nilai dalam pendidikan, pendekatan dan strategi dalam internalisasi nilai, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam internalisasi nilai; (5) kerangka berpikir.

Bab ketiga membahas tentang metode penelitian yang membahas tentang (1) jenis dan pendekatan penelitian, (2) lokasi dan subyek penelitian, (3) teknik pengumpulan data, yang terdiri dari wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi, angket; (4) teknik analisis data yang menyajikan tentang reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan; (5) pengecekan keabsahan data yang membahas tentang derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), kepastian (confirmability).

Bab keempat menyajikan tentang hasil dan pembahasan penelitian yang terdiri dari: (1) Hasil penelitian yang mendeskripsikan tentang landasan


(28)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

kurikulum SMP-SMA Semesta BBS, desain kurikulum SMP-SMA Semesta BBS, implementasi kurikulum SMA Semesta BBS, evaluasi kurikulum SMP-SMA Semesta BBS; (2) Pembahasan penelitian yang membahas tentang landasan kurikulum, desain kurikulum, implementasi kurikulum, evaluasi kurikulum; (3) Temuan penelitian yang membahas tentang: (a) Gambaran tentang nilai disiplin dan tanggung jawab sebagai hasil internalisasi nilai pada siswa-siswi SMP-SMA Semesta BBS, (b) Sistem boarding school sebagai wahana internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab di SMP-SMA Semesta BBS.

Bab kelima menyajikan tentang simpulan dan rekomendasi, diikuti dengan daftar pustaka beserta lampiran-lampiran yang terkait dengan penelitian ini.


(29)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Pendekatan Penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab dalam kurikulum boarding school di SMP-SMA Semesta BBS di Kota Semarang, yang secara terperinci, yaitu: (1) untuk mendeskripsikan landasan kurikulum SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang, (2) untuk mendeskripsikan desain kurikulum dalam konteks internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab di SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang, (3) untuk mendeskripsikan implementasi kurikulum dalam konteks internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab di SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang, (4) untuk mendeskripsikan evaluasi kurikulum dalam konteks internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab di SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif (McMillan & Schumacher, 2001: 281-282), yang berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan kondisi riil SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang berkaitan dengan internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab dalam konteks kurikulum

boarding school. Internalisasi nilai ini dilihat dan dipahami dari bagaimana

kurikulum sistem boarding school didesain, diimplementasikan, dan dievaluasi oleh SMP-SMA Semesta BBS Semarang, kemudian dimaknai dan dideskripsikan apa adanya dengan sistematisasi tertentu sehingga membentuk sebuah pola atau paradigma yang bermakna.

Penelitian ini melihat secara mendalam tentang internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab dalam konteks kurikulum SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang yang menerapkan sistem boarding school, sebuah sekolah yang merupakan sekolah umum (bukan sekolah agama), akan tetapi menerapkan pembiasaan, pembudayaan dan kegiatan-kegiatan keagamaan, dan oleh karenanya memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan sekolah-sekolah lainnya. Sekolah ini dipandang sebagai kasus (case) yang berbeda dengan sekolah pada


(30)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

umumnya, yang diharapkan mampu memberikan gambaran utuh kepada pihak lain agar bisa memberikan inspirasi pada sekolah-sekolah lain. Oleh karena itu, penelitian ini termasuk dalam penelitian kasus (case study). Sukmadinata (2011b: 64) menjelaskan bahwa studi kasus merupakan suatu penelitian yang dilakukan

terhadap suatu “kesatuan sistem”, yang bisa berupa program, kegiatan, peristiwa

atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu, diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Dalam hal ini, keadaan, fakta atau fenomena yang ada di SMP-SMA Semesta BBS dibiarkan secara alamiah tanpa direkayasa, individu dipandang sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan dari latar sosialnya di mana ia hidup, berada dan beraktivitas; kemudian dideskripsikan dalam suatu narasi yang membentuk suatu gugusan makna. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memahami dan menafsirkan apa makna semua gejala, perilaku, dan peristiwa yang terjadi di SMP-SMA Semesta BBS Semarang dalam bingkai internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab dalam perspektif peneliti sebagai

human instrument. Creswell (1998: 15) menegaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, “the researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting”.

Bogdan dan Biklen (1988: 3-8) juga menegaskan bahwa penelitian kualitatif bersifat “naturalistic, descriptive data, concern with process, inductive, meaning”.

B.Lokasi dan Subyek Penelitian.

Lokasi penelitian ini yaitu SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang, sebuah sekolah umum (bukan sekolah agama) yang menerapkan sistem boarding, yang mengharuskan seluruh siswa-siswinya untuk bertempat diasrama, yang dikelola secara integratif dengan sekolah.

Subyek dalam penelitian ini yaitu pengurus yayasan, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, karyawan, pembina asrama, siswa, orang tua atau wali


(31)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

siswa, masyarakat sekitar lembaga yang dipilih secara “purposive” dan “snow

balling”.

Subyek penelitian dari unsur siswa, terutama ketika untuk mendapatkan gambaran tentang nilai disiplin dan tanggung jawab, jumlahnya ditentukan secara

naturalistic sampling (Lincoln & Guba, 1985: 202). Perhatian lebih ditekankan

pada keanekaragaman responden, bukan pada jumlahnya. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih baik tentang dua nilai (disiplin dan tanggung jawab) yang telah ditanamkan oleh SMP-SMA Semesta BBS.

C.Teknik Pengumpulan Data.

Untuk memperoleh data yang holistik dan integratif, serta berdasarkan fokus dan tujuannya, penelitian ini mengumpulkan data dengan menggunakan teknik triangulasi (Gall, Gall & Borg, 2003: 447), baik “triangulasi teknik” (menggunakan teknik pengumpulan data berbeda-beda untuk mendapatkan data

dari sumber yang sama), maupun “triangulasi sumber” (mendapatkan data dari

sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama) (Sugiyono, 2011b: 327). Secara teknik, pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam (indepth interview), observasi dan studi dokumentasi (study

of documents). Dari segi sumbernya, penelitian kualitatif dengan metode

deskriptif, dengan jenis studi kasus (case study) ini menggunakan berbagai macam sumber untuk memperoleh data, yakni pengurus yayasan, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, karyawan, pembina asrama, siswa, orang tua atau wali siswa, masyarakat sekitar lembaga, yang ditentukan secara purposive, dengan teknik snowball (bola salju). Teknik ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab dalam konteks kurikulum

boarding school di SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang, terutama terkait

dengan landasan, desain, implementasi dan evaluasi kurikulumnyanya.

Masing-masing teknik tersebut, akan dijelaskan secara singkat berikut ini:


(32)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Wawancara merupakan teknik komunikasi langsung dengan responden. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara kepada responden untuk menangkap makna secara mendasar dalam interaksi yang spesifik. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semi standar (semi standardized

interview) yang menggunakan petunjuk umum wawancara dan juga merupakan

kombinasi antara wawancara terpimpin dan tidak terpimpin. Dengan teknik ini, peneliti menggunakan beberapa pertanyaan, tetapi dalam waktu yang bersamaan peneliti juga mengajukan pertanyaan secara bebas dan tidak harus berurutan tergantung situasi dan kondisinya (Satori & Komariah, 2010: 135). Dengan wawancara ini, peneliti bisa mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang subyek penelitian dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, yang tidak bisa ditemukan melalui observasi (Satori dan Komariah, 2010: 130).

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2004: 135). Dalam penelitian ini, peneliti sebagai pewawancara (interviewer) melakukan wawancara secara langsung dengan pihak yang diwawancarai (interviewee) yaitu sumber-sumber kunci (key person), yaitu kepala sekolah, guru, karyawan, pembina asrama, siswa, orang tua atau wali siswa, pengurus yayasan, masyarakat sekitar tentang internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab berkaitan dengan landasan, desain, implementasi dan evaluasi kurikulum di SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang.

Dalam konteks penelitian ini, telah disiapkan pedoman wawancara umum yang dikembangkan berdasarkan rumusan masalah penelitian (pedoman wawancara terlampir).

2. Observasi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi partisipasi. Observasi patisipasi digunakan untuk melengkapi dan menguji hasil dokumentasi dan wawancara yang telah diberikan oleh informan yang belum lengkap atau


(33)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

belum mampu menggambarkan segala macam situasi atau bahkan tidak sesuai dengan kenyataan. Observasi partisipasi merupakan karakteristik interaksi sosial antara peneliti dengan subjek-subjek penelitian (Ekosusilo, 2003: 65). Dalam konteks penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipan yang tidak lengkap (Moleong, 2004: 127), yaitu pengamatan terhadap objek secara langsung, namun peneliti tidak ikut terlibat secara lengkap dalam kegiatan tersebut. Observasi jenis ini dipilih karena jika peneliti ikut terlibat langsung secara lengkap dalam kegiatan dikhawatirkan akan mengganggu proses kegiatan, dengan demikian observer memposisikan diri sebagai pengamat kegiatan dan tidak ikut melakukan kegiatan secara langsung.

Setting dan peristiwa yang diamati meliputi: (1) keadaan fisik SMP-SMA

Semesta BBS (suasana lingkungan fisik, penataan ruangan dan perlengkapannya, media belajar, asrama); (2) suasana interaksi sosial warga sekolah (yayasan, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, staf, pembina asrama, anak didik, orang tua/wali murid). Data yang didapatkan digunakan untuk menjelaskan suasana fisik maupun sosial lembaga pendidikan dalam internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab siswa.

Teknik ini digunakan untuk melihat implementasi kurikulum (actual

curriculum) yang telah didesain dalam hal proses internalisasi nilai disiplin dan

tanggung jawab di SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang. Dalam rangka memperoleh data tentang implementasi kurikulum, kegiatan yang diobservasi adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di SMP-SMA Semesta BBS, kegiatan asrama, kegiatan ekstra kurikuler, kegiatan bimbingan, kegiatan out

bound, dan lain-lain. Dalam kegiatan pembelajaran, fokus yang diobservasi adalah

suasana pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang meliputi: pengorganisasian kelas, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, pelaksanaan penilaian, baik yang dilakukan di dalam ruangan kelas maupun di luar kelas. Di samping itu, teknik ini juga digunakan untuk melihat gambaran tentang evaluasi kurikulum dalam internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab yang telah diimplementasikan tersebut.


(34)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Dalam kegiatan pengamatan ini, peneliti mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi (Moleong, 2004: 153), kemudian data tersebut digunakan sebagai bahan untuk menjelaskan implementasi kurikulum dan penilaian dalam internalisasi nilai. Contoh transkrip catatan lapangan terlampir (lihat lampiran 8).

3. Studi Dokumentasi (study of documents).

Dalam penelitian naturalistik, data banyak diperoleh melalui sumber insani (dengan wawancara dan observasi). Studi dokumentasi digunakan untuk mengunpulkan data dari sumber-sumber non-insani. Teknik ini digunakan sebagai penguat dan pelengkap data yang sudah diperoleh melalui wawancara dan observasi.

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang landasan kurikulum, desain kurikulum (written curriculum) di SMP-SMA Semesta BBS Kota Semarang, dalam kaitannya dengan internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab. Di samping itu, dokumentasi juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang implementasi dan evaluasi kurikulum berkaitan dengan internalisasi nilai disiplin dan tanggung jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dokumen yang menjadi sumber dalam penelitian ini, di antaranya yaitu: (1)

Konstruksi Model Pendidikan Berbasis Life Skill (Buku) yang ditulis oleh

Mudzakkir Ali. Buku ini merupakan hasil penelitian untuk Disertasi UIN SUKA Yogjakarta, Buku Pedoman Siswa SMP-SMA Semesta Bilingual Boarding School 2013, Buku Pedoman Siswi SMP-SMA Semesta Bilingual Boarding School 2013, Leaflet Semesta Bilingual Boarding School, Desain Induk Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan Nasional (DIPK), Presentasi (Slide) I tentang SMP-SMA Semesta Bilingual Boarding School oleh Kepala Sekolah SMP-SMA Semesta, Presentasi (Slide) II tentang SMP-SMA Semesta Bilingual Boarding

School oleh Kepala Sekolah SMP-SMA Semesta, Gambaran SMP-SMA Semesta Bilingual Boarding School, Dokumen 1 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

SMP Semesta BBS Semarang, Dokumen 1 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SMA Semesta BBS Semarang, Kompilasi Silabus, Kompilasi RPP


(35)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dan Lesson plan, Sarana dan Prasarana, Kompilasi Lesson Plan, Prota, promes, File Data Siswa SMP, File Data Siswa SMA, Jadwal Pelajaran SMP-SMA, Pedoman Wawancara Masuk SMP-SMA, Cetele Siswa SMP-SMA, Buku Raport Siswa.

D.Teknik Analisis Data.

Sesuai dengan permasalahan dan tujuannya, analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis data kualitatif merupakan suatu proses induktif yang mengorganisasi data ke dalam kategori-kategori dan mengidentifikasi pola-pola atau hubungan di dalam kategori-kategori tersebut. Kegiatan analisis dilakukan dengan cara menelaah data, menata, membagi menjadi satuan-satuan, mensintesis, mencari pola, memperoleh data yang memiliki makna, serta melaporkan hasil penelitiannya secara sistematis (Moleong, 2004: 103). Analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh (Sugiyono, 2011b: 334). Patton (1987: 268) membedakan antara analisis dan penafsiran. Analisis merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, sedangkan penafsiran merupakan pemberian arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari pola hubungan di anatara dimensi-dimensi uraian.

Analisis menggunakan teknik analisis alir yang digagas oleh Huberman & Miles (1984: 429). Dengan teknik ini, data yang telah direkam melalui berbagai metode, baik wawancara, intisari dokumen, rekaman atau observasi diproses labih lanjut dalam bentuk catatan ketikan atau suntingan. Teknik ini digambarkan sebagai suatu model yang aktivitasnya terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan sejak pengumpulan data, yaitu: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan (conclusion). Dengan cara ini, Sukmadinata (2011b:114-115) menjelaskan bahwa langkah-langkahnya bisa dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: (1) perencanaan, (2) memulai


(36)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

pengumpulan data, (3) pengumpulan data dasar (4) pengumpulan data penutup (5) melengkapi.

Kegiatan analisis data tersebut secara skematis dilustrasikan pada gambar 3.2 berikut ini:

Gambar 3.1: Pola Kegiatan Analisis Sumber: Huberman & Miles (1984: 429)

Bagaimana karakteristik masing-masing langkah dari kegiatan analisis tersebut, secara singkat dijelaskan sebagai berikut:

1. Reduksi Data.

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Emzir, 2010: 129). Pada langkah ini, data-data dari dokumen, hasil wawancara dan hasil observasi, digunakan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sehingga diperoleh kesimpulan akhir. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data

Data Collection Data Display

Data Reduction

Conclusion: Drawing/verifying


(37)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

benar-benar terkumpul sudah mengantisipasi akan adanya reduksi data sudah diketahui ketika peneliti merumuskan kerangka konseptual, wilayah penelitian, rincian fokus penelitian, dan pemilihan metode pengumpulan data. Selama pengumpulan data berlangsung, sudah terjadi tahapan reduksi, selanjutnya membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, serta menulis catatan (Sugiyono, 2011a: 339). Proses ini berlanjut sampai setelah pengumpulkan data di lapangan, sampai akhir pembuatan laporan secara lengkap.

Adapun langkah analisis berikutnya adalah mengembangkan cara pengkodean. Semua data yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip) dibuat ringkasan berdasarkan fokus penelitian. Setiap topik liputan dibuat kode yang menggambarkan keadaan topik tersebut. Kode-kode tersebut dipakai untuk mengorganisasi satuan satuan data, yaitu potongan-potongan kalimat yang diambil dari transkrip sesuai dengan urutan paragraf (Strauss & Corbin, 1990: 58-60).

2. Penyajian Data.

Penyajian data dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles & Huberman, 1984: 21). Dalam penelitian ini, penyajian data dimaksudkan untuk menemukan suatu makna dari data-data yang telah diperoleh, kemudian disusun secara sistematis; dari bentuk informasi yang kompleks diseleksi menjadi informasi yang sederhana.

Pada langkah ini, data penelitian yang berwujud kata-kata, kalimat-kalimat, atau paragraf-paragraf disajikan dalam matriks, grafik, jaringan, dan bagan (Miles & Huberman, 1984: 22). Dalam perspektif kualitatif, kegiatan merancang deretan kolom-kolom sebuah matrik, memutuskan jenis dan bentuk data yang harus dimasukkan ke dalam kotak-kotak matriks merupakan kegiatan analisis.


(1)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Preskill, S. (1997). “Discussion, Schooling and the Struggle for Democracy”. Theory and Research in Social Education. 25, (3), 316-345.

Pring, R. (2001). “Education as a Moral Practice”. Journal of Moral Education. 30, (2),101-112.

Print, M. (1993). Curriculum Development and Design. Sydney: Allen & Unwin Pty Ltd.

Psunder, M. (2005). “How Effective is School Discipline in Preparing Students to Become Responsible Citizens? Slovenian Teachers‟ and Students‟ Views”. Teaching and Teacher Education, 21, 273-286.

Rachman, M. (2001). “Reposisi, Re-Evaluasi dan Redefinisi Pendidikan Nilai bagi Generasi Muda Bangsa”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balitbang Depdiknas, Nomor 028.

Rahardjo, D. (Peny.). (1985). Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES. Ramayulis. (2005). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Raths, L.E. et al. (1966). Value and Teaching. Ohio: Charles E. Merrill.

Ridwan, K. (Ed.). (1993). Ensiklopedi Islam Jilid 3. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Houve.

_______. (1993). Ensiklopedi Islam Jilid 4. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Houve. Rosenshine, B. (1986). “Synthesis of Research on Explicit Teaching”.

Educational Leadership. 43, 60-69.

Ross, D.D. & Kyle, D.W. (1987). “Helping Preservice Teachers Learn to Use Teacher Effectiveness Research”, Journal of Teacher Education. 38, (2), 40-44.

Saadulloh, U. (2011). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sahlan, A. dan Prastyo, A.T. (2012). Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter. Yogjakarta: AR-RUZ Media.

Salim, P. (1996). The Contemporary English Indonesian. Jakarta: Modern English Pass.

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

_______. (2012). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media.

_______. (2012). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sastrapratedja. (1993). dalam E.M.K. Kaswardi. Pendidikam Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta: Gramedia.


(2)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Satori, D. dan Komariah, A. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sauri, S. & Nurdin, D. (2008). “Pengembangan Model Pendidikan Nilai Berbasis Sekolah, Keluarga dan Masyarakat”, Laporan hasil Penelitian Hibah Pasca UPI Bandung, Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.

Sauri, S. (2008). “Pengembangan Model Pendidikan Nilai Berbasis Sekolah, Keluarga dan Masyarakat”, Penelitian Hibah Dibeayai oleh Ditjen DIKTI, DIKNAS, Bandung: UPI.

_______. (2012). Filsafat dan Teosofat Akhlak: Kajian Filosofis dan Teosofis tentang Akhlak, Karakter, Moral. Bandung: Rizqi Press.

Saylor, J.G., & Alexander, W.M.. (1974). Planning Curriculum for School . New York: Holt Rinehart.

Saylor, J.G.; Alexander, W.M.; Lewis, A.J. (1981). Curriculum Planning for Better Teaching and Learning. New York: Holt, Rinehart and Winston. Schuitema, J.; Dam, G.T.; & Veugelers , W. (2007). “Teaching Strategies for

Moral Education: a review”, J. Curriculum Studies. 1–21, iFirst Article. Schultz, B. & Oyler, C. (2006). “We Make This Road as We Walk Together:

Sharing Teacher Authority in a Social Action Curriculum Project”, Curriculum Inquiry. 36, (4), 424-451.

Shaliba, J. (1978). Al-Mu’jam al-Falsafy Juz I. Mesir: Dar al-Kitab al-Mishry. Shawer, S.F.; Gilmore, D.; & Banks-Joseph, S.R. (2008). “Student Cognitive and

Affective Development in the Context of Classroom-level Curriculum Development”, Journal of the Scholarship of Teaching and Learning, 8, (1), 1-28.

Shochib, M. (2010). Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.

Siraj, S.B. (2013). “Introduction: Tradition and Future Values of Islamic Education”, dalam Abd. Rachman Assegaf. Aliran Pendidikan Islam: Hadlarah Keilmuan Tokoh Klasik sampai Modern. Jakarta: Rajawali Pers. Sjarkawi. (2011). Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual,

Emosional dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara.

Snyder, J.; Bolin, F., and Zumwalt, K. (1992). “Curriculum implementation”, in P. W. Jackson (Ed.), Handbook of Research on Curriculum, 402-435. New York: Macmillan.

Solomon, D., Watson, M.S., Battistich, V.A. (2001). “Teaching and Schooling Effects on Moral/Prosocial Development”, in V. Richardson (Ed.). Handbook of Research on Teaching. Washington, DC: American Educational Reasearch Association, pp. 566-603.


(3)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Steenbrink, K.A. (1974). Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES.

Strauss, A. & Corbin, J., (2003). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, terj. Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Subandijah. (1996). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Sudrajat, A. (2007). IQ, EQ, dan SQ: Dari Kecerdasan Tuggal ke Kecerdasan Majemuk. [Online]. Tersedia: http://www. akhmadsudrajat.wordpress.com [30 Juni 2007].

Sugiyono. (2011a). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

_______. (2011b). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung: Alfabeta.

Suherman, D. & Sauri, S. (2012). “Mengembangkan Karakter Disiplin Siswa melalui Pendidikan Agama Islam di Sekolah: Studi Deskriptif Analitik di SMP Istiqomah Kota Bandung”, Integritas: Jurnal penelitian Pendidikan Karakter, 1, (1), 109-121.

Sukanto, M.M. (1985). Nafsiologi: Suatu Pendekatan Alternatif atas Psikologi. Jakarta: Integrita Press.

Sukmadinata, N.S., (2011a). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

_______. (2011b). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. _______. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan

Kesuma Karya.

Sulaiman, W.J.W. & Nayan, K.A.M.. (t.t.). “Riwayat Hidup Ringkas Badiuzzaman Said Nursi”. [Online]. Tersedia: http://www.saidnur.com/foreign/malay/risaleler/nursitarihce.htm [26 Januari 2014].

Supriadi, D. (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogjakarta: Adicita Karya Nusa.

Supriyatna, E. (2010). “Pendidikan Sejarah yang Berbasis Nilai-nilai Religi dan Budaya Lokal Banten untuk Menumbuhkan Karakter Siswa”, dalam Dadang Sunendar dkk., Teacher Education in Developing National Characters and Cultures. Proceedings The 4th International Conference on Teacher Education, Jointly Organized by Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Indonesia and Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia.


(4)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Suseno, F.M. (1992). Berfilsafat dari Konteks. Jakarta: Gramedia.

Sutjiati, R. (2010). “Kompetensi Dosen dan Pengaruhnya pada Pembangunan Karakter Siswa dan Budaya Bangsa”, dalam Dadang Sunendar (Ed.). Proceedings The 4th International Conference on Teacher Education, Jointly organized by UPI Bandung & UPSI Malaysia, 8-10 Nopember, 2010.

Suwanto, D.A. (2013). “Survey tentang Pemahaman dan Sikap Siswa Siswa terhadap Narkoba/Napza di Kalangan Remaja”, Bandung: perpustakaan.upi.edu.

Syauqi, A. (tt). Asy-Syauqiyyat. Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah. Syukur, A. (2000). Pengantar Studi Agama. Semarang: Bima Sejati.

Taba, H. (1962). Curriculum Development: Theory and Practice, New York: Harcourt, Brace, Jovanovic.

Tafsir, A. (1994). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tanner, D., and Tanner, L. (1980). Curriculum Development: Theory into Practice. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Tyler, R.W. (1949). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago: University of Chicago Press.

Velasques, M.G. (2005). Etika Bisnis, Konsep dan Kasus (Business Ethics, Concepts and Cases), terj. Ana Purwaningsih dkk., Yogjakarta: Kanisius. Watson, D.L. and Tharp, R.G. (1981). Self-Directed Behaviour: Self-Modification

for Personal Adjusment. California: brroks/Cole Publishing Company. Weah, W.; Simmons, V.C., & Hall, M. (2000). “Service Learning and

ultucultural/multiethnic Perspective: from Diversity to Equity”. Phi Delta Kappan. 81, (9), 673-675.

Wiles, J. & Bondi, J. (2002). Curriculum Development : A Guide to Practice. Columbus OH: Merrill.

Winston, J. (1999). “Theorizing Drama as Moral Education”. Journal of Moral Education, 28, (4), 459-471.

www: http://en.wikipedia.org/wiki/Boarding_school, diakses pada tgl 24 Des 2011.

Yalden, Y. (1985). The Communicative Syllabus: Evolution, Design and Evaluation. New York: Pergamon Prees.

Yuliyawati, S.N. “Karakter Dosen Wanita dalam Pembelajaran”, dalam Dadang Sunendar (Ed.). Proceedings The 4th International Conference on Teacher Education, Jointly organized by UPI Bandung & UPSI Malaysia, 8-10 Nopember, 2010.


(5)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Zaenuddin dkk. (1992). Seluk Beluk PendidikanVersi al-Ghazali. Jakarta: Rineka Cipta.

Zakaria, T.R. (2008). “Pendekatan-pendekatan Pendidikan Nilai dan Implementasi dalam pendidikan Budi Pekerti”. [Online]. Tersedia: https://groups.yahoo.com/neo/groups/pakguruonline/conversations/topics/ 131 (15 Maret 2014).

Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogjakarta: Bigraf Publishing.

Zais, R.S. (1976). Curriculum: Principles and Foundations. New York: Harper & Row Publishers.

Ziemek, M. (1986). Pesantren dalam Perubahan Sosial. Jakarta: P3M.

Zubaedi. (2009). “Memperkuat Dimensi Pendidikan Moral: Kata Pengantar”, dalam Mawardi Lubis. Evaluasi Pendidikan Nilai. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

_______. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Zubaidi. (1998). Evaluasi Pembelajaran. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.

Zuchdi, D; Prasetya, Z.K.; Masruri, M.S. (2013). Model Pendidikan Karakter: Terintegrasi dalam Pembelajaran dan Pengembangan Kultur Sekolah. Yogjakarta: MP.

Zuraiyk, K. (1968). The Refinement of Character. Beirut: American University of Beirut.

Peraturan Perundangan:

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010a). Desain Induk Pendidikan Karakter, Jakarta: Kemendiknas

_______. (2010b). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah, Jakarta: Balitbang Pusat Kurikulum.

_______. (2010c). Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan Nasional. Jakarta: Kemendiknas.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran PAI. Jakarta: Depdiknas.


(6)

Abdul Rohman, 2014

Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam Kurikulum Boarding School


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BOARDING SCHOOL DI SMA SEMESTA SEMARANG

5 49 21

MODEL PENDIDIKAN DAN PENGASUHAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI SMA SEMESTA BILINGUAL BOARDING SCHOOL SEMARANG

1 10 160

Boarding School Sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Nilai di MAN Insan Cendekia Serpong

5 31 145

POLA PENDIDIKAN ISLAM SISTEM BOARDING SCHOOL DI SMP-SMA SRAGEN BILINGUAL BOARDING SCHOOL Pola Pendidikan Islam Sistem Boarding School Di SMP-SMA Sragen Bilingual Boarding School Gemolong Sragen Tahun 2012/ 2013.

0 2 20

POLA PENDIDIKAN ISLAM SISTEM BOARDING SCHOOL DI SMP-SMA SRAGEN BILINGUAL BOARDING SCHOOL Pola Pendidikan Islam Sistem Boarding School Di SMP-SMA Sragen Bilingual Boarding School Gemolong Sragen Tahun 2012/ 2013.

0 2 22

PENGELOLAAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP SEMESTA BILINGUAL BOARDING SCHOOL/BBS SEMARANG Pengelolaan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika Di SMP Semesta Bilingual Boarding School/BBS Semarang.

0 1 16

PENDAHULUAN Pengelolaan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika Di SMP Semesta Bilingual Boarding School/BBS Semarang.

0 2 7

PENGELOLAAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP SEMESTA BILINGUAL BOARDING SCHOOL/BBS SEMARANG Pengelolaan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika Di SMP Semesta Bilingual Boarding School/BBS Semarang.

0 1 21

MODEL PENDIDIKAN DAN PENGASUHAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI SMA SEMESTA BILINGUAL BOARDING SCHOOL SEMARANG.

0 0 2

INTERNALISASI NILAI DISIPLIN DAN TANGGUNGJAWAB DALAM KURIKULUM BOARDING SCHOOL : Studi pada SMP-SMA SEMESTA Bilingual Boarding School Kota Semarang - repository UPI D PK 1102500 Title

0 0 3