Boarding School Sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Nilai di MAN Insan Cendekia Serpong

(1)

BOARDING SCHOOL

SEBAGAI PENUNJANG

KEBERHASILAN PENDIDIKAN NILAI

DI MAN INSAN CENDEKIA SERPONG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

SITI AISYAH

NIM1112018200045

JURUSAN MANAJEMENPENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M / 1437


(2)

i


(3)

ii


(4)

iii


(5)

iv

ABSTRAK

Siti Aisyah (NIM : 1112018200045). Boarding School Sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Nilai Siswa di MAN Insan Cendekia Serpong

Skripsi, Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penanaman nilai sebagai penunjang keberhasilan pendidikan nilai siswa di MAN Insan Cendekia Serpong, yang dilihat berdasarkan beberapa program pendidikan nilai di asrama dan strategi pendidikan nilai. Penelitian ini dilaksanakan di MAN Insan Cendekia Serpong 2015/2016 dengan menggunakan metode deskriptif kualitaif. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi dan pengumpulan data. Di samping itu, penulis merujuk kepada buku-buku pendidikan nilai, yang dijadikan sebagai landasan teori untuk mengkaji strategi pendidikan nilai di MAN Insan Cendekia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pembinaan asrama berjalan cukup efektif dengan segala upaya dan strategi yang telah dilakukan semua guru di MAN Insan Cendekia. Hal ini dapat terlihat dari penanaman nilai yang dilakukan oleh semua guru di MAN Insan Cendekia serta dengan strategi yang dilakukan yaitu pengintegrasian program pendidikan nilai dengan kegiatan sehari hari selain itu juga dengan melakukan kegiatan yang diprogramkan, meskipun terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan pendidikan nilai. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan nilai pada boarding school di MAN Insan Cendekia sudah cukup efektif. Hal ini menunjukan bahwa boarding school cukup menunjang keberhasilan pendidikan nilai siswa di MAN Insan Cendekia Serpong.


(6)

v

ABSTRACT

Siti Aisyah (NIM : 1112018200045). Boarding School as A Success Support of Students Character Education at MAN Insan Cendekia Serpong

The aim of this research was to know the effect of implementing character as a success support of students character education at MAN Insan Cendekia Serpong. The indicator was based on some character education programs in hostel and strategy of character education. It was conducted at MAN Insan Cendekia Serpong 2015/2016 using quality descriptive method. Data collection techniques used in this research were interview, observation, and questionnaire. Beside that, the author refered to character education books, which were used as a theoretical basis to review strategy of character eeducation at MAN Insan Cendekia.

The result showed that hostel building program ran quite effectively because the effort and strategy that has been done by all the teachers at MAN Insan Cendekia. It can be seen from implementing character and strategy that was used, such as integration between character education program and daily activity. It was also supported by doing activities in the program even though there were some obstacles in the implementation. From the result, it can be concluded that character education in boarding school at MAN Insan Cendekia was quite effective. It showed that boarding school supported the success of students character education at MAN Insan Cendekia Serpong.


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa selalu penulis ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan anugrah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Sebuah karya yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan umumnya bagi seluruh pembaca karya ini.

Shalawat dan salam semoga Allah selalu limpahkan kepada junjungan Muhammad saw yang telah membimbing umatnya untuk menuju kebahagaian dunia dan akhirat.

Penulis sadar bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan serta bantuan baik rmateril dan moral kepada penulis. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan yang

juga sekaligus dosen pembimbing II, yang selalu mendukung dan membimbing dalam penulisan skripsi.

3. Rusydy Zakarya, M. Ed, M.Phil. Dosen Pembimbing I dalam penulisan skripsi, beliau telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu, membimbing dan mendukung penulis sehingga terselesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Dra. Persahini Sidik, M. Si. Kepala MAN Insan Cendekia Serpong, dewan guru MAN Insan Cendekia Serpong yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

5. Kedua orang tua tercinta, alm. Ayahanda tercinta yang akan tetap selalu dikenang sampai kapan pun dan umiku tersayang, berkat doa beliau, penulis dapat bertahan sampai saat ini, serta berkat dukungannya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(8)

vii

6. Kakak dan adik terhebat, Mas Asep, Mas Rido, Mba Nok, Kak Nung, Kak Ema dan adikku mia yang selalu memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan penelitian agar segera pula menjadi orang yang sukses serta bermanfaat untuk orang banyak.

7. Keluarga besar Yayasan Pendidikan Al Manshuriyah Halim dan Depokyang selalu memberikan motivasi dan dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Teman-Teman Tersayang terutama (Siti Bebiyy, Ainatul Puser , Ira, Umdah, Vidi, Ismi, Jannahe Jahe, Essa Chaca. Kalian selalu menjadi bagian dari cerita di masa masa kuliahku yang nantinya dirindukan. 9. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2012,

kawan kawan Power Ranger dan Semut Ranger yang selalu indah untuk dikenang, selalu berbaik hati dan saling support satu sama lain.

Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT mudah-mudahan mereka yang turut membantu study penulis dan kelancaran penelitian skripsi ini, baik yang disebut maupun yang tidak disebut namanya dalam kata pengantar ini, semoga Allah membalasnya dan diberikan keberkahan dalam kehidupanya. Penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan, saran yang baik sangat penulis harapkan. Dengan segala kekurangannya, mudah-mudahan karya ini dapat bermanfaat pula bagi penulis maupun pembaca sekalian. Amiiinn

Ciputat, September 2016

Hormat saya,

Siti Aisyah


(9)

viii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIYAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : SitiAisyah

NIM : 1112018200045

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan : Manajemen Pendidikan

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwaskripsi yang berjudulBoarding School sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Siswa di MAN Insan Cendekia Serpong adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan :

Pembimbing 1

Nama : Rusydy Zakarya, M. Ed, M. Phil

NIP : 19560530 198503 1 002

Pembimbing 2

Nama : Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd

NIP : 19661009 199303 1 004

Demikian surat pernyataan ini saya buat, dengan sebenar-benarnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, September 2016 Yang menyatakan


(10)

VIII

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

UJI REFERENSI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIYAH ... viii

DAFTAR ISI ... VIII DAFTAR TABEL ... XI DAFTAR LAMPIRAN ... XII BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 2

A. Pendidikan Nilai ... 2

1. Pengertian Pendidikan Nilai ... 2

2. Tujuan Pendidikan Nilai ... 13

3. Nilai-Nilai yang Ditanamkan pada Pendidikan ... 15

4. Strategi Penanaman Pendidikan Nilai ... 16

5. Keberhasilan Pendidikan Nilai ... 19

B. Boarding School Sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Nilai ... 22

1. Pengertian Boarding school ... 22

2. Karakteristik Boarding School ... 25

3. Manfaat Boarding School ... 26

4. Pendekatan Pendidikan Nilai pada Boarding School ... 27 5. Strategi Mewujudkan Keberhasilan Pendidikan Nilai Siswa Boarding School 30


(11)

IX

C. Penelitian Yang Relevan ... 32

D. Kerangka Berpikir ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

B. Metode Penelitian ... 36

C. Sumber Data ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Teknik Pengolahan Data ... 38

F. Kisi-kisiInstrumen ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 47

1. Profil MAN Insan Cendekia Serpong ... 47

2. Sejarah Singkat MAN Insan Cendekia Serpong ... 48

3. Visi dan Misi MAN Insan Cendekia Serpong... 48

4. Sasaran MAN Insan Cendekia Serpong ... 49

5. Guru MAN Insan Cendekia Serpong ... 50

6. Keadaan Siswa ... 50

7. Fasilitas ... 51

8. KurikulumMAN Insan Cendekia Serpong ... 53

B. Deskripsi dan Analisa Data ... 57

1. Kegiatan Siswa ... 57

2. Pendidikan Nilai Siswa ... 60

3. Tujuan Pendidikan Nilai ... 64

4. Strategi Pendidikan Nilai pada Boarding School ... 65

5. Program Pembinaan Pendidikan Nilai pada Boarding School ... 66

6. Hambatan dalam Penanaman Pendidikan Nilai ... 69

C. Temuan Hasil Penelitian ... 70

BAB V PENUTUP ... 72

A. Simpulan ... 72

B. Saran-saran ... 72


(12)

X


(13)

XI

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 36

Tabel 3.2 Kisi Kisi Instrumen Observasi Boarding School Sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Nilai Siswa ... 39

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Boardinng School Sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Nilai Siswa ... 41

Tabel 3.4 Daftar Ceklist Studi Dokumentasi ... 44

Tabel 3.5 Kondisi Sarana Prasarana MAN Insan Cendekia Serpong ... 52


(14)

XII

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi ... 78

Lampiran 2 Daftar Ceklis Studi Dokumentasi ... 80

Lampiran 3 Pedoman Wawancara ... 82

Lampiran 4 Hasil Wawancara Kepala Madrasah ... 88

Lampiran 5 Hasil Wawancara Wakil Kepala Madrasah Bidang Keasramaan ... 91

Lampiran 6 Hasil Wawancara Wakil Kepala Madrasah Bidang Kesiswaan ... 94

Lampiran 7 Hasil Wawancara Guru Asrama Putra ... 97

Lampiran 8 Hasil Wawancara Guru Asrama Putri ... 100

Lampiran 9 Hasil Wawancara Siswa ... 103

Lampiran 10 Hasil Wawancara Siswa ... 105

Lampiran 11 Hasil Wawancara Orang Tua ... 107

Lampiran 12 Hasil Wawancara Orang Tua ... 109

Lampiran 13 Data Guru MAN Insan Cendekia ... 111

Lampiran 14 Struktur Kurikulum ... 113

Lampiran 15 Program Pendampingan dan Pembinaan Individu Siswa ... 116

Lampiran 16 Jadwal Kelas KBM Keagamaan ... 117

Lampiran 17 Rencana Pelaksanaan Pembinaan Keasramaan ... 118

Lampiran 18 Surat Bimbingan Skripsi ... 120


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menjadi hal penting karena pendidikan salah satu faktor dalam mencapai keberhasilan hidup. Dengan pendidikan manusia akan bertahan dan menjadi manusia yang lebih unggul. Pendidikan merupakan kegiatan yang memiliki tujuan, sasaran dan target untuk mencapai arah sesuai yang diharapkan pada tujuan pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan nasional tersebut, perlu ditingkatkan pemahaman mengenai arti penting pendidikan. Pendidikan yang dijalankan harus memiliki arahan dan muatan yang sudah ditetapkan sebagai wahana pengembangan bagi anak didik di masa depan. Didefinisikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, keperibadian kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Seperti yang disebutkan dalam Undang Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 3 dijelaskan bahwa :

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab”. 1

Untuk mencapai keberhasilan pendidikan yangmenyeimbangkan kemampuanyang dimiliki peserta didik, bukan hanya mengembangkan kemampuan pengetahuan/kognitif siswa, tetapi juga spritual untuk

1 Undang Undang No. 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, persetujuan Dewan


(16)

2

membentuk nilai/karakter peserta didik. Apabila dilihat dari kondisi faktual yang ada bergesernya landasan dan tujuan pendidikan saat ini yang lebih mengedepankan kognisi anak. Di mana sekolah lebih mengutamakan pengembangan intelektual siswa. Penanaman nilai moral pada peserta didik sangat kurang sehingga semakin jauh dari harapan tujuan pendidikan nasional.

Menurut Zakiah dan Rusdiana, bahwa salah satu sektor yang kurang diperhatihan adalah dunia afeksi pendidikan yang semakin termarginalkan. Hal ini disebabkan bergesernya landasan dan tujuan pendidikankita saat ini, yang lebih mengedepankan dunia kognisi.2Masyarakat menuntut peningkatan kualitas pendidikan moral nilai peserta didik dari sekolah. Oleh karena itu lembaga pendidikan diharapkan dapat membina atau membimbing para peserta didiknya untuk dapat membentuk afektif/sikap dan kepribadian yang baik pada peserta didik bukan hanya kognitif peserta didik.

Mulyana menyebutkan Seharusnya apa yang diperbuat pada pendidikan sudah memiiki nilai yang ideal, tetapi praktik pendidikan seringkali dihadapkan pada kenyataan-kenyataan kurang memuaskan.3Dalam mewujudkan tujuan pendidikan, padahal mengandung sejumlah nilai bagi pengembangan karakter siswa.

Dalam mencapai tujuan pendidikan dan memenuhi perkembangan zaman yang semkain maju, banyak variasi/model lembaga pendidikan yang kini berkembang. Menurut Abu Ahmadi lembaga pendidikan terbagi menjadi tiga, lembaga pendidikan formal, non formal dan informal. 4

Masing-masing lembaga pendidikan mempunyai tujuan sesuai dengan ciri khas dan mempunyai cara tersendiri dalam mencapai tujuan pendidikan. Pada hakikatnya, sistem apa pun yang ditetapkan oleh sekolah, tujuannya

2

Qiqi Yuliati Zakiah dan Rusdiana, Pendidikan Nilai (Kajian Teori dan Praktik di Sekolah),

(Bandung : Pustaka Mulia, 2014), cet. I, h. 59

3Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung : Alfabheta : 2004), h.

104

4Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rhineka Cipta, 2007), Cet. II, h.


(17)

3

tetap untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi pribadi unggulan.

Dari sekian banyak sistem lembaga pendidikan, menurut peneliti terdapat satu sistem yang memiliki keunggulan lebih dibandingkan dengan yang lain, yakni sistemboarding school. Pada sistem boarding school, diharapkan efektif dan dapat berhasil membimbing serta mendidik kecerdasan intelektual, spiritual, keterampilan melalui penanaman nilai-nilai moral pada peserta didik. Lembaga dengan sistem ini memiliki kesempatan penuh dalam membimbing siswa, karena siswa tinggal di lingkungan sekolah selama 24 jam dalam pengawasan wali asuh. Apabila dibandingkan pada lulusan sekolah umum yang banyak melahirkan kecerdasan atau kemampuan kognitif peserta didik saja, namun disisi lain menimbulkan ketidak seimbangan karena jiwa-jiwa yang masih lemah dari nilai-nilai moral ataupun nilai spiritual.

Boarding schooldi sini mengadopsi sistem pesantren yakni lembaga pendidikan berciri khas Islam dengan tujuan untuk mendalami ilmu agama dan mengamalkannya sebagai pedoman dalam sehari-hari siswa. Menurut Daulay, seiring dengan arus kemajuan zaman, dibarengi dengan masuknya ide-ide pembaruan, maka pesantren telah mengalami dinamika.5 Dinamika pesantren merupakan perubahan sistem lembaga yang beralih menjadi lebih baik dan modern. Dengan bertransformasi, pendidikan pesantren menjadi sistem baru yang lebih modern yaitu sekolah asrama (boarding school) dengan berbagai fasilitas yang lebih maju, teknologi modern dan ilmu-ilmu pengetahuan (umum) terbaru (diupgrade), namun penanaman nilai-nilai spiritual pada boarding school tetap berkembang sebagai landasan pembentukan nilai moral dan dijadikan pedoman bagi kehidupan siswa di masa sekarang dan masa yang akan datang.

Maksudin mengungkapkan, melalui sistemboarding school, sekolah berupaya memperkenalkan misi secara tegas, yaitu tidak hanya

5Haidar Putra Daulay, “Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Naional di Indonesia”, (Jakarta


(18)

4

mendidik siswa dalam kelas, tetapi membantu mereka menjadi individu yang berorientasi secara lebih baik (better oriented).6Boarding school dianggap sebagai salah satu sistem pendidikan yang dapat mencetak generasi-generasi yang bukan hanya memiliki kemampuan intelektual saja tetapi juga menanamkan nilai-nilai pendidikan sehingga diharapkan dapat membentuk karakter yang kuat.

Peserta didik hidup mandiri dengan kegiatan penuh dan teratur selama 24 jam di mulai dari kegiatan sekolah sampai kegiatan belajar di asrama. Pada umumnya jika di sekolah umum/regular hanya memperoleh pembelajaran maksimal selama 8-9 jam di sekolah, boarding school mempunyai peluang lebih dalam mengembangkan nilai-nilai pendidikan pada siswa. Penanaman nilai-nilai moral peserta didik yang ada menjadi keunggulan tersendiri karena peserta didik memiliki jenjang waktu hampir 24 jam bertemu/komunikasi oleh pendidik di asrama.

Bimbingan penuh dan pembinaan yang ditanamkan tenaga pendidik (guru, wali asuh asrama) secara tidak langsung membentuk kepribadian kuat, sehingga dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan pada siswa. Maka sekolah berbasis boarding (asrama) menjadi salah satu variasi lembaga pendidikan alternatif yang bertujuan bukan hanya membentuk kemampuan kognitif/pengetahuan siswa saja, melainkan dapat membentuk nilai/moral peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Dengan dinamika perkembangan zaman, model boarding school kini menjadi salah satu sistem yang banyak diminati masyarakat. Kesadaran masyarakat semakin bertambah tentang keunggulan dan perkembangan yang ada pada sistem berbasis boarding school, yaitu bukan hanya mengasah kemampuan ilmu-ilmu agama/spiritual, tetapi mampu memberikan ilmu pengetahuan umum dan keterampilan sebagai pendukung tercapainya keberhasilan pendidikan sesuai dengan tujuan

6Maksudin, Pendidikan Karakter Non Dikotomik, (Jakarta : Pustaka Pelajar & FITK UIN Sunan


(19)

5

pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan tetap berakhlak mulia.

Berdasarkan paparan mengenai boarding school di atas, terdapat salah satu lembaga pendidikan yang menerapkan boarding school yaitu MAN Insan Cendekia Serpong yang berada di wilayah Tangerang Selatan. MAN Insan Cendekia Serpong menerapkan sistem boarding dengan wilayah asrama atau tempat tinggal yang masih satu lingkungan dengan sekolah. Menurut salah satu guru asrama, bahwa dengan konsep sistem boarding school ini, kurang lebih bermanfaat/ menguntungkan bagi siswa. Boarding school lebih memudahkan siswa dalam konsentrasi belajar, mengurangi tingkat stress siswa seperti dalam hal kemacetan perjalanan siswa. Selain itu memudahkan siswa dalam hal kegiatan belajar seperti adanya kesempatan siswa untuk belajar bersama, diskusi bersama sesama siswa yang menjadikan suasana proses pembelajaran siswa lebih kondusif.7

Terkait dengan ini, penulis menemukan beberapa hal pada boarding school, peserta didik dapat melaksanakan kegiatan belajar dengan fokus dan efektif serta didukung pula dengan pengawasan yang intensif oleh pembina asrama masing-masing. Terjalin hubungan intensif dengan wali asrama yang dapat membangun kedekatan dengan siswa, yang secara tidak langsung menanamkan nilai-nilai moral pada siswa. Dengan berbagai fasilitas modern yang tersedia di sana sangat mendukung proses pendidikan.

Kedekatan/hubungan sosial pendidik sebagai teladan/contoh, dapat menumbuhkan nilai-nilai karakter pada siswa. Seperti hal disiplin waktu, mandiri, rasa ingin tahu, tata krama/sopan santun, sikap menghargai satu sama lain dan mudah bergaul/sosialisasi terhadap lingkungan yang secara tidak langsung tertanam pada siswa. Pembinaan belajar oleh guru asrama mendukung proses belajar siswa, agar lebih fokus dalam belajar, mandiri, sikap kerja sama atau diskusi antar siswa, memberikan keleluasaan siswa dalam membangun kemandirian belajar, tingkat keingintahuan siswa yang lebih besar sehingga pengetahuan siswa menjadi semakin berkembang.

7Wawancara (observasi awal) dengan Bapak Tri Harianto, guru asrama MAN Insan Cendekia


(20)

6

Tetapi keterbatasan wali asuh/guru asrama yang ada yaitu masih sedikit jumlahnya yang tidak mengoptimalkan pencapaian pendidikan nilai pada siswa secara menyeluruh. Selain itu, adanya krisis moral pada siswa/siswi yang baru menjajaki dunia boarding school menjadikan guru/pendidik harus menangani peserta didik dengan pendekatan-pendekatan yang lebih maksimal agar tercapainya keberhasilan pendidikan nilai yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Terlebih ketercapaian MAN Insan Cendekia Serpong sebagai sekolah berbasis boarding dalam meraih berbagai prestasi nasional dan internasional yang menjadi keunggulan sendiri bagi lembaga. Bukan saja prestasi akademik namun diharapkan pula prestasu non akademik dapat diraih.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Boarding School Sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Nilai Siswa di MAN Insan Cendekia Serpong”

B. Identifikasi Masalah

Setelah memaparkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah masalah, yaitu sebagai berikut :

1. Kegiatan siswa boarding school teratur dan terjadwal selama 24 jam 2. Komunikasi siswa dan guru bisa dilakukan selama 24 jam

3. Pembinaan program keasramaan terintegrasi dengan program pembelajaran di sekolah.

4. Terbatasnya kuota penerimaan siswa baru di sekolah

5. Tertekannyakepribadiansiswa yang baru pada boarding school 6. Terbatasnya guru/pembina asrama

7. Kurang meratanya pendekatan pendidikan nilai kepada seluruh siswa

8. Kurang optimalnya ketercapaian pendidikan nilai siswa


(21)

7

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, tidak semua masalah diteliti karena keterbatasan waktu dan tenaga penulis. Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan mudah, terarah, tidak meluas, dan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diinginkan, maka penulis hanya membatasi penelitianmengenai belum optimalnya ketercapaian nilai-nilai pendidikan siswa di MAN Insan Cendekia Serpong, karena dugaan belum meratanya pendekatanguru kepada seluruh siswa,

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah, yaitu

Bagaimana penanaman pendidikan nilai dalam menunjang keberhasilan pendidikan nilai siswa di MAN Insan Cendekia Serpong ?

E. Tujuan Penelitian

Pelaksanaan penelitian memiliki tujuan yaitu :

1. Untuk mengetahui proses pendidikan nilai siswa boarding school dalam menunjang keberhasilan siswa di MAN Insan Cendekia 2. Untuk mendeskripsikan strategi penanaman nilai pendidikan

dalam menunjang keberhasilan pendidikan siswa di MAN Insan Cendekia.


(22)

8

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah 1. Bagi peneliti

Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah wawasan dan acuan pustaka sebagai referensi untuk peneliti pribadi maupun peneliti lain yang ingin mendalami sistem boarding school.

2. Bagi Lembaga boarding school lain

Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai saran atau masukan dalam mengembangkan pelaksanaan boarding school sehingga dapat menunjang keberhasilan pendidikan nilai siswa.

3. Bagi lembaga pendidikan

Hasil penelitian ini juga dapat digunakan oleh lembaga pendidikan sebagai acuan pengembangan/ penanaman pendidikan nilai di


(23)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Nilai

1. Pengertian Pendidikan Nilai

Pendidikan nilai terdiri dari kata pendidikan dan nilai. Pendidikan berasal dari kata didik dengan memberi awalan pe- dan -an. Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap peserta didik oleh orang dewasa agar menjadi dewasa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagaimana dikutip oleh Anas, pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.8 Banyak pendapat ahli mengemukakan pengertian pendidikan, di bawah ini pendapat beberapa ahli diantaranya :

Nana Sudjana yang dikutip Ramayulis mengemukakan .

“pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia atau

membudayakan manusia, yakni proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral sesuai dengan kemampuan dan martabat

sebagai manusia”.9

Pandangan lain menurut John Dewey dalam Engkoswara dan Komariah, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia. 10

Berdasarkan Undang-Undang. No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di jelaskan bahwa :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

8

Anas Solahuddin dan Irwanto Alkriencihie, Pendidikan Krakter (Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa)), (Bandung : Pustaka Setia, 2013), h. 80

9

Ramayulis, Dasar Dasar Kependidikan (Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan), (Jakarta:Kalam Mulia, 2015), Cet. I, h. 16

10


(24)

10

aktif mengembangkan potensi dirimya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat bangsa dan negara.”11

Suardi menjelaskan bahwa pendidikan adalah sarana

menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaan untuk

bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna.12 Pendapat lain, menurut Ahmad D. Marimba dalam Ramayulis bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.13

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pendidikan mengacu pada pelaksanaan atau proses yang dilakukan dengan sengaja atau secara sadar menuju manusia ke arah yang lebih positif dan dapat mengembangkan yang ada di dalam dirinya sehingga menjadi pribadi yang lebih baik. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa pendidikan merupakan hal penting yang merupakan suatu proses bimbingan atau pengajaran yang dilakukan manusia dan agar terbentuknya kemampuan intelektual, spiritual, keterampilan, akhlak yang mulia yang diperlukan bukan hanya untuk saat ini tetapi juga di masa yang akan datang sehingga menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan pendidikan bukan hanya dapat mengembangkan kemampuan intelektual dan potensi diri namun juga dapat mengembangkan potensi diri peserta didik.

Berikut akan dipaparkan penjelasan tentang pengertian nilai. Terdapat beberapa pandangan para ahli mendefinisikan nilai, dalam bahasa Perancis, nilai yaitu valueryang mengandung arti pemberani

11Ramayulis, op. Cit., h. 17 12

Suardi, Pengantar Pendidikan (Teori dan Aplikasi), Jakarta : Indeks Permata Puri Media, 2012), Cet. II, h. 1

13


(25)

11

dalam berperang yang seakar dengan valere dan valor yang kemudian bertransformasi makna menjadi nilai.14

Nilai atau Valuedalam Bahasa Inggris atau dalam bahasa latin Valere berarti berguna, mampu, berdaya, berlaku dan kuat. Istilah nilai dalam kajian filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness) dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan dalam melakukan penilaian. 15

Kluckholhn dalam Zakiah dan Rusdiana menjelaskan nilai sebagai konsepsi dari apa yang diinginkan dan memengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan akhir tindakan.16 Adapun menurutRohmat Mulyana, nilai mencakup segala sesuatu yang dianggap bermakna bagi kehidupan seseorang yang pertimbangannya didasarkan pada kualitas benar salah, atau baik buruk atau indah-tidak.17

Kuperman dalamZakiah dan Rusdiana mengartikan bahwa nilai adalah patokan formatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif. 18 Pendapat Frankel dalam Ida Zusnani menjelaskan bahwa nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran dan efisiensi mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan dan dipertahankan.19

Dari beberapa pernyataan diatas, dapat dipahami bahwa nilai merupakan konsep yang memberi arahan pada hidup seseorang dan keyakinan yang menyangkut tingkah laku seseorang untuk melakukan hal baik dan menghindari hal buruk selain itu dapat memberi makna pada sesuatu sehingga menjadi titik tolak suatu tindakan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan definisi nilai adalah segala hal yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang mengenai baik buruk yang

14

Tim Penulis Rumah Kitab, Pendidikan karakter berbasis tradisi pesantren, (Jakarta : Tim Rumah Kitab, 2014 ), Cet. I, h. 15-16

15

Ida Zusnani, Manajemen Pendidikan Berbasis Karakter Bangsa, (Jakarta: Tugu Publisher, 2012), Cet. I, h. 45-46

16Zakiah dan Rusdiana, op, Cit., h. 62 17

Mulyana, op. Cit, h. 117

18Zakiah dan Rusdiana, Op. Cit,. h.62 19


(26)

12

diukur oleh agama, tradisi, etika, moral dan kebudayaan yang ada dimasyarakat untuk melakukan hal baik dan menghindari hal buruk. Nilai juga dapat menjadi patokan dalam melakukan tindakan-tindakan agar dapat mencpai tujuan yang diharapkan.

Setelah mengetahui beberapa pendapat dan pandangan para ahli tentang pendidikan dan nilai, maka akan lebih mudah memahami pengertian pendidikan nilai. Beberapa ahli mengemukakan pengertian pendidikan nilai. Menurut Mardinamaja (1986), yang dikutip atas Zaim

El Mubarok bahwa “pendidikan nilai adalah sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta

menempatkan secara integral dalam keseluruhan hidupnya”.20

Dahlan seperti yang dikutip Zakiah dan Rusdiana menjelaskan pendidikan nilai sebagai suatu proses kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk melahirkan manusia yang memiliki komitmen kognitif, komitemen afektif dan komitmen pribadi berdasarkan nilai-nilai agama. 21

Adapun Sumantri (2007) menjelaskan, “pendidikan nilai

merupakan proses bimbingan melalui suri tauladan pendidikan yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di dalamnya mencakup nilai-nilai agama, budaya,etika, dan estetika menuju pembentukan peserta didik yang memiliki kecakapan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakatdan negara”.22

Dari pernyataan para ahli diatas dapat dipahami bahwa pendidikan nilai bukan hanya membentuk kemampuan kognitif atau kecerdasan intelektual pesera didik, selain itu juga membentuk kemampuan afektif serta dapat mengembangkan keterampilan yang ada pada diri peserta didik. Dengan pendidikan, dapat membantu seseorang untuk

20

Zaim El Mubarak, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung : Alfabeta, 2009), cet. II, h, 12

21Zakiah dan Rusdiana, Op. Cit., h.61 22


(27)

13

mengenali, memilih dan menetapkan nilai-nilai yang digunakan sebagai landasan pengambilan keputusan dan menjadi kebiasaan dalam hidup.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan nilai yaitu proses menyadarkan atau bimbingan pada peserta didik untuk membentuk kemampuan kognitif dan spiritual yang mengarah kepada kehidupan peserta didik sehingga dapat digunakan di masa yang akan datang setelah peserta didik bersosialisasi pada masyarakat. Pendidikan nilai mengarah kepada kemampuan afektif peserta didik, yang dapat memberikan manfaat pada perubahan sikap yang lebih baik/akhlak yang baik.

2. Tujuan Pendidikan Nilai

Dari pengertian pendidikan nilai diatas, dapatlah dijelaskan bahwa proses pendidikan nilai mengarah agar peserta didik menjadi pribadi lebih baik yang bermanfaat dan unggul. Dalam rangka mewujudkan nilai pada diri siswa perlu adanya tujuan-tujuan atau target dari nilai yang ditanamkan. Sehingga nilai-nilai yang ditanamkan dapat tercapai. Banyak ahli menguraikan tujuan pendidikan nilai di antaranya:

Menurut Mulyana bahwa pendidikan nilai secara umum untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan. 23

Menurut N. Driyarkara dalam Zaim El-Mubarok menguraikan tujuan pendidikan nilai adalah human being yakni sejalan dengan tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia.24 Maksudnya, pendidikan nilai diharapkan dapat membantu peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih unggul dan bermanfaat bukan hanya bagi dirinya tetapi juga bagi lingkungannya.

23Mulyana, op. Cit., h. 119 24


(28)

14

Kesadaran siswa yang timbul dapat membuat pertimbangan-pertimbangan atas perilaku sehari-hari di sekolah dan di masyarakat. Komite APEID dalam Mulyana mengemukakan pendidikan nilai secara khusus ditujukan untuk (a)menerapkan pembentukan nilai kepada anak (b), menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai yang dinginkan dan (c) membimbing perilaku yang konsisten terhadap nilai-nilai tersebut.25

Menurut Apnieve-UNESCO, (1996:184) tujuan pendidikan nilai adalah untuk membantu peserta didik dalam mengeksplorasi nilai-nilai yang ada melalui pengujian kritis sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas berpikir dan perasaan.26 Dengan adanya pendidikan nilai di sekolah diharapkan dapat membentuk pribadi yang cakap dan siswa dapat mengamalkan nilai yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat.

Dari uraian para ahli diatas, dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan nilai secara umum lebih mengarah kepada pendapat N. Driyarkara yaitu untuk mewujudkan peserta didik agarmampu menggunakan pengetahuan nilai dan mengamalkan nilai-nilai akhlak yang baik pada perilaku sehari-hari bagi dirinya dan di lingkungan masyarakat. Peserta didik juga dapat konsisten melaksanakan nilai-nilai yang telah ditanamkan pada kehidupan sehari-hari.

Maka dapat disimpulkan tujuan pendidikan nilai yaitu membimbing siswa agar terwujudnya pribadi unggulan pada peserta didik dan dapat menerapkan akhlak-akhlak/sikap-sikap yang sesuai dengan harapan masyarakat. Bukan hanya bermanfaat bagi dirinya namun juga di lingkungan masyarakat. Tujuan pendidikan nilai meliputi tindakan mendidik yang berlangsung mulai dari penyadaran sampai perwujudan perilaku yang diterapkan pada kehidupan sehari hari peserta didik.

25 Mulyana, op. Cit, h. 120 26


(29)

15

3. Nilai-Nilai yang Ditanamkan pada Pendidikan

Nilai yang ditanamkan pada proses pendidikan mengacu kepada sikap atau etika yang ditekankan bagi kepribadian peserta didik menjadi lebih unggul pada suatu lembaga pendidikan. Nilai dapat menjiwai tindakan seseorang oleh karena itu nilai selalu menyangkut tindakan dan diukur melalui tindakan. Pendidikan nilai yang ditanamkan diharapkan dapat memberikan kesadaran dan membangun pendidikan yang efektif sehingga terwujudnya perilaku/etika baik serta mengangkat martabat diri siswa. Nilai-nilai ini merupakan uraian yang diharapkan dimiliki peserta didik sebagaai dasar pembentukan karakter atau pribadinya.

Menurut Paul Suparno dalam Nurul Zuriah, nilai-nilai yang ditawarkan pada proses pendidikan antara lain : religiusitas, sosialitas, gender, keadilan, demokrasi, kejujuran, kemandirian, tanggung jawab, daya juang dan penghargaan terhadap lingkungan.27

Adapun menurut UNESCO dalam Mulyana menyebutkan nilai-nilai pada pendidikan meliputi nilai-nilai kesehatan, nilai-nilai kebenaran, nilai-nilai kasih sayang, nilai tanggung jawab sosial, efisensi ekonomi, solidaritas global dan nasionalisme. 28 Pandangan lain dari Solomon, dalam Zuriah unsur-unsur nilai pada pelaksanaan pendidikan yaitu hati nurani, kebajikan, kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, kesopanan, kerapian,keihlasan, kebijakan, pengendalian diri, keberanian, kesetiaan, kehormatan, keadi;an.29

Nilai yang dikembangkan Ary Ginanjar dalam Dharma Kesuma, menguraikan ada 7 nilai.30

27

Zuriah, op. Cit.. h. 39 -40

28Mulyana, Op. Cit., h.107 29

Zuriah, Op. Cit., h. .68

30Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter (Kajian Teori dan Praktik di Sekolah), (Bandung :


(30)

16

No Tujuh nilai utama

1 Jujur

2 Tanggung jawab

3 Visioner

4 Disiplin

5 Kerjasama

6 Adil

7 Peduli

Dari uraian di atas dijelaskan bahwa nilai-nilai yang ditawarkan atau disebutkan harus dimiliki peserta didik agar terwujudnya peserta didik yang unggulan dengan pribadi dan akhlak yang baik serta dapat mengamalkannya di masyarakat. Selain itu nilai-nilai tersebut diharapkan dapar membentuk karakter yang baik pada pesera didik.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan, proses penanaman nilai-nilai pendidikan diharapkan dapat menumbuhkan nilai moral pada diri siswa sehingga berpengaruh pada keberhasilan pendidikan siswa, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Nilai-nilai yang ditanamkan di sekolah merupakan pondasi awal yang harus dibiasakan sehingga dapat dikembangkan pada diri siswa.

4. Strategi Penanaman Pendidikan Nilai

Penanaman pendidikan nilai penting karena kita ketahui bersama, bahwa telah bergesernya landasan dan tujuan pendidikan saat ini yakni, pendidikan lebih mengedepankan kognisi peserta didik. Untuk itu perlu strategi atau langkah-langkah yang harus dirumuskan/ dilakukan oleh lembaga pendidikan sebagai pijakan dalam menunjang keberhasilan pendidikan siswa secara utuh.Untuk mengembangkan nilai-nilai pada diri peserta didik perlu adanya upaya atau strategi penanaman pendidikan nilai yang dilakukan civitas pada lembaga


(31)

17

pendidikan. Strategi merupakan teknik atau langkah-langkah khusus yang dilakukan dalam penanaman nilai pada lembaga pendidikan.

Strategi penanaman pendidikan nilai dilaksanakan oleh seluruh pendidik atau seluruh bagian yang ada di sekolah (Kepala sekolah, karyawan, guru, staff) yang berinteraksi langsung oleh siswa. Dengan

strategi penanaman pendidikan nilai diharapkan

mendorong/terwujudnya nilai-nilai pendidikan bagi siswa. Berikut ini beberapa strategi yang dikemukakan beberapa ahli, diantaranya

Dalam buku “Pendidikan Nilai Sebagai Kajian Teori Dan Praktik Di Sekolah” oleh Qiqi Yuliati dan Rusdiana, terdapat beberapa strategi pendidikan nilai yang dilakukan oleh sekolah yaitu :

a. Penataan fisik sekolah yang kondusif untuk keberlangsungan belakar mengajar

b. Pembinaan keagamaan bagi pendidik yang terpola dan terprogram, ada pelatihan bagi guru tentang metode nilai dalam bidang studi.

c. Penataan kualitas ekstrakurikuler

d. Peningkatan rasa tanggung jawab, disiplin, kerja sama dalam menjalankan ativitas persekolahan.

e. Guru tampil sebagai sosok yang cerdas secara intelektual, spiritual dan emosional.

f. Diantara guru teerlahir kebiasaan berdiskusi, peningkatan wawasan dan informasi tentang ilmu dan agama

g. Istiqomah dan beramal soleh h. Budaya ucapan salam di sekolah.

i. Adanya program BK ysng berbasis nilai keimanan dan ketakwaan.31

Menurut Nurul Zuriah penerapan pendidikan nilai dapat dilakukan dengan strategi pengintegrasian yaitu diintegrasikan pada kegiatan sehari-hari dan pendidikan nilai yang diintegrasikan pada kegiatan yang diprogramkan, adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut :

a. Pengintegrasian dalam kehidupan sehari-hari (kegiatan di luar sekolah)

1) Keteladanan atau contoh 2) Kegiatan spontan

31


(32)

18

3) Teguran

4) Pengkondisian lingkungan

b. Pengintegrasian dalam kegiatan yang telah diprogramkan Pada kegiatan ini, telah dibuat perencanaannya terlebih dahulu atau telah diprogramkan oleh pendidik. Contohnya seperti pada kegiatan pembelajaran dan kegiatan perayaan hari-hari besar keagamaan, kegiatan olahraga, tugas-tugas piket dan kegiatan-kegiatan sosial.32

Adapun Zakiah dan Rusiana (2015) menambahkan bahwa pelaksanaan pendidikan nilai dapat dilaksanakan bersama-sama oleh kepala sekolah, guru, konselor dan staff di lembaga pendidikan melalui pengembangan diri, pengintegrasian dengan mata pelajaran dan budaya sekolah.

a. Program pengembangan diri

Dalam program pengembangan diri, pelaksanaan

penanaman nilai dapat dilakukan ke dalam kegiatan sehari-hari melalui kegiatan rutin di sekolah, spontan, keteladanan dan pengondisian.

b. Pengintegrasian dalam mata pelajaran

Penanaman pendidikan nilai diintegrasikan dalam setiap pokok mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus atau RPP. Dengan mengintegrasikan pada mata pelajaran, memungkinkan peserta didik melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya pada perilaku.

c. Budaya sekolah

Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesama teman, guru, dan seluruh interaksi yang terjadi sekolah. Penanaman nilai dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan warga sekolah seperti kepala sekolah, guru, konselor,

tenaga/staff administrasi dalam melakukan

komunikasi/interaksi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah.33

32Zuriah, Op. Cit., h. 86-88 33


(33)

19

Menurut Muchlas Samami dan Harianto, strategi pendidikan nilai dapat dilakukan melalui transformasi budaya sekolah (School Culture) dan habituasi melalui kegiatan ekstrakurikuler.34

Setelah pemaparan yang telah dikemukakan, dapat dipahami bahwa strategi pendidilan pendidikan nilai pada siswa lebih mencondong pada pendapat Qiqi Yuliati yaitu dapat dilakukan dengan pembinaan atau pengintegrasian dalam kehidupan sehari-hari sebagai program pengembangan diri, penanaman pendidikan nilai seperti keteladanan guru, kegiatan spontan atau pengondisian lingkungan.

Selain itu strategi yang dapat dilakukan ialah dengan

mengintegrasikan kegiatan yang telah diprogramkan seperti kegiatan pembelajaran di kelas yang diintegrasikan pada mata pelajaran.35

Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa strategi ini dapat diterapkan oleh seluruh civitas sekolah yaitu kepala sekolah, guru serta tenaga kependidikan/staff sekolah yang dilakukan secara bersama-sama sebagai upaya penanaman pendidikan nilai pada peserta didik. Strategi dapat dilakukan dengan strategi pembinaan sehari-hari yang berupa keteladanan, kegiatan-kegiatan spontan, budaya sekolah dan pengondisian lingkungan. Selain itu dapat menerapkan strategi yang diintegrasikan pada kegiatan yang telah diprogramkan pada lembaga pendidikan seperti pada kegiatan belajar di kelas yang dipadukan dengan penanaman nilai-nilai pendidikan. Dari beberapa startegi yang telah dipaparkan, diharapkan agar seluruh civitas sekolah/lembaga pendidikan dapat melaksanakannya agar tujuan pendidikan yang direncanakan dapat terlaksana dan tercapai.

5. Keberhasilan Pendidikan Nilai

Menurut KBBI berasal dari kata hasil, yang berarti 1. Sesuatu yang diadakan/dibuat, 2. Pendapatan/perolehan. Keberhasilan diartikan sebagai suatu perjuangan terus menerus dalam suatu perjalanan.

34

Muchlas Samami dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), cet. I, h. 147

35


(34)

20

Menurut David J. Scwart dalam Abd. Wahab dan Umiano bahwa pengertian keberhasilan adalah hal yang mengagumkan dan positif, keberhasilan berarti kesejahteraan pribadi. Memperoleh kehormatan, kepemimpinan, disegani dan pupuler. Keberhasilan berarti rasa hormat kepada diri sendiri, terus menerus mendapat kebahagiaan yang lebih riil dan kepuasan.36Keberhasilan berarti memperoleh penghargaan, kepemimpinan dan bisa dikatakan akan dilihat lebih tinggi oleh orang lain dalam usaha dan kehidupan sosial. Keberhasilan membutuhkan keyakinan, ketika merasa yakinmaka secara otomatis akan memperoleh hasil.

Abd.Wahab menambahkan bahwa keberhasilan adalah

kemampuan seseorang untuk memiliki IQ, EQ dan SQ yang bersinergi dengan baiksehingga dapat menghasilkan hal positif yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.37Banyak anggapan bahwa seseorang yang berhasil berarti telah melaksanakan tugasnya dengan baik dan dapat memperoleh hasil yang diinginkan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Dari paparan para ahli, dapat dikemukakan bahwa keberhasilan yaitu tercapainya kemampuan seseorang sehingga dapat melaksanakn tugas atau menyelesaikan dengan baik dengan menggunakan kemampuan yang ada di dalam dirinya. Apabila telah menyelesaikan tugas dengan baik maka terdapat perubahan positif pada suatu proses atau perjalanan dan diamanfaatkan secara efektif.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditelaah bahwa keberhasilan adalah proses untuk berubah menjadi lebih positif yang mencakup kemampuan IQ, EQ dan SQ yang dimiliki seseorang sehingga dapat menghasilkan hal yang bermanfaat dan meencapai tugas yang telah diselesaikan.

36

Abd. Wahab dan Umiano, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual, (Yogyakarta:Ar-Ruz Media, 2011),. h. 148

37


(35)

21

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pengertian

keberhasilan pendidikan nilai yaitu kemampuan yang terbentuk secara sistematis dan terintegrasi untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang terwujud dalam sikap, pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan sehingga dapat menghasilkan hal yang bermanfaat. Bukan hanya memahami nilai-nilai perilaku manusia, tetapi juga dapat melakukan hal-hal baik dan menghindari hal- hal buruk yang dapat digunakannya di masyarakat. Ketercapaian proses/bimbingan nilai-nilai pendidikan yang dapat memberikan pengaruh bagi sikap siswa bukan hanya saat ini tetapi hingga saat yang akan datang.

Djamarah dalam Suardi mengungkapkan keberhasilan

pendidikan dipengaruhi dengan perubahan atas komponen-komponen pendidikan yang meliputi kurikulum, sarana prasarana, guru, siswa dan model pengajarannya yang tepat. Semua kompenen berkaitan dalam mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.38 Menurut Berkowitz yang dikutip dalam Masnur Muchlis, menunjukkan peningkatan motivasi siswa dalam meraih prestasi akademik pada sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter. . 39

Keberhasilan program pendidikan nilai karakter dapat diketahui dengan pencapaian indikator oleh peserta didik seperti yang tercantum pada SKL yang meliputi :

a. Mengamalkan ajaran agama sesuai dengan tahap perkembangan b. Memahami kekurangan dan kelebihan sendiri

c. Menunjukkan sikap percaya diri

d. Mematuhi aturan aturan sosial yang berlaku

e. Menghargai keberagaman agama, budaya suu, ras dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional

f. Mencari informasi dari lingkungan sekitar dan sumber lain secara logis dan kreatif

g. Menunjukkan kemampuan belajar mandiri sesuai kemampuan h. Menunjukkan kemampuan analisis dan memcahkan masalah

38

Suardi, Op. Cit., h. 3

39Masnur Muslich, Pendidikan Karakter : Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta :


(36)

22

i. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial

j. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab

k. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam NKRI

l. Menghargai karya seni dan budaya nasional

m. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya

n. Menerapkan hidup bersih, sehat, aman dan memanfaatkan waktu luang

o. Berkomunikasi dengan berinteraksi secara efektif

p. Memahami hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain falam pergaulan di masyarakat

q. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis

r. Menunjukkan keterampilan menyimak

s. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan.

t. Memiliki jiwa kewirausahaan. 40

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan tercapainya atau berhasilnya pendidikan nilai yang ditanamkan pada lembaga pendidikan banyak mempengaruhi perilaku atau sifat dari siswa tersebut. Perubahan perubahan yang terjadi pada siswa mengarah kepada perubahan positif dan peningkatan motivasi yang bermanfaat bagi diri siswa maupun lingkungannya. Keberhasilan pendidikan nilai pendidikan juga dijabarkan yang mencondong pada Standar Kompetensi Lulusan yang ada.

B. Boarding School Sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Nilai 1. Pengertian Boarding school

Boarding school terdiri dari dua kata yaitu boarding dan school. Boarding berarti asrama dan school berarti sekolah. Model boarding school ini, bukan sesuatu yang baru pada sistem pendidikan di Indonesia, karena telah lama hadir lembaga-lembaga pendidikan dengan konsep boarding school. Terdapat beberapa pandangan ahli mengenai boarding school, diantaranya :

40


(37)

23

Menurut Johar Maknun, boarding school merupakan istilah Bahasa Inggris yang berarti sekolah berasrama. Para murid mengikuti pendidikan regular dari pagi hingga siang di sekolah kemudian dilanjutkan dengan pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilai khusus di malam hari.41 M. Soleh menjelaskan boarding school adalah sistem pendidikan dimana siswa tinggal dalam suatu asrama dan menetap di sana dalam kurun waktu tertentu.42

Pendapat dari Hendriyanti, boarding school diartikan sebagai sekolah yang menyediakan asrama untuk tempat tinggal sekaligus tempat mendidik siswa siswi selama kurun waktu tertentu.43

Adapun menurut Rizkiani, boarding school yaitu lembaga pendidikan yang mengkombinasikan tempat tinggal para siswa di institusi sekolah yang jauh dari rumah dan keluarga mereka dengan diajarkan agama serta pembelajaran beberapa mata pelajaran.44.

Istilahboarding schooldalamkamus Bahasa Inggris – Indonesia ( Oxford-Erlangga) adalahsekolahberasrama.45Dalam hal ini pengertian boarding school memiliki hampir kesamaan dengan pesantren yang diartikan juga sebagai tempat tinggal santri , untuk mendalami agama islam dengan sungguh-sungguh. 46

Sesuai perkembangan zaman dibarengi pula masuknya ide pembaru ke Indonesia, pesantren yang telah mengalami dinamika. Dinamika itu dilihat dari segi materi, administrasi, serta dinamika sistem menjadi klasikal.47 Awalnya bersifat tradisonal yang

41Johar Maknun, “

Pengembangan SMK Boarding School Berbasis Keunggulan Lokal”, 2010, h.10 42M. Soleh, “

Perbedaan Motivasi Belajar siswa yang Menggunakan Sistem Boarding School dan Siswa Yang tidak Menggunakan Sistem Boarding School”, Vol. 01, 2013, h. 2

43Hendriyanti ,”Pelaksanaan Program Boarding School dalam Pembinaan Moral Siswa”,

Vol. XIX, 2014, h. 208

44Riskiani, “Pengaruh Sistem Boarding School Terhadap Pembentukan Karakter Siswa”,

Vol. VI, Nomor. 01, 2012, h. 13

45

Joyce. M. Hawkens, Oxford-Erlangga 9Kamus Inggris Indonesia0, (Jakarta : PT. Gelora Aksara, 2005 ), h. 32

46Didik Suhardi, “

Peran SMP Berbasis PesantrenSebagai Upaya penanaman Pendidikan Karakter Kepada Generasi Bangsa”, th. II, NO. 3, 2012, h. 320

47Haidar Putra Daulay, “Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Naional di Indonesia”,


(38)

24

bertransformasi menjadi modern, namun tidak menghilangkan unsur unsur nilai pesantren.

Pesantren mengalami penyesuaian diri dengan situasi dan kondisi yang telah termodifikasi dan mengadopsi nilai kemodernan. Menurut daulay, perkembangan pesantren sesuai dengan arus dinamika zaman, persepsi pesantren berkembang pula.48 Perkembangannya dapat dilihat dari unsur-unsur yang ada pada lembaga tersebut. Maka dengan ini, penulis mensejajarkan antara boarding school dan pesantren karena tidak berbeda jauh makna dari keduanya.

Pesantren di artikan sebagai lembaga pendidikan Islam yang bersifat tradisional untukmempelajari, mendalami, memahami menghayati dan mengamalkan ajaranislam dengan mementingkan moral keagamaan sevagai pedoman perilaku sehari-hari.49Pengertian pesantren tidak berubah makna dengan boarding school, yang bertransformaasi menjadi lebih modern.

Dari paparan di atas, dapat dipahami bahwa boarding school adalah suatu konsep lembaga pendidikan, dimana lembaga sekolah menyediakan asrama untuk tempat tinggal siswa. Selain mendapatkan pendidikan di sekolah, para siswa juga mendapat pendidikan yang ada di asrama yang biasanya berupa pendidikan keagamaan atau nilai-nilai khusus.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan pengertian boarding school adalah lembaga pendidikan yang bertransformasi dari lembaga pesantren dan mengalami perkembangan, dimana para siswa tinggal menyatu dengan lembaga. Boarding school mengkombinasikan tempat tinggal/asrama bagi siswa dan gurunya di area sekolah dengan berbagai fasilitas yang tersedia seperti tempat tidur, ruang belajar, ruang olahraga, ruang pertemuan dan berbagai laboratorium. Di lingkungan sekolah para siswa dapat melakukan interaksi dengan

48

Ibid, h. 27

49Abuddin Nata (eds.), sejarah pertumbuhan fan perkembangan lembaga pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Grasindo, 2013), h. 103


(39)

25

sesama siswa ataupun dengan guru setiap saat. Pendidikan yang didapatkan juga difasilitasi dengan teknologi yang lebih modern. Pendidikan pada boarding school bukan hanya pendidikan di sekolah, namun pendidikan yang ada di asrama yakni dengan menanamkan nilai-nilai khusus dan juga pengawasan pembelajaran yang ketat oleh guru asrama.

2. Karakteristik Boarding School

Terdapat karakteristik suatu lembaga pendidikan digolongkan sebagai sekolah asrama yang menjadi ciri khas lembaga boarding. Menurut Maknun karakteristik boarding school, menjadikan keunggulan pada sistem ini yaitu pada proses pendidikan paripurna, fasilitas lengkap, guru berkualitas, lingkungan kondusif , siswa heterogen, jaminan kemanan dan jaminan kualitas.50

Abuddin Nata menjelaskan bahwa karakteristik boarding school dapat dilihat dari berbagai segi yang meliputi keseluruhan sistem pendidikan, yaitu :

a. Materi pelajaran dan metode pengajaran yang mengajarkan agama dan sebagai sumbernya kajian materi pelajaran adalah al

Qur’an.

b. Prinsip pendidikan pada boarding school didasarkan pada nilai-nilai luhur kehidupan masyarakat sehingga tercipta ketentraman dan kenyamanan

c. Sarana dan fasilitas asrama menunjukkan jiwa kesederhanaan d. Adanya hubungan yang akrab antara guru/pendidik dengan

siswa.51

Pendapat Maksudin, bahwa karakteristik boarding school antara lain :

i. Jumlah siswa perkelas relatif kecil yang berpengaruh terhadap kemudahan kemudahan guru dalam mengajarkan siswa

ii. Memprioritaskan mutu akademik dan keahlian khusus siswa

50Maknun, Op., Cit, h.11-13 51


(40)

26

iii. Sumber daya yang ada relatif lengkap

iv. Mengutamakan aspek akademik yang tinggi dengan standar tinggi sehingga siswa mengetahui dan mempertimbangkan v. Pilihan mata pelajaran atau keterampilan lebih banyak dan

berbeda-beda.52

Dari beberapa konsep diatas, dapat diketahui bahwa karakteristik boarding school yaitu sebuah lembaga sekolah asrama yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung yang lebih lengkap dari sekolah umum regular/biasa, boarding school bukan hanya mementingkan akademis siswanya namun juga mengutamakan spritual siswa. Peserta didik yang ada di lembaga boarding school lebih bervariasai asal daerahnya. Biasanyanya peserta didik pada boarding school, memiliki kehidupan yang lebih mandiri, menunjukkan jiwa kesederhanaan dan bertanggung jawab karena keharusan dirinya yang tinggal jauh dari keluarganya. Bahkan kehidupan guru/pendidik lebih dekat dengan para siswa.

3. Manfaat Boarding School

Boarding school berawal dari transformasi lembaga pendidikan pesantren menjadi lembaga yang lebih modern tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai keagamaan atau spiritual yang melekat pada lembaga boarding dan tetap dicirikan dengan kesederhanaan kehidupan di pesantren. Perkembangan pengetahuan masyarakat tentang lembaga pendidikan boarding school semakin bertambah, sehingga berkembang pula lembaga-lembaga pendidikan dengan sistem boarding karena melihat manfaat/keunggulan boarding school.

Adapun Imam Zarkasyi dalam Haidar Daulay menguraikan bahwa manfaat dari pendidikan boarding school yaitu timbulnya semangat,mandiri dan percaya diri. Siswa/siswi dididik tidak hanya

52


(41)

27

menggantungkan pada ijazah dengan bukan mental pencari kerja.53 Maksudnya, dengan siswa mengikuti pendidikan pada boarding school, diharapkan siswa tidak menggantungkan pada kecerdasan intelektualnya saja, tetapi memiliki sikap sikap yang baik.

Maksudin, mempertegas dengan siswa mengikuti sistem boarding school berperan sebagai wahana suntuk mendidik kecerdasan dan keterampilan siswa disamping mendidik mereka agar memiliki sikap toleran, saling menghargai tidak menonjolkan sikap keturunan ras dan untuk membangkitkan nasionalisme dengan menyatakan kebebasan.54

Berdasarkan paparan diatas, dapat diketahui bahwa pada dasarnya dengan pendidikan yang ada pada boarding school dapat memberikan manfaat lebih banyak kepada peserta didik karena proses pendidikan bukan hanya dilakukan pada jam pelajaran di sekolah, namun pendidikan yang berlangsung pada lembaga boarding school terjadi selama 24 jam. Lembaga boarding school mempunyai waktu yang lebih dalam mengembangkan nilai-nilai pada diri siswa. Bimbingan dan pengawasan dari guru serta wali asrama menjadi suatu komunikasi intensif antara pendidik dan peserta didik yang dapat dijadikan sebagai perwujudan strategi penanaman nilai-nilai pada lembaga boarding school.

4. Pendekatan Pendidikan Nilai pada Boarding School

Dalam sistem boarding school, peserta didik diharuskan untuk tinggal di lingkungan asrama sehingga pendidik dapat mengawasi seluruh kegiatan dan perkembangan yang ada pada diri siswa. Seluruh kegiatan siswa baik intrakurikuler, ekstrakurikuler dan kegiatan asrama di pantau dan di bimbing oleh guru selama 24 jam. Sistem boarding school, mengintegrasikan pembelajaran ilmu agama dan ilmu umum

53

Haidar Putra Daulay, “Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia”, (Jakarta : Kencana, 2007), Cet. II, h. 71

54


(42)

28

yang bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa sehingga terbentuk nilai-nilai yang baik pada siswa.

Menurut Zakiah dan Rusdiana, ada beberapa pendekatan dalam proses pendidikan nilai di sekolah. Pendekatan ini merupakan cara yang dilakukan pada proses pengalihan nilai dari pendidik kepada peserta didik. Pendekatan tersebut yaitu:

a. Melalui pendekatan emosional, pendidik berusaha

mengaktifkan nilai afektif peserta didik.

b. Membina perilaku postif. Pendidik dapat membina perilaku positif siswa secara berulang-ulang.

c. Transformasi dan penanaman nilai yang disampaikan pada peserta didik bersifat kontinue, perlahan-lahan, sedikit demi sedikit sehingga membentuk kebiasaan dan sifat kepribadian peserta didik.55

Pendekatan pendidikan nilai dapat diarahkan pada proses penanaman nilai-nilai pendidikan yang dapat terwujud pada pembelajaran. Nilai-nilai yang ditanamkan pada siswa berupa transfer atau pengalihan dari pendidik ke peserta didik agar mencapai target/tujuan nilai yang diharapkan yakni untuk membentuk moral, mental dan pribadi yang baik.

Pendapat lain, menurut Kircshenbaum dikutip dalam Damiyati Zuchdi pendekatan penanaman pendidikan nilai yang dilakukan pada lembaga pendidikan dengan penedekatan komphrensif yang meliputi :

a. Inkalkulasi nilai yaitu menanamkan nilai dan moralitas dapat berupa menghargai orang lain, membuka komunikasi dengan lingkungan, menciptkan pengalaman sosial.

b. Modeling/keteladanan nilai

Pemberian teladan merupakan pendekatan yang biasa di lakukan, biasanya guru di lingkungan sekolah/ asrama berperan sebagai model bagi murid-muridnya. Dengan keteladanan nilai ini, murid-mencontoh perilaku/tingkah laku yang dilakukan guru-guru di sekelilingnya. Untuk itu guru/wali di lingkungan pendidikan mempunyai tanggung jawab yang besar dalam hal nilai perilakunya sendiri.

c. Fasilitasi

55


(43)

29

Pada fasilitasi ini melatih peserta didik untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Pada fasilitasi dapat membawa dampak positif bagi kepribadian peserta didik. Kegiatan fasilitasi biasanya memberikan kesempatan kepada peserta didik ,menyusun pendapat, menghragai pandangannya dan juga memotivasi peserta didik menghubungkan persoalan nilai dengan kehidupan

d. Skill development yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tenteram. 56

Ahmad Fikri dalam Anas Solahudin menambahkan, beberapa pendekatan dalam pendidikan nilai yaitu dengan keteladanan, pembelajaran, pemberdayaan, penguatan terus menerus, monitoring dan evaluasi.57

Djahiri yang dikutip dalam Yuliati Zakiah dan Rusdiana, mengemukakan pendekatan pendidikan nilai yaitu evocation, inclucation, model reasoring dan value clarification. Penjelasannya sebagai berikut :

a. Evocation yaitu pendekatan kepada peserta didik melalui pemberian kesempatan untuk secara bebas mengekspresikan respon afektif.

b. Inculcation yaitu pendekatan agar peserta didik menerima stimulus yang diarahkan.

c. Model reasoring yaitu pendekatan agar terjadi transaksi intelektual tinggi dalam pemecahan masalah-masalah pada diri siswa.

d. Value clarification yaitu pendekatan melalui stimuslus terarah sgar siswa diajak mencari kejelasan isi pesan keharusan nilai moral.58

Berdasarkan paparan di atas dapat dikemukakan bahwa pendekatan pendidikan nilai dapat dilakukan dengan beberapa cara yang mencakup inkalkulasi nilai yaitu membangun komunikasi dengan orang lain sehingga tercipta saling menghargai satu sama lain, modeling/keteladanan yaitu pendekatan melalui sikap guru yang

56

Damiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h. 46-51

57Solahudin, Op. Cit., h. 71 58


(44)

30

menjadi contoh sikap bagi para siswa dan fasilitasi yaitu sikap memberikan keleluasaan pada siswa dalam menyelesaikan masalah-masalahnya sehingga secara tidak langsung dapat membentuk pribadi kuat dalam diri siswa. Pendekatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus bertujuan agar penanaman nilai yang disampaikan dapat menjadi suatu kebiasaan. Dengan pendekatan ini, peserta didik lebih mudah menyerap nilai-nilai yang diajarkan dan ditanamkan, pesan yang disampaikan pendidik kepada peserta didik pun lebih mudah diserap.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa dalam proses pendidikan diperlukan pendekatan penanaman nilai agar tujuan pendidikan nilai yang selama ini menjadi bagian tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Karena pada hakikatnya pendidikan bukan hanya dilihat dari keberhasilan intelektual peserta didik saja tetapi juga nilai moral yang dimiliki peserta didik yang nantinya dapat bermanfaat di masyarakat pada masa yang akan datang. Pendekatan dapat dilakukan secara terus menerus atau berulang-ulang sehingga menjadi habituasi pada peserta didik.

5. Strategi Mewujudkan Keberhasilan Pendidikan Nilai Siswa Boarding School

Dalam sistem pendidikan boarding school peserta didik diharuskan tinggal di asrama. Oleh karena itu guru atau pendidik lebih mudah mengawasi dan mengontrol perkembangan moral/sikap peserta didik. Dalam kegiatan kurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler baik di sekolah, asrama dan lingkungan dipantau selama 24 jam oleh guru.

Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari tiga faktor yang paling mendukung yaitu pendidikan sekolah, keluarga dan masyarakat. Menurut Abdul Sani, totalitas pendidikan nilai pada pesantren mengandalkan strategi keteladanan, penciptaan lingkungan dan


(45)

31

pembiasaan melalui program dan kegiatan.59Hal yang sama terjadi pada sistem boarding school,yang mempunyai pengaruh dalam mewujudkan nilai-nilai pendidikan pada siswa boarding school` setiap kegiatan dikerjakan penuh dengan kesadaran tanpa ada keterpaksaan oleh siswa yang secara tidak langsung tertanam pada diri siswa sehingga muncul budaya yang baik di lingkungan boarding school.

Wibisono sebagaimana dikutip Zakiah dan Rusdiana bahwa : Strategi pendidikan nilai dapat dikembangakan pada proses belajar mengajar yang meliputi :

a. Spiritual untuk meletakkan nilai-nilai etik dan moral sebagai religiusitas

b. Akademis untuk menunjukkan kaidah normatif yang harus dipatuhi dalam menggali dan mengembangkan ilmu.

c. Mondial untuk menyadarkan bahwa siapa pun harus siap menghadapi perubahan yang berlangsung.60

Dengan menggunakan strategi diatas, penanaman pendidikan nilai

biasanya diintegrasikan pada program yang sudah

ditentukan/direncanakan, seperti kegiatan pembelajaran di kelas. Selain itu dapat pula pada kegiatan spontanitas di lingkungan sekolah.

Adapun Zakiah dan Rusdiana menambahkan bahwa strategi mewujudkan keberhasilan pendidikan nilai di lembaga pendidikan, dengan menanamkan nilai-nilai pada diri siswa yaitu sebagai berikut :

a. Adanya kesadaran akan pentingnya nilai yang mencakup semua pihak sekolah : kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan dan siswa.

b. Adanya komitmen, penghayatan dan aktualisasi yang dilakukan bersama-sama

c. Adanya evaluasi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sekolah. Evaluasi ini juga sebagai saran membentuk ide-ide inovatif.61

Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa terdapat strategi atau

langkah-langkah yang dilakukan dalam penanaman

59Ridwan Abdullah Sani, Pendidikan Karakter di Pesantren, Bandung : Citapustaka, 2011, cet : I,

h. 58

60Zakiah dan Rusdiana, Op. Cit., h. 73 61


(46)

32

pendidikannilaipada boarding school. Pendidikan nilai pada boarding school dapat dilakukan oleh pendidik/guru dengan memberi teladan, habituasi/pembiasaan dan penanaman spiritual pada peserta didik.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa strategi penanaman pendidikan nilai itu penting. Semua harus dipersiapkan lembaga pendidikan dimulai dari guru-guru/pendidik yang handal untuk merealisasikan strategi tersebut agar mencapai tujuan dari pendidikan. Dengan melakukan upaya pembinaan secara kontinue untuk menjadikan pembiasan pada siswa. Selain itu penciptaan lingkungan boarding school (sekolah asrama) yang kondusif dalam penyelenggaraan pendidikan.

C. Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis terhadap penelitian terdahulu, maka didapat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, referensi tersebut antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh TubagusMuttaqin yang berkaitan dengan sistem boarding school berjudul “Sistem Boarding School sebagai Alternatif Sekolah Unggul di SMAN Cahaya Madani Banten Boarding School Pandeglang”, Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, membahas tentang sistem boarding school mampu menjadi alternatif untuk menjadi sekolah unggul. Dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan boarding school dapat menjadikan sekolah menjadi lembaga yang unggul. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, di sini penulis tidak hanya membahas pelaksanaan kegiatan dan sistem boarding school, tetapi juga membahas tentang pendekatan-pendekatan dalam pendidikan nilai pada siswa dan boarding school sebagai penunjang keberhasilan pendidikan nilai siswa siswi.


(47)

33

2. Penelitian yang dilakukan oleh Mira Khumaira yang berjudul

Pembinaan akhlak siswa melalui program Boarding School di MTs

Alhidayah Boarding School Depok”, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa dari pendidikan berbasis asrama (boarding school) mampu mempengaruhi sikap siswa dan pengembangan kualitas pribadi siswa untuk memperoleh hasil yang efektif untuk pembinaan akhlak siswa. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan peneliti pada kesempatan ini, membahas tentang strategi-strategi pendidikan nilai pada boarding school sehingga membentuk pendidikan nilai moral pada siswa siswi pada boarding school.

3. Skripsi berjudul “Pelaksanaan Pembentukan Nilai Karakter Siswa SD

Insan Teladan Bogor” disusun oleh Rihlah Sylvia, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian tersebut membahas tentang upaya-upaya sekolah dalam mengembangkan nilai pada siswa sekolah dasar sehingga dapat membentuk karakter siswa. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis pada penelitian kali ini membahas tentang penanaman pendidikan nilai pada siswa boarding school dan pendekatan yang dilakukan untuk mengembangkan nilai-nilai pendidikan tersebut, sehingga mencapai keberhasilan pendidikan nilai pada siswa boarding school.

D. Kerangka Berpikir

Agar lebih terarah, penulis membuat kerangka pikir sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian tentang sistem boarding school sebagai penunjang keberhasilan pendidikan nilai siswa.

Kondisi nyata MAN Insan Cendekia Serpong dalam proses penanaman nilai boarding school, yaitu : masih terlihat merangkapnya antara guru asrama dan guru sekolah, adanya krisis moral pada siswa yang


(48)

34

baru menjajaki boarding school, masih tertekannya kepribadian siswa dan kurang meratanya pendekatan nilai oleh seluruh siswa dalam penanaman pendidikan nilai pada boarding school.

Penanaman pendidikan nilai ini sangat penting bagi siswa karena dengan pendidikan nilai yang ditanamkan secara intensif dan maksimal maka output yang dihasilkan dapat terbentuknya/tercetaknya peserta didik dengan pribadi kuat, unggulan, berakhlakul karimah dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun lingkungan masyarakat di masa yang akan datang. Dengan penanaman nilai pada boarding school diharapkan dapat menunjang terciptanya keberhasilan pendidikan nilai siswa yang merupakan bagian dari tujuan pendidikan nasional.

Dengan melihat perbedaan kondisi nyata dari harapan di atas, maka diduga masih adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, yaitu belum optimal/meratanya pendidikan nilai yang diharapkan pada semua siswa dalam mencapai keberhasilan pendidikan tersebut, sehingga membutuhkan strategi-strategi untuk mengoptimalkan penanaman nilai pada siswa boarding school, diantaranya:

1. Pengembangan diri siswa yang mencakup keteladanan, pengondisian lingkungan, kegiatan spontan

2. Pengintegrasian pada kegiatan yang telah diprogramkan seperti pada proses pembelajaran dikelas

3. Memberikan kesadaran akan pentingnya nilai bagi seluruh warga/civitas lembaga pendidikan

4. Budaya sekolah

Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir yang dipaparkan di atas, diutarakan lagi dalam bentuk diagram sebagai berikut :


(49)

35

Diagram kerangka berpikir

Feedback

Proses Output

INPUT

Kondisi nyata

1. Terbatasnya kuota penerimaan siswa boarding school

2. Kepribadian siswa masih tertekan

3. Terbatasnya guru asrama 4. Adanya krisis moral

pada siswa yang baru menjajaki boarding school

5. Masih kurangnya rasa keterbukaan siswa pada guru

6. Belum merata

pendekatan nilai pada siswa

7. Kurang optimal

ketercapaian pendidikan Masalah Belum optimalnya ketercapaian /meratanya pendidikan nilai Strategi 1. Pengembangan diri

(teladan, pengondisian lingkungan )

2. Pengintegrasian pada kegiatan yang telah diprogramkan

(diterapkan pada RPP mata pelajaran, proses pembelajaran dikelas) 3. Memberikan kesadaran pentingnya pendidikan nilai Hasil 1. Tercetaknya siswa/siswi dengan pribadi unggulan 2. Tercapai keberhasilan pendidikan nilai siswa


(50)

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MAN Insan Cendekia yang beralamat di Jalan Insan Cendekia Nomor 1, BSD Sektor XI, Serpong Tangerang Selatan, Banten. Adapun jumlah keseluruhan waktu penelitian pada bulan Januari 2016 – Juni 2016.

Peneliti memilih lembaga pendidikan/sekolah MAN Insan Cendekia karena MAN Insan Cendekia merupakan salah satu lembaga pendidikan dengan menerapkan sistem boarding school.

Tabel 3.1 Waktupenelitian

B. Metode Penelitian

Dilihat dari tujuan penelitian dan sifat masalah yang ada, fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pendidikan nilai pada lembaga boarding school. Dengan demikian penelitian ini dapat

No. JenisKegiatan Waktu

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept

1. Observasi awal

2. Bimbingan

skripsi bab 1-3

3. Pengumpulan

data

4. Pelaksanaan penelitian 5. Pengolahan data 6. bimbingan bab

4-5

7. Uji referensi


(51)

37

dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dengan bentuk metode deskriptif kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan.

Untuk itu metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi akan digunnakan untuk pengumpulan data penelitian.

C. Sumber Data

Sesuai fokus penelitian maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah kepala Madrasah/sekolah, wakil kepala Madrasah bidang Kesiswaan, wakil kepala Madrasah bidang keasramaan, 2 wali asrama (putra dan putri), siswa dan orang tua/wali siswa. Selanjutnya untuk mendukung hasil penelitian ini juga dibutuhkan sumber data berupa dokumen di MAN Insan Cendekia Serpong.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan pada penelitian ini, penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknikwawancara, observasidanstudidokumentasi.62

1. Observasi

Metode observasi yang digunakan yakni observasi langsung dengan menggunakan panduan pengamatan. Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang bentuk program/kegiatan pembinaan spiritual, akademis dan budaya sekolah pada proses pendidikan di boarding school, keadaan sarana prasarana dalam menunjang keberhasilan pendidikan nilai di MAN Insan Cendekia Serpong .

2. Wawancara

62Nana Syaodi, Metode Peneliiian Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya,2005), Cet. I, h.


(52)

38

Wawancara digunakan untuk memperoleh data/informasi terkait bentuk-bentuk kegiatan (spiritual dan akademis) pada boarding school, strategi pendidikan nilai yang dilakukan melalui

pengintegrasian dalam kehidupan sehari-hari di asrama,

pengintegrasain nilai pendidikan pada kegiatan yang telah diprogramkan (kurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler) di MAN Insan Cendekia. Metode yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara.

Wawancara dilakukan dengan Kepala Madrasah MAN Insan Cendekia, Wakil Kepala Madrasah Bidang Keasramaan, Wakil Kepala Madrasah Bidang Kesiswaan, 2 wali asrama (putra dan putri), 2 siswa dan orang tua siswa.

3. Studi Dokumen

Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai hal-hal berupa catatan. Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh tentang profil, visi dan misi, tujuan sekolah, data guruasrama, data sarana prasarana, jadwal berbagai kegiatan, dokumen tugas/materi pembinaan yang ada di MAN Insan Cendekia dan lain sebagainya. Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk melengkapi data penelitian sehingga dapat ditampilkan gambaran tentang objek penelitian.

E. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dilapangan akan dianalisa melalui proses klasifikasi data, kategorisasi dan penarikan kesimpulan. Adapun dijelaskan sebagai berikut :

1. Klasifikasi data, yakni proses pengelompokan data berdasarkan jawaban- jawaban sumber data atau informasi.

2. Kategorisasi data yaitu pengelompokan jawaban pada aspek-aspek/dimensi masalah yang muncul.


(53)

39

3. Interpretasi data yaitu proses mencari kesamaan dan perbedaan dari data yang diperoleh kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan kerangka berpikir yang telah dirumuskan.

F. Kisi-kisiInstrumen

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Observasi Boarding School Sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Nilai Siswa Di MAN Insan Cendekia Serpong

Variabel Dimensi Sub dimensi

Boarding school Kegiatan asrama 1. Bentuk-bentuk

kegiatan/pembinaan spiritual yang dilakukan di asrama mencakup kegiatan

(solat wajib berjamah, solat tahajjud, membaca dan menghafal Al-Qur’an, puasa sunnah, ceramah dsb)

2. Bentuk kegiatan akademik (kegiatan pembelajaran malam, pendalaman materi, belajar mandiri asrama dsb).

3. Bentuk kegiatan non akademik (olahraga : sepak bola, tenis meja, taekwondo, voli, basket. Kesenian : Tari Saman, Hadroh, Marawis.

Kedisiplinan : Pencinta alam, Paskibra, PMR, dsb) Pendidikan nilai

siswa

Strategi penanaman nilai siswa

1. Bentuk pendekatan pembinaan spiritual siswa (pembinaan


(54)

40

keagamaan, ibadah (solat,

membaca Al Qur’an, puasa

sunnah, ceramah)

2. Bentuk pendekatan pembinaan akademik

(Kegiatan pembelajaran,

jam tambahan/pendalaman

materi, pengawasan belajar mandiri)

3. Bentuk pendekatan sosial guru/pendidik asrama

(menunjukkan sikap empatik dan simpatik pada seluruh siswa, berperan sebagai konselor bagi siswa)

4. Bentuk pendekatan guru (guru memberikan teladan/contoh pada siswa)

5. Tempat pelaksanaan

pembinaan/kegiatan akademis siswa (ruang kelas, mesjid, aula pertemuan)

6. Metode, materi, sumber belajar 7. Sarana prasarana yang di

gunakan (laboratorium, Ruang

CSA, asrama, Al qur’an, sound


(55)

41

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Boarding School sebagai penunjang Keberhasilan pendidikan nilai siswa di MAN Insan Cendekia Serpong

Variabel Dimensi Indikator

Boarding School Guru/pendidik di

asrama

1. Jumlah guru yang

terlibatpadakegiatanasrama

(kurikuler, kokurikuler dan

ekstrakurikuler)

2. Latar belakang pendidik/ guru asrama

3. Kegiatan pembinaan spiritual yang

dilakukan pendidik (kegiatan

ibadah solat berjamaah, solat sunnah, membaca dan menghafal

Al Qur’an)

4. Kegiatan pelatihan bagi

guru/pembina asrama

5. Kegiatan pembinaan akademis

(KBM di asrama, jam tambahan, pendalaman materi, dsb)

6. Jadwal pembinaan akademik di asrama (sore hari setelah kegiatan pembelajaran di sekolah sampai dengan malam hari )

Siswa 1. Rasio siswa yang akan diterima

2. Latar belakang siswa (lulusan sekolah, asal daerah)


(56)

42

sekolah

a. Persyaratan peserta didik

b. Bentuk penyeleksian (tes tulis dan non tulis)

c. Tujuan penyeleksian

(pemetaan potensi secara akademis dan non akademis) 4. Latar belakang orang tua siswa

(asal daerah)

KegiatanAsrama 1. Jadwalkegiatan rutin di asrama

2. Tujuan penyelenggaraan kegiatan asrama

a. Menjadikan peserta didik hidup mandiri dan disiplin

b. Mencetak siswa yang memiliki akhlak karimah dan unggulan c. Membina sikap spiritual siswa 3. Materi dan metode pendidikan

asrama

(pedoman /kurikulum

pendidikan asrama) 4. Bentuk kegiatan asrama

a. Kegiatan spiritual (ibadah solat

berjamaah, solat sunnah,

membaca dan menghafal al

qur’an)

b. Kegiatan akademis

(pembelajaran asrama,

pendalaman materi, kegiatan belajar mandiri, kegiatan ekstrakurikuler)


(57)

43

5. Manfaat atau dampak dari

pendidikan nilai PendidikanNilaiSiswa Tujuan pendidikan

nilai

Tujuan normatif dan tujuan nyata yang ingin dicapai dari pendidikan nilai

a. Membantu peserta didik

menjadi pribadi yang unggul dan lebih baik.

b. Membimbing perilaku yang konsisten terhadap nilai.

c. Dapat membentuk pribadi

yang cakap dan dapat

bermanfaat di masyarakat Strategi Pendidikan

Nilai

1. Pendekatan yang dilakukan a. Pendekatan sosial (sikap empati

dan simpati pendidik kepada semua peserta didik)

b. Pendekatan akademis (kegiatan belajar mengajar di asrama) c. Pendekata teladan (contoh dan

teladan pendidik, budaya mengucapkan salam) 2. Strategi Pendidikan nilai yang

dilakukanguru :

a. Pengintegrasian program pendidikan nilai pada kehidupan sehari-hari (kegiatan spontan,

pengondisian lingkungan dan budaya sekolah).


(58)

44

Tabel 3.4

Daftar Ceklist Studi Dokumentasi

No Dokumen Ada Tidak ada

1. Jadwal kegiatan rutin asrama √

2. Data jumlah guru pembina asrama √

3. Tata tertib atau peraturan pembinaan asrama √

4. Dokumen materi pembinaan keagamaan a. Buku panduan/pedoman materi b. Jadwal materi

√ √

5. Dokumen materi pembinaan ekstrakurikuler a. Buku pedoman materi

b. Jadwal kegiatan ekstrakurikuler

√ √

6. Buku penilaian/evaluasi kegiatan asrama

a. Buku penilaian spiritual √

b. Pengintegrasian program pendidikan nilai pada kegiatan yang diprogramkan (KBM, Pendalaman materi,

ekstrakurikuler) 3. Program Pendidikan Nilai

a. Pembinaan spiritual (kegiatan solat berjamaah, membaca dan

menghafal al qur’an)

b. Pembinaan akademis (KBM di asrama, kegiatan belajar mandiri, pendalaman materi, kegiatan ekstrakurikuler di asrama)


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)