Kampanye Meningkatkan Kemampuan Berbahasa bagi Calon Tenaga Kerja Indonesia.
/ #
!
$ - . "# & !
%'
"" "%#% %
#'#$"'*% #
" # # "
# % % " ' % , %
%$'
#% #"
#'
$ "+ # # %
+ # " #%
$$'
$#"+
" # $%#
& #% #"#'
% $ "+ " &$ #
"%'%"(%
")" "%"-
.
"%' #"
" ,, ! " &(& %
"%""" #
% #&#'%"(
%")" "%
" - .
"%'
!
!"
#
$%&%
"
""'()$
"" *
"
+
"
,
- "
.
"
"
"
% &'!(#)#*#$ #$"*+
,
!"#$
,*-*# #.#$#
,
1" & #.#$#
1
2
% 4 5# ''
2
%, 4 '*'
7
%1 4
('
%
, &0$)##'#' "
%
,,#-*#45 " - #'
6
/*&0 )# "#" #$*&+*!#
% 3#' #$ -
%% 44&*#"'
%/ 48#
,)#"
,% "
/
2
6
9
%
1
(!##$%'"#$
%#%
2
(!
!3
!!
)!-#',
!(
(!!1
)-#'-"&#
)(-#'
%
)(
!
!!
!*
!+
)(!
!/
)) - -"'.
!/
))#.
))!
))(
)))
))*'#
%
*#"'&
!/
!0
!2
(3
(3
)
*!
)!
)(
&#))
&##
0&&
,
&% -
#
&#))
01
&#%0&&
%
,
&%)!)2+//
%
&%%))"*
+
&%#)
$
%
&%'
,
&%+
.
&%(
&%,
,
.
&%.
#/
&%"*" !)
#
&%/"" )
#
&%"" !)
#
&%%"
#%
&%#"*"
&%'"*" " !
##
#'
&%( "" " !
#(
&%,
#,
&%+"*"
&%. "
&%/ ")
#+
#,
#.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya padat. Secara
spesifik, Provinsi Jawa Barat dengan luas 35.377 km2 didiami penduduk sebanyak
46.183.642 jiwa (sensus penduduk 2013). Setiap tahunnya Jawa Barat mengalami
kenaikan penduduk yang signifikan. Namun, hal ini tidak diimbangi dengan
tersedianya lapangan kerja yang memadai. (Sumber : pusdalisbang.jabarprov.go.id)
“Indonesia adalah negara yang besar, namun sayang lapangan pekerjaannya kecil,”
papar Ibu Ina Hagniningtyas selaku Direktur kerja sama Ekonomi ASEAN,
kementerian luar negeri. Maka dari itu, untuk mengurangi pengangguran dan sebagai
upaya memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, muncul
sebuah program dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu Jabar Mengembara. Jabar
mengembara merupakan kegiatan yang di dalamnya terdapat pelatihan bagi pencari
kerja ke luar Jawa Barat, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Diharapkan
dengan Jabar mengembara, kualitas tenaga kerja dari Jawa Barat dapat semakin
berharga, berwibawa, dan memiliki harga. (Sumber : Feru L, www.antarabogor.com)
Para Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja keluar negeri dikenal dengan singkatan
TKI. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ocang dari BLTKLN (Balai Latihan
Tenaga Kerja Luar Negeri) Jawa Barat, TKI sendiri dibedakan menjadi dua, yakni
TKI formal dan TKI non-formal. Yang membedakan adalah TKI formal memiliki jam
kerja yang terbatas (seperti misalnya pekerja pabrik, operator, perawat, dan lainnya),
sedangkan TKI non-formal tidak memiliki waktu bekerja yang terbatas (seperti
misalnya pekerja rumah tangga). Walaupun pemerintah Jawa Barat berupaya
mengirimkan tenaga kerjanya keluar Jabar bahkan ke luar negeri, tetapi tetap ada
dorongan dan larangan dari pemerintah pusat. Salah satu faktor pendorong adalah
Universitas Kristen Maranatha 1
kampanye Jabar Mengembara. Yang diadakan pemerintah daerah Jawa Barat.
Sedangkan faktor penghalang atau larangannya dilansir dari www.tempo.com pada
Jumat 13 Februari 2015, Presiden Joko Widodo sudah menargetkan akan
memberhentikan penempatan pekerja rumah tangga (TKI non formal) ke luar negeri,
atau dikenal dengan sebutan moratorium. Pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah sedang berupaya meningkatkan jumlah TKI formal.
Tabel 1.1 Penempatan TKI dari Tahun 2011 Hingga 2014
Sumber: Subdit Pengolahan Data Puslitfo BNP2TKI 2014
TKI juga sering disebut sebagai pahlawan devisa negara, tetapi pada praktik
lapangannya banyak dari TKI yang masih kurang dihargai. Menurut hasil wawancara
dengan Bapak Panji Setiadi dari BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) Jawa Barat, hal ini dikarenakan oleh beberapa
faktor, diantaranya faktor dari dalam pekerja dan faktor dari luar pekerja. Faktor dari
dalam, yakni: kurang keterampilan kerja, mental yang belum siap, gagap teknologi,
kurangnya kemampuan berbahasa dan pengetahuan akan negara yang dituju, serta
banyak faktor minor lainnya. Sedangkan faktor dari luar adalah tidak semua negara
tujuan TKI sudah memiliki peraturan atau undang-undang khusus yang mengatur
hak, kewajiban, dan sanksi untuk Tenaga Kerja Luar Negeri.
Kurangnya kemampuan bahasa menjadi sorotan bagi penulis. Sesuai dengan slogan
dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk TKI adalah, “jangan
berangkat sebelum siap”. Keterbatasan bahasa bisa berakibat buruk bagi TKI itu
sendiri. Menurut hasih wawancara dengan Bapak Panji, banyak kekerasan yang
dialami TKI berawal dari ketidakmampuan mereka untuk berbahasa. Bahkan ketika
Universitas Kristen Maranatha 2
TKI di negara bekerja mengalami masalah, mereka mungkin sulit berkomunikasi
karena bahasa yang terbatas. Topik ini dipilih penulis karena kurangnya kesadaran
dari TKI yang berangkat ke luar negeri mengenai kemampuan berbahasa.
Dibutuhkan kampanye untuk mengubah pemikiran dan menekankan bahwa bahasa
sangat penting untuk berkomunikasi di negara tujuan bekerja.
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang yang ada, permasalahan yang menjadi sorotan penulis
adalah:
a.
Bagaimana cara paling efektif untuk menyadarkan calon TKI bahwa
kemampuan berbahasa sangat diperlukan?
b.
Bagaimana agar calon TKI mau melakukan tindakan untuk mengembangkan
kemampuan berbahasanya?
Dengan permasalahan di atas, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan
sebagai berikut:
a.
Penulis hanya fokus pada TKI formal yang berdomisili di Jawa Barat.
b.
Bahasa yang menjadi sorotan pengembangan komunikasi adalah Bahasa
Inggris, Mandarin, Korea, dan Jepang. (sesuai dengan standar Balai Latihan
Tenaga Kerja Luar Negeri)
1.3 Tujuan Perancangan
Kurangnya kesadaran pentingnya berbahasa bisa jadi karena calon TKI belum tahu
dampak negatif apabila tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara paling
efektif untuk meningkatkan kesadaran calon TKI adalah dengan kampanye. Dari segi
biaya, pembelajaran bahasa bisa terbilang mahal, maka dari itu penulis ingin
memberi solusi di setiap media dan tahapan kampanye apabila Pemerintah Jawa
Barat memiliki sebuah Balai Latihan Tenaga Kerja Luar Negeri (BLTKLN) yang
Universitas Kristen Maranatha 3
dapat diikuti tanpa dipungut biaya. BLTKLN juga memberangkatkan calon TKI
khusus formal ke-4 negara tujuan dengan basis Government to Government. G2G
sendiri berarti pemerintah ke-4 negara tersebut meminta langsung kepada pemerintah
Indonesia bahwa negara mereka membuka peluang bagi calon TKI formal untuk
bekerja di negara mereka dengan pekerjaan tertentu. (Misalnya Pemerintah Jepang
membuka lapangan pekerjaan untuk calon TKI sebagai careworker atau nurse) Ke-4
negara tersebut adalah Malaysia, Hongkong, Jepang, dan Korea.
1.4 Pengumpulan Data
a.
Wawancara dengan Bpk. Rd. Panji Satriadi P, S.E. MBA. dari Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
b.
Wawancara dengan Bpk. Ocang selaku Kepala Seksi Perencanaan dan
Evaluasi dari Balai Latihan Tenaga Kerja Luar Negeri (BLTKLN
c.
Studi Pustaka (Internet, buku, TV, dan koran)
d.
Observasi (lembaga pelatihan)
Universitas Kristen Maranatha 4
1.5 Skema Perancangan
Universitas Kristen Maranatha 5
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri dikenal dengan sebutan TKI.
Walaupun menyandang gelar sebagai pahlawan devisa negara, pada praktik
lapangannya masih banyak TKI yang kurang dihargai. Banyak TKI yang mengalami
kekerasan, pelecehan, pelanggaran hak, hingga yang terparah kematian. Hal itu
dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya: kurang keterampilan kerja, mental yang
belum siap, gagap teknologi, kurangnya kemampuan berbahasa dan pengetahuan
akan negara yang dituju, serta masih banyak faktor lainnya. Tidak sedikit dari TKI
yang bekerja di luar negeri kesulitan untuk beradaptasi dan berkomunikasi.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh calon TKI maupun pemerintah untuk
mencegah terjadinya kekerasan dan perlakuan tidak menyenangkan yang mungkin
akan dialami calon TKI. Cara yang sudah dilakukan pemerintah yakni
memberlakukan moratorium untuk TKI non formal (penangguhan pengiriman TKI)
bagi beberapa negara yang didata melakukan banyak tindak kekerasan, seperti
negara-negara di timur tengah. Sedangkan bagi calon TKI cara yang dapat dilakukan
diantaranya adalah meningkatkan soft skill dan hard skill, dengan cara mengikuti
pelatihan sebelum keberangkatan, mencari tahu adat dan tata budaya setempat negara
yang akan dituju, dan yang paling penting adalah meningkatkan kemampuan
berbahasa sebelum berangkat.
Universitas Kristen Maranatha 40
5.2 Saran
Kesulitan yang dialami oleh penulis dalam mencari data datang dari dalam diri
sendiri, ceroboh dan tergesa-gesa. Saat mencari data penulis tidak memperhatikan
detail dan kurang teliti, sehingga pada akhirnya mengalami kesulitan. Hambatan
lainnya adalah tergesa-gesa. Sebelum preview awal, penulis gencar membagikan
kuesioner dan mengikuti berbagai seminar dengan topik yang diajukan, namun tidak
mematangkan konsep terlebih dahulu. Setelah mendapat bimbingan dan arahan lebih
lanjut dari pembimbing dan penguji, ternyata topik untuk tugas akhir terpaksa diganti
dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan topik awal. Sehingga semua riset,
seminar, kuesioner, dan usaha yang sudah dilakukan menjadi sia-sia.
Semoga ke depannya saat melakukan riset, calon pemulis-penulis lainnya tidak
tergesa-gesa dan lebih dahulu mematangkan konsep TA. Hal lainnya adalah lebih
teliti dan tidak cepat panik menghadapi rintangan dalam menyelesaikan tugas
akhirnya.
Universitas Kristen Maranatha 41
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Referensi:
Aeni E, Nur. 2000. Metode Pengembangan Kemampuan Berbahasa. Jakarta:
Depdiknas.
Bollinger, Dwight. 1975. Aspects of Language. New York: Harcourt Brace.
Keynes, John M. 1936. The General Theory of Employment, Interest and Money.
Harcourt: Brace and World.
L. Tubbs, Stewart & Sylvia Moss. 2000. Human Communication. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Simanjuntak, Payaman. 2005, Manajemen dan Evaluasi Kinerja, Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Sumber Online:
Anonim. “Jabar mengembara buka peluang kerja lebih luas: (Online),
(http://antarabogor.com/print/3519/jabar-mengembara-buka-peluang-kerjalebih-luas/ diakses pada 20 Maret 2015 pukul 02.00)
Anonim. “Mengembara tingkatkan solusi ekonomi keluarga” (Online)
(http://m.inilah.com/news/detail/2178087/jabar-mengembara-solusitingkatkan-ekonomi-warga/ diakses pada 25 Maret 2015 pukul 15.00)
Anonim. “Pengertian tenaga kerja menurut para ahli” (Online)
(www.definisi.org/ diakses pada 5 April 2015 pukul 01.00)
Anonim. “ Teori persuasi” (Online)
(http://siteresources.worldbank.org/EXTGOVACC/Resources/Persuasionweb.
Pdf/ diakses pada 27 Februari 2015 pukul 06.00)
BNP2TKI. “Penempatan TKI” (Online),
(http://www.bnp2tki.go.id/read/9800/Sepanjang-2014-BNP2TKI-MencatatPenempatan-TKI-429.872-Orang.html/ diakses pada 25 Maret 2015 15.00)
Disnakertrans. “ Jabar mengembara pilihan lain meraih sukses” (Online),
(http://disnakertrans.jabarprov.go.id/widget/buletin/index.php?
edisi=4&judul=jabar-mengembara-pilihan-lain-meraih-sukses/ diakses pada
20 Maret 2015 pukul 02.00)
Rayzhi, Hasbi. "Teori Klasik dan Teori Keyness Tentang Pasar Makro" (Online),
Universitas Kristen Maranatha 42
(https://www.academia.edu/4727140/BAB_2_TEORI_KLASIK_DAN_TEO
RI_KEYNES_TENTANG_PASAR_MAKRO_Bahan_Ajar_Teori_Ekonomi_
Makro_GSEP_308/ diakses pada 4 April 2015 pukul 01.00)
Sanjaya, Yasin “Pengertian Komunikasi menurut para ahli” (Online)
(http://www.komunikasipraktis.com/2014/10/daftar-definisi-komunikasimenurut-para-ahli.html/ Diaksea pada Jumat 27 Februari 2015 pukul 06.00)
Wahyu T. “ Fungsi Bahasa” (Online),
(http://t_wahyu.staff.gunadarma.ac.id/ diakses pada 22 Mei 2015 pukul 07.00)
Universitas Kristen Maranatha 43