Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kelompok Risiko Tinggi Tentang HIV-AIDS Di Kota Bandung Periode Tahun 2014.

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS

DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

Mia Maya Ulpha, 2014. Pembimbing I : Penny S. Martioso, dr., SpPK, M.Kes Pembimbing II : Ronald Jonathan, dr., M.Sc., DTM & H

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) telah berkembang menjadi masalah kesehatan dunia. Infeksi HIV bila tidak terdiagnosis dan mendapatkan penanganan dapat asimptomatik dan berkembang menjadi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). AIDS adalah penyakit berbahaya yang melemahkan sistem kekebalan tubuh dan berakhir dengan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku kelompok wanita penjaja seksual (WPS) yaitu salah satu kelompok risiko tinggi infeksi HIV-AIDS. Penelitian survei analitik ini dengan cross sectional design dan convenience sampling terhadap kelompok WPS beberapa lokalisasi di Kota Bandung pada periode Agustus-September 2014. Data disajikan dengan tabel distribusi dan dianalisis dengan Chi Square untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku.

Tentang infeksi HIV-AIDS, 63,15% responden memiliki pengetahuan cukup, sikap 78,94% responden dan perilaku 97,36% responden adalah baik. Hasil analisis statistik terbukti adanya hubungan signifikan antara pengetahuan dengan sikap (p-value 0,043, p <0,05), dan adanya hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan perilaku (p-value 0,008, p ≦0,01) dan hubungan antara sikap dengan perilaku (p-value 0,000, p ≦ 0,01).

Pengetahuan tentang infeksi HIV-AIDS kelompok WPS Kota Bandung periode Agustus-September 2014 cukup, serta memiliki sikap dan perilaku baik tentang infeksi HIV-AIDS. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan sikap, dan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan perilaku serta hubungan antara sikap dengan perilaku.


(2)

v Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Relations Between Knowledge, Attitude, and Behavior

Towards HIV-AIDS Infections

In High Risk Group in Bandung period of 2014

Mia Maya Ulpha, 2014 ; 1st Tutor : Penny Setyawati Martioso, dr., SpPK, M.Kes 2nd Tutor : Ronald Jonathan, dr., M.Sc., DTM & H

Human Immunodeficiency Virus have become a global health problem, the infection if left undiagnosed, can become asymptomatic, and progressed into Acquired Immuno Deficiency Syndrome or AIDS. AIDS is a lethal disease that weakens the immune system, and may eventually leads to death. This study aims to find the relations between knowledge, attitude and behavioural on Female Sex Worker (FSW), which is one of the high risk group of contracting HIV-AIDS.

This was an analytical survey, with cross sectional design and convenience sampling on Female Sex Worker on few brothels in Bandung city, in the period of August through September 2014, the data was presented with distribution tabels, and was analyzed with Chi Square, to find out whether there were relations between knowledge, attitude and behaviour.

On HIV-AIDS infection, 63.15% of the responders have sufficient knowledge, 78.94% of the respondens have good attitude and 97.36% of the respondens have good behavior. The result of statistical analysis had shown that there were significant differences in relation between knowledge with attitude p=0.043(p<0.05). While very significant result in relation of knowledge with behavior p=0.008 (p0.01) and also in attitude with behavior p=0.000 (p0.01).

The study finds that the knowledge of HIV-AIDS on FSW in the city of Bandung of the period August-September 2014 is sufficient, and had good attitude and behavior on the HIV-AIDS. There were significant differences in relation between knowledge with attitude. While very significant result in relation of knowledge with behavior and also in attitude with behavior.


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Maksud Penelitian ... 3

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

1.5 Kerangka Pemikiran ... 4

1.6 Hipotesis ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domain Perilaku ... 6

2.1.1 Domain Kognitif ... 6


(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

2.1.3 Domain Psikomotor ... 10

2.2 Perilaku Kesehatan ... 11

2.2.1 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan ... 11

2.2.2 Peilaku Pencarian & Penggunaan/Sistem Pelayanan ... 12

2.2.3 Perilaku Kesehatan Lingkungan ... 12

2.3 Determinan Perilaku Manusia ... 13

2.4 Infeksi Menular Seksual ... 16

2.5 Human Immunodeficiency Virus (HIV) ... 21

2.5.1 Definisi HIV ... 21

2.5.2 Definisi AIDS... 21

2.5.3 Struktur HIV... 22

2.5.4 Siklus Replikasi HIV... 22

2.5.5 Epidemiologi HIV ... 25

2.5.6 Faktor Risiko HIV ... 26

2.5.7 Klasifikasi HIV ... 27

2.5.8 Uji Saring HIV ... 29

2.6 Program Pencegahan Penularan HIV-AIDS Bagi Kabupaten/Kota ... 33

2.6.1 Kegiatan Promosi Pencegahan Pennularan HIV-AIDS dan IMS ... 33

2.6.2 Mengaktifkan Klinik IMS ... 35

2.6.3 Pembentukan Klinik PPIA... ... 35

2.7 Intervensi Perubahan Perilaku ... 36

2.7.1 Intervensi Terarah dalam Menaggulangi Transmisi HIV&IMS ... 36

2.7.2 Model Intervensi Klinis Dengan Pengobatan Presumtif ... 37

2.8 Materi KIE ... 38

2.8.1 Menjelaskan Pilihan Perilaku Seksual Aman ... 38

2.8.2 Mengenali Hambatam Dalam Mengubah Perilaku Seksual Berisiko .... 39


(5)

x Universitas Kristen Maranatha

2.8.4 Manfaat Kondom ... 40

2.9 Penelitian PSP Tentang HIV-AIDS Di Indonesia ………. ... 41

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1Instrumen/Subjek Penelitian ... 48

3.1.1 Instrumen Penelitian... 48

3.1.2 Subjek Penelitian ... 48

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

3.2.1 Tempat Penelitian... 48

3.2.2 Waktu Penelitian ... 48

3.3 Metode Penelitian... 49

3.3.1 Variabel Penelitian ... 49

3.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 49

3.3.3 Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ... 49

3.3.4 Prosedur Penelitian... 50

3.4 Metode Analisis Data ... 50

3.4.1 Pengetahuan ... 50

3.4.2 Sikap ... 51

3.4.3 Perilaku ... 52

3.5 Aspek Etik Penelitian ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden ... 54

4.2 Pengetahuan ... 64

4.3 Sikap ... 79

4.4 Perilaku ... 90

4.5 Pengetahuan Responden Secara Keseluruhan ... 98

4.6 Sikap Responden Secara Keseluruhan ... 101

4.7 Hubungan PSP Responden Tentang Infeksi HIV-AIDS ... 104

4.7.1 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap ... 104

4.7.2 Hubungan Antara pengetahuan dengan Perilaku ... 105


(6)

xi Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 107

5.2 Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

LAMPIRAN ... 111


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Infeksi Menular Seksual... 17

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 49

Tabel 4.1 Distribusi Usia Responden ... 54

Tabel 4.2 Distribusi Asal Daerah Responden ... 55

Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden ... 56

Tabel 4.4 Distribusi Status Perkawinan Responden ... 57

Tabel 4.5 Distribusi Jumlah Anak Responden ... 58

Tabel 4.6 Distribusi Umur Pertama Kali Responden Melakukan Hubungan Seks.... 58

Tabel 4.7 Distribusi Alasan Responden Memilih Pekerjaan Sebagai WPS... 59

Tabel 4.8 Distribusi Lama Kerja Responden Di Tempat Bekerja ... 60

Tabel 4.9 Distribusi Pekerjaan Terakhir Responden... 60

Tabel 4.10 Distribusi Rata-Rata Tamu Responden dalam Sehari ... 61

Tabel 4.11 Distribusi Apakah Responden Mempunyai Pelanggan Tetap ... 62

Tabel 4.12 Distribusi Jumlah Pelanggan Tetap Responden ... 62

Tabel 4.13 Distribusi Media KIE yang Di Butuhkan Responden ... 63

Tabel 4.14 Distribusi Sumber Pengetahuan Kesehatan Responden... 63

Tabel 4.15 Distribusi Pengetahuan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) Responden ... 64

Tabel 4.16 Distribusi Pengetahuan Gejala Orang yang Terkena Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) Responden ... 65

Tabel 4.17 Distribusi Pengetahuan Cara Penularan Penyakit Infeksi Menular Seksual Responden ... 66

Tabel 4.18 Distribusi Pengetahuan Cara Pencegahan Penyakit Infeksi Menular Seksual Responden ... 68

Tabel 4.19 Distribusi Pengetahuan HIV Responden... 69


(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha

Tabel 4.21 Distribusi Pengetahuan Kegiatan yang Tidak Menularkan HIV

Responden ... 71 Tabel 4.22 Distribusi Pengetahuan Gejala Orang yang Terinfeksi HIV Responden . 72 Tabel 4.23 Distribusi Pengetahuan Cara Pencegahan HIV Responden ... 73 Tabel 4.24 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Perbedaan Antara HIV

dan AIDS ... 74 Tabel 4.25 Distribusi Pengetahuan Tanda Orang yang Sudah Menjadi AIDS

Responden ... 75 Tabel 4.26 Distribusi Pengetahuan Cara Mengetahui Status HIV Responden ... 76 Tabel 4.27 Distribusi Pengetahuan Fungsi Kondom Responden ... 77 Tabel 4.28 Distribusi Pengetahuan Cara yang Benar Memakai Kondom

Responden ... 78 Tabel 4.29 Distribusi Sikap Responden Mengenai Kegiatan Penyuluhan

Kesehatan Sangat Bagus Untuk Diadakan ... 79 Tabel 4.30 Distribusi Sikap Responden Mengenai Kekhawatiran Tertular IMS

atau HIV Karena Pekerjaanya ... 80 Tabel 4.31 Distribusi Sikap Responden Mengenai Sebaiknya Mengetahui Gejala

dan Cara Pencegahan IMS atau HIV ... 80 Tabel 4.32 Distribusi Sikap Responden Mengenai Harus Lebih Berhati-hati

Terhadap IMS atau HIV Karena Tidak Selalu Dirasakan Gejalanya ... 81 Tabel 4.33 Distribusi Sikap Responden Mengenai Mengkonsumsi Antibiotik

Tidak Dapat Mencegah Tertular IMS atau HIV ... 82 Tabel 4.34 Distribusi Sikap Responden Mengenai IMS atau HIV Merupakan

Penyakit yang Berbahaya ... 82 Tabel 4.35 Distribusi Sikap Responden Mengenai Dampak Bila Terkena IMS atau

HIV Pada Pekerjaan dan Kehidupanya ... 83 Tabel 4.36 Distribusi Sikap Responden Pernah Membaca Informasi Tentang IMS

atau HIV Secara Benar ... 83 Tabel 4.37 Distribusi Sikap Responden Mengenai Harus Melalukan Pemeriksaan


(9)

xiv Universitas Kristen Maranatha

Tabel 4.38 Distribusi Sikap Responden Mengenai Papi atau Mami Menyarankan

Untuk Pergi Ke Dokter ... 84

Tabel 4.39 Distribusi Sikap Responden Mengenai Teman Selalu Mengingatkan Untuk Memakai Kondom ... 85

Tabel 4.40 Distribusi Sikap Responden Mengenai Penggunaan Kondom Itu Penting.. ... 86

Tabel 4.41Distribusi Sikap Responden Mengenai Setuju Dengan Penjualan Kondom Ditempat ... 86

Tabel 4.42 Distribusi Sikap Responden Mengenai Kepedulian Terhadap Tamu Untuk Memakai Kondom ... 87

Tabel 4.43 Distribusi Sikap Responden Mengenai Pemakaian Kondom Setelah Membaca Informasi Mengenai Bahaya Terinfeksi IMS atau HIV... 88

Tabel 4.44 Distribusi Sikap Responden Mengenai Kesediaanya Menjadi PE... 89

Tabel 4.45 Distribusi Sikap Responden Mengenai Kepedulian Terhadap Kesehatan Dirinya ... 89

Tabel 4.46 Distribusi Perilaku Apa yang Dilakukan Jika Mengalami Gejala IMS Responden ... 90

Tabel 4.47 Distribusi Perilaku Responden Mengenai Jika Menemui Teman yang Mempunyai Gejala IMS ... 91

Tabel 4.48 Distribusi Perilaku Pernah Melalukan Kegiatan yang Dilaksanakan RT/RW Responden ... 91

Tabel 4.49 Distribusi Perilaku Rutin Memeriksakan Diri Ke Dokter Responden ... 92

Tabel 4.50 Distribusi Perilaku Rutin Memeriksakan Diri Walaupun Tidak Ada Keluhan Responden ... 93

Tabel 4.51 Distribusi Perilaku Menawarkan Kondom Kepada Tamu Responden .... 94

Tabel 4.52 Distribusi Perilaku Pengunaan Kondom Saat Hubungan Seks Terakhir Responden ... 95

Tabel 4.53 Distribusi Perilaku Jumlah Tamu Dalam Satu Minggu Responden ... 95

Tabel 4.54 Distribusi Perilaku Pemakaian Kondom Pada Tamu Responden ... 96

Tabel 4.55 Distribusi Perilaku Melakukan Tes HIV Responden ... 97


(10)

xv Universitas Kristen Maranatha

Tabel 4.57 Distribusi Motivasi Melakukan Tes HIV ... 98

Tabel 4.58 Distribusi Pengetahuan Responden Secara Keseluruhan ... 99

Tabel 4.59 Distribusi Sikap Responden Secara Keseluruhan ... 101

Tabel 4.60 Distribusi Perilaku Responden Secara Keseluruhan ... 102

Tabel 4.61 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap ... 104

Tabel 4.61 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku ... 105


(11)

xvi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur virion HIV ... 22

Gambar 2.2 Proses replikasi HIV... 25

Gambar 2.3 Konseling & Tes HIV ... 29


(12)

xvii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Kuisioner Penelitian ... 111

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 117

Lampiran 3 Informed Consent ... 118


(13)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Insidensi infeksi HIV-AIDS secara global cenderung semakin meningkat disertai berbagai koinfeksi yang mengakibatkan mortalitas penderita AIDS. Insidensi infeksi HIV-AIDS bagaikan fenomena gunung es maka hanya sebagian kecil kasus yang teridentifikasi dan ditangani oleh tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2010).

United Nation Program of HIV-AIDS (UNAIDS) melaporkan bahwa pada tahun 2012 ada 3,9 juta remaja dan anak-anak pengidap HIV-AIDS, 270 ribu diantaranya adalah kasus baru dan 0,3% penderita berusia antara 15-49 tahun, dengan angka mortalitas 220 ribu orang di Asia Tenggara (UNAIDS, 2013).

Jumlah kumulatif kasus HIV-AIDS di Indonesia dari tahun 1987 sampai dengan September 2014 ada 150.296 orang dan AIDS adalah 55.799 orang. Rasio infeksi HIV di Indonesia pada populasi laki-laki : perempuan triwulan II, Juli-September 2014 adalah 1:1 dan AIDS 2:1. Ditjen PP & PL Kemenkes RI, pada tahun 2014 melaporkan bahwa jumlah kasus HIV-AIDS di propinsi Jawa Barat menduduki urutan ke-empat terbanyak di Indonesia setelah Papua, Jawa Timur, dan DKI Jakarta. Jumlah kasus HIV 13.507 kasus dan AIDS 4.191 kasus (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014).

Sikap dan perilaku masyarakat modern dewasa ini cenderung menganut pola hidup seks bebas, akibatnya insidensi infeksi menular seksual (IMS) dan infeksi HIV-AIDS semakin meningkat. Wanita penjaja seksual (WPS) merupakan salah satu kelompok risiko tinggi untuk terinfeksi HIV-AIDS akibat profesi mereka. WPS berisiko tinggi terinfeksi HIV akibat perilaku sering berganti-ganti pasangan seksual terutama bila tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual (Kemenkes RI, 2010).


(14)

2 Universitas Kristen Maranatha

Infeksi HIV adalah salah satu jenis IMS yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Individu yang telah terkena IMS jenis lain akan lebih rentan dan mudah tertular infeksi HIV. Kementrian Kesehatan Indonesia tahun 2010 melaporkan bahwa risiko penularan HIV melalui hubungan seksual dapat meningkat 3-5 kali lipat pada penderita IMS, khususnya IMS disertai ulserasi. IMS dengan ulserasi dapat meningkatkan risiko penularan HIV hingga 300 kali lipat pada paparan yang tidak terlindung (Kemenkes RI, 2010).

Upaya penanggulangan infeksi HIV-AIDS diperlukan pengetahuan tentang infeksi HIV-AIDS secara memadai. Para penjaja seksual seperti WPS dan pelanggannya perlu mengetahui selain cara penularan dan pencegahan infeksi HIV-AIDS, juga bagaimana gejala-gejala dan risiko lebih lanjut, serta kematian bagi penderita yang terinfeksi HIV-AIDS. Pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang infeksi HIV-AIDS diharapkan sebagai langkah konkret yang akan berdampak positif terhadap perubahan sikap dan perilaku masyarakat agar terhindar dari risiko terinfeksi HIV-AIDS (Soekidjo Notoatmodjo, 2012).

Latar belakang tersebut menarik minat penulis untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kelompok Risiko Tinggi yaitu WPS Tentang HIV-AIDS di Kota Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah penelitian yang dapat disimpulkan berdasarkan latar belakang penelitian adalah sebagai berikut:

 Bagaimana gambaran pengetahuan tentang infeksi HIV-AIDS kelompok WPS di Kota Bandung periode tahun 2014 .

 Bagaimana gambaran sikap terhadap infeksi HIV-AIDS kelompok WPS di Kota Bandung periode tahun 2014 .

 Bagaimana gambaran perilaku terhadap infeksi HIV-AIDS kelompok WPS di Kota Bandung periode tahun 2014 .

 Bagaimana hubungan antara pengetahuan dengan sikap terhadap infeksi HIV-AIDS kelompok WPS di Kota Bandung periode tahun 2014 .


(15)

3 Universitas Kristen Maranatha  Bagaimana hubungan antara pengetahuan dengan perilaku terhadap infeksi

HIV-AIDS kelompok WPS di Kota Bandung periode tahun 2014 .

 Bagaimana hubungan antara sikap dengan perilaku terhadap infeksi HIV-AIDS kelompok WPS di Kota Bandung periode tahun 2014 .

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud Penelitian ini yaitu ingin mengetahui gambaran tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku kelompok WPS sebagai salah satu kelompok masyarakat dengan risiko tinggi terinfeksi HIV-AIDS dan apakah pengetahuan, sikap, dan perilaku mempunyai kaitan satu dengan lainya.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian yaitu memberikan pengarahan kepada para responden WPS lalu mereka dibagikan kuisioner agar diisi. Kuisioner ada 3 kelompok, 14 pertanyaan menilai pengetahuan, 17 pertanyaan menilai sikap dan 12 pertanyaan menilai perilaku. Signifikansi hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku WPS tentang infeksi HIV-AIDS dianalisis secara statistic dengan Chi Square.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat akademis dan manfaat praktis tentang epidemiologi kasus HIV-AIDS di Kota Bandung pada periode tahun 2014.


(16)

4 Universitas Kristen Maranatha

1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat akademis yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :

 Memberikan gambaran tentang tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku kelompok risiko terkena infeksi HIV-AIDS yaitu WPS.

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya data epidemiologi IMS tentang infeksi HIV-AIDS, khususnya tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku WPS di Kota Bandung Tahun 2014.

 Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan digunakan oleh peneliti-peneliti selanjutnya sebagai referensi untuk karya tulis ilmiah selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk evaluasi program pemberantasan penyakit menular seksual di Indonesia khususnya infeksi HIV-AIDS. Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai acuan dalam tindak lanjut penyebaran infeksi HIV-AIDS antara lain dalam menentukan program materi penyuluhan untuk penanggulangan dan pemberantasan infeksi HIV-AIDS.  Memberikan masukan kepada pemerintah agar pemerintah ikut serta dalam

memberikan dukungan dan mensukseskan program pencegahan dan pemberantasan infeksi HIV-AIDS.

 Meningkatkan pengetahuan WPS tentang infeksi HIV-AIDS bukan hanya sekedar tahu cara penularan dan pencegahanya saja.

1.5Kerangka Pemikiran

Insidensi penyakit menular dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang tentang penyakit tersebut. Tingkat pengetahuan seseorang akan menentukan sikap dan perilakunya dalam menghadapi masalah, termasuk bagaimana cara terhindar dari suatu penyakit. Pengetahuan adalah persepsi tahu sebagai hasil pengindaraan panca indra terhadap suatu objek tertentu. Sikap adalah penilaian seseorang terhadap stimulus yang mereka terima. Setelah


(17)

5 Universitas Kristen Maranatha

seseorang melakukkan penilaian terhadap stimulus maka akan menentukkan bagaimana mempraktikkan sikap dalam perilaku atau tindakan individu tersebut. Pengetahuan, sikap, dan perilaku merupakan faktor-faktor yang menentukan integritas individu (Soekidjo Notoatmodjo, 2012).

Insidensi infeksi HIV-AIDS seperti fenomena gunung es dan prevalensinya cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pengetahuan tentang infeksi HIV dan risiko timbulnya AIDS dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk mengantisipasi akan hal-hal yang merupakan risiko seseorang terkena infeksi HIV-AIDS. Faktor agama dan pendidikan juga berperan menentukan sikap, perilaku seseorang. Wanita penjaja seks (WPS) adalah kelompok risiko tinggi terkena dan menularkan HIV-AIDS dalam masyarakat. Maka penulis ingin mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku salah satu kelompok risiko tinggi infeksi HIV-AIDS yaitu kelompok WPS. Penulis juga ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku WPS tentang infeksi HIV-AIDS di Kota Bandung periode 2014.

1.6Hipotesis

1.6.1 Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap 1.6.2 Ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku 1.6.3 Ada hubungan antara sikap dan perilaku


(18)

107 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan dari penelitian “Hubungnan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kelompok Risiko Tinggi tentang HIV-AIDS di Kota Bandung tahun 2014” yaitu wanita penjaja seksual (WPS) di Kota Bandung Tahun 2014 gambaran umumnya memiliki :

 Pengetahuan cukup tentang infeksi HIV-AIDS.  Sikap yang baik terhadap infeksi HIV-AIDS.  Perilaku baik terhadap infeksi HIV-AIDS.

 Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap WPS tentang infeksi HIV-AIDS

 Terdapat hubungan yang sangat signifikakn antara pengetahuan dengan perilaku WPS terhadap infeksi HIV-AIDS

 Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara sikap dengan perilaku WPS terhadap infeksi HIV-AIDS

5.2Saran

Saran-saran penulis kepada para WPS, masyarakat dan yayasan pelindung WPS, pemerintah serta untuk penelitian selanjutnya, yaitu:

 Penelitian dapat dilengkapi dengan pemeriksaan IMS dan HIV kepada para WPS agar hasil perilaku WPS terhadap penyakit HIV-AIDS dapat dihubungkan dengan hasil pemeriksaan IMS dan HIV.

 Saran penulis kepada para peneliti selanjutnya agar didapatkan informasi yang lebih menggambarkan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku WPS secara lebih akurat yaitu agar melakukan penelitian pendahuluan terhadap beberapa


(19)

108 Universitas Kristen Maranatha

responden lebih dahulu untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada, selanjutnya berulah menyusun kuisioner penelitian. Dengan demikian dapat diperoleh informasi yang lebih akurat. Selain itu, dapat pula ditambahkan lebih banyak objek penelitian.

 Pengetahuan untuk mengevaluasi pengetahuan komprehensif WPS tentang HIV-AIDS Kota Bandung menggunakan ke-lima indikator MDGs tahun 2011.  Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang tersebut, maka sebaiknya pendidikan formal lebih ditingkatkan dan nilai-nilai keagamaan pun perlu lebih ditanamkan pada diri seseorang.

 Mayoritas WPS memiliki status bercerai dengan suaminya yang disebabkan oleh penikahan muda yang dialami sehingga sebaiknya undang-undang tentang pernikahan lebih dipertegas agar terjadi penurunan angka pernikahan muda.

 Mayoritas WPS belum memiliki pengetahuan komprehensif, oleh karena itu upaya-upaya seperti meningkatkan penjangkauan dan penyediaan materi KIE perlu ditingkatkan.

 Rendahnya pengunaan kondom perlu menjadi perhatian khusus karena menjadi pintu masuk penularan IMS dan HIV. Perlu dicarikan alternatif lain seperti penggunaan Femidom (kondom wanita).

 Perlu ada peraturan penggunaan kondom dan penyediaan kondom di seluruh lokasi kerja WPS.

 Sistem penguat pelayanan IMS seperti klinik IMS lebih ditingkatkan pelayanannya dan diperbanyak jumlahnya.


(20)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANGHIV-AIDS

DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

RELATIONS BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR OF HIGH RISK GROUP TOWARDS HIV-AIDS

IN BANDUNG PERIOD OF 2014

Mia Maya Ulpha1, Penny S. Martioso2, Ronald Jonathan3

1Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,

2Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

3Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) telah berkembang menjadi

masalah kesehatan dunia. Infeksi HIV bila tidak terdiagnosis dan mendapatkan penanganan dapat asimptomatik dan berkembang menjadi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). AIDS adalah penyakit berbahaya yang melemahkan sistem kekebalan tubuh dan berakhir dengan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku kelompok wanita penjaja seksual (WPS) yaitu salah satu kelompok risiko tinggi infeksi HIV-AIDS.

Penelitian survei analitik ini dengan cross sectional design dan convenience sampling terhadap kelompok WPS beberapa lokalisasi di Kota Bandung pada periode Agustus-September 2014. Data disajikan dengan tabel distribusi dan dianalisis dengan Chi Square untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku.

Tentang infeksi HIV-AIDS, 63,15% responden memiliki pengetahuan cukup, sikap 78,94% responden dan 97,36% perilaku responden adalah baik. Hasil analisis statistik terbukti adanya hubungan signifikan antara pengetahuan dengan sikap (p-value 0,043, p <0,05), dan adanya hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan perilaku (p-value 0,008, p ≦0,01) dan hubungan antara sikap dengan perilaku (p-value 0,000, p ≦0,01).

Pengetahuan tentang infeksi HIV-AIDS kelompok WPS Kota Bandung periode Agustus-September 2014 cukup, serta memiliki sikap dan perilaku baik tentang infeksi HIV-AIDS. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan sikap, dan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan perilaku serta hubungan antara sikap dengan perilaku. Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, HIV-AIDS


(21)

ABSTRACT

Human Immunodeficiency Virus have become a global health problem, the infection if left undiagnosed, can become asymptomatic, and progressed into Acquired Immuno Deficiency Syndrome or AIDS. AIDS is a lethal disease that weakens the immune system, and may eventually leads to death. This study aims to find the relations between knowledge, attitude and behavioural on Female Sex Worker (FSW), which is one of the high risk group of contracting HIV-AIDS.

This was an analytical survey, with cross sectional design and convenience sampling on Female Sex Worker on few brothels in Bandung city, in the period of August through September 2014, the data was presented with distribution tabels, and was analyzed with Chi Square, to find out whether there were relations between knowledge, attitude and behaviour.

On HIV-AIDS infection, 63.15% of the responders have sufficient knowledge, 78.94% of the respondens have good attitude and 97.36% of the respondens have good behavior. The result of statistical analysis had shown that there were significant differences in relation between knowledge with attitude p=0.043(p<0.05). While very significant result in relation of knowledge with behavior p=0.008 (p0.01) and also in attitude with behavior p=0.000 (p0.01).

The study finds that the knowledge of HIV-AIDS on FSW in the city of Bandung of the period August-September 2014 is sufficient, and had good attitude and behavior on the HIV-AIDS. There were significant differences in relation between knowledge with attitude . While very significant result in relation of knowledge with behavior and also in attitude with behavior.

Keyword : knowledge, attitude, behavior, HIV-AIDS

PENDAHULUAN

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune

Deficiency Syndrome (AIDS). Insidensi

infeksi HIV-AIDS secara globalcenderung semakin meningkat dan disertai berbagai koinfeksi yang mengakibatkan mortalitas penderita. Insidensi infeksi HIV-AIDS bagaikan fenomena gunung es yang hanya tampak puncaknya saja pada permukaan air laut, yaitu hanya sebagian kecil kasus yang teridentifikasi dan dapat penanganan tenaga kesehatan1.

United Nation Program of HIV-AIDS

(UNAIDS) melaporkan bahwa pada tahun 2012 ada 3,9 juta remaja dan anak-anak pengidap HIV-AIDS, 270 ribu diantaranya adalah kasus baru dan 0,3% berusia antara 15-49 tahun, dengan angka mortalitas 220.000 orang di Asia Tenggara2.

Jumlah kumulatif kasus HIV-AIDS di Indonesia sejak 1987-September 2014 ada 150.296 orang dan AIDS 55.799 orang. Rasio infeksi HIV di Indonesia pada triwulan II, bulan Juli-September 2014 antara populasi laki-laki:perempuan 1:1 dan AIDS 2:1. Ditjen PP & PL Kemenkes RI, pada tahun 2014 melaporkan bahwa jumlah kasus HIV-AIDS di propinsi Jawa Barat menduduki urutan peringkat empat terbanyak di Indonesia setelah Papua, Jawa Timur, dan DKI Jakarta. Jumlah kasus HIV 13.507 kasus dan AIDS 4.191 kasus3.

Sikap dan perilaku masyarakat modern dewasa ini cenderung menganut pola hidup seks bebas yang akibatnya insidensi infeksi menular seksual (IMS) dan infeksi HIV-AIDS semakin meningkat. Wanita penjaja seksual (WPS) adalah salah satu kelompok risiko tinggi terkena infeksi


(22)

HIV-AIDS sebagai risiko profesi mereka. WPS berisiko tinggi terinfeksi HIV akibat perilaku sering berganti-ganti pasangan seksual terutama bila melakukan seks tidak tidak aman tanpa menggunakan kondom1. Infeksi HIV adalah salah satu jenis IMS yang dapat menular melalui hubungan seksual. Individu yang terinfeksi IMS jenis lain akan lebih rentan tertular infeksi HIV. Kemkes RI tahun 2010 melaporkan bahwa risiko penularan HIV melalui hubungan seksual dapat meningkat 3-5 kali lipat pada penderita IMS, khususnya IMS yang disertai ulserasi. IMS dengan ulserasi dapat meningkatkan risiko penularan HIV hingga 300 kali lipat pada paparan yang tidak terlindung1.

Upaya penanggulangan infeksi HIV-AIDS diperlukan pengetahuan tentang infeksi HIV-AIDS secara memadai. Para kelompok WPS dan pelanggannya perlu mengetahui dan memahami apa itu infeksi HIV-AIDS, beserta gejala-gejala dan risiko yang dapat mematikan bagi penderitanya, bukan hanya sekedar tahu cara penularan dan pemakaian kondom sebagi upaya pencegahan. Pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang infeksi HIV-AIDS diharapkan sebagai langkah konkret yang positif terhadap perubahan sikap dan perilaku masyarakat agar terhindar dari risiko terinfeksi HIV-AIDS4.

Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku kelompok WPS, serta apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku WPS tentang infeksi HIV-AIDS.

METODOLOGI

Penelitian survei analitik dengan cross sectional design, convenience sampling

menggunakan dan perangkat kuisioner untuk evaluasi pengetahuan, sikap, dan perilaku 38 responden yaitu WPS dari beberapa lokalisasi WPS di Kota Bandung periode bulan Februari-Desember 2014.

Kuisioner dikelompokkan menjadi 3 kelompok, masing-masing untuk menilai tingkat pengetahuan para responden ada 14 pertanyaan, sikap 17 pertanyaan, dan perilaku 12 pertanyaan terkait infeksi HIV-AIDS. Penulis memberikan arahan terlebih dahulu kepada para responden sebelum pengisian kuisioner tentang bagaimana cara pengisiian kuisioner dan memberi kesempatan kepada responden untuk menanyakan hal-hal yang mereka belum mengerti. Kemudian kuisioner dibagikan kepada para responden untuk memilih pilihan jawaban yang telah disediakan pada setiap pertanyaan. Kuesioner yang telah diisi kemudian dikembalikan kepada penulis. Penilaian jawaban kuisioner yang dipilih oleh responden diberi nilai skor berdasarkan skala likert yaitu 1 s/d 4. Evaluasi untuk penilaian pengetahuan, sikap, dan perilaku berdasarkan skor total seluruh jawaban pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner tiap komponen yaitu pengetahuan, sikap, perilaku dikelompokkan menjadi 3 kriteria baik, cukup, dan kurang dengan rentang nilai skor tertentu untuk masing-masing komponen. Rentang nilai total untuk pengetahuan dengan kriteria baik 43-56, cukup 29-42, dan kurang 14-28. Sikap baik 52-68. Sikap cukup 35-51; Sikap kurang 17-34. Perilaku baik 37-48; Perilaku cukup 25-36; Perilaku kurang 12-24. Data hasil scoring dikelompokkan berdasarkan kriteria baik, cukup, dan kurang dan disajikan pada tabel distribusi frekuensi. Selanjutnya data dianalisis dengan Chi

Square untuk mengetahui hubungan

antara pengetahuan, sikap, dan perilaku WPS tentang infeksi HIV-AIDS dinyatakan bermakna bila p < 0,05. Penelitian ini sebelum dilaksanakan telah mendapatkan persetujuan dari komisi etik fakultas kedokteran dan rumah sakit Immanuel Bandung.


(23)

Penelitian pengetahuan, sikap, dan perilaku kelompok WPS tentang infeksi HIV-AIDS di beberapa lokalisasi di Kota Bandung didapatkan 63,15% memiliki tingkat pengetahuan dengan kriteria cukup dan 26,31% baik. Gambaran umum pengetahuan responden berdasarkan skor total pengisian kuisioner termasuk dalam kriteria cukup, tetapi bila dievaluasi berdasarkan jawaban antar individu didapatkan jawaban yang bervariasi dan ternyata masih banyak responden yang belum paham tentang apa perbedaan antara infeksi HIV dengan AIDS, serta gejala-gejala dan risiko bila terinfeksi. Hal ini dikarenakan kuisioner yang penulis gunakan adalah kuisioner standar yang berisikan pertanyaan-pertanyaan standar seputar pengetahuan tentang apa itu HIV dan IMS yang telah mereka dapatkan dari petugas yang memberikan penyuluhan kepada kelompok WPS tersebut.

Pengetahuan yang mereka peroleh baru sebatas apa itu penyakit HIV dan beberapa penyakit IMS lain dan cara pencegahannya menggunakan kondom. Informasi yang lebih luas tentang gejala penyakit, serta akibatnya belum mereka dapatkan secara detail. Beberapa WPS mencari informasi tentang infeksi HIV-AIDS secara pribadi melalui media internet dan bacaan-bacaan seputar infeksi HIV-AIDS dimana mereka menginterpretasikan secara pribadi tanpa adanya arahan dari individu yang mempunyai kompetensi di bidang infeksi HIV-AIDS. Penulis ingin menyarankan untuk penelitian selanjutnya, sebelum penelitian perlu dilakukan wawancara terhadap beberapa responden untuk menggali permasalahan yang ada diseputar responden. Setelah masalah teridentifikasi maka peneliti dapat menyusun kuisioner dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan masalah yang ada disertai memasukkan indikator-indikator MGDs untuk evaluasi pengetahuan, sikap, dan perilaku responden. Penulis berpendapat perlu diadakan penyuluhan atau seminar

seputar infeksi HIV-AIDS bagi para WPS upaya meningkatkan pengetahuan. Bila pengetahuan para WPS tentang infeksi HIV-AIDS baik diharapkan akan berdampak positif terhadap sikap dan perilaku mereka untuk menjadi lebih baik dan waspada terhadap penularan infeksi HIV-AIDS. Selain itu, isi dari penyuluhan dapat meningkatkan kesadaran mereka akan upaya-upaya pencegahan terhadap infeksi HIV-AIDS. Kegagalan penyuluhan juga dapat karena pergantian populasi WPS lama yang digantikan oleh populasi WPS baru dan mobilisasi WPS ke tempat lokalisasi lain tidak terpantau secara baik. Pembentukan peer educator (PE) diantara para WPS yang mempunyai minat untuk mengikuti dan serius ingin mengetahui tentang infeksi HIV-AIDS dan yang akan berdampak positif bagi teman sebayanya tidak berhasil dengan baik karena mereka tidak menetap di satu lokalisasi tetapi berpindah-pindah tempat.

Adhitama tahun tahun 2011 pada penelitiannya yang berjudul “pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa fakultas kedokteran universitas Kristen maranatha angkatan 2010 tentang infeksi HIV-AIDS”

dengan responden 136 mahasiswa/i

Fakultas Kedoteran Universitas Kristen Maranatha Bandung mendapatkan bahwa gambaran seluruh aspek pengetahuan responden (100%) adalah cukup.

MDGs mengemukakan indikator untuk menilai pengetahuan responden secara komprehensif tentang infeksi HIV. MDGs membuat kriteria penilaian responden, yaitu dianggap baik apabila responden memahami ke lima pengetahuan berikut secara benar, yaitu : (1) Menggunakan kondom dapat mencegah penularan HIV; (2) Setia dengan satu pasangan seks dapat mencegah penularan HIV; (3) Mengguna-kan alat maMengguna-kan bersama tidak menularMengguna-kan HIV; (4) Gigitan nyamuk tidak dapat menularkan HIV, dan (5) Tidak bisa mengenali ODHA hanya dengan melihat saja. Hasil survey nasional STBP 2011


(24)

berdasarkan pengetahuan komprehensif responden tentang HIV dalam menjawab ke lima pertanyaan yang digunakan sebagai indikator penilaian pengetahuan HIV oleh MDGs hanya 40% responden yang mampu menjawab kelima pertanyaan secara benar jadi sebanyak 60% pengetahuan komprehensif responden masih rendah. Pengetahuan komprehensif dapat dipengaruhi tingkat pendidikan, penjangkauan, materi cetakan KIE yang diterima, dan kunjungan ke layanan IMS. Dari analisis diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan WPS, semakin tinggi tingkat pengetahuan komprehensif. Namun, sebagian WPS sebanyak 55% tidak menyelesaikan pendidikan dasar. Begitu pula penjangkauan, materi cetakan KIE dan kunjungan ke tempat pelayanan IMS terbukti meningkatkan pengetahuan komprehensif.

Penelitian Putra tentang pengetahuan WPS akan infeksi HIV-AIDS pada tahun 2007 mendapatkan 51,7% adalah cukup. Penelitian ini mendapatkan 78,94% responden memiliki sikap baik dan 21,05% cukup tentang infeksi HIV-AIDS. Hal ini disebabkan karena pertanyaan kuisioner diberikan kepada para responden sesuai dengan peraturan penggunaan kondom oleh yayasan yang menaungi responden. Responden pekerja spa yang dikelola dengan baik mereka dikenakan peraturan harus menggunakan kondom dan disediakan fasilitas kondom. Responden pekerja spa umumnya menunjukkan sikap baik terhadap pencegahan tertularnya infeksi HIV karena jangkauan untuk memperoleh kondom mudah. Sedangkan responden ditempat lokalisasi dengan pengelolaan tidak sebaik spa umunya kurang karena aspek untuk mendaatkan kondom tidak mendukung mereka harus membeli secara pribadi karena tidak tersedia dan harus swadaya. Penulis menyimpulkan bahwa suatu aturan yang baku tentang keharusan pemakaian kondom juga tersedianya sarana dan

kemudahan mendapatkan kondom akan meningkatkan sikap responden untuk menggunakan kondom.

Penelitian Ariani dan Hargono juga mendapatkan 50,6% WPS memiliki sikap yang baik tentang infeksi HIV-AIDS. Penelitian Juliastika, Korompis & Budi Ratag juga mendapatkan bahwa 64,79% WPS memiliki sikap baik. Penelitian Adhitama juga mendapatkan bahwa seluruh responden (100%) memiliki sikap cukup tentang infeksi HIV-AIDS. Apabila tingkat pengetahuan WPS tentang infeksi HIV-AIDS baik, maka dapat diharapkan mereka akan memiliki sikap dan perilaku yang baik pula, bila

WPS memiliki pengetahuan bahwa

menggunakan kondom saat berhubungan seks dengan pelanggannya dapat mencegah risiko tertular infeksi HIV-AIDS dan bila tertular dapat fatal dan mengakibatkan kematian, maka akan membentuk sikap mereka berupa kesadaran dan niat untuk tidak hanya menggunakan kondom tetapi juga melakukan pengobatan bila tertular IMS termasuk tertular infeksi HIV. Kesadaran tersebut akan memotivasi mereka agar timbul keinginan untuk memahami tentang penyakit HIV-AIDS, sehingga atas kesadarannya sendiri bersedia hadir saat penyuluhan karena keinginan untuk mendapat penambahan wawasan tentang infeksi HIV-AIDS.

Penelitian ini mendapatkan 97,36% WPS memiliki baik dan 2,63% cukup. Penelitian Ariani dan Hargono, mendapati perilaku 55,2% WPS tentang infeksi HIV-AIDS adalah kurang. Penelitian Juliastika, Korompis & Budi Ratag mendapatkan bahwa 33,81% WPS memiliki perilaku baik tentang infeksi HIV-AIDS. Penelitian Adhitama mendapatkan seluruh responden WPS (100%) memiliki perilaku cukup tentang infeksi HIV-AIDS.

STBP pada tahun 2011 mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran WPS akan pentingnya menggunakan kondom, yaitu


(25)

pengetahuan, aksesibilitas, penjangkauan dan aturan penggunaan kondom. Populasi kelompok WPSL yang mengetahui bahwa kondom dapat mencegah penularan HIV cenderung menggunakan kondom secara konsisten. Kesadaran untuk menggunakan kondom secara konsisten ditemukan lebih banyak di kelompok WPS yang memiliki pengetahuan komprehensif dibandingkan kelompok WPSL. Adanya Kondom gratis juga berpengaruh terhadap konsistensi penggunaan kondom terkait dengan permasalahan aksestabilitas kemudahan untuk memperoleh kondom. Frekuensi kontak dengan petugas lapangan yang intensif meningkatkan konsistensi WPS untuk menggunaan kondom. Konsistensi penggunaan kondom juga dipengaruhi oleh adanya aturan wajib menggunakan kondom bagi para WPS yang bekerja di lokalisasi tersebut. Sekitar 60% WPSL mengaku menggunakan kondom karena adanya peraturan, maka konsistensi para WPS untuk menggunakan kondom dapat ditingkatkan secara optimal.

Notoatmodjo mengemukakan unsur pengetahuan merupakan domain kognitif

yang sangat penting dalam membentuk sikap yang kemudian akan diwujudkan dalam tindakan atau perilaku seseorang. Apabila penerimaan atau adopsi perilaku baru didasari oleh pengetahuan, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng, sebaliknya bila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan maka tidak akan perubahan yang ada tidak akan berlangsung untuk jangka waktu lama. Semakin baik pengetahuan responden tentang infeksi HIV-AIDS, maka akan meningkatkan pengertian dan pemahaman serta kesadaran mereka yang terwujud dalam sikap, selanjutnya akan mereka praktekkan dalam perilaku sebagai upaya melakukan pencegahan terhadap paparan infeksi HIV-AIDS, antara lain dengan selalu melakukan hubungan seks secara aman dengan menggunakan kondom4. Hasil analisis statistik menggunakan

Chi Square untuk mengetahui hubungan

antara pengetahuan dan sikap para WPS tentang infeksi HIV-AIDS dijelaskan pada tabel 1.

Tabel 1. Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap

Pengetahuan Sikap Chi-Square P-value

Kurang Cukup Baik

Baik 0 (0.0%) 1 (2.6%) 9 (23.7%)

6.284 0.043

Cukup 0 (0.0%) 6 (15.8%) 18 (47.4%)

Kurang 0 (0.0%) 3 (7.9%) 1 (2.6%)

Keterangan : dikatakan signifikan jika nilai p-value ( > 0,01 - < 0,05) dikatakan sangat signifikan jika nilai p-value (≦ 0,01)

Tabel 4.1 menggambarkan hubungan antara pengetahuan dengan sikap. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 10 orang yang memiliki pengetahuan yang baik, 1 orang diantaranya memiliki sikap yang cukup dan 9 orang diantaranya memiliki sikap yang baik. Dari 24 orang

yang memiliki pengetahuan cukup, 6 orang diantaranya memiliki sikap yang cukup dan 18 orang diantaranya memiliki sikap yang baik. Dan dari 4 orang yang memiliki pengetahuan kurang, 3 orang diantaranya memiliki sikap yang cukup


(26)

dan 1 orang diantaranya memiliki sikap yang baik.

Hasil analisis Chi Square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap responden tentang infeksi HIV-AIDS, dimana didapatkan p-value 0,043 (<0,05). Jadi

tingkat pengetahuan WPS mempengaruhi sikap mereka terhadap infeksi HIV-AIDS.

Hasil analisis hubungan antara

pengetahuan dan perilaku WPS tentang

infeksi HIV-AIDS menggunakan Chi

Square dijelaskan pada tabel 2.

Tabel 2. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku

Pengetahuan Perilaku Chi-Square P-value

kurang Cukup Baik

Baik 0 (0.0%) 1 (2.6%) 9 (23.7%)

9.553 0.008

Cukup 0 (0.0%) 3 (7.9%) 21 (55.3%)

Kurang 0 (0.0%) 3 (7.9%) 1 (2.6%)

Keterangan : dikatakan signifikan jika nilai p-value (> 0,01 - < 0,05) dikatakan sangat signifikan nilai p-value (≦ 0,01) Tabel diatas menggambarkan hubungan

antara pengetahuan dengan perilaku. Berdasarkan table diatas dapat dilihat dari 10 orang yang memiliki pengetahuan yang baik, 1 orang diantaranya memiliki perilaku yang cukup dan 9 orang diantaranya memiliki perilaku yang baik. Dari 24 orang yang memiliki pengetahuan cukup, 3 orang diantaranya memiliki perilaku yang cukup dan 21 orang diantaranya memiliki perilaku yang baik. Dan dari 4 orang yang memiliki pengetahuan kurang, 3 orang diantaranya

memiliki perilaku yang cukup dan 1 orang diantaranya memiliki perilaku yang baik. Hasil analisis Chi Square menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan perilaku responden tentang infeksi HIV-AIDS, dimana didapatkan p-value 0,008 (≦0,01). Jadi tingkat pengetahuan WPS mempengaruhi perilaku mereka terhadap infeksi HIV-AIDS.

Hasil analisis hubungan antara perilaku dengan sikap WPS tentang infeksi HIV-AIDS menggunakan Chi Square dijelaskan pada tabel 3.

Tabel 3. Hubungan antara Sikap dengan Perilaku

perilaku Sikap Chi-Square P-value

Kurang Cukup Baik

Baik 0 (0.0%) 4 (10.5%) 27 (71.1%)

15.613 0.000

cukup 0 (0.0%) 6 (15.8%) 1 (2.6%)

Kurang 0 (0.0%) 0 (0.0%) 0 (0.0%)


(27)

dikatakan sangat signifikan nilai p-value (≦ 0,01)

Tabel 3 menjelaskan tentang hubungan sikap dengan perilaku. Tabel 3 menyata-kan ada 31 orang yang memiliki perilaku baik, dimana 4 orang diantaranya memiliki sikap yang cukup dan 27 orang memiliki sikap baik. Dari 7 orang yang memiliki perilaku cukup, 6 orang memiliki sikap cukup dan 1 orang baik.

Hasil analisis Chi Square menunjukkan terdapat hubungan sangat signifikan antara sikap dengan perilaku responden tentang infeksi HIV-AIDS, dengan p-value 0,000 (≦0,01). Jadi sikap WPS mempengaruhi perilaku mereka terhadap infeksi HIV-AIDS.

SIMPULAN

Simpulan hasil penelitian “Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kelompok Risiko Tinggi tentang HIV-AIDS di Kota Bandung tahun 2014” yaitu wanita penjaja seksual (WPS) di Kota Bandung Tahun 2014, yaitu :

 Gambaran secara umum kelompok

WPS di kota Bandung memiliki pengetahuan yang cukup, sikap dan perilaku baik akan infeksi HIV-AIDS  Ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan sikap WPS tentang infeksi HIV-AIDS.

 Ada hubungan yang sangat signifikakn antara pengetahuan dengan perilaku dan sikap dengan perilaku WPS terhadap infeksi HIV-AIDS.

DAFTAR PUSTAKA 1

.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan Penularan HIV-AIDS dan IMS bagi Kabupaten/Kota Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2010. 2

.

UNAIDS. UNAIDS Web Site. [Online].; 2013. Available from:

http://www.unaids.org/sites/default/files /en/media/unaids/contentassets/. 3

.

Ditjen PP & PL. Spiritia Web Site. [Online].; 2014. Available from: http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?la ng=id.

4 .

Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Jakarta: PT Rineka Cipta; 2012.


(28)

109 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Adhi, Djuanda. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Ariani & Hargono. 2011. Analisis Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dengan Tindakan Berdasarkan Surveilans Perilaku HIV-AIDS pada Wanita Pekerja Seks. Surabaya.

Ditjen PP&PL. 2014. 18 november 2014, www.spiritia.co.id dari http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id

Emanuele Fanales-Belasio, Raimondo Mariangela, Suligoi Barbara dan Butto Stefano. 2010. HIV Virology and Pathogenetic Mechanisms of Infection: A Brief Overview. Rome.

Hikmawati, Deis. 2009. Kesesuaian antara Tingkat Pengetahuan Mengenai HIV serta Perilaku Seksual Berisiko dengan Angka Kejadian Infeksi HIV pada Wanita Penjaja Seks. Bandung.

Juliastika, Korompis & Budi Ratag. 2011. Hubungan Pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan Sikap dan Tindakan Penggunaan Kondom Pria pada Wanita Pekerja Seks di Kota Manado. Manado.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pengendalian IMS Komprehensif dan Terpadu. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pencegahan Penularan HIV-AIDS dan IMS Bagi Kabupaten/Kota. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2011 . Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Nasional Tes dan Konseling HIV. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.


(29)

110 Universitas Kristen Maranatha

Meta, Adhitama. 2011. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha Angkatan 2010 Tentang HIV-AIDS. Bandung.

Putra, Solihin. 2007. Gambaran Tingkat Pengetahuan PSK Tentang HIV-AIDS Di Kota Bandung. Bandung.

Endang Sedyaningsih & Mamahit. 2010. Perempuan-Perempuan Kramat Tunggak, Jakarta : Kepustakaan Popular Gramedia.

Sjaiful, Daili, Wresti, Makes, Zubier. 2011. Infeksi Menular Seksual. Edisi keempat. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Universitas Indonesia.

Soekidjo, Notoadmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekidjo, Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan pertama. Jakarta : Rineka Cipta.

Spiritia. 2014. Diunduh pada 10 November 2014. Diunduh dari

http://www.spiritia.or.id. http://www.spiritia.or.id/.

STBP. 2011. Surveillans Terpadu Biologis dan Perilaku. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

STBP. 2011. Surveillans Terpadu Biologis dan Perilaku Pada Kelompok Berisiko Tinggi di Indonesia: Lembar Fakta WPSL. Jakarta.

UNAIDS. 2013. Core Epidemiology Slides. Diunduh pada 5 Februari 2014.

Diunduh dari

http://www.unaids.org/sites/default/files/en/media/unaids/contentassets/ documents/epidemiology/2013/gr2013/pdf.

WHO. 2005. Interim WHO Clinical Staging of HIV/AIDS and HIV/AIDS Case Definitions For Surveillance.

WHO. 2007. WHO Case Definitions Of HIV For Surveillance And Revised Clinical Staging And Immunological Classification Of HIV-Related Diseade In Adults And Children.


(1)

berdasarkan pengetahuan komprehensif responden tentang HIV dalam menjawab ke lima pertanyaan yang digunakan sebagai indikator penilaian pengetahuan HIV oleh MDGs hanya 40% responden yang mampu menjawab kelima pertanyaan secara benar jadi sebanyak 60% pengetahuan komprehensif responden masih rendah. Pengetahuan komprehensif dapat dipengaruhi tingkat pendidikan, penjangkauan, materi cetakan KIE yang diterima, dan kunjungan ke layanan IMS. Dari analisis diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan WPS, semakin tinggi tingkat pengetahuan komprehensif. Namun, sebagian WPS sebanyak 55% tidak menyelesaikan pendidikan dasar. Begitu pula penjangkauan, materi cetakan KIE dan kunjungan ke tempat pelayanan IMS terbukti meningkatkan pengetahuan komprehensif.

Penelitian Putra tentang pengetahuan WPS akan infeksi HIV-AIDS pada tahun 2007 mendapatkan 51,7% adalah cukup. Penelitian ini mendapatkan 78,94% responden memiliki sikap baik dan 21,05% cukup tentang infeksi HIV-AIDS. Hal ini disebabkan karena pertanyaan kuisioner diberikan kepada para responden sesuai dengan peraturan penggunaan kondom oleh yayasan yang menaungi responden. Responden pekerja spa yang dikelola dengan baik mereka dikenakan peraturan harus menggunakan kondom dan disediakan fasilitas kondom. Responden pekerja spa umumnya menunjukkan sikap baik terhadap pencegahan tertularnya infeksi HIV karena jangkauan untuk memperoleh kondom mudah. Sedangkan responden ditempat lokalisasi dengan pengelolaan tidak sebaik spa umunya kurang karena aspek untuk mendaatkan kondom tidak mendukung mereka harus membeli secara pribadi karena tidak tersedia dan harus swadaya. Penulis menyimpulkan bahwa suatu aturan yang baku tentang keharusan pemakaian kondom juga tersedianya sarana dan

kemudahan mendapatkan kondom akan meningkatkan sikap responden untuk menggunakan kondom.

Penelitian Ariani dan Hargono juga mendapatkan 50,6% WPS memiliki sikap yang baik tentang infeksi HIV-AIDS. Penelitian Juliastika, Korompis & Budi Ratag juga mendapatkan bahwa 64,79% WPS memiliki sikap baik. Penelitian Adhitama juga mendapatkan bahwa seluruh responden (100%) memiliki sikap cukup tentang infeksi HIV-AIDS. Apabila tingkat pengetahuan WPS tentang infeksi HIV-AIDS baik, maka dapat diharapkan mereka akan memiliki sikap dan perilaku yang baik pula, bila WPS memiliki pengetahuan bahwa menggunakan kondom saat berhubungan seks dengan pelanggannya dapat mencegah risiko tertular infeksi HIV-AIDS dan bila tertular dapat fatal dan mengakibatkan kematian, maka akan membentuk sikap mereka berupa kesadaran dan niat untuk tidak hanya menggunakan kondom tetapi juga melakukan pengobatan bila tertular IMS termasuk tertular infeksi HIV. Kesadaran tersebut akan memotivasi mereka agar timbul keinginan untuk memahami tentang penyakit HIV-AIDS, sehingga atas kesadarannya sendiri bersedia hadir saat penyuluhan karena keinginan untuk mendapat penambahan wawasan tentang infeksi HIV-AIDS.

Penelitian ini mendapatkan 97,36% WPS memiliki baik dan 2,63% cukup. Penelitian Ariani dan Hargono, mendapati perilaku 55,2% WPS tentang infeksi HIV-AIDS adalah kurang. Penelitian Juliastika, Korompis & Budi Ratag mendapatkan bahwa 33,81% WPS memiliki perilaku baik tentang infeksi HIV-AIDS. Penelitian Adhitama mendapatkan seluruh responden WPS (100%) memiliki perilaku cukup tentang infeksi HIV-AIDS.

STBP pada tahun 2011 mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran WPS akan pentingnya menggunakan kondom, yaitu


(2)

pengetahuan, aksesibilitas, penjangkauan dan aturan penggunaan kondom. Populasi kelompok WPSL yang mengetahui bahwa kondom dapat mencegah penularan HIV cenderung menggunakan kondom secara konsisten. Kesadaran untuk menggunakan kondom secara konsisten ditemukan lebih banyak di kelompok WPS yang memiliki pengetahuan komprehensif dibandingkan kelompok WPSL. Adanya Kondom gratis juga berpengaruh terhadap konsistensi penggunaan kondom terkait dengan permasalahan aksestabilitas kemudahan untuk memperoleh kondom. Frekuensi kontak dengan petugas lapangan yang intensif meningkatkan konsistensi WPS untuk menggunaan kondom. Konsistensi penggunaan kondom juga dipengaruhi oleh adanya aturan wajib menggunakan kondom bagi para WPS yang bekerja di lokalisasi tersebut. Sekitar 60% WPSL mengaku menggunakan kondom karena adanya peraturan, maka konsistensi para WPS untuk menggunakan kondom dapat ditingkatkan secara optimal.

Notoatmodjo mengemukakan unsur pengetahuan merupakan domain kognitif

yang sangat penting dalam membentuk sikap yang kemudian akan diwujudkan dalam tindakan atau perilaku seseorang. Apabila penerimaan atau adopsi perilaku baru didasari oleh pengetahuan, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng, sebaliknya bila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan maka tidak akan perubahan yang ada tidak akan berlangsung untuk jangka waktu lama. Semakin baik pengetahuan responden tentang infeksi HIV-AIDS, maka akan meningkatkan pengertian dan pemahaman serta kesadaran mereka yang terwujud dalam sikap, selanjutnya akan mereka praktekkan dalam perilaku sebagai upaya melakukan pencegahan terhadap paparan infeksi HIV-AIDS, antara lain dengan selalu melakukan hubungan seks secara aman dengan menggunakan kondom4. Hasil analisis statistik menggunakan

Chi Square untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap para WPS tentang infeksi HIV-AIDS dijelaskan pada tabel 1.

Tabel 1. Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap

Pengetahuan Sikap Chi-Square P-value

Kurang Cukup Baik Baik 0 (0.0%) 1 (2.6%) 9 (23.7%)

6.284 0.043

Cukup 0 (0.0%) 6 (15.8%) 18 (47.4%) Kurang 0 (0.0%) 3 (7.9%) 1 (2.6%)

Keterangan : dikatakan signifikan jika nilai p-value ( > 0,01 - < 0,05) dikatakan sangat signifikan jika nilai p-value (≦ 0,01)

Tabel 4.1 menggambarkan hubungan antara pengetahuan dengan sikap. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 10 orang yang memiliki pengetahuan yang baik, 1 orang diantaranya memiliki sikap yang cukup dan 9 orang diantaranya memiliki sikap yang baik. Dari 24 orang

yang memiliki pengetahuan cukup, 6 orang diantaranya memiliki sikap yang cukup dan 18 orang diantaranya memiliki sikap yang baik. Dan dari 4 orang yang memiliki pengetahuan kurang, 3 orang diantaranya memiliki sikap yang cukup


(3)

dan 1 orang diantaranya memiliki sikap yang baik.

Hasil analisis Chi Square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap responden tentang infeksi HIV-AIDS, dimana didapatkan p-value 0,043 (<0,05). Jadi

tingkat pengetahuan WPS mempengaruhi sikap mereka terhadap infeksi HIV-AIDS. Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dan perilaku WPS tentang infeksi HIV-AIDS menggunakan Chi Square dijelaskan pada tabel 2.

Tabel 2. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku

Pengetahuan Perilaku Chi-Square P-value

kurang Cukup Baik

Baik 0 (0.0%) 1 (2.6%) 9 (23.7%)

9.553 0.008 Cukup 0 (0.0%) 3 (7.9%) 21 (55.3%)

Kurang 0 (0.0%) 3 (7.9%) 1 (2.6%) Keterangan : dikatakan signifikan jika nilai p-value (> 0,01 - < 0,05) dikatakan sangat signifikan nilai p-value (≦ 0,01) Tabel diatas menggambarkan hubungan

antara pengetahuan dengan perilaku. Berdasarkan table diatas dapat dilihat dari 10 orang yang memiliki pengetahuan yang baik, 1 orang diantaranya memiliki perilaku yang cukup dan 9 orang diantaranya memiliki perilaku yang baik. Dari 24 orang yang memiliki pengetahuan cukup, 3 orang diantaranya memiliki perilaku yang cukup dan 21 orang diantaranya memiliki perilaku yang baik. Dan dari 4 orang yang memiliki pengetahuan kurang, 3 orang diantaranya

memiliki perilaku yang cukup dan 1 orang diantaranya memiliki perilaku yang baik. Hasil analisis Chi Square menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan perilaku responden tentang infeksi HIV-AIDS, dimana didapatkan p-value 0,008 (

0,01). Jadi tingkat pengetahuan WPS mempengaruhi perilaku mereka terhadap infeksi HIV-AIDS.

Hasil analisishubungan antara perilaku dengan sikap WPS tentang infeksi HIV-AIDS menggunakan Chi Square dijelaskan pada tabel 3.

Tabel 3. Hubungan antara Sikap dengan Perilaku

perilaku Sikap Chi-Square P-value

Kurang Cukup Baik

Baik 0 (0.0%) 4 (10.5%) 27 (71.1%)

15.613 0.000 cukup 0 (0.0%) 6 (15.8%) 1 (2.6%)

Kurang 0 (0.0%) 0 (0.0%) 0 (0.0%)


(4)

dikatakan sangat signifikan nilai p-value (≦ 0,01)

Tabel 3 menjelaskan tentang hubungan sikap dengan perilaku. Tabel 3 menyata-kan ada 31 orang yang memiliki perilaku baik, dimana 4 orang diantaranya memiliki sikap yang cukup dan 27 orang memiliki sikap baik. Dari 7 orang yang memiliki perilaku cukup, 6 orang memiliki sikap cukup dan 1 orang baik.

Hasil analisis Chi Square menunjukkan terdapat hubungan sangat signifikan antara sikap dengan perilaku responden tentang infeksi HIV-AIDS, dengan p-value 0,000 (≦0,01). Jadi sikap WPS mempengaruhi perilaku mereka terhadap infeksi HIV-AIDS.

SIMPULAN

Simpulan hasil penelitian “Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kelompok Risiko Tinggi tentang HIV-AIDS di Kota Bandung tahun 2014” yaitu wanita penjaja seksual (WPS) di Kota Bandung Tahun 2014, yaitu :

 Gambaran secara umum kelompok WPS di kota Bandung memiliki pengetahuan yang cukup, sikap dan perilaku baik akan infeksi HIV-AIDS  Ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan sikap WPS tentang infeksi HIV-AIDS.

 Ada hubungan yang sangat signifikakn antara pengetahuan dengan perilaku dan sikap dengan perilaku WPS terhadap infeksi HIV-AIDS.

DAFTAR PUSTAKA 1

.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan Penularan HIV-AIDS dan IMS bagi Kabupaten/Kota Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2010. 2

.

UNAIDS. UNAIDS Web Site. [Online].; 2013. Available from:

http://www.unaids.org/sites/default/files /en/media/unaids/contentassets/. 3

.

Ditjen PP & PL. Spiritia Web Site. [Online].; 2014. Available from: http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?la ng=id.

4 .

Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Jakarta: PT Rineka Cipta; 2012.


(5)

109

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Adhi, Djuanda. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI.

Ariani & Hargono. 2011. Analisis Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dengan

Tindakan Berdasarkan Surveilans Perilaku HIV-AIDS pada Wanita

Pekerja Seks. Surabaya.

Ditjen

PP&PL.

2014.

18

november

2014,

www.spiritia.co.id

dari

http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id

Emanuele Fanales-Belasio, Raimondo Mariangela, Suligoi Barbara dan Butto

Stefano. 2010. HIV Virology and Pathogenetic Mechanisms of Infection:

A Brief Overview. Rome.

Hikmawati, Deis. 2009. Kesesuaian antara Tingkat Pengetahuan Mengenai HIV

serta Perilaku Seksual Berisiko dengan Angka Kejadian Infeksi HIV pada

Wanita Penjaja Seks. Bandung.

Juliastika, Korompis & Budi Ratag. 2011. Hubungan Pengetahuan tentang

HIV/AIDS dengan Sikap dan Tindakan Penggunaan Kondom Pria pada

Wanita Pekerja Seks di Kota Manado. Manado.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pengendalian IMS Komprehensif dan Terpadu.

Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pencegahan Penularan HIV-AIDS

dan IMS Bagi Kabupaten/Kota. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi

Menular Seksual 2011 . Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Nasional Tes dan Konseling HIV.

Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan.


(6)

110

Universitas Kristen Maranatha

Meta, Adhitama. 2011. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Maranatha Angkatan 2010 Tentang HIV-AIDS.

Bandung.

Putra, Solihin. 2007. Gambaran Tingkat Pengetahuan PSK Tentang HIV-AIDS Di

Kota Bandung. Bandung.

Endang Sedyaningsih & Mamahit. 2010. Perempuan-Perempuan Kramat

Tunggak, Jakarta : Kepustakaan Popular Gramedia.

Sjaiful, Daili, Wresti, Makes, Zubier. 2011. Infeksi Menular Seksual. Edisi

keempat. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Universitas Indonesia.

Soekidjo, Notoadmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta.

Soekidjo, Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.

Cetakan pertama. Jakarta : Rineka Cipta.

Spiritia.

2014.

Diunduh

pada

10

November

2014.

Diunduh

dari

http://www.spiritia.or.id

. http://www.spiritia.or.id/.

STBP. 2011. Surveillans Terpadu Biologis dan Perilaku. Jakarta: Direktorat

Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

STBP. 2011. Surveillans Terpadu Biologis dan Perilaku Pada Kelompok Berisiko

Tinggi di Indonesia: Lembar Fakta WPSL. Jakarta.

UNAIDS. 2013. Core Epidemiology Slides. Diunduh pada 5 Februari 2014.

Diunduh

dari

http://www.unaids.org/sites/default/files/en/media/unaids/contentassets/

documents/epidemiology/2013/gr2013/pdf.

WHO. 2005. Interim WHO Clinical Staging of HIV/AIDS and HIV/AIDS Case

Definitions For Surveillance.

WHO. 2007. WHO Case Definitions Of HIV For Surveillance And Revised

Clinical Staging And Immunological Classification Of HIV-Related

Diseade In Adults And Children.


Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan Tahun 2012

0 48 92

Sikap tentang HIV/AIDS dan Perilaku Seksual Kalangan Supir Angkutan Kota Di Kota Tebing Tinggi Tahun 2003

0 39 86

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja Komunitas Anak Jalanan di Kabupaten Kudus.

0 3 14

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja Komunitas Anak Jalanan di Kabupaten Kudus.

1 5 15

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA KELOMPOK HOMOSEKSUAL (GAY) DAN Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Pada Kelompok Homoseksual (GAY) Dan Heteroseksual Di Kota Surakarta.

0 1 15

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA KELOMPOK HOMOSEKSUAL (GAY) DAN Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Pada Kelompok Homoseksual (GAY) Dan Heteroseksual Di Kota Surakarta.

0 2 13

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku WPS Remaja Mengenai Infeksi HIV/AIDS di Klinik X Bandung.

0 2 20

Studi Fenomena Penyebaran HIV/AIDS Pada Waria Golongan Risiko Tinggi di Kota Bandung Tahun 2009.

0 4 49

Hubungan Pengetahuan tentang HIV AIDS de

0 0 6

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIVAIDS DENGAN SIKAP PENCEGAHAN HIVAIDS PADA PASIEN YANG MELAKUKAN PEMERIKSAAN DI PUSKESMAS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan Sikap Pencegahan HIV/AIDS p

0 0 12