HUBUNGAN POLA ASUH AUTORITATIF DAN EFIKASI DIRI DENGAN MASALAH EMOSI DAN PERILAKU PADA SISWA SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN KLUNGKUNG.

TESIS

HUBUNGAN POLA ASUH AUTORITATIF DAN
EFIKASI DIRI DENGAN MASALAH EMOSI DAN
PERILAKU PADA SISWA SISWI SEKOLAH
MENENGAH ATAS DI KABUPATEN KLUNGKUNG

I GUSTI AYU AGUNG MIRAH

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

TESIS

HUBUNGAN POLA ASUH AUTORITATIF DAN
EFIKASI DIRI DENGAN MASALAH EMOSI DAN
PERILAKU PADA SISWA SISWI SEKOLAH
MENENGAH ATAS DI KABUPATEN KLUNGKUNG


I GUSTI AYU AGUNG MIRAH
NIM 111805102

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

1

2

HUBUNGAN POLA ASUH AUTORITATIF DAN
EFIKASI DIRI DENGAN MASALAH EMOSI DAN
PERILAKU PADA SISWA SISWI SEKOLAH
MENENGAH ATAS DI KABUPATEN KLUNGKUNG

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik,
Program Pascasarjana Universitas Udayana

I GUSTI AYU AGUNG MRAH
NIM 111805102

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

3

LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 7 Maret 2016

Pembimbing I,


Pembimbing II

dr. I G. Ayu Endah Ardjana, SpKJ(K)
NIP.195102101980102001

Dr. I Made Rustika,MSi.Psikolog
NIP. 195801211984031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,

Dr. dr. G.N. Indraguna Pinatih, M.Sc,SpGKProf.
NIP 19580521 198503 1 002

Direktur
Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Dr. dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)

NIP.195902151985102001

4

Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 7 Maret 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
Nomor : 970/UN14.4/HK/2016, Tertanggal 29 Februari 2016

Penguji

:

Ketua


: Dr. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, SpKJ (K)

Anggota

: 1. dr. Nyoman Hanati SpKJ (K)
2. Prof. dr. Tigeh Suryadhi, MPH., Ph.D
3. dr. I Gusti Ayu Endah Ardjana, SpKJ (K)
4. Dr. I Made Rustika, Msi. PSikolog

5

6

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji

syukur

kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

asung wara nugraha-Nya maka tesis yang berjudul “Hubungan Pola Asuh
Autoritatifdan Efikasi Diri dengan Masalah Emosi dan Perilaku siswa siswi
Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di Kabupaten Klungkung” dapat
diselesaikan. Tesis ini adalah tugas akhir pendidikan sebagai persayaratan
memperoleh gelar Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa pada Program Pendidikan
Dokter Spesialis-1 Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan
dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
Yang terhormat Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, selaku Rektor
Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT, FICS selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi,
Sp.S(K) selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana; Dr. dr. Gde
Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, Sp.GK selaku Ketua Program Magister Ilmu

Biomedik Kekhususan Combined Degree, Program Pascasarjana Universitas
Universitas Udayana. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk penulis
dapat menempuh pendidikan di Universitas Udayana.
Yang terhormat dr. Anak Ayu Sri Saraswati, M.Kes selaku Direktur
Utama RSUP Sanglah Denpasar atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Anak


7

Ayu Sri Wahyuni, SpKJ selaku Kepala Bagian/ SMF Psikiatri FK UNUD Sanglah
dan dr. Wayan Westa, SpKJ (K) selaku Ketua Program Studi Program Pendidikan
Dokter Spesialis (PDS)-1 Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah sekaligus sebagai
Ketua PTRM Sandat .
dr. I Gusti Ayu Endah Ardjana,SpKJ(K) selakupembimbing akademis
sekaliguspembimbing I atas segala waktu, perhatian, dorongan semangat,
masukan, arahan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
Dr. I Made Rustika,Msi Psikolog selaku pembimbing II atas segala waktu,
perhatian,dorongan semangat, masukan, arahandan bimbinganyang diberikan
kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Seluruh staf pengajar di bagian Psikiatri FK UNUD dan staf pengajar
Program Magister Ilmu Biomedik Kekhususan Kedokteran Klinik (Combined
Degree)Program Pascasarjana Universitas Udayana angkatan pertama atas ilmu
dan motivasi yang diberikan dalam menyelesaikan tesis ini.
Pada kesempatan inipenulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
Tulus disertai penghargaan kepada Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA)I

Semarapura dan Banjaranglan, SMA 2 Semarapura, SMA PGRI Pariwisata
Semarapura, SMA Pariwisata Saraswati Semarapura dan Madrasah Aliyah
Diponegoro Semarapura, serta seluruh siswa siswi Sekolah Menengah Atas baik
negeri maupun swasta di kecamatan Banjarangkan dan kecamatan Semarapura
Kabupaten Klungkung.
Akhirnya penulis menyampaikan terimakasih yang tulus kepada kedua

8

orangtua yang saya cintai, I Gusti Putu Mawa, SH (Alm) dan I Gusti Ayu Kartini,
yang paling saya sayangi, suami I Gusti Ngurah Wiyasa, SH dan ketiga buah
hati I Gusti Ayu Agung Intan Maharani Wira Putri, I Gusti Ngurah Agung
Mahendra Wira Utama, dan I Gusti Ngurah Agung Indra Maheswara Wira Utama
atas segala pengorbanan, dukungan moril dan materiil. Tanpa kalian, penulis
bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.
Penulis telah berusaha membuat tesis ini dengan sebaik-baiknya namun
tetap menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan baik dari aspek materi
dan penyajiannya. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
demi perbaikan tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa akan selalu

melimpahkan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
dan penyelesaian tesis ini.

Denpasar, Februari 2016
Penulis

9

ABSTRAK
Latar Belakang: Masalah Emosi dan Perilaku pada remaja merupakan masalah
yang cukup serius, karena berdampak terhadapperkembangannya, serta dapat
menimbulkan hendaya dan menurunkan produktivitas serta kualitas hidupnya.
Pola asuhAutoritatifdan efikasi diri yang tinggi akan menurunkan masalah emosi
dan perilaku remaja. Tujuan: Mengetahui hubungan pola asuh autoritatif dan
efikasi diri dengan masalah emosi dan perilaku siswa-siswi di Sekolah Menengah
Atas Kabupaten Klungkung. Metodelogi: Penelitian ini adalah penelitian non
eksperimental observasional dengan rancangan cross sectional. Analisis bersifat
deskriptif analitik. Pengambilan sampel secara acak sederhana. Alat Ukur dengan
menggunakan kuesionerPola Asuh Autoritatif,Kuesioner Efikasi Diri dan
kuesioner strength and difficulty quisioner (SDQ). Data dianalisis menggunakan

uji pearson dengan regresi linier. Subjek penelitian yang dianalisis sebanyak 120
orang.Hasil Pola AsuhAutoritatif berhubungan negatif dengan masalah emosi dan
perilaku dengan nilai (r=-0,384, p=0,000). Efikasi diri berhubungan negatif
dengan masalah emosi dan perilaku dengan nilai (r=-0,311, p=0,000). Hasil
análisis regresi linier menunjukkan R=0,430 (F=13,295;p=0,000) dengan
demikian Pola asuh autoritatif dan efikasi diri bersama-sama berperan terhadap
masalah emosi dan perilaku. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,185
menunjukkan sumbangan efektif dari pola asuh autoritatif dan efikasi diri
terhadap masalah emosi dan perilaku sebesar 18.5%.Nilai beta terstandarisasi
pada pola asuh autoritatif dengan masalah emosi dan perilaku sebesar -0,315
(p=0,001), sedangkan pada efikasi diri dengan masalah emosi dan perilaku
sebesar -0,205 (p= 0,022). Dengan demikian dapat disebutkan peran pola asuh
autoritatiflebih besar dari pada efikasi diri terhadap masalah emosi dan perilaku.
Kata Kunci: pola asuh autoritatif, efikasi diri, masalah emosi dan perilaku, remaja
SMA

10

ABSTRACT
CORRELATION OF AUTHORITATIVE PARENTING AND SELF

EFFICACY TO THE PROBLEM OF EMOTIONAL AND BEHAVIORAL
AMONG HIGHSCHOOL STUDENTS IN KLUNGKUNG DISTRICT

Background: Emotional and behavioral problems in adolescentsare significant due
to their potential effectson development, and these problems may lead to disability
and the decrease inproductivity. Authoritativeparenting and high self efficacy
might play role of thedecrease inthese emotional and behavioralproblems. Aim:
To determine the correlation of authoritativeparenting and self efficacy, and
emotional and behavioral problems among highschool students in Klungkung
district.Methods: The research was an observational non experimental one with
cross sectional design, with descriptive analysis. Sampels were obtained by simple
random sampling. Instruments used were the authoritativeparenting questionnaire,
self efficacy questionnaires, and Strength and Difficulty Questionnaire (SDQ).
Data were analysed by pearson test using linear regression.Results: A number of
120 sampels were analysed. authoritativeparenting was negatively correlated to
emotion and behavioral problems(r=-0.384, p=0.000). Self efficacy was
negatively correlated to emotional and emotional problems (r=-0.311, p=0.000).
Linear regression analysis showed a value of R=0.430 (F=13.295;p=0.000), and as
such, athoritative parenting and self efficacy simultaneously played role in
emotional and behavioral problems. A determination coefficient of 0.185 showed
the effective role of authoritativeparenting and self efficacy on emotional and
behavioral problems of 18.5%. The standardized beta value ofautoritatifparenting
and emotional and behavioral problem was -0.315 (p=0.001), while for self
efficacy and emotional and behavioral problem was-0.205 (p= 0.022). It was
concluded authoritativeparenting played more significant role on emotional and
emotional problemsthan self efficacy.
Keywords: authoritativeparenting, self efficacy, emotional and behavioral
problems, high school adolescences

11

DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM………………………………………….…………..…………i
LEMBAR PERSETUJUANPEMBIMBING……………………………….…….ii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI…………………………………...…………iii
ABSTRAK .............................................................................................................. 9
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 11
DAFTAR TABEL ................................................................................................. 14
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ 16
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... 17
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... 18
BAB I PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar belakang masalah ............................Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah.....................................Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penelitian ......................................Error! Bookmark not defined.
1.4 Manfaat Penelitian ....................................Error! Bookmark not defined.
1.4.1
Manfaat teoritis ...................... Error! Bookmark not defined.
1.4.2
Manfaat praktis....................... Error! Bookmark not defined.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ............................ Error! Bookmark not defined.
2.1 Remaja............... .......................................Error! Bookmark not defined.
2.1.1
Definisi remaja ....................... Error! Bookmark not defined.
2.1.2
Pertumbuhan dan perkembangan remajaError!
Bookmark
not defined.
2.1.3
Tahapperkembangan remaja .. Error! Bookmark not defined.
2.1.4
Pembentukan identitas diri remajaError! Bookmark not
defined.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Psikososial Remaja.
Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Lingkungan keluarga ................... Error! Bookmark not defined.
2.2.2
Lingkungan sekolah ............... Error! Bookmark not defined.
2.2.3
Lingkungan teman sebaya ...... Error! Bookmark not defined.
2.2.4
Lingkungan masyarakat ......... Error! Bookmark not defined.
2.3 Masalah Emosi dan Perilaku Remaja .......Error! Bookmark not defined.
2.3.1
Definisi ................................... Error! Bookmark not defined.
2.3.2
Kriteria diagnosis ................... Error! Bookmark not defined.
2.3.3
Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi dan perilaku
remaja ..................................... Error! Bookmark not defined.

12

2.2.3

Deteksi dini masalah emosional dan perilaku pada remaja
Error! Bookmark not defined.
2.3 Pola Asuh Orang Tua ...............................Error! Bookmark not defined.
2.2.1
Pengertian pola asuh orang tuaError!
Bookmark
not
defined.
2.2.3
Dimensi pola asuh .................. Error! Bookmark not defined.
2.2.2.
Jenis-jenis pola asuh orang tuaError!
Bookmark
not
defined.
2.2.4
Pengukuran pola asuh (parenting style)Error! Bookmark not
defined.
2.3 Efikasi Diri ...............................................Error! Bookmark not defined.
2.3.1
Definisi ................................... Error! Bookmark not defined.
2.3.2 Sumber dari Efikasi Diri ............Error! Bookmark not defined.
2.3.3 .Perkembangan efikasi individu ....Error! Bookmark not defined.
2.3.4
Komponen efikasi diri ............ Error! Bookmark not defined.
2.3.5
Proses yang mempengaruhi efikasi diriError! Bookmark not
defined.
2.3.5
Karakteristik individu yang memiliki efikasi diri tinggi dan
efikasi diri rendah ................... Error! Bookmark not defined.
2.3.6
Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri .............. Error!
Bookmark not defined.
2.3.7
Pengukuran skala efikasi diri . Error! Bookmark not defined.
BAB IIIKERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ................. Error!
Bookmark not defined.
3.1 Kerangka Berpikir ....................................Error! Bookmark not defined.
3.2 KonsepPenelitian ......................................Error! Bookmark not defined.
3.3 Hipotesis Penelitian ..................................Error! Bookmark not defined.
BAB
IVMETODE
PENELITIAN………………………………………............Error!
Bookmark not defined.
4.1 Rancangan Penelitian ...............................Error! Bookmark not defined.
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian..................Error! Bookmark not defined.
4.3. Penentuan Sumber Data .........................Error! Bookmark not defined.
4.3.1 Populasi penelitian .....................Error! Bookmark not defined.
4.3.2
Sampel penelitian ................... Error! Bookmark not defined.
4.3.3
Kriteria inklusi dan eksklusi penelitianError! Bookmark not
defined.
4.3.4
Besar sampel .......................... Error! Bookmark not defined.
4.3.5
Teknik penentuan sampel....... Error! Bookmark not defined.
4.4 Variabel dan Definisi Operasional ...........Error! Bookmark not defined.

13

4.4.1
Identifikasi variabel ................ Error! Bookmark not defined.
4.4.2
Definisi operasional ............... Error! Bookmark not defined.
4.4.3
Instrumen penelitian ............... Error! Bookmark not defined.
4.5 Prosedur Penelitian ................................Error! Bookmark not defined.
4.6 . Pengolahan dan Analisis data .................Error! Bookmark not defined.
BAB VHASIL PENELITIAN ............................... Error! Bookmark not defined.
5.1 Tahap Uji Coba Skala Efikasi Diri ...........Error! Bookmark not defined.
5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...Error! Bookmark not defined.
5.2.1 Uji validitas dan reabilitas skala efikasi diriError! Bookmark not
defined.
5.3 Analisis Data dan Hasil Penelitian ...........Error! Bookmark not defined.
5.3.1 Karakteristik Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
5.3.2 Deskripsi dan kategori data penelitianError! Bookmark not
defined.
5.3.4 Uji Normalitas ...............................Error! Bookmark not defined.
5.3.5 Uji Linieritas ................................. Error! Bookmark not defined.
5.3.6 Uji multikoliniaritas ...................... Error! Bookmark not defined.
5.4 Uji Hipotesis ............................................Error! Bookmark not defined.
5.6 Peran Pola Asuh Autoritatifdan Efikasi Diri dengan Masalah Emosi dan
Perilaku............... ......................................Error! Bookmark not defined.
BAB VIPEMBAHASAN ....................................... Error! Bookmark not defined.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................... Error! Bookmark not defined.
7.1 Simpulan ...................................................Error! Bookmark not defined.
7.2 Saran..... ...................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN……………………………………………………………………...92

14

DAFTAR TABEL
Halaman
2.1

Strategi Pengubahan Sumber Efikasi.........................................................34

2.2

Prediksi

Tingkah

Laku

Hasil

Kombinasi

Efikasi

Diri

dengan

Lingkungan................................................................................................35
4.3

Interprestasi Skor Penilaian Kuesioner SDQ…………………………….54

4.4

DistribusiItem-ItemSkala Pola Asuh Autoritatif………...……………….55

4.5

Distribusi Item-Item Skala Efikasi Diri………………………………….56

5.1

Nomor Item yang gugur pada Skala Efikasi Diri………………………...61

5.2

Sebaran Skala Efikasi Diri……………………………………..………...62

5.3

Karakteristik Subjek Penelitian …………………………………..……..63

5.4

DeskripsiData Penelitian………………………………………………...66

5.5

Kategori Pola Asuh Autoritatif……………………………………………......67

5.6

Kategori Efikaasi Diri………………………………………….………...67

5.7

Kategori Masalah Emosi dan Perilaku…………………………………...68

5.8

Klasifikasi Masalah Emosi dan Perilaku…………………………………69

5.9

Uji normalitas Skala Pola Asuh Autoritatif, Efikasi Diri dan Masalah
emosi dan Perilaku………………………….……………………………70

5.10

Uji Linieritas Variable Penelitian……………………………………...…71

5.11

Uji Multikolinieritas Variable Penelitian………………………………..72

5.12

Hubungan Pola AsuhAutoritatif, Efikasi Diri dengan Masalah Emosi dan
Perilaku…………………………………………………………………..73

5.13

Uji Regresi Variable Penelitan…………………………………………..74

15

5.14

Hasil Uji Regresi Berganda Signifikansi F………………………………74

5.15

Uji Regresi Nilai Beta Terstandarisasi………………………………..…75

16

DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.2 Bagan KonsepPenelitian ............................................................................... .47
4.1 Bagan Rancangan Penelitian…… .................................................... …..........48
4.4 Bagan Hubungan Antar Variabel.........…………………………………...…52
4.5 Bagan Alur Penelitian ......................................................... …… …………57

17

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.

Ethical clearent

Lampiran 2

Ijin Penelitian di Komunitas

Lampiran 3

Inform Consent

Lampiran 4

Formulir Data Penelitian

Lampiran 5

Kuesioner SDQ

Lampiran 6

KuesionerPola Asuh Autoritatif

Lampiran 7

Kuesioner Efikasi Diri

Lampiran 8

Kuesioner Efikasi Diri yang sudah divalidasi

Lampiran 9

Data Kuesioner Efikasi Diri

Lampiran 10 Uji Validasi dan realibilitas skala efikasi diri
Lampiran 11 Data penelitian
Lampiran 12 Uji Normalitas data
Lampiran 13 Uji Linieritas data
Lampiran 14 Uji Multikoliniaritas skala
Lampiran 15 Data Deskripsi Masalah Emosi dan Perilaku
Lampiran 16 Data DeskripsiPola Asuh Autoritatif
Lampiran 17 Data Deskripsi Efikasi diri
Lampiran 18 Uji regresi Linier

18

DAFTAR SINGKATAN

CBCL

: Children Social Behaviour Quistionnaire

CBCL

: Child Behaviour Checklist

CBSA

: Computer Based Screening fo Adolescent

DSM

:Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders

ED

: Efikasi Diri

ICD

:International Statistical Classification of Diseases

MEP

: Masalah Emosi dan Perilaku

PSC

: Pediatric Symptom Checklist

PAA

: Pola Asuh Autoritatif

PKK

: Program Kesejahteraan Keluarga

Riskesdas

: Riset Kesehatan Dasar

RSCM

: Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

SDQ

: Strength and Dificulty Questionaire

SMA

: Sekolah Menengah Atas

WHO

: Word Health Organization

BABI
PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang masalah
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa

dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan
fisik, mental, sosial dan emosional. Remaja berada pada masa peralihan antara
masa anak-anak dan masa dewasa, status remaja agak kabur, baik bagi dirinya
maupun bagi lingkungannya. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar,
emosi yang meningkat, sedangkan pengendalian diri belum sempurna.
Data demografi menunjukkan bahwa jumlah populasi remaja di dunia
merupakan populasi yang besar. Pada tahun 2012 jumlah remaja berumur 12-17
tahun sekitar 721 juta dari 6.1 miliar penduduk didunia (Departement of
Economic and Social Affairs, 2012). Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik
(2010), kelompok umur 10-19 tahun adalah 22 % yang terdiri dari 50.9% remaja
laki-laki dan 49,1% remaja perempuan
Remaja yang sedang berada di fase perubahan, sering kali memicu
terjadinya konflik dengan lingkungan sekitarnya. Apabila konflik tersebut tidak
bisa diatasi dengan baik, maka dalam perkembangannya akan membawa
dampaknegatif terutama terhadappematangan karakter remaja dan tidak jarang
memicu terjadinya gangguan mental(Wiguna, 2009).
Masalah emosi dan perilakupada anak dan remaja merupakan masalah
yang cukup serius karena berdampak terhadapperkembangan, serta menimbulkan

2

hendaya dan menurunkan produktivitas serta kualitas hidup mereka. Satu setengah
juta anak dan remaja di Amerika Serikat dilaporkan oleh orang tuanya memiliki
masalah emosional, perkembangan dan perilaku yang persisten (Blanchard et al,
2006).
Pada studi dibeberapa negara di dunia, didapatkan prevalensi gangguan
emosi dan perilakupada remaja berkisar 16,5% sampai 40,8 % dan di India
berkisar 13,7% sampai 50%(Pathaket al, 2011).Singapura, 12,5 % anak usia 6-12
tahun memiliki masalah emosi dan perilaku(Woo et al, 2007).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007,
prevalensi gangguan mental dan emosional 11,6 % dan terbanyak didaerah
pedesaan sedangkan padatahun 2013 prevalensi tidak jauh berbeda, namun
terdapat pergeseran tempat menjadi dikota lebih tinggi dari pada pedesaan(
Balitbangkes RI, 2013).
Penelitian di Poliklinik Jiwa Anak dan Remaja Rumah Sakit Cipto
Mangun Kusumo (RSCM)

didapatkan bahwa proporsi terbesar dari masalah

emosi dan perilakupada anak usia sekolah, 54,81% masalah dengan teman sebaya
dan 42,2% dengan masalah emosional. Masalah dengan teman sebaya lebih
banyak terdapat pada anak berusia < 12 tahun (39,1%) dan pada anak yang
berusia > 12 tahun lebih banyak mengalami masalah emosi (33,5 %) (Wiguna et
al, 2010).
Berbagai stresor psikososial seringkali dikaitkan dengan terjadinya
masalah emosi dan perilakupada anak dan remaja, seperti adanya penyakit fisik,
pola asuh yang inadekuat, kekerasan rumah tangga, hubungan dengan teman

3

sebaya yang inadekuat serta kemiskinan. Masalah emosi dan perilaku yang terjadi
berdampak terhadap tumbuh kembang dan kehidupan anak sehari-hari. Gangguan
perkembangan kognitif, kesulitan belajar karena mereka tidak mampu
berkonsentrasi terhadappelajaran, kemampuan mengingat yang buruk atau
bertingkah yang tidak sesuai didalam lingkungan sekolah,meningkatkan angka
kenakalan dan kriminalitas dimasa mendatang hingga bunuh diri (Wigunaet al,
2010).
Pada tahun 2010, Word Health Organization (WHO) melaporkan angka
bunuh diri di Indonesia mencapai 1.8 per 100.000 jiwa. Pada tahun 2012
meningkat menjadi 4,3 per 100.000 jiwa atau sekitar 10.000 per tahun (Beritasatu,
2014)MenurutKusumawardani (2014)bunuh diri merupakan penyebab utama
kematian remaja di Indonesia. Bunuh diri terjadi karena rasa putus asa yang
dikaitkan dengan gangguan depresi, yang terjadi karena masalah emosional
remaja yang tidak tertanganiKenakalan remaja yang merupakan perilaku
menyimpang seperti tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkotika dan obat
terlarang lainnya, seks pranikah terjadi peningkatan dari tahun ke tahun.
MenurutSyarief (2013)salah satu penyebabnya adalah faktor keluarga, dimana
orang tua terlalu sibuk dan kurangnya komunikasi
Berdasarkan data diatas timbul pertanyaan mengapa ada remaja yang
mengalami masalah emosional dan perilaku sedangkan yang lainnya tidak? Ada
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya masalah emosional dan perilaku
seperti biologi/penyakit fisik, faktor keluarga, faktor sekolah dan budaya. Pola
asuh orang tua merupakan salah satu faktor risiko terjadinya masalah emosional

4

dan perilaku remaja(Mulyati, 2014). Faktor protektif berperan menyebabkan tidak
terjadinya masalah emosional dan perilaku pada individu yang terpapar faktor
risiko.
Hubungan yang dekat antara orang tua dan anak sejak kanak- kanak
sampai remaja sangat mempengaruhi perkembangan remaja karena hubungan ini
merupakan contoh yang akan dibawa remaja secara terus-menerus yang akan
mempengaruhi pembentukan hubungan baru (Santrock, 2007).
Peran orang tua dalam menjalani masa tumbuh kembang anak sangat
penting. Orang tua berperan dalam pembentukan perilaku, watak, moral dan
pendidikan

anak.

Pada

keluarga

yang

menerapkan

pola

asuh

yang

autoritatif,merupakansebuah keluarga hangat, penuh penerimaan, mau saling
mendengar, peka terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk berperan serta
dalam mengambil keputusan didalam keluarga. Pola asuh

yang hangat ini

mengakibatkan anak merasa dekat dan nyaman dengan orang tuanya, sehingga
bila mempunyai suatu masalah anak akan berani mengungkapkannya pada orang
tuanya, sehingga akan menurunkan masalah emosional dan perilaku. Anak dengan
pola asuh ini berkompeten secara sosial, energik, bersahabat, ceria, memiliki
keingintahuan yang besar dapat mengontrol diri, memiliki harga diri yang tinggi,
serta memiliki prestasi yang tinggi (Baumrid,2008).
Masa remaja merupakan masa yang kritis dimana remaja mengalami
pengalaman kehidupan yang berbeda. Efikasi diri merupakan salah satu faktor
dari diri remaja untuk dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya .
Efikasi diri adalah keyakinan individu untuk mengatasi situasi khusus sehubungan

5

dengan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan yang ada hubungannya
dengan tugas khusus atau situasi khusus. Remaja yang mempunyai efikasi diri
yang tinggi akan merasa yakin

bisa menghadapi berbagai masalah yang

dihadapinya dan tidak mengalami stres, cemas, depresi ataupun terlibat dalam
berbagai kenakalan remaja(Bandura, 1997).Pada remaja yang memiliki efikasi diri
yang tinggi akan terhindar dari masalah emosional dan perilaku, karena dengan
efikasi yang tinggi remaja sangat yakin mampu mengatasi masalah dan hambatan
yang dihadapinya dengan baik sehingga perasaan tertekan dapat diatasi (Rustika,
2014).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Shiomi & Matshushima (2003) didapatkan
efikasi diri berhubungan negatif dengan stres individu dan berhubungan positif
dengan koping stres individu. Berbagai penelitian yang meneliti hubungan antara
efikasi diri dan depresi, menemukan bahwa efikasi diri berhubungan negatif
dengan depresi. Menurut Melvin, et al.(2010) peningkatan efikasi diri
memberikan luaran yang baik pada remaja yang mengalami depresi
Berdasarkan Rikesda Bali tahun 2013,prevalensi gangguan mental dan
emosi di Kabupaten Klungkung sebesar 9,5 %, terjadi peningkatan dari hasil
Riskesda tahun 2007 sebesar 6,1 % dan menempati urutan kedua setelah Bangli
12,5%. Angka tersebut berada diatas angka prevalensi gangguan mental dan
emosional di Bali (4,4%) (Pranataet al, 2013)
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui masalah emosi dan
perilaku

remaja

di

kabupaten

Klungkung

asuhAutoritatiforang tua dan efikasi diri remaja.

dihubungkan

dengan

pola

6

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan pernyataan

sebagai berikut: Apakah pola asuh autoritatifdan efikasi diri berhubungan dengan
masalah emosional dan perilaku remaja Sekolah Menengah Atasdi Kabupaten
Klungkung?
1.3
1.3.1.

Tujuan Penelitian
Mengetahui

hubungan antara pola asuh autoritatiforang tua dengan

masalah emosional dan perilaku siswa siswi Sekolah Menengah Atas di
Kabupaten Klungkung?
1.3.2 Mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan masalah emosinal dan
perilaku siswa siswi Sekolah Menengah Atasdi Kabupaten Klungkung
1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1

Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi untuk
berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu kedokteran jiwa
dan psikologi.

1.4.2

Manfaat praktis

a.

Bagi orang tua siswa, memberi masukan pada orang tua tentangperan pola
asuh autoritatif dan efikasi diri terhadapmasalah emosional dan perilaku
sehingga orang tua dapat bertindak sedini mungkin untuk menghasilkan
efikasi diri remaja yang tinggi dan mencegah terjadinya gangguan yang
lebih berat.

7

b.

Bagi guru agar dalam proses belajar dan mengajar dapat menerapkan pola
asuh yang baik sehingga murid akan merasa lebih nyaman berinteraksi
dengan guru. Lebih mengintensifkan pengawasan pada siswa siswinya dan
meningkatkan tindakan promotif, preventif gangguan emosional dan
perilaku dengan melakukan skrening secara rutin.

c.

Bagi pemerintah daerah Klungkung, sebagai masukan tentang pola asuh
orang tua , efikasi diri dan masalah emosional dan perilaku remaja, sebagai
bahan pertimbanganpemerintah untuk menambahkan kegiatan penyuluhan
dan simulasi pola asuh yang baik pada ibu-ibu Program Kesejahteraan
Keluarga (PKK) dan bahan masukan menambah kegiatan skrening emosi
dan perilakupada remaja pada program anak dan remaja di puskesmas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Remaja

2.1.1

Definisi remaja
WHO mendifinisikan tentang remaja lebih bersifat konseptual terdiri dari

tiga kriteria yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi, sehingga secara
lengkap didefinisikan sebagai suatu masa dimana:(1) Individu berkembang dari
saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat
mencapai

kematangan

seksual,(2)

Individu

mengalami

perkembangan

psikologisdan pola identifikasi dari kanak-kanak sampai dewasa(3) Terjadi
peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri(Sarwono, 2013).
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence,berasal dari
Bahasa Latin adolescence yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan”.Menurut Hurlock (2008) anak dianggap sudah dewasa apabila sudah
mampu mengadakan reproduksi. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence
mencakup kematangan mental,emosional,sosial dan fisik. Pandangan ini didukung
oleh Piaget yang mengatakan secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana
anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar (Ali&Asrori, 2014).Masa remaja
adalah suatu masa perkembangan yang dinamis dalam kehidupan Individu. Masa
ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai

2

dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan emosional. Hal ini
dikarenakan secara proses pertumbuhan otak pada remaja mencapai kesempurnaan
dimana sistem syaraf yang memproses informasi berkembang secara cepat
(Soetjiningsih, 2004).
2.1.2

Pertumbuhan dan perkembangan remaja
Remaja merupakan masa peralihan darimasa kanak-kanak ke masa dewasa,

sehingga banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan. Pada
masa ini terjadi pertumbuhan, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
terjadilah perubahan-perubahan kognitif dan psikologis (Damayanti, 2011).
Pertumbuhan adalah bertambahnya berat, panjang atau tinggi badan, tulang
dan otot-otot menjadi lebih kuat, lingkar tubuh menjadi lebih besar dan organ tubuh
menjadi lebih sempurna. Perkembangan lebih mengacu pada perubahan
karakteristik dari gejala-gejala psikologis kearah yang lebih maju. Menurut para
ahli perkembangan didefinisikan sebagai suatu proses perubahan yang bersifat
progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang
baru. Perubahan ini dipengaruhi juga oleh perubahan struktur biologis. Menurut
Berk perubahan kemampuan dan karakteristik psikis sebagai hasil dari perubahan
dan kesiapan struktur biologis disebut dengan istilah” kematangan ” (Ali, 2014).
Menurut Hurlockperkembangan remaja mencakupperkembangan fisik,
mental,emosional dan sosial. Menurut Shaw dan Costanzo remaja juga mengalami
perkembangan pesat dalam aspek intelektual/kognitif (Ali, 2014). Tumbuh
kembang intelektual berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi dan menangani
berbagai masalah abstrak dan simbolik, seperti bicara, bermain, berhitung atau

3

membaca. Perkembangan intelektual merupakan pernyataan dari tingkah laku
yang adaptif, yang terarah kepada kontak dengan lingkungan dan kepada
penyusunan pemikiran (interactionisme theory). Sedangkan tumbuh kembang
emosional berkaitan dengan kemampuan membentuk ikatan batin, kasih
sayang,mengelola rangsang dari luar serta kemampuan menangani kegelisahan
akibat suatu kegagalan (Ali, 2014).
Dalam perjalanan kehidupannya, remaja tidak akan lepas dari berbagai
macam konflik dalam perkembangannya. Setiap tingkatan memiliki konflik sesuai
dengan kondisi perkembangan remaja pada saat itu. Konflik yang sering di hadapi
oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan yang mereka alami pada
berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka yaitu dimensi biologis, dimensi
kognitif, dimensi moral dan dimensi psikologis (Damayanti, 2011)
2.1.3

Tahap perkembangan remaja
Menurut Soetjiningsih (2004), pada umumnya masa remaja dibagi

kedalam empat periode, yaitu periode praremaja, remaja awal,remaja tengah dan
remaja akhir. Adapun karakteristik untuk setiapperiode :
Periode remaja awal (dini) umur 11-13 tahun. Pada masa ini terdapat ciriciri yang menandai pada perkembangan ini antara lain: (1) Mereka tidak mau lagi
disebut anak, sebutan anak dianggap sebagai sesuatu yang merendahkan diri
mereka. Tetapi tidak juga mau dikatakan dewasa, karena dianggap terlalu berat
tanggung jawabnya bagi mereka,(2) Mereka mulai memisahkan diri dari orang
tuanya atau orang-orang dewasa lain yang ada disekitarnya,(3) Mereka
membentuk kelompok-kelompok untuk bersaing,antara kelompok yang satu

4

dengan yang lain,(4) Mereka mempunyai sifat mendewasakan tokoh-tokoh yang
dipandang memiliki kelebihan yang disukainya, (5) Pandangannya lebih banyak
diarahkan keluar(ekstrovet) dan kurang bersedia untuk melihat dan mempercayai
diri sendiri, (6) Mereka berani menghadapi sesuatu tapi kadang-kadang kurang
perhitungan dan terkadang melupakan susila.
Periode remaja pertengahan 14-16 tahun. Pada fase ini dianggap fase
negatif atau sikap menolak. Adapun ciri-ciri fase ini antara lain: (1) Bersifat serba
ragu, tidak pasti dan tidak senang,tidak setuju dan sebagainya, (2) Anak sering
murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya, (3) Sering melamun
tak menentu dan terkadang putus asa.
Masa remaja lanjut 17-20 tahun. Pada fase remaja lanjut, ditandai dengan
perubahan jasmani yang disebabkan karena pertumbuhan kelenjar-kelenjar baru.
Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan
mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa.
Orang tua mulai lebih percaya pada mereka. Interaksi orang tua menjadi lebih
bagus dan lancar karena mereka telah mempunyai kebebasan penuh serta
emosinya mulai stabil (Ali & Ashori, 2014).
2.1.4

Pembentukan identitas diri remaja
Dalam perjalanannya menuju kedewasaan, remaja harus berusaha untuk

mempunyai peran sosial. Menurut Erikson, untuk menemukan jati dirinya, remaja
harus mempunyai peranan dalam kehidupan sosialnya, berjuang dan mengisi masa
remaja dengan hal-hal yang positif yang dapat mengembangkan dirinya (Kaplan
et al, 1997)

5

Pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan dirinya dari lingkungan
dan ikatan dengan orang tua mereka karena ingin mencari identitas diri. Erikson
mengatakan, pencarian identitas diri mulai dirintis seseorang pada usia yang
sangat muda, yaitu usia sekitar remaja muda. Pencarian identitas ini berarti
pencarian jati diri dimana remaja ingin tahu kedudukan dan peranannya dalam
lingkungannya, di samping ingin tahu tentang dirinya sendiri yang menyangkut
soal apa dan siapa dia, semua yang berhubungan dengan aku,ingin diselidiki dan
dikenalnya (Ali & Ashori, 2014).
Perubahan-perubahan yang diakibatkan terjadinya kematangan seksual dan
tuntutan-tuntutan psikososial menempatkan remaja pada satu keadaan yang
menurut Erikson disebut sebagai krisis identitas, yaitu suatu tahap untuk membuat
keputusan terhadap permasalahan-permasalahan penting yang berkaitan dengan
pernyataan tentang identitas dirinya. Keadaan ini cukup kompleks karena
melibatkan perkembangan beberapa aspek baik mental, emosional dan sosialnya.
Oleh karena itu remaja dihadapkan pada tugas yng sulit karena mereka harus
mengkoordinasikan berbagai hal untuk dapat menyelesaikan krisis identitas.
Apabila remaja memperoleh peran dalam masyarakat, maka ia akan mencapai
sense of identity, menemukan identitas diri, sebaliknya bila remaja tidak dapat
menyelesaikan kriris identitasnya dengan baik, maka ia akan merasakan sense of
confusion or identity diffusion, yaitu suatu keadaan yang menggambarkan
ketidakmampuan remaja dalam memperoleh peran dan menemukan jati dirinya
(Alwisol, 2009).

6

2.2

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Psikososial Remaja.
Proses sosialisasi remaja terjadi di tiga lingkungan utama, yaitu

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dalam
lingkungan keluarga remaja mengembangkan pemikiran tersendiri yang
merupakan pengukuhan dasar emosional dan optimisme sosial melalui interaksi
dengan orang tua dan saudara-saudaranya. Proses sosialisasi ini turut
mempengaruhi perkembangan sosial dan gayahidupnya di hari-hari mendatang.
Dalam lingkungan sekolah, remaja belajar membina hubungan dengan teman
sebayanya yang berasal dari lingkungan keluarga dengan status dan warna sosial
yang berbeda. Dalam lingkungan masyarakat anak dihadapkan dengan berbagai
situasi dan masalah kemasyarakatan (Ali & Ashori, 2014).
2.2.1 Lingkungan keluarga
Perkembangan psikososial remaja dalam keluarga. Pendidikan moral
dalam keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, (1) Pola asuh orang tua,
(2) Kondisi keluarga, (3) Pendidikan norma dan nilai,(4) Hubungan dengan
saudara kandung.
Setiap orang tua mempunyai pola asuh yang berbeda–beda. Pola asuh
dalam keluarga sangat mempengaruhi proses sosialisasi dan kematangan mental
seseorang anak dan remaja(Santrock, 2007).Pada penelitian yang dilakukan
Mandeep, et al., (2011), didapatkan pola asuh authoritarian berhubungan sangat
signifikan dengan kejadian depresi pada remaja.
Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan
emosional yang optimal terhadap kepribadian anak. Sebaliknya orang tua yang

7

sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga dan anak akan
melarikan diri dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena
perceraian, kematian dan keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang dapat
mempengaruhi perkembangan jiwa anak (Santrock, 2007).
Pendidikan moral dalam keluarga adalah upaya menemukan nilai-nilai
akhlak dan budi pekerti kepada anak dirumah. Budi pekerti mengandung nilainilai keagamaan, kesusilaan dan kepribadian yang berhubungan dengan
pengembangan diri remaja seperti keberanian, rasa malu, kejujuran dan
kemandiriannya (Santrock, 2007).
Remaja cenderung lebih dekat dengan saudara kandung daripada dengan
orangtuanya. Rasa kasih sayang, kekompakan dan kedekatan antar saudara
mempengaruhi perkembangan jiwa remaja (Santrock, 2007).
2.2.2

Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan sekunder yang dimasuki

remaja selain lingkungan rumah. Remaja bersekolah menghabiskan waktu sekitar
6-7 jam disekolahnya, berarti sepertiga waktunya setiap hari dilewatkan disekolah.
Sehingga tidak mengherankan jika pengaruh sekolah (akademik, kedisiplinan
sekolah, pendidikan agama dan moral , hubungan dengan guru ) sangat
berpengaruh terhadapperkembangan emosi dan perilaku remaja (Sarwono, 2013).
2.2.3

Lingkungan teman sebaya
Dalam perkembangan remaja,hubungan dengan teman sebaya berpengaruh

penting dalam kesehatan dan kesejahteraan mentalnya. Adanya masalah hubungan

8

dengan teman sebaya seperti bullying akan mengakibatkan gangguan kesehatan
mental (Dooley et al, 2010).
Remaja lebih mengutamakan teman daripada orangtua dan keluarga.
Sikap, pembicaraan dan perilaku teman sebaya lebih besar pengaruhnya dari pada
keluarga. Dalam kelompok remaja berusaha menemukan jati dirinya. Kelompok
sebaya memberikan lingkungan yang dapat membuat remaja melakukan
sosialisasi dimana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang
dewasa melainkan oleh teman seusianya. Apabila nilai yang dikembangkan adalah
negatif, maka akan menyebabkan remaja ikut dalam perilaku negative (Santrock,
2007).
2.2.4

Lingkungan masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan tersier dan lingkungan terluar bagi

remaja. Kondisi sosial budaya dalam masyarakat sangat mempengaruhi
perkembangan jiwa remaja. Tuntutan dari orang dewasa agar remaja mengikuti
aturan budaya, kecemasan akan menghadapi hukuman, ancaman dan tidak adanya
kasih sayang merupakan dorongan yang menyebabkan remaja terpaksa mengikuti
tuntutan lingkungan budaya (socialized anxiety). Kalau kecemasan ini terlalu
berat, akibat yang ditimbulkan adalah hambatan tingkah laku. Remaja menjadi
serba ragu, serba takut dan dapat menjurus kepada keadaan cemas yang patologis.
Dalam

kondisi

yang

tepat,

kecemasan

ini

mendorong

remaja

untuk

bertanggungjawab, hati-hati dan menjaga tingkah lakunya agar sesuai dengan
norma yang berlaku. Remaja dapat bertingkahlaku normal sesuai dengan harapan
masyarakat (Santrock, 2007).

9

Media masa turut berperan dalam perkembangan jiwa remaja. Kemajuan
tehnologi informasi dan komunikasi memberikan keuntungan sekaligus kerugian.
Bagi remaja media massa dimanfaatkan sebagai pengisi waktu luang untuk lebih
banyak meresap nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kehidupan yang ada, dan
dikhawatirkan mempengaruhi perilaku dan gaya hidup remaja (Santrock, 2007).
2.3

Masalah Emosi dan Perilaku Remaja

2.3.1

Definisi
Perkembangan emosi dan perilaku adalah suatu proses perkembangan

seseorang dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pengalamanpengalamannya. Masalah emosi dan perilaku dapat terjadi jika terdapat sesuatu
yang menghambat seseorang dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan dan
pengalaman-pengalamannya (Damayanti, 2011).
Secara definitif anak dan remaja dengan gangguan emosi dan perilaku
adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah
laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok
usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun
orang lain dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus demi
kesejahteraan dirinya maupun lingkungannnya (Mahabbati, 2006).
Simptom gangguan emosi dan perilakupada anak dan remaja dibagi
menjadi dua kategori yaitu internalisasi dan eksternalisasi. Masalah emosional
internalisasi dalam hal ini termasuk gejala depresi, kecemasan, perilaku menarik
diri, dan digolongkan sebagai emosi yang menghukum diri sendiri seperti
kesedihan, perasaan bersalah, ketakutan dan kekawatiran berlebih. Masalah

10

emosional dapat mengakibatkan masalah yang serius dalam pendidikan dan
hubungan dengan teman sebaya(Daniele et al, 2011).
Masalah ekternalisasi antara lain: temperamen sulit, ketidakmampuan
memecahkan masalah, gangguan perhatian, hiperaktifitas, perilaku bertentangan
(tidak mau mengikuti peraturan) dan perilaku agresif(Damayanti, 2011). Masalah
emosional dan perilaku yang terjadipada usia muda diperkirakan meningkatkan
risiko gangguan mental dan perilakupada usia pertengahan, sehingga sangat
penting dilakukan deteksi dan penanganan masalah sedini mungkin
2.3.2

Kriteria diagnosis
MenurutInternational Statistical Classification of Diseases (ICD) 10,

masalah emosi dan perilakupada anak dan remaja diklasifikasikan kedalam
gangguan perilaku dan emosional. Gangguan perilaku meliputi gangguan
hiperkinetik, gangguan tingkah laku, gangguan sikap menentang dan gangguan
emosi meliputi gangguan depresi, gangguan cemas ( gangguan cemas perpisahan,
gangguan anxietas fobik,gangguan persaingan antar saudara,gangguan cemas
menyeluruh dan gangguan obsesif kompulsif) (Katona, et al, 2012).
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) 5 tidak
mengklasifikasikan gangguan emosi dan perilaku kedalam satu kelompok, namun
berdiri sendiri. Pembagian diagnosis menurut DSM 5 : (1) Depressive Disorder
and Suicide in Children and Adolescent, (2) Early-Onset Bipolar Dissorder, (3)
Disruptive Mood Dysregulation Disorder dan (4) Conduct Disorder(American
Psychiatric Association, 2013)

11

2.3.3

Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi dan perilaku remaja
Perkembangan emosi dan perilaku remaja dipengaruhi oleh interaksi dari

berbagai macam faktor yang dapat meningkatkan maupun menurunkan risiko
masalah psikiatri. Terdapat interaksi yang kompleks dari perubahan fisik biologis,
psikologis individu atau perkembangan kognitif dan interaksi dari faktor-faktor
sosial (Santrock, 2007).
Faktor penyebab terjadinya masalah perkembangan emosi dan perilakupada
anak dan remaja diindikasikan oleh empat faktor utama yaitu biologis dan penyakit,
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan pengaruh budaya yang negatif.
Faktor-faktor penyebab ini sifatnya kompleks dan tidak mungkin hanya satu faktor
saja yang menjadi penyebab timbulnya masalah perkembangan emosi dan perilaku.
Faktor yang menyebabkan masalah emosi dan perilakupada remaja
dibedakan menjadi dua yaitu faktor risiko dan faktor protektif (Wiguna , 2010).
Adapun yang termasuk faktor risiko, yaitu : faktor Individu, faktor keluarga, faktor
sekolah, faktor peristiwa hidup dan faktor sosial (Farrington & Murray, 2010).
Faktor individu seperti faktor genetik/konstitusional, berbagai gangguan
mental yang mempunyailatar belakang genetik yang cukup nyata, seperti gangguan
tingkah laku, gangguan kepribadian, dan gangguan psikologik lainnya (Vries et al
2010). Kurangnya kemampuan keterampilan sosial seperti, menghadapi rasa takut,
rendah diri, dan rasa tertekan (Wiguna, 2010). Orang tua yang mempunyai
kepribadian cemas dikatakan berhubungan dengan kecemasanpada anaknya
(Waters,et al, 2012 ).

12

Faktor keluarga seperti ketidakharmonisan antara orang tua, orang tua
dengan penyalahgunaan zat dan gangguan mental, pola asuh orang tua yang
cenderung tidak empatik dan authoriter, ketidakdisiplinan merupakan faktor
risiko masalah emosi dan perilaku remaja (Farrington &Murray, 2010).
Bullying peer victimization adalah bentuk perilaku pemaksaan atau usaha
menyakiti secara psikologik maupun fisik terhadap seseorang/sekelompok orang
yang lebih lemah oleh seseorang/sekelompok orang yang lebih kuat. Hazing
adalah kegiatan yang biasanya dilakukan oleh anggota kelompok senior kepada
kelompok “junior”. Bullying dan Hazing merupakan suatu tekanan yang cukup
seriuspada remaja karena berdampak negatif terhadap perkembangan remaja.
Prevalensi kedua kondisi di atas diperkirakan sekitar 10 – 26%. Dalam penelitian
tersebut dijumpai siswa yang mengalami bullying menjadi tidak percaya diri,
takut datang ke sekolah, kesulitan berkonsentrai sehingga penurunan prestasi
belajar. Bullying dan hazing yang terus menerus dapat memicu terjadinya depresi
dan usaha bunuh diri. Penelitian yang dilakukan pada remaja Sekolah Menengah
Pertama di Yogyakarta mendapatkan hubungan yang positif antara korban
bulliying dengan depresi (Gustina, 2011).
Berbagai peristiwa hidup seperti kesulitan transisi sekolah, anggota
keluarga yang meninggal, traumaemosional,

perceraian orang tua, penyakit

kronik pada remaja. Berbagai faktor sosial seperti diskriminasi, isolasi, masalah
sosial ekonomi (kemiskinan, pengangguran), kurangnya akses kepelayanan sosial
berperan menyebabkan masalah emosi dan perilaku (Wiguna, 2010).

13

Faktor protektif merupakan faktor yang memberikan penjelasan bahwa
tidak semua remaja yang mempunyai faktor risiko akan mengalami masalah
perilaku atau emosi, atau mengalami gangguan jiwa tertentu (Bradley & Hayes,
2007). Rutter (1987), menjelaskan bahwa faktor protektif merupakan faktor yang
memodifikasi, merubah, atau menjadikan respons seseorang menjadi lebih kuat
menghadapi berbagai macam tantangan yang datang dari lingkungannya. Faktor
protektif ini akan berinteraksi dengan faktor risiko dengan hasil akhir berupa
terjadi atau tidaknya masalahperilaku atau emosi, atau gangguan mental di
kemudian hari (Bradley & Hayes, 2007)
Faktor protektif terdiri dari : (1) Faktor individu, (2) Faktor keluarga (3)
Faktor sekolah, (4) Faktor peristiwa hidup, (5) Faktor sosial. Faktor individu
terdiri dari temperamen mudah (easy child), kemampuan sosial dan emosional
yang baik, gaya hidup optimistik. Keharmonisan keluarga, dukungan keluarga,
hubungan

kekeluargaan yang tinggi dapat merupakan faktor protektif dari

keluarga. Suasana sekolah yang kondusif atau positif menimbulkan rasa memiliki
dan hubungan yang baik dengan pihak sekolah. Dukungan selalu diberikan bila
dibutuhkan saat menghadapi peristiwa hidup. Berpartisipasi dalam organisasi,
kecukupan ekonomi, kekuatan sosial budaya berperan mengurangi masalah emosi
dan perilaku remaja (DSG,2015).
Menurut Rae-Grant et al (1989 ), berbagai faktorprotektif antara lain adalah
: (1) Karakter/watak personal yang positif, (2)

Dokumen yang terkait

HALAMAN JUDUL HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN MASALAH EMOSI DAN Hubungan Pola Asuh dengan Masalah Emosi dan Perilaku pada Anak di SD Negeri Pajang 1 Surakarta.

0 3 13

PENDAHULUAN Hubungan Pola Asuh dengan Masalah Emosi dan Perilaku pada Anak di SD Negeri Pajang 1 Surakarta.

0 3 4

COVER HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN MASALAH EMOSI DAN Hubungan Pola Asuh dengan Masalah Emosi dan Perilaku pada Anak di SD Negeri Pajang 1 Surakarta.

0 4 15

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DANREGULASI EMOSI DENGAN PROKRASTINASI Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Regulasi Emosi Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa SMA.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DANREGULASI EMOSI DENGAN PROKRASTINASI Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Regulasi Emosi Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa SMA.

0 1 18

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU KOPING SISWA Hubungan Efikasi Diri Dan Dukungan Orang Tua Dengan Perilaku Koping Siswa Tidak Lulus Ujian Sekolah.

0 0 17

HUBUNGAN POLA ASUH AUTORITATIF DAN EFIKASI DIRI DENGAN MASALAH EMOSI DAN PERILAKU PADA SISWA SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN KLUNGKUNG.

1 6 63

Regulasi Diri Dan Perilaku Seksual Pada Remaja Sekolah Menengah Studi Komparasi Mengenai Regulasi Diri dan Perilaku Seksual Pada Siswa- siswi Sekolah Menengah Atas X dan Madrasah Aliyah Y Jatinangor.

0 1 10

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH AUTORITATIF DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI DENPASAR.

0 3 61

Hubungan Pola Asuh Demokratis Dan Kecerdasan Emosi Dengan Perilaku Prososial Pada Remaja

0 0 12