PENGEMBANGAN MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL MATERI PEMBELAJARAN IPS (PTK di Kelas VIII MTs Al-Azhar Abizar Bandung).
PEMAHAMAN KONSEPTUAL MATERI PEMBELAJARAN IPS (PTK di Kelas VIII MTs Al-Azhar Abizar Bandung)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana dalam Bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Disusun Oleh :
Eva Ginawati NIM. 1001334
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
Oleh : Eva Ginawati
1001334
Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial
Eva Ginawati 2015
Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
(3)
PENGEMBANGAN MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL MATERI PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung)
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M. Pd. NIP. 19570408 198403 1 003
Pembimbing II
Drs. H. Eded Tarmedi, MA NIP. 19580105 198002 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Dr. Nana Supriatna, M. Ed NIP. 19611014 198601 1 001
(4)
Eva Ginawati, 2015
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil observasi awal yang penulis lakukan di MTs. Al-Azhar Abizar Bandung. Penulis menemukan adanya masalah dalam pembelajaran IPS di kelas VIII, yaitu kurangnya pemahaman konseptual materi IPS. Indikator permasalahan yang dijumpai adalah minat baca yang rendah, focus perhatian siswa terhadap proses pembelajaran yang rendah, kurangnya kreativitas siswa, dan kurangnya pemahaman konseptual materi IPS peserta didik serta rendahnya kemampuan siswa dalam berpikir analisis. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka peneliti menerapkan Mind Mapping untuk meningkatkan pemahaman konseptual materi pembelajaran IPS. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian Kemmis dan Taggart. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 12 orang siswa, terdiri dari 4 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan serta kolaborator peneliti yaitu guru mata pelajaran IPS di kelas tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan di kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung menunjukkan bahwa penerapan Mind Mapping dalam upaya meningkatkan pemahaman konseptual materi pembelajaran IPS siswa meningkat dengan baik dan dikatakan berhasil.
(5)
ABSTRACT
The background of this research was from the first observation that was done by the author in MTs. Al-Azhar Abizar Bandung. The writer found problems in learning social studies in VIII grade, namely the lack of conceptual understanding of social studies. Indicators of the problems in this research were low interest in reading, lack of students' attention to the learning process, lack of students’ creativity, and lack of social studies conceptual understanding of learners and lack of students’ ability in analytical thinking. To overcome these problems, the researcher applied Mind Mapping to improve conceptual understanding in learning social studies. The research method was Classroom Action Research and Kemmis and Taggart’s theory in research design. While the data collection techniques were done by observation, interviews, field notes and documentation. The subjects in this research were 12 students of VIII grade consisting of 4 boys and 8 girls. In addition, the collaborator of the researcher was social studies teacher in that class. The result of the research which was conducted in VIII grade of MTs. Al-Azhar Abizar Bandung showed that the application of Mind Mapping to improve students’ conceptual understanding in learning social studies increased well and successfully.
(6)
Eva Ginawati, 2015
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang penelitian. ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Sistematika Penulisan Skripsi... 11
BAB II KAJIAN TEORI... 12
A. Pengertian dan Karakteristik dalam Pembelajaran IPS ... 12
1. Pembelajaran IPS... 12
2. Pengertian IPS ... 13
3. Karakteristik IPS ... 14
B. Mind Mapping ... 16
1. Hakekat Mind Mapping ... 16
2. Manfaat Mind Mapping ... 20
3. Langkah-langkah Menyusun Mind Mapping... 23
4. Para Pembuat Mind Mapping dalam Sejarah ... 26
(7)
1. Tujuan Pemahaman Konseptual Materi Pembelajaran IPS ... 33
2. Indikator Pemahaman Konseptual Materi Pembelajaran IPS ... 34
3. Pemahaman Konseptual Materi IPS ... 37
D. Penelitian Terdahulu ... 42
E. Kerangka Pemikiran ... 47
BAB III METODE PENELITIAN ... 48
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 48
B. Metode Penelitian ... 49
C. Desain Penelitian ... 52
D. Definisi Operasional... 56
E. Setting Penelitian ... 56
F. Instrumen Penelitian ... 59
G. Teknik Pengumpulan Data ... 61
H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 63
1. Teknik Pengolahan Data ... 63
2. Analisis Data ... 64
3. Validitas Data ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 67
B. Subjek Penelitian ... 67
C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69
1. Keadaan Awal sebelum Penelitian Tindakan Kelas ... 69
2. Perencanaan Pengembangan Mind Mapping dalam Pembelajaran IPS ... 71
3. Pelaksanaan Penerapan Mind Mapping dalam Pembelajaran IPS.... 74
a. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 71
b. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 84
(8)
Eva Ginawati, 2015
D. Analisis Hasil Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Pengembangan Mind Mapping untuk Meningkatkan Pemahaman Konseptual
Materi Pembelajaran IPS ... 102
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 112 B. Saran ... 114
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
4.1 Pedoman Observasi Pemahaman Konseptual Materi IPS dengan Mind Mapping Peserta Didik ... 72 4.2 Daftar nama dan anggota kelompok pelaksanaan tindakan siklus I ... 78 4.3 Pemahaman Konseptual Materi IPS dengan Mind Mapping peserta didik
pada siklus I ... 81 4.4 Daftar nama dan anggota kelompok pelaksanaan tindakan siklus II ... 87 4.5 Pemahaman Konseptual Materi IPS dengan Mind Mapping peserta didik
pada siklus II ... 91 4.6 Daftar nama dan anggota kelompok pelaksanaan tindakan siklus III ... 96 4.7 Pemahaman Konseptual Materi IPS dengan Mind Mapping peserta didik
(10)
Eva Ginawati, 2015
DAFTAR GAMBAR
2.1 Langkah Pembuatan Mind Mapping ... 24
2.2 Kerangka Pemikiran ... 47
3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart ... 53
4.1 Diagram Siswa Laki-Laki dan Perempuan ... 68
4.2 Hasil Mind Mapping Siswa Siklus I ... 80
4.3 Hasil Mind Mapping Siswa Siklus II... 90
(11)
Eva Ginawati, 2015
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Proses pembelajaran, memiliki tujuan untuk mengembangkan kecerdasan peserta didik dalam hal menguasai materi pelajaran. Proses pembelajaran juga bertujuan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik agar memiliki akhlak mulia serta keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1, yang berisi bahwa :
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Mata pelajaran IPS yang di dalamnya didominasi oleh materi dan menuntut siswa untuk menghafalkan, biasanya disajikan dalam bentuk rangkuman. Terkadang pembelajaran yang diberikan oleh guru tidak sepenuhnya dapat dipahami dan dimengerti. Hal tersebut dikarenakan di dalam pembelajaran IPS terdapat konsep-konsep yang berbeda, akan tetapi saling berkesinambungan.
Rendahnya pemahaman siswa terlihat pada saat dilakukannya observasi awal, ketika siswa tidak mampu menjelaskan kembali materi yang didapatkannya melalui sumber buku atau dari penjelasan guru dengan kata-kata sendiri. Hal tersebut dikarenakan rendahnya minat siswa dalam membaca buku teks, serta belum mampu memperluas pengetahuan secara aktual. Saat
(12)
Eva Ginawati, 2015
KBM berlangsung, siswa membaca hanya pada saat guru memberikan soal-soal yang harus dikerjakan.
Kurangnya pemahaman juga dapat dilihat ketika proses pembelajaran menjadi guru sentris dan tidak ada interaksi antara siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut tidak sesuai dengan pengertian dari Pendidikan itu sendiri, pendidikan bukanlah hanya mentransmisikan ilmu pengetahuan dari seorang guru terhadap peserta didik melainkan lebih mengarah pada pengembangan pribadi warga negara sebagaimana tujuan pendidikan yang telah disebutkan sebelumnya.
Rendahnya pemahaman siswa dapat dilihat dari tidak adanya inisiatif siswa untuk mengungkapkan pendapatnya, serta siswa tidak mampu menyimpulkan materi yang telah dijelaskan sebelumnya. Penguasaan konsep yang baik dapat menumbuhkan kemampuan dalam berpikir kritis dan berpikir analisis pada diri siswa dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guna memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
Berpikir analisis merupakan salah satu faktor yang perlu diterapkan kepada para siswa. Hal ini ditujukan untuk membuat siswa menjadi lebih kritis dan dapat memecahkan suatu permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya. Apabila cara berpikir analisis siswa ini tidak diterapkan atau ditingkatkan, dikhawatirkan akan menimbulkan rasa apatis atau tidak peduli dari diri siswa itu sendiri terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya.
Setiap manusia memiliki tingkatan kemampuan berpikir yang berbeda-beda. Beberapa orang sulit untuk mengeluarkan kemampuan berpikirnya maupun kemampuan yang lainnya, sehingga perlu adanya dorongan dari orang di sekitarnya untuk memacu ataupun mendukung, agar kemampuan tersebut dapat keluar dan menghasilkan sesuatu yang bernilai positif.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah perlunya meningkatkan interaksi dan komunikasi antara guru dan para siswa, sehingga
(13)
dapat terciptanya proses pembelajaran yang baik. Fokus siswa pada guru sedangkan fokus guru pada materi, maka komunikasi siswa dan guru harusnya searah dan terfokus terlebih dahulu, sehingga pembelajaran dapat efektif.
Huck dan Kiefer (2005; dalam skripsi Septian, 2014, hlm. 3) menyatakan bahwa untuk membangun proses ketertarikan terhadap sesuatu dibutuhkan interaksi, bahkan antara pembaca dengan teks sekalipun. Hal ini sejalan dengan peningkatan kemampuan berpikir siswa. Apabila interaksi dan komunikasi antara guru dengan para siswa berjalan baik dan menciptakan sebuah proses ketertarikan, maka akan semakin baik kemampuan siswa dalam berpikir analisis.
Guru yang terpaku pada materi tidak dapat mengembangkan pemahaman terhadap konsep materi pembelajaran IPS, ataupun dalam mengaplikasikannya kepada kondisi nyata yang terbilang tidak sedikit permasalahan yang akan dihadapi para siswa. Sehingga tujuan pendidikan tidak dapat tercapai secara maksimal, karena tidak mengembangkan kepribadian siswa itu sendiri.
Selain dilakukannya pengamatan, peneliti juga melakukan wawancara terhadap beberapa siswa dan Guru IPS yang bersangkutan pada saat diluar jam pelajaran. Alasan siswa yang kurang tertarik dan kurang menyukai belajar IPS, karena: 1) Guru yang membosankan 2) Pembelajarannya membosankan hanya ceramah dan diskusi saja, sehingga menimbulkan rasa kantuk pada siswa 3) Pembelajaran yang cenderung hafalan dan merangkum.
Sebagaimana yang tercantum dalam Permen No 41 tahun 2007 tentang standar proses, bahwa Pemerintah secara umum telah mengatur proses pembelajaran dalam Permen No 41 tahun 2007 tentang standar proses. Pengaturan ini dimaksudkan agar tujuan dari setiap mata pelajaran yang dibelajarkan pada peserta didik dapat tercapai. Permen No 41 tahun 2007 menjelaskan bahwa :
(14)
Eva Ginawati, 2015
Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Guru IPS mengemukakan bahwa guru tersebut memang masih banyak merasa kesulitan dalam proses belajar mengajar di kelas. Karena kurang kreativitas dalam mengajar, sehingga siswa banyak yang merasa bosan. Hal tersebut dikarenakan kurang kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran, media pembelajaran, bahkan sumber pembelajaran.
Kurangnya fasilitas juga menyebabkan beliau kurang mengembangkan minat siswa dalam belajar IPS. Sekolah yang hanya memiliki sumber belajar berupa Buku Paket IPS Terpadu 3 buah, kelas yang terbatas sehingga mengharuskan belajar berdampingan dengan kelas lain. Selain itu belum tersedianya Infocus, sehingga menyebabkan sulitnya menarik minat siswa dalam belajar IPS. Hal tersebut dikarenakan sekolah tersebut dikategorikan sekolah baru, sehingga dalam hal ketersediaan fasilitasnya belum memadai.
Peneliti melihat kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung, cenderung siswanya kurang antusias ketika mengikuti pembelajaran IPS. Siswa terlihat jenuh dan tidak ada ketertarikan untuk mendengarkan pembahasan materi yang dipaparkan oleh guru IPS. Selain itu, kurangnya sarana pembelajaran seperti infocus dan sumber buku yang terbatas menjadi hambatan dalam pembelajaran IPS.
Permasalahan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung, memerlukan tindakan solutif agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, berkesan dan bermakna. Sehingga siswa bukan hanya dapat memahami konsep-konsep pembelajaran IPS saja, tetapi tujuan pendidikan dalam pembelajaran IPS dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
(15)
Mengenai Student Centred, sebagaimana yang dikemukakan oleh Suyatno (2009, hlm. 8), bahwa Student Centred mengandung pengertian pembelajaran menerapkan strategi pedagogi yang mengorientasikan siswa kepada situasi yang bermakna, kontekstual, dunia nyata, dan menyediakan sumber belajar, bimbingan, dan petunjuk bagi pembelajar ketika mereka mengembangkan pengetahuan tentang materi yang dipelajarinya sekaligus keterampilan memecahkan masalah.
Dengan demikian, suatu pembelajaran harus lebih memusatkan pada siswa. Siswa memiliki peran aktif dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk mengerahkan ide-ide nyata berdasarkan kreativitas dan pengalaman mereka. Sehingga peran guru dalam hal ini bukan sebagai instruktur melainkan fasilitator.
Dalam pembelajaran IPS, banyak terdapat kajian mengenai konsep yang bersifat abstrak dan kongkret, sehingga dalam mempelajari IPS tidak cukup hanya melalui kegiatan membaca dan menghafal materi saja, tetapi memerlukan pemahaman yang mendalam. Khususnya pada materi ajar IPS mengenai Standar Kompetensi memahami Pranata dan Penyimpangan Sosial. Pada umumnya, siswa hanya mengetahui konsep-konsep materi tersebut tanpa memahami bagaimana mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari siswa. Selain itu, dalam pembelajaran tersebut siswa cenderung pasif.
Untuk mengatasi proses pembelajaran yang pasif, pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPS yang rendah dan kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan analisis, maka digunakan metode pembelajaran dengan mengembangkan Mind Mapping dalam pembelajaran IPS mengenai Standar Kompetensi Memahami Pranata dan Penyimpangan Sosial.
Metode Mind Mapping adalah metode yang mempelajari konsep, pendapat ini dikemukakan oleh Tony Buzan (2009, hlm 92). Dari pernyataan tersebut dikatakan bahwa, metode pembelajaran ini didasarkan pada cara kerja
(16)
Eva Ginawati, 2015
otak manusia dalam menyimpan informasi, informasi yang diterima oleh otak dikumpulkan pada sel-sel saraf yang bercabang-cabang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon (Suyatno, 2009, hlm. 92).
Dengan demikian, metode pembelajaran ini efektif dalam meningkatkan daya ingat siswa dalam penguatan konsep materi pembelajaran, melatih kreativitas siswa, menggali ide-ide dari setiap pengalaman siswa pada saat pembelajaran di kelas, serta dapat mengeksplorasikannya di kehidupan sehari-hari siswa.
Penggunaan mind mapping dalam pembelajaran IPS ini lebih diarahkan untuk mempertajam daya ingat dan pemahaman siswa terhadap konsep yang ada dalam pembelajaran IPS, guna menumbuhkan keterampilan akademis (academic skills), prestasi atau tantangan fisik (Physical challenge), serta belajar IPS yang menyenangkan dan bermakna. Sehingga keterampilan yang dibentuk tersebut diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi yang kondusif terhadap tumbuhnya pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran IPS.
Penelitian ini dipersiapkan untuk mengembangkan pemahaman konseptual materi Pembelajaran IPS dengan menggunakan Mind Mapping, dengan harapan siswa dapat memahami konsep-konsep yang ada dalam pembelajaran IPS, dan memahami apa yang harus para siswa lakukan dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari mereka.
Pemahaman itu sendiri menurut Petter W, Hewson dan Richard Thorley (dalam Ernawati, 2003, hlm. 8) yaitu konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh siswa, sehingga siswa mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasikan kemungkinan yang terkait. Pemahaman bukan sekedar menciptakan kemampuan memahami konsep siswa, tetapi menciptakan
(17)
peserta didik yang dapat mengembangkan ide-ide, kreativitas dengan menuangkan pengalaman yang dimiliki siswa, serta mampu mengaplikasikan apa yang dipelajari siswa di kehidupan nyata.
Pendidikan memiliki fungsi mengembangkan apa yang secara potensial dimiliki peserta didik. Sebagaimana tercantumkan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengenai fungsi pendidikan (pasal 3), bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pemahaman konseptual lebih mengutamakan kemampuan siswa dalam menangkap suatu konsep untuk dimengerti, serta diinterpretasikan kembali dengan bahasa dan gaya masing-masing dari setiap siswa atau kemampuan menganalisis siswa, dan dalam pengaplikasiannya di kehidupan siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dalam rangka Pengembangan Mind Mapping dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konseptual Materi Pembelajaran IPS di Kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Secara umum, fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah implementasi pembelajaran dengan menggunakan Mind Mapping dapat membantu pemahaman konseptual materi pembelajaran IPS di kelas VIII Al-Azhar Abizar Bandung?”. Agar peneliti dapat memfokuskan masalah yang akan diteliti dalam masalah umum tadi, maka peneliti akan memfokuskan pada 4 (empat) pertanyaan penelitian berikut:
(18)
Eva Ginawati, 2015
1. Bagaimana keadaan awal kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung sebelum diterapkan pembelajaran Konseptual dengan mengembangkan Mind Mapping ?
2. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS dalam mengembangkan Mind Mapping di kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung ?
3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dalam mengembangkan Mind Mapping di kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung ?
4. Bagaimana hasil yang dicapai dalam pembelajaran IPS setelah mengembangkan Mind Mapping di kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, apakah Mind Mapping mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konseptual siswa pada materi pembelajaran IPS melalui penelitian tindakan kelas (PTK).
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu :
1. Mengetahui keadaan awal kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung sebelum diterapkan pembelajaran Konseptual dengan menggunakan Mind Mapping
2. Mendeskripsikan rencana pembelajaran IPS dengan mengembangkan Mind Mapping dalam meningkatkan pemahaman konseptual materi IPS di kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung
3. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan mengembangkan Mind Mapping dalam meningkatkan pemahaman konseptual materi IPS di kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung
4. Mengkaji hasil pembelajaran IPS dengan mengembangkan Mind Mapping dalam meningkatkan pemahaman konseptual materi IPS di kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung
(19)
Dari penelitian ini memiliki beberapa manfaat dalam dunia pendidikan di SMP, khususnya pada mata pelajaran IPS. Adapun beberapa manfaat yang akan didapatkan dari pengembangan Mind Mapping ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat secara Teoretis
a. Untuk menambah wawasan keilmuan juga sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu acuan guru dalam pengembangan Mind Mapping dalam meningkatkan Pemahaman pembelajaran IPS. Dengan metode pembelajaran yang optimal oleh pendidik, maka akan mempermudah proses pembelajaran IPS kepada peserta didik.
2. Manfaat secara Praktis a. Bagi Pendidik
1) Mengetahui permasalahan yang terjadi pada saat proses Belajar -Mengajar di kelas
2) Dapat mengembangkan kreativitas guru dalam pembelajaran IPS, untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan partisipatif dalam pembelajaran IPS.
3) Dapat membantu kendala dalam hal kurang tersedianya fasilitas sekolah
b. Bagi Peserta Didik
1) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep materi IPS dengan lebih baik
2) Dapat meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran IPS
3) Dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif diantara peserta didik
(20)
Eva Ginawati, 2015
c. Bagi Sekolah
Dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan mengenai seberapa efektif metode Mind Mapping ini diterapkan dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran IPS.
d. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui seberapa efektif metode Mind Mapping dalam pembelajaran IPS untuk mengembangkan tingkat pemahaman konseptual materi pembelajaran IPS pada siswa. Dengan adanya penelitian ini, bisa menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri kelak nanti ketika mengajar.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bab I merupakan bahasan mengenai Pendahuluan, bagian awal dari penulisan skripsi. Bagian pendahuluan ini dipaparkan mengenai latar belakang peneliti melakukan penelitian terhadap siswa MTs. Al-Azhar Abizar Bandung dalam menggunaan metode ajar Mind Mapping. Dilanjutkan dengan penulisan rumusan masalah agar penelitian dapat terfokuskan. Kemudian penulisan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian. Selanjutnya penulisan manfaat yang diharapkan dalam penelitian, baik manfaat secara teoritis maupun manfaat praktis. Dan sekilas mengenai sistematika penulisan.
Bab II membahas mengenai Kajian Pustaka yang berhubungan dengan permasalahan yang diambil dari rumusan masalah yang dibahas, yakni Kajian Pustaka mengenai pengembangan Mind Mapping dalam pemahaman konseptual materi pembelajaran IPS. Berawal dari mengkaji mengenai ruang lingkup pembelajaran IPS dan IPS itu sendiri. Selanjutnya mengkaji mengenai
(21)
maksud peneliti dalam mengembangkan pemahaman konseptual materi IPS siswa. Kemudian mengkaji mengenai ruang lingkup metode pembelajaran
Mind Mapping secara keseluruhan, yang meliputi pengertian, tujuan
penggunaan Mind Mapping, kelebihan serta kekurangan metode Mind Mapping ini.
Dilanjutkan dengan mengkaji kegiatan pembelajaran guru dan siswa di kelas pada saat menggunakan metode Mind Mapping. Selanjutnya mengkaji mengenai keterkaitan antara penerapan metode Mind Mapping dengan pemahaman konseptual materi pembelajaran IPS. Dan yang terakhir mengkaji hasil penelitian terdahulu. Hasil penelitian terdahulu ini meliputi penelitian -penelitian sebelumnya yang bersumber dari skripsi orang lain, dalam hal keberhasilan penggunaan metode Mind Mapping dalam pembelajaran di kelas terhadap berbagai permasalahan-permasalahan siswa di kelas.
Bab III membahas mengenai metode penelitian. Metode penelitian ini berisi mengenai pendekatan dan metode penelitian secara rinci, Lokasi dan Subjek Penelitian, prosedur dan tahap persiapan yang dilakukan pada saat penelitian, prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK), teknik pengumpulan data yang digunakan, analisis data dan validasi data.
Bab IV merupakan bahasan mengenai hasil penelitian yang dilakukan peneliti. Maka bab ini berisi profil sekolah itu sendiri, deskripsi umum pembelajaran mengenai kegiatan tindakan kelas berupa tindakan beberapa siklus dan terakhir analisis pelaksanaan tindakan kelas.
Bab V membahas mengenai kesimpulan penelitian secara keseluruhan. Dan saran yang akan diajukan oleh peneliti ke peneliti lain selanjutnya agar tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan peneliti sebelumnya.
(22)
Eva Ginawati, 2015
PENGEMBANGAN MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL MATERI PEMBELAJARAN IPS
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Metode yang digunakan disesuaikan dengan permasalahan yang ditemui di kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung. Pemilihan metode yang tepat akan membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian, sehingga penelitian berjalan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan.
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi tempat pelaksanakan penelitian adalah MTs. Al-Azhar Abizar Bandung bertempatan di Kp. Cipasung RT. 02/07 Desa Ranca Tungku Kecamatan Pameungpeuk Kab. Bandung. Kolaborator peneliti adalah guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VIII, yaitu Ibu Heny Himawati S.Pd. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII berjumlah 12 orang, yaitu terdiri dari 8 orang siswa perempuan dan 4 orang siswa laki-laki. Alasan peneliti memilih kelas VIII, karena di kelas tersebut ditemukan permasalahan yang sesuai dengan judul skripsi peneliti, yang mana harus diperbaiki dalam proses belajar mengajar di kelas VIII.
Pada observasi awal, terlihat kondisi peserta didik memiliki permasalahan yang menonjol dalam pembelajaran IPS, sehingga guru berkeinginan untuk memperbaiki permasalahan tersebut. Dalam hal ini diperlukan pengembangan, khususnya dari segi pemahaman konseptual materi pembelajaran IPS. Dalam pembelajaran, dapat terlihat bahwa pemahaman konseptual materi pembelajaran IPS masih rendah, kegaduhan yang muncul pada saat pembelajaran berlangsung, kurangnya perhatian terhadap pembelajaran IPS, dan yang paling utama adalah rendahnya kemampuan peserta didik dalam menjelaskan dan menggambarkan konsep-konsep pembelajaran IPS.
(23)
Eva Ginawati, 2015
Peneliti berkeinginan mengubah anggapan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan dan sulit untuk dipelajari, menjadi suatu pelajaran yang menarik serta mudah diingat, sehingga peserta didik ingin terus mempelajari IPS dan bahkan mampu memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian memiliki kedudukan yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Dalam menentukan metode yang akan dipilih oleh peneliti, peneliti harus mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek yang diteliti. Berkenaan dengan permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan proses pembelajaran, maka peneliti memilih penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai metode yang akan digunakan. Yang mana kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah kemampuan siswa dalam memahami dan memaknai pembelajaran IPS, sehingga dapat mengaplikasikan apa yang telah dipahami di kehidupan sehari-hari siswa.
Meninjau permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan proses pembelajaran, maka peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai metode yang akan digunakan dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini. Secara ringkas, Penelitian Tindakan Kelas adalah bagaimana guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri (Wiriaatmadja, 2012, hlm. 13).
Pada dasarnya PTK dapat diartikan sebagai penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Ebbut (dalam Wiriatmadja, 2012) merupakan kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Dalam hal ini Ebbut melihat PTK sebagai sebuah kajian
(24)
Eva Ginawati, 2015
PENGEMBANGAN MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL
untuk memperbaiki praktek pendidikan dalam pembelajaran, atau suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan.
Definisi yang memiliki pengertian serupa pun dikemukakan oleh Kemmis (dalam Arifin, 2009) mengartikan bahwa:
“Action research as a form of self-reflective inquiry undertaken bay participants in a social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their on social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are carried out.”
Kemmis berpendapat bahwa penelitian tindakan merupakan bentuk dari reflektif inquiri yang dalam situasi sosial maupun pendidikan yang memiliki tiga tujuan utama yaitu untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan kegiatan praktek sosial atau pendidikan partisipan, meningkatkan rasionalitas dan keadilan pemahaman para partisipan terhadap praktek-praktek sosial dan pendidikan, dan meningkatkan rasionalitas dan keadilan pada situasi yang memungkinkan terjadinya praktek-praktek ini.
Sedangkan Sanjaya (2011, hlm. 26) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.
Menurut Wiriaatmadja (2012, hlm. 13), Penelitian Tindakan Kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
Sedangkan menurut Arikunto (2008, hlm. 62), ciri-ciri penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah adanya tindakan yang nyata, tindakan dilakukan pada situasi alami (bukan dalam laboratorium), ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis. Tindakan tersebut merupakan suatu kegatan yang
(25)
Eva Ginawati, 2015
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dan dilaksanakan dalam rangkaian siklus kegiatan.
Menurut Hopkins (1993) dalam Wiriaatmadja, (2012, hlm. 11 dan 25), tujuan penelitian tindakan kelas bertujuan untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam rangka etika yang disepakati bersama. Pada bagian lain dikatakan bahwa, karakteristik penelitian tindakan kelas bersifat emansipatoris dan membebaskan (liberating), karena penelitian ini mendorong kebebasan berpikir dan berargumentasi pada pihak siswa, mendorong guru untuk bereksperimen, meneliti dan menggunakan kearifan dalam mengambil keputusan atau judgment.
Menurut Madya S (2007, hlm. 51) salah satu sifat penelitian tindakan kelas adalah kolaboratif, yang dinyatakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart sebagai berikut: The approach is only research when it is collaborative, though it is important to realize that the action research of the group is achieved through the critically examined action of individual group member (emphasis in original).
Sementara susilo (2007, hlm. 16) mengemukakan bahwa “PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran. Dengan demikian, makna penelitian tindakan dapat dikatakan sebagai suatu penelitian yang dilakukan kolektif oleh suatu kelompok sosial (termasuk pendidikan) yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas kerja mereka serta mengatasi berbagai permasalahan dalam kelompok tersebut.
Dari pernyataan ini dapat diperoleh penegasan tentang dua hal: pertama, penelitian tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja
(26)
Eva Ginawati, 2015
PENGEMBANGAN MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL
bersama. Kedua, penelitian kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok perorangan yang diperiksa secara kritis melalui refleksi demokratik dan dialogis.
Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan para ahli di atas, PTK dapat dikatakan sebagai kajian yang melihat sebuah situasi sosial untuk memperbaiki pelaksanaan praktek belajar-mengajar yang dilakukan guru dan siswa di dalam kelas. Dengan demikian, Penelitian Tindakan Kelas berusaha untuk menciptakan kondisi pembelajaran di kelas yang lebih baik, kondusif dan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan dalam pembelajaran. Dapat terlihat pula ada kesamaan pendapat bahwa penelitian tindakan kelas dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi permasalahan di kelas dengan terlibat langsung dalam proses perbaikan.
C. Desain Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas terdapat lima model, sebagaimana yang diungkapkan oleh Wiriaatmadja (2012, hlm. 61) bahwa terdapat lima model penelitian tindakan kelas. Pertama yaitu model Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis, kedua revisi model Lewin menurut Elliott, ketiga model Spiral dari Kemmis dan Taggart, keempat Model Ebbutt, dan kelima yaitu model McKernan.
Secara umum, langkah-langkah penelitian tindakan kelas meliputi: tahap persiapan, diagnostik, perencanaan tindakan kelas untuk memecahkan masalah, dan teurapeutik. Sedangkan prosedur penelitian tindakan kelas meliputi Perencanaan (planing), Pelaksanaan tindakan kelas (action), Observasi (observation) dan refleksi (reflection) dalam setiap siklus.
Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti dan guru mata pelajaran akan bekerja sama, mulai dari tahap orientasi, dilanjutkan dengan menyusun perencanaan serta persiapan-persiapan yang diperlukan, pelaksanaan tindakan, evaluasi hingga tahap refleksi. Pada penelitian ini banyaknya siklus yang akan
(27)
Eva Ginawati, 2015
dilakukan tergantung kepada ketercapaian target penelitian yang ditentukan oleh berbagai pihak baik guru, peneliti dan siswa.
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru yang melakukan pengajaran dengan mengembangkan Mind Mapping dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep materi IPS. Sedangkan guru kelas bertindak sebagai pengamat selama penelitian berlangsung. Guru kelas berperan dalam memberikan saran untuk mengatasi kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran, karena penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peneliti.
Adapun model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Kemmis dan Taggart (1988; dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 66) yang digambarkan pada bagan berikut:
(28)
Eva Ginawati, 2015
PENGEMBANGAN MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa terdapat empat langkah penting dalam PTK, yaitu rencana, tindakan, pengamatan dan refleksi. Menurut Sukardi (2004) dalam menjelaskan langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
1. Rencana (plan)
Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam penelitian tindakan, rencana tindakan harus berorientasi ke depan dan bersifat fleksibel. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategi yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam proses belajar mengajar dan mengenal rintangan yang sebenarnya.
OBSERVASI AWAL
(29)
Eva Ginawati, 2015
Pada tahap ini peneliti melakukan rencana awal dengan mencari semua informasi dari hasil wawancara terhadap guru yang bersangkutan dan siswa (sebagai sasaran utama penelitian), sehingga ditemukan masalah. Selanjutnya setelah masalah ditemukan, kemudian dilakukan identifikasi masalah hingga ditentukan rumusan masalah. Selanjutnya, bekerja sama dengan guru yang bersangkutan, peneliti membuat rencana pelaksanaan tindakan seperti membuat rencana pelaksanaan pengajaran yang memuat langkah-langkah pembelajaran hingga menyusun evaluasi pembelajaran dan juga menyusun instrumen penelitian yang diperlukan.
2. Tindakan (act)
Langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah langkah tindakan atau pelaksanaan yang terkontrol secara seksama. Tindakan dalam penelitian tindakan harus hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang rasional dan terukur. Setelah melakukan persiapan, selanjutnya peneliti mulai melakukan tindakan kelas dengan mengacu pada perencanaan yang telah disusun, yaitu dengan mengembangkan Mind Mapping dalam pembelajaran IPS. Yang bertindak sebagai pelaksana tindakan yaitu guru IPS yang bersangkutan dan peneliti dengan cara berkolaborasi.
3. Pengamatan (observe)
Observasi dalam penelitian tindakan kelas mempunyai fungsi mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. Oleh karena itu, observasi harus mempunyai beberapa macam unggulan seperti memiliki orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu sekarang dan masa yang akan datang. Observasi yang hati-hati dalam hal ini sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan tindakan yang diambil peneliti yang
(30)
Eva Ginawati, 2015
PENGEMBANGAN MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL
disebabkan oleh adanya keterbatasan menembus rintangan yang ada di lapangan.
Pada tahap ini peneliti melakukan berbagai pengamatan dan mencatat segala aktivitas yang terjadi selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, dengan mengembangkan Mind Mapping dalam pembelajaran IPS, yang mengacu pada panduan dan lembar observasi yang telah peneliti buat sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan berbagai data secara langsung.
Observasi dilakukan oleh peneliti dengan melihat tiga aspek yaitu kinerja guru dalam pengembangan Mind Mapping pada pembelajaran IPS. Kedua, aktivitas siswa terhadap mata pelajaran IPS pada saat memanfaatkan Mind Mapping. Dan yang terakhir adalah langkah-langkah pengembangan Mind Mapping dalam pembelajaran IPS sendiri, apakah sudah sesuai dengan prosedur atau ada kekurangan dalam penerapannya. Hal ini dimaksudkan agar apa yang dilakukan pada tindakan pertama dapat dievaluasi dan diperbaiki untuk tindakan selanjutnya bilamana masih terdapat kekurangan.
4. Refleksi (reflect)
Langkah ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Langkah reflektif ini berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, isu dan hambatan yang muncul dalam perencanaan tindakan strategik.
Langkah ini juga dapat digunakan untuk menjawab variasi situasi sosial dan isu sekitar yang muncul sebagai konsekuensi adanya tindakan terencana. Refleksi ini dilakukan setelah pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan. Refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji hasil data yang diperoleh saat observasi dilakukan oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk dijadikan
(31)
Eva Ginawati, 2015
bahan pertimbangan selanjutnya dalam pembuatan rencana tindakan pada tahap siklus selanjutnya.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan mengenai maksud dan tujuan yang ingin dicapai, berikut ini adalah definisi operasional yang digunakan, meliputi: 1. Mind mapp menurut Tony Buzan adalah pembelajaran yang memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan dua belahan otak, maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun verbal.
2. Pemahaman konsep adalah kemampuan untuk memahami, mengerti, dan mengetahui benar konsep-konsep secara keseluruhan. Dan Pemahaman Konseptual adalah kemampuan dalam memahami konsep beserta memahami permasalahan-permasalahan yang sedang dan akan terjadi di kemudian hari, serta memahami cara-cara dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.
3. Pembelajaran IPS menurut Banks (Sapriya, 2007, hlm. 3) yang berarti bahwa IPS (social studies) merupakan bagian kurikulum sekolah dasar dan sekolah tinggi yang memiliki tujuan untuk membantu para siswa untuk membangun pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan agar dapat berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat lokal sebagai komunitas, bangsa maupun masyarakat dunia. Dimana IPS meliputi disiplin ilmu-ilmu sosial seperti Sosiologi, Antropologi, Ekonomi, Geografi, Sejarah, politik, hukum dan Budaya.
E. Setting Penelitian
Berikut tahapan yang akan dilakukan dalam menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping, diantaranya:
(32)
Eva Ginawati, 2015
PENGEMBANGAN MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL MATERI PEMBELAJARAN IPS
1. Persiapan
Dalam tahapan persiapan ini yaitu melakukan kegiatan:
a. Menentukan tema yang sesuai dengan kompetensi dasar berkaitan dengan materi pembelajaran.
b. Membentuk kelas menjadi tiga kelompok yang terdiri dari empat orang setiap masing-masing kelompok secara heterogen.
c. Melakukan pendalaman materi melalui kegiatan mencari sumber-sumber referensi yang sesuai dengan permasalahan dan tema yang telah ditentukan.
2. Pelaksanaan
a. Kegiatan pelaksanaan ini terdiri dari kegiatan:
Pembelajaran IPS dengan menggunakan Mind Mapping 1) Keadaan kelas sebelumnya:
2) Kemudian kelas dibentuk dengan design sebagai berikut: Papan Tulis
Meja Guru
1 - 2
3 - 4 13 - 14
25 - 26 23 - 24
27 - 28 21 - 22
19 -20 29 - 30 31 - 32 17 - 18
15 - 16
7 - 8 9 - 10 5 - 6 11 - 12 Pintu
Papan Tulis
Meja Guru Pintu
(33)
Eva Ginawati, 2015
3) Setiap kelompok duduk secara bersama-sama dalam mengerjakan Mind Mapping.
4) Setiap kelompok diberi kesempatan untuk membuat Mind Mapping awal mengenai tema yang sedang dibahas di kelas.
5) Kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan tema yang mereka diskusikan di depan kelas.
6) Peran guru untuk mengatur penuh terlaksananya proses diskusi, sehingga seluruh siswa terlibat secara aktif.
7) Berakhirnya kegiatan presentasi di depan kelas, apabila siswa telah cukup dalam menjelaskan tema yang mereka bahas.
8) Setiap siswa diberi kesempatan untuk memberikan kritik dan saran atau pendapat terhadap proses pelaksanaan diskusi.
9) Guru memberikan komentar dan penguatan. Dimana proses penguatan diarahkan pada pembelajaran yang telah berlangsung, untuk dijadikan sebagai proses perbaikan siswa dalam pelaksanaan diskusi selanjutnya.
Langkah yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran dengan menerapkan Mind Mapping, yaitu:
a. Overview: tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari. Khusus untuk pertemuan pertama pada saat awal semester, overview dapat diisi dengan kegiatan untuk membuat master Mind Mapping yang merupakan rangkuman dari seluruh topik yang akan diajarkan selama satu semester yang biasanya sudah ada dalam silabus. Dengan
(34)
Eva Ginawati, 2015
PENGEMBANGAN MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL
demikian, sejak awal siswa sudah mengetahui topik apa saja yang akan dipelajari sehingga membuka peluang bagi siswa yang aktif untuk mempelajari lebih dahulu di rumah atau di perpustakaan.
b. Preview: tinjauan awal merupakan lanjutan dari overview, sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail dari pada overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus. Dengan demikian, siswa diharapkan telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai topik-topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus untuk bahan yang sangat sederhana, langkah preview dapat dilewati sehingga langsung masuk inview. c. Inview: tinjauan mendalam yang merupakan inti dari suatu proses
pembelajaran, dimana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci dan mendalam. Selama inview ini, siswa diharapkan dapat mencatat informasi, konsep atau rumusan penting beserta grafik, daftar atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan.
d. Review: tinjauan ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai oleh siswa. Hal ini akan dapat membantu siswa untuk focus dalam mempelajari ulang bahan yang diajarkan di sekolah pada saat di rumah. Review dapat dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa mengingat kembali bahan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.
Indikator-indikator dalam mengembangkan pemahaman konseptual materi dalam pembelajaran IPS, bertujuan agar siswa mampu berpikir secara mandiri dengan menggunakan gambaran yang telah mereka buat dalam bentuk Mind Mapping. Pembuatan Mind Mapping tersebut
(35)
Eva Ginawati, 2015
diperoleh dari hasil kegiatan pengamatan dan observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi.
F. Instrumen Penelitian
Pada dasarnya dalam penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai instrument utama penelitian (human instrument) dan terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan. Karena dalam penelitian kualitatif, peneliti harus melakukan pengamatan secara mendalam sehingga informasi dan data yang diperlukan lebih valid.
Alat peneliti lain yang menjadi penunjang alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar Observasi
Teknik observasi merupakan teknik yang menuntut peneliti untuk melakukan pengamatan terhadap objek penelitian, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Alasan melakukan observasi yaitu dapat menggambarkan keseluruhan secara jelas berbagai perilaku atau kejadian yang berada di lapangan, serta dapat menjawab pertanyaan mengenai hal-hal yang belum diketahui secara khusus.
Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi terbuka, hal ini untuk mempermudah pengamat dalam menggambarkan secara keseluruhan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2002, hlm 25), bahwa observasi terbuka bertujuan agar pengamat mampu menggambarkan secara utuh atau mampu merekonstruksikan proses implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud dalam diskusi balikan.
Observasi terbuka ini, terfokus pada hal-hal yang menjadi data dalam melihat aktivitas guru dan peserta didik, pada saat proses mengembangkan Mind Mapping yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konseptual materi dalam pembelajaran IPS. Hasil dari
(36)
Eva Ginawati, 2015
PENGEMBANGAN MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL
penelitian ini akan didiskusikan dengan kolaborator, untuk dijadikan sebagai bahan refleksi tindakan selanjutnya.
2. Catatan Lapangan ( Field Notes)
Catatan lapangan ini, merupakan sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian. Catatan lapangan dibuat oleh peneliti atau guru mitra yang melakukan pengamatan atau observasi. Format catatan lapangan ini meliputi pengisian waktu, mendeskripsikan kegiatan yang terjadi selama penelitian berlangsung, meliputi beberapa aspek saat pembelajaran di kelas, seperti susasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa lain serta kendala yang dihadapi di lapangan pada saat melakukan pengamatan.
3. Lembar Wawancara
Lembar wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat guru dan siswa mengenai pembelajaran IPS sebelum dan setelah menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur, yaitu dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa cara. Adapun cara-cara yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2009, hlm. 219).
(37)
Eva Ginawati, 2015
Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan yang sedang berlangsung di kelas, seperti cara guru pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping, kegiatan pembelajaran di kelas serta pada saat mengembangkan keterampilan siswa dalam membuat dan memahami Mind Mapping yang dibuat oleh guru ataupun oleh siswa itu sendiri.
Observasi yang dilalukan oleh peneliti adalah kegiatan observasi terstruktur. Observasi terstruktur menurut Sugiyono (2008, hlm. 146) adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang diteliti, kapan dan di mana tempatnya.
Observasi terstruktur ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti pada saat pelaksanaan penelitian. Oleh karena itu, peneliti telah menentukan bentuk-bentuk aktivitas siswa yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Selain mengamati aktivitas siswa, observasi juga dilakukan untuk mengamati aktivitas guru, yaitu untuk mendapatkan data mengenai peran guru dalam pembelajaran IPS melalui metode pembelajaran Mind Mapping. Alat yang digunakan untuk mengamati aktivitas tersebut, diisi dengan memberi tanda check list pada kolom penilaian yang telah disediakan peneliti.
2. Wawancara
Menurut Denzin (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm 117) wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan mengenai hal-hal yang dianggap perlu.
Peneliti mengumpulkan data melalui proses wawancara tidak baku yaitu wawancara yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan umum dan khusus yang diantisipasi pewawancara dalam urutan dan kesempatan yang tersedia (Wiriaatmadja, 2012, hlm. 117). Wawancara dalam penelitian ini,
(38)
Eva Ginawati, 2015
PENGEMBANGAN MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL
dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping.
Sebelum dilakukannya wawancara terhadap siswa, peneliti terlebih dahulu membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, agar proses wawancara dapat terarah. Alat yang akan digunakan dalam proses wawancara adalah lembar pedoman wawancara dan alat tulis. Kegiatan ini dilakukan dengan mengambil sampel perwakilan siswa sebanyak tiga siswa untuk diwawancarai mengenai proses pembelajaran IPS melalui metode pembelajaran Mind Mapping.
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Pengumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan, sebagai bahan data informasi yang sesuai dengan masalah peneliti. Dokumen-dokumen ini berkaitan dengan pembelajaran IPS. Studi Dokumen-dokumen yang diambil oleh peneliti adalah berupa kurikulum dan pedoman pelaksanaannya, silabus, RPP, tugas siswa, buku teks yang digunakan oleh siswa dalam belajar. Peneliti mempelajari dan menganalisis bahan-bahan pengajaran yang telah dibuat sebelumnya seperti silabus apakah sudah relevan atau belum, menganalisis RPP apakah terdapat kekurangan atau tidak dan sebagainya.
4. Catatan Lapangan
Dalam menunjang pengambilan data-data lain yang berkembang selama pelaksanaan tindakan penelitian, dapat menggunakan catatan lapangan untuk mencatat kemajuan, mencatat kendala-kendala yang dihadapi serta solusinya, mencatat hasil-hasil refleksi dan hasil-hasil diskusi. Catatan lapangan merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti,
(39)
Eva Ginawati, 2015
yang memuat secara deskriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah, dan berbagai bentuk interaksi sosial yang terjadi.
Catatan lapangan dilakukan dengan mempelajari pokok-pokok pembicaraan dalam pengamatan. Hal tersebut akan tergambar dengan memuat segala sesuatu peristiwa yang dilihat, didengar, dialami selama kegiatan berlangsung.
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data
Data yang terkumpul dari penelitian ini yaitu data hasil observasi siswa baik pada saat pra penelitian maupun pelaksanaan tindakan, data observasi guru baik pada saat pra penelitian maupun pelaksanaan tindakan, dan data tes hasil belajar siswa baik pada saat pra penelitian maupun pelaksanaan tindakan. Data-data temuan kemudian diolah dan dianalisis.
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data atau sering disebut sebagai persiapan data atau analisis data. Teknik pengolahan data yang dilakukan peneliti pada penelitian ini bersifat kualitatif. Sebanyak apapun data yang kita peroleh dari hasil penelitan, jika tidak diolah dan dianalisis maka tidak akan berarti apa-apa. Maka dari itu, suatu data di dalam Penelitian Tindakan Kelas sangat penting untuk diolah dan dianalisis.
Menurut Sanjaya (2011, hlm. 106) menganalisis data merupakan suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya, sehingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini pun serupa dengan yang dikemukakan oleh Bogdan & Biklen (dalam Moleong, 2010, hlm. 248), bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
(40)
Eva Ginawati, 2015
PENGEMBANGAN MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data kualitatif dilakukan dari awal penelitian sampai akhir penelitian.
2. Analisis Data
Data kualitatif merupakan sumber data deskripsi yang luas dan kokoh, yang memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam ruang lingkup setempat. Agar memperoleh data yang akurat dan memuaskan, maka dilakukan dengan menggunakan analisis data kualitatif. Yang mana analisis tersebut dilakukan selama proses pembelajaran. Setelah data terkumpul secara keseluruhan, maka peneliti akan menganalisis, mereduksi dan menyimpulkan data yang telah didapatkan. Menurut Sugiyono (2010, hlm 89), analisis data adalah:
Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, observasi, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri dan orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu analisis data berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.
Dalam hal ini, analisis data akan dilakukan setiap siklus penelitian tindakan kelas berlangsung, sehingga peneliti akan menilai setiap tindakan dalam proses pembelajaran, dan selanjutnya akan memutuskan perencanaan untuk siklus berikutnya.
Teknis analisis data yang dikemukan oleh Miles & Huberman yang dikutip dari Basrowi & Suwandi (2008, hlm. 20) mencakup tiga kegiatan yang bersamaan, yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara
(41)
Eva Ginawati, 2015
merangkum dan mengklarifikasikan sesuai masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, aspek yang akan direduksi adalah Pengembangan Mind Mapping dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konseptual materi pembelajaran IPS.
b. Display (penyajian data)
Penyajian data dapat berupa teks naratif, matriks, grafik untuk melihat gambaran data yang diperoleh secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dan kemudian dilakukan klasifikasi. Penyajian data yang dilakukan secara singkat, jelas, terperinci dan menyeluruh akan memudahkan untuk memahami gambaran terhadap aspek yang diteliti. Penyajian data dalam penelitian ini banyak dituangkan dalam bentuk uraian sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.
c. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi
Langkah ketiga yaitu kesimpulan, yang dilakukan dengan maksud untuk mencari makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari hal-hal yang penting. Agar memperoleh kesimpulan yang tepat maka kesimpulan tersebut kemudian diverifikasi selama penelitian berlangsung
. 3. Validasi Data
Digunakan untuk membuktikan apa yang telah diamati peneliti sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi. Validasi data dalam penelitian ini, mengacu kepada pendapat Hopkins (Wiriaatmadja, 2012, hlm. 168-171) yang mengemukakan bahwa untuk mengetahui validitas sebuah data dapat menggunakan :
a. Member chek, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber, apakah keterangan atau informasi atau penjelasan ini tetap
(42)
Eva Ginawati, 2015
PENGEMBANGAN MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL
sifatnya atau tidak berubah, sehingga dapat dipatikan keajegannya, dan data itu terperiksa kebenarannya.
b. Triangulasi, yakni memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis yang ada dengan membandingkan hasil orang lain, misalnya mitra peneliti, yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama. Menurut Elliot (Wiriaatmadja, 2012, hlm. 169) triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu sudut pandang dari guru, siswa dan peneliti.
c. Expert Opinion, yakni pengecekan terakhir terhadap temuan-temuan penelitian oleh pakar yang professional di bidang ini, yakni dosen pembimbing. Pada tahapan akhir ini dapat dilakukan perbaikan, modifikasi atau penghalusan berdasarkan arahan atau opini pakar (pembimbing), selanjutnya analisis yang dilakukan akan meningkatkan derajat kepercayaan penelitian yang dilakukan.
d. Saturasi, yakni situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan. Glaser dan Strauss (Wiriaatmadja, 2012, hlm. 170) juga mengemukakan bahwa tidak ada tambahan data baru berarti sudah tercapai kejenuhan yang disebut saturasi.
(43)
Eva Ginawati, 2015
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Sebagaimana yang telah dirumuskan di dalam BAB I, bahwa tujuan penelitian ini adalah, 1) untuk mengetahui keadaan kelas sebelum diterapkan pembelajaran Konseptual dengan menggunakan Mind Mapping, 2) untuk mengetahui bagaimana merencanakan pembelajaran IPS dengan pengembangan Mind Mapping dalam upaya meningkatkan pemahaman konseptual materi IPS, 3) untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan pengembangan Mind Mapping dalam upaya meningkatkan pemahaman konseptual materi IPS, 4) untuk mengetahui bagaimana hasil yang dicapai dengan mengembangkan Mind Mapping dalam upaya meningkatkan pemahaman konseptual materi IPS.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian tindakan pembelajaran IPS dengan pengembangan Mind Mapping dalam upaya meningkatkan pemahaman konseptual materi IPS Kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Sebelum dilakukan penelitian, peneliti melakukan observasi awal untuk melihat keadaan awal pembelajaran IPS sebelum menerapkan Mind Mapping di kelas. Pembelajaran IPS di kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung ini terlihat pada saat pembelajaran, siswa cenderung acuh tak acuh terhadap pembelajaran IPS di kelas dan materi terlalu terpaku pada buku teks. Sehingga hal demikian tidak dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami konseptual materi IPS dan tidak mengembangkan kreatifitas yang dimiliki oleh siswa, serta tidak memberikan peluang kepada siswa untuk belajar berpikir analisis.
Dalam merencanakan pembelajaran IPS dengan pengembangan Mind Mapping dalam upaya meningkatkan pemahaman Konseptual materi IPS kelas
(44)
Eva Ginawati, 2015
VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung, dilakukan oleh guru dengan baik. Komponen-komponen perencanaan pembelajaran sudah lengkap dan proses perencanaan pembelajaran sudah sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini karena perencanaan pembelajaran yang dibuat selalu mendapatkan perbaikan dari setiap siklus yang telah dilaksanakan dan menjadi solusi untuk setiap siklus selanjutnya.
Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan pengembangan Mind Mapping dalam upaya meningkatkan pemahaman Konseptual materi IPS kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung, dilakukan guru dengan baik. Pelaksanaannya dilakukan setiap tindakan siklus, diantaranya mengaitkan materi pembelajaran IPS dengan permasalahan-permasalahan yang telah terjadi dan bahkan sedang terjadi di kehidupan nyata siswa. Dalam melaksanakan diskusi kelompok, siswa semakin baik dalam membuat Mind Mapping, siswa sudah mampu menuangkan ide-ide yang dimiliki kedalamnya. Begitupun dalam presentasi, siswa semakin pandai dalam mengembangkan konsep yang ada pada Mind Mapping dengan gaya bahasa mereka sendiri, sesuai dengan kemampuan pemahaman siswa dan cara berpikir analisis siswa.
Hasil yang dicapai dari pengembangan Mind Mapping dalam upaya meningkatkan pemahaman Konseptual materi pembelajaran IPS di kelas VIII MTs. Al-Azhar Abizar Bandung terlihat meningkat dari setiap siklusnya dan berada pada kategori baik. Dalam mengembangkan Mind Mapping, siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran IPS, siswa lebih percaya diri dan berani dalam menuangkan ide-ide dan mengemukakan ide-ide yang dimiliki kepada temannya di kelas. Siswa juga mampu berpikir analisis dan lebih kritis pada saat pembelajaran IPS berlangsung. Serta siswa lebih antusias saat diberikan tugas membuat Mind Mapping, karena mereka dapat berkreasi sesuka hati mereka, sehingga kreativitas mereka menjadi lebih berkembang dari pada sebelumnya.
(45)
B. Saran
Adapun hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan ini, sebagai bahan rekomendasi dalam mempertimbangkan baik hasil temuan di lapangan maupun secara teoritis. Beberapa hal yang menjadi bahan rekomendasi, yaitu sebagai berikut:
Bagi siswa, dengan menerapkan Mind Mapping dalam pembelajaran IPS, dapat meningkatkan pemahaman konseptual materi pada pembelajaran IPS. Dengan cara tidak ragu-ragu dan tidak takut salah dalam menjelaskan materi yang sudah mereka pahami dan mereka tuangkan dalam bentuk Mind Mapping. Siswa harus percaya diri dan memberanikan diri dalam setiap kegiatan pembelajaran IPS, baik dalam mengerjakan tugas, bertanya mengenai materi yang belum dipahami, mengeluarkan pendapat dari ide-ide yang dimiliki, dan menuangkan kreativitas yang dimiliki, agar memperoleh hasil yang sangat baik.
Bagi guru, pengembangan Mind Mapping merupakan salah satu alternative dalam kegiatan pembelajaran IPS di kelas. Guru harus senantiasa membimbing dan memfasilitasi siswa agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Guru harus memperjelas dan selalu mengingatkan bagaimana aturan dari pembuatan Mind Mapping ini, sehingga siswa dapat lebih paham saat menuangkan ide-ide yang dimiliki siswa kedalam Mind Mapping tersebut. Guru juga harus lebih kreatif dalam mengembangkan metode dan media pembelajaran, agar proses pembelajaran dapat lebih menyenangkan dan relative tidak membosankan.
Bagi sekolah, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan mengembangkan Mind Mapping telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konseptual materi IPS pada siswa. Maka dari itu, sekolah diharapkan lebih
(46)
Eva Ginawati, 2015
mendukung, memfasilitasi dan memperbaiki fasilitas yang sudah ada. Sehingga guru lebih mudah saat melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Bagi peneliti, pengembangan Mind Mapping ini telah terbukti dapat mengembangkan pemahaman konseptual materi pada pembelajaran IPS. Siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran di kelas, terutama pada saat berdiskusi dalam pembuatan Mind Mapping dan melakukan presentasi. Siswa dapat mengembangkan kreativitas dalam bentuk Mind Mapping, mengembangkan ide-ide yang dimiliki dengan gaya bahasa yang berbeda-beda tetapi dapat dipahami baik oleh siswa itu sendiri maupun oleh teman-temannya. Siswa mampu menganalisis baik materi yang sedang dibahas maupun menganalisis permasalahan-permasalahan yang timbul di kehidupan nyata mereka, sehingga siswa mampu mencari solusi dan mampu memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut.
Peneliti menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan penelitian ini. Maka peneliti berharap untuk penelitian selanjutnya, guru harus lebih menguasai lagi materi yang akan dibahas, tema yang digunakan tidak terlalu luas agar siswa lebih mudah memahami, serta fokus penelitian terhadap yang lainnya yang dapat lebih mengembangkan kreativitas, pemahaman, cara berpikir analisis dan meningkatkan hasil belajar yang lebih baik.
(47)
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lorin W & David R. Krathwohl. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen : Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Arifin, Zaenal. (2009). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT. Remjaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara
Bloom, et.al. (1959). Taxonomy of Education Objectives the Classification of Education Goals. London: Ledgman Green AledCo.Ltd
Buzan, T. (2007). Buku Pintar Mind Mapp Untuk Anak. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga
Dhiasari, D. A. (2006). Penggunaan Peta Pikiran (Mind Map) dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Ernawati. (2003). Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMU melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Bandung: UPI (tidak diterbitkan)
Firman, A. (2013). Metode Pembelajaran Mind Mapp dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Tuna Grahita Ringan. Skripsi FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
(48)
Grant Wiggins dan Jay McTighe.( 2012). Pengajaran Pemahaman melalui Desain. Jakarta: Indeks
Hasan, S. H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hilal, R. (2012). Penggunaan Teknik Mind Mapping untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Poster (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII B SMP N 2 Bandung). Skripsi FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Irmawan, I. (2011). Korelasi Penerapan Metode Pembelajaran Mind Mapping
terhadap Hasil Belajar Siswa (Penelitian Korelasional pada
Pembelajaran Sejarah kelas XI SMA N 1 Rancaekek Kabupaten Bandung). Skripsi FPIPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Kartono, K. (2009). Patologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers
Komalasari, K. (2011). Media Pembelajaran IPS. Bandung: PIPS FPIPS UPI
Maelasari, E. (2013). Penerapan Metode Mind Mapping (Peta Pikiran) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika Materi Bangun Ruang (Penelitian Tindakan Kelas di SD N 1 Langensari kelas V). Skripsi FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Maulana, Septian, A. (2014). Pemanfaatan Tayangan Film Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Analisis Siswa dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas Vii-A SMP Negeri 1 Lembang). Skripsi FPIPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Moleong, J. (2010). Metotodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Muklis. (2013). Penerapan Model Mind Mapp untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Hambatan kecerdasan Kelas VI dalam Pelajaran IPS di SD
(49)
Hikmah Teladan Kota Cimahi. Skripsi FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Mulyasa, H.E. (2011). Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nasution, S. (2000). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Nurdiana. (2014). Pembelajaran Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan Menggunakan Pendekatan Peraihan Konsep untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Peserta Didik (PTK pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Ciparay). Tesis FPIPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan Pertiwi, I. (2010). Penggunaan Mind Mapping untuk Peningkatan Kemampuan
Membaca Permulaan Anak ADHD di SDN Pasirluyu II Bandung. Skripsi FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Poerbotami, K. (2008). Penerapan Model Cooperative Learning dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Kemerdekaan mengemukakan Pendapat di Kelas. Skripsi FPIPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Putri, A. W. (2010). Efektivitas Penggunaan Metode Mind Mapping dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar Membaca Anak Berkesulitan Belajar. Skripsi FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Sagala, S. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV. Alfabeta.
Saleh, Andri. (2008). Kreatif Mengajar dengan Mind Map. Bandung: Tinta Emas
Saleh, Oka N. (2013). Penggunaan Pendekatan Isu-Isu Kontroversial untuk
Peningkatan Pemahaman Konsep Penyimpangan Sosial, Pada
Pembelajaran IPS (PTK pada Peserta Didik kelas VIII SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang). Tesis FPIPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
(50)
Sanjaya, W. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana.
Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung : CV Rosda Karya
Sapriya. (2012). Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sapriya, dkk. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium PKn, UPI
Setiawan, A. W. (2011). Penerapan Metode Quantum Learning dengan Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Sejarah untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis (Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IPS 3 SMA N 2 Garut). Skripsi FPIPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Silberman, Mel. (2003). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani
Soekanto, S. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers
Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan : Pedekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara
Sumaatmadja, Nursid. (1984). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni
Sumaatmadja, Nursid. (1986). Materi Pokok Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Karunia UT
Susilo. (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book
Swadarma, D. (2013). Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum Pembelajaran. Jakarta : Gramedia
(51)
Syahraswati, A. (2012). Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Teks Berita Melalui Metode Pembelajaran Mind Mapping (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII di SMP N 3 Karawang). Skripsi FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Virgyn, R. (2013). Mengembangkan Mind Mapping untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran IPS. Skripsi FPIPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Waluya, B. (2013). Model Siklus Belajar untuk meningkatkan Pemahaman Konsep pada mata Kuliah Geografi Desa-Kota. Tesis FPIPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Wiriaatmadja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Yuliana, E. (2007). Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Materi Pelajaran Sejarah Melalui Penilaian Portofolio. Skripsi FPIPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Sumber Internet :
http://mahmudin.wordpress.com/2009/12/01/pembelajaran-berbasis-peta-pikiran-Mind Mapping. Diakses 25 September 2015
(1)
115
Eva Ginawati, 2015
mendukung, memfasilitasi dan memperbaiki fasilitas yang sudah ada. Sehingga guru lebih mudah saat melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Bagi peneliti, pengembangan Mind Mapping ini telah terbukti dapat mengembangkan pemahaman konseptual materi pada pembelajaran IPS. Siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran di kelas, terutama pada saat berdiskusi dalam pembuatan Mind Mapping dan melakukan presentasi. Siswa dapat mengembangkan kreativitas dalam bentuk Mind Mapping, mengembangkan ide-ide yang dimiliki dengan gaya bahasa yang berbeda-beda tetapi dapat dipahami baik oleh siswa itu sendiri maupun oleh teman-temannya. Siswa mampu menganalisis baik materi yang sedang dibahas maupun menganalisis permasalahan-permasalahan yang timbul di kehidupan nyata mereka, sehingga siswa mampu mencari solusi dan mampu memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut.
Peneliti menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan penelitian ini. Maka peneliti berharap untuk penelitian selanjutnya, guru harus lebih menguasai lagi materi yang akan dibahas, tema yang digunakan tidak terlalu luas agar siswa lebih mudah memahami, serta fokus penelitian terhadap yang lainnya yang dapat lebih mengembangkan kreativitas, pemahaman, cara berpikir analisis dan meningkatkan hasil belajar yang lebih baik.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lorin W & David R. Krathwohl. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen : Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Arifin, Zaenal. (2009). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT. Remjaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi
Aksara
Bloom, et.al. (1959). Taxonomy of Education Objectives the Classification of Education Goals. London: Ledgman Green AledCo.Ltd
Buzan, T. (2007). Buku Pintar Mind Mapp Untuk Anak. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga
Dhiasari, D. A. (2006). Penggunaan Peta Pikiran (Mind Map) dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Ernawati. (2003). Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMU
melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Bandung: UPI (tidak diterbitkan)
Firman, A. (2013). Metode Pembelajaran Mind Mapp dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Tuna Grahita Ringan. Skripsi FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
(3)
Grant Wiggins dan Jay McTighe.( 2012). Pengajaran Pemahaman melalui Desain. Jakarta: Indeks
Hasan, S. H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hilal, R. (2012). Penggunaan Teknik Mind Mapping untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Poster (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII B SMP N 2 Bandung). Skripsi FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Irmawan, I. (2011). Korelasi Penerapan Metode Pembelajaran Mind Mapping terhadap Hasil Belajar Siswa (Penelitian Korelasional pada Pembelajaran Sejarah kelas XI SMA N 1 Rancaekek Kabupaten Bandung). Skripsi FPIPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Kartono, K. (2009). Patologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers
Komalasari, K. (2011). Media Pembelajaran IPS. Bandung: PIPS FPIPS UPI Maelasari, E. (2013). Penerapan Metode Mind Mapping (Peta Pikiran) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika Materi Bangun Ruang (Penelitian Tindakan Kelas di SD N 1 Langensari kelas V). Skripsi FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Maulana, Septian, A. (2014). Pemanfaatan Tayangan Film Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Analisis Siswa dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas Vii-A SMP Negeri 1 Lembang). Skripsi FPIPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Moleong, J. (2010). Metotodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Muklis. (2013). Penerapan Model Mind Mapp untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Hambatan kecerdasan Kelas VI dalam Pelajaran IPS di SD
(4)
Hikmah Teladan Kota Cimahi. Skripsi FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Mulyasa, H.E. (2011). Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nasution, S. (2000). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Nurdiana. (2014). Pembelajaran Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan Menggunakan Pendekatan Peraihan Konsep untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Peserta Didik (PTK pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Ciparay). Tesis FPIPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan Pertiwi, I. (2010). Penggunaan Mind Mapping untuk Peningkatan Kemampuan
Membaca Permulaan Anak ADHD di SDN Pasirluyu II Bandung. Skripsi FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Poerbotami, K. (2008). Penerapan Model Cooperative Learning dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Kemerdekaan mengemukakan Pendapat di Kelas. Skripsi FPIPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Putri, A. W. (2010). Efektivitas Penggunaan Metode Mind Mapping dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar Membaca Anak Berkesulitan Belajar. Skripsi FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Sagala, S. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV. Alfabeta. Saleh, Andri. (2008). Kreatif Mengajar dengan Mind Map. Bandung: Tinta Emas Saleh, Oka N. (2013). Penggunaan Pendekatan Isu-Isu Kontroversial untuk
Peningkatan Pemahaman Konsep Penyimpangan Sosial, Pada Pembelajaran IPS (PTK pada Peserta Didik kelas VIII SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang). Tesis FPIPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
(5)
Sanjaya, W. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana. Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung : CV Rosda Karya Sapriya. (2012). Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sapriya, dkk. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium PKn, UPI Setiawan, A. W. (2011). Penerapan Metode Quantum Learning dengan Teknik
Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Sejarah untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis (Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IPS 3 SMA N 2 Garut). Skripsi FPIPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Silberman, Mel. (2003). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani
Soekanto, S. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan : Pedekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara
Sumaatmadja, Nursid. (1984). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni
Sumaatmadja, Nursid. (1986). Materi Pokok Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Karunia UT
Susilo. (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Swadarma, D. (2013). Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum
(6)
Syahraswati, A. (2012). Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Teks Berita Melalui Metode Pembelajaran Mind Mapping (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII di SMP N 3 Karawang). Skripsi FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Virgyn, R. (2013). Mengembangkan Mind Mapping untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran IPS. Skripsi FPIPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Waluya, B. (2013). Model Siklus Belajar untuk meningkatkan Pemahaman Konsep pada mata Kuliah Geografi Desa-Kota. Tesis FPIPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Wiriaatmadja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Yuliana, E. (2007). Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Materi Pelajaran Sejarah Melalui Penilaian Portofolio. Skripsi FPIPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Sumber Internet :
http://mahmudin.wordpress.com/2009/12/01/pembelajaran-berbasis-peta-pikiran-Mind Mapping. Diakses 25 September 2015