PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS.

(1)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT

TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN

PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Riski Muliyani NIM. 1202198

Pembimbing I : Dr. Ida Kaniawati, M.Si Pembimbing II : Dr. Lilik Hasanah, M.Si

Jurusan Pendidikan Fisika Sekolah Pascasarjana UPI

ABSTRAK

Kemampuan memahami konsep merupakan salah satu syarat dalam mencapai keberhasilan belajar fisika. Tetapi banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep fisika sehingga timbul kesalahan dalam memahami konsep (miskonsepsi) fisika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep, penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi dan tanggapan siswa mengenai model pembelajaran POE berbantuan RT. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan control group pre-test – post-test design yang dilakukan di kelas IX salah satu SMP Negeri di Kabupaten

Pandeglang. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan pemahaman konsep pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0.53 dengan kategori sedang dan n-gain untuk kelas kontrol sebesar 0.46 dengan kategori sedang. Penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi yang paling besar untuk kelas eksperimen adalah miskonsepsi tentang besarnya tekanan hidrostatik berbanding terbalik dengan luas penampangnya dan yang paling rendah adalah miskonsepsi tentang zat cair yang lebih kental akan membuat benda terapung. Sedangkan penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi yang paling besar untuk kelas kontrol adalah miskonsepsi tentang zat cair yang lebih kental akan membuat benda terapung dan yang terrendah adalah miskonsepsi tentang benda terapung apabila volum wadah diperbesar. Tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran POE berbantuan RT dengan rata-rata tanggapan siswa sebanyak 83.59% dengan kategori sangat positif.


(2)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kata kunci : Model Pembelajaran POE berbantuan RT, Peningkatan Pemahaman Konsep, Penurunan Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang menguasai alam semesta dan jiwa kita dalam genggaman-Nya. Segala puji bagi-Nya yang telah mencurahkan segala karunia, kesehatan dan rizki-Nya sehingga tesis yang berjudul “Pengaruh Penerapan

Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) Berbantuan Refutation Text Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Dan Penurunan Kuantitas Siswa Yang Miskonsepsi Siswa Pada Materi Fluida Statis” dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik yang membangun sehingga dapat memperbaiki segala kekurangan yang ditemukan dalam penelitian ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi penulis sendiri pada khususnya. Aamiiin.

Bandung, Desember 2014 Penulis,


(3)

(4)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) selalu terkait terhadap proses mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA yang diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari, membekali pengetahuan dan pemahaman kepada peseta didik. Proses pembelajaran ini menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar memahami alam sekitar secara ilmiah. Sesuai dengan tujuan utama pembelajaran fisika yang ingin dicapai dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Permen No.22 Tahun 2006):

(1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya, (2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat,(4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi, (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam, (6) Meningkatkan kesadaran


(5)

untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Berdasarkan paparan di atas, Pendidikan IPA memiliki tujuan pembelajaran dari keterampilan dasar hingga keterampilan terintegrasi tentang sumber pengetahuan ilmiah. Salah satu tujuannya adalah untuk membangun pemahaman yang mendalam dari fenomena sehingga siswa mampu menggunakannya dalam penjelasan ilmiah. Salah satu karakteristiknya ialah kemampuan dan kepekaan dalam menjelaskan fenomena alami dalam istilah prinsip yang umum (Chase et all, 2010).

Kemampuan siswa dalam menerapkan pemahaman konsep dalam fakta dan peristiwa, diperoleh dari pembelajaran dan pengalaman personal siswa dengan lingkungan alami dalam penggunaan konsep ilmiah, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori yang ilmuwan gunakan dalam penjelasan dan pengamatannya pada dunia nyata (Saleh, 2011). Fisika merupakan salah satu cabang IPA. Dengan demikian, peranan pembelajaran fisika sebagai salah satu cabang IPA untuk melatih para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika dan menerapkan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan memahami konsep harus dimiliki siswa baik itu konsep yang konkret ataupun konsep yang abstrak (Wulandari dan Nasruddin, 2013).

Kemampuan memahami konsep merupakan salah satu syarat dalam mencapai keberhasilan belajar fisika. Dengan pemahaman konsep fisika, maka permasalahan fisika dapat dipecahkan baik permasalahan fisika yang ada dalam kehidupan sehari-hari maupun permasalahan fisika dalam bentuk soal-soal fisika yang ada di sekolah (Setyawan, 2012). Banyak para pendidik setuju bahwa pengajaran dan pembelajaran sains harus mampu menggerakkan sebuah sistem yang mempromosikan sebuah informasi faktual yang mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa dan logika berpikir (Saleh, 2011). Konsep-konsep fisika harus mampu melibatkan proses berpikir. Hal itu dikarenakan siswa akan


(6)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengintegrasikan pengetahuan konseptual yang baru saja diperolehnya (Arends, 2008).

Dalam proses belajar mengajar tidak semua perencanaan berjalan dengan lancar. Terkadang ada siswa yang mengalami „kesulitan‟ dalam pembelajaran. „kesulitan‟ ini harus dibantu dengan memberikan perlakuan berupa pengajaran. Kegiatan perbaikan yang dimaksud bukan sekedar ulangan harian tetapi juga meyangkut faktor-faktor penyebabnya (Ischak & Warji, 1987).

Salah satu dampak siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah pemahaman konsep yang rendah. Berdasarkan hasil studi lapangan di salah satu SMP Negeri di Pandeglang diperoleh nilai rata-rata pemahaman konsep siswa hanya mencapai 32,60 dari skala 100. Di sekolah itu juga ditemukan beberapa miskonsepsi terkait fluida statis diantaranya tekanan hidrostatik berbanding terbalik dengan luas penampang wadah, tekanan hidrostatik berbanding lurus dengan luas penampang wadah, tekanan hidrostatik yang paling besar adalah yang memiliki luas penampang tabung yang kecil, tekanan hidrostatik pada bejana berhubungan tidak sama karena memiliki kedalaman yang berbeda, tekanan hidrostatik pada bejana berhubungan tidak sama karena memiliki kedalaman yang berbeda, tekanan hidrostatik yang paling besar adalah yang memiliki tinggi permukaan wadah paling tinggi , dan tekanan hidrostatik yang paling besar adalah yang memiliki luas penampangnya kecil, tekanan pada piston akan bertambah apabila luas penampang piston dikurangi, dan benda terapung apabila air dalam daya tampung wadah lebih banyak, semakin berat/besar benda maka benda tersebut akan tenggelam, semakin kecil benda maka benda akan terapung, dan zat cair yang lebih kental akan membuat benda terapung.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Șahin, et all (2010) mengungkapkan bahwa ditemukan miskonsepsi siswa terkait fluida yaitu tekanan fluida yang dialami oleh objek di dasar wadah yang bagian bawahnya menyempit seperti trapesium terbalik lebih besar dibandingkan tekanan yang dialami benda di dasar wadah yang bagian bawahnya datar (seperti bentuk silinder) dengan kedalaman yang sama. Sedangkan miskonsepsi yang terkait dengan fluida yang


(7)

lainnya yaitu pipa yang memiliki ukuran luas penampang yang kecil maka tekanan akan semakin besar (Satterfield, 2010).

Miskonsepsi yang ditemukan dalam hukum Archimedes antara lain benda terapung apabila air dalam daya tampung wadah lebih banyak, semakin berat/besar benda maka benda tersebut akan tenggelam, semakin kecil benda maka benda akan terapung, zat cair yang lebih kental akan membuat benda terapung, dan benda tipis datar akan mengapung (Yin, et.all, 2008).

Miskonsepsi terjadi karena ada lima faktor yaitu siswa, pengajar, buku teks, konteks dan cara mengajar. Siswa yang memiliki prakonsepsi yang berbeda dengan konsep ilmiah karena meneka memiliki pengalaman sehari-hari yang keliru. siswa yang berangkat dan pulang sekolah akan belajar di lingkungannya dengan pengalamannya sendiri. Pengalaman inilah yang menciptakan struktur mental yang berbeda tentang konsep. Akan tetapi, pada beberapa peristiwa sehari-hari, terkadang ada miskonsepsi yang menyesatkan pemikirannya (Akpinar dan Tan, 2011). Buku teks sering menampilkan animasi/kartun, penjelasan yang keliru mengenai suatu konsep dan rumus yang kelitu sehingga menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Sedangkan dari cara mengajar guru, guru hanya menyampaikan informasi saja tanpa mengungkap miskonsepsi yang dimiliki siswa. Guru juga memakai pendekatan analogi yang digunakan justru membuat miskonsepsi. Selain itu, guru juga harus menguasai materi dengan baik agar tidak menyampaikan konsep yang keliru pada siswa (Suparno, 2005).

Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya agar konsep-konsep yang keliru itu bisa diubah menjadi konsep yang ilmiah. Siswa akan mengalami perubahan konseptual apabila siswa tersebut mengalami konflik kognitif. Tujuan konflik kognitif ini agar konsepsi yang dialami siswa goyah sehingga siswa akan mengubah konsepsi yang sebelumnya dengan konsepsi yang diterima secara ilmiah (Kang, et.all., 2010).

Terdapat beberapa upaya untuk meminimalkan miskonsepsi diantaranya identifikasi miskonsepsi siswa, menemukan penyebab miskonsepsi, dan mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi (Suparno, 2005). Pada


(8)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini, peneliti memilih langkah yang ketiga yaitu mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi.

Dalam rangka mengatasi miskonsepsi maka dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran dan berbagai teknik ataupun menggabungkan keduanya (Çepni, et all : 2010). Pembelajaran yang dapat mengatasi miskonsepsi adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksi teks, diskusi, dan pengalaman secara langsung.

Berdasarkan teori kontruktivisme, konsepsi siswa berasal dari pengalaman sehari-hari sebelum belajar di sekolah. Oleh karena itu, penentuan konsepsi awal siswa menjadi penting karena diperlukan untuk membangun konsep yang ilmiah melalui kegiatan pembelajaran (Driver, et all, 2010). Pembelajaran konstruktivis mampu memberikan informasi kepada siswa dalam mengembangkan pengatahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya (Biernacka dalam İyibil, 2011).

Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan pandangan konstruktivis adalah model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE). Model POE ini dipilih karena mampu memfasilitasi perubahan konseptual. Pada pembelajaran POE, pada tahap Prediksi banyak terjadi miskonsepsi siswa, namun tidak muncul di tahap explain (Keleᶊ dan Demirel, 2010). Pembelajaran POE mengharuskan siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka untuk alasan atau solusi jawaban (Acar sesen dan Chen et.all, 2013). Dalam proses ini, pemahaman siswa dapat terungkap. Dalam penerapan pembelajaran POE, pemahaman siswa dapat diselidiki melalui tiga cara. Pertama, siswa diharuskan melakukan prediksi dari beberapa peristiwa dan membenarkan prediksinya. Kedua, siswa harus mendeskripsikan apa yang mereka lihat. Ketiga, mereka harus mengaitkan antara prediksi dengan hasil observasinya. Pada model pembelajaran POE, siswa akan mengalami perubahan konseptual pada tahap observe karena siswa mengalami konflik kognitif. Konflik kognitif terjadi karena hasil prediksi mereka berbeda dengan hasil pengamatan mereka, sehingga pada tahap explain siswa akan mengganti pra konsepsinya dengan konsepsi ilmiah (Coᶊtu, et.all, 2012).


(9)

Namun pembelajaran POE memiliki kelemahan diantaranya sulitnya menulis penjelasan pada tahap explain dan sulit memberikan alasan atas penjelasannya (Joyce, 2006) dan siswa kurang yakin dengan penjelasan pada tahap explain yang telah ditulis (Acar Sesen, 2013). Oleh karena itu, untuk menutupi kelemahan model pembelajaran POE maka peneliti menggunakan teks bacaan alternatif yang disebut Refutation Text (RT).

RT adalah teks yang berisi penjelasan yang dapat mengaktifkan antara pengetahuan awal dengan konsepsi baru secara bersama dan kemudian mengintegrasikannya dengan informasi yang tertera pada teks RT adalah teks yang didesain untuk menyatakan miskonsepsi, kemudian disanggah secara eksplisit kemudian diberikan sebuah penjelasan yang dapat diterima secara ilmiah sebagai sebuah logika yang masuk akal (Broughton, et.all, 2010). RT dapat membantu siswa memberikan penjelasan dengan lebih yakin sehingga pemahaman siswa menjadi lebih baik. Siswa yang memiliki rasa percaya diri atas kemampuannya untuk belajar, secara tidak langsung meningkatkan kemungkinan terjadinya perubahan konseptual karena berhubungan dengan tujuan utama pembelajaran (Clark, 2012).

Oleh karena itu, untuk memfasilitasi perubahan konseptual dari miskonsepsi menjadi konsep yang benar digunakanlah model pembelajaran POE berbantuan RT. Model pembelajaran POE berbantuan RT ini adalah model pembelajaran dengan menggunakan tiga tahapan dalam model pembelajaran POE yaitu predict-observe-explain kemudian setelah tahapan explain, siswa diberikan bahan bacaan berupa RT. Pada model pembelajaran POE, siswa mengalami perubahan konseptual pada tahap observasi karena pada tahap ini siswa mengalami konflik kognitif. Konflik kognitif terjadi karena hasil prediksi mereka berbeda dengan hasil pengamatan mereka. Agar siswa mampu mengatasi ketidakpuasan atas penjelasan terhadap penjelasan siswa maka diberikanlah bahan bacaan alternatif yaitu RT. Dengan demikian siswa mengalami perubahan konseptual dan keyakinan terhadap konsepsi baru yang ditemukannya yang berbeda dengan konsepsi awal mereka.


(10)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai model pembelajaran POE, RT, peningkatan pemahaman konsep, dan kuantitas miskonsepsi siswa dengan judul:

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) Berbantuan Refutation Text terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep dan Penurunan Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi pada Materi Fluida Statis

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam bahasan ini dirumuskan sebagai berikut:“Apakah penerapan model

Predict– Observe- Explain (POE) berbantuan Refutation Text (RT) dapat lebih

meningkatkan pemahaman konsep dan menurunkan kuantitas siswa yang miskonsepsi pada materi fluida statis dibandingkan dengan model pembelajaran POE tanpa berbantuan RT?”. Rumusan masalah tersebut secara terperinci dapat dinyatakan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa SMP dalam pembelajaran fisika yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran POE berbantuan RT dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran POE tanpa berbantuan RT? 2. Bagaimana penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi dalam

pembelajaran fisika yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran POE berbantuan RT dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran POE tanpa berbantuan RT? 3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika dengan model

POE berbantuan RT?

1.3Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, masalah hanya akan dibatasi pada aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian ini yaitu:


(11)

1. Peningkatan pemahaman konsep siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rerata peningkatan pemahaman konsep siswa (rerata gain score

normalized), yaitu rerata peningkatan pemahaman konsep siswa yang telah

mempelajari materi fluida statis yang telah ternormalisasi, antara pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah siswa diberikan treatment. 2. Penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengurangan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada tiap konsep sebelum dan sesudah diberikan treatment yang diidentifikasi dengan mengunakan analisis Three Tier Test (TTT) dan siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa yang sudah mempelajari materi fluida statis.

3. Tanggapan siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggapan terhadap pembelajaran POE berbantuan RT yang dilihat dari rata-rata frekuensi skala sikap yang dipilih. Skala sikap yang dimaksud adalah tanggapan siswa yang terdiri dari dua respon yaitu setuju dan tidak setuju terhadap tiap pernyataan.

1.4Variabel Penelitian

1. Variabel bebas, yaitu Model Predict-Observe-Explain (POE) 2. Variabel terikat, yaitu Pemahaman Konsep, Kuantitas Miskonsepsi

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan gambaran tentang keunggulan model pembelajaran POE berbantuan RT terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa SMP dalam pembelajaran fisika sebelum dan sesudah diberikan treatment. 2. Untuk mendapatkan gambaran tentang keunggulan model pembelajaran

POE berbantuan RT terhadap penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi dalam pembelajaran fisika sebelum dan sesudah diberikan treatment. 3. Untuk mendapatkan gambaran tentang tanggapan siswa terhadap model

POE berbantuan RT dalam pembelajaran fisika sesudah diberikan


(12)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris tentang pengaruh penggunaan model POE berbantuan RT dalam meningkatkan pemahaman konsep dan menurunkan kuantitas siswa yang miskonsepsi, dan memperkaya hasil-hasil penelitian tentang model POE berbantuan RT, agar nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak seperti guru, peneliti, mahasiswa LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan), praktisi pendidikan dan lain-lain, baik sebagai pembanding, pendukung maupun sebagai rujukan untuk penelitian sejenis.

1.7Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri atas lima bab, yaitu:

1. Bab I Pendahuluan, yang memuat gambaran umum mengenai penelitian, yang terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, variabel penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 2. Bab II Kajian Pustaka mengenai miskonsepsi dan pengukurannya, yang

memuat uraian teori-teori mengenai konsep, konsepsi, miskonsepsi, teknik mendiagnosis miskonsepsi dengan Three-tier Test, pemahaman konsep, perubahan konseptual, model pembelajaran POE, RT, keterbacaan teks, Model pembelajaran POE berbantuan RT, kerangka berpikir, materi fluida statis serta miskonsepsinya, hubungan model pembelajaran POE berbantuan RT dengan pemahaman konsep dan perubahan miskonsepsi. 3. Bab III Metode Penelitian, yang terdiri dari metode dan desain

penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik analisis instrumen, hasil uji coba instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi hasil penelitian, analisis, dan pembahasan hasil penelitian.


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental Research) yaitu jenis penelitian “yang di dalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan” (Panggabean, 1996). Adapun, desain yang digunakan adalah control group pre-test – post-test design. Penelitian diawali dengan

pengukuran yang dilakukan sebelum dilakukan perlakuan (treatment) yang disebut tes awal (pre-test) untuk mengetahui keadaan awal, apakah ada perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah treatment, kemudian dilakukan tes akhir (post-test) terhadap kedua kelas dengan soal tes yang sama. Untuk lebih jelasnya, desain untuk setiap pertemuan ditunjukkan pada bagan dalam gambar 3.1.

Kelas Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O X1 O

Kontrol O X2 O

Gambar.3.1 Control Group Pre-test – Post-test Design

(Arikunto, 2006) Keterangan :

X1 = Perlakuan yang diberikan pada kelompok yang menggunakan model POE

berbantuan Refutation Text

X2 = Perlakuan yang diberikan pada kelompok yang menggunakan model POE

O = Three tier test (TTT) dan tes pemahaman konsep

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh siswa kelas IX sebuah SMP Negeri di Pandeglang tahun ajaran 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas dari keseluruhan populasi yang dipilih secara purposive

sampling. Teknik purposive sampling yaitu "penentuan sampel dengan


(14)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan penurunan kuantitas miskonsepsi siswa pada materi fluida statis sehingga pengambilan kelas dipilih berdasarkan pertimbangan materi harus sudah dipelajari sebelumnya, oleh karena itu dipilih kelas IX pada SMP tersebut yang telah mempelajari materi fluida statis di kelas VIII. Jumlah sampel penelitian untuk kelas kontrol yaitu sebanyak 33 siswa yang terdiri dari 16 orang siswa dan 17 orang siswi sedangkan untuk kelas eksperimen sebanyak 32 siswa yang terdiri dari 15 orang siswa dan 17 orang siswi.

3.3 Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan salah tafsir, maka terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan, yaitu:

1. Model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) merupakan sebuah model pembelajaran yang menggali pemahaman peserta didik dengan cara meminta siswa melakukan tiga tugas utama, yaitu memprediksi (Predict), mengobservasi (Observe), dan menjelaskan (Explain). Pada tahap memprediksi, guru menyajikan permasalahan baru yang berbeda namun dengan konsep yang sama kemudian guru membimbing siswa dalam menentukan prediksi yang relevan dengan permasalahan. Pada tahap mengobservasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan observasi tekait permasalahan yang diberikan kemudian guru membimbing siswa dalam melakukan observasi. Pada tahap menjelaskan, guru membimbing siswa menjelaskan hasil observasi, jika hasil prediksi siswa berbeda dengan hasil observasi maka siswa harus memberikan penjelasan. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi.

2. Refutation text (RT) merupakan bahan bacaan yang berupa berisi informasi

yang salah kemudian disanggah dan diikuiti oleh penjelasan ilmiah. Instrumen yang digunakan adalah tes uraian.

3. Model pembelajaran POE berbantuan RT merupakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan langkah-langkah model pembelajaran POE, setelah tahap Explain diberikan teks bacaan berupa RT untuk memberikan


(15)

keyakinan terhadap konsep yang baru ditemukan oleh siswa melalui proses observasi. Diharapkan model pembelajaran POE berbantuan RT ini dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa dan menurunkan kuantitas miskonsepsi siswa. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. 4. Model pembelajaran POE tanpa berbantuan RT merupakan kegiatan

pembelajaran yang menggunakan langkah-langkah model pembelajaran POE saja tanpa memberikan teks tambahan pada tahapan setelah tahap

explain. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi.

5. Pemahaman Konsep, merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah pembelajaran sesuai dengan konsep yang dipelajari sehingga dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi. Dalam penelitian ini menggunakan aspek pemahaman Anderson meliputi 7 aspek yaitu: (1) menafsirkan, (2) mencontohkan (3) mengklasifikasikan, (4) merangkum, (5) menarik inferensi, (6) membandingkan, dan (7) menjelaskan. Pada penelitian ini pemahaman yang dimaksud ialah menafsirkan, membandingkan, menginferensi, dan menjelaskan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa berupa soal pilihan ganda.

6. Miskonsepsi merupakan suatu konsepsi yang melekat dengan kuat pada benak siswa yang berbeda dengan konsepsi yang dimiliki oleh ilmuwan, sehingga dapat menyesatkan siswa dalam memahami suatu konsep ilmiah. Dalam penelitian ini miskonsepsi yang dimaksud adalah jawaban siswa yang menjawab salah satu tingkat salah dan yakin yang dianalisis dengan metode Three tier Test (TTT). Soal miskonsepsi yang dibuat berdasarkan miskonsepsi dari penelitian terdahulu dari beberapa peneliti. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kkuantitas miskonsepsi siswa berupa TTT.

7. Lembar Observasi merupakan lembar yang berbentuk daftar isian yang terdiri dari aktivitas guru dan siswa yang akan diisi oleh observer untuk mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran baik berupa pembelajaran


(16)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

dengan model pembelajaran POE berbantuan RT maupun tanpa berbantuan RT yang dilakukan oleh guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini berbentuk cheklist (√), artinya observer akan memberikan tanda cheklist (√) apabila kriteria yang dimaksud dalam lembar observasi terlaksana.

8. Tes skala sikap merupakan lembar yang berupa daftar pernyataan mengenai model pembelajaran POE berbantuan RT dan terdapat skala sikap yang terdiri dari dua respon yaitu setuju (S) dan tidak setuju (TS). Tes skala sikap ini akan diisi oleh siswa sesuai dengan skala sikap yang dipilih dan sesuai dengan yang siswa rasakan dalam proses pembelajaran.

3.4Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut:

Melakukan telaah pustaka mengenai model POE, Refutation Text, pemahaman konsep dan miskonsepsi

 Melakukan koordinasi dengan Jurusan Pendidikan Fisika dan melakukan koordinasi dengan pihak sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian

 Melakukan observasi awal di sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian berupa pengamatan langsung mengenai proses pembelajaran di kelas dan wawancara dengan guru dan melakukan tes untuk memperoleh gambaran mengenai pemahaman konsep dan miskonsepsi siswa dan proses belajar mengajar.

 Menentukan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian

 Merancang perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kegiatan pembelajaran dan LKS untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol


(17)

 Menyusun instrumen penelitian berupa tes pilihan ganda untuk mengukur pemahaman konsep siswa dan three tier test untuk mengukur kuantitas miskonsepsi

Men-judgement instrumen tes

 Melakukan uji coba instrumen tes

 Mengolah data hasil uji coba yang meliputi tingkat kesukaran, reliabilitas, dan daya pembeda, kemudian menganalisisnya dan menentukan soal yang akan digunakan dalam penelitian

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut:

Memberikan pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Mengolah data hasil pre-test pada kelas eksperimen dan kontrol

Memberikan perlakuan (treatment) dengan penggunaan model POE dengan

refutation text pada kelas eksperimen dan model POE dengan non refutation text pada kelas kontrol. Selama kegiatan pembelajaran dilakukan observasi

keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa

Memberikan post-test untuk mengetahui kuantitas miskonsepsi dan pemahaman konsep siswa setelah mendapat treatment.

c. Tahap Akhir

Pada tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut:

Mengolah data hasil post-test, tes skala sikap dan hasil observasi dari seluruh pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelompok sampel

Menganalisis data hasil penelitian dan membahas temuan penelitian

 Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data


(18)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Tes Skala Sikap

Revisi

Penyusunan Proposal

Tim Tesis

Penyusunan RPP

Melakukan uji coba

Seminar Proposal

Judgement

Kelompok Eksperimen

Analisis Data

Tes Akhir (Post-test) POE

POE Berbantuan RT

Kelas Kontrol Tes Awal (Pre-test)

Kesimpulan Pembahasan Lembar Observasi

Three Tier Test

Tes Skala Sikap Lembar Observasi Instrumen

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Analisis Hasil Uji Coba


(19)

3.5Instrumen Penelitian 1. Instrumen Tes

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kuantitas miskonsepsi berupa soal pilihan ganda beralasan dengan tingkat keyakinan yang dikenal dengan metode TTT dan untuk mengukur pemahaman konsep berupa soal pilihan ganda biasa. Jumlah item soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah berjumlah 32 soal item dengan 16 soal menggunakan TTT dengan tiga option (A,B,C) kemudian disertai dengan alasan yang terdiri dari tiga option (A,B,C) dan terdapat pula keyakinan menjawab terdiri dari yakin dan tidak yakin, dan 16 soal pilihan ganda dengan empat option (A,B,C,D). Soal TTT dan pemahaman konsep diberikan sebelum dan sesudah diberikan treatment. Hasil tes pemahaman konsep akan dihitung gain yang dinormalisasi (N-gain) dan digunakan untuk melihat pemahaman konsep pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. TTT digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi, konsepsi benar, lucky guess, menebak, dan tidak tahu konsep.

2. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes yang digunakan adalah lembar observasi dan tes skala sikap siswa. Lembar observasi berupa daftar isian yang diisi oleh observer untuk mengamati secara langsung keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui apakah aktivitas guru dan siswa sesuai dengan batasan-batasan yang telah digariskan dalam tahapan model pembelajan yang ditetapkan dan untuk mengetahui berapa persen keterlaksanaan model pembelajaran selama proses pembelajaran. Instrumen observasi keterlaksanaan pembelajaran berbentuk


(20)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

cheklist(√), artinya observer hanya memberikan tanda cheklist (√) jika kriteria yang dimaksud dalam format observasi terlaksana.

Sedangkan tes skala sikap siswa berupa daftar isian yang harus diisi oleh siswa dengan tujuan mengetahui tanggapan siswa mengenai model pembelajaran POE berbantuan refutation text yang terdiri dari dua pilihan yaitu setuju dan tidak setuju. Instrumen tes skala sikap siswa ini berbentuk (√), artinya siswa hanya memberikan (√) jika sesuai dengan yang mereka rasakan.

3.6Teknik Analisis

Sebelum digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu instrumen yang telah dibuat diujicobakan pada siswa yang telah mendapatkan pembelajaran pada pokok bahasan fisika. Instrumen tes tersebut, setelah diujicobakan kemudian diolah dan dianalisis.

1. Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. (Arikunto, 2009)

Pada penelitian ini, validitas yang digunakan adalah berdasarkan

judgement pakar. Seperti yang duiungkapkan oleh Fraenkel dan Wallen (2008),

validitas dapat dilakukan oleh seseorang yang akan melihat isi dan format instrumen mana yang tepat dan mana yang tidak. Seseorang yang dimaksud ialah orang yang tahu tentang apa yang akan di ukur sehingga instrument layak pakai. Validitas mengenai kesesuaian soal dan indikator dilakukan oleh dosen yang pakar dalam bidangnya.

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang


(21)

tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefisien reliabilitas.

Pada penelitian ini digunakan metode test-retest. Metode ini adalah metode dengan memberikan tes yang sama pada kelas yang sama sebanyak dua kali tetapi pada waktu yang berbeda. Kemudan dihitung koefisien reliabilitasnya untuk dua skor yang telah diperoleh (Fraenkel, et.all, 200).

Koefisien reliabilitas tes dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan:

rxy : Reliabilitas

X : Hasil tes pertama Y : Hasil tes kedua

Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel.3.1. Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,81 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,61 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,41 < r ≤ 0,60 Cukup

0,21 < r ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r ≤ 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2009)

3. Tingkat Kemudahan

Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kemudahan berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Soal indeks kesukaran 0,00 menunjukan bahsa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu mudah.

Untuk menghitung tingkat kemudahan tiap butir soal digunakan persamaan:

Keterangan:

  

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N rxy        

…(1) …(2)


(22)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

P = indeks kemudahan

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, dan JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

Klasifikasi untuk indeks kemudahan dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel.3.2. Interpretasi Indeks Kemudahan P-P Klasifikasi

0,00 – 0,30 0,31 – 0, 70 0,71 – 1,00

Soal sukar Soal sedang Soal mudah (Arikunto, 2013)

4. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :

Keterangan :

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda dapat dilihat pada Tabel.3.3

Tabel.3.3. Kriteria Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek

0,21 ≤ D ≤ 0,40 Cukup

0,41 ≤ D ≤ 0,70 Baik

0,71 ≤ D ≤ 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2013)

5. Keterbacaan Teks (Refutation Text)

Keterbacaan teks ini menggunakan teknik klos. Dengan teknik klos ini, setiap teks akan ada beberapa kata yang dihilangkan dengan prosedur kata ke-5 sampai dengan kata ke-10 harus dihilangkan dan diganti denngan tanda garis


(23)

dengan panjang yang sama. Untuk menghitung keterbacaan teks menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterbacaan Teks =

Kriteria presentase keterbacaan teks dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel. 3.4. Kriteria Presentase Keterbacaan Teks

Skor (%) Kategori

61 ≤ KT ≤ 100 Tinggi

41 ≤ KT ≤ 60 Sedang

0,00 ≤ KT ≤ 40 Rendah

6. Skala Sikap Tanggapan Siswa

Skala sikap tanggapan siswa ini digunakan untuk mengetahui pendapat siswa terhadap pembeajaran POE berbantuan RT dalam pembelajaran fisika pada materi fluida statis. Tes skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tes yang menggunakan skala Likert, dengan dua kategori yaitu setuju (S) dan tidak setuju (TS).

7. Hasil Uji Coba Instrumen 1) Tes Diagnostik

Data hasil uji coba tes diagnostik dengan jumlah item soal sebanyak 32 dengan soal TTT sebanyak 16 dan soal pilihan ganda sebanyak 16 yang dilakukan pada siswa kelas IX di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Pandeglang dipaparkan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Hasil Uji Coba Tes Diagnostik

No.

Tingkat

Kemudahan Daya Pembeda Keterangan Reliabilitas

Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi

1 0,50 Sedang 0,25 Cukup Dipakai

0,806 Tinggi

2 0,31 Sedang 0,50 Baik Dipakai

3 0,53 Sedang 0,44 Baik Dipakai

4 0,31 Sedang 0,50 Baik Dipakai

5 0,59 Sedang 0,31 Cukup Dipakai

6 0,47 Sedang 0,31 Cukup Dipakai

7 0,53 Sedang 0,44 Baik Dipakai

8 0.19 Sukar 0,25 Cukup Dipakai


(24)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

No.

Tingkat

Kemudahan Daya Pembeda Keterangan Reliabilitas

Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi

9 0,43 Sedang 0,25 Cukup Dipakai

10 0,19 Sukar 0,38 Cukup Dipakai

11 0,25 Sukar 0,31 Cukup Dipakai

12 0,16 Sukar 0,25 Cukup Dipakai

13 0,38 Sedang 0,31 Cukup Dipakai

14 0,34 Sedang 0,31 Cukup Dipakai

15 0,13 Sukar 0,25 Cukup Dipakai

16 0,06 Sukar 0,13 Jelek Dipakai

17 0,22 Sukar 0,31 Cukup Dipakai

18 0,41 Sedang 0,44 Baik Dipakai

19 0,38 Sedang 0,38 Cukup Dipakai

20 0,47 Sedang 0,31 Cukup Dipakai

21 0,28 Sukar 0,44 Baik Dipakai

22 0,38 Sedang 0,25 Cukup Dipakai

23 0,34 Sedang 0,44 Baik Dipakai

24 0,41 Sedang 0,56 Baik Dipakai

25 0,53 Sedang 0,31 Cukup Dipakai

26 0,47 Sedang 0,56 Baik Dipakai

27 0,28 Sukar 0,56 Baik Dipakai

28 0,31 Sedang 0,25 Cukup Dipakai

29 0,31 Sedang 0,25 Cukup Dipakai

30 0,38 Sedang 0,38 Cukup Dipakai

31 0,47 Sedang 0,56 Baik Dipakai

32 0,31 Sedang 0,25 Cukup Dipakai

2) Keterbacaan Refutation Text (RT)

Data hasil uji coba RT yang dilakukan pada siswa kelas IX di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Pandeglang dipaparkan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Refutation Text

No. Teks Skor (%) Tingkat Keterbacaan

1 Tekanan Hidrostatik 60,06 Mudah

2 Bejana Berhubungan 59,68 Sedang

3 Hukum Pascal 54,09 Sedang

4 Hukum Archimedes 51,73 Sedang


(25)

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif. Data kuantitatif dalam penelitian diperoleh melalui tes diagnostik dan hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran . Teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Teknik Pengumpulan Data

Data Instrumen Teknik

pengumpulan data

Keterlaksanaan model

pembelajaran Lembar observasi Observasi

Tanggapan Siswa Skala Sikap Tes Tertulis

Pemahaman konsep siswa dan kuantitas siswa yang miskonsepsi

Soal pilihan ganda Tes tertulis

Three Tier Test

Tes tertulis

3.8 Teknik Pengolahan Data

1. Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Keterlaksanaan model pembelajaran POE dapat diketahui dengan cara mencari presentasi keterlaksanaan. Untuk menghitung presentase keterlaksanaan dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

Presentase keterlaksanaan pembelajaran =

Kriteria presentase keterlaksanaan model pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3.8

Tabel. 3.8. Kriteria Presentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Presentase (P) Kriteria

P = 0 Tak satu kegiatan pun

0 ≤ P 25 Sebagian kecil kegiatan

25 ≤ P 50 Hampir setengah kegiatan

P = 50 Setengah kegiatan

50 P 75 Sebagian besar kegiatan

75 ≤ P 100 Hampir seluruh kegiatan

P = 100 Seluruh kegiatan


(26)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

2. Analisis Pemahaman Konsep

a. Melakukan Penskoran

Skor untuk tes pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode right only, yaitu jawaban benar diberi nilai satu dan jawaban yang salah atau tidak dijawab diberi nilai nol. Jadi skor ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar. Pemberian skor dihitung berdasarkan rumus :

S = ∑R Keterangan :

S = Skor siswa

R = Jawaban siswa yang benar b. Mengubah Skor ke Nilai

Skor yang didapat dari penilaian pemahaman konsep diubah ke dalam bentuk nilai. Pemberian nilai dihitung berdasarkan rumus:

Nilai =

c. Menghitung nilai gain ternormalisasi

Untuk melihat peningkatan dilakukan analisis terhadap skor gain ternormalisasi. Skor gain ternormalisasi yaitu perbandingan dari skor gain aktual dengan skor gain maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa sedangkan skor gain maksimum yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa. Dengan demikian skor gain ternormalisasi dapat dinyatakan oleh rumus sebagai berikut : ( Hake, 1998)

d. Menentukan nilai rata-rata dari gain ternormalisasi.

e. Menentukan kriteria peningkatan pemahaman konsep sesuai dengan kriteria gain ternomalisasi menurut Hake R.R (1998), yang membagi hasil nilai gain ternormalisasi ke dalam tiga kategori efektivitas seperti yang terlihat pada Tabel 3.9.

Tabel.3.9. Kriteria Peningkatan Pemahaman Konsep

…(8) …(6)


(27)

Persentase Kategori

0,00 < g ≤ 0,30 Rendah

0,30 < g ≤ 0,70 Sedang

0,70 < g ≤1, 00 Tinggi

(Hake, 1998)

3. Analisis Penurunan Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi

Untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi maka digunakan metode TTT. Jika tingkat pertama dan tingkah kedua benar dan yakin maka siswa paham konsep. Jika tahap pertama benar dan tahap kedua salah ataupun sebaliknya tetapi tahap ketiga yakin maka siswa dikategorinya miskonsepsi. Jika tahap pertama benar dan tahap kedua benar tetapi tidak yakin, maka siswa dikategorikan lucky

guess. Jika tahap pertama benar dan tahap kedua salah ataupun sebaliknya tetapi

pada tahap ketiga tidak yakin, maka siswa dikategorikan menebak. Penurunan kuantitas miskonsepsi yang dimaksud adalah penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada setiap konsep. Untuk mengetahui penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi menggunakan rumus yang diadaptasi dari rumus gain ternormalisasi yang dikembangkan oleh Hake.

PKM =

Keterangan:

PKM = Penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi

%Pretest = Persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada suatu konsep sebelum diberikan treatment

%Posttest = Persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada suatu konsep sesudah diberikan treatment

%Ideal = Harapan ideal terjadinya miskonsepsi (0%)

Untuk menentukan persentase penurunan kuantitas miskonsepsi digunakan kroteria yang diadaptasi dari Hake disajikan pada Tabel 3.10.

Tabel.3.10. Persentase Penurunan Kuantitas Miskonsepsi

Persentase (%) Kategori

0 < PKM ≤ 30 Rendah

30 < PKM ≤ 70 Sedang

70 < PKM≤ 100 Tinggi


(28)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

4. Analisis Skala Sikap Siswa

Jawaban skala sikap yang diperoleh dari siswa di analisis dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.

T =

Keterangan :

T = Presentase tanggapan siswa terhadap setiap pernyataan J = Jumlah jawaban setiap kelompok pernyataan

N = Jumlah siswa

Untuk menentukan persentase analisis skala sikap siswa digunakan kriteria yang disajikan pada Tabel 3.11.

Tabel.3.11 Persentase Analisis Skala Sikap Siswa

Persentase (%) Kategori

0,00 < SS ≤ 20 Sangat Negatif

21 ≤ SS ≤ 40 Negatif

41 ≤ SS ≤ 60 Netral

61 ≤ SS ≤ 80 Positif 81 ≤ SS ≤ 100 Sangat Positif

(Ahiri, dkk, 2011)

5. Uji Statistik

Pengolahan dan analisis data menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji kenormalan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Uji normalitas ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah sampel telah dapat mewakili populasi atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan tes kecocokan chi-kuadrat dengan langkah-langkah sebagai berikut:

 Menyusun data skor gain yang diperoleh kedalam Tabel distribusi frekuensi, dengan susunan berdasarkan kelas interval. Untuk menentukan banyak kelas interval dan panjang kelas setiap interval digunakan aturan

Sturges yaitu sebagai berikut :


(29)

- Menentukan banyak kelas (K) K = 1 + 3,3 log N.

- Menentukan panjang kelas interval (P)

P

=

 Menentukan skor rata-rata dengan menggunakan rumus:

N X X

i

dengan X yaitu skor rata-rata, Xi yaitu skor setiap siswa dan N yaitu jumlah

siswa.

 Menghitung standar deviasi dengan rumus :

1 ) ( 2   

N X X

Sx i

 Menghitung z skor batas nyata masing-masing kelas interval dengan menggunakan rumus z skor :

S X bk

z  

 Menghitung luas daerah tiap-tiap kelas interval sebagi berikut : 2

1 I

I I  

dengan I yaitu luas kelas interval, I1 yaitu luas daerah batas atas kelas interval, I2

yaitu atas daerah bawah kelas interval.

 Menentukan frekuensi ekspektasi :

Ei = N x I

Menghitung harga frekuensi dengan rumus Chi-Kuadrat:

  i i i hitung E E O 2 2 

(Luhut P. Panggabean, 1996)

…(11) …(12) …(13) …(14) …(15) …(16) …(17)


(30)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

dengan Oi yaitu frekuensi observasi (pengamatan), Ei yaitu frekuensi ekspektasi

(diharapkan) dan 2hitung yaitu harga chi kuadrat yang diperoleh dari hasil

perhitungan

 Membandingkan harga χ2

hitungdengan χ2Tabel..

Jika χ2

hitung< χ2Tabel. , data berdistribusi normal

Jika χ2

hitung> χ2Tabel. , data berdistribusi tidak normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians kedua data dari kelas eksperimen dan kontrol homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

 Menentukan masing-masing varians dari sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol.

 Menghitung nilai F dengan menggunkan rumus: 2 2 b k s F s  keterangan : 2 b

s = Varians yang lebih besar

2

k

s = Varians yang lebih kecil

Menentukan nilai F dari Tabel distribusi frekuensi dengan derajat kebebasan sebesar dk = (ni– 1) pada taraf signifikansi α.

 Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F dari Tabel dengan interpretasi sebagai berikut : JikaFhitung< FTabel, maka variansi sampel

homogen. Sebaliknya jika Fhitung > FTabel, maka variansi sampel tidak homogen

Apabila data berdistribusi normal dan homogen, maka uji hipotesis menggunakan statistik parametrik yaitu uji-t untuk tes satu ekor (n > 30) sampel berpasangan (Panggabean, 1996:102) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Menghitung nilai t (untuk sampel besar n ≥ 30) dengan menggunakan rumus

2 2 2 1 2 1 2 1 % % n s n s g g t        …(18) …(19)


(31)

Keterangan : 1

%g= persentase rata-rata N-gain kelas eksperimen 2

%g= persentase rata-rata N-gain kelas kontrol

2 1

s = Varians N-gain kelas eksperimen

2 2

s = Varians N-gain kelas kontrol

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = jumlah siswa kelas kontrol

Mencari nilai t pada Tabel distribusi t untuk tes satu ekor dengan derajat kebebasan dk = (n1-1) + (n2– 1) pada taraf signifikansi tertentu.

Membandingkan nilai thitung dengan nilai tTabel dengan interpretasi: jika

thitung> tTabel maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan

antara rata-rata N-gain kelompok kontrol dan eksperimen, dengan demikian, hipotesis dapat diterima. Sebaliknya jika thitung< tTabel maka hipotesis ditolak.

“Apabila salah satu data tidak normal atau tidak homogen maka uji-t tidak dapat dilakukan, sebagai gantinya dilakukan uji statistik non-parametrik. Bila sampelnya besar (> 30 individu), maka harga kritik t dinyatakan dengan Z “ (Panggabean, 1996: 103). Uji Z statistik untuk data tidak berpasangan ini dikenal dengan uji Mann-Whitney U . Uji ini mencari pendekataan terhadap nilai rata-rata dan simpangan baku dari sebaran normal dengan langkah-langkah sebagai berikut :

 Urutkan data gain dari kecil ke besar tanpa memandang apakah data tersebut dari perlakuan pertama (p1/kelas eksperimen) atau perlakuan ke dua (p2/kelas

kontrol).

 Berikan rangking dari angka 1 sampai n (n = n1 + n2) dengan catatan data

yang skor/nilainya sama harus diberikan rangking yang sama (rata-rata rangking)

Keterangan :

n = jumlah seluruh siswa


(32)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

n2 = jumlah siswa kelas kontrol

 Jumlahkan rangking dari kelas eksperimen (T1) dan rangking dari kelas

kontrol (T2).

 Menghitung rata-rata dan standar deviasi:

2 ) 1 2 1 (

1  

n n n

12 ) 1 2 1 ( 2

1  

n n n n

Keterangan :

rata-rata (mean)

 standar deviasi

 Hitunglah nilai Z dengan persamaan

 

 T

Zhitung , dalam perhitungan

nilai T1 yang digunakan.

 Kriteria penerimaan hipotesis untuk tes satu ekor (Panggabean, 1996: 103): Jika harga Zhitung ≥ 1.64 dapat disimpulkan bahwa perbedaan rata-ratanya

signifikan pada taraf signifikansi 0,05, dengan demikian, hipotesis diterima. Akan tetapi jika harga Zhitung ≤ 1.64, maka hipotesis ditolak.

…(20) …(21)


(33)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dipaparkan tentang keterlaksanaan model pembelajaran, peningkatan pemahaman konsep, penurunan kuantitas miskonsepsi, respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran POE berbantuan RT, yang didasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya.

5.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran POE berbantuan RT. Berdasarkan hasil analisis data keterlaksanaan pembelajaran menunjukan bahwa hampir seluruh kegiatan terlaksana. Berdasarkan pengamatan observer ada beberapa hal yang perlu diperbaiki pada aktivitas dalam masing-masing pembelajaran, yaitu:

1. Tahap Memprediksi

Pada tahap pertama ini, guru mengungkap miskonsepsi yang terjadi pada siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan miskonsepsi dan menjawab pertanyaan yang diajukan berdasarkan konsep yang mereka pahami. Tahapan ini bertujuan untuk membangkitkan gagasan dari dalam pikiran siswa. Sebagian besar siswa memberikan jawaban berupa jawaban secara langsung atas pertanyaan tersebut. Berdasarkan pengamatan, sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi, hal ini terbukti dengan hasil prediksi pada LKS.

Contoh hasil prediksi siswa yang dianggap “memahami konsep” pada

materi bejana berhubungan (pertemuan ke-2) ditunjukkan oleh Gambar 4.3.


(34)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siswa yang konsepsi benar menganggap bahwa tekanan hidrostatik pada semua bagian tabung dari sebuah bejana berhubungan memiliki tekanan yang sama besar karena memiliki tinggi permukaan air yang sama pada setiap tabungnya meskipun ukuran tabung berbeda. Konsepsi ini adalah konsepsi yang sesuai dengan konsepsi ilmiah yang terdapat di dalam buku teks. Sedangkan contoh jawaban siswa yang mengalami miskosepsi ditunjukan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4. Hasil Prediksi Siswa yang Miskonsepsi

Siswa yang mengalami miskonsepsi mengungkapkan bahwa tekanan pada setiap tabung bejana berhubungan berbeda karena setiap tabung memiliki ukuran yang berbeda. Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi diantaranya: cara guru mengajar yang hanya menggunakan ceramah, pengalaman siswa sebelum pembelajaran serta guru itu sendiri (Suparno, 2005). Langkah mengatasi miskonsepsi yang diakibatkan oleh cara mengajar bisa dilakukan dengan variasi pembelajaran disertai dengan pertanyaan arahan, pembelajaran dimulai dengan menampilkan fenomena baru, menggali gagasan siswa, kombinasi pembelajaran dengan aktivitas siswa (misalnya praktikum). Jika miskonsepsi itu berasal dari siswa, maka siswa tersebut harus diberikan suatu peristiwa anomali, pemberian motivasi, dan siswa dibimbing selama pembelajaran berlangsung. Jika miskonsepsi berasal dari tidak tersedianya waktu bagi siswa


(35)

bertanya kepada guru, maka guru harus menyediakan waktu untuk siswa bertanya baik secara lisan maupun tertulis.

2. Tahap Observasi

Pada tahapan ini siswa melakukan percobaan untuk membuktikan jawaban yang dituliskannya pada tahapan prediksi. Pada tahapan ini, sebagian besar siswa yang memiliki gagasan yang keliru, menjadi keheranan saat hasil percobaannya berbeda dengan hasil prediksinya. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi konflik kognitif pada siswa. Pertentangan konsep yang dapat memfasilitasi perubahan konsep siswa. Akan tetapi, sebagian siswa masih belum yakin dengan konsep baru yang ditemukannya dalam proses percobaan. Sebagian siswa yang lain ada yang menggangap bahwa hasil percobaan mereka merupakan kesalahan dalam eksperimen, sehingga sebagian siswa tersebut mempertahankan miskonsepsinya.

Contoh hasil percobaan siswa yang cenderung sesuai dengan konsepsi ilmiah adalah tekanan hidrostatik pada bejana berhubungan yang berbeda ukuran tabungnya adalah sama besar pada kedalaman yang sama. Pernyataan ini ditunjukan pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Hasil Observasi Siswa yang Cenderung dengan Konsep Ilmiah

Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa perbedaan tinggi zat cair pada pipa U adalah sama. Makna perbedaan dari tinggi zat cair pada pipa U adalah tekanan hidrostatik. Pada Gambar 4.5 terdapat perbedaan data kolom zat cair pada pipa U pada kedalaman yang sama. Hal ini disebabkan karena human eror salah satunya adalah sudut pandang dalam membaca skala pipa U yang tidak sejajar dengan mata pengmat sehingga terjadi selisih beberapa milimeter. cara membaca disepada masing-masing


(36)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Contoh hasil percobaan siswa yang kurang tepat dalam mengambil data eksperimen ditunjukan pada Gambar 4.6.

Dari Gambar 4.6 terlihat bahwa pola data yang dihasilkan bervariasi untuk kedalaman yang sama. Hal ini disebabkan karena siswa kurang tepat dalam mengukur kedalaman yang diinginkan dan corong selang yang dimasukkan ke dalam tabung bejana berhubungan tidak tegak lurus sehingga pada kedalaman yang sama memiliki tinggi kolom air yang berbeda. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru memerintahkan siswa untuk mengambil data ulang, mengingatkan siswa untuk melakukan seluruh tahapan percobaan secara benar, dan mengawasi pelaksanaan percobaan yang dilakukan oleh siswa.

3. Tahap Menjelaskan

Pada tahap ini, siswa akan membandingkan hasil observasi mereka dengan hasil prediksi. Apabila terdapat perbedaan maka siswa harus menjelaskan mengapa terdapat perbedaan antara hasil percobaan dengan hasil observasi mereka. Pada tahap ini, hamper semua siswa mengalami kesulitan dalam menganalisis hasil percobaan. Temuan ini didukung oleh Joyce (2006) dan Acar Sesen (2013). Menurut Joyce (2006), dalam pembelajaran POE, siswa mengalami kesulitan dalam memberikan alasan ilmiah terjadinya perbedaan prediksi dengan hasil percobaan. Sedangkan Acar Sesen (2013) yang mengungkapkan bahwa siswa kurang percaya diri dalam menjelaskan hasil eksperimen yang berbeda dengan prediksinya. Hal ini akan membuat siswa tidak yakin dengan konsep yang


(37)

baru saja ditemukan oleh siswa sehingga perubahan konseptual siswa tidak akan terjadi.

Contoh hasil penjelasan siswa yang cenderung sesuai dengan jawaban mengenai pertanyaan hasil eksperimen ditunjukan pada Gambar 4.7.

Berdasarkan Gambar 4.7 siswa sudah konsepsi benar tentang hubungan antara kedalaman selang dengan tinggi permukaan pipa U (tekannan hidrostatik). Akan tetapi, siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan perbedaan antara hasil pengamatan dengan prediksi.

Contoh hasil penjelasan siswa yang kurang sesuai dengan jawaban mengenai pertanyaan hasil eksperimen ditunjukan pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8. Hasil Penjelasan Siswa yang Kurang Sesuai

Siswa yang masih mempertahankan miskonsepsinya adalah kelompok siswa yang melakukan kesalahan dalam melakukan percobaan sehingga hasil yang


(38)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperolehnya kurang tepat. Pernyataan ini terbukti berdasarkan jawaban LKS yang kembali ke pernyataan prediksi. Selain itu, ada beberapa kelompok siswa yang memperoleh data yang benar tetapi mereka menolak hasil percobaannya karena meyakini konsepsinya adalah yang paling benar.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka sebaiknya guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan berdasarkan penjelasan yang telah dibuat oleh siswa. Solusi ini tidak dapat memberikan informasi mengenai kuantitas siswa yang menubah konsepsinya menjadi konsep ilmiah. Oleh karena itu, digunakanlah RT di akhir pembelajaran.

4. Tahap pemberian RT

Pada tahap ini, guru melakukan penguatan dengan memberikan salah satu kelas teks bacaan berupa RT untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak diberikan RT. Setelah siswa membaca RT, siswa harus mengisi pertanyaan yang terdapat pada RT. Pemberian RT ini untuk memberikan keyakinan kepada siswa agar siswa mampu mengubah konsepsinya yang keliru dengan konsep ilmiah. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Suparno (2005) yang mengungkapkan bahwa keyakinan/kepercayaan tentang suatu konsep yang baru sangat penting bagi siswa karena tanpa adanya keyakinan ini siswa akan sulit mengubah konsepsinya yang keliru.

Contoh jawaban pada RT untuk siswa yang dianggap memahami konsep ditunjukan pada Gambar 4.9.


(39)

Siswa yang konsepsi benar menjawab bahwa wajan dan nampan ketika dimasukkan ke dalam air akan terapung karena volum zar cair yang dipindahkannya lebih banyak sehingga gaya apung akan lebih besar dari berat bendanya. Sedangkan kunci akan tenggelam ketika dimasukkan ke dalam air karena gaya apungnya lebih kecil daripada berat kuncinya. Sedangkan apabila air diganti dengan minyak goreng maka wajan dan nampan akan tetap terapung dan kunci akan tetap tenggelam.

Contoh jawaban pada RT untuk siswa yang dianggap miskonsepsi ditunjukan pada Gambar 4.10.

Siswa yang masih mengalami miskonsepsi ditunjukan oleh keyakinannya dalam menjawab pertanyaan pada RT. Siswa mengungkapkan bahwa ketika kunci dimasukkan ke dalam air yang daya tampungnya lebih banyak maka kunci akan sedikit melayang. Apabila air diganti dengan minyak goreng maka kunci agak terapung. Hal ini tentu saja keliru karena gaya apung yang dialami oleh kunci lebih kecil dibandingkan gaya apung yang dialami oleh wajan dan nampan. Dengan demikian seharusnya siswa menjawab bahwa kunci akan tenggelam jika dimasukkan ke dalam air maupun minyak.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa terjadi kegagalan dalam proses akomodasi siswa. Siswa hanya menyerap sebagian informasi dan mengabaikan sebagian yang lain. Oleh karena itu, perubahan konseptual bagi siswa tidak terjadi secara optimal.


(40)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi diantaranya siswa dalam membaca RT cenderung kurang teliti dan kadang-kadang hanya membaca sambil lalu saja sehingga konsep fisika salah tangkap dan salah mengerti, dan terdapat beberapa siswa yang membaca dengan cepat sehingga mereka kurang mengerti konsep-konsep baru secara baik. Untuk mengatasi hal tersebut maka sebaiknya guru memberikan penjelasan tentang cara membaca dan memahami teks.

5.1.2 Penurunan Kuantitas Miskonsepsi

Dari hasil rekapitulasi analisis TTT pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, presentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi sebelum dan sesudah pembelajaran POE mengalami penurunan. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran POE dapat menurunkan kuantitas miskonsepsi siswa, walaupun masih ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi. Oleh karena itu, model pembelajaran POE berpengaruh terhadap penurunan kuantitas miskonsepsi siswa.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Keleş dan Demirel (2010) yang membuktikan

penerapan POE dalam pembelajaran dapat membantu siswa mengatur perubahan konseptualnya secara mandiri dalam rangka merealisasikan konsepsinya dalam dunia nyata.

Berdasarkan data rekapitulasi TTT memperlihatkan bahwa siswa yang tidak paham konsep dan menebak juga mengalami penurunan, baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan model pembelajaran POE merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk menurunkan kuantitas siswa yang mengalami miskonsepsi dan memperluas konsep bagi yang tidak paham konsep atau menebak.

Pada saat datang ke kelas terdapat tiga jenis konsepsi yang ada pada benak siswa diantaranya siswa yang memiliki konsepsi ilmiah, siswa yang memiliki konsepsi yang salah dan siswa yang tidak paham konsep. Siswa yang mempunyai konsepsi sebelum pembelajaran akan memiliki respon yang berbeda dengan siswa yang tidak paham konsep. Pembelajaran yang dilakukan untuk siswa yang tidak


(41)

paham konsep atau tidak tahu konsep terjadi pada tahap observasi. Pada tahap ini, terdapat aktivitas-aktivitas yang memungkinkan siswa mengkonstruksi konsepsinya melalui asimilasi dan akomodasi konsep-konsep baru. Dengan adanya proses tersebut, siswa yang semula tidak paham konsep atau tidak tahu konsep akan berubah konsepsinya menjadi konsepsi yang benar. Misalnya pada konsep tekanan hidrostatik, siswa ditugaskan untuk menyelidiki tekanan hidrostatik pada setiap wadah dengan luas penampang yang berbeda. Kemudian siswa menuliskan hasil pengamatannya ke dalam LKS. Setelah itu siswa diberikan RT mengenai hasil pengamatannya, bahwa tekanan hidrostatik tidak bergantung dengan luas penampang bejana melainnya dengan kedalaman, massa jenis zat cair dan percepatan graitasi. Dengan adanya proses observasi dibantu dengan RT dapat membantu siswa dalam mengkontruksi konsepsinya sehingga siswa yang tidak paham konsep berubah menjadi konsepsi yang benar.

Untuk siswa yang mempunyai konsepsi ilmiah, pada saat diberikan pembelajaran siswa tersebut akan mengalami proses asimilasi yaitu proses penyesuaian konsepsi yang dimilikinya dengan konsepsi yang diberikan. Jadi siswa akan menggunakan konsepsinya yang telah ada untuk merespon fenomena yang baru. Sedangkan untuk siswa yang memiliki konsepsi yang salah, apabila diberikan fenomena yang berbeda dengan konsepi yang dimiliki oleh siswa maka mereka akan mengalami ketidaksetimbang (disequilibrium).

Pembelajaran yang diberikan untuk anak yang mengalami miskonsepsi adalah pembelajaran yang terdapat tahap yang dapat membuat keadaan konflik kognitif pada siswa. Dalam keadaan kogflik kognitif, siswa akan dihadapkan pada tiga pilihan, diantaranya mempertahankan konsepsinya semula, merevisi sebagian konsepsinya melalui proses asimilasi, dan mengubah konsepsinya yang salah dan mengakomodasi dengan penngetahuan baru. Perubahan konseptual akan terjadi apabila siswa memutuskan untuk mengeakomodasi pengetahuan baru.

Tahapan pembelajaran pada model pembelajaran POE yang memungkinkan terjadinya perubahan konseptual siswa yang mengalami miskonsepsi adalah tahapan hasil observasi dan hasil prediksi siswa. Hal ini


(42)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sejalan dengan Sejalan dengan pandangan Coᶊtu, et all (2012), yang menyatakan bahwa perubahan konseptual siswa terjadi pada tahap Observe karena kemungkinan terjadi konflik kognitif sangat besar. Dengan demikian, siswa akan mengganti konsepsinya dengan konsepsi ilmuwan pada tahap Explain. Sebelum masuk ke tahapan observasi, siswa yang akan diberikan pertanyaan-pertanyaan untuk mengugkap miskonsepsi yang ada pada benak siswa. Pada tahap observasi, siswa yang memiliki miskonsepsi dapat mengalami keadaan anomaly/konlik kofnitif. Keadaan anomali adalah ketidakpuasan siswa dengan konsep yang telah ada akibat adanya perbedaan konsep antara hasil prediksi dengan hasil observasi. Apabila siswa mengalami keadaan anomali mereka akan merevisi dan mengubah konsep yang lama untuk menghindari konflik di pikirannya. Tetapi tidak semua siswa yang mengalami keadaan anomali dapat mengubah konsepnya. Data hasil percobaan yang berbeda dengan hasil prediksinya tidak selalu diterima oleh siswa (Suparno, 2005). Bila tidak diterima oleh siswa, maka tidak akan terjadi perubahan konsep pada siswa. Misalnya pada konsep tekanan hidrostatik, pada awalnya cukup banyak siswa yang menganggap bahwa tekanan hidrostatik berbanding terbalik atau berbanding lurus dengan luas penampang. Anggapan tersebut merupakan salah satu indikasi banyak siswa yang mengalami miskonsepsi.

Konsepsi dan keyakinan siswa akan goyah ketika mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa data hasil pengukuran tekanan hidrostatik sama pada kedalaman yang sama walaupun luas penampang dan betuk wadahnya berbeda. Dengan adanya pertentangan konsepsi ini dapat menyebabkan adanya ketidakpuasan pada siswa terhadap konsepsi yang dimilikinya sehingga memungkinkan terjadinya perubahan konsepi yang kuat pada siswa yang sesuai dengan konsepsi ilmiah. Tetapi tidak semua siswa dapat megubah konsepsinya. Terdapat beberapa siswa yang masih mempertahankan konsepsinya karena mereka menganggap bahwa pecobaan yang mereka lakukan adalah suatu kesalahan dalam melakukan percobaan sehingga siswa cenderung mempertahankan konsepsinya yang salah. Apabila siswa mampu mengubah konsepsinya yang salah dengan konsepsi ilmiah


(1)

Teachers’ Understandings of the Seasons [Online]. Electronic Journal of Science Education Vol. 15, No. 1 (2011)

Broughton, Suzanne H., Sinatra, G.M., Reynolds, R.E. (2010). The Nature of the Refutation Text Effect: An Investigation of Attention Allocation. [Online]. The Journal of Educational Research (1) 1-2010. Teacher Education and Leadership, School of at Digital Commons @USU

Budiharti, Rini. (2012). Kemampuan Mahasiswa Prodi Fisika Dalam Mengembangkan Tes Essey Materi Pembelajaran Fisika Sekolah Menengah. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) Vol.1(1): 9-14.

Çelikten, Okşan., Ertepiner, Hamide., Geban, Omer. (2012). The Effect Of The Conceptual Change Oriented Instruction Through Cooperative Learning On 4th Grade Students’ Understanding Of Earth and Sky Concepts [Online]. Science Education International Vol.23, No.1, March 2012, 84-96.

Çepni, Salih., Şahin, Çiğdem, dan Ipek, Hava. (2010). Teaching floating and sinking concepts with different methods and techniques based on the 5E instructional model. [Online]. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 11, Issue 2, Article 5. p.1 (Dec., 2010).

Chamseddine, Mazena. (2007). The Effect of Demonstrations and Activities on the Students’ Attitude Towards Chemistry and Their Achievement in Middle School. (Thesis). Lebanese American University.

Chase, Catherine C. (2010). Explaining across contrasting cases for deep understanding in science: An example using interactive simulations. [Online]. ICLS Vol. 1: 153-160.

Checkley,Doug. 2010. High School Students’ Perceptions Of Physics. (Thesis). University of Lethbridge: Alberta.

Chen, Yu-Lung., Pei, Rong-Pan., Sung, You-Ting., Chang, Kou-En. (2013). Correcting Misconceptions on Electronics: Effects of a simulation-based


(2)

learning environment backed by a conceptual change model. [Online]. Educational Technology & Society, 16 (2), 212–227.

Clark, Mary Kristen. (2012). The Impact of Different Types of Prior Knowledge on Science Text Comprehension.(Dissertation). The University of North Carolina: Greensboro.

Coştu, Bayram. Ayas, Alipaşa., Niaz, Mansor. (2009). Promoting conceptual

change in first year students’ understanding of evaporation.

[Online].Chemistry Education Research and Practice. The Royal Society of Chemistry

Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Diakidoy, Irene Anna,; Kendou, Panayiota,; dan Ioannides, Christos. (2003).

Effect of Text Structure in Science Learning. [Online]

Fraenkel, Jack. R dan Wallen, Norman. E. (2008). How To Design And Evaluate Research In Education. Seventh Edition. New York: Mc Graw Hill Companies, Inc.

Gilakjani, Abbas Pourhossein. (2012). Visual, Auditory, Kinaesthetic Learning Styles and Their Impacts on English Language Teaching. Journal of Studies in Education.Vol 2 (1)

Gooding, Julia dan Metz,Bill. (2011). From Misconceptions to Conceptual

Change: Tips for identifying and overcoming students’ misconceptions.

The Science Teacher: 34-37

Hake, R. R. 1998. Interactive Engagement Methods In IntroductoryMechanics Courses. Departement of Physics, IndianaUniversity, Bloomingtoon. [Online]

Ischak, S.W dan Warji R. (1987). Program Remedial Dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Liberty

Iyibil, Ümmügülsüm. (2011). A New Approach For Teaching ‘Energy’ Concept: The Common Knowledge Construction Model. [Online]. Western Anatolia Journal of Educational Science. 1-8.


(3)

Joyce. (2006). Predict-Observe-Explain (POE). [Online]. Tersedia: http://arb.nzcer.org.nz/strategies/poe.php. [11 Maret 2014]

Kang, Hunsik., Scharmann, Lawrence C., Kang, Sukjin, Noh, Taehee. 2010. Cognitive conflict and situational interest as factors influencing conceptual change. Internasional Journal of Environmental & Science Education. Vol 5 (4): 383-405.

Kaur, Gurkirat. (2013). A Review of Selected Literature on Causative Agents and

Identification Strategies of Students’ Misconceptions. Educationia

Confab Vol. 2(11): 79-94.

Keleş, Esra dan Demirel, Pinar. (2010). A study towards correcting student misconceptions related to the color issue in light unit with POE technique. [Online]. Procedia Social and Behavioral Sciences 2 (2010) 3134–3139.

Kendeou, Panayiota. D.N, Rapp., Broek, Van Den.. (2003). The Influence Of Readers’prior Knowledge On Text Comprehension And Learning From Text. [Online]. Progress in Education, vol. 13.

Kopitzki, Elisa. (2011). Guided Inquiry learning: How much support is most

effective for children’s learning?. (Thesis). University of Twente: Belanda

Kutluay, Yasin. (2005). Diagnosis of Eleventh Grade Students’ Misconceptions About Geometric Optic by A Three-Tier Test. [Online]. Tesis. Middle East Technical University.

Lee, Gyoungho dan Byun, Taejyin. (2011). An Explanation for the Difficulty of Leading ConceptualChange Using a Counterintuitive Demonstration: The Relationship Between Cognitive Conflict and Responses. Res Sci Educ..

Panggabean, Luhut P. Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan FisikaFPMIPA UPI.

Panggabean, Luhut P. 1996. Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Bandung.


(4)

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. [Online].

Rivera-Juárez, J.M., Melchor., J. Madrigal, Muñoz, A. Enciso., Chávez, J. López. (2010). Previous physics knowledge of new entry students in the School of Physics, UAZ, Mexico. Lat. Am. J. Phys. Educ. Vol. 4 (1),Nov.

Sahin, Çinğdem dan Çepni, Salih. (2011). Development of a Two Tier Test for Determining Differentiation in Conceptual Structure related to

”Floating-Sinking, Bouyancy and Pressure” Concepts. [Online].

Journal of Turkish Science Education Volume8(1): 111-118.

Sahin, Cigdem, Ipek Hava and Alipasa Ayas. (2008). Teaching Floating And Sinking Concepts With Different Methods And Techniques Based On The 5E Instructional Model. [Online]. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 9, Issue 1.p1 (Jun 2008).

Saleh, Salmiza. (2011). The Level of B.Sc .Ed Students’ Conceptual Understanding of Newtonian Physics.[Online]. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, Vol. 1, No. 3: 249-256.

Samosir, Heppy. (2010). Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain-Write (POEW) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep kalor dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis pada Prodi Pendidikan IPA SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Satterfield, Zane. (2010). Fundamentals of Hydraulics: Pressure. [Online]. National Environmental Services Center Vol. 9 (4): 1-4.

Setyawan, Eko Juli. (2012). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Pemahaman Konsep Gelombang Siswa SMP. Tesis pada Jurusan Pendidikan IPA SPs UPI. Bandung : tidak diterbitkan

Sinatra, Gale M dan Broughton, Suzanne H. (2011). Bridging Reading Comprehesion and Conceptual Change in Science Education: The Promise of Refutation Text. [Online].


(5)

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D).Bandung: Alfabeta

Suparno, Paul. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo

Sutrisno, Leo., Kresnadi, Herim., dan Kartono. (2007). Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas.

Taşlıdere, Erdal. (2013). Effect of Conceptual Change Oriented Instruction on Students’ Conceptual Understanding and Decreasing Their Misconceptions in DC Electric Circuits. Scientific Research Creative Education 2013. Vol.4, No.4, 273-282.

Van den Berg, Euwe. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana

Yin, You., Tomota K, Miki., Shavelson J, Richard. (2008). Diagnosing and Dealing with Student Misconceptions: Floating and Sinking. [Online]. Young Oh, Jun. (2010). Using an Enhanced Conflict Map in The Classroom

(Photoelectric Effect) Based on Lakatosian Heuristic Principle Strategies. International Juornal of Science and Mathematics Education (9):1135-1166. [Online].

Wood, Lynda C., Ebenezer, Jazlin., dan and Boone, Relena. (2013). Effects of an intellectually caring model on urban African American alternative high school students’ conceptual change and achievement in chemistry. Chemistry Education Research and Practice. Vol.(14): 390-407.

Wulandari, Widya dan Nasrudin, Harun. (2013). Implementation Of 7-E Learning

Cycle Model To Reduce Students’ Misconceptions Of Sub-Microscopic

Level On Salt Hydrolysis In SMAN 1 Tarik Sidoarjo. UNESA Journal Of Chemical Education Vol.2 (20: 121-126. [Online].

Zhou,George. (2010). Conceptual Change in Science: A Process of Argumentation. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol.6 (2): 101-110.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN CIRI MAKHLUK HIDUP

6 59 54

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POE ( PREDICT – OBSERVE – EXPLAIN) BERBANTUAN LKS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

6 37 168

Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Sistem Pencernaan

24 88 194

Analisis keterampilan proses sains siswa pada model pembelajaran predict, observe, explain (poe) pada materi asam basa

3 12 218

PENERAPAN SIMULASI KOMPUTER MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP SUHU DAN KALOR.

1 1 71

PENGGUNAAN STRATEGI PREDICT–OBSERVE–EXPLAIN (POE) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP PADA MATERI TEKANAN.

0 2 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP PADA POKOK BAHASAN FLUIDA - repository UPI S FIS 0900814 Title

0 0 3

PENERAPAN STRATEGI 3-2-1 BERBANTUAN REFUTATION TEXT UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS

0 0 18

ANALISIS PENURUNAN MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP PEMANASAN GLOBAL DENGAN TES DIAGNOSTIK (TWO-TIER TEST) SETELAH PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE)

0 0 13

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR KIMIA SISWA MAN KUOK Navisa

0 0 8