PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA DI PESANTREN AL-FATAḤ KOTAGEDE YOGYAKARTA.

(1)

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA DI PESANTREN AL-FATAḤ KOTAGEDE YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh :

Yulinda Nurul Listyani 1102759

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA

DI PESANTREN AL-FATA

KOTAGEDE YOGYAKARTA

Oleh

Yulinda Nurul Listyani 1102759

Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Yulinda Nurul Listyani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

(4)

(5)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E YOGYAKARTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini dilatar-belakangi oleh adanya sebagian individu yang merasakan ketidaksamaan dalam pemberian sikap masyarakat terhadap dirinya sendiri. Inilah yang terjadi pada waria. Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Dewasa ini, perilaku waria seringkali menyimpang dari ajaran agama Islam, oleh karena itu waria membutuhkan pembinaan keagamaan agar waria meninggalkan perilaku buruk yang selama ini ditampakkan. Pembinaan keagamaan di pesantren bagi santri waria hanya ada satu di Indonesia yaitu, Pesantren Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta. Pesantren Al-Fataḥ membina banyak waria di dalamnya agar menjadi manusia lebih baik dan terarah. Keberlangsungan pembinaan keagamaan bagi waria ini menarik untuk diteliti. Pada penelitian ini yang diteliti adalah pembinaan keagamaan yang terdapat di pesantren tersebut. Oleh karena itu, pokok permasalahan dari penelitian ini yaitu tentang bagaimana pembinaan keagamaan bagi santri waria di Pesantren Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta. Adapun tujuan pokoknya yakni untuk mengetahui lebih dalam proses pembinaan keagamaan di Pesantren Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Kemudian, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen. Analisis data pada penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil temuan dari penelitian di pesantren ini yaitu perencanaan yang terdapat di Pesantren Al-Fataḥ dilakukan dengan cara berdiskusi antara pengurus dan para ustadz. Kegiatan yang dilaksanakan di Pesantren Al-Fataḥ terbagi menjadi tiga yaitu kegiatan mingguan, kegiatan bulanan, dan kegiatan tahunan. Pembinaan keagamaan yang telah dilaksanakan secara rutin ini telah berhasil membuat perubahan dalam diri waria dari segi ibadah, tingkah laku dan profesi, adanya pesantren waria tersebut memberikan sumbangsih kepada masyarakat.


(6)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E YOGYAKARTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

The background of this research is an existing reality which some people feel discriminated by society. This is what happened to transgender. This transgender phenomena is an existence that could not be denied in civilization. Current time, the behavior of transgender is often diverges from Islamic taught. So, transgender need religious treatment in order to make them leave a horrible behavior which has been showed until now. There is only one religious founding in a boarding school for transgender student, it is Al-Fataḥ Boarding School Kotagede Yogyakarta. Al-Fataḥ Boarding School cultivate many transgender to make them a better and guided human. The existence of this school is really interesting to be research. In this research, religion education is the main concern to be observed. Thus, the main problem of this research is how this education goes in Al-Fataḥ Boarding school Kotagede Yogyakarta. The aim of this research is to discover the process of religious treatment for transgender in this school. This research used case study method and qualitative approach. The data is being collected by interview, observation, and documentary study. Data is being analyzed through data reduction, display data and conclusion/verification. The results of this research are; the planning in Al-Fataḥ Boarding School is planned among the teachers and school committee. The activity which is performed in Al-Fataḥ Boarding School consisted of weekly activity, monthly, and annual activity. This religious mentoring that has been routinely performed here had succeed to make a change for transgender in a term of worship, character, and profession, also it gives a great contributions to the society around there.


(7)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E YOGYAKARTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK... iv

ABSTRACT ...v

DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR TABEL... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. PEDOMAN TRANSLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIA ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

1. Manfaat Teoritis ... 5

2. Manfaat Praktis... 5

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Konsep Pembinaan Keagamaan ... 7

1. Pembinaan ... 7

2. Pembinaan Keagamaan ... 12

B. Konsep Pesantren ... 17

1. Pengertian Pesantren ... 17

2. Tujuan Pesantren ... 18

3. Fungsi dan Prinsip Pesantren... 19


(8)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E YOGYAKARTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Mengenal Waria ... 25

1. Kajian Tentang Waria... 25

2. Tinjauan Keagamaan Waria ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Desain Penelitian ... 34

B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 35

C. Definisi Operasional... 36

D. Pengumpulan Data ... 37

1. Wawancara ... 37

2. Observasi ... 39

3. Dokumentasi ... 40

4. Triangulasi ... 41

E. Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Pemaparan Hasil Penelitian... 45

1. Perencanaan Pembinaan Keagamaan Bagi Santri Waria ... 45

2. Proses Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan Bagi Santri Waria ... 47

3. Hasil Pembinaan Keagamaan Bagi Santri Waria ... 52

B. Pembahasan ... 57

1. Perencanaan Pembinaan Keagamaan Bagi Santri Waria ... 57

2. Proses Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan Bagi Santri Waria ... 62

3. Hasil Pembinaan Keagamaan Bagi Santri Waria ... 70

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 75

A. Simpulan... 75

B. Rekomendasi ... 78


(9)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E YOGYAKARTA


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sebelum tahun 1960-an, pusat-pusat pendidikan pesantren di Indonesia lebih dikenal dengan nama pondok. Istilah pondok barangkali berasal dari pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu, atau barangkali berasal dari kata Arab, funduq yang artinya hotel atau asrama. Terlepas dari asal-usul kata itu berasal dari mana, yang jelas ciri-ciri umum keseluruhan pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang asli dari Indonesia, yang pada saat ini merupakan warisan kekayaan bangsa Indonesia yang terus berkembang (Dhofier, 2011, hal. 41). Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal yang tersebar di Indonesia. Pesantren lahir di tengah-tengah masyarakat yang beragam. Setiap pondok pesantren memiliki ciri khas yang berbeda-beda tergantung dari bagaimana metode yang diterapkan dalam pembelajarannya. Di Indonesia banyak pesantren yang tersebar di seluruh daerah-daerah.

Kemudian pondok pesantren berarti suatu pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) di mana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal. Sedangkan menurut buku Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratis Institusi, pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen (Qomar, 2010, hal. 2).

Tersebarnya pesantren di seluruh penjuru kota, berdiri pula pesantren yang khusus menangani waria yang terletak di kota Yogyakarta. Berbicara mengenai waria, dewasa ini banyak masalah-masalah islam kontemporer yang disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah faktor sosial yang mana faktor


(11)

ini biasanya diperbincangkan dan menjadi berita terhangat dalam kehidupan bermasyarakat. Ada sebagian individu yang merasakan adanya ketidaksamaan dalam pemberian sikap masyarakat terhadap dirinya sendiri. Inilah yang terjadi pada waria. Mereka yang memiliki dan melakukan hal itu merasa tersudutkan karena masyarakat menganggap tindakan-tindakan yang dilakukan menurut asumsi mereka telah melanggar (Jevuska, 2012).

Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk kehidupan kaum waria yang sesungguhnya. Kebanyakan dari orang-orang itu hanyalah melihat dari kulit luar semata. Ketidaktahuan mereka atas fenomena tersebut bukannya membuat mereka mencoba belajar tentang apa, bagaimana, mengapa dan siapa dia, melainkan justru melakukan penghukuman dan penghakiman yang sering kali mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan (Nadia, 2005, hal. v).

Gender tidak didasarkan pada anatomi fisik, tetapi berdasar pada apakah seseorang mengidentifikasi dirinya menjadi laki-laki atau perempuan dan bagaimana mereka hidup atau ingin menjalani kehidupan mereka (Jevuska, 2012). Berdasarkan American Psychologist Assossiation (APA) Dictionary, waria memiliki atau berhubungan dengan identitas gender yang berbeda dari kultural peran gender yang ditentukan dan jenis kelamin secara biologikal. Tingkatan waria juga berkaitan dan meliputi transeksual, beberapa bentuk lainnya adalah transvestisme dan interseksual (Stavia, 2013).

Gejala kewariaan yang selama ini dianggap sebagai gejala abnormalitas seksual tentunya tidak dapat dipisahkan dari komponen-komponen kehidupan seseorang yang tampak semakin rumit dan sulit dicari garis tegasnya. Beberapa ahli berpandangan bahwa keadaan abnormalitas seseorang, apapun bentuknya tidak dapat dipisahkan dari proses perkembangan manusia, sejak berada dalam kandungan hingga ia berada di alam kehidupan nyata. Oleh karena itu, analisis terhadap gejala kewariaan tidak dapat dilepaskan begitu saja dari konsep keilmuan mengenai perilaku manusia dan pendekatan-pendekatan keabnormalannya. Selain


(12)

itu, sebagai manusia yang memiliki ketidakjelasan kelamin, seorang waria tentu juga dihadapkan kepada hukum-hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis yang menempatkan seorang waria pada hak dan kewajibannya sebagai makhluk sosial dan individu serta makhluk religius.

Adanya hak untuk mendapatkan ibadah yang sama dengan masyarakat pada umumnya mendorong munculnya suatu gebrakan. Seperti yang terjadi di Celenan, Jagalan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta yang berdiri sebuah pesantren khusus waria. Hal tersebut terkesan menjadi suatu keanehan, mengingat suatu pesantren diidentikan untuk manusia normal secara fisik dan psikologis. Latar belakang dari penelitian ini karena menyimpangnya perilaku waria dari ajaran agama Islam, oleh karena itu waria membutuhkan pembinaan keagamaan agar waria meninggalkan perilaku buruk yang selama ini ditampakkan kepada masyarakat luas. Pembinaan keagamaan di pesantren bagi santri waria telah ada dan hanya satu-satunya di Indonesia. Pesantren Al-Fata menangani banyak waria di dalamnya agar menjadi manusia lebih baik dan terarah.

Dalam agama Islam, mengganti jenis kelamin merupakan suatu larangan bagi pemeluknya. Bahkan hal tersebut ditegaskan dalam hadīṡ riwayat Bukhārī (dalam Nadia, 2005, hal. vi) yang menyatakan bahwa Rasūl Allāħ melaknat seorang laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki. Namun, menjadi fenomena yang “luar biasa” ketika orang yang secara jenis kelamin tidak sesuai dengan tuntunan agama tetapi mampu mendirikan suatu pondok pesantren dengan berlandaskan agama dan bahkan eksis di tengah masyarakat.

Dalam Pesantren Waria Al-Fata juga menjadi hal menarik untuk melihat keagamaan santri yang seluruhnya merupakan waria. Selama ini waria yang sering terlihat di jalanan dalam kehidupannya lebih mengarah pada hal yang negatif dan mengenai cara bertahan hidup antar komunitas sesamanya. Hal tersebut tentu berbeda dengan kehidupan para waria yang menjadi santri di Pesantren Al-Fata ini. Maka menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji lebih dalam lagi tentang kegiatan santri waria dalam lingkup keagamaan.


(13)

Pesantren waria yang terletak di Kotagede Yogyakarta ini adalah satu-satunya pondok pesantren yang berada di Indonesia. Sebuah bangunan rumah joglo limasan buatan tahun 1918 digunakan untuk kegiatan di pesantren. Santri waria yang belajar agama Islam di pesantren ini berasal dari berbagai penjuru kota, ada yang berasal dari Sumatera, Sulawesi, Lampung maupun asli dari Yogyakarta. Para santri waria ini ingin sisa hidupnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pesantren waria ini dapat berdiri dengan kokoh di tengah fenomena sosial yang cenderung memojokkan para waria (OK, WK).

Berdirinya pesantren ini sejak tahun 2008 hingga sekarang berbeda dengan pesantren pada umumnya. Pesantren ini mengadakan pembelajaran rutin setiap hari minggu, tidak seperti pesantren pada umumnya yang mengadakan pembelajaran setiap hari. Para santri tidak diharuskan untuk tinggal di pesantren. Hal ini karena para santri waria memiliki pekerjaan dan kegiatan yang harus dilakukan setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pesantren Al-Fata ini pun telah memberikan banyak sumbangsih bagi masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar tidak merasa terganggu karena berdirinya pesantren waria ini, justru sebaliknya mereka merasakan banyak manfaat yang dirasakan, seperti mengadakan pengajian yang mengundang masyarakat sekitar sampai acara agustusan (WK, WP.1, WGA).

Pesantren khusus waria ini dijalankan secara organisatoris oleh para anggotanya. Susunan organisasi mencakup, pembina, penasihat, ketua, sekretaris, bendahara, dan juga ada bagian hubungan masyarakat. Pengurus pesantren kecuali para ustadz, pembina dan penasihat juga seorang waria dan termasuk santri. Ketua pesantren waria ini mengatakan bahwa waria itu juga manusia yang membutuhkan suntikan rohani ke dalam hatinya, sehingga adanya pesantren waria ini akan dipertahankan.

Berdasarkan pada hal-hal tersebut, maka perlu dilihat lebih mendalam lagi tentang pembinaan keagamaan yang dilaksanakan di Pesantren Al-Fata , dan kehidupan santri waria dalam lingkup kegiatan keagamaan. Hal inilah yang akan diungkap dalam penelitian yang dilakukan peneliti. Oleh karena itu peneliti


(14)

mengambil judul “PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA DI PESANTREN AL-FATA KOTAGEDE YOGYAKARTA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan pokok

permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana Pembinaan Keagamaan bagi Santri

Waria di Pesantren Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta?”. Dari pokok permasalahan

tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa sub masalah, yaitu :

1. Bagaimana perencanaan pembinaan keagamaan di Pesantren Waria Al-Fata Kotagede Yogyakarta?

2. Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan di Pesantren Waria Al-Fata Kotagede Yogyakarta?

3. Bagaimana hasil dari pembinaan keagamaan di Pesantren Waria Al-Fata Kotagede Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan pokok dari penelitian ini adalah mengetahui lebih dalam tentang proses pembinaan keagamaan di Pesantren Waria Al-Fata Kotagede Yogyakarta. Sedangkan secara khusus yang ingin didapat dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui perencanaan pembinaan keagamaan yang dilakukan di Pesantren Waria Al-Fata Kotagede Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui dan memberikan pengetahuan kepada khalayak bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan di Pesantren Waria Al-Fata Kotagede Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui hasil dari pembinaan keagamaan yang telah dilaksanakan di Pesantren Waria Al-Fata Kotagede Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terbagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Manfaat Teoritis


(15)

Secara teoritis manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa data yang telah penulis peroleh berkenaan dengan pembinaan keagamaan bagi santri waria di Pesantren Al-Fata Kotagede Yogyakarta.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Dapat menemukan hal baru dan menambah pengetahuan tentang waria dan juga mengetahui keberadaan waria yang terletak di Kotagede Yogyakarta. b. Bagi Mahasiswa Ilmu Pendidikan Agama Islam

Penelitian ini dapat dijadikan masukan bahwa tidak semua waria itu buruk, karena ada segolongan waria yang ingin menjadi benar dan mengenal Islam lebih dalam. Alangkah bijaknya sebelum menilai kita mendalaminya terlebih dahulu.

c. Bagi Pesantren Waria Kotagede Yogyakarta

Dapat meningkatkan kembali pengetahuan tentang Islam dan menciptakan semangat yang lebih untuk mendalami agama Islam.

d. Bagi Civitas Akademika Universitas Pendidikan Indonesia

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang tema yang serupa.

e. Bagi Pembaca

Hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan tentang waria dan mengetahui keberadaan pesantren waria yang terletak di kota Yogyakarta. E. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I Pendahuluan, di dalam bab ini terdiri dari : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Skripsi. Bab II Kajian Teori, di dalam bab ini berisikan kajian teori tentang pesantren, pembinaan keagamaan dan waria.

Bab III Metode Penelitian, di dalam bab ini membahas tentang desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, analisis data.

Bab IV Temuan dan Bahasan dalam bab ini berisi tentang hasil pengolahan data serta analisis data yang sesuai dengan rumusan masalah.


(16)

Bab V Kesimpulan dan Saran dalam bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh penelitian dan juga saran yang disarankan oleh penulis kepada para


(17)

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian akan terlaksana dengan baik dan teratur jika ada perencanaannya terlebih dahulu, sehingga penelitian akan menjadi terarah dan sistematis sesuai petunjuk dan menjadi penelitian yang baik dan benar. Penelitian ini pun membutuhkan desain penelitian yang tepat untuk tercapainya dari penelitian itu sendiri. Desain penelitian adalah rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu (Nasution, 2009, hal. 23).

Desain penelitian pula berarti rancangan, dalam hal ini desain berarti sebuah rancangan yang digunakan peneliti sebagai pedoman penelitian dengan tersusun secara sistematis untuk mencapai tujuan penelitian. Menurut Nasution (2009, hal. 23) desain penelitian berguna untuk:

1. Memberikan pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam melakukan penelitiannya.

2. Menentukan batas-batas penelitian yang berkaitan dengan tujuan penelitian. 3. Desain penelitian selain memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang

harus dilakukan, juga memberikan gambaran tentang macam-macam kesulitan yang akan dihadapi yang mungkin juga telah dihadapi oleh peneliti lainnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data secara deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari manusia dan perilakunya yang dapat diamati sehingga tujuan dari penelitian ini adalah pemahaman individu tertentu dan latar belakangnya secara utuh (Setiyadi, 2006, hal. 219).

Pendekatan kualitatif pun dijelaskan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi


(19)

(gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi (Sugiyono, 2009, hal. 1).

Penelitian kuantitatif pada umumnya peneliti menggunakan instrumen (alat ukur) untuk mengumpulkan data, sedangkan penelitian kualitatif peneliti merupakan kunci dari instrumen itu sendiri (Alma, 2009, hal. 77). Selain peneliti menjadi instrumen dalam penelitian ini, diperlukan juga kisi-kisi dari penelitiannya itu sendiri (kisi-kisi terlampir).

Dalam penelitian kualitatif sasaran penelitian disebut subjek penelitian. Peneliti dalam penelitian kualitatif ada bersama subjek (bukan objek) yang diteliti, dikarenakan peneliti adalah instrumen utama penelitian. Selama penelitian, peneliti hadir dalam latar penelitian untuk mengamati, ikut serta melakukan wawancara mendalam mengeksplorasi fokus penelitian dan juga peneliti harus senantiasa membangun keakraban namun juga menjaga jarak (Putra & Lisnawati, 2012, hal. 22).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pendekatan deskriptif yakni penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu individu, lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit (Gunawan, 2013, hal. 116). Sedangkan menurut Suryabrata (2012, hal. 76) tujuan penelitian deskriptif yakni untuk mendeskripsikan secara faktual, sistematis, dan akurat tentang fakta-fakta yang ada dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

Rancangan penelitian yang telah disusun yaitu melakukan pra penelitian ke Pesantren Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta, kemudian melakukan penelitian agar dapat mendeskripsikan lebih dalam tentang pesantren tersebut, dan yang terakhir menganalisis data yang telah didapat dari penelitian di Pesantren Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

Penelitian mengenai pembinaan keagamaan bagi santri waria ini dilakukan di salah satu Pesantren Waria di Yogyakarta yang merupakan satu-satunya pesantren waria di Indonesia. Berikut informasi singkat mengenai


(20)

pesantren tersebut. Pesantren waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta ini terletak di Celenan RT 09/RW 02 Jagalan, Banguntapan (pos Kotagede), Bantul, Yogyakarta.

Adapun alasan memilih tempat penelitian ini karena pesantren waria ini hanya ada satu di Indonesia dan di dalamnya mengajak para waria yang sebelumnya jauh dari ajaran agama Islam untuk kembali mengenal dan lebih mendalami Islam dengan dibina di pesantren Al-Fataḥ ini.

Di dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan subjek adalah populasi. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi menurut Spradley dinamakan dengan situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2013, hal. 297).

Subjek pada penelitian ini adalah orang-orang yang mengerti dan terlibat dengan segala aktivitas dari program kegiatan di Pesantren Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta. Yang termasuk subjek pada penelitian ini yaitu ketua pesantren, pengurus pesantren, ustadz yang membina di pesantren, dan santri di pesantren. C. Definisi Operasional

Untuk dapat memahami secara utuh judul skripsi “Pembinaaan Keagamaan Bagi Santri Waria di Pesantren Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta” maka terlebih dahulu memahami satuan variable yang terdapat pada judul tersebut. Diantaranya :

1. Pembinaan Keagamaan

Pembinaan adalah menunjukkan atau menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya masa kini dan masa yang akan datang. Agama adalah peraturan yang dari Tuhan yang menuntun orang-orang berakal budi kearah ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan memperoleh kebahagiaan hidup di akhirat. Sedangkan pembinaan agama adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya dimasa kini dan masa yang


(21)

akan datang. Pembinaan keagamaan yang akan dibahas disini adalah pembinaan baca tulis Al-Qur’an, pembinaan akhlak, dan pembinaan tata cara beribadah. 2. Waria

Banci, bencong, wadam, waria adalah beberapa panggilan yang biasa ditujukan untuk seorang laki-laki yang berdandan dan berperilaku sebagai wanita dan secara psikologis mereka merasa dirinya adalah seorang wanita.

Dengan penjelasan variable di atas dapat dipahami bahwa judul skripsi “Pembinaan Keagamaan Bagi Santri Waria di Pesantren Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta” berarti penelitian yang dimaksudkan untuk mencari tahu bagaimana pembinaan keagamaan di Pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta yang berbeda dari pesantren pada umumnya.

D. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang sesuai standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2013, hal. 308).

Untuk memenuhi kebutuhan data yang beraneka ragam, penelitian kualitatif menggunakan berbagai metode pengumpulan data, seperti wawancara, penelitian dokumen, arsip dan penelitian lapangan. Untuk melaksanakan tuntutan metode tersebut, maka penelitian kualitatif menempatkan manusia sebagai figur terpenting dalam penelitian (Gunawan, 2013, hal. 142).

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri atau disebut juga dengan human instrument. Human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informasi sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2013, hal. 306).

Dalam data penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dikelompokkan menjadi empat macam, diantaranya:


(22)

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab (Satori & Komariah, 2011, hal. 130).

Menurut pendapat lain wawancara ialah suatu bentuk komunikasi verbal, percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi (Nasution, 2003, hal. 113).

Wawancara itu sendiri merupakan teknik pengumpulan data yang sering dipakai dalam penelitian kualitatif. Melaksanakan wawancara berarti melakukan interaksi komunikasi antara pewawancara dan terwawancara dengan maksud menghimpun informasi dari terwawancara (Satori & Komariah, 2011, hal. 129).

Wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif termasuk cara pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan secara terbuka. Dibandingkan dengan alat pengumpulan data lainnya, prosedur pengumpulan data model ini dapat digunakan untuk menggali hubungan sebab akibat antar aspek dalam penelitian kualitatif ini (Setiyadi, 2006, hal. 243).

Dalam buku (Satori & Komariah, 2011, hal. 132) menyebutkan bahwa tujuan dari penggunaan teknik wawancara yaitu:

a. Mengkonstruksi mengenai seseorang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi.

b. Merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu.

c. Memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain.

d. Memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

Selain tujuan, wawancara juga memiliki manfaat yaitu berfungsi deskriptif yakni melukiskan kenyataan hidup seperti yang dialami oleh orang lain. Kemudian wawancara juga berfungsi eksploratif, yakni apabila masalah yang dihadapi masih samar-samar karena belum pernah diselidiki secara mendalam oleh orang lain. Selain dari pada itu dalam wawancara itu pula dapat diperoleh


(23)

gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang sedang diteliti, hipotesis-hipotesis yang perlu diuji dan lain-lain, sehingga peneliti dapat mengadakan penelitian yang lebih sistematis untuk menemukan sejumlah generalisasi atau prinsip yang lebih umum dan obyektif (Nasution, 2003, hal. 114-115).

Penelitian yang dilakukan di Pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta ini bersumber dari wawancara yang dilakukan kepada beberapa orang yang bersangkutan, yaitu: (1) Ibu Sinta Ratri selaku ketua pesantren, (2) Bunda Yeti selaku bendahara pesantren, (3) Yuni Shara selaku santri dan sekretaris, (4) Nur Ayu selaku santri mukim, (5) Zakaria selaku Ustadz di Pesantren Al-Fataḥ.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Sedangkan pengertian observasi penelitian kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya upaya mengumpulkan data (Satori & Komariah, 2011, hal. 105).

Tujuan pengamatan atau observasi ini adalah untuk menjelaskan situasi yang diteliti, kegiatan-kegiatan yang terjadi, individu-individu yang terlibat dalam suatu kegiatan dan hubungan antar situasi, antar kegiatan dan antar individu. Dengan demikian pembaca laporan penelitian akan mengerti secara jelas apa yang sudah terjadi dan bagaimana proses terjadinya kegiatan tersebut (Setiyadi, 2006, hal. 239).

Satori dan Komariah (2011, hal. 110-111) menyebutkan manfaat observasi adalah sebagai berikut :

a. Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi.

b. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif.


(24)

c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati orang lain, khususnya orang-orang yang ada dilingkungan itu.

d. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sekiranya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif

f. Di lapangan peneliti tidak hanya mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi.

Penelitian ini dilakukan di Pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta. Peneliti selaku instrumen penelitian ini akan melakukan observasi berkenaan dengan kegiatan pembinaan keagamaan yang terdapat di pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta. Kegiatan yang diobservasi adalah kajian keagamaan yang dilaksanakan rutin setiap satu minggu sekali, kemudian sarana pra sarana yang terdapat di Pesantren Al-Fataḥ.

3. Dokumentasi

Dokumentasi salah satu teknik pengumpulan data yang juga berpengaruh dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi asal katanya yakni dokumen yang berasal dari bahasa latin yaitu docere yang berarti mengajar. Menurut Gottschalk para ahli sering mengartikan dokumen dalam dua pengertian, yaitu: pertama, sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan dari pada kesaksian lisan, artefak dan lain-lain. Kedua, diperuntukan bagi surat-surat resmi dan surat-surat negara seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi dan lainnya (Satori & Komariah, 2011, hal. 147).

Sumber data dokumentasi ini relatif data alamiah dan mudah untuk diperoleh. Berbeda dengan teknik pengumpulan data yang lain, alat pengumpul data ini tidak reaktif sehingga subyek tak dapat menyembunyikan sesuatu. Dokumen ini beraneka ragam bentuknya, dari yang sangat pribadi sampai yang sangat formal. Contoh dari dokumen pribadi dapat berupa foto, buku harian, surat


(25)

pribadi dan lain-lain, sedangkan formal dapat berupa, nilai-nilai dalam pelajaran, nilai rapor, surat dinas, juga hasil laporan (Setiyadi, 2006, hal. 249)

Teknik dokumentasi ini dapat membuat peneliti memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni, dan karya pikir. Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil observasi atau wawancara akan lebih akurat jika didukung oleh dokumen yang terkait dengan fokus penelitian (Satori & Komariah, 2011, hal. 148-149).

Namun, walaupun dokumen merupakan data yang mempunyai aspek kredibilitas yang relatif tinggi, terkadang untuk mendapatkan data dari dokumen tidak selalu mudah. Dokumen-dokumen penting sering tidak dapat diperoleh dengan mudah karena data tersebut tidak selalu menguntungkan bagi responden (Setiyadi, 2006, hal. 250).

Dokumentasi yang diambil dari pesantren waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta berupa profil pesantren, foto-foto kegiatan, jadwal pembinaan, struktur kepengurusan, dan data santri.

4. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2013, hal. 330).

Triangulasi setara dengan “cek dan ricek” yaitu pemeriksaan kembali data dengan tiga cara, yaitu triangulasi sumber, metode, dan waktu. Triangulasi sumber berarti mencari sumber-sumber lain di samping sumber yang telah di dapatkan. Triangulasi metode merujuk pada penggunaan metode yang berbeda untuk melakukan “cek dan ricek”. Peneliti dapat menggunakan wawancara dan pengamatan. Triangulasi waktu dapat berarti melakukan pengamatan atau wawancara dalam waktu yang berbeda (Putra & Lisnawati, 2012, hal. 34).


(26)

Analisis data adalah proses analisis kualitatif yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti. Tujuan analisis data adalah supaya peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian. Prinsip pokok teknik analisis data kualitatif adalah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna (Sutopo & Arief, 2010, hal. 7-8). Terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan reduksi data, daa kualitatif dapat disederhanakan dan ditansformasikan dalam aneka macam cara melalui seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya (Patilima, 2011, hal. 101). Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.

Kode dapat dibuat sendiri oleh peneliti selama proses analisis data. Kosisten dan reliabilitas kode perlu dijaga. Menjaga konsistensi dan reliabilitas data dalam penelitian kualitatif tidaklah mudah. Untuk menjaga konsistensi dan reliabilitas ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, peneliti dapat melakukan

coding pada dokumen yang sama dalam waktu yang berbeda dan membandingkan

hasilnya. Kedua, peneliti dapat membandingkan kode-kode yang telah dihasilkan (Sarosa, 2011, hal. 75-76).

Dengan demikian, maka peneliti mendapatkan data-data dari hasil kerja lapangan, kemudian memberikan koding berdasarkan kategori hasil dari instrumen wawancara, observasi, dan dokumentasi, diantaranya yaitu:

Tabel 3.1 (Identitas Responden dan Informan)


(27)

1. Sinta Ratri WK 53 Tahun Pengurus/Santri

2. Bunda Yeti WP.1 56 Tahun Pengurus/Santri

3. Yuni Shara WP.2 47 Tahun Pengurus/Santri

4. Nur Ayu WS 45 Tahun Santri

5. Zakaria Ahmad Aziz Abdul Malik WG 23 Tahun Ustadz

6. Wiwin WGA 41 Tahun Warga Setempat

Tabel 3.2 Kode Observasi

No Jenis Kegiatan Kode

1. Observasi Kajian 1 OK.1

2. Observasi Kajian 2 OK.2

3. Observasi Kajian 3 OK.3

4. Observasi Kajian 4 OK.4

5. Observasi Kajian 5 OK.5

Tabel 3.3 Kode Dokumentasi

No Jenis Dokumentasi Kode

1. Dokumentasi Struktur Kepengurusan DSK 2. Dokumen Profil Pesantren DP

3. Dokumen Data Santri DS

4. Dokumen Jadwal Pembinaan DJ

2. Penyajian Data

Langkah kedua yang dilakukan setelah reduksi data. Penyajian data ialah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks


(28)

naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan, dan bagan (Sugiyono, 2009, hal. 95).

Penyajian data ini digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data. Data penelitian ini disajikan dalam bentuk uraian (Gunawan, 2013, hal. 211).

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Langkah terakhir yang digunakan adalah verifikasi atau yang disebut juga dengan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.

Penarikan kesimpulan adalah hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif dan objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian (Gunawan, 2013, hal. 212).

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ada ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2013, hal. 345).

Untuk mendapatkan kesimpulan yang relevan dengan kenyataan, peneliti melakukan verifikasi yaitu melihat dan mempelajari kembali data-data yang telah direduksi dan disajikan dengan cara meminta pertimbangan, pendapat, dan memasukan dari para responden. Kemudian dapat diambil kesimpulan akhir.


(29)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan pembinaan keagamaan di Pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta sudah cukup baik, dilihat dari perencanaan, pelaksanaan dan hasil pembinaan keagamaan. Namun, evaluasi di Pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta ini belum cukup baik dikarenakan pesantren ini tidak seperti pesantren pada umumnya yang tertulis secara terstruktur dan pesantren ini termasuk ke dalam pembinaan informal yang tidak terikat oleh apapun serta memiliki kebebasan untuk mengembangkan diri sendiri.

Secara khusus kesimpulan yang diambil dari hasil pengolahan data penelitian dan analisis data penelitian mencakup (1) Perencanaan pembinaan keagamaan bagi santri waria di Pesantren Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta; (2) Pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi santri waria di Pesantren Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta; (3) Hasil pembinaan keagamaan bagi santri waria di Pesantren Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta.

Pertama, perencanaan pembinaan keagamaan di Pesantren Waria

Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta dilihat dari perencanaan yang dilakukan pada awalnya merujuk pada tujuan yang ingin dicapai yakni memberikan ruang nyaman untuk beribadah bagi waria, serta mengadvokasi pemerintah tentang keberadaan waria dan keberagamaannya. Kemudian memberikan kemampuan dasar dan pengetahuan agama kepada para (santri) waria akan pentingnya nilai-nilai keagamaan. Meningkatkan dan mengembangkan kehidupan (santri) waria sebagai pribadi dan anggota masyarakat, dan mempersiapkan para (santri) waria untuk bergaul dan mengarungi kehidupan yang lebih bermanfaat dan bertanggung jawab. Kemudian dari ketetapan jadwal yang telah disusun sebelumnya.


(30)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E

Keberhasilan suatu kegiatan itu tergantung pada perencanaannya. Jika perencanaannya bagus dan matang maka pelaksanaannya pun akan terarah dan terkendali dengan baik. Demikian pula dengan perencanaan yang ada di Pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta. Perencanaan di pesantren ini harus dirancang dengan baik agar kegiatan pembinaan keagamaan akan lebih terarah dan terkendali.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pesantren waria ini tidak seperti pesantren pada umumnya. Pesantren waria ini memiliki persamaan dan perbedaan dari pesantren lainnya yang umumnya orang telah mengetahuinya. Persamaan di pesantren ini adalah bahwa pesantren ini sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.

Sedangkan perbedaannya adalah bahwa pesantren waria ini tidak memiliki asrama sebagai fasilitas santri, dan sistem pengajaran di pesantren waria ini tidak seperti pesantren pada umumnya yang menggunakan sistem madrasah yang pembinaannya dilakukan setiap hari dan setiap waktu sedangkan di pesantren waria ini pembinaan rutin dilaksanakan setiap seminggu sekali dan sebulan sekali. Dikarenakan santri waria ini harus menjalani rutinitas lainnya yakni bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kedua, pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi santri waria di Pesantren

Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta merupakan langkah kedua setelah perencanaan. Pembinaan keagamaan yang dilaksanakan di Pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta menggunakan pendekatan langsung (direct contect) yakni ustāż melakukan pembinaan melalui tatap muka langsung dengan para santri waria contohnya pada kajian pembinaan keagamaan yang rutin dilakukan seminggu sekali.

Program yang ada di Pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta terbagi menjadi tiga bagian, yaitu program mingguan, program bulanan dan


(31)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E

program tahunan. Program mingguan dilaksanakan setiap hari minggu dari pukul 16.30 sampai dengan pukul 21.00. Kegiatan pada program mingguan ini yakni belajar membaca Al-Qur`ān dan iqra`, kemudian dilanjut shalat maghrib dan isyā

berjama’ah, dan dilanjut dengan kajian keagamaan. Kemudian program bulanan

yaitu program kerja yang dilakukan setiap minggu ketiga yang diisi oleh pembina langsung dari UNISNU. Terakhir program tahunan yaitu hari besar Islam seperti maulid Nabī, isra` mi’raj. Kemudian ada kegiatan IDAHOT (International Day Againts Homo Phobia dan Transphobia), IDAHOT ini dimana hari yang menolak

pada homo dan transphobia. Kemudian yang terakhir adalah memperingati hari transgender internasional.

Program pembinaan keagamaan di Pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta lebih kepada program mingguan dan bulanan. Pada kegiatan rutin mingguan dan bulanan diadakan kajian keagamaan yang diisi oleh ustāż dan pembina pesantren, materi yang disampaikan seputar akhlak, aqīdah, tata cara ibadah, dan belajar membaca Al-Qur`ān beserta tajwidnya. Metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan ini adalah metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab.

Beberapa faktor yang menjadi penghambat di pesantren ini yaitu, beban ekonomi sehingga terkadang tidak dapat hadir untuk mengikuti pembinaan keagamaan, rumah santri sangat jauh dari pesantren sehingga waktu pembinaan ini terbatas, kendala yang dirasakan oleh ustāż selama pembinaan yaitu keterbatasan fasilitas di pesantren, kendala terakhir yang dirasakan adalah santri yang belajar di pesantren ini mudah lupa materi dikarenakan faktor umur yang sudah tidak lagi muda.

Solusi yang dilakukan untuk menanggulangi hambatan tersebut, yaitu dengan mengajukan proposal kepada instansi-instansi dan menarik iuran wajib bagi para peneliti yang meneliti di pesantren tersebut, kemudian ustāż mengulang materi yang telah diajarkan minggu lalu sehingga santri yang tidak hadir juga bisa paham materi yang telah disampaikan, kemudian untuk solusi selanjutnya dengan


(32)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E

mengadakan pertemuan diwaktu yang dirasa lebih senggang, kemudian untuk kendala yang dirasakan oleh ustāż cara penanggulangannya adalah dengan memanfaatkan fasilitas yang ada contohnya jika tidak ada proyektor maka menggunakan papan tulis dan ustāż menggambar apa yang ingin dijelaskan, solusi untuk kendala yang terakhir yakni ustāż mengulang materi sebelum pemaparan materi baru, dan meminta santri untuk menulis materi yang telah diajarkan dibuku tulis masing- masing dan harus dibaca ulang sebelum pembinaan dimulai.

Ketiga, hasil pembinaan keagamaan di Pesantren Waria Al-Fata

Kotagede Yogyakarta.

Adapun dampak bagi santri yang mengikuti pembinaan keagamaan di pesantren ini yaitu masyarakat dan waria lainnya yang meremehkan pada awalnya menjadi tidak meremehkan lagi. Di kalangan umum pun tidak diremehkan lagi setelah kalangan umum mengetahui bahwa mereka adalah santri di Pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta. Sedangkan dampak bagi warga sekitar juga baik. Adanya pesantren waria sangat berdampak pada warga sekitar. Jika ada pengajian maka warga sekitar pun turut diundang dalam pengajian tersebut. Warga kampung Celenan tidak pernah mengadakan acara apapun, namun setelah adanya pesantren waria, warga sekitar menjadi ada kegiatan antar warga, seperti acara tujuh belas agustusan, syawalan, pengajian.

Ukuran keberhasilan pembinaan waria di Pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta dilihat dari tujuan serta visi dan misi pada pesantren ini seberapa tercapainya tujuan serta visi misi yang ada di pesantren ini. Mereka merasa nyaman bergabung di Pesantren Waria Al-Fataḥ, mereka pun merasa tambah wawasannya setelah diberi materi kajian oleh ustāż, serta merasa diri lebih baik dari sebelum bergabung ke pesantren waria ini, seperti contohnya dapat menahan amarah yang sebelumnya jika marah akan meledak-ledak. Sudah bisa beribadah dengan tenang dan tata cara yang baik dan benar setelah diberikan


(33)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E

pembelajaran. Banyak perubahan di dalam diri terutama masalah pekerjaan yang tadinya pekerjaan haram menjadi pekerjaan halal.

B. Rekomendasi

Setelah ditarik kesimpulan tentang pembinaan keagamaan bagi santri waria di Pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi yang sekiranya dapat dijadikan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi santri waria di Pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta. Adapun rekomendasi yang diajukan, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Pengurus dan Ustāż Pesantren Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta

a. Menyediakan tempat tinggal bagi santri waria yang rumahnya jauh dari pesantren agar lebih sering mengikuti kajian keagamaan, serta menambah fasilitas pesantren agar ustāż lebih mudah menyampaikan materi dan santri lebih mudah menyerap dengan adanya fasilitas yang memadai.

b. Dalam hasil pembinaan keagamaan sebaiknya terkonsep dan tertulis contohnya dengan adanya buku amalan ibadah sehari-hari, agar pembina dapat lebih bisa mengukur sejauh mana perubahan para santri setelah mengikuti pembinaan keagamaan di Pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta ini.

c. Lebih sering memberikan motivasi bagi santri supaya lebih rajin mengikuti kajian dan belajar membaca Al-Qur`ān di pesantren dan di rumah masing-masing, agar lebih tidak mudah lupa apa yang telah diajarkan.

2. Bagi Bidang Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada semua aktivis pendidikan mengenai pembinaan keagamaan bagi santri waria di Pesantren Waria Al-Fataḥ Kotagede Yogyakarta. Dan berharap memberikan inspirasi yang positif bagi dunia pendidikan.


(34)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E

Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan rujukan penelitian bagi peneliti lainnya yang berkenaan dengan pembinaan keagamaan.

b. Bagi Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi dosen dalam memberikan materi tentang pembinaan keagamaan.

c. Bagi Mahasiswa Ilmu Pendidikan Agama Islam

Hasil penelitian ini sangat diharapkan dapat menjadi sumber literatur untuk penelitian selanjutnya yang masih berkaitan dengan pembinaan keagamaan bagi santri waria, dari mulai perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada hasil pembinaan keagamaan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M. A. (2008). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Alma, B. (2009). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Anwar, L. I. (2012, mei 30). Elemen-Elemen Pesantren. Dunia Article.

Arifin, M. (1976). Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan

Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Arifin, M. (1982). Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Golden Terayon.

Damopolii, M. (2011). Pesantren Modern IMMIM: Pencetak Muslim Modern. Jakarta: Rajawali Pers.

Darajat, Z. (1982). Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang.


(35)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E

Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya

Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Fattah, N. (2009). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Gafur, A. (1978). Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda. Jakarta: Sekretariat Menteri Muda Urusan Pemuda Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Jevuska. (2012, September 30). Artikel Kedokteran, Blog, Sosial Media, Tutorial,

dan Berita. Retrieved Juni 6, 2014, from Definisi Transgender, Asal usul,

dan Perubahan Gender: http://www.jevuska.com/2012/09/30/perubahan-gender-asal-usul-dan-definisi-transgender/

Juwandi. (2009). Makna Agama dalam Perspektif Hidup Waria pada Komunitas Pengajian Hadrah Al-Banjari Waria Al-Ikhlas Surabaya. FPSI Universitas Mercubuana Yogyakarta.

Kadir, H. A. (2007). Tangan Kuasa dalam Kelamin. Yogyakarta: INSISTPress. Luxman. (2015, Juni 4). Al-Qur'an dan Al-Hadits Sebagai Dasar Fundamental

Pendidikan Islam. Dialektika Mahasantri, pp. tps://matakedip1315.wordpress.com/2013/06/04/al-quran-dan-al-hadits-sebagai-dasar-fundamental-pendidikan- islam/.

Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang

Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.

Moerthiko. (TT). Kehidupan Transexual dan Waria. Yogyakarta: Surya Murthi Publishing.

Mujid, A., & Mudzakkir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Munir, S. (2010). Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah.

Nadia, Z. (2005). Waria Laknat Atau Kodrat. Yogyakarta: Pustaka Marwa.

Nafi', M. d. (2007). Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: Forum Pesantren Yayasan Selasih.


(36)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E

Nasih, A. M., & Kholidah, L. N. (2013). Metode dan Teknik Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Bandung: Refika Aditama.

Nasution. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, S. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Patilima, H. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Putra, N., & Lisnawati, S. (2012). Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Qomar, M. (2010). Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Rahmat, M. (2012). Filsafat Akhlak. Bandung: Value Press. Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Riantika, M. K. (2013). Skripsi: Model Pembinaan Keagamaan Di Wisma Lansia

J.S. Nasution Bandung . Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Rowe, E. (2007). Waria Kami Memang Ada. Yogyakarta: PKBI DIY. Saefullah, K. (2009). Pengantar Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Safitra, A., & Koto, M. A. (2014, Oktober 9). Pengertian, ruang Lingkup, dan

Sumber Aqīdah. Retrieved Mei 7, 2015, from Catatan Kampus. Sarosa, S. (2011). Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks.

Satori, D., & Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Setiyadi, B. (2006). Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing:

Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siswanto, H. B. (2010). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Siswoyo, D. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Stavia, J. (2013, Juni Minggu). Psikologi Universitas Bunda Mulia. Retrieved

Juni Kamis, 2014, from Transgender:

http://psikologiubm.blogspot.com/2013/06/transgender.html

Sudjana. (1992). Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Nusantara Press.


(37)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E

Sudjana. (2010). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sudjana, H. (2010). Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan

Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah

Production.

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, S. (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutopo, A. H., & Arief, A. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan

NVIVO. Jakarta: Kencana.

Suwatno, & Priansa, D. J. (2012). Dasar-Dasar Manajemen dalam Organisasi

Pulik dan Bisnis. Bandung: UPI Press.

Syah, D. (2007). Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan Dalam Al-Quran. Bandung: Alfabetha.

Sylviyanah, S. (2011). Pembinaan Akhlak Mulia Pada Sekolah Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tafsir, A. (2012). Ilmu Pendidikan Islami. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ulfah, L. (2014). Skripsi: Pola Pembinaan Keagamaan Bagi Tunanetra. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ulwan, A. (2001). Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam. Semarang: Asy-Syifa.

Usman, H. (2008). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Widjaya. (1988). Administrasi Kepegawaian. Jakarta: Rajawali Press.

Yash. (2003). Transseksualisme (Sebuah Studi Kasus Perkembangan Transseksual Perempuan ke Laki-Laki. Semarang: Penerbit AINI.


(38)

Yulinda Nurul Listyani , 2015


(39)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M. A. (2008). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Alma, B. (2009). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Anwar, L. I. (2012, mei 30). Elemen-Elemen Pesantren. Dunia Article.

Arifin, M. (1976). Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan

Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Arifin, M. (1982). Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Golden Terayon.

Damopolii, M. (2011). Pesantren Modern IMMIM: Pencetak Muslim Modern. Jakarta: Rajawali Pers.

Darajat, Z. (1982). Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang.

Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya

Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Fattah, N. (2009). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Gafur, A. (1978). Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda. Jakarta: Sekretariat Menteri Muda Urusan Pemuda Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Jevuska. (2012, September 30). Artikel Kedokteran, Blog, Sosial Media, Tutorial,

dan Berita. Retrieved Juni 6, 2014, from Definisi Transgender, Asal usul,

dan Perubahan Gender: http://www.jevuska.com/2012/09/30/perubahan-gender-asal-usul-dan-definisi-transgender/

Juwandi. (2009). Makna Agama dalam Perspektif Hidup Waria pada Komunitas Pengajian Hadrah Al-Banjari Waria Al-Ikhlas Surabaya. FPSI Universitas Mercubuana Yogyakarta.


(40)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E

Kadir, H. A. (2007). Tangan Kuasa dalam Kelamin. Yogyakarta: INSISTPress. Luxman. (2015, Juni 4). Al-Qur'an dan Al-Hadits Sebagai Dasar Fundamental

Pendidikan Islam. Dialektika Mahasantri, pp. tps://matakedip1315.wordpress.com/2013/06/04/al-quran-dan-al-hadits-sebagai-dasar-fundamental-pendidikan- islam/.

Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang

Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.

Moerthiko. (TT). Kehidupan Transexual dan Waria. Yogyakarta: Surya Murthi Publishing.

Mujid, A., & Mudzakkir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Munir, S. (2010). Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah.

Nadia, Z. (2005). Waria Laknat Atau Kodrat. Yogyakarta: Pustaka Marwa.

Nafi', M. d. (2007). Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: Forum Pesantren Yayasan Selasih.

Nasih, A. M., & Kholidah, L. N. (2013). Metode dan Teknik Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Bandung: Refika Aditama.

Nasution. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, S. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Patilima, H. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Putra, N., & Lisnawati, S. (2012). Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Qomar, M. (2010). Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Rahmat, M. (2012). Filsafat Akhlak. Bandung: Value Press. Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Riantika, M. K. (2013). Skripsi: Model Pembinaan Keagamaan Di Wisma Lansia

J.S. Nasution Bandung . Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Rowe, E. (2007). Waria Kami Memang Ada. Yogyakarta: PKBI DIY. Saefullah, K. (2009). Pengantar Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.


(41)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E

Safitra, A., & Koto, M. A. (2014, Oktober 9). Pengertian, ruang Lingkup, dan

Sumber Aqīdah. Retrieved Mei 7, 2015, from Catatan Kampus. Sarosa, S. (2011). Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks.

Satori, D., & Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Setiyadi, B. (2006). Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing:

Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siswanto, H. B. (2010). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Siswoyo, D. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Stavia, J. (2013, Juni Minggu). Psikologi Universitas Bunda Mulia. Retrieved

Juni Kamis, 2014, from Transgender:

http://psikologiubm.blogspot.com/2013/06/transgender.html

Sudjana. (1992). Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Nusantara Press.

Sudjana. (2010). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sudjana, H. (2010). Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan

Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah

Production.

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, S. (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutopo, A. H., & Arief, A. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan

NVIVO. Jakarta: Kencana.

Suwatno, & Priansa, D. J. (2012). Dasar-Dasar Manajemen dalam Organisasi

Pulik dan Bisnis. Bandung: UPI Press.

Syah, D. (2007). Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press.


(42)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan Dalam Al-Quran. Bandung: Alfabetha.

Sylviyanah, S. (2011). Pembinaan Akhlak Mulia Pada Sekolah Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tafsir, A. (2012). Ilmu Pendidikan Islami. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ulfah, L. (2014). Skripsi: Pola Pembinaan Keagamaan Bagi Tunanetra. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ulwan, A. (2001). Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam. Semarang: Asy-Syifa.

Usman, H. (2008). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Widjaya. (1988). Administrasi Kepegawaian. Jakarta: Rajawali Press.

Yash. (2003). Transseksualisme (Sebuah Studi Kasus Perkembangan Transseksual Perempuan ke Laki-Laki. Semarang: Penerbit AINI.


(1)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E YOGYAKARTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sudjana. (2010). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sudjana, H. (2010). Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan

Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah

Production.

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, S. (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutopo, A. H., & Arief, A. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan

NVIVO. Jakarta: Kencana.

Suwatno, & Priansa, D. J. (2012). Dasar-Dasar Manajemen dalam Organisasi

Pulik dan Bisnis. Bandung: UPI Press.

Syah, D. (2007). Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan Dalam Al-Quran. Bandung: Alfabetha.

Sylviyanah, S. (2011). Pembinaan Akhlak Mulia Pada Sekolah Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tafsir, A. (2012). Ilmu Pendidikan Islami. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ulfah, L. (2014). Skripsi: Pola Pembinaan Keagamaan Bagi Tunanetra. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ulwan, A. (2001). Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam. Semarang: Asy-Syifa.

Usman, H. (2008). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Widjaya. (1988). Administrasi Kepegawaian. Jakarta: Rajawali Press.

Yash. (2003). Transseksualisme (Sebuah Studi Kasus Perkembangan Transseksual Perempuan ke Laki-Laki. Semarang: Penerbit AINI.


(2)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E YOGYAKARTA


(3)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E YOGYAKARTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M. A. (2008). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Alma, B. (2009). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Anwar, L. I. (2012, mei 30). Elemen-Elemen Pesantren. Dunia Article.

Arifin, M. (1976). Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan

Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Arifin, M. (1982). Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Golden Terayon.

Damopolii, M. (2011). Pesantren Modern IMMIM: Pencetak Muslim Modern. Jakarta: Rajawali Pers.

Darajat, Z. (1982). Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang.

Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya

Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Fattah, N. (2009). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Gafur, A. (1978). Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda. Jakarta: Sekretariat Menteri Muda Urusan Pemuda Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Jevuska. (2012, September 30). Artikel Kedokteran, Blog, Sosial Media, Tutorial,

dan Berita. Retrieved Juni 6, 2014, from Definisi Transgender, Asal usul,

dan Perubahan Gender: http://www.jevuska.com/2012/09/30/perubahan-gender-asal-usul-dan-definisi-transgender/

Juwandi. (2009). Makna Agama dalam Perspektif Hidup Waria pada Komunitas Pengajian Hadrah Al-Banjari Waria Al-Ikhlas Surabaya. FPSI Universitas Mercubuana Yogyakarta.


(4)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E YOGYAKARTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kadir, H. A. (2007). Tangan Kuasa dalam Kelamin. Yogyakarta: INSISTPress. Luxman. (2015, Juni 4). Al-Qur'an dan Al-Hadits Sebagai Dasar Fundamental

Pendidikan Islam. Dialektika Mahasantri, pp.

tps://matakedip1315.wordpress.com/2013/06/04/al-quran-dan-al-hadits-sebagai-dasar-fundamental-pendidikan- islam/.

Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang

Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.

Moerthiko. (TT). Kehidupan Transexual dan Waria. Yogyakarta: Surya Murthi Publishing.

Mujid, A., & Mudzakkir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Munir, S. (2010). Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah.

Nadia, Z. (2005). Waria Laknat Atau Kodrat. Yogyakarta: Pustaka Marwa.

Nafi', M. d. (2007). Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: Forum Pesantren Yayasan Selasih.

Nasih, A. M., & Kholidah, L. N. (2013). Metode dan Teknik Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Bandung: Refika Aditama.

Nasution. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, S. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Patilima, H. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Putra, N., & Lisnawati, S. (2012). Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Qomar, M. (2010). Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Rahmat, M. (2012). Filsafat Akhlak. Bandung: Value Press. Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Riantika, M. K. (2013). Skripsi: Model Pembinaan Keagamaan Di Wisma Lansia

J.S. Nasution Bandung . Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Rowe, E. (2007). Waria Kami Memang Ada. Yogyakarta: PKBI DIY. Saefullah, K. (2009). Pengantar Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.


(5)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E YOGYAKARTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Safitra, A., & Koto, M. A. (2014, Oktober 9). Pengertian, ruang Lingkup, dan

Sumber Aqīdah. Retrieved Mei 7, 2015, from Catatan Kampus.

Sarosa, S. (2011). Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks.

Satori, D., & Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Setiyadi, B. (2006). Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing:

Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siswanto, H. B. (2010). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Siswoyo, D. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Stavia, J. (2013, Juni Minggu). Psikologi Universitas Bunda Mulia. Retrieved

Juni Kamis, 2014, from Transgender:

http://psikologiubm.blogspot.com/2013/06/transgender.html

Sudjana. (1992). Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Nusantara Press.

Sudjana. (2010). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sudjana, H. (2010). Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan

Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah

Production.

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, S. (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutopo, A. H., & Arief, A. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan

NVIVO. Jakarta: Kencana.

Suwatno, & Priansa, D. J. (2012). Dasar-Dasar Manajemen dalam Organisasi

Pulik dan Bisnis. Bandung: UPI Press.

Syah, D. (2007). Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press.


(6)

Yulinda Nurul Listyani , 2015

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E YOGYAKARTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan Dalam Al-Quran. Bandung: Alfabetha.

Sylviyanah, S. (2011). Pembinaan Akhlak Mulia Pada Sekolah Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tafsir, A. (2012). Ilmu Pendidikan Islami. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ulfah, L. (2014). Skripsi: Pola Pembinaan Keagamaan Bagi Tunanetra. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ulwan, A. (2001). Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam. Semarang: Asy-Syifa.

Usman, H. (2008). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Widjaya. (1988). Administrasi Kepegawaian. Jakarta: Rajawali Press.

Yash. (2003). Transseksualisme (Sebuah Studi Kasus Perkembangan Transseksual Perempuan ke Laki-Laki. Semarang: Penerbit AINI.